Dokumen tersebut membahas tentang vaksinasi COVID-19 dan varian-varian virus SARS-CoV-2. Disebutkan bahwa vaksinasi dapat memberikan proteksi pada individu yang divaksinasi dan menurunkan kemungkinan menularkan virus. Terdapat beberapa jenis platform vaksin COVID-19 di Indonesia beserta dosis dan cara pemberiannya. Dokumen ini juga membahas tentang varian-varian COVID-19 di Indonesia dan dunia serta dampaknya terhadap efikasi vaksin.
3. Vaksin Covid-19: Proteksi terhadap infeksi dan
Pencegahan transmisi
• Memberikan proteksi pada individu divaksinasi :
• Proteksi terhadap berlanjutnya infeksi ke tahapan lebih lanjut
• Menurunkan kemungkinan terjadinya sakit berat
• Menurunkan kemungkinan terjadinya kematian
• Menurunkan kemungkinan individu divaksinasi sebagai sumber
penularan:
• Meperpendek masa sekresi virus infeksius
• Mempercepat eliminasi infeksi virus dari tubuh orang terinfeksi
5. • Dosis dan Cara
Pemberian berbagai
Platform Vaksin Covid-
19 di Indonesia
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/4638/2021 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN VAKSINASI
DALAM RANGKA PENANGGULANGAN PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
6. KIPI
• Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi
• Kejadian medik yang diduga berhubungan dengan vaksinasi.
• Dapat berupa:
• reaksi vaksin,
• kesalahan prosedur,
• koinsiden,
• reaksi kecemasan,
• hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/4638/2021 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN VAKSINASI
DALAM RANGKA PENANGGULANGAN PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
7. KIPI
• Diklasifikasikan serius apabila kejadian medik akibat setiap dosis
vaksinasi yang diberikan menimbulkan:
• kematian,
• kebutuhan untuk rawat inap, dan
• gejala sisa yang menetap serta mengancam jiwa.
• Klasifikasi serius Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi COVID-19 tidak
berhubungan dengan tingkat keparahan (berat atau ringan) dari
reaksi Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi COVID-19 yang terjadi.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/4638/2021 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN VAKSINASI
DALAM RANGKA PENANGGULANGAN PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
8. KIPI
• Vaksin yang digunakan dalam program vaksinasi COVID-19 ini masih
termasuk vaksin baru:
• untuk menilai keamanannnya perlu dilakukan surveilans pasif Kejadian Ikutan
Pasca Vaksinasi COVID-19 dan surveilans aktif Kejadian Ikutan dengan
Perhatian Khusus (KIPK).
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/4638/2021 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN VAKSINASI
DALAM RANGKA PENANGGULANGAN PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
9. Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi COVID-19
yang Mungkin Terjadi dan Antisipasinya
• Secara umum, vaksin tidak menimbulkan reaksi pada tubuh, atau
apabila terjadi, hanya menimbulkan reaksi ringan.
• Vaksinasi memicu kekebalan tubuh dengan menyebabkan sistem
kekebalan tubuh penerima bereaksi terhadap antigen yang
terkandung dalam vaksin.
• Reaksi lokal dan sistemik seperti nyeri pada tempat suntikan atau
demam dapat terjadi sebagai bagian dari respon imun.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/4638/2021 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN VAKSINASI
DALAM RANGKA PENANGGULANGAN PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
10. Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi COVID-19
yang Mungkin Terjadi dan Antisipasinya
• Komponen vaksin lainnya (misalnya bahan pembantu, penstabil, dan
pengawet) juga dapat memicu reaksi.
• Vaksin yang berkualitas adalah vaksin yang menimbulkan reaksi
ringan seminimal mungkin namun tetap memicu respon imun terbaik.
• Frekuensi terjadinya reaksi ringan vaksinasi ditentukan oleh jenis
vaksin.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/4638/2021 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN VAKSINASI
DALAM RANGKA PENANGGULANGAN PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
11. Reaksi yang mungkin terjadi setelah vaksinasi
COVID-19
• Hampir sama dengan vaksin yang lain:
• Reaksi lokal
• Reaksi sistemik seperti
• Reaksi lain
• Dapat hilang dengan sendirinya
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/4638/2021 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN VAKSINASI
DALAM RANGKA PENANGGULANGAN PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
12. Varian COVID-19 di Indonesia sampai saat ini
• https://www.litbang.kemkes.go.id/peta-sebaran-sekuens-dan-varian-
covid-19/
• VOC di Indonesia:
• Alpha
• Beta
• Delta
• Varian lainnya
• Pango lineage
• GISAID
13. Variants that
have been
identified in
Indonesia
according to
Pango
International
Lineage Reports
Variants of Concern:
B.167.2 (Delta)
B.1.1.7 (Alpha)
B.1.351 (Beta)
Variants of Interest:
B.1.525
A.23.1
20. Update
Data:
3
Agustus
2020
❑ In an ongoing and rapidly changing epidemic such as SARS-CoV-2, a
nomenclature system can facilitate real-time epidemiology by
providing commonly agreed labels to refer to viruses circulating in
different parts of the world, thereby revealing the links between
outbreaks that share similar virus genomes.
❑ a nomenclature system is needed to describe virus lineages that vary
in phenotypic or antigenic properties. (Although it must be stressed
that at present there is no conclusive evidence of such variation
among currently available SARS-CoV-2 strains.)
Rambaud et al., Nature Microbiology | VOL 5 | November 2020 | 1403–1407
21. Update
Data:
3
Agustus
2020
Rambaud et al., Nature Microbiology | VOL 5 | November 2020 | 1403–1407 |
Pango Lineage (Rambaud et al.):
o a rational and dynamic virus nomenclature that uses a phylogenetic
framework to identify those lineages that contribute most to active
spread.
o is made tractable by constraining the number and depth of
hierarchical lineage labels and by flagging and delabelling virus
lineages that become unobserved and hence are probably inactive.
o By focusing on active virus lineages and those spreading to new
locations, this nomenclature will assist in tracking and
understanding the patterns and determinants of the global spread
of SARS-CoV-2.
23. Simplification of
Nomenclature
SARS-CoV-2, as a virus, change over time.
• Most of the changes have little to no impact on
the virus’ properties.
Some changes may affect the virus’s properties,
such as:
• how easily it spreads,
• the associated disease severity, or
• the performance of vaccines, therapeutic
medicines, diagnostic tools, or other public
health and social measures.
24. Simplification of
Nomenclature
WHO, in collaboration with partners, expert
networks, national authorities, institutions and
researchers have been monitoring and assessing the
evolution of SARS-CoV-2 since January 2020.
during late 2020, the emergence of variants that
posed an increased risk to global public health
prompted the characterisation of specific:
Variants of Interest (VOIs) and
Variants of Concern (VOCs)
→ prioritise global monitoring and research, and
ultimately to inform the ongoing response to the
COVID-19 pandemic, and ultimately to inform the
ongoing response to the COVID-19 pandemic.
25. Update
Data:
3
Agustus
2020
SARS-CoV-2 Variants of Concern (WHO, updated 31 May 2021)
https://www.who.int/en/activities/tracking-SARS-CoV-2-variants/
Sebuah varian SARS-CoV-2 yang
memenuhi definisi VOI dan melalui
penilaian komparatif, telah menunjukkan
adanya hubungan dengan satu atau
lebih perubahan berikut dengan tingkat
kemaknaan Kesehatan Masyarakat
secara global:
• Peningkatan dalam penularan atau
dampak merugikan terhadap
epidemiologi COVID-19; atau
• Peningkatan pada virulensi atau
perubahan pada gejala klinik; atau
• Penurunan dalam efektivitas Langkah
pengendalian Kesehatan masyarakat
dan sosial atau diagnostic, vaksin dan
pengobatan yang tersedia
26. Update
Data:
3
Agustus
2020
SARS-CoV-2 Variants of Interest
https://www.who.int/en/activities/tracking-SARS-CoV-2-variants/
A SARS-CoV-2 isolate is a Variant of
Interest (VOI) if:
•Dibandingkan dengan isolate
rujukan, genomnya mengandung
mutasi yang yang diketahui secara
pasti atau dicurigai berdampak
pada sifat biologis virus, DAN
•telah teridentifikasi menyebabkan
penularan/kasus COVID-19
multipel/klister, atau telah terdeteksi
di banyak negara; ATAU
•dinilai sebagai VOI oleh WHO
SARS-CoV-2 Virus Evolution
Working Group
https://www.who.int/en/activities/tracking-SARS-CoV-2-variants/
27. Klasifikasi ulang
VOI/VOC
Sebuah varian yang sebelumnya ditentukan sebagai
Variant of Interest (VOI) atau Variant of Concern (VOC)
namun telah disimpulkan tidak lagi merupakan ancaman
utama pada Kesehatan masyarakat secara global
dibandingkan varian SARS-CoV-2 lainnya yang sedang
beredar, dapat diklasifikasi ulang.
Klasifikasi ulang dilaksanakan melalui penilaian panel
ahli, bekerjasama dengan the Technical Advisory Group
on Virus Evolution berdasarkan beberapa kriteria:
- Hasil pengamatan insiden/prevalen secara relative
pada sampel sikuen berdasarkan periode dan lokasi
geografis
- Keberadaan/ketiadaan factor risiko lainnya dan
dampak yang ditimbulkan pada Langkah
pengendalian (diagnostik, terapi, pencegahan)
29. Varian
dalam
pengawasan
Variants Under Monitoring (VUM)
Definisi Kerja
• Sebuah varian SARS-CoV-2 dengan perubahan genetik yang dicurigai
mempengaruhi karakteristik virus dengan adanya indikasi dapat menjadi
ancaman di kemudian hari, tetapi bukti sifat biologis atau dampak
epidemiologis pada saat ini masih belum jelas, memerlukan peningkatan
pengawasan dan penilaian berulang sampai diperoleh bukti baru
• Varian yang sebelumnya terkatagori VOIs/VOCs masih dapat diperpanjang
masa pengawasannya dalam katagori VUM sampai adanya pengumuman
dari WHO
• Diharapkan terjadi peningkatan pesat dalam pemahaman mengenai dampak
varian ini, sehingga VUM dapat cepat ditambahkan/disingkirkan, sehingga
WHO saat ini belum menentukan katagorinya
30. Update
Data:
3
Agustus
2020
*includes all descendent lineages. The full list of Pango lineages can be found here: https://cov-
lineages.org/lineage_list.html ; for FAQ, please visit: https://www.pango.network/faqs/
§Former VOIs currently designated as VUMs: Kappa: B.1.617.1; Iota: B.1.526; Eta: B.1.525; Epsilon: B.1.427/B.1.429.
Former VOIs no longer designated as VUMs: Zeta: P.2; Theta: P.3
34. Update
Data:
3
Agustus
2020
https://www.vumc.org/viiii/immuknow/sars-cov-
2-changing
❑ Interaction of RBD of SARS-CoV-2 Spike
protein with antibody can block viral
attachment to Cell Receptor and inhibit viral
infection
❑ There are several types of antibody that
binds with viral RBD
❑ Several human monoclonal antibodies have
been identified to bind with RBD and block
(neutralize) viral infection
❑ Although mutation in RBD region may stop
one antibody from binding with viral RBD,
there are other antibodies that can bind
with RBD and block the virus from attaching
to cells
35. Update
Data:
3
Agustus
2020
https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2021.01.28
.21250666v1.full
Intra-and intermolecular H-bonding in the (A) Wuhan strain and (B) N501Y mutant of SARS-COV-2 spike protein receptor
binding domain in complex with human ACE2 receptor. Blue ribbon indicates human ACE2 protein chain while cyan
ribbon in panel A and red in panel B indicate spike protein RBDs of Wuhan strain and N501Y mutants, respectively. Red,
pink, orange and green dotted lines indicate new, lost, shortened and lengthened H-bond, respectively
Wuhan strain N501Y Mutant
o The binding strength of RBD
with human ACE2 receptor is
determined by interactions
of viral RBD and cellular
ACE2 molecules
o Mutation/s in RBD region
may result in increased or
decreased binding strength
(affinity) with ACE2 receptor
o Increased affinity is
associated with increased
infectivity
36. Update
Data:
3
Agustus
2020
https://www.medrxiv.org/content/1
0.1101/2021.01.28.21250666v1.full
o The binding strength of RBD
with neutralizing antibody is
determined by interactions
of viral RBD and antibody
molecules
o Mutation/s in RBD region
may result in increased or
decreased binding strength
(affinity)
neutralization antibody
o Inhibitory property of
neutralization antibody is
determined by binding
strength of the antibody to
viral RBD
37. Individu divaksinasi Covid-19 masih
dapat terinfeksi dan memproduksi virus
https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/70/wr/pdfs/mm7032e1-H.pdf
38. Respon kekebalan bervariasi pada populasi orang yang
telah divaksinasi
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5328245/pd
f/nihms846460.pdf
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3788704/pd
f/nihms512460.pdf
39. • Proteksi vaksin dapat
bervariasi:
• Variasi respon kekebalan
pada populasi divaksinasi
• Variasi respon kekebalan
oleh platform vaksin yang
berbeda
• Daya netralisasi oleh
antibodi netralisasi
diinduksi vaksin dapat
berbeda antar varian
virus
Substantially reduced neutralization for the South
African variant highlights the importance of
surveillance strategies to detect new variants and
targeting these in future vaccines
https://www.nature.com/articles/s41467-021-23473-6.pdf
40. • The two mRNA vaccines approved to date
show efficacy even after only one dose, when
non-NAbs and moderate T helper 1 cell
responses are detectable, but almost no NAbs.
• After a single dose, the adenovirus vaccines
elicit polyfunctional antibodies that are
capable of mediating virus neutralization and
of driving other antibody-dependent effector
functions, as well as potent T cell responses.
• Protection may require low levels of NAbs and
might involve other immune effector
mechanisms including:
• non-NAbs,
• T cells and
• innate immune mechanisms.
Masa proteksi vaksin dapat
bervariasi:
• Variasi respon kekebalan
pada populasi divaksinasi
• Variasi respon kekebalan
oleh platform vaksin yang
berbeda
41. Tantangan masa depan dan strategi dalam
menghadapi COVID-19
• Masih ada Sebagian anggota masyarakat yang belum divaksinasi:
• Belum bersedia divaksinasi
• Belum dapat divaksinasi karena tidak memenuhi persyaratan
• Belum terjangkau oleh program vaksinasi
• Masih ada kemungkinan timbul varian baru
• Imunitas setelah vaksinasi maupun setelah terinfeksi mengalami
penurunan seiring waktu:
• Pemerintah terus mengupayakan kapasitas produksi vaksin dalam negeri
• Partisipasi masyarakat masih perlu ditingkatkan dalam menerapkan
3M
43. Kondisi
saat ini
• Dalam kondisi rendahnya angka
penularan, negara perlu
meningkatkan kewaspadaan
• Herd immunity di Indonesia perlu
dimonitor dan dipelajari dampaknya
terhadap penularan serta tingkat
keparahan penyakit
44. Perjalanan internasional dan transmisi Covid-19
• Dapat timbul VOI (variant of interest) dan VOC (variant of concern maupun
high concern) baru di suatu negara dan menular ke negara lain melalui
pelaku perjalanan internasional
• Beberapa varian Covid-19 lebih infeksius
• Pelaku perjalanan dengan PCR negatif dapat telah memproduksi virus
pada saat melakukan perjalanan
• Pemakaian fasilitas umum (toilet, ruang makan)
• Masker dibuka pada saat makan/minum
• Batuk/bersin dapat terjadi pada saat makan/minum
• Tidak semua penumpang yakin/patuh pada protokol Kesehatan
• Sulit menerapkan aturan tidak berbicara saat tidak menggunakan masker
45. Perjalanan internasional dan transmisi Covid-19
• Perjalanan jalur udara:
• Ruang tertutup dalam waktu lama
• Sulit melakukan pengaturan jarak
• Perjalanan jalur laut:
• Perjalanan relatif lebih lama
• Perkembangan infeksi dari tidak memproduksi virus (PCR negatif) menjadi memproduksi
virus infeksius
46.
47. Vaksinasi Covid-19 dan penerapan protokol
kesehatan
• Individu divaksinasi Covid-19 masih dapat terinfeksi dan
memproduksi virus
• Proteksi vaksin dapat bervariasi:
• Variasi respon kekebalan pada populasi divaksinasi
• Variasi respon kekebalan oleh platform vaksin yang berbeda
• Daya netralisasi oleh antibodi netralisasi diinduksi vaksin dapat berbeda antar
varian virus
• Protokol kesehatan masih harus diterapkan :
• Melindungi populasi tidak divaksin dan berisiko:
• Komorbid
• Usia relatif lanjut
53. Take home message
• Terjadi penurunan kasus baru COVID-19 di Indonesia
• VOC ditemukan di Indonesia dan terus menerus dipantau oleh
pemerintah Indonesia
• Vaksinasi merupakan strategi yang penting untuk tetap dilaksanakan
• Pemerintah terus mendukung kapasitas produksi vaksin dalam negeri
• Kewaspadaan perlu ditingkatkan dalam kondisi terjadinya penurunan
kasus baru COVID-19
• Pencegahan transmisi melalui penerapan 3M tetap diperlukan