Successfully reported this slideshow.
Your SlideShare is downloading. ×

Materi dragustina-web270721

Ad
Ad
Ad
Ad
Ad
Ad
Ad
Ad
Ad
Ad
Ad
Loading in …3
×

Check these out next

1 of 58 Ad

More Related Content

Slideshows for you (20)

Similar to Materi dragustina-web270721 (20)

Advertisement

Recently uploaded (20)

Materi dragustina-web270721

  1. 1. PENGENDALIAN TEKNIK DAN ADMINISTRASI UNTUK MENGURANGI RISIKO PENYEBARAN COVID-19
  2. 2. Penyusun DR. Dr. Eka Ginanjar, SpPD-KKV, MARS Dr. Agustina Puspitasari, SpOk Dr. Weny Rinawati, SpPK(K), MARS DR. Dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K) Prof. Dr. Menaldi Rasmin, SpP(K) DR. Dr. Astrid W. Sulistomo, MPH, SpOk Prof. DR. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI Dr. Anshari Saifuddin Hasibuan, SpPD Dr. Moh Adib Khumaidi, Sp.OT Dr. Mahesa Paranadipa, MHKes Penyunting dan Tata Letak DR. Dr. Eka Ginanjar, SpPD-KKV, MARS Dr. Agustina Puspitasari, SpOk Dr. Weny Rinawati, SpPK(K), MARS DR. Dr. Sally Aman Nasution, SpPD-KKV Dr. Ulul Albab, Sp.OG Dr. Valerie Hirsy Putri Dr. Viga Abdillah Haloho Kontributor Prof. DR. Dr. Aman B. Pulungan, Sp.A (K) Prof. DR. Dr. Aryati, MS, SpPK(K) Dr. Robiah Khairani Hasibuan, SpS Dr. Noor Arida Sofiana, MBA Dr. Arif Budi Satria, SpB DR. Dr. Safrizal Rahman, SpOT DR. Dr. Romdhoni, SpTHT-KL DR. Dr. Andani Eka Putra, MSc Dr. Rudyanto Soedono, Sp.An-KIC Dr. Telogo Wismo Dr. Ahmad Syaifuddin Dr. Amran A. Raga Dr. Dian Zamroni, SpJP Dr. Garinda Alma Duta, SpP Dr. Hadiwijaya, MPH, MHKes Dr. Ahmadin Yusuf Rizal Susatyo Dr. Farhan Haidar Fazlur Rahman
  3. 3. LATAR BELAKANG
  4. 4. SARS-CoV-2 and COVID-19 Coronaviruses (CoV), a family of viruses that can cause disease in animals or humans, have previously caused two major outbreaks: SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) in 2003 and MERS (Middle East Respiratory Syndrome) in 20121 4 In December 2019, a novel coronavirus (SARS-CoV-2, previously known as 2019-nCoV) caused a series of cases of acute respiratory syndrome in humans that was first reported in Wuhan, China.2 The infectious disease caused by this novel coronavirus has been named COVID-19 1. Zhou P, et al. Nature 2020; 579: 270–3. 2. World Health Organization. Q&A on coronaviruses (COVID-19). https://www.who.int/news-room/q-a-detail/q-a-coronaviruses. Accessed March 2, 2020.
  5. 5. Coronaviruses (CoV), a family of viruses that can cause disease in animals or humans, have previously caused two major outbreaks: SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) in 2003 and MERS (Middle East Respiratory Syndrome) in 20121 TRANSMISI COVID-19
  6. 6. Source: Worldometers 24 Juli 2021 DATA COVID-19 INTERNASIONAL
  7. 7. DATA COVID-19 INDONESIA
  8. 8. Pasien COVID-19 tidak tekendali maka Healthcare System Capacity akan overloaded dan exhausted Perawatan COVID-19 penuh dan pasien menumpuk Angka kematian pasien COVID-19 meningkat Nakes banyak terpapar dan terdampak sampai meninggal Kapasitas pelayanan pasien NONCOVID menurun, berdampak pada meningkatnya kematian pasien NONCOVID Lingkaran Setan COVID-19 sebagai penyebab tingginya kematian Nakes dan pasien NON-COVID
  9. 9. STANDAR DAN PROTOKOL PERLINDUNGAN TERHADAP DOKTER
  10. 10. Telah diolah kembali dari : National Institute for Occupational Safety and Health HIERARKI PENGENDALIAN RISIKO TRANSMISI INFEKSI
  11. 11. Telah diolah kembali dari : Occupational Safety and Health Administration Klasifikasi pajanan tenaga kesehatan terhadap SARS-CoV-2
  12. 12. Telah diolah kembali dari : Occupational Safety and Health Administration Pencegahan terhadap COVID-19 untuk dokter
  13. 13. VAKSINASI Jumlah Sasaran Divaksinasi Dosis 1 1.468.764 1.590.045 (108,26%) Dosis 2 1.444.040 (98,32%) Vaksinasi Tahap 1 SDMK Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan telah mendapatkan dua dosis vaksinasi COVID-19 menggunakan vaksin Sinovac pada tahap 1
  14. 14. 19 Kebijakan Pelaksanaan Vaksinasi Dosis Ketiga (Booster) bagi SDMK ▪ Vaksinasi dosis ketiga diberikan kepada tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, dan tenaga penunjang yang: ▪ bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan (termasuk Kantor Kesehatan Pelabuhan dan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit), ▪ berusia ≥18 tahun ▪ telah mendapatkan dua dosis vaksinasi COVID-19 lengkap ▪ Vaksinasi dosis ketiga dapat menggunakan vaksin dengan platform yang sama atau platform yang berbeda, dengan interval minimal pemberian vaksinasi dosis ketiga adalah 3 bulan setelah dosis kedua diberikan Dapat menggunakan Sinovac (Platform Inaktif) atau Moderna (Platform mRNA)
  15. 15. TABEL CHECKLIST PENGENDALIAN RISIKO TRANSMISI COVID-19 BERDASARKAN TINGKAT RISIKO
  16. 16. ALUR DAN ZONASI RUANGAN Sumber: Kementerian Kesehatan RI. Panduan teknis pelayanan Rumah Sakit pada masa adaptasi kebiasaan baru. 2020
  17. 17. ALUR DAN ZONASI COVID-19 Sumber: Kementerian Kesehatan RI. Panduan teknis pelayanan Rumah Sakit pada masa adaptasi kebiasaan baru. 2020
  18. 18. PENGATURAN ALIRAN UDARA & VENTILASI Karyum HB. Managing HVAC system during COVID-19 pandemic.2020
  19. 19. SISTEM TEKANAN UDARA
  20. 20. PENGENDALIAN TEKNIK
  21. 21. PENGATURAN ALIRAN UDARA & VENTILASI Sumber : PMK Nomor 27 Tahun 2017 tentang PPI di Fasyankes
  22. 22. CONTOH PENGGUNAAN TRIASE A. Early Warning System Song CY, Xu J, He J, Lu Y. COVID-19 early warning score: a multi-parameter screening tool to identify highly suspected patients.. Bila fasilitas pelayanan kesehatan tidak mempunyai CT scan, dapat dipertimbangkan menggunakan foto toraks
  23. 23. B. Algoritma dari WHO a) Penggunaan alur rujukan dan triase ini harus mempertimbangkan peraturan dan pedoman pemerintah. b) Mengikuti keputusan klinis dokter dan kapasitas yang ada, contohnya apabila pasien memerlukan penanganan yang lebih tinggi dari yang dapat diberikan oleh fasilitas tersebut c) Jika belum dites atau hasil tes sebelumnya negatif tapi klinis mengarah ke COVID-19
  24. 24. KMK No. HK.01.07/Menkes/327/2020 tentang Penetapan COVID-19 Akibat Kerja sebagai Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Pekerjaan Tertentu SANGAT PENTING UNTUK STRATEGI Ditegakkan dengan 7 langkah Yang dijamin oleh JKK (BP JAMSOSTEK/PT TASPEN/PT ASABRI): santunan berupa uang (santunan sementara tidak mampu bekerja, santunan cacat, biaya rehabilitasi, beasiswa anak, uang duka, santunan kematian ) dan tunjangan cacat. PENENTUAN PENYAKIT COVID-19 AKIBAT KERJA Diagnosa Klinis : Konfirmasi COVID-19 Menentukan pajanan yang ada di lingkungan kerja : Pajanan biologi virus SARS-CoV-2 ditempat kerja baik dari pasien maupun spesimen dari pasien dan dimasa pandemi semua pasien berpotensi menularkan COVID-19 Menentukan hubungan antara pajanan dilingkungan kerja dengan penyakitnya : pekerjaan tenaga kesehatan berhubungan erat dengan risiko tinggi paparan COVID-19 di lingkungan kerja Menentukan dosis pajanan : pada saat pandemi tidak ada dosis minimal pajanan biologi Menentukan faktor individu : tidak ada faktor individu yang berperan karena semua berisiko tertular Menentukan faktor lain di luar pekerjaan: tidak ada bukti riwayat kontak dengan pajanan virus SARS-CoV-2 di luar pekerjaan Diagnosa PAK: COVID-19 Akibat kerja 1 2 3 4 5 6 7
  25. 25. • Panduan kembali bekerja saat pandemi tergantung pada keadaan epidemi lokal, jenis dan kondisi setiap pekerjaan, serta ketersediaan tes. • Panduan perlu ditinjau dan diperbarui seiring waktu sesuai perubahan status epidemi lokal. • Dalam situasi saat ini dengan tingkat penularan yang tinggi dan pengujian yang terbatas, penting untuk membedakan antara dokter berisiko tinggi dan rendah. Meskipun pedoman untuk yang berisiko rendah mungkin bergantung pada kriteria klinis, strategi berbasis pengujian yang lebih spesifik harus digunakan untuk yang berisiko tinggi.
  26. 26. ALUR UNTUK PEMERIKSAAN KASUS KONTAK ERAT (KMK 413 TH 2020)
  27. 27. ALUR PEMERIKSAAN KASUS KONTAK ERAT BILA MENGGUNAKAN PEMERIKSAAN ANTIGEN Telah diolah dari: WHO. 2020
  28. 28. PENATALAKSANAAN KEMBALI KERJA Penilaian kelaikan kerja Identifikasi penyesuaian Kesepakatan pihak terkait Identifikasi hambatan dan dukungan Implementasi penyesuaian 1 2 3 4 5 Sumber: Pehimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi, 2020 ALUR PENILAIAN KELAIKAN KERJA
  29. 29. CONTOH LAIN ALUR UNTUK KEMBALI KERJA Panduan CDC 12 September 2020
  30. 30. CONTOH LAIN ALUR UNTUK KEMBALI KERJA Panduan dari Society of Occupational Medicine 1 Juni 2020 # Risiko tinggi yang termasuk adalah tenaga kesehatan termasuk didalamnya adalah dokter meskipun menggunakan APD dengan benar * Tes serologi: - Tidak menggunakan pemeriksaan non kuantitatif seperti rapid test (lateral flow assay) karena tidak dapat diketahui peningkatan titer antibodi. - Interpretasi harus dilakukan secara hati-hati oleh tim ahli Hasil pemeriksaan tergantung pada waktu pemeriksaan, klinis, epidemiologi dan prevalensi setempat, tipe tes yang digunakan, metode validasi, dan reliabilitas.
  31. 31. CONTOH LAIN ALUR UNTUK KEMBALI KERJA Contoh Pertimbangan Kembali Bekerja Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk kembali bekerja diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium pada pemantauan. Pemantauan dilakukan serial setiap 1 – 3 hari, disesuaikan dengan kondisi klinis dokter terkonfirmasi COVID-19.
  32. 32. LAMA KARANTINA ( CDC 14 FEBRUARI 2021) • Rekomendasi 14 hari setelah kontak erat (meskipun tanpa pemeriksaan laboratorium), merupakan pilihan utama untuk mengurangi risiko penularan secara maksimal didasarkan pada perkiraan masa inkubasi COVID- 19. • Alternatif mempersingkat lama karantina dapat dilakukan dengan menyesuaikan keadaan dan sumber daya: • >10 hari bila tanpa pemeriksaan laboratorium dan jika tidak ada gejala selama pemantauan harian • >7 hari bila pemeriksaan hasil laboratorium SARS-CoV-2 negatif dan jika tidak ada gejala selama pemantauan harian. Spesimen dapat dikumpulkan dan diperiksa dalam waktu 48 jam sebelum waktu penghentian karantina yang direncanakan • Bila menggunakan pilihan alternatif karantina singkat, maka tetap harus dilakukan: • Pemantauan gejala harian hingga hari karantina ke-14 • Mematuhi protokol kesehatan: penggunaan masker yang benar dan konsisten, menjaga jarak, kebersihan tangan dan batuk, pembersihan dan desinfeksi lingkungan, menghindari keramaian, memastikan ventilasi dalam ruangan yang memadai, dan pemantauan mandiri untuk gejala penyakit COVID-19 • Bila timbul gejala COVID-19, segera mencari pertolongan medis dan melaporkan ke atasan yang bersangkutan
  33. 33. CDC 14 FEBRUARI 2021 Pedoman kriteria kembali bekerja untuk dokter dengan infeksi SARS-CoV-2 dapat berdasarkan kriteria berikut: 1. Berdasarkan gejala (symptom-based strategy) ▪ Asimtomatik dan tanpa imunokompromais berat: o >10 hari setelah pasien dinyatakan positif dengan tes diagnostik virus SARS-CoV-2 ▪ Simtomatik ringan hingga sedang, dan tanpa imunokompromais berat: o >10 hari sejak gejala muncul pertama kali dan o >24 jam setelah demam terakhir tanpa penggunaan anti demam dan o Gejala (batuk, sesak) mengalami perbaikan ▪ Simtomatik berat hingga kritis, atau imunokompromais berat* • >10 hari dan dapat hingga 20 hari sejak gejala muncul pertama kali dan • >24 jam sejak demam terakhir tanpa penggunaan anti demam dan • Gejala (batuk, sesak) mengalami perbaikan • Mungkin diperlukan konsultasi dengan dokter spesialis penyakit infeksi • Dapat dipertimbangkan menggunakan strategis berdasarkan pemeriksaan laboratorium (test-based strategy) 2. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium (test-based strategy) ▪ Asimtomatik: • Hasil pemeriksaan molekular virus SARS-CoV-2 negatif dari minimal 2 spesimen pernapasan, yang diambil dengan jarak ≥24 jam. ▪ Simtomatik: • Bebas demam tanpa penggunaan obat anti demam; dan • Gejala lain (batuk, sesak) telah sembuh • Hasil pemeriksaan molekular virus SARS-CoV-2 negatif dari minimal 2 spesimen pernapasan, yang diambil dengan jarak ≥24 jam berturutan.
  34. 34. CDC 2 JUNI 2021 • NAAT berbasis laboratorium direkomendasikan jika menggunakan strategi berbasis tes. • Memperbarui list kondisi imunokompromais termasuk keganasan hematologi dan pengobatan imunosupresif. • Termasuk rekomendasi untuk berkonsultasi dengan praktisi kesehatan kerja jika menggunakan strategi berbasis tes untuk menentukan kapan nakes dapat kembali bekerja.
  35. 35. TABEL INSTRUMEN SELF ASSESMENT HARIAN DOKTER Pemantauan self assesment ini untuk mengetahui secara dini dokter yg bergejala atau kontak erat sehingga dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sesuai alur pemeriksaan SARS-CoV-2 utk dokter
  36. 36. ALUR TINDAK LANJUT HASIL FORMULIR SELF ASSESMENT RISIKO COVID-19
  37. 37. ASESMEN RISIKO PAJANAN KASUS PROBABLE/KONFIRM COVID-19
  38. 38. PENGATURAN JAM KERJA SHIFT NON SHIFT 40 jam seminggu (waktu kerja harian 7 - 8 jam dan tidak melebihi 12 jam sehari) Metropolitan rota ( 2 pagi – 2 siang – 2 malam) atau continental rota (2 pagi – 2 siang – 3 malam) diikuti istirahat 1 atau 2 hari REKOMENDASI Mengurangi durasi shift menjadi 6 jam (satu hari 4 shift). Penggunaan APD level 3 maksimal berdurasi 6 jam Istirahat tidur 7-9 jam sehari Intoleransi kerja shift: usia > 45 tahun
  39. 39. Pengendalian transmisi varian yang lebih infeksius • Ketersediaan pemeriksaan WGS dan kecepatan hasil ( peningkatan kapasitas pemeriksaan WGS) • Vaksinasi dokter dan keluarga ( termasuk ART dan sopir) • Memberi jarak antar meja pekerja di kantor minimal 1,5 meter dan posisi diagonal • Tidak boleh melepas masker jika ada orang lain baik saat kerja maupun saat ishoma • Himbauan pada pekerja untuk sarapan dirumah dan membawa bekal juga peralatan makan dan minum sendiri • Himbauan membawa peralatan ibadah sendiri dan mencucinya setiap hari • Selalu memperhatikan ventilasi, durasi dan jarak terutama dalam mencegah transmisi virus SARSCoV-2 terutama varian baru yang sangat infeksius • Sistem WFH dan WFO untuk staf perkantoran • Penyediaaan handsanitizer dan sabun untuk cuci tangan karyawan • Penyediaan cairan disinfektan disinfeksi ruang kerja dan general cleaning permukaan setiap hari • Himbauan penggunaan kendaraan pribadi saat berangkat dan pulang kerja, jika harus menggunakan transportasi umum makan dengan protokol kesehatan ketat seperti menggunakan masker 2 lapis (masker bedah dan masker kain) atau masker N-95 dan faceshield serta membawa handsanitizer • Himbauan meminimalkan pertemuan offline dan memaksimalkan pertemuan secara online • Pembatasan jumlah peserta pertemuan offline sesuai kapasitas ruangan dan tidak ada kegiatan makan minum ( membuka masker) di ruang pertemuan • Panduan rtw yang tepat
  40. 40. 2m 1 m
  41. 41. 1. Australian Medical Association. National code of practice-hours of work, shiftwork, and rostering for hospital doctors. 2016. 2. BPJS Ketenagakerjaan. Peran Perlindungan BPJS Ketenagakerjaan untuk Tenaga Kesehatan di Masa Pandemi COVID- 19. 2021 3. Centers for Disease Control and Prevention. Criteria for Return to Work for Healthcare Personnel with Suspected or Confirmed COVID-19 (Interim Guidance). ww.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/return-to-work.html) 4. Centers for Disease Control and Prevention. Disharging COVID-19 patients. 16 Februari 2021. (https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/disposition-hospitalized-patients.html) 5. Centers for Disease Control and Prevention. Interim guidance on testing healthcare personnel for SARS-CoV-2. 17 Juli 2020. 6. Centers for Disease Control and Prevention. Interim U.S. Guidance for Risk Assessment and Work Restrictions for Healthcare Personnel with Potential Exposure to COVID-19.(www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/guidance-risk- assesment-hcp.html) 7. Centers for Disease Control and Prevention. Managing exposed health care workers (Interim Guidance). 12 September 2020. 8. Centers for Disease Control and Prevention. Long-term effects of COVID-19. 13 November 2020. 9. Centers for Disease Control and Prevention. Potential esposure at work. 16 Februari 2021. (https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/guidance-risk-assesment-hcp.html) 10. Centers for Disease Control and Prevention. Returning to work criteria. 16 Februari 2021. (https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/return-to-work.html)
  42. 42. 11. Centers for Disease Control and Prevention. Staff shortages. 14 Februari 2021. (https://www.cdc.gov/coronavirus/2019- ncov/hcp/mitigating-staff-shortages.html) 12. Centers for Disease Control and Prevention. Strategies to mitigate healthcare personnel staffing shortages. 14 Februari 2021 (https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/mitigating-staff-shortages.html) 13. Centers for Disease Control and Prevention. Testing healthcare personnel. 14 Februari 2021. (https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/testing-healthcare-personnel.html) 14. Costa G. Factors influencing health of workers and tolerance to shift work. Theoretical Issues in Ergonomics Science. 2003, 4:3-4, 263–88. 15. COVID-19 Coronavirus Pandemic [Internet]. Worldometers. 2020. Available from: https://www.worldometers.info/coronavirus/ 16. Driggin E, Madhavan MV, Bikdeli B, Chuich T, Laracy J, Biondi-Zoccai G, dkk. Cardiovascular considerations for patients, health care workers, and health systems during the COVID-19 pandemic. Journal of the American College of Cardiology. 2020;75(18):2352-71. 17. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. pedoman teknis ruang isolasi. 2015 18. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Pedoman teknis bangunan dan prasarana ruang isolasi penyakit infeksi emerging. 2020 19. Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan.Panduan teknis pelayanan rumah sakit pada masa adaptasi kebiasaan baru.Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2020 20. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. 2020. Available from: https://COVID- 19.go.id/peta-sebaran 21. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Penanganan. Standar Alat Pelindung Diri (APD) Untuk Penanganan COVID-19 di Indonesia. Revisi 2. 2020.
  43. 43. 22. Hanafi BK. Managing HVAC System During COVID-19 Pandemic. 2020 23. Ikatan Dokter Indonesia. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Dokter Indonesia.2018. 24. Ikatan Dokter Indonesia, Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Petunjuk Pencegahan Penularan COVID-19 Untuk Petugas Kesehatan. Edisi 1. 2020. 25. Indonesian Industrial Hygiene Association. Surat Edaran Himbauan Untuk Mengimplementasikan Metode Pengendalian Teknis Guna Mengendalikan Penularan COVID-19 di Perkantoran. 2020 26. International Labour Organization-World Health Organization. Occupational Safety and Health in Public Health Emergencies.2018 27. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit. 2016 28. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja. 2016 29. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit. 2016 30. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 2017 31. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 2018. 32. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/327/2020 tentang Penetapan COVID-19 Akibat Kerja Sebagai Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Pekerjaan Tertentu. 2020 33. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019(COVID-19). 2020.
  44. 44. 34. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/446/2020 tentang Petunjuk Teknis Klaim Penggantian Biaya Pelayanan Pasien Penyakit Infeksi Emerging Tertentu Bagi Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan Pelayanan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). 2020 35. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/447/2020 tentang Penetapan COVID- 19 Akibat Kerja Sebagai Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Pekerjaan Tertentu. 2020 36. Leka S. Psychosocial Hazards. 2003 37. Leka S, Griffiths A, Cox T, World Health Organization. Work organisation and stress: systematic problem approaches for employers, managers and trade union representatives. World Health Organization. 2003. 38. Morawska L, Tang JW, Bahnfleth W, Bluyssen PM, Boerstra A, Buonanno G, dkk. How can airborne transmission of COVID-19 indoors be minimised?. Environment International. 2020;142:105832. 39. Occupational Safety and Health Act. Guidance on Preparing Work places for COVID-19. 2020 40. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Tatalaksana COVID-19 Edisi 3. 2020 41. Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia. Usulan Panduan Pemeriksaan Laboratorium COVID-19. 2020 42. Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia. Buku Penatalaksanaan Kembali Bekerja dari Aspek Kedokteran Okupasi. 2019 43. Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia. Buku Standar Penilaian Kelaikan Kerja pada Pelayanan KesehatanKerja. 2019 44. Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia. Buku Panduan Perlindungan Bagi Pekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dalam Masa Pandemi COVID-19. 2020.
  45. 45. 45. Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia. Rekomendasi PERDOKI Nomor 0261/Sekr/PERDOKI/III/2020 terkait pekerja di fasilitas pelayanan kesehatan yang positif terinfeksi COVID-19 dan/atau meninggal dengan positif terinfeksi COVID- 19. 2020 46. Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia. Pedoman penatalaksanaan kembali kerja pada kasus yang berkaitan dengan pajanan SARS CoV-2 pada masa pandemi COVID-19. 2021 47. PT TASPEN. Program PT. TASPEN (PERSERO) dalam upaya meningkatkan layanan di masa pandemi COVID-19.2021 48. PTASABRI. Sosialisasi penerapan jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga kesehatan yang mengalamiCOVID-19 Akibat Kerja untuk Peserta ASABRI. 2021 49. Rueda-Garrido JC, Vicente-Herrero M, del Campo M, Reinoso-Barbero L, de la Hoz RE, Delclos GL, dkk. Return to work guidelines for the COVID-19 pandemic. Occupational Medicine. 2020. 50. Saguni A. Konsep tata kelola ruang-ruang pelayanan Penyakit Infeksi Emerging. Kementerian Kesehatan RI. 2020 51. Susanto AD, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Alur untuk skrining dini, alur rujukan, penanganan dini bagi tenaga kesehatan yang terkenaCOVID-19. 2021. 52. The American Society of Heating, Refrigerating and Air-Conditioning Engine. Guidance For Polling Place HVAC Systems. 2020 53. World Health Organization. Diagnostic testing for SARS-CoV-2 (Interim guidance). 11 September 2020. 54. World Health Organization. Risk assessment and management of exposure of health care workers in the context of COVID-19. Interim guidance 19 March 2020. 55. Yadav T, Saxena SK. Transmission cycle of SARS-CoV and SARS-CoV-2. Coronavirus disease 2019 (COVID-19). 2020;33- 42.doi:10.1007/978-981-15-4814-7_4 56. Zhang X, Jiang Z, Yuan X, Wang Y, Huang D, Hu R, dkk. Nurses reports of actual work hours and preferred work hours per shift among frontline nurses during coronavirus disease 2019 (COVID-19) epidemic: A cross-sectional survey. International Journal of Nursing Studies. 2020:103635.
  46. 46. 57. Herawati. Variasi SARSCoV-2 dan dampaknya pada penanganan pandemi. 18 Juli 2021. 58. Kemkes RI. Kebijakan vaksinasi dosis ketiga (booster) bagi seluruh tenaga kesehatan , asisten tenaga Kesehatan dan tenaga penunjang yang bekerja di fasilitas pelayanan Kesehatan. 24 Juli 2021
  47. 47. SAFE DOCTORS SAFE PATIENTS

×