Dokumen tersebut membahas tentang gejala, penatalaksanaan, dan dilema sindrom Long COVID. Beberapa poin penting yang diangkat adalah prevalensi gejala Long COVID pada 35% pasien pasca COVID-19, faktor risiko seperti usia dan komorbid, serta berbagai gejala sistemik yang dapat muncul seperti kelelahan dan gangguan kognitif."
2. Bukan merupakan suatu hal yang baru terjadi
Kejadian Long COVID-19 sudah mulai terdeteksi dan diteliti sejak pertengahan tahun
2020
WHO pada bulan September 2020 menyatakan bahwa dari survey yang dilakukan, 35%
pasien yang sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19 mengaku tidak kembali ke kondisi
fisik optimalnya
Pada kelompok usia 18-24 tahun dengan kondisi tidak memiliki komorbid 1 dari 5
pasien mengalami Long COVID-19
LongCOVID-19/ sindromaPascacovid-19
WHO, EPI-Win, Infodemic. Update Clinical Long-term effects of COVID-19. WHO EPI-Win Update, Mar 26 2021 [Accessed April 8 2021]. Available from:
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/risk-comms-updates/update54_clinical_long_term_effects.pdf?sfvrsn=3e63eee5_8
3. Long COVID
WHO, EPI-Win, Infodemic. Update Clinical Long-term effects of COVID-19. WHO EPI-Win Update, Mar 26 2021 [Accessed April 8 2021]. Available from: https://www.who.int/docs/default-
source/coronaviruse/risk-comms-updates/update54_clinical_long_term_effects.pdf?sfvrsn=3e63eee5_8
Long Haulers
Sindrom
pascaCOVID
Post-acute
COVID-19
Sequalae post-
acute COVID-
19
Sindrom
kronik COVID
Pertama kali disorot pada Mei 2020 untuk menyebut gejala persisten
pasca infeksi akut SARS-CoV-2, dapat berupa gejala yang sama dengan
saat kondisi akut maupun gejala baru, dan spektrum gejala luas
Belum ada kesepakatan mengenai deifinisi dan terminologi untuk Long
Covid
PPK PDPI untuk gangguan paru dan pernapasan PADA LONG COVID:
SINDROM PERNAPASAN PASCACOVID-19 ADALAH GEJALA/GANGGUAN
PARU DAN PERNAPASAN YANG MENETAP ≥ 4 MINGGU SEJAK AWITAN
GEJALA COVID-19
4. PDPI :
Post Acute COVID-19 dan Pasca COVID-19 Kronik
• Menetap selama 4-12 minggu
sejak awitan COVD-19
Pasca COVID-
19 Akut
• Menetap selama 12 minggu atau
lebih sejak awitan Covid-19
Pasca COVID-
19 Kronik
5. Epidemiologi Long COVID
•Survey PDPI pada 463
pasien pasca infeksi akut
COVID: 63,5% pasien
mengalami gejala Long
COVID
•Data Statistik UK:
• Dari lebih dari 20.000
partisipan penelitian yang
positif COVID-19 di UK,
13,7% mengalami gejala
lanjutan selama minimal
12 minggu --> 8x lebih
tinggi dibandingkan
kelompok kontrol
Susanto, et al. 2021. Clinical picture and quality of life of post-COVID-19 patients in Indonesia. Department of Pulmonology, Faculty of Medicine, University of Indonesia - Persahabatan Hospital, as presented in the 18th Scientific
Respiratory Medicine Meeting, February 11th 2021.
Ayoubkhani D. Prevalence of ongoing symptoms following coronavirus (COVID-19) infection in the UK: 1 April 2021. Office of National Statistics; UK; April 2021. Available from:
https://www.ons.gov.uk/peoplepopulationandcommunity/healthandsocialcare/conditionsanddiseases/bulletins/prevalenceofongoingsymptomsfollowingcoronaviruscovid19infectionintheuk/1april2021
6. Faktor RisikoterjadinyaLongCOVID
Sudre, C.H., Murray, B., Varsavsky, T. et al. Attributes and predictors of long COVID. Nat Med 27, 626–631 (2021). https://doi.org/10.1038/s41591-021-01292-y
PHOSP-COVID Collaborative Group. Physical, cognitive and mental health impacts of COVID-19 following hospitalisation – a multi-centre prospective cohort study. medRxiv 2021.03.22.21254057; doi: https://doi.org/10.1101/2021.03.22.21254057
Davis HE, Assaf GS, McCorkell L, et al. Characterizing Long COVID in an International Cohort: 7 Months of Symptoms and Their Impact. medRxiv 2020.12.24.20248802; doi: https://doi.org/10.1101/2020.12.24.20248802
• Perempuan lebih berisiko dibandingkan laki-
laki
Jenis kelamin
• >50 tahun lebih berisiko
• Hasil studi belum konklusif: PHOSP-COVID:
risiko tidak linear, >70 tahun recovery lebih
baik, studi Sudre et al: risiko linear, makin
meningkat dengan usia
usia
• Risiko meningkat jika:
• adanya >5 gejala selama infeksi akut COVID-19
(terutama gejala kelelahan/fatigue, nyeri
kepala, dyspnea, suara serak, dan myalgia
• membutuhkan perawatan di rumah sakit
• termasuk kategori 7-9 WHO
Kondisi saat
infeksi akut
• kulit putih lebih berisiko
etnis
• memiliki ≥2 komorbid
sebelum infeksi akut
lebih berisiko
Komorbid
• <30 kg/m2 memiliki
tingkat recovery
pascaCOVID-19 lebih baik
BMI
7. Fatigue /Lelah
Batuk,
kongesti,
sesak napas
Anosmia,
ageusia
Sakit kepala,
nyeri-nyeri
badan
Diare, mual
Nyeri
abdomen dan
nyeri dada
Confusion
WHO, EPI-Win, Infodemic. Update Clinical Long-term effects of COVID-19. WHO EPI-Win Update, Mar
26 2021 [Accessed April 8 2021]. Available from: https://www.who.int/docs/default-
source/coronaviruse/risk-comms-updates/update54_clinical_long_term_effects.pdf?sfvrsn=3e63eee5_8
8. Tanda dan
Gejala Long
COVID
• Tanda dan gejala Long
COVID tidak hanya berupa
keluhan respirasi, dan
dapat ditemukan hampir
pada seluruh sistem organ
tubuh
• Studi Davis dkk:
• Dari 3.762 responden dari 56
negara, rata-rata responden
mengalami gejala di 9 sistem
organ
Raveendran AV, Jayadevan R, Sashidharan S. Long COVID: An overview. Diabetes & Metabolic Syndrome: Clinical Research & Reviews 15 (2021) 869-870
Davis, H. E. et al. Preprint at medRxiv https://doi.org/10.1101/2020.12.24.20248802 (2021)
Sindrom pascaCOVID Manifestasi klinis predominan
Kardiorespirasi Batuk, dyspnea, nyeri dada, demam
Neuropsikiatri Anosmia, nyeri kepala, insomnia, depresi, gangguan
kesehatan mental lainnya, serta gangguan
neurokognitif
Muskuloskeletal Artralgia, nyeri otot, kelemahan otot
Tromboembolik Sesak, deficit neurologis, nyeri dada, kelemahan
tungkai (sesuai dengan posisi sumbatan
tromboemboli)
Genitourinaria Proteinuria, hematuria, dan manifestasi gagal ginjal
lainnya
Dermatologi Lesi di ekstremitas berupa lesi maculopapular,
vesicular, urtikaria, atau COVID toe
MIS/autoimun Ruam, nyeri dada, palpitasi, demam, keluhan
gastrointestinal
Gastrointestinal Nyeri abdomen, muntah, konstipasi, diare
Hepatobilier Mual, jaundice, peningkatan penanda fungsi hepar
Sindrom fatigue Kelelahan/fatigue persisten
9. Tanda dan Gejala Long COVID
SURVEY OLEH PDPI: GEJALA TERBANYAK
kelelahan/fatigue, Batuk nyeri otot
nyeri kepala
gangguan
tidur,sesak
nyeri sendi
DAVIS DKK, 2021
•Studi Kohort internasional
dengan 3.762 responden dari
56 negara
•Keluhan terbanyak adalah
fatigue, malaise, dan
gangguan kognitif, dan rata-
rata responden mengalami
gejala di 9 sistem organ.
Susanto, et al. 2021. Clinical picture and quality of life of post-COVID-19 patients in Indonesia. Department of Pulmonology, Faculty of Medicine, University of Indonesia - Persahabatan Hospital, as presented in the 18th Scientific
Respiratory Medicine Meeting, February 11th 2021.
Davis, H. E. et al. Preprint at medRxiv https://doi.org/10.1101/2020.12.24.20248802 (2021)
10. Keluhan >6 bulan
HUANG C DKK, 2021
•Studi Kohort pada pasien 1733 Jin Yin-tan
Hospital, Wuhan, China
•Keluhan terbanyak adalah fatigue atau
kelemahan otot (63%, 1038 dari 1655)
dan kesulitan tidur (26%, 437 dari 1655).
Ansietas atau depresi ditemukan pada
23% (367 dari 1617) pasien.
•Gangguan difusi dan temuan CT
abnormal ditemukan lebih berat pada
pasien dengan keparahan penyakit lebih
berat pada masa perawatan
Huang C, et al. 6-month consequences of COVID-19 in patients discharged from hospital: a cohort study.
Lancet 2021; 397: 220–32. doi.org/10.1016/S0140-6736(20)32656-8
11. Gejala Persisten COVID-19
(Carfi DKK, 2020)
Melakukan penelitian pada pasien post
COVID-19 yang pernah menerima
perawatan di rumah sakit baik dalan
setting intensif dan non intensif
Ditemukan bahwa 3 gejala long COVID-
19 yang ditemukan antara lain kelelahan
otot, sesak nafas, nyeri sendi dan nyeri
dada
Sebanyak 44.1% subjek dinyatakan
mengalami penurunan kualitas hidup
Carfì A, Bernabei R, Landi F, et al. Persistent symptoms in patients after acute COVID-19. JAMA. 2020;
324(6):603-605. doi: 10.1001/jama.2020.12603
12. Multi-Organ Impairment in Low-Risk
Individuals with long covid-19
(Dennis DKK, 2020)
Gangguan organ yang ditemukan akibat long
COVID-19 pada pasien LOW-RISK:
Paru (33%)
Jantung (32%)
Ginjal (12%)
Hati (10%)
Pankreas (17%)
66% subjek setidaknya memiliki satu atau
lebih gangguan organ akibat long COVID-19
Dennis A, Wamil M, Kapur S, Alberts J, Badley A, Decker G et al. Multi-organ impairment in low-risk
individuals with long COVID. 2020;.
13. H I P O T E S I S T E R J A D I K E L U H A N L O N G C O V I D - 1 9
• Akibat tingginya sitokin (INF-y, IL-6 dan IL-10) menyebabkan perubahan mikrobio usus
Gangguan Gastrointestinal
• Terjadi akibat disfungsi mitokondria
• Beberapa faktor lain yang mempengaruhi antara lain asidosis laktat, peningkatan ROS
dan peningkatan sitokin
Post-Exertional Malaise (PEM)
• SARS-CoV-2 menginduksi ekspresi gen yang menyebabkan hiperaktivitas platelet
Gangguan Pembekuan Darah
Low RN, Low RJ, Akrami A. A Cytokine-based model for the pathophysiology of Long COVID symptoms 2020. doi:10.31219/osf.io/7gcnv
14. Invasi langsung virus ke SSP
• Protein virus SARS-CoV-2 ditemukan pada batang otak dan saraf cranial ->
neuroinvasif
• Kemungkinan virus menembus otak via Blood brain barrier
• Neuroinvasi memicu terjadinya neuroinflamasi -> memunculkan gejala sistemik long
COVID-19
Indirect Immune-Mediated pada SSP
• Dimediasi oleh sitokin proinflamasi yang muncul akibat infeksi virus di tubuh
menembus blood brain barrier menimbulkna gejala sistemik
H I P O T E S I S T E R J A D I K E L U H A N L O N G C O V I D - 1 9
Low RN, Low RJ, Akrami A. A Cytokine-based model for the pathophysiology of Long COVID symptoms 2020. doi:10.31219/osf.io/7gcnv
15. Sesak Napas Pasca Infeksi COVID-19
• Infeksi akut COVID-19 kerusakan
endotel dan reaksi imun dan inflamasi
pada jaringan paru
• Liu et al: keluhan sesak pasca infeksi akut
tidak hanya dirasakan pada pasien yang
memiliki tanda-tanda kerusakan paru
permanen
• Faktor risiko: lansia, riwayat acute
respiratory distress syndrome (ARDS),
perawatan lama di rumah sakit risiko
mengalami perubahan fibrotik jaringan
paru
Crook H, Raza S, Nowell J, Young M, Edison P. Long covid—mechanisms, risk factors, and management BMJ 2021; 374 :n1648 doi:10.1136/bmj.n1648
16. Mekanisme Sesak NapasPasca infeksi COVID-19
• Inflamasi kronis produksi sitokin proinflamasi dan reactive oxygen
species (ROS) berkelanjutan menyebar kejaringan dan aliran darah di
sekitarnya kerusakan meluas
(A) Inflamasi kronis
• Kerusakan endotel aktivasi fibroblas, yang menyimpan kolagen dan
fibronektin perubahan fibrotik.
(B) Perubahan fibrotik
jaringan paru
• Kerusakan endotel, aktivasi komplemen, trombosit, dan interaksi
trombosit-leukosit, sitokin proinflamasi, gangguan jalur koagulasi normal,
dan hipoksia memicu hiperkoagulasi berkelanjutan peningkatan
risiko trombosis.
(C) Tromboembolisme
vaskular paru
Crook H, Raza S, Nowell J, Young M, Edison P. Long covid—mechanisms, risk factors, and management BMJ 2021; 374 :n1648 doi:10.1136/bmj.n1648
17. Gangguan Tidur Post COVID-19
Stres dan cemas terkait pandemik dan
penyakit COVID-19
1
Perubahan irama sirkadian
2
Efek respon imun terhadap infeksi COVID secara langsung
maupun jangka panjang.
3
4
Insomnia dilaporkan terjadi pada banyak pasien yang sedang pemulihan COVID-19.
Insomnia adalah gangguan tidur dimana seseorang sulit untuk memulai
atau mempertahankan tidurnya.
Silva E, Ono B, Souza JC. Sleep and immunity in times of COVID-19. Rev Assoc Med Bras (1992). 2020;66(suppl 2):143–7
Jahrami H, BaHammam AS, Bragazzi NL, Saif Z, Faris M, Vitiello MV. Sleep problems during the COVID-19 pandemic by population: a systematic review and meta-analysis. J Clin Sleep Med. 2021;17(2):299–313.
Multifaktor:
Masih ada gejala pernapasan sisa COVID -19 (Batuk,
sesak)
18. 1. Stres, cemas dan
depresi
2. Perubahan Irama
sirkadian
Persepsi terhadap waktu sangat
penting bagi tubuh untuk adaptasi
kebutuhan setiap harinya. Manusia
memiliki “body clock” di
suprachiasmatic nucleus (SCN) di
hypothalamus.
Perubahan rutinitas, bersamaan
dengan bertambahnya jumlah waktu
tidur saat rawat dapat mengurangi
paparan pasien ke cahaya matahari.
Hal ini mempengaruhi jam biologis
tubuh.3
Berita tentang COVID-19,
angka kematian, berita duka
dari kerabat, kekhawatiran
tentang diri sendiri saat
terinfeksi COVID menyebabkan
impact negative terhadap
kualitas tidur.
Selama periode stress, system
saraf simpatetik adalah yang
paling aktif, meningkatkan
denyut jantung dan level
hormon stress. Hal ini yang
menyebabkan tubuh tetap
awake & alert.1
1Giri A, Srinivasan A and Sundar IK (2021) COVID-19: Sleep, Circadian Rhythms and Immunity – Repurposing Drugs and Chronotherapeutics for SARS-CoV-2. Front. Neurosci. 15:674204. doi: 10.3389/fn
2Semyachkina- Glushkovskaya, O.; Mamedova, A.; Vinnik, V.; Klimova, M.; Saranceva, E.; Ageev, V.; Yu, T.; Zhu, D.; Penzel, T.; Kurths, J. Brain Mechanisms of COVID-19-Sleep Disorders. Int. J. Mol.Sci.2021
3Silva E, Ono B, Souza J. (2020) Sleep and Immunity in times of COVID-19. REV ASSOC MED BRAS 2020; 66(SUPPL 2):143-147
Gangguan Tidur Post COVID-19
19. Diperkirakan hingga 75% pasien
COVID mengalami gangguan
tidur karena masih ada gejala
utama penyakit diantaranya
batuk, demam, dan kesulitan
bernapas.1
Jaringan fibrotik pada paru
pasien COVID-19 salah satu
akibat terjadinya obstructive
sleep apnea (OSA) yang
menyebabkan gangguan tidur
pada pasien COVID-19 yang
sedang recover.
3. Gejala Pernapasan long
COVID-19
4. Respon Imun terhadap COVID-19
inflamasi yang mendasari infeksi COVID-19 dapat
memicu gangguan tidur (respon imun pro inflamator).
Namun patofisiologi ini masih perlu diteliti.
2Gupta R, Pandi-Perumal SR. SARS-CoV-2-Infection: Paving Way For Sleep Disorder in Long Term. Sleep and Vigilance (2021) 5:1–2
2Semyachkina- Glushkovskaya, O.; Mamedova, A.; Brain Mechanisms of COVID-19-Sleep Disorders. Int. J. Mol.Sci.2021,22,6917.
Salah satu hipotesis
yaitu saat SARS-
CoV-2 masuk
jaringan otak via
reseptor ACE2 (E) di
sel endotel pembuluh
limfe memicu
cytokine storm (F)
dan inflamasi endotel
menyebabkan
COVID-19-related
sleep disorder (H)2
Gangguan Tidur Post COVID-19
20. Nyeri Kepala pada pasien COVID-19
Nyeri kepala dilaporkan banyak terjadi pada pasien terinfeksi COVID akut maupun saat recovery.
Apa yang menyebabkan nyeri kepala pada pasien COVID?
Bolay H, Gul A. COVID-19 is a Real Headache! (2020). American Headache Society
Mekanisme yang mendasari nyeri kepala terkait COVID-19
1. SARS-CoV Invasi langsung ke saraf trigeminal di cavum nasal
2. Di otak, ACE2 terdeteksi banyak pada neuron. ACE adalah enzim
penting yang memproduksi angiotensin II (Ang II) yang terlibat dalam
pathogenesis penyakit kardiovaskular, vasokonstriksi, dan stress
oksidatif. Ang II berfungsi meregulasi nyeri nosiseptif. Gangguan
regulasi ACE2 karena SARS-CoV menyebabkan rasa nyeri.
21. NYERI SENDI
(CarfiA,dkk.2020)
● Studi di the Fondazione Policlinico Universitario
Agostino Gemelli IRCCS in Rome, Italy 2020
sebanyak 143 pasien, menunjukan menetapnya
gejala atralgia sebanyak 27,3% (39 dari 143)
pada post covid-19.
Carfì A, Bernabei R, Landi F; Gemelli Against COVID-19 Post-Acute Care Study Group. Persistent
Symptoms in Patients After Acute COVID-19. JAMA. 2020;324(6):603-605. doi:10.1001/jama.2020.12603
22. Myalgia atau Nyeri Otot
(ArnoldD,dkk.2020)
Arnold DT, Hamilton FW, Milne A, et al. Patient outcomes after hospitalisation with COVID-19 and implications for
follow-up: results from a prospective UK cohort. Thorax. 2021;76(4):399-401. doi:10.1136/thoraxjnl-2020-216086
• Sampai saat ini belum ada jawaban pasti
mengenai nyeri sendi dan nyeri otot dapat
muncul pada pasien paska infeksi COVID-
19.
Nyeri otot dan nyeri sendi pada kasus “long
covid” mungkin disebabkan oleh penyakit
tertentu, perawatan ICU dalam waktu lama,
gangguan neurologi, miopati atau
ketidakseimbangan elektrolit.
Menurut Penelitian Nalbadian A, dkk mengenai
“Post-acute COVID-19 Syndrom”, mekanisme
terjadinya nyeri otot tumpang tindih antara
peradangan sistemik yang berat, neuromuscular,
trombosis mikrovaskular, dan degenerasi
neuromuscular.
23. Anxietas
Gangguan anxietas adalah kelainan perilaku kecemasanatau kekhawatiran
yang berlebihan dan gangguan perilaku (DSM-5)
Qi et al melakukan studi terhadap 1171pasien COVID-19 di China, sebanyak
21.4% mengalami anxietas post-covid.3
Taquet et al. melakukan studi cohort retrospective di US terhadap 236,379
pasien COVID-19, terdapat sebanyak 19.15% insiden anxietas dalam jangka waktu 6
bulan setelah pasien terinfeksi.4
Qi, T., Hu, T., Ge, QQ. et al. COVID-19 pandemic related long-term chronic stress on the prevalence of depression and anxiety in the general population. BMC Psychiatry 21, 380 (2021).
https://doi.org/10.1186/s12888-021-03385-x
Taquet, M., Geddes, J., Husain, M., Luciano, S. and Harrison, P., 2021. 6-month neurological and psychiatric outcomes in 236 379 survivors of COVID-19: a retrospective cohort study using electronic health records. The Lancet Psychiatry, 8(5), pp.416-427.
24. Anxietas pada Long COVID-19
Manifestasi COVID-19 pada system saraf
pusat5:
-Kejang
-CVD
-Distress psikologis: Anxietas, depresi
psikosis, gangguan mood, dll
Infeksi SARS-CoV-2
- Secara langsung
menginvasi SSP
- Respon imun akibat infeksi
Dapat terpadi peradangan
Kerusakan Otak
Ellul MA, Benjamin L, Singh B, et al. Neurological associations of COVID-19. Lancet Neurol. 2020; 19(9): 767-
783. https://doi.org/10.1016/S1474-4422(20)30221-0
25. Anxietas pada Long COVID
Faktor signifikan psikopatologis lain (selain mekanisme imunologis) terhadap
anxietas9,10:
• Ketakutan akan penyakit covid-19
• Ketakutan akan masa depan yang tidak menentu
• Stigma
• Memori traumatis akan penyakit yang berat
• Isolasi sosial
Faktor risiko11:
• Wanita
• Riwayat diagnosis psikiatri sebelumnya
• Kehawatiran terhadap kondisi kesehatan anggota keluarga lain
P.M.M. Carvalho, M.M. Moreira, M.N.A. de Oliveira, et al.The psychiatric impact of the novel coronavirus outbreak Psychiatry Res., 286 (2020), Article 112902
Tomasoni, D., Bai, F., Castoldi, R., Barbanotti, D., Falcinella, C., Mulè, G., Mondatore, D., Tavelli, A., Vegni, E., Marchetti, G. and d'Arminio Monforte, A., 2020. Anxiety and depression symptoms after virological clearance of COVID‐19: A
cross‐sectional study in Milan, Italy. Journal of Medical Virology, 93(2), pp.1175-1179.
N. Vindegaard, M. Eriksen BenrosCOVID-19 pandemic and mental health consequences: systematic review of the current evidence Brain Behav. Immun. (2020) DOI: 10.1016/j.bbi.2020.05.048
26. BerdebardebaratauPalpitasi
•Palpitasi atau rasa berdebar-debar adalah sensasi Ketika jantung berdetak cepat atau irregular
•Palpitasi pada umumnya dapat merupakan gejala manifestasi dari kelainan jantung, namun
dapat juga merupakan manifestasi dari penyakit/kelainan yang lain selain jantung.
Beberapa keluhana palpitasi post-covid diperkirakan berkaitan dengan Postural orthostatic
tachycardia syndrome (POTS)12:
Diagnosis POTS
- peningkatan Heart rate >30 beat per menit pada dewasa
- peningkatan hear rate > 40 beat per menit pada pasien usia 12-19 tahun
Dalam waktu 10 menit setelah posisi tegak, tanpa adanya hipotensi ortostatik, dan
Raj SR, Guzman JC, Harvey P, et al. Canadian cardiovascular society position statement on postural orthostatic tachycardia syndrome (POTS) and related disorders of chronic orthostatic intolerance. Can J Cardiol. 2020;36:357–372.
doi: 10.1016/j.cjca.2019.12.024.
27. Palpitasi pada Long COVID
Gejala berdebar-debar dapat berkaitan
dengan13 :
• Abnormalitas system kardiovaskular
• Disrupsi system autonom tubuh
•Inflamasi kardiomyosit myositis atau
kematian myosit fibroblast sekresi
molekuler dan kolagen ekstra seluler
fibrosis.13
28. PalpitasiakibatDisfungsiSystemSarafAutonompadaLong
COVID
Dapat dipengaruhi berbagai faktor:
•Prolong bedrest14
• Memengaruhi fisiologi tubuh
penghentian prolong bedrest setelah sembuh covid dapat merubah hal di
atas salah satu gejalanya palpitasi
•Autoimunitas15
• aktivasi system saraf simpatis terinduksi pelepasan sitokin pro-inflamasi,
• Pembentukan autoantibodi yang dapat mengaktivasi reseptor yang meregulasi
tekanan darah dan heart rate
Barbic F, Heusser K, Minonzio M, et al. Effects of prolonged head-down bed rest on cardiac and vascular baroreceptor modulation and orthostatic tolerance in healthy individuals. Front Physiol 2019;10:1061.
Goldstein DS, Vernikos J, Holmes C, Convertino VA. Catecholaminergic effects of prolonged head-down bed rest. J Appl Physiol 1985;78: 1023–9
29. Pendekatan
Diagnosis
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN
FISIS
• Keluhan multisistem
anamnesis dan pemeriksaan
fisis lengkap
direkomendasikan
• Riwayat:
• Riwayat infeksi akut COVID-
19, baik terkonfirmasi
maupun suspek
• Keluhan saat infeksi akut dan
keluhan saat ini
• Onset dan durasi keluhan
pascaCOVID-19
dibandingkan dengan awal
infeksi akut
• Riwayat komorbid dan
penyakit lainnya
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, CRP,
ferritin, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, gula darah,
HbA1c, analisis gas darah, elektrolit, d-dimer, PT,
APTT, fibrinogen, antibodi IgM dan IgG SARS-CoV-
2, dan swab PCR SARS-CoV-2 (atas indikasi)
Pemeriksaan saturasi oksigen perifer (SpO2)
Pemeriksaan radiologis berupa foto toraks AP/PA,
USG toraks, CT scan toraks, dan lung perfusion
scan (atas indikasi)
Pemeriksaan faal paru berupa uji jalan 6 menit,
kapasitas difusi, dan cardiopulmonary exercise
test dan Uji provokasi bronkus (atas indikasi)
Pemeriksan EKG
Penilaian kualitas hidup melalui kuesioner, seperti
instrument kuesioner WHOQOL.
Pemeriksaan lain untuk ekslusi diagnosis
diferensialsesuai keluhan
Siso-Almirall A, et al. Long Covid-19: Proposal Primary Care Clinical Guideline for Diagnosis and Disease Management. Int. J. Environ. Res. Public Health 2021, 18, 4350. https://doi.org/10.3390/ijerph18084350
PDPI. Panduan Praktik Klinik (PPK) Sindrom Pernapasan PascaCOVID-19. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; Maret 2021.
NICE. COVID-19 Rapid Guideline: Managing the Long-Term Effects of COVID-19. Available online: https://www.nice.org.uk/guidance/ng188
Long COVID: diagnosis per ekslusionam
32. DILEMA
PEMBIAYAAN ?
• KEMENKES
• BPJS
Raj SR, Guzman JC, Harvey P, et al. Canadian cardiovascular society position statement on postural orthostatic tachycardia syndrome (POTS) and related disorders of chronic orthostatic intolerance. Can J Cardiol. 2020;36:357–372.
doi: 10.1016/j.cjca.2019.12.024.