Studi ini menilai terjadinya infeksi "Breakthrough" SARS-CoV-2 dan korelasinya dengan respon humoral pada 3-6 minggu setelah vaksinasi lengkap COVID-19 pada 1.394 pasien dengan kelainan hematologi. Hasilnya menunjukkan 2,6% pasien mengalami infeksi "Breakthrough" dengan rata-rata 77 hari setelah vaksinasi lengkap. Pasien dengan titer antibodi rendah pada 3-6 minggu memiliki risiko lebih tinggi terinfe
4. Pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh Coronavirus baru
(SARS-COV-2) dapat memberikan dampak yang cukup berat
pada pasien-pasien dengan kelainan hematologi.
Vaksinasi SARS-COV-2 diharapkan dapat menurunkan
derajat keparahan Covid 19 pada pasien-pasien
imunokompromised.
Data mengenai efikasi vaksin SARS-COV-2
pada pasien dengan kelainan hematologi
masih kurang.
6. Pasien dengan data tidak lengkap
dan tidak mendapat persetujuan
untuk dilakukan tes serologi
(Sebanyak 289 pasien)
Infectious Complications Subcommittee
(GRUCINI) of the GETH-TC bekerja sama
dengan Spanish Society of Hematology and
Hemotherapy (SEHH).
Pasien hematologi yang telah
mendapat vaksinasi lengkap antara
30 Desember 2020 – 30 Juni 2021
(Terkumpul 1683 data pasien)
Studi Kohort Prospektif “Registry
Based” multicenter dengan
melibatkan 21 center.
Desain
Penelitian
Pelaksana
Kriteria
Eksklusi
Kriteria
Inklusi
Per 1 Desember 2021 terkumpul 1394 pasien yang
menjalani pemeriksaan deteksi antibodi pada 3-6
minggu setelah vaksinasi lengkap dan diikutkan dalam
analisis akhir.
7.
8. Definisi Teknis
Seropositif antibodi Antibodi IgG SARS-CoV-2-reaktif (SCoV2-R-A) terdeteksi saat
melewati batas bawah tingkat deteksi untuk setiap alat tes yang digunakan (metode ELISA
atau chemiluminescence) menggunakan satuan Binding Antibodi Unit/ml (BAU/ml)
Infeksi SARS-CoV-2 pra-vaksinasi Pasien dengan riwayat COVID-19 yang terbukti dengan
pemeriksaan PCR sebelumnya dan/atau serostatus positif SARS-CoV-2 (IgG dan/atau IgM)
Sebelum pemberian vaksin dosis pertama.
Infeksi “Breakthrough” SARS-CoV-2 Pasien terinfeksi SARS-CoV-2 setelah 7 hari berlalu vaksin
dosis kedua yang dibuktikan dengan tes PCR atau tes serologis humoral (serokonversi anti-
Nucleokapsid)
9. Tujuan utama dari penelitian ini
adalah untuk menilai
terjadinya infeksi “Breakthrough”
SARS-CoV-2 dan korelasinya
dengan respon humoral pada 3-6
minggu setelah vaksinasi
lengkap COVID-19
Menganalisis efek dari nilai cutoff
yang berbeda dari titer SCoV2-R-
A pada munculnya dan tingkat
keparahan infeksi “Breakthrough”
SARS-CoV-2.
Analisa Statistik
1. Fisher exact test/Mann–Whitney's U test digunakan untuk perbandingan
2. Analisis univariat dan multivariat diuji menggunakan model regresi logistik
10. The primary objective to assess the occurrence of
breakthrough SARS-CoV-2 infection and its correlation with
qualitative and quantitative humoral response at 3–6 weeks after
full COVID-19 vaccination
We also analyzed the effect of different cutoff values of
quantitative SCoV2-R-A titers on development and severity of
breakthrough SARS-CoV-2 infection.
For comparisons, Fisher exact test or Mann–Whitney’s U test was
used when appropriate
Univariate and multivariate analyses were tested using logistic
regression models
A median test subanalysis to check the protective effect of the
amount of SCoV2-R-A was carried out in patients with available
quantitative SCoV2-R-A titers normalized to BAU/mL
All analyses were performed using the statistical software SPSS v.
25
12. Sebanyak 37 pasien (2,6%) mengalami infeksi “Breakthrough” SARS-
CoV-2 dengan median 77 hari (7-195 hari) setelah mendapat Vaksin
dosis kedua.
13. Pasien dengan infeksi
SARS-CoV-2 sebelum
vaksinasi memiliki titer
SCoV2-R-A yang lebih
tinggi dibandingkan
mereka yang tidak
memiliki riwayat infeksi
SARS-CoV-2
sebelumnya.
14. Pasien yang mengalami
infeksi “Breakthrough”
SARS-COV-2 memiliki
titer antibodi yang lebih
rendah pada 3-6 minggu
setelah vaksinasi lengkap
19. 1. Pasien dengan penyakit hematologi memiliki tingkat respons humoral
yang lebih rendah pada penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi
1. Pasien dengan titer SCoV2-R-A yang rendah pada 3-6 minggu setelah
vaksinasi lengkap memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terinfeksi SARS
CoV-2.
1. Titer antibodi yang lebih tinggi, ditambah natural immunity dari tubuh
pasien, dapat memberikan perlindungan yang lebih kuat.
20. KEUNGGULAN
Artikel ini merupakan yang pertama dalam menunjukkan bukti
adanya hubungan antara respon serologis dengan efikasi
klinis
21. Keterbatasan Studi
1. Penggunaan uji serologis yang berbeda.
2. Tidak adanya uji Neutralizing Antibodi.
3. Tidak adanya analisis respon imun seluler.
4. Kurangnya data molekuler mengenai varian
SARS-CoV-2.
5. Sebagian besar infeksi SARS-CoV-2 yang
dilaporkan, terjadi ketika varian Delta dominan
di Spanyol sehingga mekanisme kerja titrasi
antibodi terhadap varian omicron masih harus
dievaluasi.
22. KESIMPULAN
5
Nilai batas titer antibodi yang cukup untuk mengurangi resiko infeksi dan keparahan pada
pasien dengan kelainan hematologi sebesar 250 BAU/ml.
Pemantauan serologis setelah vaksinasi SARS-CoV-2 berguna dalam mengidentifikasi
pasien hematologi yang berisiko tinggi mengalami Infeksi “Breakthrough” SARS-CoV-2.
Tingkat titer antibodi pada 3 hingga 6 minggu setelah vaksinasi dosis kedua terkait dengan
perlindungan, baik terhadap infeksi maupun sakit berat untuk varian-varian non-Omicron
SARS-CoV-2.
Menurut teori yang ada, respon imunologi pasien-pasien dengan kelainan hematologi lebih lemah dibandingkan populasi yang sehat, dengan kata lain pasien-pasien ini mengalami suatu keadaan imunokompromised.
Sehingga pada jurnal ini penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menganalisis manfaat dari vaksinasi dosis lengkap terhadap infeksi “Breakthrough” SARS-COV-2 pada pasien hematologi.