5. Vaksin
Vaksinasi
Imunisasi
• Produk biologis yang dapat
menghasilkan imunitas
spesifik untuk penyakit
tertentu
• Pemberian vaksin ke dalam
tubuh untuk menghasilkan
imunitas spesifik untuk
penyakit tertentu
• Proses yang menyebabkan
seseorang menjadi imun
sehingga tercegah dari
penyakit melalui vaksinasi
Istilah vaksinasi dan imunisasi sering dipakai
secara bergantian
7. Vaksinasi
Meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen (virus, kuman), dengan cara
memberikan antigen tsb, sehingga bila terpajan
dengan antigen yang sama, sudah mempunyai zat
kekebalan spesifik.
Tujuannya untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu pada seseorang, masyarakat/populasi,
bahkan melenyapkan penyakit tertentu dari dunia.
9. Mengapa orang dewasa memerlukan vaksinasi?
Penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin belum hilang
Vaksin sama pentingnya untuk kesehatan kita secara keseluruhan seperti
diet dan olahraga
Vaksin aman dan efektif
Karena pemberian imunisasi sewaktu kecil tidak memberikan jaminan
kekebalan yang tetap untuk seumur hidup
Vaksinasi bisa berarti perbedaan antara hidup dan mati
Pencegahan penyakit akan mencegah keluarga dan lingkungan sekitar
untuk ikut terjangkit penyakit
10. Mencegah penularan penyakit menular
Eradikasi penyakit menular (Variola)
Mengendalikan penularan penyakit (Polio, Morbili)
Manfaat Vaksinasi
12. Cakupan
Imunisasi
Penting
Jika cakupan imunisasi turun,
tidak mencapai target yang
diharapkan dapat terjadi
kejadian luar biasa (outbreak).
Untuk mengatasi outbreak perlu
upaya yang cepat terpadu dan
membutuhkan biaya besar
karena mungkin perlu dilakukan
outbreak response
immunization.
13. Vaksinasi
Variola oleh
Edward Jenner
1796
• Sebenarnya dokter-dokter Muslim di Turki sudah
terlebih dahulu melakukan imunisasi sebelum
Edward Jenner.
• Imunisasi telah dikembangkan juga di Cina, India,
dan Turki
• Pada awal abad 18 Lady Mary Wortley Montagu
istri duta besar Inggris di Turki menceritakan
praktik imunisasi variola pada dokter-dokter
Inggris.
14. Imunisasi
pada orang
Dewasa di
Indonesia
1. Imunisasi pada anak secara massal
telah dimulai pada tahun 1970 dan telah
berkembang menjadi Program
Imunisasi Nasional.
2. Imunisasi pada dewasa baru dimulai
tahun 2003.
3. Imunisasi dewasa biaya masih
ditanggung masyarakat kecuali tetanus
dan difteri.
4. Di luar negeri imunisasi dewasa
sebagian besar ditanggung oleh
negara.
16. Istilah Herd
Immunity
• Herd Immunity = Kekebalan
kelompok
• Herd Immunity adalah
kekebalan kelompok yang
besar (misalnya 70%)
sehingga sebagian kecil (30%)
yang belum punya kekebalan
juga terlindung.
• Herd Immunity dapat dicapai
melalui :
• Herd Immunity alami
• Herd Immunity buatan:
Vaksinasi
17. Herd Immunity
COVID-19
Dicapai dengan vaksinasi COVID-
19
Menurut perhitungan untuk
mencapai Herd Immunity perlu
dilakukan vaksinasi COVID-19 pada
sekitar 70% kelompok sasaran
Upaya 5M tetap harus dijalankan
19. Tujuan
Vaksinasi
CoVid-19
Menurunkn angka kesakitan dan
kematian akibat CoVid-19
Mencapai kekebalan kelompok/Herd
Immunity untuk melindungi
kesehatan masyarakat
Menjaga produksitivitas dan
meminimalkan dampak sosial dan
ekonomi
Melindungi dan memperkuat sistem
kesehatan secara menyeluruh
23. Fase-fase Uji Klinik pada Pengembangan
Vaksin Fase I Fase II Fase III
Tujuan Primer: mengevaluasi
keamanan dan
reaktogenitas
Sekunder: menilai respon
imun
Mengidentifikasi bentuk
vaksin, dosis optimal, dan
jadwal pemberian
Tambahan data keamanan
dan data awal efikasi
Mengevaluasi efikasi
(vaccine efficacy, VE) dan
keamanan pada populasi
yang lebih luas
Populasi uji
klinik
Ia: Dewasa sehat dan
imunokompeten
Ib: Populasi lain yang
mendekati populasi target
Ratusan hingga ribuan
subyek dari populasi target
dan multisenter Dewasa,
remaja, anak-anak, bayi,
usia lanjut, wanita hamil,
tergantung dari tujuan uji
klinik
Ribuan subyek dari
populasi target
Desain Open-label, non-
randomisasi; namun dapat
pula uji klinis acak tersamar
tunggal atau ganda
Uji klinik acak (randomized
clinical trial, RCT)
Uji klinik acak (superioritas
atau non-inferioritas)
Lokasi
penelitian
Rumah sakit tersier dengan
fasilitas penelitian, untuk
mengawasi ketat efek
samping
Komunitas Komunitas
24. Sero konversi dan Sero protektif
Sero Konversi adalah
peningkatan antibodi
yang spesifik terhadap
vaksin setelah
imunisasi.
Sero Protektif adalah
level antibodi yang
mencapai tingkat
yang memberikan
perlindungan.
25. Efikasi dan Efektivitas Vaksin
Efikasi vaksin adalah
penurunan insiden
penyakit pada kelompok
yang divaksinasi
dibanding dengan
kelompok yang tidak
divaksinasi pada kondisi
optimal (uji klinik).
Efektivitas vaksin adalah
kemampuan vaksin
dalam mencegah
penyakit yang sesuai
pada populasi dunia
nyata.
27. Efikasi vaksin
• Efikasi ditentukan sejumlah faktor,
seperti latar belakang kelompok
sukarelawan untuk uji klinis dan
epidemiologi wilayah uji klinik dilakukan.
• Vaksin dengan kemanjuran 65,3 persen
dalam uji klinis, berarti ada penurunan
65,3 persen kasus penyakit pada
kelompok yang divaksinasi
dibandingkan dengan kelompok yang
tidak divaksinasi.
30. Penyediaa
n vaksin
COVID-19
tahun 2021
1. Jumlah vaksin lebih kecil dari
kebutuhan : penyediaan vaksin di
Indonesia
2. Kerjasama dengan Sinovac
3. Kerjasama dengan pihak lain
4. Bila telah tersedia produksi dalam
negeri (diharapkan 2022)
31. No Nama Vaksin/ Developer
NRA/WHO (yg
terbitkanEUA)
Rentang usia Keamanan Vaccine Efficacy
1 CoronaVac (Sinovac)
Platform: Inactivated/IM
Suhu penyimpanan: 2-8 C
Badan POM 18-59 tahun
≥ 60 tahun
(sedang ujiklinik)
bersifat ringan hingga sedang, yaitu efek samping lokal
berupa nyeri, indurasi (iritasi), kemerahan dan
pembengkakan. Selain itu terdapat efek samping sistemik
berupa myalgia (nyeri otot), fatigue, dan demam.
Uji Klinik Fase 3 (interim report/3 bulan)
1. Indonesia:65.3%
2. Turki: 91.25%
3. Brazil:
Hasil VE 8 Jan 20 adalah 78%, sedangkan pada
12 Jan 50,38%.
3 – 17 tahun
(sedang ujiklinik)
2 BioFarma
Platform: Inactivated/IM
Suhu penyimpanan: 2-8 C
Sama seperti
Sinovac
Sama seperti
Sinovac
Sama seperti Sinovac Sama seperti Sinovac
3 Pfizer (BioNTech COVID-19
Vaccine)
Platform: mRNA/IM
Suhu penyimpanan: -80 -
60oC. Pada suhu 2-8 C dapat
disimpan selama 5 hari
US FDA
UK MHRA,
Health
Canada,
Saudi FDA
HSA
Singapura
Swissmedic
WHO (EUL)
>16 tahun Nyeri pada lokasi injeksi, Kelelahan, sakit kepala, nyeri
otot, Demam/ meriang, Pebengkakan dan merah pada
lokasi injeksi, Muntah, Reaksi alergi parah
1.5% relawan mengalami efek samping berat
95%
4 Astra Zeneca/ University of Oxford
Platform: non replicating viral
vector/ IM
Suhu penyimpanan: 2-8℃
MHRA UK,
Argentina,
India, dan
Meksiko.
5-12 tahun
≥ 18 tahun
nyeri, kemerahan, gatal, pembengkakan pada lokasi
injeksi, kelelahan, demam, sakit kepala, muntah
Kelompok 1 (dosis penuh – dosis penuh): 62.1%
Kelompok 2 (setengah dosis – dosis penuh):
90.0%
Rerata: 70.4%
VAKSIN YANG TERCANTUM DALAM KMK No. 12758 TAHUN 2020 TENTANG
PENETAPAN JENIS VAKSIN UNTUK PELAKSANAAN VAKSINASI COVID-19
32.
33. Vaksin apa yang akan
dipakai
Ditentukan oleh pemerintah
Sinovac
Dosis 0,5 ml IM
Pemberian 2 x dengan jarak
waktu 2 minggu
37. Pasal 8
(1) Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 dilakukan secara bertahap sesuai
dengan ketersediaan Vaksin COVID-19.
(2) Dalam pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ditetapkan kriteria penerima Vaksin COVID-19
berdasarkan kajian Komite PenasihatAhli Imunisasi Nasional
(Indonesian Technical AdvisoryGroup on Immunization) dan/atau
Strategic Advisory Groupof Experts on Immunization of the World
Health Organization (SAGE WHO).
(3) Kriteria penerima Vaksin COVID-19 sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) disesuaikan dengan indikasi Vaksin COVID-19 yang tersedia.
(4) Berdasarkan ketersediaan Vaksin COVID-19 sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ditetapkan kelompok prioritas penerima Vaksin COVID-
19 sebagai berikut:
a.tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, tenaga penunjang
yang bekerja pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Tentara Nasional
Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, aparat hukum,
danpetugas pelayanan publik lainnya;…
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN
2020
TENTANG PELAKSANAAN VAKSINASI DALAM RANGKA PENANGGULANGAN
PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
39. Indikasi
Imunisasi
COVID-19
Perlu Prioritas
Indikasi pada umumnya yang disusun oleh
banyak negara:
1. Petugas kesehatan
2. Garda depan pelayanan publik
3. Penyelenggaraan administrasi negara
4. Kelompok produktif
5. Kelompok dengan komorbiditas
6. Kelompok usia lanjut
7. Kelompok anak
41. Prosedur Vaksinasi
Health Age
>18- <60
Lifestyle
Karjadi TH. Tata cara pemberian imunisasi. Pedoman imunisasi pada orang dewasa 2017
Occupation
Tenaga kesehatan
42.
43. Persiapan bagi orang yang akan
divaksin
• Penapisan orang yang akan divaksin
• Riwayat vaksinasi sebelumnya
• Penapisan kontra indikasi dan perhatiankhusus
• Komunikasi keamanan imunisasi
• Persiapananafilaksis
• Posisi dan kenyamananpasien
• Pengendalian nyeri dan infeksi
• Antisipasi KIPI
44. Kelompok yang Tidak Layak
Divaksinasi
1. Kelompok penyakit kronis yang belum terkendali
2. Penyakit autoimun
3. Kelompok yang mendapat obat penurun kekebalan tubuh
yang dosisnya besar (misalnya kanker)
4. Penentuan layak atau tidak layak imunisasi COVID-19 oleh
dokter
45. SIAPA YANG LAYAK, TIDAK LAYAK ATAU TUNDA VAKSINASI
Reaksi anafilaksis Bukan akibat
vaksinasi Covid)
Alergi obat, alergi makanan
Asma bronkial Bukan asma akut
Rhinitis alergi
Urtikaria
Dermatitis Atopi
HIV Layak dengan catatan
PPOK
TB minimal 2 minggu setelah OAT
Kanker paru
Interstitial lung disease
Penyakit hati
Diabetes melitus terkontrol HbA1C
dibawah 58 mmol/ mol atau 7,5%
Obesitas
Pendonor darah
Nodul tiroid
Pasien dengan infeksi akut
demam ≥37,5°C
Setelah Vaksinasi Hep. B atau
vaksinasi lainnya di tunda 1
bulan kemudian
Bila baru mendapatkan
vaksinasi Hep. B 0 bulan
diharuskan mendahului
vaksinasi Hep. B bulan 1
terlebih dahulu
Jawaban YA pada salah satu
pertanyaan No. 16 (pernah
memiliki penyakit paru: Asma,
PPOK, TBC)
LAYAK
DITUNDA
Hipertensi tidak terkontrol (TD >140/90 mmHg)
Penyintas Covid
Jawaban YA pada pertanyaan 1-13
HIV CD4 <200
Sindrom Hiper IgE
PGK non dialysis/ PGK dialysis
Transplantasi ginjal
SN dengan imunosupresan/ kortikosteroid
Gagal jantung, PJK
Reumatik Autoimun (Autoimun sistemik)
Penyakit gastrointestinal
Hipertiroid/ hipotiroid karena autoimun
Kanker, kelainan hematologi (gangguan
koagulasi), imunokompromais, terapi aktif
kanker, pemakai obat imunosupresan, penerima
produk darah
Pasien hematologi onkologi terapi aktif
jangka Panjang (leukemia, ITP
, dll)
TIDAK LAYAK
Dokumen ini Berlaku untuk Internal
RSCM
46. Apa yang berbeda dari prosedur vaksinasi
yang biasanya?
Jadwal vaksinasi, berjarak 28 hari dari vaksin lainnya
48. • Efek samping yang mungkin terjadi setelah pemberian vaksin CoronaVac dapat berupa
reaksi lokal dan reaksi sistemik.
• Berdasarkan hasil uji klinik vaksin CoronaVac pada lebih dari 10.000 subjek manusia yang
dilakukan di Indonesia, China, Brazil dan Turki, efek samping vaksin CoronaVac sifatnya
ringan hingga sedang.
• Tidak ada efek samping serius yang dilaporkan terkait dengan pemberian vaksin
CoronaVac.
Reaksi Lokal yang dilaporkan selama studi
klinik:
nyeri di tempat injeksi
Pembengkakan
Eritema
Gatal
Indurasi
kemerahan
menurunnya sensasi dan warna kulit yang
lebih
pudar (discolouration).
Reaksi sistemik yang umum dilaporkan
selama studi klinik:
nyeri otot
Demam
rasa lelah (fatigue)
mual, muntah, dan sakit kepala
INFORMASI PRODUK VAKSIN CORONAVAC
(Sumber: BPOM)
50. Semakin sukses suatu kampanye vaksinasi, semakin
berkurang penyakit ada dalam masyarakat/ publik
Karena ancaman penyakit yang asli hilang dalam
persepsi publik, perhatian penduduk dapat fokus pada
efek buruk vaksin.
Terdistorsinya persepsi tentang risiko vaksin dan
ancaman kesehatan yang jauh lebih besar oleh penyakit
asli dapat menyebabkan penurunan penerimaan vaksin.
52. Untuk memastikan diterimanya penerimaan vaksin secara
terus-menerus, penting untuk:
Memantau insiden KIPI
Secara ilmiah mengevaluasi kemungkinan asosiasi antara
vaksin dengan KIPI
tanggapi risiko yang baru teridentifikasi dari vaksin
Mengkomunikasikan manfaat dan risiko kepada pasien
sebelum dilakukan vaksinasi.
53. Mengapa KIPI Harus Dipantau?
Tidak ada vaksin yang 100% aman dan tanpa risiko
Penting untuk mengetahui risiko dan bagaimana menangani
peristiwa semacam itu ketika terjadi
Menginformasikan kepada orang dengan benar tentang KIPI
membantu menjaga kepercayaan publik terhadap program
imunisasi
Pemantauan KIPI juga membantu meningkatkan kualitas
layanan
55. Apakah KIPI sama dengan efek samping?
Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi atau biasa disebut KIPI merupakan kejadian
medik yang diduga berhubungan dengan vaksinasi.
Berupa reaksi vaksin, kesalahan prosedur, koinsiden, reaksi kecemasan,
atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.
KIPI diklasifikasikan serius apabila kejadian medik akibat setiap dosis
vaksinasi yang diberikan menimbulkan kematian, kebutuhan untuk rawat
inap, dan gejala sisa yang menetap serta mengancam jiwa.
Klasifikasi serius KIPI tidak berhubungan dengan tingkat keparahan (berat
atau ringan) dari reaksi KIPI yang terjadi.
56. Vaksin Covid-19: baru
Vaksin yang digunakan dalam program vaksinasi COVID-19 ini masih
termasuk vaksin baru sehingga untuk menilai keamanannnya perlu
dilakukan surveilan baik aktif maupun pasif yang dirancang khusus
Kejadian Ikutan dengan Perhatian Khusus (KIPK).
KIPI yang tidak terkait dengan vaksin atau koinsiden harus diwaspadai.
Penapisan status kesehatan sasaran yang akan divaksinasi harus dilakukan
seoptimal mungkin
57. Peran
Tokoh
masyarak
at Bila ada informasi yang diragukan harap
merujuk ke pusat informasi yang
berwenang dan dapat dipercaya.
Memberi informasi yang benar sesuai
dengan petunjuk kementerian
Kesehatan.
Berperan serta dalam melaksanakan
imunisasi.
Menjadi contoh bagi masyarakat untuk
menjalani imunisasi.
58. Kesimpulan
1. Untuk mempercepat penanggulangan COVID-19 di Indonesia
selain upaya protokol kesehatan juga diperlukan vaksinasi
COVID-19.
2. Agar dapat memutus rantai penularan secara menyeluruh perlu
dilakukan vaksinasi pada sekitar 70% kelompok sasaran.
3. Vaksinasi COVID-19 dilakukan pada orang sehat atau yang
penyakitnya dalam keadaan terkendali.
4. Tenaga kesehatan menjadi panutan masyarakat dan perlu
berpartisipasi dalam menjalankan imunisasi COVID-19.
Perbedaan antara pengembangan vaksin tradisional dan paradigma era pandemi. Paradigma di era pandemi membutuhkan berbagai aktivitas yang menimbulkan resiko finansial bagi pembuat vaksin, tanpa mengetahui apakah kandidat vaksin aman dan efektif.
Pada kondisi normal, seluruh proses pembuatan vaksin baru dapat memakan waktu 10-15 tahun sampai akhirnya dapat diberikan ke masyarakat luas. Namun, dalam kondisi pandemi, karena urgensinya, dapat dilakukan penggabungan fase uji klinis yang dapat mempersingkat waktu pembuatan hingga 12-18 bulan.