SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
KISI-KISI
1. Pelajari tentangkurvapermintaanbengkok/patahdalamstrukturpasar
2. Pelajari tentangbagaimanaterjadinyaperubahanjenispasartertentumenjadi jenispasar
lainnya.Misalnya,sebelumnyapasarmonopoli berubahmenjadipasaroligopoli
3. Pelajari kenapapendudukjepanglebihcintaprodukdalamnegeri dibandingkandengan
produkluar negeri
4. Pelajari tentangpasarmonopoli PLN tidakbisamenjadi pasaroligopoli
5. Pelajari tentangkapansuatujenispasarmengalami keuntungandankapanmengalami
kerugian
Penentuan harga output dalam pasar oligopoly yang tidak bergabung (non collusive
oligopoly) dalam model kurva permintaan bengkok atau The Kinked – Demand Model
Jika di dalam pasar oligopoly tidak terdapat kesepakatan diantara produsen
yang terdapat dipasar maka setiap tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan akan
memancing perusahaaan lain. Apabila suatu perusahaan menurunkan harga maka,
perusahaan yang lain juga ikut menurunkan harga, sebab jika ia tidak ikut menurunkan
harga maka ia dapat kehilangan pelanggannya yang beralih pada perusahaaan yang
menurunkan harga produknya. Sebaliknya yang terjadi apabila suatu perusahaan
menaikkan harga produknya maka hal ini tidak akan diikuti oleh perusahaan yang lain
sebab jika perusahaan yang lain ikut menaikkan harga maka ia akan kehilangan banyak
pelanggannya, karena pelanggan akan berpindah menuju perusahaan yang menjual
produk dengan harga murah. Sehingga dapat disimpulkan dari asumsi diatas bahwasanya
“dalam pasar non collusive oligopoly penurunan ataupun kenaikan harga produk
akan mendorong perusahaaan lain untuk ikut menurunkan atau menaikkan harga” .
Dalam hal ini penurunan harga oleh suatu perusahaan yang diikuti dengan perusahaan
yang lain, tetapi aksi menaikkan harga yang cenderung tidak diikuti oleh pesaingnya
mengakibatkan suatu perusahaan menghadapi kurva permintaan yang patah atau
bengkok (The Kinked Demand Curve). Model ini pertama kali dikemukakan oleh
seorang ekonom P. Sweezy pada tahun 1939. Sweezy dalam modelnya menggunakan
kurva permintaan bengkok atau The Kinked-Demand Curve sebagai alat analisanya. The
Kinked Demand Curve , yaitu kurva permintaan untuk mengantisipasi apabila terjadi
kenaikan harga dan kurva permintaan untuk mengantisipasi apabila terjadi penurunan
harga. Pada model ini juga ditegaskan bahwa perubahan pada biaya jarang sekali
diimbangi dengan perubahan pada harga pasar,
dan bila perubahan pada harga pasar benar – benar terjadi dipasar oligopoly cenderung
terjadi dalam skala yang cukup besar. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut
Kurva D1 adalah kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan oligopoly dengan
asumsi apabila ia merubah ( menaikkan atau menurunkan ) harga maka perusahaan lain
tidak memberikan reaksi terhadap perubahan harga tersebut. Sedangkan kurva D2
merupakan kurva permintaan yang dihadapi pada perusahaan oligopoly dengan asumsi
perubahan harga produk yang dilakukannya akan diikuti oleh perusahaan lain yang ada
dalam industry yang sama. Misalkan perusahaan berada pada tingkat harga mula – mula
Po, jumlah permintaan yangdihadapi adalah sebayak Qo. Jika perusahaan tersebut
menurunkan harga produknya, maka jumlah permintaan akan suatu produk tersebut
akan bertambah. Seandainya penurunan harga Po ke P1 tersebut tidak diikuti oleh
perusahaan lain maka permintaan yang di hadapinya akan bertaabah sebesar Qa. Namun
apabila perusahaan – perusahaan lain dalam pasar oligopoly tersebut ikut menurunkan
harga seperti yang telah di lakukan oleh perusahaan pertama maka permintaan output
yang dihadapi hanya cukup pada Qb. Kenaikan ini hanya disebabkan oleh substitution
effect dan income effect dari pelanggannya.
Sebaliknya jika yang terjadi adalah suatu perusahaan berusaha menaikkan harganya
sebesar P2, sedangkan perusahaan lain tidak ikut dalam menaikkan harga atas produknya
yang dijual dan perusahaan lain itu tetap menjualnya dengan harga Po maka perusahaan
pertama ini akan banyak mengalami kehilangan pelanggan dan jumlah barang yang
dapat dijual hanya mampu bertahan pada Qd. Akan tetapi, jika perusahaan yang lain ikut
manaikkan harga , maka ia hanya akan mampu menjual jumlah output pada Qc,
meskipun resiko ia akan kehilangan konsumen atau pelanggan masih tetap terjadi.
Dengan asumsi bahwa suatu perusahaan tidak ingin kehilangan pelanggannya dan
senang ketika mendapat pelanggan yang baru maka perusahaan oligopoly tersebut akan
berperilaku sebagai berikut:
1. Mereka akan ikut menurunkan harga apabila ada perusahaan yang lain
didalam pasar yang ikut menurunkan harganya, sehingga ia tidak akan
kehilangan pelanggannya.
2. Mereka tidak akan ikut menaikkan harga, apabila perusahaan yang lain
menaikkan harga dari produk yang mereka jual. Karena apabila mereka
tidak ikut menaikkan hrga maka mareka akan mendapat tambahan
pelanggan dari perusahaan pertama yang telah menaikkan harga tersebut.
Maka berdasar asumsi tersebut diatas maka kurva permintaan dari perusahaan
oligopoly adalah berupa kurva bengkok (The Kinked Demand Curve) seperti yang
telah ditunjukkan oleh kurva d b D2 pada gambar diatas.
MODEL KURVA PERMINTAAN BENGKOK ( THE KINKED DEMAND CURVE)
SOAL !!
Misalnya seorang produsen oligopoly (non collusive oligopoly) apabila ia
menaikkan harga produk yang dijualnya , maka kurva yang dihadapinya
mempunya fungsi : Q1 = 280 – 40P1 atau P1 = 7 – 0,025Q1. Dan untuk
penurunan harag, fungsi permintaannya : Q2 = 100 10P2 atau P2 = 10 – 0,1Q2.
Dimana Q = output , dan P = harag dalam milyar rupiah. Jika fungsi biaya
produksi totalnya adalah : TC = 2Q + 0.025Q2 , maka :
a. Berapakah jumlah output yang terjual dan harga penjualan output
produsen oligopoly ?
b. Karena produsen non collusive oligopoly menghadapi kinked demand
curve, maka berapakah batas atas dan batas bawah dari terputusnya
MR?
PENYELESAIAN :
a. Patahan kurva terjadi pada titik potong antara kurva demand D1 dan
D2. Sehingga pada titik potong tersebut akan diperoleh Q1=Q2=Q dan
D1=D2. Dan jika P1=P2, sehingga : 7 – 0,025Q = 10 – 0,1Q atau 0,075
= 32
Q = 3 : 0,075 = 40 unit,
P1 = 7 – 0,025 (40) = 6 M,
P2 = 10 – 0,1 (40) = 6 M.
b. Batas atas dan batas bawah dari terputusnya kurva MR yang
diskontinyu.
MR1=dTR1/dQ1
Karena TR1= P1 . Q1 = ( 7 – 0,025Q1)Q1 = 7Q1 – 0,025Q1 maka :
MR1=7 - 0,025Q1 ,
MR2=dTR2/dQ2
Karena TR2= P2 . Q2 = ( 10 – 0.1Q2)Q2 = 10Q2 – 0,1Q2
2 maka :
MR2=10 – 0,2Q2
Jadi, MR1= 7 – 0,05 (40) = 7 – 2 = 3 M, dan
MR2= 10 – 0,2 (40) = 10 – 8 = 2 M.
Faktor pertama, adanya kesadaran dari para pengusaha dan produsen Jepang untuk selalu
berinovasi dan lebih kreatif. Kesadaran inilah yang menjadikan produk-produk dalam negeri
Jepang selalu memiliki daya saing dan daya tawar di pasar mereka sendiri dan juga di pasar
luar negeri.
Hal ini dikuatkan oleh pendapat Peneliti Senior Institute of Developing Ecomomics Japan
External Trade Organization (IDE-Jetro) Yuri Sato. Menurutnya, inovasi merupakan salah
satu kunci keberasilan ekonomi Jepang.
Menurut Yuri Sato, inovasi tidak mesti berwujdu sebuah karya atau temuan baru, tapi bisa
berupa hasil modifikasi produk yang sudah ada dengan ciri khas tersendiri yang
mempertimbangkan faktor kualitas, fungsi, dan harga.
Pelajaran menariknya, Jepang sangat menghargai setiap inovasi yang muncul. Tak heran, bila
bukan hanya kalangan peneliti dan pengusaha saja yang mengajukan paten atau inovasi
produknya, tetapi juga masyarakat biasa, bahkan seorang ibu rumah tangga pun mendaftarkan
paten atas resep modifikasi yang berasil diraciknya.
Melihat gerekan tersebut, Pemerintah Jepang pun tak tinggal diam. Pemerintah terlibat aktif
mendukung gerakan ini dengan memberikan berbagai fasilitas intensif fiskal maupun pajak.
Setali tiga uang, sejumlah lembaga pembiayaan dan perbankan di Jepang pun tak ketinggalan
dalam mendukung gerakan ini dengan memberi kemudahan-kemudahan fasilitas kredit modal
kerja.
Soal hambatan, kesuksesan Jepang dalam membudayakan cinta produk dalam negeri pun tak
luput dari persoalan. Pada awalnya banyak pula produk dalam negeri Jepang yang gagal
melakukan inovasi dan jeblok di pasar. Namun, lagi-lagi masyarakat tak pernah putus asa dan
senantiasa pantang menyerah untuk terus menemukan produk-produk unggulan yang tidak
hanya murah, berkwalitas, tetapi fungsinya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat
Jepang.
Faktor kedua adalah karena masyarakat Jepang secara umum sudah ter-edukasi untuk lebih
memilih produk lokal demi kepentingan ekonomi nasional mereka. Dalam kamus mereka,
semurah apapun harga produk asing tidak boleh dibeli dan harus tetap membeli produk lokal
sejenis meski harganya lebih mahal. Pasalnya, membeli produk asing sama halnya dengan
memperkaya negeri orang lain dan merugikan negeri mereka sendiri.
Kesadaran itu terbukti dengan tidak lakunya sejumlah produk china yang masuk ke Jepang,
baik itu produk-produk elektronik maupun lainnya. Bahkan, ketika produk-produk China
yang dikenal murah itu masuk ke pasar-pasar tradisional yang berkonsumen masyarakat
menengah ke bawah pun nyaris tidak laku sama sekali.
Ketiga, adanya kesadaran dari para produksen dan pengusaha Jepang untuk selalu
menghargai loyalitas para konsumen dalam negeri mereka dengan selalu melakukan
perbaikan mutu dan peningkatan kualitas pelayanan.
Bicara soal pelayanan, boleh dibilang budaya pelayanan Jepang nyaris belum bisa disaingi
oleh negara-negara lain. Bahkan, soal pelayanan terhadap konsumen ini sudah menjadi
bagian dari jati diri dan integritas mereka. Ini terbukti dengan sering terdengarnya kabar
pengunduran diri para pembesar sebuah perusahaan Jepang ketika merasa dirinya gagal
memberikan pelayanan terbaik kepada konsumennya.
Kita tentu masih ingat dengan tersiarnya kabar permintaan maaf esekutif tertinggi sekaligus
pemilik brand Toyota kepada masyarakat China akibat kegagalan produk mobil RAV4 yang
mengalami gangguan pada pedal gas. Bahkan, permintaan maaf itu langsung diiringi dengan
penarikan produk-produk tersebut dan kunjungan bos Toyota ke China untuk meminta maaf
secara terbuk kepada masyarakat China.
Inilah nilai yang perlu diusung dan dihayati oleh para pengusaha dan industriawan dalam
negeri kita agar produk-produk lokal Indonesia bisa mendapat hati para konsumen domestik
yang kian menjanjikan.
Dengan belajar dari Jepang, kampanye cinta produk Indonesia niscaya bakal membawa
kepada kesejahteraan bersama. Sebab, membeli produk dalam negeri adalah suatu cara
membantu negara ini untuk menjadi bangsa yang besar.
PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) adalah perusahaan pemerintah yang bergerak di
bidang pengadaan listrik nasional. Hingga saat ini, PT. PLN masih merupakan satu-satunya
perusahaan listrik sekaligus pendistribusinya. Dalam hal ini PT. PLN sudah seharusnya dapat
memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat, dan mendistribusikannya secara merata.
Usaha PT. PLN termasuk kedalam jenis monopoli murni. Hal ini ditunjukkan karena PT.
PLN merupakan penjual atau produsen tunggal, produk yang unik dan tanpa barang
pengganti yang dekat, serta kemampuannya untuk menerapkan harga berapapun yang mereka
kehendaki.
Contoh kasus monopoli yang dilakukan oleh PT. PLN adalah:
1. Fungsi PT. PLN sebagai pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik mulai dipecah.
Swasta diizinkan berpartisipasi dalam upaya pembangkitan tenaga listrik. Sementara
untuk distribusi dan transmisi tetap ditangani PT. PLN. Saat ini telah ada 27
Independent Power Producer di Indonesia. Mereka termasuk Siemens, General Electric,
Enron, Mitsubishi, Californian Energy, Edison Mission Energy, Mitsui & Co, Black &
Veath Internasional, Duke Energy, Hoppwell Holding, dan masih banyak lagi. Tetapi
dalam menentukan harga listrik yang harus dibayar masyarakat tetap ditentukan oleh
PT. PLN sendiri.
2. Krisis listrik memuncak saat PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN) memberlakukan
pemadaman listrik secara bergiliran di berbagai wilayah termasuk Jakarta dan
sekitarnya, selama periode 11-25 Juli 2008. Hal ini diperparah oleh pengalihan jam
operasional kerja industri ke hari Sabtu dan Minggu, sekali sebulan. Semua industri di
Jawa-Bali wajib menaati, dan sanksi bakal dikenakan bagi industri yang
membandel. Dengan alasan klasik, PLN berdalih pemadaman dilakukan akibat defisit
daya listrik yang semakin parah karena adanya gangguan pasokan batubara pembangkit
utama di sistem kelistrikan Jawa-Bali, yaitu di pembangkit Tanjung Jati, Paiton Unit 1
dan 2, serta Cilacap. Namun, di saat yang bersamaan terjadi juga permasalahan serupa
untuk pembangkit berbahan bakar minyak (BBM) PLTGU Muara Tawar dan PLTGU
Muara Karang.
Dikarenakan PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik masyarakat sangat
bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu secara merata dan adil
memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya daerah-
daerah yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman listrik
secara sepihak sebagaimana contoh diatas. Kejadian ini menyebabkan kerugian yang tidak
sedikit bagi masyarakat, dan investor menjadi enggan untuk berinvestasi.

More Related Content

What's hot

Penawaran Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan Pengangguran
Penawaran Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan PengangguranPenawaran Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan Pengangguran
Penawaran Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan PengangguranMuhammad Rafi Kambara
 
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)19091997sovi
 
Bab IV Teori Perilaku Konsumen
Bab IV Teori Perilaku KonsumenBab IV Teori Perilaku Konsumen
Bab IV Teori Perilaku KonsumenAditya Panim
 
6 kurs valuta asing
6 kurs valuta asing6 kurs valuta asing
6 kurs valuta asingJuni Effendi
 
Makro: Pertumbuhan Uang dan Inflasi
Makro: Pertumbuhan Uang dan InflasiMakro: Pertumbuhan Uang dan Inflasi
Makro: Pertumbuhan Uang dan InflasiEsterina Danar Puja
 
Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...
Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...
Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...turah11
 
Barang publik dan barang privat
Barang publik dan barang privatBarang publik dan barang privat
Barang publik dan barang privatAriee Moeslim
 
Keseimbangan umum dan efisiensi ekonomi ii
Keseimbangan umum dan efisiensi ekonomi iiKeseimbangan umum dan efisiensi ekonomi ii
Keseimbangan umum dan efisiensi ekonomi iiQuinta Nursabrina
 
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatRizki Prisandi
 
Distribusi pendapatan
Distribusi pendapatanDistribusi pendapatan
Distribusi pendapatanEl Loen
 
Harga dan Output di Pasar Monopolistis dan Oligopoly
Harga dan Output di Pasar Monopolistis dan OligopolyHarga dan Output di Pasar Monopolistis dan Oligopoly
Harga dan Output di Pasar Monopolistis dan OligopolyL N
 
Kebijakan fiskal. moneter dan investasi
Kebijakan fiskal. moneter dan  investasiKebijakan fiskal. moneter dan  investasi
Kebijakan fiskal. moneter dan investasiSugeng Budiharsono
 
Faktor faktor yang mempengaruhi investasi
Faktor faktor yang mempengaruhi investasiFaktor faktor yang mempengaruhi investasi
Faktor faktor yang mempengaruhi investasiSugeng Budiharsono
 
Perubahan Peseimbangan Pasar
Perubahan Peseimbangan PasarPerubahan Peseimbangan Pasar
Perubahan Peseimbangan PasarNurulita Rahayu
 
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan EkonomiTeori Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan Ekonomimsahuleka
 
Teori Produksi (Jangka Panjang)
Teori Produksi (Jangka Panjang)Teori Produksi (Jangka Panjang)
Teori Produksi (Jangka Panjang)faridaekas
 
PPT MIKRO (Teori Produksi)
PPT MIKRO (Teori Produksi)PPT MIKRO (Teori Produksi)
PPT MIKRO (Teori Produksi)Indra Jaya
 
Pertemuan Minggu 3 Elastisitas dan Aplikasinya
Pertemuan Minggu 3 Elastisitas dan AplikasinyaPertemuan Minggu 3 Elastisitas dan Aplikasinya
Pertemuan Minggu 3 Elastisitas dan AplikasinyaAditya Panim
 

What's hot (20)

Penawaran Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan Pengangguran
Penawaran Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan PengangguranPenawaran Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan Pengangguran
Penawaran Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan Pengangguran
 
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
 
Bab IV Teori Perilaku Konsumen
Bab IV Teori Perilaku KonsumenBab IV Teori Perilaku Konsumen
Bab IV Teori Perilaku Konsumen
 
6 kurs valuta asing
6 kurs valuta asing6 kurs valuta asing
6 kurs valuta asing
 
Makro: Pertumbuhan Uang dan Inflasi
Makro: Pertumbuhan Uang dan InflasiMakro: Pertumbuhan Uang dan Inflasi
Makro: Pertumbuhan Uang dan Inflasi
 
Makalah Ekonomi Mikro II (Resume)
Makalah Ekonomi Mikro II (Resume)Makalah Ekonomi Mikro II (Resume)
Makalah Ekonomi Mikro II (Resume)
 
Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...
Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...
Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...
 
Barang publik dan barang privat
Barang publik dan barang privatBarang publik dan barang privat
Barang publik dan barang privat
 
Teori produksi ppt
Teori produksi pptTeori produksi ppt
Teori produksi ppt
 
Keseimbangan umum dan efisiensi ekonomi ii
Keseimbangan umum dan efisiensi ekonomi iiKeseimbangan umum dan efisiensi ekonomi ii
Keseimbangan umum dan efisiensi ekonomi ii
 
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregat
 
Distribusi pendapatan
Distribusi pendapatanDistribusi pendapatan
Distribusi pendapatan
 
Harga dan Output di Pasar Monopolistis dan Oligopoly
Harga dan Output di Pasar Monopolistis dan OligopolyHarga dan Output di Pasar Monopolistis dan Oligopoly
Harga dan Output di Pasar Monopolistis dan Oligopoly
 
Kebijakan fiskal. moneter dan investasi
Kebijakan fiskal. moneter dan  investasiKebijakan fiskal. moneter dan  investasi
Kebijakan fiskal. moneter dan investasi
 
Faktor faktor yang mempengaruhi investasi
Faktor faktor yang mempengaruhi investasiFaktor faktor yang mempengaruhi investasi
Faktor faktor yang mempengaruhi investasi
 
Perubahan Peseimbangan Pasar
Perubahan Peseimbangan PasarPerubahan Peseimbangan Pasar
Perubahan Peseimbangan Pasar
 
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan EkonomiTeori Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan Ekonomi
 
Teori Produksi (Jangka Panjang)
Teori Produksi (Jangka Panjang)Teori Produksi (Jangka Panjang)
Teori Produksi (Jangka Panjang)
 
PPT MIKRO (Teori Produksi)
PPT MIKRO (Teori Produksi)PPT MIKRO (Teori Produksi)
PPT MIKRO (Teori Produksi)
 
Pertemuan Minggu 3 Elastisitas dan Aplikasinya
Pertemuan Minggu 3 Elastisitas dan AplikasinyaPertemuan Minggu 3 Elastisitas dan Aplikasinya
Pertemuan Minggu 3 Elastisitas dan Aplikasinya
 

Viewers also liked

Pertemuan ke ii iii ht w n d s e
Pertemuan ke ii   iii ht w n d s ePertemuan ke ii   iii ht w n d s e
Pertemuan ke ii iii ht w n d s estephaniejessey
 
Ekonomi Teknik (Analisa IS-LM)
Ekonomi Teknik (Analisa IS-LM)Ekonomi Teknik (Analisa IS-LM)
Ekonomi Teknik (Analisa IS-LM)Nimas Putri
 
Bab i etika tanggung jwb bisnis oleh stephanie tepp s1 akuntansi A UNJ 2016
Bab i etika tanggung jwb bisnis oleh stephanie tepp s1 akuntansi A UNJ 2016Bab i etika tanggung jwb bisnis oleh stephanie tepp s1 akuntansi A UNJ 2016
Bab i etika tanggung jwb bisnis oleh stephanie tepp s1 akuntansi A UNJ 2016stephaniejessey
 
Tatap muka 5 aplikasi ke hidup praktis
Tatap muka 5 aplikasi ke hidup praktisTatap muka 5 aplikasi ke hidup praktis
Tatap muka 5 aplikasi ke hidup praktisstephaniejessey
 

Viewers also liked (7)

Pertemuan ke ii iii ht w n d s e
Pertemuan ke ii   iii ht w n d s ePertemuan ke ii   iii ht w n d s e
Pertemuan ke ii iii ht w n d s e
 
Mea microsoft word
Mea microsoft wordMea microsoft word
Mea microsoft word
 
Ekonomi Teknik (Analisa IS-LM)
Ekonomi Teknik (Analisa IS-LM)Ekonomi Teknik (Analisa IS-LM)
Ekonomi Teknik (Analisa IS-LM)
 
Bab i etika tanggung jwb bisnis oleh stephanie tepp s1 akuntansi A UNJ 2016
Bab i etika tanggung jwb bisnis oleh stephanie tepp s1 akuntansi A UNJ 2016Bab i etika tanggung jwb bisnis oleh stephanie tepp s1 akuntansi A UNJ 2016
Bab i etika tanggung jwb bisnis oleh stephanie tepp s1 akuntansi A UNJ 2016
 
Tatap muka 5 aplikasi ke hidup praktis
Tatap muka 5 aplikasi ke hidup praktisTatap muka 5 aplikasi ke hidup praktis
Tatap muka 5 aplikasi ke hidup praktis
 
Fluktuasi ekonomi
Fluktuasi ekonomiFluktuasi ekonomi
Fluktuasi ekonomi
 
Akuntansi p.manufaktur
Akuntansi p.manufakturAkuntansi p.manufaktur
Akuntansi p.manufaktur
 

Similar to CINTA PRODUK DALAM NEGERI

31011 13-988349947603
31011 13-98834994760331011 13-988349947603
31011 13-988349947603Uny Yunita
 
Pasar oligopoli
Pasar oligopoliPasar oligopoli
Pasar oligopoliSari Riani
 
KULIAH ONLINE KE-5 EKONOMI MIKRO SYARIAH STAI MAA KARYAWAN1.docx
KULIAH ONLINE KE-5 EKONOMI MIKRO SYARIAH STAI MAA KARYAWAN1.docxKULIAH ONLINE KE-5 EKONOMI MIKRO SYARIAH STAI MAA KARYAWAN1.docx
KULIAH ONLINE KE-5 EKONOMI MIKRO SYARIAH STAI MAA KARYAWAN1.docxHabsy Hotib
 
Pasar Oligopolistik dan Monopolistik
Pasar Oligopolistik dan MonopolistikPasar Oligopolistik dan Monopolistik
Pasar Oligopolistik dan MonopolistikFisa Tiana
 
TUGAS AKHIR PPT ILMU EKONOMI MIKRO KELOMPOK6.pdf
TUGAS AKHIR PPT ILMU EKONOMI MIKRO KELOMPOK6.pdfTUGAS AKHIR PPT ILMU EKONOMI MIKRO KELOMPOK6.pdf
TUGAS AKHIR PPT ILMU EKONOMI MIKRO KELOMPOK6.pdfAnandaRiniWidya
 
Pasar monopoli
Pasar monopoli Pasar monopoli
Pasar monopoli Anas Malik
 
Pasar Monopolistik
Pasar MonopolistikPasar Monopolistik
Pasar Monopolistikfauzie zie
 
Makalah Pengantar Ilmu Ekonomi - Struktur Pasar
Makalah Pengantar Ilmu Ekonomi - Struktur PasarMakalah Pengantar Ilmu Ekonomi - Struktur Pasar
Makalah Pengantar Ilmu Ekonomi - Struktur PasarShafa Nabilah Eka Puteri
 

Similar to CINTA PRODUK DALAM NEGERI (20)

Ekonomi (Oligopoli)
Ekonomi (Oligopoli)Ekonomi (Oligopoli)
Ekonomi (Oligopoli)
 
Pasar oligopoli
Pasar oligopoliPasar oligopoli
Pasar oligopoli
 
31011 13-988349947603
31011 13-98834994760331011 13-988349947603
31011 13-988349947603
 
Pasar oligopoli
Pasar oligopoliPasar oligopoli
Pasar oligopoli
 
Pasar oligopoli
Pasar oligopoliPasar oligopoli
Pasar oligopoli
 
Em.13
Em.13Em.13
Em.13
 
KULIAH ONLINE KE-5 EKONOMI MIKRO SYARIAH STAI MAA KARYAWAN1.docx
KULIAH ONLINE KE-5 EKONOMI MIKRO SYARIAH STAI MAA KARYAWAN1.docxKULIAH ONLINE KE-5 EKONOMI MIKRO SYARIAH STAI MAA KARYAWAN1.docx
KULIAH ONLINE KE-5 EKONOMI MIKRO SYARIAH STAI MAA KARYAWAN1.docx
 
Pasar Oligopolistik dan Monopolistik
Pasar Oligopolistik dan MonopolistikPasar Oligopolistik dan Monopolistik
Pasar Oligopolistik dan Monopolistik
 
TUGAS AKHIR PPT ILMU EKONOMI MIKRO KELOMPOK6.pdf
TUGAS AKHIR PPT ILMU EKONOMI MIKRO KELOMPOK6.pdfTUGAS AKHIR PPT ILMU EKONOMI MIKRO KELOMPOK6.pdf
TUGAS AKHIR PPT ILMU EKONOMI MIKRO KELOMPOK6.pdf
 
Persaingan monopoli dan oligopoli copy
Persaingan monopoli dan oligopoli   copyPersaingan monopoli dan oligopoli   copy
Persaingan monopoli dan oligopoli copy
 
Persaingan monopoli dan oligopoli copy
Persaingan monopoli dan oligopoli   copyPersaingan monopoli dan oligopoli   copy
Persaingan monopoli dan oligopoli copy
 
Persaingan monopoli dan oligopoli copy
Persaingan monopoli dan oligopoli   copyPersaingan monopoli dan oligopoli   copy
Persaingan monopoli dan oligopoli copy
 
Persaingan monopoli dan oligopoli copy
Persaingan monopoli dan oligopoli   copyPersaingan monopoli dan oligopoli   copy
Persaingan monopoli dan oligopoli copy
 
Persaingan monopoli dan oligopoli copy
Persaingan monopoli dan oligopoli   copyPersaingan monopoli dan oligopoli   copy
Persaingan monopoli dan oligopoli copy
 
Pasar monopoli
Pasar monopoli Pasar monopoli
Pasar monopoli
 
PASAR OLIGOPOLI.pptx
PASAR OLIGOPOLI.pptxPASAR OLIGOPOLI.pptx
PASAR OLIGOPOLI.pptx
 
PASAR OLIGOPOLI.pptx
PASAR OLIGOPOLI.pptxPASAR OLIGOPOLI.pptx
PASAR OLIGOPOLI.pptx
 
Duopoli
DuopoliDuopoli
Duopoli
 
Pasar Monopolistik
Pasar MonopolistikPasar Monopolistik
Pasar Monopolistik
 
Makalah Pengantar Ilmu Ekonomi - Struktur Pasar
Makalah Pengantar Ilmu Ekonomi - Struktur PasarMakalah Pengantar Ilmu Ekonomi - Struktur Pasar
Makalah Pengantar Ilmu Ekonomi - Struktur Pasar
 

More from stephaniejessey

Perkembangan bisnis di indonesia tugas awal pengbis - STEPHANIE AKUN A UNJ 2016
Perkembangan bisnis di indonesia tugas awal pengbis - STEPHANIE AKUN A UNJ 2016Perkembangan bisnis di indonesia tugas awal pengbis - STEPHANIE AKUN A UNJ 2016
Perkembangan bisnis di indonesia tugas awal pengbis - STEPHANIE AKUN A UNJ 2016stephaniejessey
 
Pertemuan ke iv - elastisitas a udah
Pertemuan ke iv  - elastisitas a udahPertemuan ke iv  - elastisitas a udah
Pertemuan ke iv - elastisitas a udahstephaniejessey
 
Pertemuan ke iii ---analisis deman suppply
Pertemuan ke iii  ---analisis deman suppplyPertemuan ke iii  ---analisis deman suppply
Pertemuan ke iii ---analisis deman suppplystephaniejessey
 
Pertemuan ke i introduction
Pertemuan ke i introductionPertemuan ke i introduction
Pertemuan ke i introductionstephaniejessey
 
Pertemuan ii mankiw krugman
Pertemuan ii mankiw krugmanPertemuan ii mankiw krugman
Pertemuan ii mankiw krugmanstephaniejessey
 
Pertemuan ii bagaimana bekerjanya pasar
Pertemuan ii bagaimana bekerjanya pasarPertemuan ii bagaimana bekerjanya pasar
Pertemuan ii bagaimana bekerjanya pasarstephaniejessey
 
Pengantar ekonomi PERUSAHAAN MONOPOLISTIK
Pengantar ekonomi PERUSAHAAN MONOPOLISTIKPengantar ekonomi PERUSAHAAN MONOPOLISTIK
Pengantar ekonomi PERUSAHAAN MONOPOLISTIKstephaniejessey
 
Bab 9 ppt memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9 ppt memotivasi karyawan -  stephanie akuntansi A UNJ 2016Bab 9 ppt memotivasi karyawan -  stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9 ppt memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016stephaniejessey
 
Bab 9 isi memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9 isi memotivasi karyawan -  stephanie akuntansi A UNJ 2016Bab 9 isi memotivasi karyawan -  stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9 isi memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016stephaniejessey
 
Bab 9 daftar isi memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9 daftar isi memotivasi karyawan -  stephanie akuntansi A UNJ 2016Bab 9 daftar isi memotivasi karyawan -  stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9 daftar isi memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016stephaniejessey
 
Bab 9 cover memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9  cover memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016Bab 9  cover memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9 cover memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016stephaniejessey
 
OUOUTEDE online shop murah jakarta free ongkir mulai dari idr 35 ribu rupiah
OUOUTEDE online shop murah jakarta free ongkir mulai dari idr 35 ribu rupiah OUOUTEDE online shop murah jakarta free ongkir mulai dari idr 35 ribu rupiah
OUOUTEDE online shop murah jakarta free ongkir mulai dari idr 35 ribu rupiah stephaniejessey
 
Tatap muka 9 pergaulan muda-i
Tatap muka 9 pergaulan muda-iTatap muka 9 pergaulan muda-i
Tatap muka 9 pergaulan muda-istephaniejessey
 
Tatap muka 6 3 allah tri tunggal
Tatap muka 6 3 allah tri tunggal Tatap muka 6 3 allah tri tunggal
Tatap muka 6 3 allah tri tunggal stephaniejessey
 
Tatap muka 4 tujuan hidup orang kristen
Tatap muka 4 tujuan hidup orang kristenTatap muka 4 tujuan hidup orang kristen
Tatap muka 4 tujuan hidup orang kristenstephaniejessey
 
Tatap muka 3 pribadi anak allah yg ber-integritas
Tatap muka 3 pribadi anak allah yg ber-integritasTatap muka 3 pribadi anak allah yg ber-integritas
Tatap muka 3 pribadi anak allah yg ber-integritasstephaniejessey
 
Tatap muka 2 hidup yg sukses
Tatap muka 2  hidup yg suksesTatap muka 2  hidup yg sukses
Tatap muka 2 hidup yg suksesstephaniejessey
 

More from stephaniejessey (20)

Perkembangan bisnis di indonesia tugas awal pengbis - STEPHANIE AKUN A UNJ 2016
Perkembangan bisnis di indonesia tugas awal pengbis - STEPHANIE AKUN A UNJ 2016Perkembangan bisnis di indonesia tugas awal pengbis - STEPHANIE AKUN A UNJ 2016
Perkembangan bisnis di indonesia tugas awal pengbis - STEPHANIE AKUN A UNJ 2016
 
Pertemuan ke iv - elastisitas a udah
Pertemuan ke iv  - elastisitas a udahPertemuan ke iv  - elastisitas a udah
Pertemuan ke iv - elastisitas a udah
 
Pertemuan ke iii ---analisis deman suppply
Pertemuan ke iii  ---analisis deman suppplyPertemuan ke iii  ---analisis deman suppply
Pertemuan ke iii ---analisis deman suppply
 
Pertemuan ke i introduction
Pertemuan ke i introductionPertemuan ke i introduction
Pertemuan ke i introduction
 
Pertemuan ii mankiw krugman
Pertemuan ii mankiw krugmanPertemuan ii mankiw krugman
Pertemuan ii mankiw krugman
 
Pertemuan ii bagaimana bekerjanya pasar
Pertemuan ii bagaimana bekerjanya pasarPertemuan ii bagaimana bekerjanya pasar
Pertemuan ii bagaimana bekerjanya pasar
 
Pengantar ekonomi PERUSAHAAN MONOPOLISTIK
Pengantar ekonomi PERUSAHAAN MONOPOLISTIKPengantar ekonomi PERUSAHAAN MONOPOLISTIK
Pengantar ekonomi PERUSAHAAN MONOPOLISTIK
 
Bab 9 ppt memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9 ppt memotivasi karyawan -  stephanie akuntansi A UNJ 2016Bab 9 ppt memotivasi karyawan -  stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9 ppt memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016
 
Bab 9 isi memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9 isi memotivasi karyawan -  stephanie akuntansi A UNJ 2016Bab 9 isi memotivasi karyawan -  stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9 isi memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016
 
Bab 9 daftar isi memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9 daftar isi memotivasi karyawan -  stephanie akuntansi A UNJ 2016Bab 9 daftar isi memotivasi karyawan -  stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9 daftar isi memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016
 
Bab 9 cover memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9  cover memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016Bab 9  cover memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9 cover memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016
 
OUOUTEDE online shop murah jakarta free ongkir mulai dari idr 35 ribu rupiah
OUOUTEDE online shop murah jakarta free ongkir mulai dari idr 35 ribu rupiah OUOUTEDE online shop murah jakarta free ongkir mulai dari idr 35 ribu rupiah
OUOUTEDE online shop murah jakarta free ongkir mulai dari idr 35 ribu rupiah
 
Tabel akun1
Tabel akun1Tabel akun1
Tabel akun1
 
T account3
T account3T account3
T account3
 
Tabel akun2
Tabel akun2Tabel akun2
Tabel akun2
 
Tatap muka 9 pergaulan muda-i
Tatap muka 9 pergaulan muda-iTatap muka 9 pergaulan muda-i
Tatap muka 9 pergaulan muda-i
 
Tatap muka 6 3 allah tri tunggal
Tatap muka 6 3 allah tri tunggal Tatap muka 6 3 allah tri tunggal
Tatap muka 6 3 allah tri tunggal
 
Tatap muka 4 tujuan hidup orang kristen
Tatap muka 4 tujuan hidup orang kristenTatap muka 4 tujuan hidup orang kristen
Tatap muka 4 tujuan hidup orang kristen
 
Tatap muka 3 pribadi anak allah yg ber-integritas
Tatap muka 3 pribadi anak allah yg ber-integritasTatap muka 3 pribadi anak allah yg ber-integritas
Tatap muka 3 pribadi anak allah yg ber-integritas
 
Tatap muka 2 hidup yg sukses
Tatap muka 2  hidup yg suksesTatap muka 2  hidup yg sukses
Tatap muka 2 hidup yg sukses
 

Recently uploaded

Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategikmonikabudiman19
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptatiakirana1
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).pptSIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).pptAchmadHasanHafidzi
 
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxPerkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxzulfikar425966
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerjamonikabudiman19
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IAccIblock
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptAchmadHasanHafidzi
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 

Recently uploaded (20)

Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).pptSIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
 
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxPerkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 

CINTA PRODUK DALAM NEGERI

  • 1. KISI-KISI 1. Pelajari tentangkurvapermintaanbengkok/patahdalamstrukturpasar 2. Pelajari tentangbagaimanaterjadinyaperubahanjenispasartertentumenjadi jenispasar lainnya.Misalnya,sebelumnyapasarmonopoli berubahmenjadipasaroligopoli 3. Pelajari kenapapendudukjepanglebihcintaprodukdalamnegeri dibandingkandengan produkluar negeri 4. Pelajari tentangpasarmonopoli PLN tidakbisamenjadi pasaroligopoli 5. Pelajari tentangkapansuatujenispasarmengalami keuntungandankapanmengalami kerugian Penentuan harga output dalam pasar oligopoly yang tidak bergabung (non collusive oligopoly) dalam model kurva permintaan bengkok atau The Kinked – Demand Model Jika di dalam pasar oligopoly tidak terdapat kesepakatan diantara produsen yang terdapat dipasar maka setiap tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan akan memancing perusahaaan lain. Apabila suatu perusahaan menurunkan harga maka, perusahaan yang lain juga ikut menurunkan harga, sebab jika ia tidak ikut menurunkan harga maka ia dapat kehilangan pelanggannya yang beralih pada perusahaaan yang menurunkan harga produknya. Sebaliknya yang terjadi apabila suatu perusahaan menaikkan harga produknya maka hal ini tidak akan diikuti oleh perusahaan yang lain sebab jika perusahaan yang lain ikut menaikkan harga maka ia akan kehilangan banyak pelanggannya, karena pelanggan akan berpindah menuju perusahaan yang menjual produk dengan harga murah. Sehingga dapat disimpulkan dari asumsi diatas bahwasanya “dalam pasar non collusive oligopoly penurunan ataupun kenaikan harga produk akan mendorong perusahaaan lain untuk ikut menurunkan atau menaikkan harga” . Dalam hal ini penurunan harga oleh suatu perusahaan yang diikuti dengan perusahaan yang lain, tetapi aksi menaikkan harga yang cenderung tidak diikuti oleh pesaingnya mengakibatkan suatu perusahaan menghadapi kurva permintaan yang patah atau bengkok (The Kinked Demand Curve). Model ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ekonom P. Sweezy pada tahun 1939. Sweezy dalam modelnya menggunakan kurva permintaan bengkok atau The Kinked-Demand Curve sebagai alat analisanya. The Kinked Demand Curve , yaitu kurva permintaan untuk mengantisipasi apabila terjadi kenaikan harga dan kurva permintaan untuk mengantisipasi apabila terjadi penurunan
  • 2. harga. Pada model ini juga ditegaskan bahwa perubahan pada biaya jarang sekali diimbangi dengan perubahan pada harga pasar, dan bila perubahan pada harga pasar benar – benar terjadi dipasar oligopoly cenderung terjadi dalam skala yang cukup besar. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut Kurva D1 adalah kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan oligopoly dengan asumsi apabila ia merubah ( menaikkan atau menurunkan ) harga maka perusahaan lain tidak memberikan reaksi terhadap perubahan harga tersebut. Sedangkan kurva D2 merupakan kurva permintaan yang dihadapi pada perusahaan oligopoly dengan asumsi perubahan harga produk yang dilakukannya akan diikuti oleh perusahaan lain yang ada dalam industry yang sama. Misalkan perusahaan berada pada tingkat harga mula – mula Po, jumlah permintaan yangdihadapi adalah sebayak Qo. Jika perusahaan tersebut menurunkan harga produknya, maka jumlah permintaan akan suatu produk tersebut akan bertambah. Seandainya penurunan harga Po ke P1 tersebut tidak diikuti oleh perusahaan lain maka permintaan yang di hadapinya akan bertaabah sebesar Qa. Namun apabila perusahaan – perusahaan lain dalam pasar oligopoly tersebut ikut menurunkan harga seperti yang telah di lakukan oleh perusahaan pertama maka permintaan output yang dihadapi hanya cukup pada Qb. Kenaikan ini hanya disebabkan oleh substitution effect dan income effect dari pelanggannya.
  • 3. Sebaliknya jika yang terjadi adalah suatu perusahaan berusaha menaikkan harganya sebesar P2, sedangkan perusahaan lain tidak ikut dalam menaikkan harga atas produknya yang dijual dan perusahaan lain itu tetap menjualnya dengan harga Po maka perusahaan pertama ini akan banyak mengalami kehilangan pelanggan dan jumlah barang yang dapat dijual hanya mampu bertahan pada Qd. Akan tetapi, jika perusahaan yang lain ikut manaikkan harga , maka ia hanya akan mampu menjual jumlah output pada Qc, meskipun resiko ia akan kehilangan konsumen atau pelanggan masih tetap terjadi. Dengan asumsi bahwa suatu perusahaan tidak ingin kehilangan pelanggannya dan senang ketika mendapat pelanggan yang baru maka perusahaan oligopoly tersebut akan berperilaku sebagai berikut: 1. Mereka akan ikut menurunkan harga apabila ada perusahaan yang lain didalam pasar yang ikut menurunkan harganya, sehingga ia tidak akan kehilangan pelanggannya. 2. Mereka tidak akan ikut menaikkan harga, apabila perusahaan yang lain menaikkan harga dari produk yang mereka jual. Karena apabila mereka tidak ikut menaikkan hrga maka mareka akan mendapat tambahan pelanggan dari perusahaan pertama yang telah menaikkan harga tersebut. Maka berdasar asumsi tersebut diatas maka kurva permintaan dari perusahaan oligopoly adalah berupa kurva bengkok (The Kinked Demand Curve) seperti yang telah ditunjukkan oleh kurva d b D2 pada gambar diatas. MODEL KURVA PERMINTAAN BENGKOK ( THE KINKED DEMAND CURVE) SOAL !! Misalnya seorang produsen oligopoly (non collusive oligopoly) apabila ia menaikkan harga produk yang dijualnya , maka kurva yang dihadapinya mempunya fungsi : Q1 = 280 – 40P1 atau P1 = 7 – 0,025Q1. Dan untuk penurunan harag, fungsi permintaannya : Q2 = 100 10P2 atau P2 = 10 – 0,1Q2. Dimana Q = output , dan P = harag dalam milyar rupiah. Jika fungsi biaya produksi totalnya adalah : TC = 2Q + 0.025Q2 , maka : a. Berapakah jumlah output yang terjual dan harga penjualan output produsen oligopoly ?
  • 4. b. Karena produsen non collusive oligopoly menghadapi kinked demand curve, maka berapakah batas atas dan batas bawah dari terputusnya MR? PENYELESAIAN : a. Patahan kurva terjadi pada titik potong antara kurva demand D1 dan D2. Sehingga pada titik potong tersebut akan diperoleh Q1=Q2=Q dan D1=D2. Dan jika P1=P2, sehingga : 7 – 0,025Q = 10 – 0,1Q atau 0,075 = 32 Q = 3 : 0,075 = 40 unit, P1 = 7 – 0,025 (40) = 6 M, P2 = 10 – 0,1 (40) = 6 M. b. Batas atas dan batas bawah dari terputusnya kurva MR yang diskontinyu. MR1=dTR1/dQ1 Karena TR1= P1 . Q1 = ( 7 – 0,025Q1)Q1 = 7Q1 – 0,025Q1 maka : MR1=7 - 0,025Q1 , MR2=dTR2/dQ2 Karena TR2= P2 . Q2 = ( 10 – 0.1Q2)Q2 = 10Q2 – 0,1Q2 2 maka : MR2=10 – 0,2Q2 Jadi, MR1= 7 – 0,05 (40) = 7 – 2 = 3 M, dan MR2= 10 – 0,2 (40) = 10 – 8 = 2 M. Faktor pertama, adanya kesadaran dari para pengusaha dan produsen Jepang untuk selalu berinovasi dan lebih kreatif. Kesadaran inilah yang menjadikan produk-produk dalam negeri Jepang selalu memiliki daya saing dan daya tawar di pasar mereka sendiri dan juga di pasar
  • 5. luar negeri. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Peneliti Senior Institute of Developing Ecomomics Japan External Trade Organization (IDE-Jetro) Yuri Sato. Menurutnya, inovasi merupakan salah satu kunci keberasilan ekonomi Jepang. Menurut Yuri Sato, inovasi tidak mesti berwujdu sebuah karya atau temuan baru, tapi bisa berupa hasil modifikasi produk yang sudah ada dengan ciri khas tersendiri yang mempertimbangkan faktor kualitas, fungsi, dan harga. Pelajaran menariknya, Jepang sangat menghargai setiap inovasi yang muncul. Tak heran, bila bukan hanya kalangan peneliti dan pengusaha saja yang mengajukan paten atau inovasi produknya, tetapi juga masyarakat biasa, bahkan seorang ibu rumah tangga pun mendaftarkan paten atas resep modifikasi yang berasil diraciknya. Melihat gerekan tersebut, Pemerintah Jepang pun tak tinggal diam. Pemerintah terlibat aktif mendukung gerakan ini dengan memberikan berbagai fasilitas intensif fiskal maupun pajak. Setali tiga uang, sejumlah lembaga pembiayaan dan perbankan di Jepang pun tak ketinggalan dalam mendukung gerakan ini dengan memberi kemudahan-kemudahan fasilitas kredit modal kerja. Soal hambatan, kesuksesan Jepang dalam membudayakan cinta produk dalam negeri pun tak luput dari persoalan. Pada awalnya banyak pula produk dalam negeri Jepang yang gagal melakukan inovasi dan jeblok di pasar. Namun, lagi-lagi masyarakat tak pernah putus asa dan senantiasa pantang menyerah untuk terus menemukan produk-produk unggulan yang tidak hanya murah, berkwalitas, tetapi fungsinya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Jepang. Faktor kedua adalah karena masyarakat Jepang secara umum sudah ter-edukasi untuk lebih memilih produk lokal demi kepentingan ekonomi nasional mereka. Dalam kamus mereka, semurah apapun harga produk asing tidak boleh dibeli dan harus tetap membeli produk lokal sejenis meski harganya lebih mahal. Pasalnya, membeli produk asing sama halnya dengan memperkaya negeri orang lain dan merugikan negeri mereka sendiri. Kesadaran itu terbukti dengan tidak lakunya sejumlah produk china yang masuk ke Jepang, baik itu produk-produk elektronik maupun lainnya. Bahkan, ketika produk-produk China
  • 6. yang dikenal murah itu masuk ke pasar-pasar tradisional yang berkonsumen masyarakat menengah ke bawah pun nyaris tidak laku sama sekali. Ketiga, adanya kesadaran dari para produksen dan pengusaha Jepang untuk selalu menghargai loyalitas para konsumen dalam negeri mereka dengan selalu melakukan perbaikan mutu dan peningkatan kualitas pelayanan. Bicara soal pelayanan, boleh dibilang budaya pelayanan Jepang nyaris belum bisa disaingi oleh negara-negara lain. Bahkan, soal pelayanan terhadap konsumen ini sudah menjadi bagian dari jati diri dan integritas mereka. Ini terbukti dengan sering terdengarnya kabar pengunduran diri para pembesar sebuah perusahaan Jepang ketika merasa dirinya gagal memberikan pelayanan terbaik kepada konsumennya. Kita tentu masih ingat dengan tersiarnya kabar permintaan maaf esekutif tertinggi sekaligus pemilik brand Toyota kepada masyarakat China akibat kegagalan produk mobil RAV4 yang mengalami gangguan pada pedal gas. Bahkan, permintaan maaf itu langsung diiringi dengan penarikan produk-produk tersebut dan kunjungan bos Toyota ke China untuk meminta maaf secara terbuk kepada masyarakat China. Inilah nilai yang perlu diusung dan dihayati oleh para pengusaha dan industriawan dalam negeri kita agar produk-produk lokal Indonesia bisa mendapat hati para konsumen domestik yang kian menjanjikan. Dengan belajar dari Jepang, kampanye cinta produk Indonesia niscaya bakal membawa kepada kesejahteraan bersama. Sebab, membeli produk dalam negeri adalah suatu cara membantu negara ini untuk menjadi bangsa yang besar. PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) adalah perusahaan pemerintah yang bergerak di bidang pengadaan listrik nasional. Hingga saat ini, PT. PLN masih merupakan satu-satunya perusahaan listrik sekaligus pendistribusinya. Dalam hal ini PT. PLN sudah seharusnya dapat memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat, dan mendistribusikannya secara merata.
  • 7. Usaha PT. PLN termasuk kedalam jenis monopoli murni. Hal ini ditunjukkan karena PT. PLN merupakan penjual atau produsen tunggal, produk yang unik dan tanpa barang pengganti yang dekat, serta kemampuannya untuk menerapkan harga berapapun yang mereka kehendaki. Contoh kasus monopoli yang dilakukan oleh PT. PLN adalah: 1. Fungsi PT. PLN sebagai pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik mulai dipecah. Swasta diizinkan berpartisipasi dalam upaya pembangkitan tenaga listrik. Sementara untuk distribusi dan transmisi tetap ditangani PT. PLN. Saat ini telah ada 27 Independent Power Producer di Indonesia. Mereka termasuk Siemens, General Electric, Enron, Mitsubishi, Californian Energy, Edison Mission Energy, Mitsui & Co, Black & Veath Internasional, Duke Energy, Hoppwell Holding, dan masih banyak lagi. Tetapi dalam menentukan harga listrik yang harus dibayar masyarakat tetap ditentukan oleh PT. PLN sendiri. 2. Krisis listrik memuncak saat PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN) memberlakukan pemadaman listrik secara bergiliran di berbagai wilayah termasuk Jakarta dan sekitarnya, selama periode 11-25 Juli 2008. Hal ini diperparah oleh pengalihan jam operasional kerja industri ke hari Sabtu dan Minggu, sekali sebulan. Semua industri di Jawa-Bali wajib menaati, dan sanksi bakal dikenakan bagi industri yang membandel. Dengan alasan klasik, PLN berdalih pemadaman dilakukan akibat defisit daya listrik yang semakin parah karena adanya gangguan pasokan batubara pembangkit utama di sistem kelistrikan Jawa-Bali, yaitu di pembangkit Tanjung Jati, Paiton Unit 1 dan 2, serta Cilacap. Namun, di saat yang bersamaan terjadi juga permasalahan serupa untuk pembangkit berbahan bakar minyak (BBM) PLTGU Muara Tawar dan PLTGU Muara Karang. Dikarenakan PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik masyarakat sangat bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu secara merata dan adil memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya daerah- daerah yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman listrik secara sepihak sebagaimana contoh diatas. Kejadian ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat, dan investor menjadi enggan untuk berinvestasi.