SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
OBAT HIV/AIDS
PETA KONSEP
OBAT HIV/AIDS
Viurs HIV
Struktur virus
Replikasi virus
Cara penularan dan
pencegahan
Penyakit AIDS
Diagnosis
laboratorium
HIV/AIDS
Faktor risiko HIV/AIDS
Penanda perkembangan HIV
Gejala Klinis
Infeksi oportunistik
Regimen terapi
antiretrovirus
Antiretroviru
s lini pertama
Antiretrovirus lini kedua
Penggolongan terapi antiretrovirus
Nucleoside/nucleotide reverse
transcriptase inhibitors
(NRTI/NtRTI)
Non-nucleoside reverse
transcriptase inhibitors (NNRTI)
Protease inhibitors (Pi)
Fusion inhibitors (Fi)
Antagonis CCR5
Integrase strand transter inhibitors (INSTI)
ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY
SYNDROME (AIDS)
• Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi
human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV adalah jenis retrovirus yang menginfeksi sistem kekebalan tubuh dan
menghancurkan atau merusak fungsinya. Ketika infeksi berlangsung, sistem kekebalan tubuh melemah dan
penderita lebih rentan terhadap infeksi. Stadium lanjut infeksi ini adalah terjadinya Immunodeficiency (AIDS)
sehingga penderitaan sangat mudah mendapatkan infeksi oportunistik.
• Jumlah penderita AIDS di seluruh dunia terus meningkat. Hingga Desember 2013, tercatat jumlah penderita AIDS
di seluruh dunia sekitar 34 juta orang. Pendrita yang baru terinfeksi sekitar 2,7 juta orang dan penderita yang
meninggal akibat HIV/AIDS sekitar 2juta orang. Pada tahun 2008, jumlah orang yang hidup dengan virus ini
meningkat 20% sejak tahun 2000. Pravalensinya meningkat sekitar tiga kali lipat sejak tahun 1990
• Kasus HIV/ AIDS di indonesia merupakan fenomena gunung es. Jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan lebih
sedikit dibandingkan kondisi yang sebenarnya karena sistem pelaporan belum sempurna. Jumlah kumulatif kasus
HIV/AIDS di indonesia hingga maret 2014 dilaporkan sebanyak 134.042 orang, dengan AIDS positif sebanyak
54.231 orang. Sejak april 1987, jumlah penderita yang meninggal dunia sebanyak 9.516 orang. Prevalesi tertinggi
terjadi di propinsi papua, di ikuti oleh jawa timur dan DKI jakarta di urutan ketiaga.
• Prnggunaan HAART telah berhasil menurunkan secara signifikan mortaliti dan morbiditas terkait AIDS serta
perawatan rumah sakit. Akat tetapi, sekitar 25% pengguna menghentikan penggunaan reglmen antiretrovirus
(ARV) pada delapan bulan pertama pengobatan. Penyebabnya karena kegagalan pengobatan, ketikpatuha n pada
terapi yang diberikan dan efek tosik yang ditimbulkan.
• Efek toksik yang ditimbulkan oleh ARV menjadi salah satu penyebab kurangnya kepatuhan pasien terhadap terapi
yang diberikan dan menjadi alasan utama terjadinya kegagalan terapi. Ketidak patuhan terhadap terapi juga
mengakibatkan resistasi obat. Sebanyak 23% dari 514 pasien yang diwawancarai di botswana menggunakan obat
kurang dari 95% dosis yang seharusnya digunakan.
• Masing-masing antiretrovirus umumnya menimbulkan efek samping tersendiri. Efek samping yang ringan dan
umum terjadi pada awal terapi adalah kembung, mual dan diare. Efek ini mungkin bersifat sementara atau dapat
juga bertahan selama penggunaan obat. Hal ini juga menyebabkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan
berkurang.
HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS
(HIV)
human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus
yang dapat menyebabkan penurunan kekebalan
tubuh, HIV termasuk genus retrovirus dan
tergolong dalam famili lentivirus. Infeksi virus ini
khas dengan sifat laten yang lama, masa inkubasi
yang lama, replikasi virus yang persisten,dan
keterlibatan dari susuna saraf pusat. Ciri Khas
retrovirus adalah dikelilingi oleh membran lipid,
memiliki kemampuan variasi genetik yang tinggi,
memiliki cara yang unik untuk replikasi serta
dapat menginfeksi jenis vertebrata
Struktur HIV
• Virus HIV berbentuk sferis dengan diameter 80-100 nm dan
memiliki inti berbentuk kerucut yang dikelilingi oleh
membran lipid yang berasal dari sel hospes, inti virus
mengandung protein kapsid terbesar, yaitu p24, protein
nukleokapsid p7/p9, dua salinan RNA genon, dan tiga
enzim virus, yaitu protease, transkriptase balik dan
integrase.
• Protein p24 adalah antigen virus yang cepat terdeteksi dan
merupakan target antibodi dalam tes skrining HIV. Inti virus
dikelilingi oleh matriks protein yang disebut p17, yaitu
lapisan dibawah memberan lipid. Membran lipid virus
mengandung dua glikoprotein yang sangat penting dalam
proses infeksi HIV ke dalam sel, yaitu gp 120 dan gp 41
Replikasi HIV
• HIV bereplikasi atau memperbanyak diri setelah menginfeksi sel rangetnya
pada CD4 yang merupakan bagian dari limfosit atau sistem pertahanan
tubuh manusia. Tahapan-tahapan HIV memperbanyak diri dijelaskan
sebagai berikut :
• Virus mengenali (lending) sel target CD4 dan berfusi ke dalam sel target
• Virus melepaskan materi genetiknya ke dalam sel target
• Terjadi transkripsi balik RNA menjadi DNA dengan bantuan enzim
transkriptase balik (reverse trancriptase).
• Integrasi DNA virus ke dalam DNA manusia yang sedang bereplikasi
dengan bantuan enzim integrase.
• Terbentuknya RNA virus yang ditranslasi menjadi protein besar, dan
kemudian dipecah menjadi protein kecil
• Virus immature melewati membran sel inang dengan mengambil protein
sel membran (budding) yang dibantu oleh enzim protease.
• Virion baru yang menular dilepaskan dari sel target.
Cara penularan (transmisi) HIV
• HIV terdapat dalam cairan tubuh penderita dan dapat ditularkan
melalui cairan tersebut. Meskipun menurut penelitian virus
terdapat dala saliva, air mata, cairan cerebrospinal, dan urine,
cairan tersebut tidak terbukti beresiko menularkan karena kadarnya
sangat rendah. Selain itu, tidak ada mekanisme yang memfasilitasi
untuk masuk ke dalam darah, kecuali ada luka.
• Cara penularan yang lazimnya adalah melalui hubungan seksual
yang tidak aman ( tidak menggunakan condom) dengan mitra
seksual yang terinfeksi HIV, kontak dengan darah orang yang
terinfeksi melalui tusukan jarum suntik[ pemakaian bersama produk
yang terkontaminasi atau jarum suntik yang umum dilakukan
pengguna narkoba suntik (injecting drugs users, IDU), serta
penularan dari ibu ke bayi. Cara lain yang lebih jarang adalah
pembuatan tato, transplantasi organ dan jaringan, inseminasi
buatan atau tindakan medis semi invasif.
Penularan Pencegahan
Seksual
Hubungan seksual yang tidak aman dengan
pasangan terinfeksi HIV (+), homoseksual/
heteroseksual
 Lakukan hubungan seksual dengan pasangan sah dan
tidak berganti-ganti pasangan.
 Tidak melakukan hubungan seks bebas untuk orang
yang belum menikah.
 Menggunakan kondom dan jel spermisida pada
hubungan seksual yang beresiko.
Parenteral
 Jarum suntik, tindik, tato yang
terkontaminasi HIV
 Transfusi darah yang terinfeksi HIV
 Lakukan sterilisasi aat suntik, alat tindik, dan alat tato.
 PMI sudah melakukan usaha maksimal untuk skrining
donor darah sehingga kasus ini cukup jarang
ditemukan.
Perinatal
Ibu hamil kepada bayi yang akan dilahirkan
 Melahirkan dengan cara sctio caesarea.
 Menggunakan obat pencegah infeksi HIV selama dan
sesudah kelahiran pada bayi.
 Mengganti ASI dengan susu Formula.
Tabel 4.1 cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS
Penyakit AIDS
• human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang
menginfeksi sistem kekebalan tubuh manusia sehingga
dapat menimbulkan penurunan Imunitas tubuh. Seseorang
dikatakan HIV (+) apabila sudah terinfeksi virus tersebut
dan di dalam tubuhnya sudah terdeteksi adanya
perkembangan virus tersebut , sedangkan penderita
HIV/AIDS adalah stadium lanjut dari orang yang telah
terinfeksi HIV (+) dan sudah menunjukkan gejala-gejala
khusus AIDS.
• WHO telah menetapkan stadium klinis HIV/AIDS untuk
dewasa maupun anak yang masing-masing terdiri dari 4
stadium. Pembagian stadium klinis HIV/AIDS berdasarkan
gejala yang terjadi dapat dilihat pada Tabel 4.2
Diagnosis laboratorium HIV/AIDS
• Terkadang orang tidak mengetahui status mereka terinfeksi HIV atau tidak. Tes HIV
bagi orang yang menginginkannya perlu dilakukan setelah mendapatkan konseling
pra tes. Indikasi lain yang memerlukan tes HIV adalah adanya infeksi menular
seksual (IMS), hamil, tuberkulosis(TB) aktif, serta gejala dan tanda yang mengarah
adanya infeksi HIV.
• Prosedur pemeriksaan laboratorium untuk HIV sesuai dengan panduan nasional
yang berlaku saat ini adalah dengan menggunakan strategi 3A dan selalu didahului
dengan konseling pra-tes. Untuk pemeriksaan pertama (A1), biasanya digunakan
tes cepat dengan sensitivitas yang cukup tinggi, sedangkan untuk pemeriksaan
selanjutnya. (A2 dan A3), digunakan perlengkapan tes dengan spesifitas yang lebih
tinggi.
• Antibodi biasanya baru dapat terdeteksi sejak 2 minggu hingga 3 bulan setelah
terinfeksi HIV (97%). Masa tersebut disebut “masa jendela” (window period). Jika
hasil tes HIV negatif hal yang dapat dilakukan dalam 3 bulan setelah kemungkinan
terinfeksi adalah malakukan tes ulang, khususnya jika masih terdapat perilaku yang
beresiko, seperti malakukan hubungan seksual yang tidak terlindungi dengan
penderita IMS, para pekerja seks dan pelanggannya, lelaki suka lelaki (LSL), atau
orang dengan HIV/AIDS (ODHA), dan pemakaian alat suntik secara bersamaan di
antara para pengguna narkoba suntik.
Gejala HIV Stadium
Asimtomatik 1
Gejala ringan 2
Gejala lanjut 3
Gejala berat/ sangat lanjut 4
Tabel 4.2 tingkat gejala dan stadium HIV/AIDS
Faktor Resiko HIV/AIDS
Orang-orang yang memiliki risiko tertular HIV/AIDS antara lain:
• Pekerja seks pria atau wanita
• Pengguna narkob suntik
• Pria yang berhubungan seks dengan sesama pria
• Melakukan hubungan seks ual tanpa perlindungan dengan
penjaja seks komersial
• Perna atau sedang mengidap penyakit infeksi menular
seksual
• Pernah mendapatkan transfusi darah atau resipien produk
darah
• Suntkan, tato dan tindik dengan menggunakan alat non
steril
Penanda perkembangan HIV
Jumlah CD4
• Kecepatan penurunan jumlah CD4 telah terbukti dapat digunakan sebagai
penanda/ petunjuk perkembangan penyakit AIDS. Jumlah CD4 menurun secara
bertahap selama perjalanan penyakit, dan kecepatan penurunannya dari waktu ke
waktu rata-rata 100 sel/tahun. Seseorang dikatakan HIV(-) apabila deteksi jumlah
CD4 antara 500-1500 sel/ml, engan rata-rata lebih dari 800 sel/ml. Pada penderita
HIV/AIDS, jumlah CD4 dapat terus menurun hingga jumlah yang sangat rendah.
Jumlah CD4 lebih menggambarkan progresifitas AIDS, bukan tingkat muatan virus
meskipun nilai prediktif dari muatan virus akan meningkat seiring dengan lamanya
infeksi.
• Muatan virus pada plasma darah
Kecepatan peningkatan muatan virus dapat digunakan untuk memperkirakan
perkembangan infeksi HIV. Muatan virus meningkat secara bertahap dari waktu ke
waktu
Gejala Klinis
Gejala Klinis pada infeksi HIV biasanya bervariasi dan umumnya terjadi
sindrom retrovirus akut. Gejala klinis yang terjadi pada infeksi HIV
adalah :
• Demam, lemah, radang tenggorokan, penurunan berat badan yang
signifikan, dan mialgia.
• 40-80% pasien menunjukkan bintik merah (rash), morbilliform atau
maculopapular.
• Diare, mual dan muntah.
• Limfadenopati, berkeringat di malam hari.
• Meningitis aseptik
• Muatan virus lebih dari 50.000 sel/ml pada orang dewasa atau
500.000 sel/ml pada anak-anak
• Penurunan CD4 yang persisten
Stadium 1 Asimtomatik
 Tidak ada penurunan berat badan
 Tidak ada gejala atau hanya limfadenopati generalisata persisten
Stadium 2 Sakit Ringan
 Penurunan berat badan 5-10%
 ISPA berulang, misalnya sinusitis atau otitis
 Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
 Luka disekitar bibir
 Ulkus mulut berulang
 Ruam kulit yang gatal (seboroik atau prurigo-PPE)
 Dermatitis serboroik
 Infeksi jamur kuku
Stadium 3 Sakit Sedang
 Penurunan berat badan >10%
 Diare, demam yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan
 Kandidiasis oral atau vaginal
 Oral hairy leukoplakia
 Tuberkulosis limfadenopati
 Gingivitis/ periodonitis ulseratif nekrosis akut
 Anemia, netropenia, trombositopeni kronis
Stadium 4 Sakit Berat (AIDS)
 Sindrom wasting HIV
 Pneumonia pnamosistis, pneumonia bakteri parah yang berulang
 Herpes simpleks ulseratif lebih dari satu bulan
 Kandidiasis esofagus
 Tuberkulosis ekstraparu
 Sarkoma kaposi
 Retinitis CMV
 Abses otak toksoplasmosis
 Ensefalopati HIV
 Meningitis kriptokokus
 Infeksi mikobakteria non-tuberkulosis meluas
 Kanker serviks invasif
 Leismaniasis atopik meluas
Tabel 4.3 Gejala klinis HIV/AIDS berdasarkan Stadium
Infeksi Oportunistik
Infeksi oportunistik pada penderita HIV/AIDS adalah
infeksi pada berbagai organ yang disebabkan oleh
berbagai jenis bakteri. Penderita HIV/AIDS sangat
mudah terkena infeksi lain karena daya tahan
tubuh yang semakin menurun. Tidak jarang
penderita HIV/AIDS mengalami kematian karena
infeksi oportunistik yang tidak tertangani.
Berbagai infeksi oportunistik yang sering menyertai
penderita HIV/AIDS antara lain tuberkulosis paru
(hampir 50-65% pada penderita HIV/AIDS),
kandidiasis dan herpes.
PENGOBATAN HIV/AIDS
Tujuan Pengobatan HIV/AIDS adalah :
• Mengurangi laju penularan HIV di masyarakat
• Memulihkan dan atau memelihara fungsi
imunologis (stabilisasi/peningkatan sel CD4 )
• Menurunkan komplikasi akibat HIV
• Memperbaiki kualitas hidupODHA
• Menekan replikasi virus secara maksimal dan
terus menerus
• Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang
berhubungan dengan HIV
Penggolongan terapi antiretrovirus
(ARV)
Antiretrovirus (ARV) adalah obat antivirus yang menghambat replikasi HIV (retrovirus). Berdasarkan mekanisme kerjanya, terdapat lebih dari 20
antiretrovirus yang digolongkan menjadi enam penggolongan besar yaitu :
• Nucleoside/ nucleotide reverse trunscriptase inhobitors (NRTI/NtRTI
• NRTI bekerja dengan cara menghambat (sebagai inhibitor kompetitif) enzim transkriptase balik(reserve transcriptase) HIV-1 dan dapat bergabung
dengan rantai DNA virus yang sedang aktif sehingga menyebabkan terminasi (berhentinya prosesreplikasi virus). Obat golongan ini memerlukan
aktivasi intransitoplasma yang difosforilasi oleh enzim menjadi bentuk trifosfat. Obat golongan ini terdiri dari :
a. Analog deoksitimidin, yaitu zidovudin (AZT/ZDV)
b. Analog timidin, yaitu stavudin (d4T)
c. Analog deoksiadenosin, yaitu didanosin (ddl)
d. Analog adenosin (nukleotida/nt) yaitu tenofovir disoproxil fumarat (TDF)
e. Analog sitosin yaitu lamivudin (3TC) dan zalcitabin (ZTC)
f. Analog guanosin yaitu abacavir (ABC)
• Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NNRTI)
NNRTI bekerja dengan cara membentuk ikatan langsung pada situs aktif enzim transkriptase balik yang menyebabkan aktivitas DNA polimerase
terhambat. Golongan ini tidak bersaing dengan nukleosida trifosfat dan tidak memerlukan fosforilasi untuk menjadi aktif. Obat yang termasuk
golongan ini adalah nevirapin (NVP), efavirenz (EFZ) dan delavirdin
• Protease inhibitors (PI)
Selama tahap akhir siklus pertumbuhan, 3 gen dari HIV (gag, pol dan env) ditranslasikan menjadi poliprotein dan kemudian menjadi partikel yang
belum matang. Protease bertanggung jawab pada pembelahan molekul sebelumnya untuk menghasilkan protein bentuk akhir ari inti virion matang
dan protease penting untuk memproduksi virion matang selama replikasi. Obat golongan ini menghambat kerja enzim protease sehingga mencegah
pembantukan virion baru yang infeksius. Obat yang termasuk golongan ini adalah saquinavit (SQV), lopinavir (LPV), ritonavir (r),nelfinavir dan
amprenacir.
• Fusion inhibitors (FI)
FI menghambat masuknya virus ke dalam sel dengan cara berikatan dengan subunit gp 41 selubung glikoprotein virus sehingga fusi virus ke sel target
dapat dihambat. Obat yang termasuk golongan ini adalah enfuvirtide (T-20)
• Antagonis CCR5
CCR5 bekerja dengan cara mengikat CCR5 (reseptor komokin 5) dipermukaan sel CD4 dan mencegah pelekatan virus dengan sel target. Obat yang
termasuk golongan ini adalah maraviroc, aplaviroc,dan vicrivirox (Tslbris,2007)
• Integrase strand transfer inhibitors (INSTI)
INSTI bekerja dengan cara menghambat penggabungan sirkulasi DNA virus dengan sel inang (hospes). Obat yang termasuk golongan ini adalah
reltegravir dan elvitegravir (Evering H, 2008)
Regimen Terapi Antiretrovirus
Sejak ditemukan pada tahun 1996, terapi antiretrovirus
terus mengalami kemajuan. Tetapi diawali dengan
menggunakan satu jenis obat (monoterapi), dua jenis
obat, hingga saat ini menggunakan 3 jenis atau lebih
obat yang dikenal dengan intilah HAART (highly active
antiretroviral therapy). Kombinasi ini sering di
istilahkan dengan regimen terapi. Pada pasien HIV/AIDS
yang baru memulai penggunaan antiretrovirus,
umumnya menggunakan regimen lini pertama.
Selanjutnya, padapasien yang sudah mengalami
resistansi atau masalah toksisitas, regimen dapat
diganti menjadi regimen lini kedua.
Antiretrovirus lini pertama
Lamivudin (3TC) ditambah salah satu obat dari golongan NRTI, seperti zidovudin (AZT) atau stavudin (d4T),
ditambah salah satu NNRTI.
3TC + AZT/ d4T + NPV/EFV
Pilihan utama untuk lini 1 adalah 3TC + AZT + NPV
Pilihan alternatif untuk lini 1 adalah 3TC + AZT + EFV atau 3TC + d4T + NPV/EFV
Antiretrovirus lini kedua
NRTI seperti ddl dan TDF ditambah golongan protease inhibitor (SQV/r =saquinavir/ritonavir)
ddI + TDF/ABC + LPV/r atau SQV/r
Terapi antiretrovirus lini pertama dan lini kedua terdiri dari kombinasi :
Alasan mengganti (switching/substitusing) Antiretrovirus
Penggantian antiretrovirus (ARV) kemungkinan dapat disebabkan
oleh dua hal yaitu karena toksisitas atau kegagalan terapi.
• Toksisitas
Toksisitas terkait dengan ketidakmampuan untuk menahan
efek samping obat sehingga terjadi disfungsi organ yang
cukup berat. Hal tersebut dapat dipantau secara klinis, baik
dari keluhan atau dari hasil pemeriksaan fisik pasien atau
dari hasil pemeriksaan laboratorium, tergantung pada jenis
kombinasi obat yang digunakan dan sarana pelayanan
kesehatan yang ada.
• Kegagalan terapi
Kegagalan terapi dapat didefinisikan secara klinis dengan
menilai perkembangan penyakit secara imunologis dengan
penghitungan CD4 dan atau secara virologis dengan
mengukur muatan virus
Efek samping umum Antiretrovirus
Efek samping umum Antiretrovirus merupakan
salah satu penyebab morbiditas, dirawatnya
pasien dan mortslitas. Hal tersebut juga
berpengaruh pada kepatuhan pasien terhadap
rencana terapi. Oleh sebab itu pendeteksian
dini efek samping merupakan hal yang kritis
dan dalam hal ini, dibutuhkan peran semua
pihak, baik penderita, keluarga, dokter,
maupun apoteker.
Golongan Efek samping
NRTI Laktat asirlosis dan hepatotoksik, neuropati, perifer
NtRTI (Tenofovir/TFV) Toksisitas ginjal
NNRTI Hepatoksisitas dan gatal-gatal
PI Gangguan metabolik ganda (insulin resistansi, hiperlipidemia, lipodistropi = penyebaran
lemak tubuh yang tidak merata), hepatotoksisitas, gangguan tulang, peningkatan
pendarahan pada penderita hemofilia.
Tabel 4.4 Efek samping umum Antiretrovirus
Antiretrovirus generik
• Zidovudin (ZDV,AZT)
• Didanosin (ddI)
• Stavudin (d4T)
• Lamivudin (3TC)
• Abacavir (ABC)
• Nelfinavir
• Tenofovir disoproxil fumarat (TDF)
• Efavirenz (FFV)
• Nevirapin (NVP)
• Saquinavir (SQV)
• Enfuvirtide (T-20)
• Kaletra (lopinavir + rionavir )
No Nama generik Nama Dagang Pabrik
1 Zidovudin Retrovir Glaxo Wellcome
2 Didanosin Videx Bristol-Myers Squibb
3 Nevirapin Viramune Boehringer ingelheim
4 Stavudin Zerit Bristol-Myers Squibb
5 Lamivudin Heplav Kimia Farma
6 Atazanavir sulfat Reyataz Bristol-Myers Squibb
7 Ritonavir Norvir Abbott
Spesialite Antiretrovirus

More Related Content

What's hot

Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)
Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)
Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)Andhika Pratama
 
Infeksi torch pada kehamilan
Infeksi torch pada kehamilanInfeksi torch pada kehamilan
Infeksi torch pada kehamilanSalesIndogen
 
PowerPoint Presentasi Penyakit HIV AIDS.pptx
PowerPoint Presentasi Penyakit HIV AIDS.pptxPowerPoint Presentasi Penyakit HIV AIDS.pptx
PowerPoint Presentasi Penyakit HIV AIDS.pptxMuhammadFadhly12
 
BAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan Tetanus
BAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan TetanusBAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan Tetanus
BAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan TetanusNajMah Usman
 
Influenza atau flu
Influenza atau fluInfluenza atau flu
Influenza atau fluYuliana
 
Imunisasi selama-kehamilan
Imunisasi selama-kehamilanImunisasi selama-kehamilan
Imunisasi selama-kehamilanspiderind2
 
Bahaya penyakit menular seksual pada remaja
Bahaya penyakit menular seksual pada remajaBahaya penyakit menular seksual pada remaja
Bahaya penyakit menular seksual pada remajapeternugraha
 
Pencegahan penyakit menular
Pencegahan penyakit menularPencegahan penyakit menular
Pencegahan penyakit menularMuhammad Amin
 
Strategi gain uci pernas
Strategi gain uci pernasStrategi gain uci pernas
Strategi gain uci pernasJoni Iswanto
 
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS NajMah Usman
 
07. tingkatan dan uapaya pencegahan penyakit
07. tingkatan dan uapaya pencegahan penyakit07. tingkatan dan uapaya pencegahan penyakit
07. tingkatan dan uapaya pencegahan penyakitSyahrum Syuib
 
Penyakit rabies.PPT
Penyakit rabies.PPTPenyakit rabies.PPT
Penyakit rabies.PPT_Dian
 

What's hot (20)

Materi HIV & AIDS
Materi HIV & AIDSMateri HIV & AIDS
Materi HIV & AIDS
 
aids.ppt
aids.pptaids.ppt
aids.ppt
 
Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)
Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)
Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)
 
Makalah tuberculosis
Makalah tuberculosisMakalah tuberculosis
Makalah tuberculosis
 
Infeksi torch pada kehamilan
Infeksi torch pada kehamilanInfeksi torch pada kehamilan
Infeksi torch pada kehamilan
 
PowerPoint Presentasi Penyakit HIV AIDS.pptx
PowerPoint Presentasi Penyakit HIV AIDS.pptxPowerPoint Presentasi Penyakit HIV AIDS.pptx
PowerPoint Presentasi Penyakit HIV AIDS.pptx
 
BAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan Tetanus
BAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan TetanusBAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan Tetanus
BAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan Tetanus
 
Influenza atau flu
Influenza atau fluInfluenza atau flu
Influenza atau flu
 
Memahami Autoimun
Memahami AutoimunMemahami Autoimun
Memahami Autoimun
 
Imunisasi selama-kehamilan
Imunisasi selama-kehamilanImunisasi selama-kehamilan
Imunisasi selama-kehamilan
 
Bahaya penyakit menular seksual pada remaja
Bahaya penyakit menular seksual pada remajaBahaya penyakit menular seksual pada remaja
Bahaya penyakit menular seksual pada remaja
 
PATOLOGI UMUM
PATOLOGI UMUMPATOLOGI UMUM
PATOLOGI UMUM
 
Pencegahan penyakit menular
Pencegahan penyakit menularPencegahan penyakit menular
Pencegahan penyakit menular
 
ENTAMOEBA HISTOLYTICA
ENTAMOEBA HISTOLYTICAENTAMOEBA HISTOLYTICA
ENTAMOEBA HISTOLYTICA
 
Makalah hiv aids
Makalah hiv aidsMakalah hiv aids
Makalah hiv aids
 
Strategi gain uci pernas
Strategi gain uci pernasStrategi gain uci pernas
Strategi gain uci pernas
 
NEISSERIA GOORRHOEAE ppt
NEISSERIA GOORRHOEAE pptNEISSERIA GOORRHOEAE ppt
NEISSERIA GOORRHOEAE ppt
 
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS
 
07. tingkatan dan uapaya pencegahan penyakit
07. tingkatan dan uapaya pencegahan penyakit07. tingkatan dan uapaya pencegahan penyakit
07. tingkatan dan uapaya pencegahan penyakit
 
Penyakit rabies.PPT
Penyakit rabies.PPTPenyakit rabies.PPT
Penyakit rabies.PPT
 

Similar to OBAT HIV aids.ppt

HIV (1).pptx
HIV (1).pptxHIV (1).pptx
HIV (1).pptxHandoko87
 
Slide share profilaksis pajananan hiv
Slide share profilaksis pajananan hivSlide share profilaksis pajananan hiv
Slide share profilaksis pajananan hivSoroy Lardo
 
Slide share profilaksis pajananan hiv
Slide share profilaksis pajananan hivSlide share profilaksis pajananan hiv
Slide share profilaksis pajananan hivSoroy Lardo
 
Hiv aids tropis i
Hiv aids tropis iHiv aids tropis i
Hiv aids tropis iAnggaN7
 
askephivkl1 (4).pptx
askephivkl1 (4).pptxaskephivkl1 (4).pptx
askephivkl1 (4).pptxRuthHanna1
 
HIV DAN AIDS.pptx
HIV DAN AIDS.pptxHIV DAN AIDS.pptx
HIV DAN AIDS.pptxUNIKNURAINI
 
IPSD - HIV untuk PPCP rev.pptx
IPSD - HIV untuk PPCP rev.pptxIPSD - HIV untuk PPCP rev.pptx
IPSD - HIV untuk PPCP rev.pptxadinugraha772035
 
2A_KELOMPOK 10_HIV.pptx
2A_KELOMPOK 10_HIV.pptx2A_KELOMPOK 10_HIV.pptx
2A_KELOMPOK 10_HIV.pptxAnisaZelfia1
 
OVERVIEW OF HIV-AIDS.pptx
OVERVIEW OF HIV-AIDS.pptxOVERVIEW OF HIV-AIDS.pptx
OVERVIEW OF HIV-AIDS.pptxDiniAgustini5
 
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi,
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi,
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, pjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...pjj_kemenkes
 
PPT KEL.3 fix-1.pptx
PPT KEL.3 fix-1.pptxPPT KEL.3 fix-1.pptx
PPT KEL.3 fix-1.pptxArwanDiana
 
ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simple...
ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simple...ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simple...
ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simple...EndangFitriaNingsih2
 
Kehamilan disertai Penyakit, Infeksi dan PMS
Kehamilan disertai Penyakit, Infeksi dan PMSKehamilan disertai Penyakit, Infeksi dan PMS
Kehamilan disertai Penyakit, Infeksi dan PMSEnno Batilmurik
 

Similar to OBAT HIV aids.ppt (20)

HIV (1).pptx
HIV (1).pptxHIV (1).pptx
HIV (1).pptx
 
Slide share profilaksis pajananan hiv
Slide share profilaksis pajananan hivSlide share profilaksis pajananan hiv
Slide share profilaksis pajananan hiv
 
Slide share profilaksis pajananan hiv
Slide share profilaksis pajananan hivSlide share profilaksis pajananan hiv
Slide share profilaksis pajananan hiv
 
Whatis hivaids
Whatis hivaidsWhatis hivaids
Whatis hivaids
 
Hiv aids tropis i
Hiv aids tropis iHiv aids tropis i
Hiv aids tropis i
 
Presentation KTI
Presentation KTIPresentation KTI
Presentation KTI
 
askephivkl1 (4).pptx
askephivkl1 (4).pptxaskephivkl1 (4).pptx
askephivkl1 (4).pptx
 
HIV DAN AIDS.pptx
HIV DAN AIDS.pptxHIV DAN AIDS.pptx
HIV DAN AIDS.pptx
 
IPSD - HIV untuk PPCP rev.pptx
IPSD - HIV untuk PPCP rev.pptxIPSD - HIV untuk PPCP rev.pptx
IPSD - HIV untuk PPCP rev.pptx
 
2A_KELOMPOK 10_HIV.pptx
2A_KELOMPOK 10_HIV.pptx2A_KELOMPOK 10_HIV.pptx
2A_KELOMPOK 10_HIV.pptx
 
OVERVIEW OF HIV-AIDS.pptx
OVERVIEW OF HIV-AIDS.pptxOVERVIEW OF HIV-AIDS.pptx
OVERVIEW OF HIV-AIDS.pptx
 
Hiv
HivHiv
Hiv
 
HIV pada Anak
HIV pada AnakHIV pada Anak
HIV pada Anak
 
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi,
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi,
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi,
 
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...
 
PPT KEL.3 fix-1.pptx
PPT KEL.3 fix-1.pptxPPT KEL.3 fix-1.pptx
PPT KEL.3 fix-1.pptx
 
ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simple...
ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simple...ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simple...
ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simple...
 
Kehamilan disertai Penyakit, Infeksi dan PMS
Kehamilan disertai Penyakit, Infeksi dan PMSKehamilan disertai Penyakit, Infeksi dan PMS
Kehamilan disertai Penyakit, Infeksi dan PMS
 
Pwr hiv aids AKPER PEMKAB MUNA
Pwr hiv aids AKPER PEMKAB MUNA Pwr hiv aids AKPER PEMKAB MUNA
Pwr hiv aids AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah hiv
Makalah hivMakalah hiv
Makalah hiv
 

Recently uploaded

Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaFeraAyuFitriyani
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...nadyahermawan
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptUserTank2
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitaBintangBaskoro1
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALBagasTriNugroho5
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfnoviarani6
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxfachrulshidiq3
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptxNezaPurna
 
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxProses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxArdianAdhiwijaya
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasariSatya2
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxPoliJantung
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxYudiatma1
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiRizalMalik9
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RambuIntanKondi
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxindah849420
 

Recently uploaded (20)

Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxProses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 

OBAT HIV aids.ppt

  • 2. PETA KONSEP OBAT HIV/AIDS Viurs HIV Struktur virus Replikasi virus Cara penularan dan pencegahan Penyakit AIDS Diagnosis laboratorium HIV/AIDS Faktor risiko HIV/AIDS Penanda perkembangan HIV Gejala Klinis Infeksi oportunistik Regimen terapi antiretrovirus Antiretroviru s lini pertama Antiretrovirus lini kedua Penggolongan terapi antiretrovirus Nucleoside/nucleotide reverse transcriptase inhibitors (NRTI/NtRTI) Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NNRTI) Protease inhibitors (Pi) Fusion inhibitors (Fi) Antagonis CCR5 Integrase strand transter inhibitors (INSTI)
  • 3. ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROME (AIDS) • Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV adalah jenis retrovirus yang menginfeksi sistem kekebalan tubuh dan menghancurkan atau merusak fungsinya. Ketika infeksi berlangsung, sistem kekebalan tubuh melemah dan penderita lebih rentan terhadap infeksi. Stadium lanjut infeksi ini adalah terjadinya Immunodeficiency (AIDS) sehingga penderitaan sangat mudah mendapatkan infeksi oportunistik. • Jumlah penderita AIDS di seluruh dunia terus meningkat. Hingga Desember 2013, tercatat jumlah penderita AIDS di seluruh dunia sekitar 34 juta orang. Pendrita yang baru terinfeksi sekitar 2,7 juta orang dan penderita yang meninggal akibat HIV/AIDS sekitar 2juta orang. Pada tahun 2008, jumlah orang yang hidup dengan virus ini meningkat 20% sejak tahun 2000. Pravalensinya meningkat sekitar tiga kali lipat sejak tahun 1990 • Kasus HIV/ AIDS di indonesia merupakan fenomena gunung es. Jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan lebih sedikit dibandingkan kondisi yang sebenarnya karena sistem pelaporan belum sempurna. Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di indonesia hingga maret 2014 dilaporkan sebanyak 134.042 orang, dengan AIDS positif sebanyak 54.231 orang. Sejak april 1987, jumlah penderita yang meninggal dunia sebanyak 9.516 orang. Prevalesi tertinggi terjadi di propinsi papua, di ikuti oleh jawa timur dan DKI jakarta di urutan ketiaga. • Prnggunaan HAART telah berhasil menurunkan secara signifikan mortaliti dan morbiditas terkait AIDS serta perawatan rumah sakit. Akat tetapi, sekitar 25% pengguna menghentikan penggunaan reglmen antiretrovirus (ARV) pada delapan bulan pertama pengobatan. Penyebabnya karena kegagalan pengobatan, ketikpatuha n pada terapi yang diberikan dan efek tosik yang ditimbulkan. • Efek toksik yang ditimbulkan oleh ARV menjadi salah satu penyebab kurangnya kepatuhan pasien terhadap terapi yang diberikan dan menjadi alasan utama terjadinya kegagalan terapi. Ketidak patuhan terhadap terapi juga mengakibatkan resistasi obat. Sebanyak 23% dari 514 pasien yang diwawancarai di botswana menggunakan obat kurang dari 95% dosis yang seharusnya digunakan. • Masing-masing antiretrovirus umumnya menimbulkan efek samping tersendiri. Efek samping yang ringan dan umum terjadi pada awal terapi adalah kembung, mual dan diare. Efek ini mungkin bersifat sementara atau dapat juga bertahan selama penggunaan obat. Hal ini juga menyebabkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan berkurang.
  • 4. HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh, HIV termasuk genus retrovirus dan tergolong dalam famili lentivirus. Infeksi virus ini khas dengan sifat laten yang lama, masa inkubasi yang lama, replikasi virus yang persisten,dan keterlibatan dari susuna saraf pusat. Ciri Khas retrovirus adalah dikelilingi oleh membran lipid, memiliki kemampuan variasi genetik yang tinggi, memiliki cara yang unik untuk replikasi serta dapat menginfeksi jenis vertebrata
  • 5. Struktur HIV • Virus HIV berbentuk sferis dengan diameter 80-100 nm dan memiliki inti berbentuk kerucut yang dikelilingi oleh membran lipid yang berasal dari sel hospes, inti virus mengandung protein kapsid terbesar, yaitu p24, protein nukleokapsid p7/p9, dua salinan RNA genon, dan tiga enzim virus, yaitu protease, transkriptase balik dan integrase. • Protein p24 adalah antigen virus yang cepat terdeteksi dan merupakan target antibodi dalam tes skrining HIV. Inti virus dikelilingi oleh matriks protein yang disebut p17, yaitu lapisan dibawah memberan lipid. Membran lipid virus mengandung dua glikoprotein yang sangat penting dalam proses infeksi HIV ke dalam sel, yaitu gp 120 dan gp 41
  • 6. Replikasi HIV • HIV bereplikasi atau memperbanyak diri setelah menginfeksi sel rangetnya pada CD4 yang merupakan bagian dari limfosit atau sistem pertahanan tubuh manusia. Tahapan-tahapan HIV memperbanyak diri dijelaskan sebagai berikut : • Virus mengenali (lending) sel target CD4 dan berfusi ke dalam sel target • Virus melepaskan materi genetiknya ke dalam sel target • Terjadi transkripsi balik RNA menjadi DNA dengan bantuan enzim transkriptase balik (reverse trancriptase). • Integrasi DNA virus ke dalam DNA manusia yang sedang bereplikasi dengan bantuan enzim integrase. • Terbentuknya RNA virus yang ditranslasi menjadi protein besar, dan kemudian dipecah menjadi protein kecil • Virus immature melewati membran sel inang dengan mengambil protein sel membran (budding) yang dibantu oleh enzim protease. • Virion baru yang menular dilepaskan dari sel target.
  • 7.
  • 8. Cara penularan (transmisi) HIV • HIV terdapat dalam cairan tubuh penderita dan dapat ditularkan melalui cairan tersebut. Meskipun menurut penelitian virus terdapat dala saliva, air mata, cairan cerebrospinal, dan urine, cairan tersebut tidak terbukti beresiko menularkan karena kadarnya sangat rendah. Selain itu, tidak ada mekanisme yang memfasilitasi untuk masuk ke dalam darah, kecuali ada luka. • Cara penularan yang lazimnya adalah melalui hubungan seksual yang tidak aman ( tidak menggunakan condom) dengan mitra seksual yang terinfeksi HIV, kontak dengan darah orang yang terinfeksi melalui tusukan jarum suntik[ pemakaian bersama produk yang terkontaminasi atau jarum suntik yang umum dilakukan pengguna narkoba suntik (injecting drugs users, IDU), serta penularan dari ibu ke bayi. Cara lain yang lebih jarang adalah pembuatan tato, transplantasi organ dan jaringan, inseminasi buatan atau tindakan medis semi invasif.
  • 9. Penularan Pencegahan Seksual Hubungan seksual yang tidak aman dengan pasangan terinfeksi HIV (+), homoseksual/ heteroseksual  Lakukan hubungan seksual dengan pasangan sah dan tidak berganti-ganti pasangan.  Tidak melakukan hubungan seks bebas untuk orang yang belum menikah.  Menggunakan kondom dan jel spermisida pada hubungan seksual yang beresiko. Parenteral  Jarum suntik, tindik, tato yang terkontaminasi HIV  Transfusi darah yang terinfeksi HIV  Lakukan sterilisasi aat suntik, alat tindik, dan alat tato.  PMI sudah melakukan usaha maksimal untuk skrining donor darah sehingga kasus ini cukup jarang ditemukan. Perinatal Ibu hamil kepada bayi yang akan dilahirkan  Melahirkan dengan cara sctio caesarea.  Menggunakan obat pencegah infeksi HIV selama dan sesudah kelahiran pada bayi.  Mengganti ASI dengan susu Formula. Tabel 4.1 cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS
  • 10. Penyakit AIDS • human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang menginfeksi sistem kekebalan tubuh manusia sehingga dapat menimbulkan penurunan Imunitas tubuh. Seseorang dikatakan HIV (+) apabila sudah terinfeksi virus tersebut dan di dalam tubuhnya sudah terdeteksi adanya perkembangan virus tersebut , sedangkan penderita HIV/AIDS adalah stadium lanjut dari orang yang telah terinfeksi HIV (+) dan sudah menunjukkan gejala-gejala khusus AIDS. • WHO telah menetapkan stadium klinis HIV/AIDS untuk dewasa maupun anak yang masing-masing terdiri dari 4 stadium. Pembagian stadium klinis HIV/AIDS berdasarkan gejala yang terjadi dapat dilihat pada Tabel 4.2
  • 11. Diagnosis laboratorium HIV/AIDS • Terkadang orang tidak mengetahui status mereka terinfeksi HIV atau tidak. Tes HIV bagi orang yang menginginkannya perlu dilakukan setelah mendapatkan konseling pra tes. Indikasi lain yang memerlukan tes HIV adalah adanya infeksi menular seksual (IMS), hamil, tuberkulosis(TB) aktif, serta gejala dan tanda yang mengarah adanya infeksi HIV. • Prosedur pemeriksaan laboratorium untuk HIV sesuai dengan panduan nasional yang berlaku saat ini adalah dengan menggunakan strategi 3A dan selalu didahului dengan konseling pra-tes. Untuk pemeriksaan pertama (A1), biasanya digunakan tes cepat dengan sensitivitas yang cukup tinggi, sedangkan untuk pemeriksaan selanjutnya. (A2 dan A3), digunakan perlengkapan tes dengan spesifitas yang lebih tinggi. • Antibodi biasanya baru dapat terdeteksi sejak 2 minggu hingga 3 bulan setelah terinfeksi HIV (97%). Masa tersebut disebut “masa jendela” (window period). Jika hasil tes HIV negatif hal yang dapat dilakukan dalam 3 bulan setelah kemungkinan terinfeksi adalah malakukan tes ulang, khususnya jika masih terdapat perilaku yang beresiko, seperti malakukan hubungan seksual yang tidak terlindungi dengan penderita IMS, para pekerja seks dan pelanggannya, lelaki suka lelaki (LSL), atau orang dengan HIV/AIDS (ODHA), dan pemakaian alat suntik secara bersamaan di antara para pengguna narkoba suntik.
  • 12. Gejala HIV Stadium Asimtomatik 1 Gejala ringan 2 Gejala lanjut 3 Gejala berat/ sangat lanjut 4 Tabel 4.2 tingkat gejala dan stadium HIV/AIDS
  • 13. Faktor Resiko HIV/AIDS Orang-orang yang memiliki risiko tertular HIV/AIDS antara lain: • Pekerja seks pria atau wanita • Pengguna narkob suntik • Pria yang berhubungan seks dengan sesama pria • Melakukan hubungan seks ual tanpa perlindungan dengan penjaja seks komersial • Perna atau sedang mengidap penyakit infeksi menular seksual • Pernah mendapatkan transfusi darah atau resipien produk darah • Suntkan, tato dan tindik dengan menggunakan alat non steril
  • 14. Penanda perkembangan HIV Jumlah CD4 • Kecepatan penurunan jumlah CD4 telah terbukti dapat digunakan sebagai penanda/ petunjuk perkembangan penyakit AIDS. Jumlah CD4 menurun secara bertahap selama perjalanan penyakit, dan kecepatan penurunannya dari waktu ke waktu rata-rata 100 sel/tahun. Seseorang dikatakan HIV(-) apabila deteksi jumlah CD4 antara 500-1500 sel/ml, engan rata-rata lebih dari 800 sel/ml. Pada penderita HIV/AIDS, jumlah CD4 dapat terus menurun hingga jumlah yang sangat rendah. Jumlah CD4 lebih menggambarkan progresifitas AIDS, bukan tingkat muatan virus meskipun nilai prediktif dari muatan virus akan meningkat seiring dengan lamanya infeksi. • Muatan virus pada plasma darah Kecepatan peningkatan muatan virus dapat digunakan untuk memperkirakan perkembangan infeksi HIV. Muatan virus meningkat secara bertahap dari waktu ke waktu
  • 15. Gejala Klinis Gejala Klinis pada infeksi HIV biasanya bervariasi dan umumnya terjadi sindrom retrovirus akut. Gejala klinis yang terjadi pada infeksi HIV adalah : • Demam, lemah, radang tenggorokan, penurunan berat badan yang signifikan, dan mialgia. • 40-80% pasien menunjukkan bintik merah (rash), morbilliform atau maculopapular. • Diare, mual dan muntah. • Limfadenopati, berkeringat di malam hari. • Meningitis aseptik • Muatan virus lebih dari 50.000 sel/ml pada orang dewasa atau 500.000 sel/ml pada anak-anak • Penurunan CD4 yang persisten
  • 16.
  • 17. Stadium 1 Asimtomatik  Tidak ada penurunan berat badan  Tidak ada gejala atau hanya limfadenopati generalisata persisten Stadium 2 Sakit Ringan  Penurunan berat badan 5-10%  ISPA berulang, misalnya sinusitis atau otitis  Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir  Luka disekitar bibir  Ulkus mulut berulang  Ruam kulit yang gatal (seboroik atau prurigo-PPE)  Dermatitis serboroik  Infeksi jamur kuku Stadium 3 Sakit Sedang  Penurunan berat badan >10%  Diare, demam yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan  Kandidiasis oral atau vaginal  Oral hairy leukoplakia  Tuberkulosis limfadenopati  Gingivitis/ periodonitis ulseratif nekrosis akut  Anemia, netropenia, trombositopeni kronis Stadium 4 Sakit Berat (AIDS)  Sindrom wasting HIV  Pneumonia pnamosistis, pneumonia bakteri parah yang berulang  Herpes simpleks ulseratif lebih dari satu bulan  Kandidiasis esofagus  Tuberkulosis ekstraparu  Sarkoma kaposi  Retinitis CMV  Abses otak toksoplasmosis  Ensefalopati HIV  Meningitis kriptokokus  Infeksi mikobakteria non-tuberkulosis meluas  Kanker serviks invasif  Leismaniasis atopik meluas Tabel 4.3 Gejala klinis HIV/AIDS berdasarkan Stadium
  • 18. Infeksi Oportunistik Infeksi oportunistik pada penderita HIV/AIDS adalah infeksi pada berbagai organ yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri. Penderita HIV/AIDS sangat mudah terkena infeksi lain karena daya tahan tubuh yang semakin menurun. Tidak jarang penderita HIV/AIDS mengalami kematian karena infeksi oportunistik yang tidak tertangani. Berbagai infeksi oportunistik yang sering menyertai penderita HIV/AIDS antara lain tuberkulosis paru (hampir 50-65% pada penderita HIV/AIDS), kandidiasis dan herpes.
  • 19. PENGOBATAN HIV/AIDS Tujuan Pengobatan HIV/AIDS adalah : • Mengurangi laju penularan HIV di masyarakat • Memulihkan dan atau memelihara fungsi imunologis (stabilisasi/peningkatan sel CD4 ) • Menurunkan komplikasi akibat HIV • Memperbaiki kualitas hidupODHA • Menekan replikasi virus secara maksimal dan terus menerus • Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan HIV
  • 20. Penggolongan terapi antiretrovirus (ARV) Antiretrovirus (ARV) adalah obat antivirus yang menghambat replikasi HIV (retrovirus). Berdasarkan mekanisme kerjanya, terdapat lebih dari 20 antiretrovirus yang digolongkan menjadi enam penggolongan besar yaitu : • Nucleoside/ nucleotide reverse trunscriptase inhobitors (NRTI/NtRTI • NRTI bekerja dengan cara menghambat (sebagai inhibitor kompetitif) enzim transkriptase balik(reserve transcriptase) HIV-1 dan dapat bergabung dengan rantai DNA virus yang sedang aktif sehingga menyebabkan terminasi (berhentinya prosesreplikasi virus). Obat golongan ini memerlukan aktivasi intransitoplasma yang difosforilasi oleh enzim menjadi bentuk trifosfat. Obat golongan ini terdiri dari : a. Analog deoksitimidin, yaitu zidovudin (AZT/ZDV) b. Analog timidin, yaitu stavudin (d4T) c. Analog deoksiadenosin, yaitu didanosin (ddl) d. Analog adenosin (nukleotida/nt) yaitu tenofovir disoproxil fumarat (TDF) e. Analog sitosin yaitu lamivudin (3TC) dan zalcitabin (ZTC) f. Analog guanosin yaitu abacavir (ABC) • Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NNRTI) NNRTI bekerja dengan cara membentuk ikatan langsung pada situs aktif enzim transkriptase balik yang menyebabkan aktivitas DNA polimerase terhambat. Golongan ini tidak bersaing dengan nukleosida trifosfat dan tidak memerlukan fosforilasi untuk menjadi aktif. Obat yang termasuk golongan ini adalah nevirapin (NVP), efavirenz (EFZ) dan delavirdin • Protease inhibitors (PI) Selama tahap akhir siklus pertumbuhan, 3 gen dari HIV (gag, pol dan env) ditranslasikan menjadi poliprotein dan kemudian menjadi partikel yang belum matang. Protease bertanggung jawab pada pembelahan molekul sebelumnya untuk menghasilkan protein bentuk akhir ari inti virion matang dan protease penting untuk memproduksi virion matang selama replikasi. Obat golongan ini menghambat kerja enzim protease sehingga mencegah pembantukan virion baru yang infeksius. Obat yang termasuk golongan ini adalah saquinavit (SQV), lopinavir (LPV), ritonavir (r),nelfinavir dan amprenacir. • Fusion inhibitors (FI) FI menghambat masuknya virus ke dalam sel dengan cara berikatan dengan subunit gp 41 selubung glikoprotein virus sehingga fusi virus ke sel target dapat dihambat. Obat yang termasuk golongan ini adalah enfuvirtide (T-20) • Antagonis CCR5 CCR5 bekerja dengan cara mengikat CCR5 (reseptor komokin 5) dipermukaan sel CD4 dan mencegah pelekatan virus dengan sel target. Obat yang termasuk golongan ini adalah maraviroc, aplaviroc,dan vicrivirox (Tslbris,2007) • Integrase strand transfer inhibitors (INSTI) INSTI bekerja dengan cara menghambat penggabungan sirkulasi DNA virus dengan sel inang (hospes). Obat yang termasuk golongan ini adalah reltegravir dan elvitegravir (Evering H, 2008)
  • 21.
  • 22.
  • 23. Regimen Terapi Antiretrovirus Sejak ditemukan pada tahun 1996, terapi antiretrovirus terus mengalami kemajuan. Tetapi diawali dengan menggunakan satu jenis obat (monoterapi), dua jenis obat, hingga saat ini menggunakan 3 jenis atau lebih obat yang dikenal dengan intilah HAART (highly active antiretroviral therapy). Kombinasi ini sering di istilahkan dengan regimen terapi. Pada pasien HIV/AIDS yang baru memulai penggunaan antiretrovirus, umumnya menggunakan regimen lini pertama. Selanjutnya, padapasien yang sudah mengalami resistansi atau masalah toksisitas, regimen dapat diganti menjadi regimen lini kedua.
  • 24. Antiretrovirus lini pertama Lamivudin (3TC) ditambah salah satu obat dari golongan NRTI, seperti zidovudin (AZT) atau stavudin (d4T), ditambah salah satu NNRTI. 3TC + AZT/ d4T + NPV/EFV Pilihan utama untuk lini 1 adalah 3TC + AZT + NPV Pilihan alternatif untuk lini 1 adalah 3TC + AZT + EFV atau 3TC + d4T + NPV/EFV Antiretrovirus lini kedua NRTI seperti ddl dan TDF ditambah golongan protease inhibitor (SQV/r =saquinavir/ritonavir) ddI + TDF/ABC + LPV/r atau SQV/r Terapi antiretrovirus lini pertama dan lini kedua terdiri dari kombinasi :
  • 25. Alasan mengganti (switching/substitusing) Antiretrovirus Penggantian antiretrovirus (ARV) kemungkinan dapat disebabkan oleh dua hal yaitu karena toksisitas atau kegagalan terapi. • Toksisitas Toksisitas terkait dengan ketidakmampuan untuk menahan efek samping obat sehingga terjadi disfungsi organ yang cukup berat. Hal tersebut dapat dipantau secara klinis, baik dari keluhan atau dari hasil pemeriksaan fisik pasien atau dari hasil pemeriksaan laboratorium, tergantung pada jenis kombinasi obat yang digunakan dan sarana pelayanan kesehatan yang ada. • Kegagalan terapi Kegagalan terapi dapat didefinisikan secara klinis dengan menilai perkembangan penyakit secara imunologis dengan penghitungan CD4 dan atau secara virologis dengan mengukur muatan virus
  • 26. Efek samping umum Antiretrovirus Efek samping umum Antiretrovirus merupakan salah satu penyebab morbiditas, dirawatnya pasien dan mortslitas. Hal tersebut juga berpengaruh pada kepatuhan pasien terhadap rencana terapi. Oleh sebab itu pendeteksian dini efek samping merupakan hal yang kritis dan dalam hal ini, dibutuhkan peran semua pihak, baik penderita, keluarga, dokter, maupun apoteker.
  • 27. Golongan Efek samping NRTI Laktat asirlosis dan hepatotoksik, neuropati, perifer NtRTI (Tenofovir/TFV) Toksisitas ginjal NNRTI Hepatoksisitas dan gatal-gatal PI Gangguan metabolik ganda (insulin resistansi, hiperlipidemia, lipodistropi = penyebaran lemak tubuh yang tidak merata), hepatotoksisitas, gangguan tulang, peningkatan pendarahan pada penderita hemofilia. Tabel 4.4 Efek samping umum Antiretrovirus
  • 28. Antiretrovirus generik • Zidovudin (ZDV,AZT) • Didanosin (ddI) • Stavudin (d4T) • Lamivudin (3TC) • Abacavir (ABC) • Nelfinavir • Tenofovir disoproxil fumarat (TDF) • Efavirenz (FFV) • Nevirapin (NVP) • Saquinavir (SQV) • Enfuvirtide (T-20) • Kaletra (lopinavir + rionavir )
  • 29. No Nama generik Nama Dagang Pabrik 1 Zidovudin Retrovir Glaxo Wellcome 2 Didanosin Videx Bristol-Myers Squibb 3 Nevirapin Viramune Boehringer ingelheim 4 Stavudin Zerit Bristol-Myers Squibb 5 Lamivudin Heplav Kimia Farma 6 Atazanavir sulfat Reyataz Bristol-Myers Squibb 7 Ritonavir Norvir Abbott Spesialite Antiretrovirus