Ringkasan dokumen tersebut adalah:
HIV dan AIDS masih menjadi penyebab utama kematian wanita usia produktif, salah satunya karena pelayanan kesehatan untuk mencegah penularan dari ibu ke anak belum memadai. Program pencegahan penularan infeksi HIV dari ibu ke anak mencakup layanan kehamilan, diagnosis, dan terapi antivirus untuk ibu serta bayi. Strategi pencegahan meliputi skrining pasangan, penggunaan kondom, dan ter
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
PPT KEL.3 fix-1.pptx
1. Kehamilan Di Sertai Dengan
Penyakit Infeksi Menular Seksual
( IMS)
Arini Purnama Sari, S.ST., M.KES
KELOMPOK 3 :
1. FARIDA DG TAHIR 11. JUMIANI DARWIS
2. FITRIANI H. ISMAIL 12. KIKI ASWAN
3. ASTRID NURJANNAH.H 13. MURNI T
4. A. PURNAMA YUSTIKA 14. DEWI WAHYUNI
5. A. RESKI PRATAMA
6. SRI DEVIYANTI
7. DIANA MARIANA
8. SARPIKA
9. KURNIA AFIAT
10. JULISA
2. Latar Belakang
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah retrovirus yang
menginfeksi sistem imunitas seluler, mengakibatkan kehancuran
ataupun gangguan fungsi sistem tersebut. jika kerusakan fungsi
imunitas seluler berlanjut, akan menimbulkan berbagai infeksi
atau gejala sindrom Acquired Immuno Deficiency Syndrome
(AIDS).
3. HIV bahkan masih menjadi penyebab utama kematian wanita
usia produktif, salah satu penyebabnya karena salah satu
pelayanan kesehatan pada kasus tramisi vertikal masih belum
memadai, hanya 20% wanita hamil yang mendapat akses
pelayanan Anti-Retro Viral (ARV)
(Hartono,2019).
4. Tramisi vertikal dari ibu ke anak atau lebih di kenal dengan istilah
Mother to Child Transmission (MTCT), telah meningkatkan
jumlah anak hidup dengan HIV, di daerah Subhara Afrika, 88%
anak berusia kurang dari 15 tahun terinfeksi HIV, tetapi hanya
28% -nya yang menerima terapi ARV. pelayanan MTCT di
Indonesia makin menjadi perhatian karena epidemi HIV/AIDS
yang terus meningkat (Hartono,2019)
5. Definis HIV/AIDS
AIDS adalah kumpulan gejala penyakit yang ditimbulkan karena
sistem kekebalan tubuh manusia telah terserang human immune
deficiency virus (HIV). AIDS juga merupakan sekumpulan gejala
yang menunjukan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh
yang di akibatkan oleh beberapa faktor luar mulai dari kelainan
ringan hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan
berbagai infeksi yang dapat membawa kematian.
..
6. Etiologi HIV/AIDS pada Kehamilan
AIDS adalah merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
HIV. HIV drsebabkan oleh sekelompok virus yang dikenal sebagai
retrovirus. virus ini mebawa materi genetic merea dalam bentuk
asam ribonukleat (RNA) dan bukan asam deoksiribonukleat
(DNA). inveksi HIV terjadi ketika virus memasuki sel CD4 (T) dan
menyebabkan sel ini mereplikasi RNA virus protein yang pada
akhirnya menyerang sel CD4 lain.
7. Penularan HIV AIDS dari ibu ke janin
1. lewat cairan tubuh
2. lewat cairan sperma
3. lewat cairan susu ibu
4. periode kehamilan
5. periode persalinan
6. periode post partum
8. Patofisiologi HIV AIDS Pada Kehamilan
perjalanan klinis pasien dari tahap infeksi HIV sampai tahap
AIDS sejalan dengan penurunan derajat imunitas pasein,
terutama seluler dan menunjukan gambaran penyakit yang
kronis . penurunana imunitas biasanya diikuti adanya
peningkatan resiko dan derajat keparahan infeksi oportunistik
serta penyakit kegansan. dari semua orang yang terinfeksi HIV,
sebagaian bekembang menjadi AIDS sesudah 10 tahun dan
hampir 100% pasien HIV menunjukan gejala AIDS setelah 13
tahun.
9. Diagnosis HIV AID Pada Kehamilan
Diagnosis HIV AIDS dapat dimkonfirmasi melalui kultur virus
langsung dari limfosit dan monosit darah tepi . diagnosis juga
dapat ditemukan oleh deteksi antigen virus dengan polymerase
chain reaction (PCR). terlihat jumlah penurunan jumlah CD4,
ratio CD4 dan CD8 terbalik dan level serum imunoglobulin
meningkat pada HIV posistif. Enzymelinked immunosorbent
assay (ELISA) merupakan tes krining HIV yang paling sering
digunakan untuk mengidentifikasi antibodi spesifik virus, baik
HIV tipe 1 maupun HIV tipe 2.
10. Manifestasi Klinis HIV AIDS Pada
Kehamilan
Masa inkubasi dari paparan menuju penyakit klinis rata-rata tiga
hingga enam minggu. Infeksi HIV akut sangat mirip dengan
sindrom infeksi virus lain dan biasanya bertahan kurang dari 10
hari. Gejala umum adalah demam. lemas, kemerahan di kulit,
pusing, limfadenopati, faringitis, mialgia, mual, dan diare.
Setelah gejala meredah, tingkat viremia biasanya akan menurun
. CDC telah menegluarkan sebuah klasifikasi klinis yang di
gabungkan dengan klasifikasi pemeriksaan CD4.
11. Pemeriksaan Laboratorium pada ibu
dan bayi
serologis : Tes Antibody serum, tes western blot, sel T
limfosit, sel T4 helper, T8 ( Sel supresor sitopatik). P24,
kadar lg, reaksi rantai polimerasi dan tes PHS
neurologis : EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan
saraf)
tes lainnya : sinar X dada, tes fungsi pulmonal, scan
gallium.
12. Penatalaksanaan HIV AIDS pada
Kehamilan
selama kontak awal pada wanita yang terinfeksi HIV, tanyakan
yang ia ketahui tentang infeksi HIV. pastikan bahwa wanita
tersebut di tangani oleh dokter atau pada fasilitas pelayanan
yang ahli dalam menangani orang dengan infeksi HIV,
termasuk SIDA. rujukan psikologis juga mungkin di perlukan
sumber - sumber konseling untuk bantuan finansial,
perantaraan hukum, pencegahan bunuh diri dan kematian
mungkin di perlukan. semua wanita pengguna obat- obat
terlarang harus di rujuk pada program penghentian
penyalagunaan obat. fokus utama pada konseling meliputi
pencegahan penularan HIV kepada pasangan.
13. Penatalaksanaan HIV AIDS pada
Kehamilan
Program pelayanan kesehatan untuk mencegah penularan HIV dari
ibu hamil terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandung mencakup
kegiatan sebagai berikut:
• Layanan antenatal care (ANC) terpadu termasuk penawaran
dan tes HIV pada ibu hamil untuk membuka akses pengetahuan
ibu.
• Diagnosis HIV pada ibu hamil: Pemeriksaan diagnostik infeksi
HIV pada ibu hamil yang dilakukan di Indonesia umumnya adalah
pemeriksaan mendeteksi antibody dalam darah (pemeriksaan
serologis) dengan menggunakan tes cepat (rapid test HIV)
14. Penatalaksanaan HIV AIDS pada
KEHAMILAN
• Pemberian terapi antivirus (antiretroviral)/ ARV
pada ibu hamil: Semua ibu hamil dengan HIV harus
mendapat terapi ARV, karena kehamilan sendiri
merupakan indikasi pemberian ARV yang dilanjutkan
seumur hidup.
• Persalinan yang aman
• Pemberian obat antivirus pencegahan (profilaksis
Antiretroviral) dan antibiotik kotrimoksazol pada
anak
• Menunda dan mengatur kehamilan berikutnya
15. Pencegahan HIV AIDS Pada Kehamilan
Beberapa strategi pmtct ( prevention motherto-child
transmission) telah di kembangkan untuk menekan insidens
transmisi, antara lain penggunaan kondom, skrinning kedua
pasangan, dan tatalaksana infeksi menular seksual. selain
strategi tersebut PREP ( PreExposure Prophylaxis) oral
menggunakan ARV merupakan salah satu strategi yang di
tetapkan WHO. PrEP juga di anjurkan sebagai salah satu
pendekatan preventif tambahan untuk wanita hamil dan
menyusui jika terpapar resiko HIV.
16. Pencegahan HIV Aids Pada Kehamilan
Program pencegahan penularan infeksi HIV dari ibu ke
anak (PPIA) merupakan upaya terhadap perempuan usia
produktif (15-49 tahun) yang terinfeksi atau memiliki
risiko terinfeksi HIV untuk tetap terjaga kesehatannya,
serta mencegah menularkan infeksi HIV kepada bayi yang
dikandung.
17. Pencegahan HIV Aids Pada Kehamilan
World Health Organization (WHO) mempromosikan
upaya komprehensif dari PPIA, terdiri dari:
•Mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan
usia reproduksi, yaitu menghindari perilaku seksual
berisiko seperti berganti pasangan seksual
•Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada
perempuan dengan HIV, yaitu memberikan konseling
pada perempuan dengan HIV untuk ikut KB dengan
menggunakan metode kontrasepsi dan cara yang tepat.
18. Pencegahan HIV Aids Pada Kehamilan
•Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV
positif ke bayi yang dikandungnya,
•Serta memberikan dukungan psikologis, sosial, dan
perawatan kesehatan kepada ibu HIV positif beserta bayi
dan keluarganya. Ibu HIV positif membutuhkan dukungan
psikologis, sosial dan perawatan sepanjang waktu. Hal ini
terutama karena ibu akan menghadapi masalah stigma
dan diskriminasi masyarakat terhadap penderita HIV
19. Pencegahan Penularan HIV
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk pencegahan primer
antara lain sebagai berikut.
1. KIE tentang HIV-AIDS dan kesehatan reproduksi, baik secara
individu atau kelompok dengan sasaran khusus perempuan
usia reproduksi dan pasangannya.
2. Dukungan psikologis kepada perempuan usia reproduksi
yang mempunyai perilaku atau pekerjaan berisiko dan
rentan untuk tertular HIV (misalnya penerima donor darah,
pasangan dengan perilaku/pekerjaan berisiko) agar
bersedia melakukan tes HIV.
3. Dukungan sosial dan perawatan bila hasil tes positif.