1. Literasi Membaca dan Menulis SDIT Nurul Fajri
Oleh : Ade Rukmana, S.Pd.
erakanliterasi SDIT NurulFajri adalahgerakanpembiasaanseluruhwarga
sekolah untuk melaksanakan membaca dan menulis. Pelaksanaan
membaca dan menulis diharapkan menjadi budaya sekolah yang pada
akhirnya menjadi karakter setiap warga sekolah. Adapun kegiatan literasi membaca
adalah membiasakan siswa dan guru untuk membaca selama lima belas menit sebelum
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar baik di dalam kelas maupun di tempat lain yang
direkomendasikan bisa dilaksanakannya proses membaca. Selain kelas, tempat yang
direkomendasikan untuk proses literasi membaca seperti perpustakaan, labsains, dan
halaman sekolah. Proses literasi membaca di perpustakaan dibuat secara terjadwal dan
tidak terjadwal. Kegiatan terjadwal dilaksanakan setiap hari Selasa dari jam 7.15 – 7.45
dan setiap hari pada pelaksanaan pembiasaan ibadah kedua dari jam 11.45 – 12.45.
Sedangkan kegiatan tidak terjadwal dilaksanakan setiap hari pada pelaksanaan
pembiasaan ibadah pertama yaitu dari jam 9.30 – 10.00.
Tujuan dari literasi membaca adalah agar seluruh warga sekolah baik siswa
maupun guru memiliki kebiasaan yang baik yaitu terlaksananya budaya membaca.
Budayamembaca tidak hanyadilaksanakan di sekolah akan tetapi budayaini diharapkan
bisa meluas menjadi budaya membaca di rumah dan di lingkungan masyarakat. Warga
sekolah memiliki karakter gemar membaca. Dengan karakter inilah mampu memberikan
kontribusi terciptanya sumber daya manusia yang unggul karena memiliki ilmu
pengetahuan dan wawasan yang luas.
Selain itu, literasi membaca bertujuan agar semua warga sekolah khususnya siswa
mampu memahami makna dari setiap bacaan, tidak sekedar membaca tapi tidak mampu
memaknai isi bacaan. Sebagaicontoh,jika siswa sudah paham akan makna sebuahtulisan
yang dibaca, maka siswa tersebut bisa melaksanakan makna dari tulisan tersebut.
Misalnya ada tulisan himbauan/larangan untuk melepas alas kaki saat masuk toilet,
apabila siswa sudah paham makna tulisan tersebut, dengan sendirinya siswa akan
melepas alas kakinya. Sebaliknya jika siswa tidak paham akan makna tulisan tersebut,
siswa akan tetap masuk toilet dengan tetap memakai alas kaki, tidak menghiraukan
himbauan atau larangan tersebut. Sangat miris jika itu terjadi, bagaimana dengan
G
2. pemahaman terhadap tata tertib atau petunjuk cara penggunaan sesuatu yang biasa
dipasang di suatu tempat?
Tidak hanya budaya membaca saja yang diharapkan menjadi budaya sekolah.
Namun budaya menulis pun mampu hadir dan menjadi budaya sekolah. Warga sekolah
diharapkan mampu menuangkan ide atau gagasannya dalam sebuah goresan tinta
tulisannya. Menciptakan literasi menulis menjadi budayabahkankarakter wargasekolah
merupakansuatu keharusan yang perludiwujudkan agar muncul generasi-generasiyang
piawai dalam mengolah kata-kata, hadir penulis-penulis hebat yang menginspirasi
dengan menghadirkan karya-karya yang bisa mengubah peradaban dunia menjadi lebih
baik.
SDIT Nurul Fajri pun hadir dan ikut andil dalam mewujudkan budaya literasi
menulis. Gebrakanyangdilakukan antara lain pembiasaan menulis siswa sepertimenulis
cerita pendek, pantun, puisi, dan lain-lain. Karya terbaik diapresiasi, dipajang di mading
kelas dan perpustakaan. Memberikan pelatihan atau training literasi kepada siswa
dengan menghadirkan pakar dalam bidang literasi. Gebrakan yang luar biasa adalah
dengan menerbitkan buku antologi pertama hasil karya goresan tinta siswa dan siswi
SDIT Nurul Fajri yang berjudul “Tamasya Literasi”.