1. Laporan Praktikum Dasar Fisiologi Ternak. No. 1 : 1-6 (Halaman)
HEMOLISA DAN KRENASI, GOLONGAN DARAH,
TEKANAN DARAH
M. Asfar Syafar*, Hamsah**
*
**
Peserta Praktikum Dasar Fisiologi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
Staf Asisten Laboratorium Dasar Fisologi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
ABSTRAK
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati bentuk sel darah merah setelah
mengalami hemolisa dan krenasi, untuk megetahui berat jenis darah pada sampel darah ternak dan
untuk mengetahui penggolongan darah pada manusia dengan sistem ABO. Hasil yang diperoleh adalah
bahwa darah yang telah ditambahkan dengan NaCl 0,45 % terjadi hemolisa, NaCl 0,9 % tidak terjadi
hemolisa dan krenasi, dan NaCl 5 % terjadi krenasi. Darah golongan A terjadi aglutinasi pada saat
penambahan serum anti A, begitupun dengan darah golongan B terjadi aglutinasi pada saat penambahan
serum anti B, sedangkan pada darah golongan O tidak terjadi aglutinasi baik saat penambahan anti A
maupun anti B. Dari hasil perhitungan tekanan darah menunjukkan bahwa nilai tekanan darahnya masih
berada pada kondisi baik/normal, yang mana dari ketiga aktivitas yang dilakukan, maka dapat diketahui
bahwa tekanan darah normal dicapai pada saat berbaring. Hal ini karena ada efek gravitasi bumi, pada saat
berbaring gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena arah peredaran tersebut horizontal
sehingga tidak terlalu melawan gravitasi dan jantung tidak terlalu memompa.
Kata kunci : Darah, Hemolisa, Krenasi, Tekanan Osmotik, Aglutinin.
keadaan tertentu darah dapat mengalami berbagai proses perubahan kimiawi
karena kondisi larutan atau cairan yang
berada di sekelilingnya. Bila darah
berada dalam lingkungan yang hipotonis maka darah akan mengalami
hemolisis, sedangkan bila darah berada
dalam lingkungan yang hipertonis
maka darah akan mengalami krenasi
(Anonim, 2008)
Jantung adalah organ vital terpenting yang berfungi memompa darah
ke seluruh tubuh yang membentuk sistem peredaran darah dalam tubuh
bersama pembuluh darah arteri dan
pembuluh darah vena. System kerja
jantung berkaitan erat dengan tekanan
darah, selain itu terdapat beberapa
faktor yang akan mempengaruhi tekanan darah (Anonim, 2010). Tujuan dari
PENDAHULUAN
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi
yang berfungsi mengirimkan zat-zat
dan oksigen yang dibutuhkan oleh
jaringan tubuh, mengangkut bahanbahan kimia hasil metabolisme, dan
juga sebagai pertahanan tubuh terhadap
virus atau bakteri. Darah merupakan
suatu cairan yang sangat penting bagi
manusia karena berfungsi sebagai alat
transportasi serta memiliki banyak
kegunaan lainnya untuk menunjang
kehidupan. Tanpa darah yang cukup
seseorang dapat mengalami gangguan
kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian (Anonim, 2008)
Kondisi lingkungan menjadi
hal yang penting bagi darah. Dalam
1
2. M. Asfar Syafar – I 111 12 286
praktikum ini adalah untuk melihat
bagaimana proses hemolisis dan krenasi serta faktor-faktor penyebabnya
seperti tekanan osmotik eritrosit.
Menentukan golongan darah, dan meng
hitung tekanan darah pada berbagai
aktivitas.
tiga bagian. Selanjutnya objek glass
pertama ditetesi serum anti A, sedang
yang lainnya dengan serum anti B.
Mengaduk dengan hati-hati, sehingga
darah bercampur dengan baik, kemudian mengamati adanya gumpalan.
Melakukan berbagai aktivitas
seperti duduk, berdiri dan berbaring,
kemudian menghitung tekanan darahnya dengan menggunakan tensimeter
dan stetoskop. Mencatat nilai tekanan
darah.
MATERI DAN METODE
Praktikum ini dilaksanakan
pada hari Senin, 23 September 2013
pukul 14.00 wita – selesai bertempat
di Laboratorium Fisiologi Ternak,
Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Alat yang digunakan pada
praktikum meliputi mikroskop, laser
pen, glas obyek, cover glas, gelas arloji,
tabung reaksi dan raknya, pipet tetes,
tensimeter, stetoskop dan stopwatch.
Bahan yang digunakan pada praktikum
meliputi sampel darah yang telah
ditambah antikoagulan (EDTA) dalam
perbandingan 4:1, larutan NaCl 5%,
3%, 0,45%, 0,9%, aquades, alkohol,
kapas, darah manusia, serum anti A,
serum anti B.
Prosedur kerjanya meliputi
menyiapkan tabung reaksi yang diisi
dengan masing-masing 8cc larutan
NaCl 5%, 0,9% dan 0,45%, selanjutnya
setiap tabung ditambahkan dengan 5
tetes darah dan setelah 15 diperhatikan
warna dan kekeruhannya.
Menyiapkan glas objek yang
kemudian ditetesi dengan sampel yang
telah dibuat pada percobaan makroskopis, selanjutnya preparat ditutup dengan
cover glas dan diamati dibawah
mikroskop dengan perbesaran 100x
menggunakan minyak emersi.
Menyiapkan tiga buah objek
glass yang bersih dan kering masingmasing ditetesi satu tetes darah
bergolongan darah A, B dan O pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
a) Hemolisa dan Krenasi Secara
Makroskopis
Secara makroskopis hemolisa
dan krenasi darah dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar1: Pengamatan Hemolisa
Krenasi Makroskopis
Gambar
Ket.
NaCl 5%
Krenasi
NaCl 0,9%
Isotonis
NaCl 0,45%
Hemolisa
Sumber: Data Hasil Praktikum
Fisiologi Ternak Dasar,
2013.
Pada gambar dapat diketahui
bahwa hemolisa pada sel darah merah
ditandai dengan keluarnya hemoglobin
hal itu dibuktikan adanya larutan yang
berwarna merah menyebar dari yang
lainnya, yaitu pada larutan NaCl 0,45%
hal tersebut terjadi karena hemoglobin
yang ada pada eritrosit tersebut keluar
ke media disekelilingnya yang diakibat
kan pecahnya plasma darah. Sedangkan
2
3. M. Asfar Syafar – I 111 12 286
pada larutan NaCl 0,9% terlihat bahwa
darah masih menggumpal normal
seperti biasanya, begitupun pada NaCl
5% darah Nampak sedikit menggumpal
dan Nampak keruh. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat dari Anonim (2008)
yang menyatakan hemolisis adalah
pecahnya membrane eritrosit, sehingga
hemoglobin bebas ke dalam medium se
kelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh
antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membrane eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanas
an dan pendinginan, rapuh karena
ketuaan dalam sirkulasi darah dll.
Apabila medium di sekitar eritrosit
menjadi hipotonis (karena penambahan
larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan
masuk ke dalam eritrosit melalui memb
ran yang bersifat semipermiabel dan
menyebabkan sel eritrosit menggembu
ng. Bila membran tidak kuat lagi
menahan tekanan yang ada di dalam sel
eritrosit itu sendiri, maka sel akan
pecah, akibatnya hemoglobin akan
bebas ke dalam medium sekelilingnya.
sedangkan apabila larutan hipertonis
maka darah akan terjadi krenasi karena
cairan dalam darah akan keluar ke
lingkungan sekitar disebabkan perbeda
an tekanan lingkungan yang lebih
tinggi.
Gambar 2: Pengamatan Hemolisa
Krenasi Mikroskopis
Gambar
Ket.
NaCl 5%
Krenasi
NaCl
0,9%
Isotonis
NaCl
0,45%
Hemolisa
Sumber: http://kunbiologi.com
Data Hasil Praktikum
Fisiologi Ternak Dasar,
2013.
Pada gambar hasil pengamatan
mikroskop dapat diketahui bahwa krenasi pada sel darah merah ditandai
dengan mengkerutnya sel darah merah,
bahkan terdapat beberapa sel darah
merah yang sudah mengempes karena
cairan darahnya telah keluar ke lingkungan sel, sedangkan pada gambar hasil
literatur dapat diketahui bahwa krenasi
pada sel darah merah ditandai dengan
mengkerutnya sel darah merah dan
bagian tepi nampak seperti terlipat. Pada gambar hasil pengamatan mikroskop untuk larutan isotonis dilihat bahwa kondisi sel darah merah masih
normal, pipih dan berbentuk melingkar,
seperti pada gambar hasil literatur.
Untuk larutan yang mengalami hemolisa dapat terlihat melalui mikroskop
bahwa sel darah merah bentuknya
berantakan, terlihat beberapa yang
mengembang, pecah bahkan ada yang
mati, sedangkan pada gambar hasil
literatur diketahui bahwa sel darah
merah yang mengalami hemolisa akan
membesar dan bocor sehingga mengeluarkan cairan sel. Hal ini sesuai den-
b) Hemolisa dan Krenasi Secara
Mikroskopis
Secara mikroskopis hemolisa
dan krenasi darah dapat dilihat pada
gambar berikut:
3
4. M. Asfar Syafar – I 111 12 286
gan Frandson (2000) bahwa jika
eritrosit berada pada medium yang
hipertonis, maka cairan eritrosit akan
keluar menuju ke plasma, akibatnya
eritrosit akan keriput (krenasi). Sedang
kan jika phi cairan < phi darah, maka
cairan bersifat hipotonik terhadap
plasma darah. Hal ini menyebabkan net
aliran pelarut air dari cairan ke plasma
darah. Akibatnya sel darah merah akan
mengembang dan dapat pecah. Adanya
hemoglobin dalam darah menimbulkan
timbulnya warna merah dalam darah
dan hemoglobin tersebut merupakan
suatu senyawa organik yang kompleks
yang terdiri dari empat pigmen porfirin
merah.
antara anti bodi yang terdapat di dalam
darah dengan serum anti A sehingga
terjadi gumpalan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sonjaya (2013) yang menyatakan bahwa antigen (antikoagulan)
adalah senyawa kimia protein yang
biasa disuntikkan ke suatu individu
yang kekurangan antigen tersebut akan
menyebabkan pembentukan senyawa
khusus yang menetralisir antigen.
Apabila terjadi perbedaan antigen maka
akan menggumpalkan sel darah
tersebut.
Sampel darah golongan B
terjadi aglutinasi pada saat penambahan
serum anti B. Hal ini sesuai dengan
Pratiwi (2006) yang menyatakan
bahwa darah golongan B mengandung
aglutinogen tipe B dan aglutinin anti-A
sehingga saat ditetesi serum anti B
maka akan timbul gumpalan. Aglutinogen B yang memiliki enzim galaktosa
pada rangka glikoproteinnya.
Pada sampel golongan darah O
tidak terjadi aglutinasi apapun baik saat
penambahan anti A maupun anti B hal
itu disebabkan pada darah golongan O
tidak terdapat antigen akan tetapi
terdapat aglutinin/antibodi A dan B
pada darah tersebut. Hal ini sesuai
dengan pendapat Anonim (2008) yang
menyatakan bahwa Individu dengan
golongan darah O memiliki sel darah
tanpa antigen, tapi memproduksi
antibodi terhadap antigen A dan B.
c) Golongan Darah
Penentuan golongan darah de
ngan sistem ABO dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 3: Pengamatan Hasil Uji
Golongan Darah
Gambar
Ket.
Golongan
darah A
Golongan
darah B
Golongan
darah O
d) Tekanan Darah
Hasil uji tekanan darah dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1: Pengamatan Hasil Uji
Tekanan Darah
Aktivitas
Tekanan Darah
Duduk
120/90 mmHg
Berdiri
120/70 mmHg
Berbaring
120/80 mmHg
Sumber: Data Hasil Praktikum
Fisiologi Ternak Dasar,
2013.
Pada gambar dapat diketahui
bahwa pada sampel darah golongan A
terjadi aglutinasi pada saat penambahan
serum anti A sehingga terjadi reaksi
4
5. M. Asfar Syafar – I 111 12 286
Sumber: Data Hasil Praktikum
Fisiologi Ternak Dasar,
2013
O tidak terjadi aglutinasi baik saat
penambahan anti A maupun anti B.
Dari hasil perhitungan tekanan darah
menunjukkan bahwa nilai tekanan
darahnya masih berada pada kondisi
baik/normal, yang mana dari ketiga
aktivitas yang dilakukan, maka dapat
diketahui bahwa tekanan darah normal
dicapai pada saat berbaring. Hal ini
karena ada efek gravitasi bumi, pada
saat berbaring gaya gravitasi pada
peredaran darah lebih rendah karena
arah peredaran tersebut horizontal
sehingga tidak terlalu melawan
gravitasi dan jantung tidak terlalu
memompa.
Pada tabel dapat diketahui
bahwa kondisi tekanan darah yang diuji
masih dalam keadaan baik atau normal,
yaitu berkisar 120/80 mmHg. Dari
ketiga aktivitas yang dilakukan, maka
dapat diketahui bahwa tekanan darah
normal dicapai pada saat berbaring. Hal
ini karena ada efek gravitasi bumi, pada
saat berbaring gaya gravitasi pada
peredaran darah lebih rendah karena
arah peredaran tersebut horizontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi
dan tidak terlalu memompa. Pada saat
duduk maupun berdiri kerja jantung
dalam memompa darah akan lebih
keras karena melawan gaya gravitasi
sehingga kecepatan denyut jantung
meningkat. Hal ini sesuai dengan
Anggita (2012) bahwa Saat terjatuh
atau pingsan sebaiknya berada dalam
posisi berbaring, yang mana merupakan posisi menguntungkan bagi jantung
karena efek gravitasi berkurang dan
lebih banyak darah yang mengalir ke
otak.
DAFTAR PUSTAKA
Anggita.2012. Pengaruh posisi tubuh
dengan tekanan darah. http://an
ggitaseptia.blogspot.com. Diakses tanggal 29 September
2013
Anonim. 2008. Hemolisis dan fragilitas eritrosit. http://tasklist.blogspot.Com. Diakses tanggal 27
September 2013.
Anonim. 2010. Sistem kerja jantung.
http://kelasfisio.wordpress.Com
. Diakses tanggal 27 September
2013.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum
maka dapat disimpulkan bahwa darah
yang telah ditambahkan dengan NaCl
0,45 % terjadi hemolisa, NaCl 0,9 %
tidak terjadi hemolisa dan krenasi, dan
NaCl 5% terjadi krenasi. Darah golongan A terjadi aglutinasi pada saat
penambahan serum anti A, begitupun
dengan darah golongan B terjadi
aglutinasi pada saat penambahan serum
anti B, sedangkan pada darah golongan
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan
Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Pratiwi, D.A. 2006. Biologi. Jakarta :
Erlangga
5
6. M. Asfar Syafar – I 111 12 286
Sonjaya, H. 2013. Bahan Ajar Fisiologi
Ternak Dasar. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Watson. 2007. Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan
Laboratorium.
EGC : Jakarta.
6