SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOLOGI
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH A, B, AB, O & RHESUS
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V-A/ GANJIL
NUR ALIMIN [0901037]
ASISTEN :
ALIFIANA ANGGRAINI
ONA SISCANOVA
DOSEN PEMBIMBING :
Dra. SYILFIA HASTI, M.Farm., Apt.
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
PEKANBARU
2012
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH A, B, AB, O & RHESUS
1. TUJUAN PERCOBAAN
– Mengetahui cara pengerjaan pemeriksaan golongan darah A, B, AB, O
– Mengetahui cara pengerjaan pemeriksaan golongan darah Rhesus
– Menentukan golongan darah
– Untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada pemeriksaan golongan
darah melalui analisa secara biokimiawi klinis
– Memahami prinsip penggolongan darah A, B, AB, O dan Rhesus
melalui analisa secara biokimiawi klinis
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Golongan darah ABO
Sejarah perkembangan golongan darah
Sejak ratusan tahun yang lalu ahli-ahli telah berpendapat, bahwa
penderita-penderita yang kekurangan darah seperti orang-orang yang mengalami
perdarahan yang hebat, seperti akibat kecelakaan, peperangan, persalinan atau
penyakit-penyakit perdarahan dapat ditolong dengan penambahan darah ke dalam
tubuh penderita tersebut.
Mula-mula William Harvey telah melakukan transfusi darah pada
penderita kekurangan darah, tetapi banyak menyebabkan kematian dan ada juga
yang berhasil secara kebetulan. Juga sudah pernah dicoba memindahkan darah
binatang, seperti darah kelinci, darah domba tetapi menyebabkan kematian.
Pernah dikakukan percobaan oleh dokter pribadi Raja Perancis Lwiss ke
XIV memberikan darah domba pada orang gila tersebut, karena dia berpendapat
dan orang beranggapan pada waktu itu domba bersifat peramah. Tetapi ternyata
mengakibatkan kematian, sehingga sejak itu dilarang untuk melakukan
pemindahan darah (transfusi darah).
Lalu pada Tahun 1900 Dr.Karl Landsteiner mengumumkan penemuannya
tentang golongan darah manusia. Sejak penemuan inilah pemindahan darah
(transfusi) darah ini tidak lagi berbahaya, sudah dapat menolong
penderita-penderita yang kekurangan darah. Dengan ditemukannya golongan
darah oleh Dr.Karl Landsteiner, dapatlah dijelaskan sebab – sebab kematian yang
dulu akibat
dari transfusi darah. Pada penyelidikannya juga dia dapat menemukan zat-zat
yang dapat menghalangi pembekuan darah, sehingga darah yang diambil dari
tubuh tidak segera membeku. Selain itu dia menemukan, bahwa dengan
penambahan larutan glukosa ke dalam darah dapat memperpanjang hidup
Erythrocyt diluar tubuh manusia. Dengan penemuan, darah sudah dapat disimpan
sebelum ditransfusikan kedalam tubuh penderita.
Pada perang dunia ke II, akibat banyaknya korban-korban yang mengalami
perdarahan-perdarahan juga memberi kesempatan untuk penyelidik-penyelidikan
sehingga pengetahuan mengenai penyimpanan darah ini dapat dilakukan secara
intensif, sehingga transfusi darah dapat ditunjukkan untuk pengobatan-pengobatan
dan juga penelitian tentang penggunaan bagian-bagian dari darah.
Juga semakin majunya ilmu pengetahuan mengenai golongan darah ini,
semakin banyak digunakan pada bagian-bagian lain, seperti dalam bidang
kriminal. Golongan darah dapat juga membantu mencari identitas seseorang,
seperti bercak-bercak darah yang ditemukan akibat pembunuhan dapat membantu
petugas kepolisian. Dalam menentukan keturunan, golongan darah ini juga dapat
membantu, karena golongan darah si anak akan bergantung pada golongan darah
kedua orang tuanya.
Dalam kebanyakan pengamatan, pencampuran darah yang berasal dari 2
orang yang berbeda akan menyebabkan timbulnya pengendapan sel – sel darah
merah. Peristiwa pengendapan sel tersebut dinamai sebagai aglutinasi.
Pengamatan selanjutnya memperlihatkan, bahwa peristiwa ini melibatkan sel
darah merah dan bagian cair dari darah, yaitu serum atau plasma.
Penemuan Golongan darah ini dilandasi oleh adanya Interaksi
Antigen-Antibodi. Antibodi adalah molekul protein (immunoglobulin) yang
memiliki satu atau lebih tempat perlekatan (combining sites) yang disebut
paratope. Antigen adalah molekul asing yang mendatangkan suatu respon spesifik
dari limfosit.
Sejak tahun 1900 sampai dengan tahun 1962 telah dikenal orang dengan
baik, 12 macam system golongan darah, yang penting dalam bidang transfusi
darah dan kehamilan. Golongan dimaksud adalah system – system : ABO, MNSs,
P, Rhesus, Lutheran, Kell, Lewis, Duffy, Kidd, Ausberger, Xg dan Doombrok.
Dan masih ada lagi system – system golongan darah lainnya seperti Diego, Sutter
yang ditemukan pada beberapa ras bangsa saja dan lainnya.
Didalam transfusi darah hanya system ABO yang merupakan golongan
terpenting untuk tujuan-tujuan klinis. System golongan darah lainnya dianggap
kurang mempunyai arti klinis karena termasuk memiliki antigen-antigen
mengalami yang transfusi lemah, yang dan antibodynya berulangkali. Dan baru
zat timbul antinya setelah biasanya mempunyai suhu optimum reaksi yang rendah
( dibawah 37° C ), sehingga tidak mempunyai arti klinis yang berarti.
Pemeriksaan golongan darah ABO
Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel
darah merah. Golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut
antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah (Fitri, 2007).
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di
dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan
darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B.
Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B,
golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia. (Alrasyid,
2010).
Golongan darah menurut sistem A-B-O dapat diwariskan dari orang tua
kepada anaknya. Land-Steiner dalam Suryo (1996) membedakan darah manusia
kedalam empat golongan yaitu A, B, AB dan O. Penggolongan darah ini
disebabkan oleh macam antigen yang dikandung oleh eritrosit (sel darah merah).
Sebagian besar gen yang ada dalam populasi sebenarnya hadir dalam lebih
dari dua bentuk alel. Golongan darah ABO pada manusia merupakan satu contoh
dari alel berganda dari sebuah gen tunggal. Ada empat kemungkinan fenotip
untuk untuk karakter ini: Golongan darah seseorang mungkin A, B, AB atau O.
Huruf-huruf ini menunjukkan dua karbohidrat, substansi A dan substansi B, yang
mungkin ditemukan pada permukaan sel darah merah. Sel darah seseorang
mungkin mempunyai sebuah substansi (tipe A atau B), kedua-duanya (tipe AB),
atau tidak sama sekali (tipe O).
Golongan darah yang berbeda yaitu A, B, AB dan O. ditentukan oleh
sepasang gen, yang diwarisi dari kedua orang tua. Setiap golongan darah dapat
dikenal dari zat kimia yang disebut antigen, yang terletak di permukaan sel darah
merah. Ketika seseorang membutuhkan transfusi darah, maka darah yang
disumbangkan haruslah sesuai dengan golongan darah tertentu. Kesalahan dalam
melakukan transfusi akan dapat menimbulkan komplikasi yang serius. (Australia
Red Cross, 2008).
Pemeriksaan golongan darah mempunyai berbagai manfaat dan
mempersingkat waktu dalam identifikasi. Golongan darah penting untuk diketahui
dalam hal kepentingan transfusi, donor yang tepat serta identifikasi pada kasus
kedokteran forensik seperti identifikasi pada beberapa kasus kriminal (Azmielvita,
2009).
Kesesuaian golongan darah sangatlah penting dalam transfusi darah. Jika
darah donor mempunyai faktor (A atau B) yang dianggap asing oleh resipien,
protein spesifik yang disebut antibodi yang diproduksi oleh resipien akan
mengikatkan diri pada molekul asing tersebut sehingga menyebabkan sel-sel
darah yang disumbangkan menggumpal. Penggumpalan ini dapat membunuh
resipien (Azmielvita, 2009).
Karl Landsteiner, seorang ilmuwan asal Austria yang menemukan 3 dari 4
golongan darah dalam sistem ABO pada tahun 1900 dengan cara memeriksa
golongan darah beberapa teman sekerjanya. Percobaan sederhana ini pun
dilakukan dengan mereaksikan sel darah merah dengan serum dari para donor.
Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B, dikenal
dengan golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak memiliki
antigen, dikenal dengan golongan darah O). Kesimpulannya ada dua macam
antigen A dan B di sel darah merah yang disebut golongan A dan B, atau sama
sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan O.
Kemudian Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli yang masih kolega
dari Landsteiner menemukan golongan darah AB pada tahun 1901. Pada golongan
darah AB, kedua antigen A dan B ditemukan secara bersamaan pada sel darah
merah sedangkan pada serum tidak ditemukan antibodi. Golongan darah manusia
ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam
darahnya, sebagai berikut:
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen
A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B
dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya
dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau
O-negatif.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel
darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum
darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif .
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan
antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B.
Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari
orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal.
Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah
kecuali pada sesama AB-positif.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan
golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
Tabel 1 : Penggolongan darah ABO
Golongan Sel darah merah Plasma
A Antigen A Antibodi B
B Antigen B Antibodi A
AB Antigen A & B Tidak ada antibodi
O Tidak ada antigen Antibodi A & B
Untuk menentukan golongan darah diperlukan suatu serum penguji yang
disebut tes serum yang terdiri dari tes serum A dan tes serum B. Darah yang akan
kita periksa dimasukkan kedalam suatu tabung yang berisi 2cc gram fisiologis lalu
dikocok. Darah tersebut ditaruh di atas object glass kemudian diteteskan tes serum
A dan tes serum B.
Gambar 1 : Sistem darah ABO
Jika darah di A menggumpal, sedangkan di B tidak maka termasuk golongan
darah A
Jika darah di A tidak menggumpal sedangkan di B menggumpal maka
termasuk golongan darah B
Jika darah di A dan B menggumpal maka termasuk golongan darah AB
Jika darah di A dan B tidak menggumpal maka termasuk golongan darah O
Tabel 2 : Pengamatan aglutinasi dalam penggolongan darah ABO
Kit anti A Kit anti B Kit anti A&B Golongan darah
(+) (-) (+) A
(-) (+) (+) B
(+) (+) (+) AB
(-) (-) (-) O
Dari penuntun praktikum imunologi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau 1;2012
Gambar 2 : Pengamatan pada pemberian serum
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis
darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah
berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar
disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel
darah merah.
Dalam transfusi darah, kecocokan antara darah donor (penyumbang) dan
resipien (penerima) adalah sangat penting. Darah donor dan resipien harus sesuai
golongannya berdasarkan sistem ABO dan Rhesus faktor. Transfusi darah dari
golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis
yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian. Hemolisis
adalah penguraian sel darah merah dimana hemoglobin akan terpisah dari eritrosit.
Pemilik rhesus negatif tidak boleh ditransfusi dengan darah rhesus positif.
Jika dua jenis golongan darah ini saling bertemu, dipastikan akan terjadi perang.
Sistem pertahanan tubuh resipien (penerima donor) akan menganggap rhesus dari
donor itu sebagai benda asing yang perlu dilawan. Di dunia, pemilik darah rhesus
negatif termasuk minoritas.
Tabel 3 : Kecocokan golongan darah
Golongan
darah resipien
Donor harus
AB+ Golongan darah manapun
AB- O- A- B- AB-
A+ O- O+
A- O- A+ A- A+
B+ O- O+ B- B+
O+ O- O+
O- O-
Dari laporan praktikum anatomi fisiologi manusia, golongan darah FMIPA
Universitas Negeri Jakarta. 2011.
Tabel 4 : Kecocokan plasma
Golongan
darah
Antigen pada
eritrosit
Antibodi
dalam plasma
Aman ditransfusi
Resepien Donor
A A B A, AB A, O
B B A B, AB B, O
AB A+B - AB A, B, AB, O
O - A+B A, B, AB, O O
Dari laporan praktikum anatomi fisiologi manusia, golongan darah FMIPA
Universitas Negeri Jakarta. 2011.
2.2. Golongan darah Rhesus
Sistem Rhesus merupakan suatu sistem yang sangat kompleks. Masih
banyak perdebatan baik mengenai aspek genetika, nomenklatur maupun interaksi
antigeniknya.
Rhesus positif (rh positif) adalah seseorang yang mempunyai rh-antigen
pada eritrositnya sedang Rhesus negatif (rh negatif) adalah seseorang yang tidak
mempunyai rh-antigen pada eritrositnya. Antigen pada manusia tersebut
dinamakan antigen-D, dan merupakan antigen yang berperan penting dalam
transfusi. Tidak seperti pada ABO sistem dimana seseorang yang tidak
mempunyai antigen A/B akan mempunyai antibodi yang berlawanan dalam
plasmanya, maka pada sistem Rhesus pembentukan antibodi hampir selalu oleh
suatu eksposure apakah itu dari transfusi atau kehamilan. Sistem golongan darah
Rhesus merupakan antigen yang terkuat bila dibandingkan dengan sistem
golongan darah lainnya. Dengan pemberian darah Rhesus positif (D+) satu kali
saja sebanyak ± 0,1 ml secara parenteral pada individu yang mempunyai golongan
darah Rhesus negatif (D-), sudah dapat menimbulkan anti Rhesus positif (anti-D)
walaupun golongan darah ABO nya sama.
Anti D merupakan antibodi imun tipe IgG dengan berat molekul 160.000,
daya endap (sedimentation coefficient) 7 detik, thermo stabil dan dapat ditemukan
selain dalam serum juga cairan tubuh, seperti air ketuban, air susu dan air liur.
Imun antibodi IgG anti-D dapat melewati plasenta dan masuk kedalam sirkulasi
janin, sehingga janin dapat menderita penyakit hemolisis.
Penyakit hemolisis pada janin dan bayi baru lahir adalah anemia hemolitik
akut yang diakibatkan oleh alloimun antibodi ( anti-D atau inkomplit IgG antibodi
golongan darah ABO) dan merupakan salah satu komplikasi kehamilan. Antibodi
maternal isoimun bersifat spesifik terhadap eritrosit janin, dan timbul sebagai
reaksi terhadap antigen eritrosit janin. Penyebab hemolisis tersering pada neonatus
adalah pasase transplasental antibodi maternal yang merusak eritrosit janin.
Pada tahun 1892, Ballantyne membuat kriteria patologi klinik untuk
mengakkan diagnosis hidrops fetalis. Diamond dkk. (1932) melaporkan tentang
anemia janin yang ditandai oleh sejumlah eritroblas dalam darah berkaitan dengan
hidrops fetalis. Pada tahun 1940, Lansstainer menemukan faktor Rhesus yang
berperan dalam patogenesis kelainan hemolisis pada janin dan bayi. Levin dkk
(1941) menegaskan bahwa eritroblas disebabkan oleh Isoimunisasi maternal
dengan faktor janin yang diwariskan secara paternal. Find (1961) dan freda (1963)
meneliti tentang tindakan profilaksis maternal yang efektif.
Setiap orang terlahir dengan golongan darah A, B, AB, atau O dan faktor
Rh positif (+) atau negatif (-). Faktor Rh ini menggambarkan partikel protein
dalam sel darah seseorang. Mereka yang memiliki Rh (-) berarti kekurangan
protein dalam sel darah merahnya. Sebaliknya, jika Rh (+), berarti ia memiliki
protein yang cukup.
Orang Asia dan Afrika umumnya (sekitar 90%) memiliki Rh (+),
sedangkan orang Eropa dan Amerika kebanyakan memiliki Rh (-).
Masalah akan timbul jika ibu hamil memiliki Rh (-) sementara ayah Rh
(+). Dalam kondisi seperti ini, si jabang bayi bisa saja memiliki darah dengan Rh
(+) atau Rh (-). Namun, biasanya bayi akan mewarisi Rh (+) karena lebih bersifat
dominan.
Lantaran janin mewarisi Rh yang berbeda dengan Rh ibunya, akan terjadi
ketidakcocokan Rh bayi dengan ibu atau yang lazim disebut erythoblastosis
foetalis.
Ketidakcocokan Rh
Ketidakcocokan atau inkompatibilitas Rh ini bisa berakibat kematian pada
janin dan keguguran berulang. Inilah alasan mengapa pemeriksaan faktor Rh ibu
dan ayah perlu dilakukan sedini mungkin agar inkompatibilitas yang mungkin
muncul bisa ditangani segera.
Perbedaan Rh antara ibu dengan bayi membuat tubuh ibu memproduksi
antirhesus untuk melindungi tubuh ibu sekaligus menyerang calon bayi. Rh darah
janin akan masuk melalui plasenta menuju aliran darah ibu. Melalui plasenta itu
juga, antirhesus yang diproduksi ibu akan menyerang si calon bayi. Antirhesus
lalu akan menghancurkan sel-sel darah merah calon bayi.
Kerusakan sel darah merah bisa memicu kerusakan otak, bayi kuning,
gagal jantung, dan anemia dalam kandungan maupun setelah lahir. Kasus
kehamilan dengan kelainan Rh ini lebih banyak ditemui pada orang-orang asing
atau mereka yang memiliki garis keturunan asing, seperti Eropa dan Arab.
Sementara di Indonesia sendiri, walaupun tidak banyak, kasus seperti ini
kadang tetap ditemui.
Gambar 3 : Sensitisasi Rhesus pada kehamilan pertama
Risiko Meningkat pada Kehamilan Kedua
Pada kehamilan pertama, antirhesus kemungkinan hanya akan
menyebabkan bayi terlahir kuning. Hal ini lantaran proses pemecahan sel darah
merah menghasilkan bilirubin yang menyebabkan warna kuning pada bayi.
Tetapi pada kehamilan kedua, risikonya lebih fatal. Antirhesus ibu akan
semakin tinggi pada kehamilan kedua. Akibatnya, daya rusak terhadap sel darah
merah bayi pun semakin tinggi dan ancaman kematian janin kian tinggi.
Gambar 4 : Sensitisasi rhesus pada kehamilan berikutnya
Penanganan Kehamilan dengan Kelainan Rh
Biasanya, langkah pertama yang dilakukan dokter adalah memastikan jenis
Rh ibu dan melihat apakah antibodi telah tercipta. Jika antirhesus itu belum
terbentuk, pada usia kehamilan 28 minggu dan 72 jam setelah persalinan, ibu akan
diberi injeksi anti- D immunoglobulin (RhoGam).
Sebaliknya, jika antirhesus sudah tercipta, dokter akan melakukan
penanganan khusus terhadap janin yang dikandung. Diantaranya, monitoring
secara reguler dengan scanner ultrasonografi. Dokter akan memantau masalah
pada pernafasan dan peredaran darah, cairan paru-paru, atau pembesaran hati yang
merupakan gejala- gejala akibat rendahnya sel darah merah.
3. BAHAN & ALAT
a. Bahan
– pipet tetes
– objek gelas
– kertas tes darah
– tusuk gigi
– lanset
– kapas
b. Alat
– alkohol 70%
– kit golongan darah ABO (anti A, anti B, & anti AB)
– darah kapiler
– kit Rhesus (anti D)
4. CARA KERJA
a. Pemeriksaan golongan darah ABO
– bersihkan jari manis tangan kiri dengan kapas yang telah dibasahi dengan
alkohol 70%
– tusuk dengan lanset dengan satu kali tusukkan, tetesan pertama dibuang
dan tetesan selanjutnya diteteskan pada 3 objek glass, masing-masing satu
tetes
– teteskan di atas tetesan darah pada objek glass pertama kit anti A, onjek
glass kedua kit anti B, dan objek glass ketiga dengan kit anti AB
– aduk dengan tusuk gigi dengan cara melingkar, amati reaksi aglutinasi
yang terjadi
b. Pemeriksaan golongan darah Rhesus
– bersihkan jari manis tangan kiri dengan kapas yang telah dibasahi dengan
alkohol 70%
– tusuk dengan lanset dengan satu kali tusukkan, tetesan pertama dibuang
dan tetesan selanjutnya diteteskan pada objek glass
– teteskan di atas tetesan darah pada objek glass kit anti D
– aduk dengan tusuk gigi dengan cara melingkar, amati reaksi aglutinasi
yang terjadi
5. Hasil & Pembahasan
a. Hasil pengamatan
Hasil pengamatan di bawah ini merupakan hasil pengamatan gabungan
antara objek I dan II karena pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus
berhubungan.
Tabel 5 : Pengamatan kelompok V-A (ganjil)
Nama Kit anti A Kit anti B
Kit Anti
AB
Kit anti D
Golongan
Darah
Rh
Nur Alimin (-) (-) (-) (+) O +
Riki Erisman (+) (+) (+) (+) AB +
Devi Hasanti (-) (+) (+) (+) B +
Eka Lisnasari (-) (-) (-) (+) O +
Fivy Yuniarty S (-) (-) (-) (+) O +
Keterangan :
(-) = tidak terjadi aglutinasi (penggumpalan)
(+) = terjadi aglutinasi (penggumpalan)
Tabel 6 : Data pengamatan kelompok I-V A (ganjil)
Kelompok
Golongan darah ABO Rh
A B AB O + -
I 3 2 x 1 6 x
II 1 3 1 1 6 x
III x 1 1 3 5 x
IV 1 1 x 3 5 x
V x 1 1 3 5 x
Jumlah 5 8 3 11 27 0
% 18.5 29.6 11.1 40.7 100 0
Keterangan :
x = tidak ada
b. Pembahasan
Kegiatan pengujian golongan darah ini dilakukan untuk mengetahui cara
menentukan golongan darah melalui perbedaan reaksi antara berbagai golongan
darah kemudian menentukan golongan darah sistem ABO dan sistem Rhesus.
Membran sel darah manusia mengandung bermacam-macam protein oligosakarida
dan senyawa lainnya salah satunya antigen. Golongan darah sistem ABO yang
akan diuji kali ini, didasari pada keberadaan antigen, yaitu antigen A dan antigen
B di membran sel darah merah. Golongan darah A mempunyai antigen A,
golongan darah B mempunyai antigen B, golongan darah AB mempunyai antigen
A dan B, sedangkan golongan darah O tidak mempunyai kedua antigen tersebut.
Darah yang diambil berasal dari kapiler pada bagian ujung jari tangan.
Sebelum darah diambil dengan menggunakan blood lancet, ujung jari tangan
dibersihkan dengan alcohol 70% agar terhindar dari kuman-kuman yang dapat
menyebabkan infeksi. Selanjutnya, darah yang keluar diteteskan pada kedua sisi
kaca objek, sesegera mungkin sebelum darah membeku. Masing-masing tetesan
darah diberi serum anti A dan anti B.
Golongan darah sistem ABO dibagi berdasarkan struktur antigen
permukaan eritrosit, yang disebut juga sebagai aglutinogen.
Penggolongan darah pada praktikum ini dilakukan dengan melihat apakah
terjadi penggumpalan setelah mencampurkan darah dengan masing-masing
antiserum A dan B. Reaksi penggumpalan dapat terjadi akibat antigen darah
Opraktikan terhadap serum anti-A dan anti-B yang berasal dari masing-masing
darah B dan A. Serum anti-A yang diteteskan menandakan bahwa darah yang
diuji tersebut diberikan antigen A dari golongan darah B. Sedangkan serum anti-B
yang diteteskan merupakan antigen B dari golongan darah A. Jika pengumpalan
darah ketika ditetesi serum anti-A, maka darah tersebut memiliki anti-B pada
darahnya. Sedangkan jika penggumpalan terjadi akibat ditetesi serum anti-B,
maka darah tersebut memiliki anti-B pada darahnya.
Pada darah praktikan Devi Hasanti, terjadi reaksi penggumpalan setelah
diberikan serum anti-B. Hal ini karena darah Devi Hasanti memiliki anti-A
(antibodi A), namun tidak memiliki anti-B karena ketika diteteskan serum anti-A,
darahnya tidak menggumpal. Maka golongan darah Devi Hasanti adalah B karena
golongan darah B memiliki anti-A (plasma antibodi/ aglutinin A ) dan antigen B
(aglutinogen B) pada darahnya. Pada darah praktikan Riki Erisman, terjadi
penggumpalan setelah diteteskan serum anti-A dan juga terjadi pengumpalan
setelah ditetesi serum anti-B. Hal ini berarti serum anti-A dan serum anti-B tidak
dimiliki oleh darah Riki Erisman. Karena itu tidak cocok dan menggumpal. Untuk
memperkuat analisa biokimia klinik maka diteteskan serum anti-AB, dan terjadi
penggumpalan. Maka darah Riki Erisman bergolongan AB yang berarti memiliki
aglutinogen A dan B. Sedangkan pada tiga orang praktikan (Nur Alimin, Eka
Lisnasari & Fivy Yuniarty S) tidak terjadi penggumpalan darah karena darah
mereka memiliki anti-A dan anti-B. Maka praktikan tersebut bergolongan darah
O. Golongan darah O dapat disebut sebagai donor universal karena golongan O
tidak memiliki aglutinogen untuk diaglutinasi sehingga dapat diberikan pada
resipien manapun, asalkan volume transfusinya sedikit.
Pada analisa biokimia klinis untuk penentuan Rhesus, semua praktikan
kelompok V-A (ganjil) memiliki Rh (+)/ positif, karena darah yang teramati
mengalami aglutinasi.
6. KESIMPULAN
– Jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu
tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A)
– Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki
aglutinogen tipe B (golongan darah B)
– Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan aglutinasi individu
tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB)
– Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak mengakibatkan aglutinasi, maka
individu tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O)
– Aglutinogen D (antigen D) pada eritrosit golongan Rh+ , tidak punya
Aglutinogen D berarti memiliki golongan Rh-
DAFTAR PUSTAKA
– Rachmawati, Anis. dkk. Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia,
Golongan Darah. FMIPA Universitas Negeri Jakarta. 2008
– Sindu, E. Hemolytic disease of the newborn. Direktorat Laboratorium
Kesehatan Dirjen. Pelayanan Medik Depkes dan Kessos RI
– Cunningham FG, MacDonald PC, et al. Williams Obstetrics. 18th edition
1995. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995: 706-721.
– Markum AH, Ismail S, Alatas H. Buku ajar ilmu kesehatan anak. Jakarta:
Bagian IKA FKUI, 1991: 332-334
– Anonim. Informasi bagian pasien. -: 2007

More Related Content

What's hot

Laporan percobaan kimia elektrolisis
Laporan percobaan kimia elektrolisisLaporan percobaan kimia elektrolisis
Laporan percobaan kimia elektrolisisWaQhyoe Arryee
 
Laporan praktikum bio (uji zat makanan)
Laporan praktikum bio (uji zat makanan)Laporan praktikum bio (uji zat makanan)
Laporan praktikum bio (uji zat makanan)Nida Chofiya
 
LKPD Golongan Darah.docx
LKPD Golongan Darah.docxLKPD Golongan Darah.docx
LKPD Golongan Darah.docxTalitaAlifa1
 
Percobaan asas black (kalorimeter)
Percobaan asas black (kalorimeter)Percobaan asas black (kalorimeter)
Percobaan asas black (kalorimeter)KLOTILDAJENIRITA
 
Laporan praktikum biologi Percobaan Ingenhousz
Laporan praktikum biologi Percobaan IngenhouszLaporan praktikum biologi Percobaan Ingenhousz
Laporan praktikum biologi Percobaan IngenhouszKlara Tri Meiyana
 
Laporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi TanamanLaporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi Tanamanshafirasalsa11
 
Laporan praktikum peristiwa osmosis pada kentang
Laporan praktikum peristiwa osmosis pada kentangLaporan praktikum peristiwa osmosis pada kentang
Laporan praktikum peristiwa osmosis pada kentangYasinta Surya
 
1. laporan praktikum biologi tekanan darah
1. laporan praktikum biologi tekanan darah1. laporan praktikum biologi tekanan darah
1. laporan praktikum biologi tekanan darahSofyan Dwi Nugroho
 
Laporan praktikum biokimia vitamin c
Laporan praktikum biokimia   vitamin cLaporan praktikum biokimia   vitamin c
Laporan praktikum biokimia vitamin cAnnisa Nurul Chaerani
 
Presentasi laporan praktikum pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...
Presentasi laporan praktikum  pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...Presentasi laporan praktikum  pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...
Presentasi laporan praktikum pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...Mar'atus Sholihah
 
Laporan praktikum fotosintesis oksigen
Laporan praktikum fotosintesis oksigenLaporan praktikum fotosintesis oksigen
Laporan praktikum fotosintesis oksigenSumayyah Nida Azizah
 
Laporan Praktikum Kimia_Larutan Penyangga
Laporan Praktikum Kimia_Larutan PenyanggaLaporan Praktikum Kimia_Larutan Penyangga
Laporan Praktikum Kimia_Larutan PenyanggaFeren Jr
 
8. laporan praktikum biologi respirasi kecambah
8. laporan praktikum biologi respirasi kecambah8. laporan praktikum biologi respirasi kecambah
8. laporan praktikum biologi respirasi kecambahSofyan Dwi Nugroho
 
Materi Donor Darah PMR
Materi Donor Darah PMRMateri Donor Darah PMR
Materi Donor Darah PMRAneuk Batat
 
Laporan Praktikum Sifat Koligatif Larutan
Laporan Praktikum Sifat Koligatif LarutanLaporan Praktikum Sifat Koligatif Larutan
Laporan Praktikum Sifat Koligatif LarutanErnalia Rosita
 

What's hot (20)

Laporan percobaan kimia elektrolisis
Laporan percobaan kimia elektrolisisLaporan percobaan kimia elektrolisis
Laporan percobaan kimia elektrolisis
 
ALEL GANDA DAN GEN GANDA
ALEL GANDA DAN GEN GANDAALEL GANDA DAN GEN GANDA
ALEL GANDA DAN GEN GANDA
 
Laporan praktikum bio (uji zat makanan)
Laporan praktikum bio (uji zat makanan)Laporan praktikum bio (uji zat makanan)
Laporan praktikum bio (uji zat makanan)
 
LKPD Golongan Darah.docx
LKPD Golongan Darah.docxLKPD Golongan Darah.docx
LKPD Golongan Darah.docx
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikum
 
unsur unsur halogen
unsur unsur halogenunsur unsur halogen
unsur unsur halogen
 
Percobaan asas black (kalorimeter)
Percobaan asas black (kalorimeter)Percobaan asas black (kalorimeter)
Percobaan asas black (kalorimeter)
 
Laporan praktikum biologi Percobaan Ingenhousz
Laporan praktikum biologi Percobaan IngenhouszLaporan praktikum biologi Percobaan Ingenhousz
Laporan praktikum biologi Percobaan Ingenhousz
 
Laporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi TanamanLaporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi Tanaman
 
Laporan praktikum peristiwa osmosis pada kentang
Laporan praktikum peristiwa osmosis pada kentangLaporan praktikum peristiwa osmosis pada kentang
Laporan praktikum peristiwa osmosis pada kentang
 
1. laporan praktikum biologi tekanan darah
1. laporan praktikum biologi tekanan darah1. laporan praktikum biologi tekanan darah
1. laporan praktikum biologi tekanan darah
 
Laporan praktikum biokimia vitamin c
Laporan praktikum biokimia   vitamin cLaporan praktikum biokimia   vitamin c
Laporan praktikum biokimia vitamin c
 
Laporan Denyut Nadi & Tekanan Darah
Laporan Denyut Nadi & Tekanan DarahLaporan Denyut Nadi & Tekanan Darah
Laporan Denyut Nadi & Tekanan Darah
 
Presentasi laporan praktikum pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...
Presentasi laporan praktikum  pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...Presentasi laporan praktikum  pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...
Presentasi laporan praktikum pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...
 
Laporan praktikum fotosintesis oksigen
Laporan praktikum fotosintesis oksigenLaporan praktikum fotosintesis oksigen
Laporan praktikum fotosintesis oksigen
 
Laporan Praktikum Kimia_Larutan Penyangga
Laporan Praktikum Kimia_Larutan PenyanggaLaporan Praktikum Kimia_Larutan Penyangga
Laporan Praktikum Kimia_Larutan Penyangga
 
8. laporan praktikum biologi respirasi kecambah
8. laporan praktikum biologi respirasi kecambah8. laporan praktikum biologi respirasi kecambah
8. laporan praktikum biologi respirasi kecambah
 
Materi Donor Darah PMR
Materi Donor Darah PMRMateri Donor Darah PMR
Materi Donor Darah PMR
 
Laporan Praktikum Sifat Koligatif Larutan
Laporan Praktikum Sifat Koligatif LarutanLaporan Praktikum Sifat Koligatif Larutan
Laporan Praktikum Sifat Koligatif Larutan
 
Laporan Resmi Praktikum Biologi Uji Makanan
Laporan Resmi Praktikum Biologi Uji MakananLaporan Resmi Praktikum Biologi Uji Makanan
Laporan Resmi Praktikum Biologi Uji Makanan
 

Viewers also liked

Transfusi Darah 4. penetapan golongan darah ABO dan Rhesus
Transfusi Darah 4. penetapan golongan darah ABO dan RhesusTransfusi Darah 4. penetapan golongan darah ABO dan Rhesus
Transfusi Darah 4. penetapan golongan darah ABO dan RhesusDewi Fitriani
 
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNESLaporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNESdewisetiyana52
 
Anatomi dan fisiologi golongan darah
Anatomi dan fisiologi golongan darahAnatomi dan fisiologi golongan darah
Anatomi dan fisiologi golongan darahXdinê Mj
 

Viewers also liked (6)

Transfusi Darah 4. penetapan golongan darah ABO dan Rhesus
Transfusi Darah 4. penetapan golongan darah ABO dan RhesusTransfusi Darah 4. penetapan golongan darah ABO dan Rhesus
Transfusi Darah 4. penetapan golongan darah ABO dan Rhesus
 
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNESLaporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
 
Anatomi dan fisiologi golongan darah
Anatomi dan fisiologi golongan darahAnatomi dan fisiologi golongan darah
Anatomi dan fisiologi golongan darah
 
Praktikum Darah
Praktikum DarahPraktikum Darah
Praktikum Darah
 
Waktu perdarahan
Waktu perdarahanWaktu perdarahan
Waktu perdarahan
 
Golongan darah
Golongan darahGolongan darah
Golongan darah
 

Similar to Laporan imunologi objek i & ii penggolongan darah

KEL 6 PEMBULUH DARAH.pptx
KEL 6 PEMBULUH DARAH.pptxKEL 6 PEMBULUH DARAH.pptx
KEL 6 PEMBULUH DARAH.pptxDoubleShit
 
Rifno hidayad 13300084
Rifno hidayad 13300084Rifno hidayad 13300084
Rifno hidayad 13300084Arief hidayad
 
Transfusi+darah+fk+unjani+(dinyar+s,+dr,+sp pk)
Transfusi+darah+fk+unjani+(dinyar+s,+dr,+sp pk)Transfusi+darah+fk+unjani+(dinyar+s,+dr,+sp pk)
Transfusi+darah+fk+unjani+(dinyar+s,+dr,+sp pk)Mursyida Muzar
 
Golongan Darah vedro
Golongan Darah vedroGolongan Darah vedro
Golongan Darah vedrovedro agasi
 
Laporan Hasil Praktikum Sistem Peredaran Darah
Laporan Hasil Praktikum Sistem Peredaran DarahLaporan Hasil Praktikum Sistem Peredaran Darah
Laporan Hasil Praktikum Sistem Peredaran DarahAlfian Isnan
 
Sistem penggolongan darah dan pemeriksaan laboratorium reaksi transfusi
Sistem penggolongan darah dan pemeriksaan laboratorium reaksi transfusiSistem penggolongan darah dan pemeriksaan laboratorium reaksi transfusi
Sistem penggolongan darah dan pemeriksaan laboratorium reaksi transfusifikri asyura
 
Praktikum i jantung dan sistem peredaran darah
Praktikum i jantung dan sistem peredaran darahPraktikum i jantung dan sistem peredaran darah
Praktikum i jantung dan sistem peredaran darahBiologi Faisal
 
Makalah darah dan golongan darah
Makalah darah dan golongan darahMakalah darah dan golongan darah
Makalah darah dan golongan darahSherly ShEra
 
Darah ii hemolisa krenasi
Darah ii hemolisa krenasiDarah ii hemolisa krenasi
Darah ii hemolisa krenasiAsfar Syafar
 
SISTEM PEREDARAN DARAH HEWAN.pptx
SISTEM PEREDARAN DARAH HEWAN.pptxSISTEM PEREDARAN DARAH HEWAN.pptx
SISTEM PEREDARAN DARAH HEWAN.pptxAteh1
 
10.1177_15593258211073100 id.pdf
10.1177_15593258211073100 id.pdf10.1177_15593258211073100 id.pdf
10.1177_15593258211073100 id.pdfssuser9db94b
 
Makalah Genetika Alel Ganda_Dewi Setiyana
Makalah Genetika Alel Ganda_Dewi SetiyanaMakalah Genetika Alel Ganda_Dewi Setiyana
Makalah Genetika Alel Ganda_Dewi Setiyanadewisetiyana52
 

Similar to Laporan imunologi objek i & ii penggolongan darah (20)

Kelompok 4
Kelompok 4Kelompok 4
Kelompok 4
 
KEL 6 PEMBULUH DARAH.pptx
KEL 6 PEMBULUH DARAH.pptxKEL 6 PEMBULUH DARAH.pptx
KEL 6 PEMBULUH DARAH.pptx
 
GOLONGAN DARAH
GOLONGAN DARAHGOLONGAN DARAH
GOLONGAN DARAH
 
Rifno hidayad 13300084
Rifno hidayad 13300084Rifno hidayad 13300084
Rifno hidayad 13300084
 
Uji golongan darah
Uji golongan darahUji golongan darah
Uji golongan darah
 
Transfusi+darah+fk+unjani+(dinyar+s,+dr,+sp pk)
Transfusi+darah+fk+unjani+(dinyar+s,+dr,+sp pk)Transfusi+darah+fk+unjani+(dinyar+s,+dr,+sp pk)
Transfusi+darah+fk+unjani+(dinyar+s,+dr,+sp pk)
 
Golongan Darah vedro
Golongan Darah vedroGolongan Darah vedro
Golongan Darah vedro
 
Sistem darah a
Sistem darah aSistem darah a
Sistem darah a
 
Laporan Hasil Praktikum Sistem Peredaran Darah
Laporan Hasil Praktikum Sistem Peredaran DarahLaporan Hasil Praktikum Sistem Peredaran Darah
Laporan Hasil Praktikum Sistem Peredaran Darah
 
Gol dar anisa edited
Gol dar anisa editedGol dar anisa edited
Gol dar anisa edited
 
Sistem penggolongan darah dan pemeriksaan laboratorium reaksi transfusi
Sistem penggolongan darah dan pemeriksaan laboratorium reaksi transfusiSistem penggolongan darah dan pemeriksaan laboratorium reaksi transfusi
Sistem penggolongan darah dan pemeriksaan laboratorium reaksi transfusi
 
Golongan darah
Golongan darahGolongan darah
Golongan darah
 
BAB II_4.docx
BAB II_4.docxBAB II_4.docx
BAB II_4.docx
 
Praktikum i jantung dan sistem peredaran darah
Praktikum i jantung dan sistem peredaran darahPraktikum i jantung dan sistem peredaran darah
Praktikum i jantung dan sistem peredaran darah
 
Makalah darah dan golongan darah
Makalah darah dan golongan darahMakalah darah dan golongan darah
Makalah darah dan golongan darah
 
Makalah tentang pemeriksaan laboratorium klinik
Makalah tentang pemeriksaan laboratorium klinikMakalah tentang pemeriksaan laboratorium klinik
Makalah tentang pemeriksaan laboratorium klinik
 
Darah ii hemolisa krenasi
Darah ii hemolisa krenasiDarah ii hemolisa krenasi
Darah ii hemolisa krenasi
 
SISTEM PEREDARAN DARAH HEWAN.pptx
SISTEM PEREDARAN DARAH HEWAN.pptxSISTEM PEREDARAN DARAH HEWAN.pptx
SISTEM PEREDARAN DARAH HEWAN.pptx
 
10.1177_15593258211073100 id.pdf
10.1177_15593258211073100 id.pdf10.1177_15593258211073100 id.pdf
10.1177_15593258211073100 id.pdf
 
Makalah Genetika Alel Ganda_Dewi Setiyana
Makalah Genetika Alel Ganda_Dewi SetiyanaMakalah Genetika Alel Ganda_Dewi Setiyana
Makalah Genetika Alel Ganda_Dewi Setiyana
 

Laporan imunologi objek i & ii penggolongan darah

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOLOGI PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH A, B, AB, O & RHESUS DISUSUN OLEH : KELOMPOK V-A/ GANJIL NUR ALIMIN [0901037] ASISTEN : ALIFIANA ANGGRAINI ONA SISCANOVA DOSEN PEMBIMBING : Dra. SYILFIA HASTI, M.Farm., Apt. SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU PEKANBARU 2012
  • 2. PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH A, B, AB, O & RHESUS 1. TUJUAN PERCOBAAN – Mengetahui cara pengerjaan pemeriksaan golongan darah A, B, AB, O – Mengetahui cara pengerjaan pemeriksaan golongan darah Rhesus – Menentukan golongan darah – Untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada pemeriksaan golongan darah melalui analisa secara biokimiawi klinis – Memahami prinsip penggolongan darah A, B, AB, O dan Rhesus melalui analisa secara biokimiawi klinis 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Golongan darah ABO Sejarah perkembangan golongan darah Sejak ratusan tahun yang lalu ahli-ahli telah berpendapat, bahwa penderita-penderita yang kekurangan darah seperti orang-orang yang mengalami perdarahan yang hebat, seperti akibat kecelakaan, peperangan, persalinan atau penyakit-penyakit perdarahan dapat ditolong dengan penambahan darah ke dalam tubuh penderita tersebut. Mula-mula William Harvey telah melakukan transfusi darah pada penderita kekurangan darah, tetapi banyak menyebabkan kematian dan ada juga yang berhasil secara kebetulan. Juga sudah pernah dicoba memindahkan darah binatang, seperti darah kelinci, darah domba tetapi menyebabkan kematian. Pernah dikakukan percobaan oleh dokter pribadi Raja Perancis Lwiss ke XIV memberikan darah domba pada orang gila tersebut, karena dia berpendapat dan orang beranggapan pada waktu itu domba bersifat peramah. Tetapi ternyata mengakibatkan kematian, sehingga sejak itu dilarang untuk melakukan pemindahan darah (transfusi darah). Lalu pada Tahun 1900 Dr.Karl Landsteiner mengumumkan penemuannya tentang golongan darah manusia. Sejak penemuan inilah pemindahan darah (transfusi) darah ini tidak lagi berbahaya, sudah dapat menolong penderita-penderita yang kekurangan darah. Dengan ditemukannya golongan
  • 3. darah oleh Dr.Karl Landsteiner, dapatlah dijelaskan sebab – sebab kematian yang dulu akibat dari transfusi darah. Pada penyelidikannya juga dia dapat menemukan zat-zat yang dapat menghalangi pembekuan darah, sehingga darah yang diambil dari tubuh tidak segera membeku. Selain itu dia menemukan, bahwa dengan penambahan larutan glukosa ke dalam darah dapat memperpanjang hidup Erythrocyt diluar tubuh manusia. Dengan penemuan, darah sudah dapat disimpan sebelum ditransfusikan kedalam tubuh penderita. Pada perang dunia ke II, akibat banyaknya korban-korban yang mengalami perdarahan-perdarahan juga memberi kesempatan untuk penyelidik-penyelidikan sehingga pengetahuan mengenai penyimpanan darah ini dapat dilakukan secara intensif, sehingga transfusi darah dapat ditunjukkan untuk pengobatan-pengobatan dan juga penelitian tentang penggunaan bagian-bagian dari darah. Juga semakin majunya ilmu pengetahuan mengenai golongan darah ini, semakin banyak digunakan pada bagian-bagian lain, seperti dalam bidang kriminal. Golongan darah dapat juga membantu mencari identitas seseorang, seperti bercak-bercak darah yang ditemukan akibat pembunuhan dapat membantu petugas kepolisian. Dalam menentukan keturunan, golongan darah ini juga dapat membantu, karena golongan darah si anak akan bergantung pada golongan darah kedua orang tuanya. Dalam kebanyakan pengamatan, pencampuran darah yang berasal dari 2 orang yang berbeda akan menyebabkan timbulnya pengendapan sel – sel darah merah. Peristiwa pengendapan sel tersebut dinamai sebagai aglutinasi. Pengamatan selanjutnya memperlihatkan, bahwa peristiwa ini melibatkan sel darah merah dan bagian cair dari darah, yaitu serum atau plasma. Penemuan Golongan darah ini dilandasi oleh adanya Interaksi Antigen-Antibodi. Antibodi adalah molekul protein (immunoglobulin) yang memiliki satu atau lebih tempat perlekatan (combining sites) yang disebut paratope. Antigen adalah molekul asing yang mendatangkan suatu respon spesifik dari limfosit.
  • 4. Sejak tahun 1900 sampai dengan tahun 1962 telah dikenal orang dengan baik, 12 macam system golongan darah, yang penting dalam bidang transfusi darah dan kehamilan. Golongan dimaksud adalah system – system : ABO, MNSs, P, Rhesus, Lutheran, Kell, Lewis, Duffy, Kidd, Ausberger, Xg dan Doombrok. Dan masih ada lagi system – system golongan darah lainnya seperti Diego, Sutter yang ditemukan pada beberapa ras bangsa saja dan lainnya. Didalam transfusi darah hanya system ABO yang merupakan golongan terpenting untuk tujuan-tujuan klinis. System golongan darah lainnya dianggap kurang mempunyai arti klinis karena termasuk memiliki antigen-antigen mengalami yang transfusi lemah, yang dan antibodynya berulangkali. Dan baru zat timbul antinya setelah biasanya mempunyai suhu optimum reaksi yang rendah ( dibawah 37° C ), sehingga tidak mempunyai arti klinis yang berarti. Pemeriksaan golongan darah ABO Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah (Fitri, 2007). Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia. (Alrasyid, 2010). Golongan darah menurut sistem A-B-O dapat diwariskan dari orang tua kepada anaknya. Land-Steiner dalam Suryo (1996) membedakan darah manusia kedalam empat golongan yaitu A, B, AB dan O. Penggolongan darah ini disebabkan oleh macam antigen yang dikandung oleh eritrosit (sel darah merah). Sebagian besar gen yang ada dalam populasi sebenarnya hadir dalam lebih dari dua bentuk alel. Golongan darah ABO pada manusia merupakan satu contoh dari alel berganda dari sebuah gen tunggal. Ada empat kemungkinan fenotip
  • 5. untuk untuk karakter ini: Golongan darah seseorang mungkin A, B, AB atau O. Huruf-huruf ini menunjukkan dua karbohidrat, substansi A dan substansi B, yang mungkin ditemukan pada permukaan sel darah merah. Sel darah seseorang mungkin mempunyai sebuah substansi (tipe A atau B), kedua-duanya (tipe AB), atau tidak sama sekali (tipe O). Golongan darah yang berbeda yaitu A, B, AB dan O. ditentukan oleh sepasang gen, yang diwarisi dari kedua orang tua. Setiap golongan darah dapat dikenal dari zat kimia yang disebut antigen, yang terletak di permukaan sel darah merah. Ketika seseorang membutuhkan transfusi darah, maka darah yang disumbangkan haruslah sesuai dengan golongan darah tertentu. Kesalahan dalam melakukan transfusi akan dapat menimbulkan komplikasi yang serius. (Australia Red Cross, 2008). Pemeriksaan golongan darah mempunyai berbagai manfaat dan mempersingkat waktu dalam identifikasi. Golongan darah penting untuk diketahui dalam hal kepentingan transfusi, donor yang tepat serta identifikasi pada kasus kedokteran forensik seperti identifikasi pada beberapa kasus kriminal (Azmielvita, 2009). Kesesuaian golongan darah sangatlah penting dalam transfusi darah. Jika darah donor mempunyai faktor (A atau B) yang dianggap asing oleh resipien, protein spesifik yang disebut antibodi yang diproduksi oleh resipien akan mengikatkan diri pada molekul asing tersebut sehingga menyebabkan sel-sel darah yang disumbangkan menggumpal. Penggumpalan ini dapat membunuh resipien (Azmielvita, 2009). Karl Landsteiner, seorang ilmuwan asal Austria yang menemukan 3 dari 4 golongan darah dalam sistem ABO pada tahun 1900 dengan cara memeriksa golongan darah beberapa teman sekerjanya. Percobaan sederhana ini pun dilakukan dengan mereaksikan sel darah merah dengan serum dari para donor. Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B, dikenal dengan golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak memiliki antigen, dikenal dengan golongan darah O). Kesimpulannya ada dua macam antigen A dan B di sel darah merah yang disebut golongan A dan B, atau sama
  • 6. sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan O. Kemudian Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli yang masih kolega dari Landsteiner menemukan golongan darah AB pada tahun 1901. Pada golongan darah AB, kedua antigen A dan B ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah sedangkan pada serum tidak ditemukan antibodi. Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut: Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif . Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif. Tabel 1 : Penggolongan darah ABO
  • 7. Golongan Sel darah merah Plasma A Antigen A Antibodi B B Antigen B Antibodi A AB Antigen A & B Tidak ada antibodi O Tidak ada antigen Antibodi A & B Untuk menentukan golongan darah diperlukan suatu serum penguji yang disebut tes serum yang terdiri dari tes serum A dan tes serum B. Darah yang akan kita periksa dimasukkan kedalam suatu tabung yang berisi 2cc gram fisiologis lalu dikocok. Darah tersebut ditaruh di atas object glass kemudian diteteskan tes serum A dan tes serum B. Gambar 1 : Sistem darah ABO Jika darah di A menggumpal, sedangkan di B tidak maka termasuk golongan darah A Jika darah di A tidak menggumpal sedangkan di B menggumpal maka termasuk golongan darah B Jika darah di A dan B menggumpal maka termasuk golongan darah AB
  • 8. Jika darah di A dan B tidak menggumpal maka termasuk golongan darah O Tabel 2 : Pengamatan aglutinasi dalam penggolongan darah ABO Kit anti A Kit anti B Kit anti A&B Golongan darah (+) (-) (+) A (-) (+) (+) B (+) (+) (+) AB (-) (-) (-) O Dari penuntun praktikum imunologi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau 1;2012 Gambar 2 : Pengamatan pada pemberian serum Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah. Dalam transfusi darah, kecocokan antara darah donor (penyumbang) dan resipien (penerima) adalah sangat penting. Darah donor dan resipien harus sesuai golongannya berdasarkan sistem ABO dan Rhesus faktor. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian. Hemolisis
  • 9. adalah penguraian sel darah merah dimana hemoglobin akan terpisah dari eritrosit. Pemilik rhesus negatif tidak boleh ditransfusi dengan darah rhesus positif. Jika dua jenis golongan darah ini saling bertemu, dipastikan akan terjadi perang. Sistem pertahanan tubuh resipien (penerima donor) akan menganggap rhesus dari donor itu sebagai benda asing yang perlu dilawan. Di dunia, pemilik darah rhesus negatif termasuk minoritas. Tabel 3 : Kecocokan golongan darah Golongan darah resipien Donor harus AB+ Golongan darah manapun AB- O- A- B- AB- A+ O- O+ A- O- A+ A- A+ B+ O- O+ B- B+ O+ O- O+ O- O- Dari laporan praktikum anatomi fisiologi manusia, golongan darah FMIPA Universitas Negeri Jakarta. 2011. Tabel 4 : Kecocokan plasma Golongan darah Antigen pada eritrosit Antibodi dalam plasma Aman ditransfusi Resepien Donor A A B A, AB A, O B B A B, AB B, O AB A+B - AB A, B, AB, O O - A+B A, B, AB, O O Dari laporan praktikum anatomi fisiologi manusia, golongan darah FMIPA Universitas Negeri Jakarta. 2011.
  • 10. 2.2. Golongan darah Rhesus Sistem Rhesus merupakan suatu sistem yang sangat kompleks. Masih banyak perdebatan baik mengenai aspek genetika, nomenklatur maupun interaksi antigeniknya. Rhesus positif (rh positif) adalah seseorang yang mempunyai rh-antigen pada eritrositnya sedang Rhesus negatif (rh negatif) adalah seseorang yang tidak mempunyai rh-antigen pada eritrositnya. Antigen pada manusia tersebut dinamakan antigen-D, dan merupakan antigen yang berperan penting dalam transfusi. Tidak seperti pada ABO sistem dimana seseorang yang tidak mempunyai antigen A/B akan mempunyai antibodi yang berlawanan dalam plasmanya, maka pada sistem Rhesus pembentukan antibodi hampir selalu oleh suatu eksposure apakah itu dari transfusi atau kehamilan. Sistem golongan darah Rhesus merupakan antigen yang terkuat bila dibandingkan dengan sistem golongan darah lainnya. Dengan pemberian darah Rhesus positif (D+) satu kali saja sebanyak ± 0,1 ml secara parenteral pada individu yang mempunyai golongan darah Rhesus negatif (D-), sudah dapat menimbulkan anti Rhesus positif (anti-D) walaupun golongan darah ABO nya sama. Anti D merupakan antibodi imun tipe IgG dengan berat molekul 160.000, daya endap (sedimentation coefficient) 7 detik, thermo stabil dan dapat ditemukan selain dalam serum juga cairan tubuh, seperti air ketuban, air susu dan air liur. Imun antibodi IgG anti-D dapat melewati plasenta dan masuk kedalam sirkulasi janin, sehingga janin dapat menderita penyakit hemolisis. Penyakit hemolisis pada janin dan bayi baru lahir adalah anemia hemolitik akut yang diakibatkan oleh alloimun antibodi ( anti-D atau inkomplit IgG antibodi golongan darah ABO) dan merupakan salah satu komplikasi kehamilan. Antibodi maternal isoimun bersifat spesifik terhadap eritrosit janin, dan timbul sebagai reaksi terhadap antigen eritrosit janin. Penyebab hemolisis tersering pada neonatus adalah pasase transplasental antibodi maternal yang merusak eritrosit janin. Pada tahun 1892, Ballantyne membuat kriteria patologi klinik untuk mengakkan diagnosis hidrops fetalis. Diamond dkk. (1932) melaporkan tentang anemia janin yang ditandai oleh sejumlah eritroblas dalam darah berkaitan dengan
  • 11. hidrops fetalis. Pada tahun 1940, Lansstainer menemukan faktor Rhesus yang berperan dalam patogenesis kelainan hemolisis pada janin dan bayi. Levin dkk (1941) menegaskan bahwa eritroblas disebabkan oleh Isoimunisasi maternal dengan faktor janin yang diwariskan secara paternal. Find (1961) dan freda (1963) meneliti tentang tindakan profilaksis maternal yang efektif. Setiap orang terlahir dengan golongan darah A, B, AB, atau O dan faktor Rh positif (+) atau negatif (-). Faktor Rh ini menggambarkan partikel protein dalam sel darah seseorang. Mereka yang memiliki Rh (-) berarti kekurangan protein dalam sel darah merahnya. Sebaliknya, jika Rh (+), berarti ia memiliki protein yang cukup. Orang Asia dan Afrika umumnya (sekitar 90%) memiliki Rh (+), sedangkan orang Eropa dan Amerika kebanyakan memiliki Rh (-). Masalah akan timbul jika ibu hamil memiliki Rh (-) sementara ayah Rh (+). Dalam kondisi seperti ini, si jabang bayi bisa saja memiliki darah dengan Rh (+) atau Rh (-). Namun, biasanya bayi akan mewarisi Rh (+) karena lebih bersifat dominan. Lantaran janin mewarisi Rh yang berbeda dengan Rh ibunya, akan terjadi ketidakcocokan Rh bayi dengan ibu atau yang lazim disebut erythoblastosis foetalis. Ketidakcocokan Rh Ketidakcocokan atau inkompatibilitas Rh ini bisa berakibat kematian pada janin dan keguguran berulang. Inilah alasan mengapa pemeriksaan faktor Rh ibu dan ayah perlu dilakukan sedini mungkin agar inkompatibilitas yang mungkin muncul bisa ditangani segera. Perbedaan Rh antara ibu dengan bayi membuat tubuh ibu memproduksi antirhesus untuk melindungi tubuh ibu sekaligus menyerang calon bayi. Rh darah janin akan masuk melalui plasenta menuju aliran darah ibu. Melalui plasenta itu juga, antirhesus yang diproduksi ibu akan menyerang si calon bayi. Antirhesus lalu akan menghancurkan sel-sel darah merah calon bayi. Kerusakan sel darah merah bisa memicu kerusakan otak, bayi kuning, gagal jantung, dan anemia dalam kandungan maupun setelah lahir. Kasus
  • 12. kehamilan dengan kelainan Rh ini lebih banyak ditemui pada orang-orang asing atau mereka yang memiliki garis keturunan asing, seperti Eropa dan Arab. Sementara di Indonesia sendiri, walaupun tidak banyak, kasus seperti ini kadang tetap ditemui. Gambar 3 : Sensitisasi Rhesus pada kehamilan pertama Risiko Meningkat pada Kehamilan Kedua Pada kehamilan pertama, antirhesus kemungkinan hanya akan menyebabkan bayi terlahir kuning. Hal ini lantaran proses pemecahan sel darah merah menghasilkan bilirubin yang menyebabkan warna kuning pada bayi. Tetapi pada kehamilan kedua, risikonya lebih fatal. Antirhesus ibu akan semakin tinggi pada kehamilan kedua. Akibatnya, daya rusak terhadap sel darah merah bayi pun semakin tinggi dan ancaman kematian janin kian tinggi. Gambar 4 : Sensitisasi rhesus pada kehamilan berikutnya
  • 13. Penanganan Kehamilan dengan Kelainan Rh Biasanya, langkah pertama yang dilakukan dokter adalah memastikan jenis Rh ibu dan melihat apakah antibodi telah tercipta. Jika antirhesus itu belum terbentuk, pada usia kehamilan 28 minggu dan 72 jam setelah persalinan, ibu akan diberi injeksi anti- D immunoglobulin (RhoGam). Sebaliknya, jika antirhesus sudah tercipta, dokter akan melakukan penanganan khusus terhadap janin yang dikandung. Diantaranya, monitoring secara reguler dengan scanner ultrasonografi. Dokter akan memantau masalah pada pernafasan dan peredaran darah, cairan paru-paru, atau pembesaran hati yang merupakan gejala- gejala akibat rendahnya sel darah merah. 3. BAHAN & ALAT a. Bahan – pipet tetes – objek gelas – kertas tes darah – tusuk gigi – lanset – kapas b. Alat – alkohol 70% – kit golongan darah ABO (anti A, anti B, & anti AB) – darah kapiler – kit Rhesus (anti D) 4. CARA KERJA a. Pemeriksaan golongan darah ABO – bersihkan jari manis tangan kiri dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70% – tusuk dengan lanset dengan satu kali tusukkan, tetesan pertama dibuang dan tetesan selanjutnya diteteskan pada 3 objek glass, masing-masing satu tetes
  • 14. – teteskan di atas tetesan darah pada objek glass pertama kit anti A, onjek glass kedua kit anti B, dan objek glass ketiga dengan kit anti AB – aduk dengan tusuk gigi dengan cara melingkar, amati reaksi aglutinasi yang terjadi b. Pemeriksaan golongan darah Rhesus – bersihkan jari manis tangan kiri dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70% – tusuk dengan lanset dengan satu kali tusukkan, tetesan pertama dibuang dan tetesan selanjutnya diteteskan pada objek glass – teteskan di atas tetesan darah pada objek glass kit anti D – aduk dengan tusuk gigi dengan cara melingkar, amati reaksi aglutinasi yang terjadi 5. Hasil & Pembahasan a. Hasil pengamatan Hasil pengamatan di bawah ini merupakan hasil pengamatan gabungan antara objek I dan II karena pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus berhubungan. Tabel 5 : Pengamatan kelompok V-A (ganjil) Nama Kit anti A Kit anti B Kit Anti AB Kit anti D Golongan Darah Rh Nur Alimin (-) (-) (-) (+) O + Riki Erisman (+) (+) (+) (+) AB + Devi Hasanti (-) (+) (+) (+) B + Eka Lisnasari (-) (-) (-) (+) O + Fivy Yuniarty S (-) (-) (-) (+) O + Keterangan : (-) = tidak terjadi aglutinasi (penggumpalan) (+) = terjadi aglutinasi (penggumpalan)
  • 15. Tabel 6 : Data pengamatan kelompok I-V A (ganjil) Kelompok Golongan darah ABO Rh A B AB O + - I 3 2 x 1 6 x II 1 3 1 1 6 x III x 1 1 3 5 x IV 1 1 x 3 5 x V x 1 1 3 5 x Jumlah 5 8 3 11 27 0 % 18.5 29.6 11.1 40.7 100 0 Keterangan : x = tidak ada b. Pembahasan Kegiatan pengujian golongan darah ini dilakukan untuk mengetahui cara menentukan golongan darah melalui perbedaan reaksi antara berbagai golongan darah kemudian menentukan golongan darah sistem ABO dan sistem Rhesus. Membran sel darah manusia mengandung bermacam-macam protein oligosakarida dan senyawa lainnya salah satunya antigen. Golongan darah sistem ABO yang akan diuji kali ini, didasari pada keberadaan antigen, yaitu antigen A dan antigen B di membran sel darah merah. Golongan darah A mempunyai antigen A, golongan darah B mempunyai antigen B, golongan darah AB mempunyai antigen A dan B, sedangkan golongan darah O tidak mempunyai kedua antigen tersebut. Darah yang diambil berasal dari kapiler pada bagian ujung jari tangan. Sebelum darah diambil dengan menggunakan blood lancet, ujung jari tangan dibersihkan dengan alcohol 70% agar terhindar dari kuman-kuman yang dapat menyebabkan infeksi. Selanjutnya, darah yang keluar diteteskan pada kedua sisi kaca objek, sesegera mungkin sebelum darah membeku. Masing-masing tetesan darah diberi serum anti A dan anti B. Golongan darah sistem ABO dibagi berdasarkan struktur antigen permukaan eritrosit, yang disebut juga sebagai aglutinogen. Penggolongan darah pada praktikum ini dilakukan dengan melihat apakah
  • 16. terjadi penggumpalan setelah mencampurkan darah dengan masing-masing antiserum A dan B. Reaksi penggumpalan dapat terjadi akibat antigen darah Opraktikan terhadap serum anti-A dan anti-B yang berasal dari masing-masing darah B dan A. Serum anti-A yang diteteskan menandakan bahwa darah yang diuji tersebut diberikan antigen A dari golongan darah B. Sedangkan serum anti-B yang diteteskan merupakan antigen B dari golongan darah A. Jika pengumpalan darah ketika ditetesi serum anti-A, maka darah tersebut memiliki anti-B pada darahnya. Sedangkan jika penggumpalan terjadi akibat ditetesi serum anti-B, maka darah tersebut memiliki anti-B pada darahnya. Pada darah praktikan Devi Hasanti, terjadi reaksi penggumpalan setelah diberikan serum anti-B. Hal ini karena darah Devi Hasanti memiliki anti-A (antibodi A), namun tidak memiliki anti-B karena ketika diteteskan serum anti-A, darahnya tidak menggumpal. Maka golongan darah Devi Hasanti adalah B karena golongan darah B memiliki anti-A (plasma antibodi/ aglutinin A ) dan antigen B (aglutinogen B) pada darahnya. Pada darah praktikan Riki Erisman, terjadi penggumpalan setelah diteteskan serum anti-A dan juga terjadi pengumpalan setelah ditetesi serum anti-B. Hal ini berarti serum anti-A dan serum anti-B tidak dimiliki oleh darah Riki Erisman. Karena itu tidak cocok dan menggumpal. Untuk memperkuat analisa biokimia klinik maka diteteskan serum anti-AB, dan terjadi penggumpalan. Maka darah Riki Erisman bergolongan AB yang berarti memiliki aglutinogen A dan B. Sedangkan pada tiga orang praktikan (Nur Alimin, Eka Lisnasari & Fivy Yuniarty S) tidak terjadi penggumpalan darah karena darah mereka memiliki anti-A dan anti-B. Maka praktikan tersebut bergolongan darah O. Golongan darah O dapat disebut sebagai donor universal karena golongan O tidak memiliki aglutinogen untuk diaglutinasi sehingga dapat diberikan pada resipien manapun, asalkan volume transfusinya sedikit. Pada analisa biokimia klinis untuk penentuan Rhesus, semua praktikan kelompok V-A (ganjil) memiliki Rh (+)/ positif, karena darah yang teramati mengalami aglutinasi.
  • 17. 6. KESIMPULAN – Jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A) – Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen tipe B (golongan darah B) – Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan aglutinasi individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB) – Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak mengakibatkan aglutinasi, maka individu tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O) – Aglutinogen D (antigen D) pada eritrosit golongan Rh+ , tidak punya Aglutinogen D berarti memiliki golongan Rh-
  • 18. DAFTAR PUSTAKA – Rachmawati, Anis. dkk. Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia, Golongan Darah. FMIPA Universitas Negeri Jakarta. 2008 – Sindu, E. Hemolytic disease of the newborn. Direktorat Laboratorium Kesehatan Dirjen. Pelayanan Medik Depkes dan Kessos RI – Cunningham FG, MacDonald PC, et al. Williams Obstetrics. 18th edition 1995. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995: 706-721. – Markum AH, Ismail S, Alatas H. Buku ajar ilmu kesehatan anak. Jakarta: Bagian IKA FKUI, 1991: 332-334 – Anonim. Informasi bagian pasien. -: 2007