SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
VOLUME12N0M0R1,April2010 rssN1410-7333
Jurnal Tanah dan Lingkungan, Vol. 12 No. 1, Apri12010:9-16 155N 1410-7333
VIABILITAS INOKULAN DALAM BAHAN PEMBAWA GAMBUT, KOMPOS, ARANG 

BATOK DAN ZEOLIT YANG DISTERIL DENGAN lRADIASI SINAR GAMMA Co-60 

DAN MESIN BERKAS ELEKTRON
Viability ofInoculant on Sterilized Peat, Compo~t. Coconut Shell Charcoal and 

Zeolite by Gamma Irradiation Co·60 and Electron Beam Machine 

Sindy Marieta Putrfll, Iswandi Anas21, Fahrizal Hazra21 dan Ania Citraresmini3}
2)Departemen I1mu Tanah dan
3)Pusat dan Radiasi-Badan
Lahan, Fakultas Pertanian IPB
Kampus
Pasar Jumat, Jakarta
ABSTRACT 

l)a(;/mJr!.eo on carrier material such as peat, charcoal, compost, zeolite and others which can
microorganism during storage period. Carrier is one of the important things to
ofbiofertilizer. The property ofgood carrier is free for unwanted indigenous microorganism to high
number of inoculants microorganism, so that must be carrier sterilization. The purpose of this research was to investigate
viability ofAzospirillum, Azotobacter and Phosphate Solubilizing Fungi inoculants on carrier material that were sterilized
Gamma Irradiation Co-60 and Electron Beam Machine (EBA!) period. Each inoculants were to the
compost, coconut shell charcoal and zeolite. Viability tests ofinoculants on steriled carrier conducted
period day 7, 42 and 70. The result viability ofAzospirillum, Azotobacter and Phosphate 0U/:UUlltLlflJ!.
inoculants on sterilized carrier material by Gamma Irradiation Co-60, EBM and autoclave tended to decline during storage
70 days at room temperature (25°C). Viable cell ofAzospirillum inoculants on sterilized zeolite by Gamma1rradiation Co-60
and autoclave gave best performance ofviability test with number ofcell were 1I,ll %. While sterilization
autoclave toward coconut shell charcoal and using Gamma Irradiation Co-60 toward compost, they lead to decrease viable
cell ofPhosphate Solubilizing Fungi inoculants to 99,75 %. The autoclave and Gamma Irradiation Co-60 sterilizations were
not the best methodofsterilization
Carrier, Gamma Irradiation Co-60, Electron Beam Machine, sterilization, viability
PENDAHULUAN V!;;;ll"H.lUaL N, bakteri P dan bakteri pelarut K
l"!;;;HUJ""J.CIUI.GlU pertumbuhan
atau yang lebih dikenal dengan pupuk Menurut Tombe (2008), salah satu faktor yang
merupakan salah satu alternatif pupuk yang dapat menentukan mutu pupuk hayati adalah kepadatan populasi
ketergantungan penggunaan pupuk kimia. inokulan yang ada di dalamnya. Ketahanan hidubp
Pupuk hayati bahan yang sel hidup
atau mikrob yang memiliki kemampuan untuk menambat
nitrogen maupun melarntkan fosfat yang sukar larnt
1982}. Penggunaan pupuk memanfaatkan mikrob
dalam mempercepat proses mikrobioJogi untuk
meningkatkan ketersediaan hara dapat
dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu pupuk hayati mampu
mengaktifkan serapan hara oleh tanaman, mempercepat
proses pengomposan, memperbaiki struktur tanah, dan
substansi aktif yang dapat
nprtlln1hllh"n tanaman (Tombe, 2008).
mikrob yang sering dalam pupuk
antara lain Azotobacter sp. dan Azospir.illum sp.
dari udara harns bersimbiosis
tanaman. Ada sp. yang
mikrob P yang efektif dalam melepaskan
ikatan P yang sukar larut. Keuntungan lain dari mikrob
tersebut adalah ketersediaan hara serta >J"',Ua.JilUl>J
tanah. Berdasarkan (2009),
aplikasi pupuk hayati yang mengandung mikoriza dan
(viabilitas) inokulan dipertahankan dalam jumlah
yang selama masa pupuk Hal
tersebut dilakukan agar jumlah mikrob inokulan yang
diberikan ke tanah lebih mendominasi mikrob indigenus di
dalam tanab kualitas pupuk hayati mampu
memberikan hasil yang optimum untuk pertumbuhan
tanaman.
Inokulan daJam bahan pembawa merupakan kultur
sediaan mikrob Azospirillum sp,
Azotobacter sp, sp dan lain-lain. Formulasi
inokulan umumnya dipersiapkan dalam bentuk cairo
dari formulas! cair tersebut adalah rendahnya
viabilitas inokulan selama masa sulitnya
dalam hal pendistribusian, penyimpanan dan
di lapang (Van dan Prosser, 2000).
Penggunaan bahan pembawa menjadi solusi untuk
mengatasi dari formulasi inokulan cairo Untuk
itu bahan pembawa menjadi unsur yang penting dalam
menentukan kualitas pupuk karena diharapkan
mampu viabilitas dan menjaga
keefektifan mikrob inokulan selamd. masa penyimpanan.
Iswandi Fahrizal Hazra dan Ania Citraresmini 2010. Viabilitas Inokulan dalam Bahan Pembawa
Batok dan Zeolit yang disteril dengan Iradiasi Sinar Gamma Co-60 dan Mesin Berkas Elektron.
9
Viabilitas Inokulan dalam Bahan Pembawa Gambut (Sindy, Marieta Pufri, lswandi Anas, Fahrizal Hazra dan Ania iifYrJr»cm,iYli
yang umum berupa bahan
organik gambut, arang, zeolit dan
sebagainya. Penginokulasian inokulan ke dalam bahan
pembawa bertujuan untuk menyesuaikan hidup
sebelum diberikan ke tanah. Salah satu
yang balk adalah sterll dari mikrob
inokulan mampu bertahan hIdup
mikrob dalam bahan
pembawa.
Sterilisasi bahan yang
harus dilakukan sebelum Pemilihan
metode sterilisasi diperlukan tidak
kerusakan yang
inokulan. Metode sterilisasi bahan yang umum
digunakan adalah metode fisik meliputi pemanasan,
dan radiasi. Metode sterilisasi pemanasan
lembab) autoklaf yang
memanfaatkan panas dalam suatu ruangan bertekanan
121°C selama 60 menit.
menimbulkan
kerusakan dan
unsur beracun. Menurut Toharisman (1989) intensitas
sterilisasi tanah autoklaf dapat
kelarutan Mn dan Zn yang tinggi
meraeuni mikob yang ada di
Metode sterilisasi fisik lainnya adalah radiasi. Iradiasi
Sinar Gamma Co-60 memanfaatkan gelombang
elektromagnetik (sinar sedangkan Mesin Berkas
Elektron (MBE) memanfaatkan elektron berenergi tinggi
untuk meradiasi bahan pembawa. Radiasi sinar Gamma
atau elektron tinggi disebut juga radiasi pengion
karena energi radiasi yang terserap oleh benda akan
berinteraksi dengan benda tersebut dan menimbulkan efek
biologi yang mengubah proses kehidupan normal dari sel
hidup. Pada mikrob dapat berpengaruh terhadap DNA
mikrob tidak dapat membelah diri akibat
perubahan yang ditimbulkan oleh radiasi pengion
(Hilmy,1980).
Metode sterilisasi radiasi menggunakan dosis radiasi
yang merupakan besaran yang diabsorbsi oleh suatu
bahan. Dosis optimum ditentukan terlebih dahulu
dalam penggunaannya mampu mematikan mikrob baik itu
bakteri maupun Dosis serap (D) didefinisikan
rata-rata yang bahan per satuan
massa bahan tersebut. Satuan yang saat ini
adalah Gray dimana 1 Gray 1
bahwa 1 (Gy)
rad. Menurut Kume (2005), radiasi Sinar Gamma memiliki
efektivitas yang berbeda dalam mematikan mikrob
besaran dosis yang diberikan. Semakin besar dosis
yang diberikan maka daya mematikan semakin
besar pula.
Tujuan penelitian adalah mengevaluasi viabilitas
inokulan Azospirillum, Azotobacter dan Fungi Pelarut
Fosfat dalam bahan gambut, kompos, arang batok
dan zeoli! yang tdah disterilisasi metode iradiasi
Sinar Gamma MBE dan autoklaf selama masa
penyimpanan.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi
Tanah IImu Tanah dan Sumberdaya Lahan,
Institut Pertanian Proses sterilisasi bahan pembawa
iradiasi Sinar Gamma Co-60 dan Mesin
Berkas Elektron (MBE) dilakukan di Pusal Aplikasi Isotop
dan Radiasi-Badan Tenaga Nuklir Nasional
(PATIR-BATAN), Pasar Jumat, Jakarta Selatan.
Bahan yang digunakan adalah bahan pembawa berupa
gambut yang berasal dad Kalimantan Selatan; yang
diproduksi di BATAN; arang batok dan zeolit yang berasal
dari Cikembar, Sukabumi Barat). Isolat yang
digunakan adalah Azospirillum, Azotobacter dan
Pelarut Fosfat. Alat yang digunakan untuk sterilisasi bahan
pembawa adalah iradiasi Sinar Gamma Co-60, MBE dan
autoklaf.
Bahan Pembawa
bahan
bemkuran 0,5 mm
terlebih dahulu dianalisis sifat
karakteristik bahan.
dan
kadar air dilakukan
meJalui pengovenan dengan suhu 105°C selama 24
untuk mengetahui kelembaban bahan
Masing-masing bahan pembawa dikemas ke dalam
plastik sebanyak 109. Hal ini bertujuan untuk memudahkan
dan meminimalkan kontaminasi saat melakukan seri
pengenceran. Bahan pembawa dikemas ke dalam plastik
tahan panas untuk sterilisasi autoklaf. Sterilisasi iradiasi
Sinar Gamma Co-60 dan MBE menggunakan plastik HDP
Plastic) kemudian kemasan disegel dengan
U'''U55UI'lU~.UU sealer.
Proses Sterilisasi Bahan Pembawa
Sterilisasi autoklaf dilakukan sebanyak
dua kali selama dua hari berturut-turut suhu
mencapai I selama 60 menit. Hal ini untuk
memberikan waktu spora berkecambah sehingga
saat pemanasan berikutnya dipastikan semua mikrob dapat
terbunuh. Bahan sebanyak 109 dimasukkan ke
dalam tahan panas kemudian.d.itutup
klip. Setelah selesai proses uap air dalam plastik
dibiarkan kemudian disegel rapat
menggunakan sealer pada akhir proses autoklaf hari kedua.
Sterilisasi lradiasi Sinar Gamma Co-60 dilakukan
dengan cara sejumlah bahan pembawa, yang
masing telah dikemas dalam plastik HDP sebanyak per
kemasan bahan ditempatkan menjadi satu dalam
satu wadah kontainer lalu diletakkan di dalam ruang radiasi
atau irradiation chamber. radiasi tersebut kemudian
diberikan sinar gamma yang berasal dan sumber
Sumber radiasi tersebut dikendalikan oleh operator
ruangan yang berbeda. Dosis radiasi yang diberikan adalah
50 untuk semua
Bahan pembawa yang disteriJisasi menggunakan MBE
permukaannya diratakan dari 1 em saat
diletakkan di wadah yang akan melewati MBE. Hal
perlu C::Iakukan karena pada MBE hanya teJjadi tumbukan
10
Jurnal Tanah dan Lingkungan,Vol. 12 No.1, April 2010:9-16 ISSN 1410-7333
radiasi pacta permukaan bahan yang akan dipancarkim.
Wadah tersebut kemudian masuk ke dalam ruang berkas
elektron dengan jalur khusus yang akan melewati pancaran
elektron. Sampel bahan pembawa dilewatkan di bawah
mesin berkas elektron sebanyak 5 kali yang setara dengan
dosis 56 kGy.
Produksi Inokulan
Isolat Azospirillum dan Azotobacter diperbanyak
menggunakan 100 ml Nutrient Broth kemudian dikocok
selama tiga hari dengan kecepatan 120 rpm pada suhu
kamar. Fungi Pelarut Fosfat (FPF) diperbanyak
menggunakan 100 ml Pikovskaya cair yang dikocok selama
tiga hari dengan kecepatan 120 rpm pada suhu ruang
setelah itu ditumbuhkan dalam media Potato Dextrose
Agar. Spora fungi yang tumbuh dalam media tersebut
kemudian dipanen.
Penetapan populasi masing-masing inokulan
dilakukan untuk mengetahui jumlah sel awal inokulan yang
dimasukkan ke dalam bahan pembawa yang telah
disterilisasi oleh iradiasi Sinar Gamma Co-60, MBE dan
autoklaf. Hasil penetapan populasi inokulan Azospirillum,
Azotobacter dan Fungi Pelarut Fosfat (FPF) dapat dilihat
pada Tabel I. Jumlah sel inokulan yang dimasukkan ke
dalam bahan pembawa gambut dan kompos berbeda dengan
jumlah sel inokulan yang dimasukkan ke dalam bahan
pembawa arang batok dan zeolit. Hal tersebut terjadi karena
produksi inokulan yang dilakukan berbeda sehingga hasil
jumlah sel yang didapatkan berbeda pula.
Tabel I. Jumlah sel inokulan Azospirillum, Azotobacter dan fungi pelarut fosfat yang dimasukkan ke dalam bahan pembawa
Bahan Pembawa Mikrob Jumlah sel (spk mr')
Gambut dan Kompos
rlzospirillum
Azotobacter
1,40 x 10'
9,56 x 108
Fungi Pelarut Fosfat 6,88 x 107
Azospirillum 4,50 X 105
Arang batok dan Zeolit Azotobacter
Fungi Pelarut Fosfat
4,78 x 109
3,44 x 108
Proses Inokulasi
Proses inokulasi Azospirillum, Azotobacter dan FPF
ke dalam bahan pembawa dilakukan secara aseptik di
laminar flow. Sebanyak 5 ml inokulan dimasukkan ke
dalam kemasan yang berisi 109 bahan pembawa
menggunakan jarum suntik setelah itu ditutup sehingga
tidak memungkinkan teIjadinya kontaminasi. Selanjutnya
bahan pembawa dalam kemasan diratakan hingga homogen
dan diberi label sesuai dengan nama bahan pembawa dan
jenis inokulannya. Kemasan-kemasan bahan ·tersebut
dimasukkan ke dalam kotak dan disimpan di dalam ruangan
pada suhu kamar (25°C).
Uji Viabilitas Inokulan Selama Masa Penyimpanan
Penguj ian dilakukan selama masa penyimpanan
dengan periode pengujian pada hari ke-7, hari ke-21, hari
ke-42 dan hari ke-70. Uji viabilitas inokulan dilakukan
dengan cara memasukkan satu kemasan bahan pembawa
(lOg) ke dalam 90 ml larutan fisiologis (NaCI 0,85 %),
kemudian dikocok selama 15 menit supaya larutan menjadi
homogen dan setelah itu membuat seri pengenceran.
Masing-masing inokulan ditumbuhkan pada media NFB
untuk Azospirillum, NFM untuk Azotobacter dan
Pikovskaya untuk FPF lalu diinkubasi selama 3 hari untuk
Azotobacter dan FPF, 14 hari untuk Azospirillum.
Penghitungan koloni dilakukan setelah diinkubasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Viabiltas Azospirillum dalam Bahan Pembawa Steril
Yiabilitas Azospirillum dalam bahan pembawa arang
batok, zeolit, gambut dan kompos yang telah disterilisasi
menggunakan metode sterilisasi yang berbeda (iradiasi
Sinar Gamma CO-60, M~sin Berkas Elektron (MBE) dan
autoklaf) hingga masa penyimpanan 70 hari pada suhu
kamar (25°C) menunjukkan penurunan. Jumlah sel
Azospirillum dalam arang batok mulai mengalami
penurunan pada hari ke-7 dan terus menurun dari jumlah
awal 105
spk mr' menjadi 104
spk g-J hingga hari ke 70
pada bahan pembawa arang batok dan zeolit (Tabel 2). Hal
yang sarna juga teIjadi pada viabilitas Azospirillum dalam
bahan pembawa gambut dan kompos yaitu jumlah sel
menurun dari 107
spk mr' menjadi 105
spk i' hingga hari
ke-70 (Tabel 3).
Tabel2. Viabilitas inokulan Azospirillum dalam bahan pembawa arang batok dan zeolit steril menggunakan iradiasi smar gamma Co-60,
MBE dan autoklaf pada suhu kamar selama masa penyimpanan 70 hari
Mass Penyimpanan (hari)
Bahan Pembawa
Arong Batok
Zeolit
Metode Sterilisasi
MBE 

Co-60 

Autoklaf 

MBE 

CO-60 

Autoklaf 

7
4,00 x 105
3,00 x lOS
3,50 x 106
3,50 x 106
1,10x 106
2,00 x 105
21 42 70
... .......... ..... spk g"l bahan pembawa ............
1,50x 105 1,50 x 104 7,00 x 104
2,00 x lOS 7,00 x 104 7,00 x 104
4,00 x lOS 1,10 xl05 1,10 x lOS
3,50 x 106 3,00 x lOS 3,50x 106
7,50x 10" 7,50 x 104 4,00 x 105
1,10 x 105 1,50 x 104 4,00 x 105
Keterangan : lumlah ~el awa14,50 x 101
spk mr'
(+) : kenaikan jumlah seJ
II
Viabilitas Inokulan dalam Bahan Pembawa Gambut (Sindy, Marieta Putri, Iswandi Anas, Fahrizal Hazra dan Ania Citraresmini)
Tabel 3. Viabilitas inokulan Azospirillum dalam bahan pembawa gambut dan kompos steril menggunakan iradiasi sinar gamma Co-60,
MBE dan autokJaf pada suhu kamar selama masa penyimpanan 70 hari
Masa Penyimpanan (hari)
Bahan Pembawa Metode Sterilisasi
7 21 42 70
.... .,............ spk g.t bahan pembawa ..........
MBE 3,00 x 106
4,50 x 106
3,OOx 10l 1,40 x 105
Gambut Co-60 1,30 x 106
6,00 x 106
2,00 x 10l 3,00 X 10l
Autoklaf 2,00 x 106
1,50 X 105
1,60 X 10l 7,OOx 10l
MBE 2,00 x 107
1,10 x 107
1,10 X 107
1,50 X 106
Kompos CO-60 1,15 x 107
4,50 X 106
4,50 x 106
2,00x 106
Autoklaf I,lOxl08
1,10 X 107
4,50 X 106
2,50x 106
Keterangan : Jumlah sel awal 1,40 x 107
spk ml·t
(+) : kenaikan jumlah sel
Jumlah sel Azospirillum pada hari ke-7 dalam bahan
pembawa arang batok sterilisasi autoklaf lebih tinggi
dibandingkan dalam arang batok sterilisasi iradiasi Sinar
Gamma Co-60 dan MBE. Sebaliknya dengan zeolit, jumlah
sel Azospirillum dalam zeolit steril iradiasi Sinar Gamma
Co-60 dan MBE lebih tinggi dibandingkan dengan zeolit
steril autoklaf. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adaptasi
awal Azospirillum terhadap lingkungan bahan pembawa.
Menurut Alexander (1977), Azospirillum hidup pada
lingkungan dengan pH 6,8-7,9.
Efek yang ditimbulkan dari penggunaan metode
sterilisasi iradiasi Sinar Gamma Co-60 dan MBE adalah
kenaikan pH terhadap bahan yang diradiasi. Kenaikan pH
tersebut umumnya teIjadi pada tanah terutama tanah yang
lembab (Lotra:.io et aZ., 1995; Tuominen et af., 1994).
Nilai pH arang batok dan zeolit masing-masing 8,4
dan 5,8, sedangkan nilai pH gambut dan kompos masing­
masing 4,2 dan 7,3. Kenaikan nilai pH arang batok dan
gambut akibat sterilisasi iradiasi Sinar Gamma Co-60 dan
MBE kurang mendukung ketahanan hidup Azospirillum
sehingga jumlah sel pada hari ke-7 lebih rendah
dibandingkan jumlah sel dalam arang batok steril autoklaf.
Sebaliknya kenaikan nilai pH pada zeolit dan kompos steril
iradiasi Sinar Gamma Co-60 dan MBE menyebabkan
lingkungan hidup Azospirillum semakin mendukung
Viabilitas Azospirillum dalam Bahan Pembawa
Arnng Batok
-+- MBE
_(0-60
.--....,·Autoklof
11 70
Mona Penyjmp'Ir'~" (had)
.ViabilitasAzospirillum dalam Bahan
Pembawa Kompos
-+-MSE
__ Co·60
-:c- Autoklaf
11 'I 70
Mina Penylmpanan (had)
sehingga jumlah sel pada hari ke-7 lebih tinggi
dibandingkan jumlah sel dalam zeolit steril autoklaf.
Persentase penurunan jumlah sel Azospirillum yang
paling besar adalah pada bahan gambut steril MBE yaitu
sebesar 99,00 % dan yang paling kecil pada bahan zeolit
steril iradiasi Sinar Gamma Co-60 dan autoklaf yaitu 11, II
%. Selain penurunan jumlah sel, terdapat juga kenaikan
jumlah sel Azospirillum yaitu pada bahan zeolit steril MBE
hingga akhir penyimpanan hari ke-70. Hal ini diduga
disebabkan oleh kondisi lingkungan pada bahan tersebut
optimum untuk Azospirillum bertumbuh.
Penurunan viabilitas Azospirillum dengan berbagai
metode sterilisasi dalam arang batok, zeolit, gambut dan
kompos dapat dilihat pada Gambar _ I. Penggunaan
sterilisasi iradiasi Sinar Gamma Co-60, MBE dan autoklaf
menunjukkan viabilitas mikrob hingga hari ke-70 masih
relatif tinggi dalam keempat bahan pembawa walaupun
terjadi penurunan dari jumlah sel awal yang dimasukkan ke
dalam bahan pembawa. Namun walaupun demikian, zeolit
lebih mampu mempertahankan viabilitas Azospirillum
hingga masa penyimpanan 70 hari dibandingkan dengan
arang batok, gambut dan kompos. Hal tersebut ditandai
dengan persentase penurunan jumlah sel Azospirillum pada
bahan pembawa zeolit yang paling kecil diantara ketiga
bahan pembawa lainnya.
Viabilitas AZ05plrillum dalam Bahan Pembawa 

Zeoli! 

7 ,
MCl1a Penylmpanan (harl)
-+-M8E
___ Co-60
-.- Autoklaf
Viabilitas Azospirillum dalam Bahan 

Pembawa Gambut 

-2-Autoklaf
21 42 70
MOIsa Pen~lmpanan (hurl)
Gambar I. Populasi Azospirillum dalam bahan pembawa arang batok, zeolit, gambut dan kompos steril selama masa penyimpanan 70 hari
12
Jurnal Tanah dan Lingkungan, 12 No, .1, April 2010:9-16 	 lSSN .1410-7333
Uji ViabHtas Azotobacter dalam Bahan Pembawa Steril Persentase penurunan jumlah sel Azotobacter yang
paling besar adalah pada bahan arang batok steril iradiasi
Viabilitas Azotobacter dalam bahan pembawa arang
Sinar Gamma Co-60 sebesar 99,07 %. Penurunan
zeolit dan gambut mengalami penurunan selama
viabilitas sel Azotobacter dalam bahan pembawa arang
masa penyimpanan 70 hari (Tabel 4), Sedangkan viabilitas
batok, zeolit dan gambut memiliki rata-rata kisaran lebih
Azotobacter dalam bahan pembawa kompos mengalami
dari 90 	%. Hal tersebut diduga karena Azotobacter tidak
peningkatan selama masa (Tabel Pada
mampu 	 mempertahanKim hidupnya dalam bahan
umumnya Azotobacter tumbuh optimum keadaan
pembawa tersebut serta keadaan lingkungan bahan
> 6,0 1977).
yang tidak optimum untuk mendukung kehidupan
Azotobacter.
Tabel4, 	 Viabilitas inokulan Azotobacter dalam bahan pembawa arang batok dan zeolit steril menggunakan iradiasi sinar gamma Co-60,
MBE dan autoklaf pada suhu kamar selama masa penyimpanan 70 han
Bahan Pembawa Metode Sterilisasi
7
Masa Penyimpanan (har!)
21 42 70
,.... "" .... ",.. " spk g.1 bahan pembawa .. ,.. ,.. ' .. "
MBE 2,12x109
5,08 x 108
3,33 x 108
1,65 x lOS
Arang Bawk Co-60 2,J8 X 109
7,61 x lOs 3,22 x 109 4,41 X 107
Autoklaf 8,91 X 108
8,85 x 108
2,42 x 108
1,92x 10&
MBE 2,45 109
6,96 x J08
7,42 X 108
4,58 X 108
Zeoli! Co,60 2,36 x 109
5,15x 108
3,12 x lOs 2,30 x 108
Autoklaf 1,34 x 109
1,57 x 109
9,1 I x 103
5,80 x 107
Keterangan : lumlah sel awa14,78 x 109spk mrl
Tabel 5, Viabilitas inokulan Azotobacter dalam bahan n"Y",h"",,~ dan steril menggunakan iradiasi sinar gamma Co-60, MBE
dan autoklafpada suhu kamar selama masa penyimpanan 70 hari
Masa Penyimpanan (hari)
Bahan Pembaw2 Metode Sterilisasi
7 	 21 42 70
",,' spk g" bahan pembawa ... ,,'" ,... " .. '"
MBE 1,47x 107
1,15 X 109
4,25 X 109
2,20 x 107
Gambut Co-60 7,70 x 108
3,58x 109
1,47 x 109
1,60 X 10'
Autoklaf 3,57 x J09
6,34 X 109
2,48 x 109
3,38 X 10
7
MBE 2,09 x 10
10
Kompos CO-60 1,59 x 1010
Autoklaf 2,05 x 109
(+): kenaikanjumlah sel
sel Azotobacter dalam bahan
masa penyimpanan 70 hari
diduga disebabkan oleh bahan yang
lebih optimum untuk Azotobacter bertumbuh, Hal tersebut
sesuai Lasrin (1997) yang menyebutkan
bahwa Azotobacter dalam
bahan kompos hingga masa penyimpanan 10 mlnggu
suhu 28°C.
9,18 X 109
4,27 X 109
6,75 X 109
7,18 X 109
5,05 X 109
8,56 x 109
5,79 x 109
2,98 x 109
5,65 X 109
Viabilitas Azotobacter dalam arang batok dan zeolit
yang disterilisasi berbagai metode
hasH yang seragam (Gambar Hal tersebut
menunjukkan bahwa viabilitas Azotobacter tidak terlalu
dipertahankan melalui metode sterilisasi
bahan arang zeolit dan gambut.
13
Viabilitas Inokulan dalam Bahan Pembawa Gambut (Sindy, Marieta Putri, Iswandi Anas, Fahrizal Hazra dan Ania Citraresmini)
Vlabilitas Azotobacter dalam Bahan Pembawa Viabilitas Azotobacter dalam Bahan Pembawa
Arang Batak Zeolit
__ MBE-+-MBE
-4-Co-50 -4-Co·60
- -!..-'" Autoklaf -";'- Autoklaf
5 , ------__------__----­ 5 •
21 42 70 21 42 70
M.s. Penyimpanan (hari) 	 Masa Penylmpanan (hari)
ViabilitasAzotobacterdalam Bahan
Viabilitas Azotobacterdalam Bahan
Pembawa Gambut Pembawa Kompos
__ MaE
.......-.MI:it 

..... CO-50 -.-Co-50
__ Autoklaf-.<- Autoklaf
21 	 42 7021 	 42 70
Masa Penyimpanan (hari)
M.s. Penyimpan.n (hari)
Gambar 2. Populasi Azotobacter dalam bahan pembawa arang batok, zeolit, gambut dan kompos steril selama masa penyimpanan 70 hari
Uji Viabiltas Fungi Pelarut Fosfat dalam Bahan jumlah sel FPF yang paling besar adalah pada bahan arang
Pembawa Steril batok steril autoklaf dan bahan kompos iradiasi Sinar
Gamma Co-60 yaitu sebesar 99,75 % dan penurunan paling
Persentase penurunan jumlah sel Fungi Pelarut Fosfat
kecil adalah pada bahan kompos steril autoklaf yaitu
(FPF) dari jumlah sel awal hingga masa penyimpanan 70
45,78%.
hari ditunjukkan oleh Tabel 6 dan 7. Persentase penurunan
Tabel 6. 	 Viabilitas inokulan ftmgi pelarut fosfat dalam bahan pembawa arang batok dan zeolit steril menggunakan iradiasi sinar gamma Co­
60, MBE dan autoklafpada suhu kamar selama masa penyimpanan 70 hari
Masa Penyimpanan (bari)
Bahan Pembawa Metode Sterilisasi
7 	 21 42 70
..... ..... .... .... spk g.) bahan pembawa .... .... ..... .... .
MBE 7,77 x 108
1,83x108
1,83x108
5,61 X 107
Arang Balok Co-60 3,64 x 109
6,66 X 108
1,66 X 108
3,33 x 107
Autoklaf 2,52 x 109
3,83 X 107
3,30x 106
8,33 X 10l
MBE 3,17x108
2,03 X 108
1,68 X 108
2,83 x 107
Zeolit Co-60 7,30x 108
1,66 X 108
2,05 X 108
8,00 x 107
Autoklaf 1,49 x 109
1,66 X 107
1,21 X 107
6,66 X 106
~
Keterangan : Jumlah sel awal 3,44 x 108
spk mi·)
Tabel 7. Viabilitas inokulan ftmgi pelarut fosfat dalam bahan pembawa gambut dan kompos steril menggunakan iradiasi sinar gamma Co-60,
MBE dan autoklaf pada suhu kamar selama masa penyimpanan 70 hari
Masa Penyimpanan (bari)
Bahan Pembawa Metode Sterllisasi
7 	 21 42 70
.................. spk g.) bahan pembawa ........... .......,
MBE 3,00 x 10l 3,60 X 107
2,00 X 107
7,67 X 106
Gambut Co-60 6,40 x 106
3,89 X 107
2,50 X 106
1,43 X 107
Autoklaf 5,70x 106
5,60 x 107
1,00x 106
9,62 X 106
MBE 1,29 x 107
1,10 X 108
6,80 X 107
3,33 X 106
Kompos CO-60 1,62x 107
5,00 x 10' 1,00 X 106
1,67x1OS
Autoklaf 2,00 x 107
6,70 X 107
1,20x 108
3,73 x 107
Keterangan : Jumlah sel awal 6,88 x 107
spk mrl
14
Jurnal Tanah dan Lingkungan, Vol. 12 No. 1, April 2010:9-16 ISSN 1410-7333
Metode sterilisasi autoklaf mengakibatkan penurunan
jumlah sel FPF yang paling besar pada bahan pembawa
arang batok dan zeolit. Hal tersebut diduga disebabkan oleh
keracunan dari kelarutan unsur akibat proses autoklaf
sehingga FPF tidak mampu mempertahankan hidupnya.
Metode sterilisasi iradiasi Sinar Gamma Co-60 juga
mengakibatkan penurunan jumJah sel FPF pada bahan
pembawa kompos..Hal tersebut dapat diduga disebabkan
oleh kurang mendukungnya kondisi lingkungan bahan
kompos setelah disterilisasi menggunakan iradiasi Sinar
Gamma Co-60. Penggunaan sterilisasi iradiasi Sinar
Viabilitas Fungi Pelarut Fosfat dalam Bahan 

Pembawa Arang Batok 

]0 •
~MBE
_+_Co·50
:§
'"~
"
x
~.~
.,"
g"
5 -' - - - - ­
21 70 

Masa Peny;mp,nan (harl) 

Viabilitas Fungi Pelarut Fosfat dalam 

Bahan Pembawa Gambut 

10
8
-+o MS,
? 

..... Co·60 

6 ~
-.-Autoklaf
21 42 70
Mas. Penyimpanan (hari)
Gamma Co-60 pada dosis 50 kGy mengubah sifat kimia
tanah yaitu meningkatnya NH4 (Bowen dan Cawse, 1964;
Tuominen et at., 1994), fosfor, mangan dan kalium (Bowen
dan Cawse, 1964) serta kenaikan pH yang umumnya terjadi
pada tanah lembab (Lotrario et al., 1995; Tuominen et aI.,
1994). Menurut Waksman dan Starkey (1981),
pertumbuhan FPF optimum pada keadaan masam pH 5,0 ­
5,5. Hal tersebut dapat menjelaskan mengapa viabilitas FPF
dalam kompos steril mengalami penurunan jumlah sel yang
paling besar hingga hari ke 70.
Viabilitas Fungi Pelarut Fosfat dalam Bahan
Pembawa Zeolit
]0
- .......... Autokla' 

42 70
Mas> Penyimpanan (harl)
Viabilitas Fungi Pelarut Fosfat dalam
Bahan Pembawa Kompos
-4-MBE
---It- (0·60
~ Autoklaf
5 - .
21 42 70
Mas. Penyimpanan (hari)
Gambar 3. Populasi Fungi Pelarut Fosfat dalam bahan pembawa arang batok, zeolit, gambut dan kompos steril selama masa penyimpanan
70 hari
Pemilihan bahan pembawa serta metod6 sterilisasi
yang digunakan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup
mikrob inokulan. Bahan pembawa zeolit memberikan hasil
yang lebih baik dalam mempertahankan viabiJitas inokulan
Azospirillum, Azotobacter dan FPF dibandingkan dengan
arang batok hingga masa penyimpanan 70 hari. Sedangkan
metode sterilisasi yang lebih baik dalam mempertahankan
viabilitas inokulan adalah iradiasi Sinar Gamma Co-60.
Bahan pembawa zeolit yang disterilkan dengan
metode iradiasi Sinar Gamma Co-60 dan autoklaf dengan
inokulan Azospirillum memberikan hasil yang terbaik
dalam uji viabilitas dengan persentase penurunan jumlah sel
sebesar 11,1 1%. Namun penggunaan metode ' sterilisasi
autoklaf terhadap bahan pembawa arang batok
menyebabkan penunman jumlah sel inokulan FPF sebesar
99,75 %. Penggunaan metode sterilisasi iradiasi Sinar
Gamma Co-60 terhadap kompos juga menyebabkan
penurunan jumlah sel inokulan FPF sebesar 99,75 %
sehingga dapat dikatakan autoklaf dan iradiasi Sinar
Gamma Co-60 bukanlah metcde sterilisasi yang terbaik.
Masing-masing inokulan memberikan hasil uji
viabilitas yang berbeda terhadap metode sterilisasi yang
digunakan terhadap bahan pembawa. Hal ini diduga
disebabkan oleh perubahan konoisi bahan pembawa yang
merupakan lingkungan hidup mikrob inokulan akibat
proses sterilisasi. Penggunaan sterilisasi iradiasi Sinar
Gamma Co-60 pada dosis 50 kGy mengubah sifat kimia
tanah yaitu meningkatnya NH4 (Bowen dan Cawse, 1964;
Tuominen et al., 1994), fosfor, mangan dan kalium (Bowen
dan Cawse, 1964) serta kenaikan pH yang umumnya terjadi
pada tanah lembab (Lotrario et al., 1995; Tuominen et aI.,
1994).
Penggunaan sterilisasi autoklaf dengan intensitas
tertentu dapat meningkatkan kelarutan Fe, Mn dan Zn yang
tinggi sehingga dapat meracuni mikob yang ada di
dalamnya (Toharisman, 1989). Proses autoklaf juga dapat
menyebabkan penurunan nilai pH hingga mencapai 0,2 unit
(Skipper dan Westerman'n, 1973).
15
Viahilitas Inokulan dalam Bahan Pembawa Gamhut (Sindy, Marieta Iswandi Anas, Fahrizal Hazra dan Ania Citrarl?smin
KESIMPULAN
Bahan pembawa zeolit memberikan hasil yang lebih
baik dalam viabilitas inokulan
Azotobacter dan FPF masa
HUfJu,m" 70 hari. metode sterilisasi yang
lebih baik dalam mempertahankan viabilitas inokulan
adalah autoklaf dan iradiasi Sinar Gamma Co-60. Bahan
pembawa zeolit yang disterilkan metode iradiasi
Sinar Gamma Co-60 dan autoklaf dengan inokulan
memberikan hasil yang terbaik dalam uji
viabilitas dengan sel sebesar
11,11 %.
Penggunaan metode sterilisasi bahan
pembawa arang batok menyebabkan penurunan jumlah sel
inokulan FPF sebesar %. Penggunaan metode
sterilisasi iradiasi Sinar Gamma Co-60
penurunan jumlah sel inokulan FPF
sebesar 99,75 % dapat dikatakan autoklaf dan
iradiasi Sinar Gamma Co-60 bukanlah metode sterilisasi
yang terbaik.
SARAN
Perlu dilakukan kelanjutan uji viabilitas inokulan
masa satu tahun serta pengujian
efektivitas mikrob dengan pengaplikasian pada tanaman
sehingga kualitas mikrob dalam bahan pembawa
diketahui. Pengujian lanjut sterilisasi bahan juga
perlu dilakukan untuk mengetahui batas masa
penyimpanan.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, M. 1977. Introduction to Soil
2nd Ed. John and Sons. New York.
H. 1. M. and P. A. Cawse. 1964. Some effects of
gamma radiation on the of the soil
solution and soil matter. Soil Sci. 98: 358­
361.
N. 2009. Efektivitas Pupuk Hayati pada Berbagai
Lama Simpan Pertumbuhan Tanaman Padi
(Oryza sativa) dan Jagung (Zea mays) [skripsi].
Fakultas Matematika dan I1mu Pengetahuan Alam.
Institut Pertanian
Hilmy, N. J980. Penetapan Dosis Sterilisasi dan
Pasteurisasi Radiasi. Pusat Aplikasi Isotop dan
Radiasi. Jakarta.
T. 2005. Radiation Sterilization of Carrier. FNCA
Biofertilizer Technical on
Sterilization of Carrier by Irradiation.
Lotrario, J. B. 1. T. R. R. Arands, and D.
S. Kosson. 1995. Effects of sterilization methods on
the physical characteristics of soil: for
sorption isotherm Environ. Contam.
Toxicol. 54: 668-675.
N. 	 S. 1982. Biofertilizers in Oxford &
lBH Co. Oxford.
Skipper, H. D. dan D. T. Westermann. 1973.
effects propylene sodium azide and
autoclaving on selected soil properties. Soil BioI.
Biochem. 5(4): 409-414.
Toharisman, A. 1989. Evaluasi Metode Sterilisasi
Tanah dan Pengaruh Sterilisasi Autoklaf
Beberapa Sifat Tanah dan Pertumbuhan Tanaman
Kedelai dan [skripsi). JUnIsan Tanah.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
M. 2008. Sekilas Pupuk Direktorat
Perbenihan dan Sarana ProduksL
http://dasar2ilmutanahblogspot.com.
L, T. and H. Hartikainen. 1994.
Comparison of methods for bacterial
activity in sediment Appl. Environ. Microbiol. 60:
3454-3457.
Van M. 1. and J. L Prosser. 2000. Enhanced survival
of Pseudomonas in soil following
estabilishment of inoculum in a sterile soil carrier.
Soil Bioi. Biochem. 32: 1377-1382.
Waksman, S. A. and R. L Starkey. 1981. The Soil and The
Microbe. John Wiley and Inc. New York.
16

More Related Content

What's hot

Ppt usulan penelitian
Ppt  usulan penelitianPpt  usulan penelitian
Ppt usulan penelitianred070714
 
Ultraviolet Sebagai Alat Disinfektan Penting Di Pembenihan
Ultraviolet Sebagai Alat Disinfektan Penting Di PembenihanUltraviolet Sebagai Alat Disinfektan Penting Di Pembenihan
Ultraviolet Sebagai Alat Disinfektan Penting Di PembenihanBBAP takalar
 
Presentasi Sidang Hasil Penelitian (SHP) Pengaruh Jamur Resisten Logam Berat ...
Presentasi Sidang Hasil Penelitian (SHP) Pengaruh Jamur Resisten Logam Berat ...Presentasi Sidang Hasil Penelitian (SHP) Pengaruh Jamur Resisten Logam Berat ...
Presentasi Sidang Hasil Penelitian (SHP) Pengaruh Jamur Resisten Logam Berat ...Bondan the Planter of Palm Oil
 
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMarkus T Lasut
 
Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...
Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...
Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...Bondan the Planter of Palm Oil
 
RESPON TANAMAN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens L.)TERHADAP PAPARAN RADIASI U...
RESPON TANAMAN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens L.)TERHADAP PAPARAN RADIASI U...RESPON TANAMAN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens L.)TERHADAP PAPARAN RADIASI U...
RESPON TANAMAN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens L.)TERHADAP PAPARAN RADIASI U...Repository Ipb
 
Kemampuan Reduksi U V 4 L Terhadap Populasi Beberapa Jenis Bakteri
Kemampuan  Reduksi  U V 4 L  Terhadap  Populasi  Beberapa  Jenis  BakteriKemampuan  Reduksi  U V 4 L  Terhadap  Populasi  Beberapa  Jenis  Bakteri
Kemampuan Reduksi U V 4 L Terhadap Populasi Beberapa Jenis BakteriBBAP takalar
 
PENGARlJH IRR-\DIASI SINAR GAMMA COBALT 60 TERHADAP KARAKTER MORFOLOGI TANAMA...
PENGARlJH IRR-\DIASI SINAR GAMMA COBALT 60 TERHADAP KARAKTER MORFOLOGI TANAMA...PENGARlJH IRR-\DIASI SINAR GAMMA COBALT 60 TERHADAP KARAKTER MORFOLOGI TANAMA...
PENGARlJH IRR-\DIASI SINAR GAMMA COBALT 60 TERHADAP KARAKTER MORFOLOGI TANAMA...Repository Ipb
 
Laporan tetap(inokulasi) bioproses
Laporan tetap(inokulasi) bioprosesLaporan tetap(inokulasi) bioproses
Laporan tetap(inokulasi) bioprosesAlmiraJasmin2
 
Perbedaan biomonitoring dan ekotoksikologi
Perbedaan biomonitoring dan ekotoksikologiPerbedaan biomonitoring dan ekotoksikologi
Perbedaan biomonitoring dan ekotoksikologiIndaru Meinika Adnin
 
Mikoremediasi ppt
Mikoremediasi pptMikoremediasi ppt
Mikoremediasi pptRiaAnggun
 
7. potensi tanaman henggar h
7. potensi tanaman   henggar h7. potensi tanaman   henggar h
7. potensi tanaman henggar hwahyu_083
 

What's hot (19)

Ppt usulan penelitian
Ppt  usulan penelitianPpt  usulan penelitian
Ppt usulan penelitian
 
Ultraviolet Sebagai Alat Disinfektan Penting Di Pembenihan
Ultraviolet Sebagai Alat Disinfektan Penting Di PembenihanUltraviolet Sebagai Alat Disinfektan Penting Di Pembenihan
Ultraviolet Sebagai Alat Disinfektan Penting Di Pembenihan
 
Presentasi Sidang Hasil Penelitian (SHP) Pengaruh Jamur Resisten Logam Berat ...
Presentasi Sidang Hasil Penelitian (SHP) Pengaruh Jamur Resisten Logam Berat ...Presentasi Sidang Hasil Penelitian (SHP) Pengaruh Jamur Resisten Logam Berat ...
Presentasi Sidang Hasil Penelitian (SHP) Pengaruh Jamur Resisten Logam Berat ...
 
Amali biologi
Amali biologiAmali biologi
Amali biologi
 
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
 
Pekerti gitam adura
Pekerti gitam aduraPekerti gitam adura
Pekerti gitam adura
 
Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...
Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...
Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...
 
RESPON TANAMAN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens L.)TERHADAP PAPARAN RADIASI U...
RESPON TANAMAN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens L.)TERHADAP PAPARAN RADIASI U...RESPON TANAMAN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens L.)TERHADAP PAPARAN RADIASI U...
RESPON TANAMAN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens L.)TERHADAP PAPARAN RADIASI U...
 
Limbah tekstil
Limbah tekstilLimbah tekstil
Limbah tekstil
 
Kemampuan Reduksi U V 4 L Terhadap Populasi Beberapa Jenis Bakteri
Kemampuan  Reduksi  U V 4 L  Terhadap  Populasi  Beberapa  Jenis  BakteriKemampuan  Reduksi  U V 4 L  Terhadap  Populasi  Beberapa  Jenis  Bakteri
Kemampuan Reduksi U V 4 L Terhadap Populasi Beberapa Jenis Bakteri
 
Hal 2 8
Hal 2 8Hal 2 8
Hal 2 8
 
PENGARlJH IRR-\DIASI SINAR GAMMA COBALT 60 TERHADAP KARAKTER MORFOLOGI TANAMA...
PENGARlJH IRR-\DIASI SINAR GAMMA COBALT 60 TERHADAP KARAKTER MORFOLOGI TANAMA...PENGARlJH IRR-\DIASI SINAR GAMMA COBALT 60 TERHADAP KARAKTER MORFOLOGI TANAMA...
PENGARlJH IRR-\DIASI SINAR GAMMA COBALT 60 TERHADAP KARAKTER MORFOLOGI TANAMA...
 
Laporan tetap(inokulasi) bioproses
Laporan tetap(inokulasi) bioprosesLaporan tetap(inokulasi) bioproses
Laporan tetap(inokulasi) bioproses
 
Uv vis
Uv visUv vis
Uv vis
 
Perbedaan biomonitoring dan ekotoksikologi
Perbedaan biomonitoring dan ekotoksikologiPerbedaan biomonitoring dan ekotoksikologi
Perbedaan biomonitoring dan ekotoksikologi
 
391 754-1-pb
391 754-1-pb391 754-1-pb
391 754-1-pb
 
Uji biokimiawi
Uji biokimiawiUji biokimiawi
Uji biokimiawi
 
Mikoremediasi ppt
Mikoremediasi pptMikoremediasi ppt
Mikoremediasi ppt
 
7. potensi tanaman henggar h
7. potensi tanaman   henggar h7. potensi tanaman   henggar h
7. potensi tanaman henggar h
 

Similar to VIABILITAS INOKULAN DALAM BAHAN PEMBAWA GAMBUT, KOMPOS, ARANG BATOK DAN ZEOLIT YANG DISTERIL DENGAN lRADIASI SINAR GAMMA Co-60 DAN MESIN BERKAS ELEKTRON

Pemanfaatan kulit batang gemor 2
Pemanfaatan kulit batang gemor 2Pemanfaatan kulit batang gemor 2
Pemanfaatan kulit batang gemor 2wahyuddin S.T
 
7. potensi tanaman henggar h
7. potensi tanaman   henggar h7. potensi tanaman   henggar h
7. potensi tanaman henggar hYogi Dwipa Hendi
 
ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...
ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...
ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...Repository Ipb
 
Wiwin KusumPhycoremediation bagi Lingkungan Aquaculture.pptx
Wiwin KusumPhycoremediation bagi Lingkungan Aquaculture.pptxWiwin KusumPhycoremediation bagi Lingkungan Aquaculture.pptx
Wiwin KusumPhycoremediation bagi Lingkungan Aquaculture.pptxWiwin Kusuma Atmaja Putra
 
Manfaat zat radioaktif (fisika inti)
Manfaat zat radioaktif (fisika inti)Manfaat zat radioaktif (fisika inti)
Manfaat zat radioaktif (fisika inti)dini fitriani
 
857555518 - TUGAS KE 4 (MODUL 6).pptx
857555518 - TUGAS KE 4 (MODUL 6).pptx857555518 - TUGAS KE 4 (MODUL 6).pptx
857555518 - TUGAS KE 4 (MODUL 6).pptxLatifaNurSabillah
 
Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma cottonii skal...
Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma cottonii skal...Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma cottonii skal...
Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma cottonii skal...Heri Abrianto
 
SISTEM INTEGUMENT SERANGGA
SISTEM INTEGUMENT SERANGGASISTEM INTEGUMENT SERANGGA
SISTEM INTEGUMENT SERANGGAJosua Sitorus
 
Aplikasi tn zaenal
Aplikasi tn zaenalAplikasi tn zaenal
Aplikasi tn zaenalPak Zaenal
 
Presentation 2 biologi
Presentation 2 biologiPresentation 2 biologi
Presentation 2 biologisembarangwes
 
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptxPPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptxDodolaneNoya
 
Peran Mikroba sebagai Pembenah Tanah pada Tanah Tercemar Pestisida
Peran Mikroba sebagai Pembenah Tanah pada Tanah Tercemar PestisidaPeran Mikroba sebagai Pembenah Tanah pada Tanah Tercemar Pestisida
Peran Mikroba sebagai Pembenah Tanah pada Tanah Tercemar PestisidaUniversity of Lampung
 
Jenis tanaman fitoremediasi
Jenis tanaman fitoremediasiJenis tanaman fitoremediasi
Jenis tanaman fitoremediasiKeylala Hawkins
 
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review Journal
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review JournalPpt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review Journal
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review JournalSMPN 4 Kerinci
 

Similar to VIABILITAS INOKULAN DALAM BAHAN PEMBAWA GAMBUT, KOMPOS, ARANG BATOK DAN ZEOLIT YANG DISTERIL DENGAN lRADIASI SINAR GAMMA Co-60 DAN MESIN BERKAS ELEKTRON (20)

Pemanfaatan kulit batang gemor 2
Pemanfaatan kulit batang gemor 2Pemanfaatan kulit batang gemor 2
Pemanfaatan kulit batang gemor 2
 
7. potensi tanaman henggar h
7. potensi tanaman   henggar h7. potensi tanaman   henggar h
7. potensi tanaman henggar h
 
ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...
ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...
ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...
 
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AALISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
 
Wiwin KusumPhycoremediation bagi Lingkungan Aquaculture.pptx
Wiwin KusumPhycoremediation bagi Lingkungan Aquaculture.pptxWiwin KusumPhycoremediation bagi Lingkungan Aquaculture.pptx
Wiwin KusumPhycoremediation bagi Lingkungan Aquaculture.pptx
 
Manfaat zat radioaktif (fisika inti)
Manfaat zat radioaktif (fisika inti)Manfaat zat radioaktif (fisika inti)
Manfaat zat radioaktif (fisika inti)
 
857555518 - TUGAS KE 4 (MODUL 6).pptx
857555518 - TUGAS KE 4 (MODUL 6).pptx857555518 - TUGAS KE 4 (MODUL 6).pptx
857555518 - TUGAS KE 4 (MODUL 6).pptx
 
Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma cottonii skal...
Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma cottonii skal...Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma cottonii skal...
Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma cottonii skal...
 
3 rofiq1
3 rofiq13 rofiq1
3 rofiq1
 
SISTEM INTEGUMENT SERANGGA
SISTEM INTEGUMENT SERANGGASISTEM INTEGUMENT SERANGGA
SISTEM INTEGUMENT SERANGGA
 
6 ayyub-hama tikus
6 ayyub-hama tikus6 ayyub-hama tikus
6 ayyub-hama tikus
 
Aplikasi tn zaenal
Aplikasi tn zaenalAplikasi tn zaenal
Aplikasi tn zaenal
 
Presentation 2 biologi
Presentation 2 biologiPresentation 2 biologi
Presentation 2 biologi
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
Lapporan k ompos
Lapporan k omposLapporan k ompos
Lapporan k ompos
 
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptxPPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
 
Peran Mikroba sebagai Pembenah Tanah pada Tanah Tercemar Pestisida
Peran Mikroba sebagai Pembenah Tanah pada Tanah Tercemar PestisidaPeran Mikroba sebagai Pembenah Tanah pada Tanah Tercemar Pestisida
Peran Mikroba sebagai Pembenah Tanah pada Tanah Tercemar Pestisida
 
Jenis tanaman fitoremediasi
Jenis tanaman fitoremediasiJenis tanaman fitoremediasi
Jenis tanaman fitoremediasi
 
Rayap
RayapRayap
Rayap
 
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review Journal
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review JournalPpt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review Journal
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review Journal
 

More from Repository Ipb

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...Repository Ipb
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...Repository Ipb
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMRepository Ipb
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKRepository Ipb
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIARepository Ipb
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...Repository Ipb
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...Repository Ipb
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...Repository Ipb
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFRepository Ipb
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...Repository Ipb
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...Repository Ipb
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...Repository Ipb
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Repository Ipb
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...Repository Ipb
 

More from Repository Ipb (20)

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
 

Recently uploaded

Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 

Recently uploaded (20)

Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 

VIABILITAS INOKULAN DALAM BAHAN PEMBAWA GAMBUT, KOMPOS, ARANG BATOK DAN ZEOLIT YANG DISTERIL DENGAN lRADIASI SINAR GAMMA Co-60 DAN MESIN BERKAS ELEKTRON

  • 2. Jurnal Tanah dan Lingkungan, Vol. 12 No. 1, Apri12010:9-16 155N 1410-7333 VIABILITAS INOKULAN DALAM BAHAN PEMBAWA GAMBUT, KOMPOS, ARANG BATOK DAN ZEOLIT YANG DISTERIL DENGAN lRADIASI SINAR GAMMA Co-60 DAN MESIN BERKAS ELEKTRON Viability ofInoculant on Sterilized Peat, Compo~t. Coconut Shell Charcoal and Zeolite by Gamma Irradiation Co·60 and Electron Beam Machine Sindy Marieta Putrfll, Iswandi Anas21, Fahrizal Hazra21 dan Ania Citraresmini3} 2)Departemen I1mu Tanah dan 3)Pusat dan Radiasi-Badan Lahan, Fakultas Pertanian IPB Kampus Pasar Jumat, Jakarta ABSTRACT l)a(;/mJr!.eo on carrier material such as peat, charcoal, compost, zeolite and others which can microorganism during storage period. Carrier is one of the important things to ofbiofertilizer. The property ofgood carrier is free for unwanted indigenous microorganism to high number of inoculants microorganism, so that must be carrier sterilization. The purpose of this research was to investigate viability ofAzospirillum, Azotobacter and Phosphate Solubilizing Fungi inoculants on carrier material that were sterilized Gamma Irradiation Co-60 and Electron Beam Machine (EBA!) period. Each inoculants were to the compost, coconut shell charcoal and zeolite. Viability tests ofinoculants on steriled carrier conducted period day 7, 42 and 70. The result viability ofAzospirillum, Azotobacter and Phosphate 0U/:UUlltLlflJ!. inoculants on sterilized carrier material by Gamma Irradiation Co-60, EBM and autoclave tended to decline during storage 70 days at room temperature (25°C). Viable cell ofAzospirillum inoculants on sterilized zeolite by Gamma1rradiation Co-60 and autoclave gave best performance ofviability test with number ofcell were 1I,ll %. While sterilization autoclave toward coconut shell charcoal and using Gamma Irradiation Co-60 toward compost, they lead to decrease viable cell ofPhosphate Solubilizing Fungi inoculants to 99,75 %. The autoclave and Gamma Irradiation Co-60 sterilizations were not the best methodofsterilization Carrier, Gamma Irradiation Co-60, Electron Beam Machine, sterilization, viability PENDAHULUAN V!;;;ll"H.lUaL N, bakteri P dan bakteri pelarut K l"!;;;HUJ""J.CIUI.GlU pertumbuhan atau yang lebih dikenal dengan pupuk Menurut Tombe (2008), salah satu faktor yang merupakan salah satu alternatif pupuk yang dapat menentukan mutu pupuk hayati adalah kepadatan populasi ketergantungan penggunaan pupuk kimia. inokulan yang ada di dalamnya. Ketahanan hidubp Pupuk hayati bahan yang sel hidup atau mikrob yang memiliki kemampuan untuk menambat nitrogen maupun melarntkan fosfat yang sukar larnt 1982}. Penggunaan pupuk memanfaatkan mikrob dalam mempercepat proses mikrobioJogi untuk meningkatkan ketersediaan hara dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu pupuk hayati mampu mengaktifkan serapan hara oleh tanaman, mempercepat proses pengomposan, memperbaiki struktur tanah, dan substansi aktif yang dapat nprtlln1hllh"n tanaman (Tombe, 2008). mikrob yang sering dalam pupuk antara lain Azotobacter sp. dan Azospir.illum sp. dari udara harns bersimbiosis tanaman. Ada sp. yang mikrob P yang efektif dalam melepaskan ikatan P yang sukar larut. Keuntungan lain dari mikrob tersebut adalah ketersediaan hara serta >J"',Ua.JilUl>J tanah. Berdasarkan (2009), aplikasi pupuk hayati yang mengandung mikoriza dan (viabilitas) inokulan dipertahankan dalam jumlah yang selama masa pupuk Hal tersebut dilakukan agar jumlah mikrob inokulan yang diberikan ke tanah lebih mendominasi mikrob indigenus di dalam tanab kualitas pupuk hayati mampu memberikan hasil yang optimum untuk pertumbuhan tanaman. Inokulan daJam bahan pembawa merupakan kultur sediaan mikrob Azospirillum sp, Azotobacter sp, sp dan lain-lain. Formulasi inokulan umumnya dipersiapkan dalam bentuk cairo dari formulas! cair tersebut adalah rendahnya viabilitas inokulan selama masa sulitnya dalam hal pendistribusian, penyimpanan dan di lapang (Van dan Prosser, 2000). Penggunaan bahan pembawa menjadi solusi untuk mengatasi dari formulasi inokulan cairo Untuk itu bahan pembawa menjadi unsur yang penting dalam menentukan kualitas pupuk karena diharapkan mampu viabilitas dan menjaga keefektifan mikrob inokulan selamd. masa penyimpanan. Iswandi Fahrizal Hazra dan Ania Citraresmini 2010. Viabilitas Inokulan dalam Bahan Pembawa Batok dan Zeolit yang disteril dengan Iradiasi Sinar Gamma Co-60 dan Mesin Berkas Elektron. 9
  • 3. Viabilitas Inokulan dalam Bahan Pembawa Gambut (Sindy, Marieta Pufri, lswandi Anas, Fahrizal Hazra dan Ania iifYrJr»cm,iYli yang umum berupa bahan organik gambut, arang, zeolit dan sebagainya. Penginokulasian inokulan ke dalam bahan pembawa bertujuan untuk menyesuaikan hidup sebelum diberikan ke tanah. Salah satu yang balk adalah sterll dari mikrob inokulan mampu bertahan hIdup mikrob dalam bahan pembawa. Sterilisasi bahan yang harus dilakukan sebelum Pemilihan metode sterilisasi diperlukan tidak kerusakan yang inokulan. Metode sterilisasi bahan yang umum digunakan adalah metode fisik meliputi pemanasan, dan radiasi. Metode sterilisasi pemanasan lembab) autoklaf yang memanfaatkan panas dalam suatu ruangan bertekanan 121°C selama 60 menit. menimbulkan kerusakan dan unsur beracun. Menurut Toharisman (1989) intensitas sterilisasi tanah autoklaf dapat kelarutan Mn dan Zn yang tinggi meraeuni mikob yang ada di Metode sterilisasi fisik lainnya adalah radiasi. Iradiasi Sinar Gamma Co-60 memanfaatkan gelombang elektromagnetik (sinar sedangkan Mesin Berkas Elektron (MBE) memanfaatkan elektron berenergi tinggi untuk meradiasi bahan pembawa. Radiasi sinar Gamma atau elektron tinggi disebut juga radiasi pengion karena energi radiasi yang terserap oleh benda akan berinteraksi dengan benda tersebut dan menimbulkan efek biologi yang mengubah proses kehidupan normal dari sel hidup. Pada mikrob dapat berpengaruh terhadap DNA mikrob tidak dapat membelah diri akibat perubahan yang ditimbulkan oleh radiasi pengion (Hilmy,1980). Metode sterilisasi radiasi menggunakan dosis radiasi yang merupakan besaran yang diabsorbsi oleh suatu bahan. Dosis optimum ditentukan terlebih dahulu dalam penggunaannya mampu mematikan mikrob baik itu bakteri maupun Dosis serap (D) didefinisikan rata-rata yang bahan per satuan massa bahan tersebut. Satuan yang saat ini adalah Gray dimana 1 Gray 1 bahwa 1 (Gy) rad. Menurut Kume (2005), radiasi Sinar Gamma memiliki efektivitas yang berbeda dalam mematikan mikrob besaran dosis yang diberikan. Semakin besar dosis yang diberikan maka daya mematikan semakin besar pula. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi viabilitas inokulan Azospirillum, Azotobacter dan Fungi Pelarut Fosfat dalam bahan gambut, kompos, arang batok dan zeoli! yang tdah disterilisasi metode iradiasi Sinar Gamma MBE dan autoklaf selama masa penyimpanan. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanah IImu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Proses sterilisasi bahan pembawa iradiasi Sinar Gamma Co-60 dan Mesin Berkas Elektron (MBE) dilakukan di Pusal Aplikasi Isotop dan Radiasi-Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIR-BATAN), Pasar Jumat, Jakarta Selatan. Bahan yang digunakan adalah bahan pembawa berupa gambut yang berasal dad Kalimantan Selatan; yang diproduksi di BATAN; arang batok dan zeolit yang berasal dari Cikembar, Sukabumi Barat). Isolat yang digunakan adalah Azospirillum, Azotobacter dan Pelarut Fosfat. Alat yang digunakan untuk sterilisasi bahan pembawa adalah iradiasi Sinar Gamma Co-60, MBE dan autoklaf. Bahan Pembawa bahan bemkuran 0,5 mm terlebih dahulu dianalisis sifat karakteristik bahan. dan kadar air dilakukan meJalui pengovenan dengan suhu 105°C selama 24 untuk mengetahui kelembaban bahan Masing-masing bahan pembawa dikemas ke dalam plastik sebanyak 109. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dan meminimalkan kontaminasi saat melakukan seri pengenceran. Bahan pembawa dikemas ke dalam plastik tahan panas untuk sterilisasi autoklaf. Sterilisasi iradiasi Sinar Gamma Co-60 dan MBE menggunakan plastik HDP Plastic) kemudian kemasan disegel dengan U'''U55UI'lU~.UU sealer. Proses Sterilisasi Bahan Pembawa Sterilisasi autoklaf dilakukan sebanyak dua kali selama dua hari berturut-turut suhu mencapai I selama 60 menit. Hal ini untuk memberikan waktu spora berkecambah sehingga saat pemanasan berikutnya dipastikan semua mikrob dapat terbunuh. Bahan sebanyak 109 dimasukkan ke dalam tahan panas kemudian.d.itutup klip. Setelah selesai proses uap air dalam plastik dibiarkan kemudian disegel rapat menggunakan sealer pada akhir proses autoklaf hari kedua. Sterilisasi lradiasi Sinar Gamma Co-60 dilakukan dengan cara sejumlah bahan pembawa, yang masing telah dikemas dalam plastik HDP sebanyak per kemasan bahan ditempatkan menjadi satu dalam satu wadah kontainer lalu diletakkan di dalam ruang radiasi atau irradiation chamber. radiasi tersebut kemudian diberikan sinar gamma yang berasal dan sumber Sumber radiasi tersebut dikendalikan oleh operator ruangan yang berbeda. Dosis radiasi yang diberikan adalah 50 untuk semua Bahan pembawa yang disteriJisasi menggunakan MBE permukaannya diratakan dari 1 em saat diletakkan di wadah yang akan melewati MBE. Hal perlu C::Iakukan karena pada MBE hanya teJjadi tumbukan 10
  • 4. Jurnal Tanah dan Lingkungan,Vol. 12 No.1, April 2010:9-16 ISSN 1410-7333 radiasi pacta permukaan bahan yang akan dipancarkim. Wadah tersebut kemudian masuk ke dalam ruang berkas elektron dengan jalur khusus yang akan melewati pancaran elektron. Sampel bahan pembawa dilewatkan di bawah mesin berkas elektron sebanyak 5 kali yang setara dengan dosis 56 kGy. Produksi Inokulan Isolat Azospirillum dan Azotobacter diperbanyak menggunakan 100 ml Nutrient Broth kemudian dikocok selama tiga hari dengan kecepatan 120 rpm pada suhu kamar. Fungi Pelarut Fosfat (FPF) diperbanyak menggunakan 100 ml Pikovskaya cair yang dikocok selama tiga hari dengan kecepatan 120 rpm pada suhu ruang setelah itu ditumbuhkan dalam media Potato Dextrose Agar. Spora fungi yang tumbuh dalam media tersebut kemudian dipanen. Penetapan populasi masing-masing inokulan dilakukan untuk mengetahui jumlah sel awal inokulan yang dimasukkan ke dalam bahan pembawa yang telah disterilisasi oleh iradiasi Sinar Gamma Co-60, MBE dan autoklaf. Hasil penetapan populasi inokulan Azospirillum, Azotobacter dan Fungi Pelarut Fosfat (FPF) dapat dilihat pada Tabel I. Jumlah sel inokulan yang dimasukkan ke dalam bahan pembawa gambut dan kompos berbeda dengan jumlah sel inokulan yang dimasukkan ke dalam bahan pembawa arang batok dan zeolit. Hal tersebut terjadi karena produksi inokulan yang dilakukan berbeda sehingga hasil jumlah sel yang didapatkan berbeda pula. Tabel I. Jumlah sel inokulan Azospirillum, Azotobacter dan fungi pelarut fosfat yang dimasukkan ke dalam bahan pembawa Bahan Pembawa Mikrob Jumlah sel (spk mr') Gambut dan Kompos rlzospirillum Azotobacter 1,40 x 10' 9,56 x 108 Fungi Pelarut Fosfat 6,88 x 107 Azospirillum 4,50 X 105 Arang batok dan Zeolit Azotobacter Fungi Pelarut Fosfat 4,78 x 109 3,44 x 108 Proses Inokulasi Proses inokulasi Azospirillum, Azotobacter dan FPF ke dalam bahan pembawa dilakukan secara aseptik di laminar flow. Sebanyak 5 ml inokulan dimasukkan ke dalam kemasan yang berisi 109 bahan pembawa menggunakan jarum suntik setelah itu ditutup sehingga tidak memungkinkan teIjadinya kontaminasi. Selanjutnya bahan pembawa dalam kemasan diratakan hingga homogen dan diberi label sesuai dengan nama bahan pembawa dan jenis inokulannya. Kemasan-kemasan bahan ·tersebut dimasukkan ke dalam kotak dan disimpan di dalam ruangan pada suhu kamar (25°C). Uji Viabilitas Inokulan Selama Masa Penyimpanan Penguj ian dilakukan selama masa penyimpanan dengan periode pengujian pada hari ke-7, hari ke-21, hari ke-42 dan hari ke-70. Uji viabilitas inokulan dilakukan dengan cara memasukkan satu kemasan bahan pembawa (lOg) ke dalam 90 ml larutan fisiologis (NaCI 0,85 %), kemudian dikocok selama 15 menit supaya larutan menjadi homogen dan setelah itu membuat seri pengenceran. Masing-masing inokulan ditumbuhkan pada media NFB untuk Azospirillum, NFM untuk Azotobacter dan Pikovskaya untuk FPF lalu diinkubasi selama 3 hari untuk Azotobacter dan FPF, 14 hari untuk Azospirillum. Penghitungan koloni dilakukan setelah diinkubasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Viabiltas Azospirillum dalam Bahan Pembawa Steril Yiabilitas Azospirillum dalam bahan pembawa arang batok, zeolit, gambut dan kompos yang telah disterilisasi menggunakan metode sterilisasi yang berbeda (iradiasi Sinar Gamma CO-60, M~sin Berkas Elektron (MBE) dan autoklaf) hingga masa penyimpanan 70 hari pada suhu kamar (25°C) menunjukkan penurunan. Jumlah sel Azospirillum dalam arang batok mulai mengalami penurunan pada hari ke-7 dan terus menurun dari jumlah awal 105 spk mr' menjadi 104 spk g-J hingga hari ke 70 pada bahan pembawa arang batok dan zeolit (Tabel 2). Hal yang sarna juga teIjadi pada viabilitas Azospirillum dalam bahan pembawa gambut dan kompos yaitu jumlah sel menurun dari 107 spk mr' menjadi 105 spk i' hingga hari ke-70 (Tabel 3). Tabel2. Viabilitas inokulan Azospirillum dalam bahan pembawa arang batok dan zeolit steril menggunakan iradiasi smar gamma Co-60, MBE dan autoklaf pada suhu kamar selama masa penyimpanan 70 hari Mass Penyimpanan (hari) Bahan Pembawa Arong Batok Zeolit Metode Sterilisasi MBE Co-60 Autoklaf MBE CO-60 Autoklaf 7 4,00 x 105 3,00 x lOS 3,50 x 106 3,50 x 106 1,10x 106 2,00 x 105 21 42 70 ... .......... ..... spk g"l bahan pembawa ............ 1,50x 105 1,50 x 104 7,00 x 104 2,00 x lOS 7,00 x 104 7,00 x 104 4,00 x lOS 1,10 xl05 1,10 x lOS 3,50 x 106 3,00 x lOS 3,50x 106 7,50x 10" 7,50 x 104 4,00 x 105 1,10 x 105 1,50 x 104 4,00 x 105 Keterangan : lumlah ~el awa14,50 x 101 spk mr' (+) : kenaikan jumlah seJ II
  • 5. Viabilitas Inokulan dalam Bahan Pembawa Gambut (Sindy, Marieta Putri, Iswandi Anas, Fahrizal Hazra dan Ania Citraresmini) Tabel 3. Viabilitas inokulan Azospirillum dalam bahan pembawa gambut dan kompos steril menggunakan iradiasi sinar gamma Co-60, MBE dan autokJaf pada suhu kamar selama masa penyimpanan 70 hari Masa Penyimpanan (hari) Bahan Pembawa Metode Sterilisasi 7 21 42 70 .... .,............ spk g.t bahan pembawa .......... MBE 3,00 x 106 4,50 x 106 3,OOx 10l 1,40 x 105 Gambut Co-60 1,30 x 106 6,00 x 106 2,00 x 10l 3,00 X 10l Autoklaf 2,00 x 106 1,50 X 105 1,60 X 10l 7,OOx 10l MBE 2,00 x 107 1,10 x 107 1,10 X 107 1,50 X 106 Kompos CO-60 1,15 x 107 4,50 X 106 4,50 x 106 2,00x 106 Autoklaf I,lOxl08 1,10 X 107 4,50 X 106 2,50x 106 Keterangan : Jumlah sel awal 1,40 x 107 spk ml·t (+) : kenaikan jumlah sel Jumlah sel Azospirillum pada hari ke-7 dalam bahan pembawa arang batok sterilisasi autoklaf lebih tinggi dibandingkan dalam arang batok sterilisasi iradiasi Sinar Gamma Co-60 dan MBE. Sebaliknya dengan zeolit, jumlah sel Azospirillum dalam zeolit steril iradiasi Sinar Gamma Co-60 dan MBE lebih tinggi dibandingkan dengan zeolit steril autoklaf. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adaptasi awal Azospirillum terhadap lingkungan bahan pembawa. Menurut Alexander (1977), Azospirillum hidup pada lingkungan dengan pH 6,8-7,9. Efek yang ditimbulkan dari penggunaan metode sterilisasi iradiasi Sinar Gamma Co-60 dan MBE adalah kenaikan pH terhadap bahan yang diradiasi. Kenaikan pH tersebut umumnya teIjadi pada tanah terutama tanah yang lembab (Lotra:.io et aZ., 1995; Tuominen et af., 1994). Nilai pH arang batok dan zeolit masing-masing 8,4 dan 5,8, sedangkan nilai pH gambut dan kompos masing­ masing 4,2 dan 7,3. Kenaikan nilai pH arang batok dan gambut akibat sterilisasi iradiasi Sinar Gamma Co-60 dan MBE kurang mendukung ketahanan hidup Azospirillum sehingga jumlah sel pada hari ke-7 lebih rendah dibandingkan jumlah sel dalam arang batok steril autoklaf. Sebaliknya kenaikan nilai pH pada zeolit dan kompos steril iradiasi Sinar Gamma Co-60 dan MBE menyebabkan lingkungan hidup Azospirillum semakin mendukung Viabilitas Azospirillum dalam Bahan Pembawa Arnng Batok -+- MBE _(0-60 .--....,·Autoklof 11 70 Mona Penyjmp'Ir'~" (had) .ViabilitasAzospirillum dalam Bahan Pembawa Kompos -+-MSE __ Co·60 -:c- Autoklaf 11 'I 70 Mina Penylmpanan (had) sehingga jumlah sel pada hari ke-7 lebih tinggi dibandingkan jumlah sel dalam zeolit steril autoklaf. Persentase penurunan jumlah sel Azospirillum yang paling besar adalah pada bahan gambut steril MBE yaitu sebesar 99,00 % dan yang paling kecil pada bahan zeolit steril iradiasi Sinar Gamma Co-60 dan autoklaf yaitu 11, II %. Selain penurunan jumlah sel, terdapat juga kenaikan jumlah sel Azospirillum yaitu pada bahan zeolit steril MBE hingga akhir penyimpanan hari ke-70. Hal ini diduga disebabkan oleh kondisi lingkungan pada bahan tersebut optimum untuk Azospirillum bertumbuh. Penurunan viabilitas Azospirillum dengan berbagai metode sterilisasi dalam arang batok, zeolit, gambut dan kompos dapat dilihat pada Gambar _ I. Penggunaan sterilisasi iradiasi Sinar Gamma Co-60, MBE dan autoklaf menunjukkan viabilitas mikrob hingga hari ke-70 masih relatif tinggi dalam keempat bahan pembawa walaupun terjadi penurunan dari jumlah sel awal yang dimasukkan ke dalam bahan pembawa. Namun walaupun demikian, zeolit lebih mampu mempertahankan viabilitas Azospirillum hingga masa penyimpanan 70 hari dibandingkan dengan arang batok, gambut dan kompos. Hal tersebut ditandai dengan persentase penurunan jumlah sel Azospirillum pada bahan pembawa zeolit yang paling kecil diantara ketiga bahan pembawa lainnya. Viabilitas AZ05plrillum dalam Bahan Pembawa Zeoli! 7 , MCl1a Penylmpanan (harl) -+-M8E ___ Co-60 -.- Autoklaf Viabilitas Azospirillum dalam Bahan Pembawa Gambut -2-Autoklaf 21 42 70 MOIsa Pen~lmpanan (hurl) Gambar I. Populasi Azospirillum dalam bahan pembawa arang batok, zeolit, gambut dan kompos steril selama masa penyimpanan 70 hari 12
  • 6. Jurnal Tanah dan Lingkungan, 12 No, .1, April 2010:9-16 lSSN .1410-7333 Uji ViabHtas Azotobacter dalam Bahan Pembawa Steril Persentase penurunan jumlah sel Azotobacter yang paling besar adalah pada bahan arang batok steril iradiasi Viabilitas Azotobacter dalam bahan pembawa arang Sinar Gamma Co-60 sebesar 99,07 %. Penurunan zeolit dan gambut mengalami penurunan selama viabilitas sel Azotobacter dalam bahan pembawa arang masa penyimpanan 70 hari (Tabel 4), Sedangkan viabilitas batok, zeolit dan gambut memiliki rata-rata kisaran lebih Azotobacter dalam bahan pembawa kompos mengalami dari 90 %. Hal tersebut diduga karena Azotobacter tidak peningkatan selama masa (Tabel Pada mampu mempertahanKim hidupnya dalam bahan umumnya Azotobacter tumbuh optimum keadaan pembawa tersebut serta keadaan lingkungan bahan > 6,0 1977). yang tidak optimum untuk mendukung kehidupan Azotobacter. Tabel4, Viabilitas inokulan Azotobacter dalam bahan pembawa arang batok dan zeolit steril menggunakan iradiasi sinar gamma Co-60, MBE dan autoklaf pada suhu kamar selama masa penyimpanan 70 han Bahan Pembawa Metode Sterilisasi 7 Masa Penyimpanan (har!) 21 42 70 ,.... "" .... ",.. " spk g.1 bahan pembawa .. ,.. ,.. ' .. " MBE 2,12x109 5,08 x 108 3,33 x 108 1,65 x lOS Arang Bawk Co-60 2,J8 X 109 7,61 x lOs 3,22 x 109 4,41 X 107 Autoklaf 8,91 X 108 8,85 x 108 2,42 x 108 1,92x 10& MBE 2,45 109 6,96 x J08 7,42 X 108 4,58 X 108 Zeoli! Co,60 2,36 x 109 5,15x 108 3,12 x lOs 2,30 x 108 Autoklaf 1,34 x 109 1,57 x 109 9,1 I x 103 5,80 x 107 Keterangan : lumlah sel awa14,78 x 109spk mrl Tabel 5, Viabilitas inokulan Azotobacter dalam bahan n"Y",h"",,~ dan steril menggunakan iradiasi sinar gamma Co-60, MBE dan autoklafpada suhu kamar selama masa penyimpanan 70 hari Masa Penyimpanan (hari) Bahan Pembaw2 Metode Sterilisasi 7 21 42 70 ",,' spk g" bahan pembawa ... ,,'" ,... " .. '" MBE 1,47x 107 1,15 X 109 4,25 X 109 2,20 x 107 Gambut Co-60 7,70 x 108 3,58x 109 1,47 x 109 1,60 X 10' Autoklaf 3,57 x J09 6,34 X 109 2,48 x 109 3,38 X 10 7 MBE 2,09 x 10 10 Kompos CO-60 1,59 x 1010 Autoklaf 2,05 x 109 (+): kenaikanjumlah sel sel Azotobacter dalam bahan masa penyimpanan 70 hari diduga disebabkan oleh bahan yang lebih optimum untuk Azotobacter bertumbuh, Hal tersebut sesuai Lasrin (1997) yang menyebutkan bahwa Azotobacter dalam bahan kompos hingga masa penyimpanan 10 mlnggu suhu 28°C. 9,18 X 109 4,27 X 109 6,75 X 109 7,18 X 109 5,05 X 109 8,56 x 109 5,79 x 109 2,98 x 109 5,65 X 109 Viabilitas Azotobacter dalam arang batok dan zeolit yang disterilisasi berbagai metode hasH yang seragam (Gambar Hal tersebut menunjukkan bahwa viabilitas Azotobacter tidak terlalu dipertahankan melalui metode sterilisasi bahan arang zeolit dan gambut. 13
  • 7. Viabilitas Inokulan dalam Bahan Pembawa Gambut (Sindy, Marieta Putri, Iswandi Anas, Fahrizal Hazra dan Ania Citraresmini) Vlabilitas Azotobacter dalam Bahan Pembawa Viabilitas Azotobacter dalam Bahan Pembawa Arang Batak Zeolit __ MBE-+-MBE -4-Co-50 -4-Co·60 - -!..-'" Autoklaf -";'- Autoklaf 5 , ------__------__----­ 5 • 21 42 70 21 42 70 M.s. Penyimpanan (hari) Masa Penylmpanan (hari) ViabilitasAzotobacterdalam Bahan Viabilitas Azotobacterdalam Bahan Pembawa Gambut Pembawa Kompos __ MaE .......-.MI:it ..... CO-50 -.-Co-50 __ Autoklaf-.<- Autoklaf 21 42 7021 42 70 Masa Penyimpanan (hari) M.s. Penyimpan.n (hari) Gambar 2. Populasi Azotobacter dalam bahan pembawa arang batok, zeolit, gambut dan kompos steril selama masa penyimpanan 70 hari Uji Viabiltas Fungi Pelarut Fosfat dalam Bahan jumlah sel FPF yang paling besar adalah pada bahan arang Pembawa Steril batok steril autoklaf dan bahan kompos iradiasi Sinar Gamma Co-60 yaitu sebesar 99,75 % dan penurunan paling Persentase penurunan jumlah sel Fungi Pelarut Fosfat kecil adalah pada bahan kompos steril autoklaf yaitu (FPF) dari jumlah sel awal hingga masa penyimpanan 70 45,78%. hari ditunjukkan oleh Tabel 6 dan 7. Persentase penurunan Tabel 6. Viabilitas inokulan ftmgi pelarut fosfat dalam bahan pembawa arang batok dan zeolit steril menggunakan iradiasi sinar gamma Co­ 60, MBE dan autoklafpada suhu kamar selama masa penyimpanan 70 hari Masa Penyimpanan (bari) Bahan Pembawa Metode Sterilisasi 7 21 42 70 ..... ..... .... .... spk g.) bahan pembawa .... .... ..... .... . MBE 7,77 x 108 1,83x108 1,83x108 5,61 X 107 Arang Balok Co-60 3,64 x 109 6,66 X 108 1,66 X 108 3,33 x 107 Autoklaf 2,52 x 109 3,83 X 107 3,30x 106 8,33 X 10l MBE 3,17x108 2,03 X 108 1,68 X 108 2,83 x 107 Zeolit Co-60 7,30x 108 1,66 X 108 2,05 X 108 8,00 x 107 Autoklaf 1,49 x 109 1,66 X 107 1,21 X 107 6,66 X 106 ~ Keterangan : Jumlah sel awal 3,44 x 108 spk mi·) Tabel 7. Viabilitas inokulan ftmgi pelarut fosfat dalam bahan pembawa gambut dan kompos steril menggunakan iradiasi sinar gamma Co-60, MBE dan autoklaf pada suhu kamar selama masa penyimpanan 70 hari Masa Penyimpanan (bari) Bahan Pembawa Metode Sterllisasi 7 21 42 70 .................. spk g.) bahan pembawa ........... ......., MBE 3,00 x 10l 3,60 X 107 2,00 X 107 7,67 X 106 Gambut Co-60 6,40 x 106 3,89 X 107 2,50 X 106 1,43 X 107 Autoklaf 5,70x 106 5,60 x 107 1,00x 106 9,62 X 106 MBE 1,29 x 107 1,10 X 108 6,80 X 107 3,33 X 106 Kompos CO-60 1,62x 107 5,00 x 10' 1,00 X 106 1,67x1OS Autoklaf 2,00 x 107 6,70 X 107 1,20x 108 3,73 x 107 Keterangan : Jumlah sel awal 6,88 x 107 spk mrl 14
  • 8. Jurnal Tanah dan Lingkungan, Vol. 12 No. 1, April 2010:9-16 ISSN 1410-7333 Metode sterilisasi autoklaf mengakibatkan penurunan jumlah sel FPF yang paling besar pada bahan pembawa arang batok dan zeolit. Hal tersebut diduga disebabkan oleh keracunan dari kelarutan unsur akibat proses autoklaf sehingga FPF tidak mampu mempertahankan hidupnya. Metode sterilisasi iradiasi Sinar Gamma Co-60 juga mengakibatkan penurunan jumJah sel FPF pada bahan pembawa kompos..Hal tersebut dapat diduga disebabkan oleh kurang mendukungnya kondisi lingkungan bahan kompos setelah disterilisasi menggunakan iradiasi Sinar Gamma Co-60. Penggunaan sterilisasi iradiasi Sinar Viabilitas Fungi Pelarut Fosfat dalam Bahan Pembawa Arang Batok ]0 • ~MBE _+_Co·50 :§ '"~ " x ~.~ .," g" 5 -' - - - - ­ 21 70 Masa Peny;mp,nan (harl) Viabilitas Fungi Pelarut Fosfat dalam Bahan Pembawa Gambut 10 8 -+o MS, ? ..... Co·60 6 ~ -.-Autoklaf 21 42 70 Mas. Penyimpanan (hari) Gamma Co-60 pada dosis 50 kGy mengubah sifat kimia tanah yaitu meningkatnya NH4 (Bowen dan Cawse, 1964; Tuominen et at., 1994), fosfor, mangan dan kalium (Bowen dan Cawse, 1964) serta kenaikan pH yang umumnya terjadi pada tanah lembab (Lotrario et al., 1995; Tuominen et aI., 1994). Menurut Waksman dan Starkey (1981), pertumbuhan FPF optimum pada keadaan masam pH 5,0 ­ 5,5. Hal tersebut dapat menjelaskan mengapa viabilitas FPF dalam kompos steril mengalami penurunan jumlah sel yang paling besar hingga hari ke 70. Viabilitas Fungi Pelarut Fosfat dalam Bahan Pembawa Zeolit ]0 - .......... Autokla' 42 70 Mas> Penyimpanan (harl) Viabilitas Fungi Pelarut Fosfat dalam Bahan Pembawa Kompos -4-MBE ---It- (0·60 ~ Autoklaf 5 - . 21 42 70 Mas. Penyimpanan (hari) Gambar 3. Populasi Fungi Pelarut Fosfat dalam bahan pembawa arang batok, zeolit, gambut dan kompos steril selama masa penyimpanan 70 hari Pemilihan bahan pembawa serta metod6 sterilisasi yang digunakan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup mikrob inokulan. Bahan pembawa zeolit memberikan hasil yang lebih baik dalam mempertahankan viabiJitas inokulan Azospirillum, Azotobacter dan FPF dibandingkan dengan arang batok hingga masa penyimpanan 70 hari. Sedangkan metode sterilisasi yang lebih baik dalam mempertahankan viabilitas inokulan adalah iradiasi Sinar Gamma Co-60. Bahan pembawa zeolit yang disterilkan dengan metode iradiasi Sinar Gamma Co-60 dan autoklaf dengan inokulan Azospirillum memberikan hasil yang terbaik dalam uji viabilitas dengan persentase penurunan jumlah sel sebesar 11,1 1%. Namun penggunaan metode ' sterilisasi autoklaf terhadap bahan pembawa arang batok menyebabkan penunman jumlah sel inokulan FPF sebesar 99,75 %. Penggunaan metode sterilisasi iradiasi Sinar Gamma Co-60 terhadap kompos juga menyebabkan penurunan jumlah sel inokulan FPF sebesar 99,75 % sehingga dapat dikatakan autoklaf dan iradiasi Sinar Gamma Co-60 bukanlah metcde sterilisasi yang terbaik. Masing-masing inokulan memberikan hasil uji viabilitas yang berbeda terhadap metode sterilisasi yang digunakan terhadap bahan pembawa. Hal ini diduga disebabkan oleh perubahan konoisi bahan pembawa yang merupakan lingkungan hidup mikrob inokulan akibat proses sterilisasi. Penggunaan sterilisasi iradiasi Sinar Gamma Co-60 pada dosis 50 kGy mengubah sifat kimia tanah yaitu meningkatnya NH4 (Bowen dan Cawse, 1964; Tuominen et al., 1994), fosfor, mangan dan kalium (Bowen dan Cawse, 1964) serta kenaikan pH yang umumnya terjadi pada tanah lembab (Lotrario et al., 1995; Tuominen et aI., 1994). Penggunaan sterilisasi autoklaf dengan intensitas tertentu dapat meningkatkan kelarutan Fe, Mn dan Zn yang tinggi sehingga dapat meracuni mikob yang ada di dalamnya (Toharisman, 1989). Proses autoklaf juga dapat menyebabkan penurunan nilai pH hingga mencapai 0,2 unit (Skipper dan Westerman'n, 1973). 15
  • 9. Viahilitas Inokulan dalam Bahan Pembawa Gamhut (Sindy, Marieta Iswandi Anas, Fahrizal Hazra dan Ania Citrarl?smin KESIMPULAN Bahan pembawa zeolit memberikan hasil yang lebih baik dalam viabilitas inokulan Azotobacter dan FPF masa HUfJu,m" 70 hari. metode sterilisasi yang lebih baik dalam mempertahankan viabilitas inokulan adalah autoklaf dan iradiasi Sinar Gamma Co-60. Bahan pembawa zeolit yang disterilkan metode iradiasi Sinar Gamma Co-60 dan autoklaf dengan inokulan memberikan hasil yang terbaik dalam uji viabilitas dengan sel sebesar 11,11 %. Penggunaan metode sterilisasi bahan pembawa arang batok menyebabkan penurunan jumlah sel inokulan FPF sebesar %. Penggunaan metode sterilisasi iradiasi Sinar Gamma Co-60 penurunan jumlah sel inokulan FPF sebesar 99,75 % dapat dikatakan autoklaf dan iradiasi Sinar Gamma Co-60 bukanlah metode sterilisasi yang terbaik. SARAN Perlu dilakukan kelanjutan uji viabilitas inokulan masa satu tahun serta pengujian efektivitas mikrob dengan pengaplikasian pada tanaman sehingga kualitas mikrob dalam bahan pembawa diketahui. Pengujian lanjut sterilisasi bahan juga perlu dilakukan untuk mengetahui batas masa penyimpanan. DAFTAR PUSTAKA Alexander, M. 1977. Introduction to Soil 2nd Ed. John and Sons. New York. H. 1. M. and P. A. Cawse. 1964. Some effects of gamma radiation on the of the soil solution and soil matter. Soil Sci. 98: 358­ 361. N. 2009. Efektivitas Pupuk Hayati pada Berbagai Lama Simpan Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza sativa) dan Jagung (Zea mays) [skripsi]. Fakultas Matematika dan I1mu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Hilmy, N. J980. Penetapan Dosis Sterilisasi dan Pasteurisasi Radiasi. Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi. Jakarta. T. 2005. Radiation Sterilization of Carrier. FNCA Biofertilizer Technical on Sterilization of Carrier by Irradiation. Lotrario, J. B. 1. T. R. R. Arands, and D. S. Kosson. 1995. Effects of sterilization methods on the physical characteristics of soil: for sorption isotherm Environ. Contam. Toxicol. 54: 668-675. N. S. 1982. Biofertilizers in Oxford & lBH Co. Oxford. Skipper, H. D. dan D. T. Westermann. 1973. effects propylene sodium azide and autoclaving on selected soil properties. Soil BioI. Biochem. 5(4): 409-414. Toharisman, A. 1989. Evaluasi Metode Sterilisasi Tanah dan Pengaruh Sterilisasi Autoklaf Beberapa Sifat Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai dan [skripsi). JUnIsan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian M. 2008. Sekilas Pupuk Direktorat Perbenihan dan Sarana ProduksL http://dasar2ilmutanahblogspot.com. L, T. and H. Hartikainen. 1994. Comparison of methods for bacterial activity in sediment Appl. Environ. Microbiol. 60: 3454-3457. Van M. 1. and J. L Prosser. 2000. Enhanced survival of Pseudomonas in soil following estabilishment of inoculum in a sterile soil carrier. Soil Bioi. Biochem. 32: 1377-1382. Waksman, S. A. and R. L Starkey. 1981. The Soil and The Microbe. John Wiley and Inc. New York. 16