SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
1
J Appl Phycol (2008)20:609-617
DOI 10.1007/s10811-007-9205-4
Seaweed Micrppropagation Techniques and Their Potentials: An Overview
Teknik Mikropropagasi Rumput Laut Dan Potensi Gambaran Umumnya
C. R. K. Reddy. Bhavanath Jha. Yuji fujita. Masao Ohno
Diterjemahkan oleh:
NOVA INDRIANA
I1A2 15 034
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FALULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
2
3
Pendahuluan
Pengembangan teknik untuk budidaya organ tanaman yang terisolasi,
jaringan dan sel telah menyebabkan beberapa peluang menarik di bidang
bioteknologi tanaman, dan memungkinkan penggunaan budidaya sel secara luas
untuk manipulasi genetik in vitro, memperbanyak tanaman dan produksi produk
yang bermanfaat secara komersial (Cocking 1990). Menyusul keberhasilan yang
dicapai dengan penerapan teknik-teknik yang lebih tinggi dipabrik, kultur jaringan
rumput laut dimulai pada tahun 1978 (Chen dan Taylor 1978). Dengan minat dan
harapan yang besar untuk lebih meningkatkan prospek ekonomi dari sumber daya
rumput laut secara keseluruhan. Sejak itu, dibuat upaya bersama untuk
mengembangkan teknologi dasar produksi yang konsisten dan regenerasi thallus
dari beragam kelompok rumput laut (Tinjauan oleh Polne-Fuller 1988; Butler dan
Evans 1990; Garcia-Riena 1991; Aguirre-Lipperheide et al. 1995;
Rajakrishnakumar 2002). Beberapa penelitian untuk induksi kalus dan regenerasi
sekarang tersedia dalam literature berbagai rumput laut (Polne-Fuller 1987 dan
Rajakrishna Kurma 2002; Rajakrishna Kumar et al. 2004, 2007). Baru-baru ini,
jangkauan teknik ini telah diperluas untuk digunakan dalam teknologi bioproses
dalam produksi bahan kimia dan sektor obat-obatan dari farmasi (Rorrer 2002;
Rorrer dan Cheney 2004; Munoz et al. 2006). Oleh karena itu, teknologi kultur sel
in vitro memfasilitasi pengembangan teknologi generasi baru di bidang budidaya
rumput laut dan pemanfaatan, yang secara kolektif membantu budidaya intensif
galur hasil yang lebih tinggi, ditambah dengan teknologi pengolahan rumput laut
dengan produksi terkontrol dari produk aplikasi potensial komersial dengan harga
yang bersaing.
Artikel-artikel sebelumnya telah membahas tentang status, aplikasi,
potensi, dan kebutuhan dalam kultur jaringan rumput laut (lihat ulasan Butler dan
Evans 1990; Garcia-Reina et al. 1991; Aguirre-Lipperheide et al. 1995). Oleh
karena itu, tinjauan aspek-aspek dasar dari kultur jaringan rumput laut berada di
luar cakupan artikel ini. Sebaliknya, artikel ini menyediakan ulasan singkat
tentang status terkini dari teknik-teknik budidaya mikro dan aplikasi potensial
dalam bioteknologi rumput laut secara keseluruhan, termasuk kultivasi, produksi
4
metabolit sekunder dan perbaikan genetik. Selanjutnya, artikel ini juga
menyediakan analisis masalah yang harus diselesaikan untuk menghilangkan
hambatan yang menghadang realisasi potensi yang ditawarkan oleh teknik ini
untuk pengembangan berkelanjutan dan pemanfaatan sumber daya rumput laut.
Perbanyakan Klonal dan Pemilihan Strain dengan Sifat Unggul
Studi sebelumnya telah menggunakan propagasi klonal sebagai
pendekatan yang paling umum dan paling sederhana untuk memilih strain
superior dari populasi liar untuk meningkatkan kinerja tanaman budidaya
(Santelices 1992). Ada beberapa studi yang telah memanfaatkan potensi
organogenetik rumput laut seperti Chondrus (Cheney et al. 1981) Gigartina
(Sylvestes and Waaland 1983), dan Kappaphycus (Doty and Alvarez 1973).
Sebagian besar studi seleksi rumput laut telah memiliki perspektif empiris untuk
satu sifat dan beberapa telah dikoreksi dengan potensi pertumbuhan unggul
dikombinasikan dengan sterilitas atau dengan hasil polisakarida tinggi dan
kekuatan gel. Meskipun pendekatan ini umumnya dianggap berhasil (Der Meer
dan Patwary 1983: Van Der Meer 1986), namun temuan ini menunjukkan
perlunya pemantauan terus menerus dan isolasi klon dengan kualitas unggul yang
diberikan, dan akhirnya pemeliharaan strain yang dipilih, menghilangkan varian
yang timbul secara spontan dari klon yang dipilih (Santelices 1992).
Baru-baru ini, Titlyanov et al. (2006a, b) Saat bekerja pada metode
Gelidium menjelaskan bahwa pembangkitan masal bahan tanaman untuk tangki-
bubbling dan budidaya lapangan menggunakan fragmen dan sel agregat apikal
meristem. Selanjutnya, pembekuan-pembekuan jaringan apikal meristem
memungkinkan diproduksi dari pembuatan rhizoids yang dapat digunakan untuk
budidaya di laut. Kedua metode ini dapat secara efektif memaksimalkan jumlah
propagul per tanaman donor dan lebih memudahkan produksi massal stok benih
untuk persediaan budidaya laut sepanjang tahun. Pendekatan serupa juga telah
berhasil ddiujicobakan untuk memproduksi tanaman dan tetraspor massal dari
fragmen dan agregat sel dari jaringan meristematik dan submeristematik Palmaria
palmata (Titlyanov et al. 2006a, b).
5
Propagasi vegetatif sederhana dari segmen talus (panjang 2-3 cm) dalam
budidaya laboratorium juga dimanfaatkan untuk memastikan berbagai kondisi
budidaya dan media yang diperlukan untuk jaringan yang berhasil dan protoplas
budidaya dalam rumput laut. Praktek ini sangat berguna, terutama ketika
seseorang terlibat dengan spesies yang tidak responsif terhadap kultur jaringan
dan protoplas. Media budidaya dan kondisi yang umumnya digunakan untuk
kultur jaringan dan sel serupa dengan yang dioptimalkan untuk pertumbuhan
tanaman.
Namun, pemilihan seleksi plasma nutfah melalui perbanyakan klonal
adalah proses yang berkesinambungan dan sejumlah besar hasil panen
dimanfaatkan sebagai bahan benih untuk penanaman selanjutnya. Selanjutnya,
isolasi tanaman berguna untuk budidaya melalui proses ini sangat rumit dan
mungkin kurang untuk berhasil sebagai sel varian genetik di thallus dalam jumlah
kecil dan terselubung oleh sel non varian yang lebih umum (Garcia-Riena et al.
1991) akhirnya menyebabkan eksplorasi kemungkinan mengembangkan teknologi
budidaya sel in vitro untuk kelompok tumbuhan ini.
Rumput Laut Kultur Jaringan dan Budidaya Kalus
Budidaya rumput laut relatif berkembang pada area penelitian dengan tiga
dekade pembangunan dan tertinggal 30 tahun jauh di bandinglan dari tanaman,
yang dimulai lebih dari satu abad yang lalu. Revolusi yang dibuat dalam studi sel
tumbuhan dan kultur jaringan telah membentuk pondasi untuk rekayasa genetika
tanaman (Cooking 1990). Mikropropagasi budidaya menggunakan metode kultur
jaringan saat ini digunakan untuk perbanyakan klon skala besar dengan sifat
unggul pada sejumlah spesies tanaman. Selanjutnya, kultur sel menawarkan
beberapa keuntungan untuk isolasi mutan lebih konvensional menggunakan bahan
tumbuhan utuh. Sel suspensi memungkinkan jumlah sel yang sangat besar untuk
disaring secara simultan untuk sifat yang diinginkan dengan cara yang dapat
direproduksi (Evans and Sharp 1983). Selain itu, regenerasi rencana kalus dapat
menghasilkan pemulihan varian genetik baru sebagai konsekuensi dari variasi
somaklonal (haploid dan diploid) yang dapat secara efektif dimanfaatkan untuk
perbaikan genetik. Jaringan haploid memungkinkan dideteksi dengan mudah,
6
sementara penggandaan kromosom berikutnya menghasilkan individu homozigot
yang subur di semua lokus, dan ini menyediakan jalur pemuliaan murni untuk
seleksi dan hibridisasi.
Metode yang digunakan dalam kultur jaringan rumput laut pada dasarnya
sama seperti yang dijelaskan untuk kultur jaringan tanaman tingkat tinggi.
Umumnya hal ini melibatkan persiapan eksplan exenic dan budaya media agar
padat diperkaya dengan berbagai makro dan mikro-nutrisi, vitamin, gula (sebagai
sumber karbon), dan regulator pertumbuhan tanaman (auksin dan sitokinin). Studi
awal yang dilakukan dari tahun 1980 hingga 1990 kebanyakan berhubungan
dengan aspek-aspek mendasar dari kultur jaringan rumput laut (Aguirre-
Lipperheide et al. 1995). Studi-studi ini sebagian besar telah terkosentrasi dari
pengembangan teknik dasar untuk kultur jaringan rutin rumput laut yang berbeda,
dengan beberapa upaya untuk meningkatkan laju induksi kalus dan pertumbuhan
dengan menggunakan berbagai regulator pertumbuhan tanaman dan sumber
karbon dalam medium kultur eksplan (Lawlor et al. 1989; Kaczyna and Megnet
1993; Yokoya and Handro 1996; Yokoya et al. 2004; Rajakrishnai Kumar et a.
2004). Daftar spesies rumput laut di mana tanaman dilaporkan telah diregenerasi
dari kultur kalus yang disediakan dalam (Table 1). Manfaat yang diharapkan dari
hasil penerapan aplikasi teknik ini untuk rumput laut sangat kecil yang tidak
tertandi dengan tanaman tingkat tinggi. Hal ini mungkin disebabkan oleh
beberapa faktor. Kalus rumput laut, dibandingkan dengan tanaman yang tingkat
tinggi, umumnya tumbuh lambat dan berukuran kecil. Selanjutnya, terjadinya
kalus pada beberapa rumput laut bersifat sporadis, dan persentase yang diperoleh
seringkali sangat rendah (misalnya 4% dalam Gracilaria verrucosa: Gusev et al.
1987; 1% pada Sargassum muticum: Polne-Fuller dan Gibor 1986; 15% dalam
Gelidium vagum: Gusev et al.. 1987). Selain itu, peran pengatur pertumbuhan
tanaman dan sumber karbon pada pembentukan kalus di eksplan rumput laut
adalah variabel, dan oleh karena itu terjadinya kalus disarankan karena faktor
internal yang melekat pada kondisi budidaya yang digunakan (Aguirre-
Lipperheide et al. 1995).
7
Regulator Pertumbuhan Tanaman (Pgrs) dan Induksi Kalus
Pertumbuhan tanaman regulator (PGRs) dan sel induksi tidak konsisten
dalam respon PGRs oleh rumput laut menjadi mayoritas karena kurangnya
memahami fisiologis peran zat dalam pertumbuhan dan diferensiasi.
Tarakhovskaya et al.(2007) ditinjau dari phytohormones pada ganggang umumnya
dan dilaporkan terjadinya phytohormones konsentrasi sebanding dengan tanaman
tingkat tinggi, hal ini menunjukkan fungsi dalam berbagai kompleks metabolisme.
Baru-baru ini, Strirk et al. (2005) mengidentifikasi 19 endogen sitokinin,
termasuk aromatik sitokinin (benzyladenine dan toplin derivatif), di 31 jenis
rumput laut. kegiatan ini mengungkapkan beberapa perbedaan menarik dalam
komposisi sitokinin rumput laut dibandingkan dengan tanaman tingkat tinggi.
Perbedaan ini mencakup kelimpahan penggunaan IP (isopentenyladenine) dan cz
(CIS-zeatin) konjugat dengan sampel rumput laut dan tanpa DHZ (dihydrozeatin).
Terakhir kelompok sitokinin biasanya lebih sering digunakan dalam plantsthan
kelompok. (Stirk et al. 2005).
Peran dari regulator pertumbuhan tanaman pada pembentukan kalus di
rumput laut eksplan masih diperdebatkan dan menunjukkan tidak adanya
kecenderungan yang tidak pasti. Namun demikian, indole3-asam asetat (TAA),
2,4-dichlorophenoxyacetic asam (4-D) dan kinetin telah stimulasi peran
pembentukan di kalus, pertumbuhan dan reganasi baik dalam intercalary dan
apicial eksplan dari Gracilaria tenuistipitata, G. perplexa dan Grateloupia
dichotoma (Yokoya dan Handro 1996; Yokoya et al. 2004. Kaczyna and Megnet
(1993) juga berhasil diinduksi dari kalus di Gracilaria verrucosa menggunakan
kombinasi auxins dan sitokinin. Pengaruh PGRs pada pembentukan kalus juga
bervariasi dengan rumput laut dan radiasi foton digunakan selama eksplan
budidaya. Perubahan warna coklat dari Hypnea musciformis memiliki
pembentukan kalus lebih tinggi dari radiasi foton dengan konsentrasi rendah dari
IAA, Sementara warna hijau diproduksi dikalus dengan 2,4-D terlepas dari
konsentrasi dan aliran kepadatan foton yang digunakan. Larutan yang larut
dalam air ekstrak dari laurencia Sp. meningkat pembentukan kalus di eksplan dari
spesies yang sama (Robaina et al. 1992). Namun, jenis dari zat yang terlibat dan
mode tindakan adalah tidak diketahui.
8
Sehubung dengan masih banyaknya perbedaan pendapat maka ada hal
yang menarik untuk menangani aspek penggunaan beberapa PGR konjugat,
seperti IP dan cz, yang merangsang perbanyakan kalus dibandingkan dengan
pengujian intensif tanaman tingkat tinggi dari tanaman phytohormones.
Produksi Mikropropagulosa dari Kultur Callus Sebagai Stok Sarana Bibit
Sejumlah penelitian telah menunjukkan regenerasi mikropropagul secara
langsung dari kalus dan kadang-kadang dari eksplan beberapa rumput laut merah
(Dawes dan Koch 1991; Reddy et al. 2003; Roorer dan Cheney 2004; Rajakrihna
Kumar et al. 2004, 2007). Dawes dan Koch(1991), Reddy et al. (2003) dan
Rajakrihna Kumar et al. (2004) telah menggunakan fenomena ini sebagai sebuah
pemeliharaan dan propagasi klonal dari persediaan benih untuk budidaya rumput
laut yang penting secara ekonomi. Rorrer dan Cheney (2004) menggunakan
mikropropagul dalam bioreaktor untuk produksi produk volume rendah bernilai
tinggi dari berbagai variasi rumput laut. Mengingat kegunaannya dari aplikasi,
beberapa penelitian dicoba untuk menambah kuantitas produksi mikropropagul
dengan mengembangkan metode kultur in vitro inovatif. Cabang budidaya dari
irisan kalus tipis berpigmen sebagai kultur tertanam dalam 0,4% propasoli yang
diperkaya dengan media air laut (PES) memungkinkan produksi massal
mikropropagasi dari Kappaphycus alvarezi yang secara komersial dibudidayakan
di dunia untuk k-karagenan.
Pengembangan Somaclones dari budidaya kalus
Keberhasilan regenerasi tanaman segar dari beberapa jenis rumput laut
telah dilaporkan dengan beberapa berurusan dengan seleksi yang tidak disengaja
yang dihasilkan dari variasi somaklonal. Yan (1984) memperoleh budidaya
progeni dari calli Laminaria dan undaria dengan pertumbuhan dan toleransi
terhadap suhu tinggi untuk periode yang lebih lama dari sporofit normal. Kultur in
vitro dari Laminaria digitata tipe medullary explants menghasilkan budaya
suspensi sel filamen yang memunculkan tanaman sporofit normal bersama dengan
bentuk lainnya. Identitas genetik tanaman ini dikonfirmasi dengan sel-filamen
menggunakan sembilan penanda mikro-satelit polimorfik, meskipun analisis
9
aliran cytometric dari inti atom sel-filamen dan regenerasi tanaman ditampilkan
2C dan 4C level (Asensi et al. 2001). Garcia-Reina et al. (1988) menjelaskan dua
jenis kalus laurencia yang diperoleh dari tanaman yang sama dengan penampilan
identik dalam istilah pigmentasi dan tekstur. Regenerasi ini berbeda dari potensi
dan laju pertumbuhan regenerasi tanaman. keturunan kultur jaringan yang
diperoleh dari pigmen kalus Kappaphycus juga menunjukkan laju pertumbuhan
setinggi 1.5-1.8 kali tingkat bertani tanaman propaganted melalui vegetatif berarti
(Reddy et al. 2003). Para ploidi dan analisis RAPD dari keturunan kultur jaringan
tidak menunjukkan bukti untuk keragaman genetik (Reddy, data tidak diterbitkan
). Kultur jaringan dari Gelidiella acerosa, Gracilaria corticata dan Turrbinaria
conoides juga memproduksi kalus yang menunjukkan regenerasi pola yang cukup
mirip dengan kappaphycus, tetapi jumlah propagul diproduksi relatif kurang
(Rajakrishna Kumar et al. 2004, 2007).
Polyamines Sebagai Promotor dalam Pertumbuhan Rumput Laut
Seperti hormon, kelompok dari PGR, yaitu poliamina (Pas), terlibat dalam
banyak proses biologis pada tumbuhan tingkat tinggi, termasuk pembelahan sel,
inisiasi akar dan bunga, perkembangan buah, penuaan dan respons stres abiotik.
Pas, Spermidine, Spermin dan Diamine mewajibkan prekursor putrescine sebuah
kelas amina alifatik yang diberi label sebagai kelas baru dari zat pertumbuhan atau
utusan hormonal. PAs menyajikan pertumbuhan dalam variasi berbeda-beda dari
mikromolar untuk milimolar dan dengan demikian tingkat mereka secara
signifikan lebih tinggi daripada hormon tanaman (Kakkar dan Sahney 2002).
Baru-baru ini, kemunculan PAs dilaporkan pada beberapa makroalga laut
intertidal yang dikenai tekanan hipo-salin yang mematikan (Lee 1998).
Umumnya, Putrescine dan Spermidine adalah yang paling melimpah sementara
Spermine hanya terjadi di tingkat jejak. Perubahan kondisi lingkungan
mempengaruhi biosintetis dan akumulasi PAs di alga. Hal ini menjadi
pertimbangan penting karena banyak makroalga laut tumbuh di habitat intertidal
di mana terdapat banyak fluktuasi lingkungan yang perlu ditoleransi agar tumbuh.
Contohnya, pada salinitas rendah, enam makroalga hijau terakumulasi tingkat
putresin yang lebih tinggi (Lee 1998). Seperti pada tanaman yang tingkat tinggi,
10
PA memainkan peran penting dalam pertumbuhan sel dan pengembangan rumput
laut, dengan pengembangan dalam konser endogenus sesaat sebelum devisi sel
(Lee 1998). Beberapa contoh ini menunjukkan bahwa PGR (kedua hormon dan
poliamina) bias berpotensi memainkan peran yang serupa dalam pertumbuhan dan
perkembangan rumput laut seperti pada tanaman yang tingkat tinggi.
Kultur Suspensi sel dari Kalus Rumput Laut
Perkembangan kalus dalam makroalga laut multiseluler telah terkait
dengan struktur anatomi struktur organisasi seluler dari talus (Aguirre-Lippeheide
et al. 1995). studi sebelumnya sering memakai istilah "pembentukan seperti
kalus" untuk membedakan kalus makroalga (Garcia-reina at al. 1991; Yokoya at
al. 1993) dari tanaman yang tingkat tinggi di mana kalus (pertumbuhan sel tidak
teratur) berkembang dari jaringan yang terdiferensiasi sebagai hasil dari luka
(Yeoman 1987). Meskipun perbedaan seluler jaringan merah (jaringan
Perenchymatous) dan coklat (jaringan tipr parenkim), diperoleh kalus dari kedua
kelompok menunjukkan lebih morfologi yang mirip, dengan hasil pertumbuhan
berserat, berpigmen dan bercabang dari hasil kedua kortikal dan meduler jaringan
eksplan. Kalus dari tumbuahn tingkat tinggi adalah tipe gembur dan dari banyak
agregat sel ketika ditransfer ke kultur cair. Berbeda dengan ini, kalus berfilamen
yang diamati dalam rumput laut (tidak mudah gembur) dan beregenerasi dengan
cepat menjadi tanaman penuh ketika dipindahkan ke kultur cair dan dengan
demikian membatasi ruang lingkup aplikasi yang ditawarkan oleh kultur suspensi
sel. Namun, gulungan kalus yang disubkultur dipotong dari Turbinaria conoides
eksplan menghasilkan somatik kecil seperti embrio pada sel filamen berpigmen
dengan gumpalan gembur ketika dikultur dalam agar lunak (0,4% agar).
Penemuan ini menyoroti kebutuhan teknik kultur inovatif untuk mendapatkan
semua kategori teknologi sel in vitro untuk rumput laut (Rajakrishna Kumar et al.
2007).
11
Teknik Bioproses dari Sel dan Kultur Jaringan Rumput Laut
Bioproses rumput laut adalah salah satu perkembangan dari bioteknologi
rumput laut. Perkembangan ini telah membuka peluang untuk memproduksi dan
memulihkan produk rumput laut langsung dari sel dan agregat sel di foto-
bioreaktor (Huang dan Rorrer 2004; Rorrer dan Cheney 2004; Munoz et al. 2006)
yang membuang penggunaan seluruh tanaman. Keuntungan utama dari budidaya
foto-bioreaktor penanaman sel dan jaringan budidaya makroalga adalah
memberdayakan terus-menerus hasil produksi produk berkualitas tinggi, stabil,
dan pasti, sehingga menghindari hambatan musiman. Optimalisasi kondisi budaya
untuk setiap sistem sel dapat juga dilakukan dengan mudah dan presisi untuk
mendapatkan manfaatatkan maksimal dari bioreaktor sel tumbuh foto-bioreaktor
(Rorrer dan Cheney 2004). Lebih lanjut, proses downsteam yang digunakan untuk
pemulihan produk dari pemberantasan sel lebih ramah lingkungan dibandingkan
dengan proses konvensional yang dimanfaatkan seluruh tanaman sebagai sumber
bahan mentah untuk ekstraksi. Teknologi bioproses terdiri dari tiga komponen
utama: pengembangan kultur sel dan jaringan, desain foto-bioreaktor, dan
identifikasi strategi untuk memunculkan metabolit biosintesis sekunder. Dua
komponen sebelumnya telah diselidiki menggunakan spesies selektif yang dikenal
untuk biosintesis oxylipins baru dan terpenoid terhalogenasi (Rorrer dan Cheney
2004). Rorrer dan Cheney (2004) menjelaskan berbagai metode untuk
mengembangkan kultur suspensi fototropik yang cocok untuk penangguhan in
vitro dalam penanaman foto-bioreaktor dan menilai faktor-faktor yang membatasi
kinerja kultivasi menggunakan konfigurasi foto-bioreaktor. Budidaya foto-
bioreaktor kultur sel dan jaringan tanpa keraguan dari platform teknologi potensial
untuk produksi terkontrol dari produk bernilai rendah volume tinggi dari
sumberdaya makroalga, termasuk obat-obatan dan nutraceuticals. Karena itu,
pengembangan budaya makroalga yang menyediakan lingkungan hidup
pertumbuhan terkendali yang cocok untuk biosintesis metabolit sekunder mungkin
lebih besar daripada kebutuhan untuk mengoptimalkan laju pertumbuhan
meminimalkan input yang diperlukan untuk produksi biomassa, sehingga
meningkatkan efisiensi kinerja budidaya foto-bioreaktor.
12
Kesimpulan
Pengembangan dari teknologi kultur sel in vitro sangat penting jika
bioteknologi rumput laut memainkan peran pusat dalam pertumbuhan industri
rumput laut global di masa depan. Mengingat status kemajuan kultur jaringan
rumput laut, akan sangat realistis untuk percaya bahwa teknik-teknik ini dapat
membantu menghasilkan mutans genetik yang memiliki kepentingan komersial.
Teknik yang telah dijelaskan sejauh ini untuk propagasi rumput laut meskipun
kultur jaringan telah diuji pada skala laboratorium dan belum divalidasi untuk
kesesuaian dalam produksi skala komersial. Aspek-aspek berikut harus dipelajari
secara kritis jika prospek ekonomi yang terkait dengan teknologi kultur sel in vitro
harus direalisasikan.
• Metode untuk memproduksi bahan axenic dengan konsistensi yang lebih besar
diperlukan.
• Metode kultur jaringan dan kalus perlu dikembangkan untuk memperoleh kalus
dari bagian thallus yang berpigmen dan tidak berpigmen.
• Fisiologi dari pengatur pertumbuhan tanaman di divisi dan pengembangan sel
rencana perlu dipelajari jika laju induksi kalus dan pertumbuhan yang tinggi.
• Genotyping dan pemilihan kultur jaringan dengan ciri-ciri stabil yang diinginkan
harus dipelajari.
• Laporan yang menggambarkan budidaya suspensing sel sejati dari rumput laut
adalah tingkat dan terbatas untuk menjadi genus Porphira. Teknik untuk
mengembangkan kultur suspensi sel harus dilakukan jika metabolit sekunder
bernilai tinggi diproduksi secara in vitro.
• Sangat penting untuk menetapkan garis homozigot hasil secara ekonomi.
Manfaat teknik manipulasi sel in vitro dapat lebih efektif dan menyadari jika
memilih ganetik tersebut digunakan untuk meningkatkan ciri-cirinya.
13
Kosa Kata:
Abundance : Kelimpahan
Abundant : Berlimpah
Achieved : Dicapai
Acid (,4-D) : Asam
Addition, : Tambahan
Advantages : Keuntungan
Aggregates : Agregat
Aggregates : Agregat
Ago. : Lalu
Allow : Izinkan
Allowed : Diizinkan
Appearance : Penampilan
Approach : Pendekatan
Aromatic : Saromatik
Article : Artikel
Article. : Artikel
Ascertain : Memastikan
Background : Latar Belakang
Barriers : Hambatan
Basic : Dasar
Bebefits : Jadilah
Behind : Dibelakang
Beyond : Luar
Branched : Bercabang
Breeding : Pembiakan
Brief : Singkat
Carried : Dibawa
Chemicals : Bahan Kimia
Chromosome : Kromosom
Clonal : Klonal
Clonest : Klon
Collectively : Secara Kolektif
Combined : Gabungan
Commonly : Biasanya
Comparable : Sebanding
Compared : Dibandingkan
Competitive : Bersaing.
Conclusion : Kesimpuan
Conditions : Kondisi
Conjugates : Konjugat
Conrcerned : Bersangktan
Consequence : Konsekuensi
Considerable :Besar
Consideration: Pertimbangan
Continuous : Kontinu
Controlled : Terkontrol
Crop : Pangkas
Cultivation : Penanaman
Culture. : Budidaya
Cumbersome : Tidak Praktis
Current : Arus
Cytokinin : Sitokinin
Deals : Penawaran
Dealt : Ditangani
Definite : Pasti
Demonstrated: Didemostrasikan
Densities : Kepadatan
Derivatives : Turunan
Deriving : Diturunkan
Described : Digambarkan
Detection : Deteksi
Development : Pengembangan
Differences : Perbedaan
Differentiation: Diferensiasi
Distinguish : Membedakan
Donor : Penyumbang
Doubling : Menggandakan
Due : Jauh Tempo
Easy : Mudah
Economically : Secara Ekonomi
Effectively : Secara Efektif
Efforts : Upaya
Empirical : Empiris
Employed : Dikerjakan
Enable : Aktifkan
Enabled : Diaktifkan
Enablement : Memberdayakan
Endogenous : Endogen
Enhance : Menambah
Environmental: Lingkungan
Especially : Terutama
Essentially : Intinya
Essentially : Pada Dasarnya
Eventually : Akhirnya
Exciting : Menarik
Exploited : Dimaanfaatkan
Exploration : Eksploitasi
Extended : Diperluas
Extract : Ekstrak
Facilitate : Memudahkan
Facilitates : Memfasilitasi
Far : Jauh
14
Fertile : Subur
Filamentous : Berserabut
Flow : Mengalir
Flux : Aliran
Following : Berikut
Formed : Dibentuk
Foundation : Yayasan
Fragments : Fragmen
Freeze-Thawing: Pembekuan”
Function : Fungsi
Fundamental : Mendasar
Fundamental : Mendasar
Further, : Lebih Lanjut
Gelidium : Gelidium
Generally : Umumnya
Germplasm : Plasma Nutfah
Halogenated :Terhologenas
Haploid : Haploid
Highvalue : Bernilai Tinggi
Immense : Diperbesar
Impending : Mendatang
Importance : Pentingnya
Important : Penting
Improvement. : Perbaikan
Improvement.: Perbaikan
Incomparable : Tak Tertandingi
Inconsistency : Inkonsistensi
Increased : Meningkat
Individuals : Individu
Indole3-Acetic: Asam Indoke
Induce : Menyebabkan
Induction : Induksi
Influence : Mempengaruhi
Inherent : Melekat
Initial : Awal
Instead, : Sebagai Gantinya
Interest : Bunga
Interesting : Menarik
Investigate : Menyelidiki
Involved : Terlibat
Involves : Melibatkan
Irradiance : Radiasi
Isolated : Terpencil
Kinetin : Kinetin
Lack : Kekurangan
Lags : Lambanya
Lines : Garis
Made : Dibuat
Markers, : Penenda
Maximize : Maksimalkan
Medullary : Berkenaan
Meristem. : Meristem
Meristematic : Marestematik
Micropropagation: Mikropropagasi
Minuscule : Amat Kecil
Monitoring : Pemntauan
More : Lebih Banyak
Mostly : Kebanyakan
Natrateutical : Natural
Nevertheless, : Namun
Nonresponsive: Tidak Responsif
Nuclei : Inti Atom
Obligate : Mewajibkan
Obtained : Diperoleh
Occurring : Terjadi
Offered : Ditawarkan
Offers : Menawarkan
Opical : Apikal
Opportunities : Peluang
Organogenetic: Organogenetik
Out : Diluar
Overall: Secara Keseluruhan
Percentages : Presentasi
Performance : Kinerja
Perspective : Perspektif
Pharmaceutical: Farmasi
Photon : Foton
Phytohormones: Phytohormones
Plants, : Tumbuhan
Possibilities :Kemungkinan
Practice : Praktek
Precursor : Pendahuluan
Preparation : Persiapan
Present : Menyajikan
Processing : Penggolongan
Procing : Pembuatan
Produces : Menghasilkan
Producing : Memproduksi
Progeny : Keturunan
Propagation : Perambatan
Propagules : Propagul
Protoplast. : Protoplasta
Provide : Berikan
Provides : Menyediakan
Pure : Murni
15
Range : Jarak
Rates : Harga
Realization : Relasi
Reasonable : Masuk Akal
Recovery : Pemulihan
Regeneration : Regenerasi
Removing : Menghapus
Reported : Dilaporkan
Reproducible : Dapat Dipreparasi
Required : Wajib
Resolved : Terselesaikan
Resource. : Sumber
Responses : Tanggapan
Result : Hasil
Reveals : Mengungkapkan
Review : Ulasan
Reviewed : Ditinjau
Revolution : Revolusi
Role : Peran
Scope : Cakupan
Screened : Disaring
Secondary : Sekunder
Seed : Benih
Select : Memilih
Senescence : Penuaan
Several : Beberapa
Several :Beberapa
Significantly : Secara Signifikan
Simplest : Paling Sederhana
Simultancously: Serentak
Small : Kecil
Solidified :Didapatkan
Some : Beberapa
Source Of Raw: Sumber Mentah
Sources : Sumber-Sumber
Spontaneously: Secara Spontan
Status : Status
Sterility : Kemandulan
Stimulatory : Stimulasi
Stock : Persediaan
Strains : Strain
Strength. : Kekuatan
Subculture :Cabang Budidaya
Submeristematic: Submerismatik
Subsequent : Selanjutnya
Success : Keberhasilan
Suggest : Menyarankan
Suggested : Disarankan
Superior : Unggul
Suspensions : Penanguhkan
Sustainable : Berkelanjutan
Technologies : Teknologi
Through : Melalui
Toplin : Toplin
Trend. :Kecenderungan
Useful : Berguna
Utilization : Pemanfaatan
Vagum : Vagum
Various : Berbagai
While : Sementara
Wide : Lebar
Widespread : Terbesar/ Luas
With : Dengaan
Yielding : Menghasilkan

More Related Content

What's hot

Pengertian Tanaman Transgenik Lengkap
Pengertian Tanaman Transgenik LengkapPengertian Tanaman Transgenik Lengkap
Pengertian Tanaman Transgenik Lengkapf' yagami
 
Kejuruteraan genetik
Kejuruteraan genetikKejuruteraan genetik
Kejuruteraan genetikEdryna Az
 
Mpt 2 konsep pembuatan varietas
Mpt 2 konsep pembuatan varietasMpt 2 konsep pembuatan varietas
Mpt 2 konsep pembuatan varietasAndrew Hutabarat
 
Ppt ipa klmpk 3
Ppt ipa klmpk 3Ppt ipa klmpk 3
Ppt ipa klmpk 3AjengSept
 
Tanaman Transgenik
Tanaman TransgenikTanaman Transgenik
Tanaman Transgenikf' yagami
 
Makalah rekayasa genetika dan sistem imun 1
Makalah rekayasa genetika dan sistem imun 1Makalah rekayasa genetika dan sistem imun 1
Makalah rekayasa genetika dan sistem imun 1MJM Networks
 
Peranan bioteknologi dan mikroba endofit dalam pengembangan obat herbal
Peranan bioteknologi dan mikroba endofit dalam pengembangan obat herbalPeranan bioteknologi dan mikroba endofit dalam pengembangan obat herbal
Peranan bioteknologi dan mikroba endofit dalam pengembangan obat herbalAy-ay Berliant
 
Presentasi no 4 6_peningkatan sifat pada jagung dan kedelai hasil proses tran...
Presentasi no 4 6_peningkatan sifat pada jagung dan kedelai hasil proses tran...Presentasi no 4 6_peningkatan sifat pada jagung dan kedelai hasil proses tran...
Presentasi no 4 6_peningkatan sifat pada jagung dan kedelai hasil proses tran...Bondan the Planter of Palm Oil
 
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMJM Networks
 
Makalah (pro) pangan rekayasa genetika
Makalah (pro) pangan rekayasa genetikaMakalah (pro) pangan rekayasa genetika
Makalah (pro) pangan rekayasa genetikaRohmad_ Putra
 
Penelitian Cherax di Tabanan, Bali
Penelitian Cherax di Tabanan, BaliPenelitian Cherax di Tabanan, Bali
Penelitian Cherax di Tabanan, BaliAgus Rochdianto
 
Kultur jaringan & rekayasa genetika
Kultur jaringan & rekayasa genetikaKultur jaringan & rekayasa genetika
Kultur jaringan & rekayasa genetikaSindy Septiawan
 
BIOTEKNOLOGI_HASIL_PERIKANAN_..pdf
BIOTEKNOLOGI_HASIL_PERIKANAN_..pdfBIOTEKNOLOGI_HASIL_PERIKANAN_..pdf
BIOTEKNOLOGI_HASIL_PERIKANAN_..pdfIrwanDarmawan9
 

What's hot (20)

Rasiah jumrah
Rasiah jumrahRasiah jumrah
Rasiah jumrah
 
Pengertian Tanaman Transgenik Lengkap
Pengertian Tanaman Transgenik LengkapPengertian Tanaman Transgenik Lengkap
Pengertian Tanaman Transgenik Lengkap
 
Kejuruteraan genetik
Kejuruteraan genetikKejuruteraan genetik
Kejuruteraan genetik
 
Mpt 2 konsep pembuatan varietas
Mpt 2 konsep pembuatan varietasMpt 2 konsep pembuatan varietas
Mpt 2 konsep pembuatan varietas
 
Ppt ipa klmpk 3
Ppt ipa klmpk 3Ppt ipa klmpk 3
Ppt ipa klmpk 3
 
Tanaman Transgenik
Tanaman TransgenikTanaman Transgenik
Tanaman Transgenik
 
Makalah rekayasa genetika dan sistem imun 1
Makalah rekayasa genetika dan sistem imun 1Makalah rekayasa genetika dan sistem imun 1
Makalah rekayasa genetika dan sistem imun 1
 
Peranan bioteknologi dan mikroba endofit dalam pengembangan obat herbal
Peranan bioteknologi dan mikroba endofit dalam pengembangan obat herbalPeranan bioteknologi dan mikroba endofit dalam pengembangan obat herbal
Peranan bioteknologi dan mikroba endofit dalam pengembangan obat herbal
 
Presentasi no 4 6_peningkatan sifat pada jagung dan kedelai hasil proses tran...
Presentasi no 4 6_peningkatan sifat pada jagung dan kedelai hasil proses tran...Presentasi no 4 6_peningkatan sifat pada jagung dan kedelai hasil proses tran...
Presentasi no 4 6_peningkatan sifat pada jagung dan kedelai hasil proses tran...
 
Assigment hbsc3103
Assigment hbsc3103Assigment hbsc3103
Assigment hbsc3103
 
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
 
Transgenik ppt
Transgenik pptTransgenik ppt
Transgenik ppt
 
Makalah (pro) pangan rekayasa genetika
Makalah (pro) pangan rekayasa genetikaMakalah (pro) pangan rekayasa genetika
Makalah (pro) pangan rekayasa genetika
 
Penelitian Cherax di Tabanan, Bali
Penelitian Cherax di Tabanan, BaliPenelitian Cherax di Tabanan, Bali
Penelitian Cherax di Tabanan, Bali
 
Lesson 3.5
Lesson 3.5Lesson 3.5
Lesson 3.5
 
Kultur jaringan & rekayasa genetika
Kultur jaringan & rekayasa genetikaKultur jaringan & rekayasa genetika
Kultur jaringan & rekayasa genetika
 
Hewan Transgenik
Hewan Transgenik Hewan Transgenik
Hewan Transgenik
 
BIOTEKNOLOGI_HASIL_PERIKANAN_..pdf
BIOTEKNOLOGI_HASIL_PERIKANAN_..pdfBIOTEKNOLOGI_HASIL_PERIKANAN_..pdf
BIOTEKNOLOGI_HASIL_PERIKANAN_..pdf
 
Bioteknologi transgenik (kel 2)
Bioteknologi transgenik (kel 2)Bioteknologi transgenik (kel 2)
Bioteknologi transgenik (kel 2)
 
F4 chap 3.5
F4 chap 3.5F4 chap 3.5
F4 chap 3.5
 

Similar to Rumput Laut Budidaya Mikro

Laporan vegetatif tanaman katuk
Laporan vegetatif tanaman katukLaporan vegetatif tanaman katuk
Laporan vegetatif tanaman katukEkal Kurniawan
 
Agrobiogen 2 2_2006_74-80
Agrobiogen 2 2_2006_74-80Agrobiogen 2 2_2006_74-80
Agrobiogen 2 2_2006_74-80Dedi Hutapea
 
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...Repository Ipb
 
BIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docx
BIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docxBIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docx
BIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docxssuser04c576
 
Peranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanianPeranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanianf' yagami
 
PPT.analisis kritis
PPT.analisis kritisPPT.analisis kritis
PPT.analisis kritisHeri Cahyono
 
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)Young Farmers
 
Makalah_32 Makalah diskusi 2 perspektif tanaman obat di indonesia
Makalah_32 Makalah diskusi 2 perspektif tanaman obat di indonesiaMakalah_32 Makalah diskusi 2 perspektif tanaman obat di indonesia
Makalah_32 Makalah diskusi 2 perspektif tanaman obat di indonesiaBondan the Planter of Palm Oil
 
KULTUR JARINGAN TUMBUHAN “PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO”
KULTUR JARINGAN TUMBUHAN “PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO”KULTUR JARINGAN TUMBUHAN “PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO”
KULTUR JARINGAN TUMBUHAN “PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO”SMPN 4 Kerinci
 
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITROMakalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITROSMPN 4 Kerinci
 
Analisis prospek-budidaya-tambak-udang (1)
Analisis prospek-budidaya-tambak-udang (1)Analisis prospek-budidaya-tambak-udang (1)
Analisis prospek-budidaya-tambak-udang (1)Ilham saleh Lubis
 
konservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahkonservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahagronomy
 
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwDukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwxie_yeuw_jack
 
2021_Rhizosphericmicrobiome- (1).pdf
2021_Rhizosphericmicrobiome- (1).pdf2021_Rhizosphericmicrobiome- (1).pdf
2021_Rhizosphericmicrobiome- (1).pdfLiliWardani1
 
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...Repository Ipb
 
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
 

Similar to Rumput Laut Budidaya Mikro (20)

Penelitian tanaman
Penelitian tanamanPenelitian tanaman
Penelitian tanaman
 
Laporan vegetatif tanaman katuk
Laporan vegetatif tanaman katukLaporan vegetatif tanaman katuk
Laporan vegetatif tanaman katuk
 
Agrobiogen 2 2_2006_74-80
Agrobiogen 2 2_2006_74-80Agrobiogen 2 2_2006_74-80
Agrobiogen 2 2_2006_74-80
 
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...
 
BIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docx
BIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docxBIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docx
BIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docx
 
Peranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanianPeranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanian
 
PPT.analisis kritis
PPT.analisis kritisPPT.analisis kritis
PPT.analisis kritis
 
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)
 
Makalah_32 Makalah diskusi 2 perspektif tanaman obat di indonesia
Makalah_32 Makalah diskusi 2 perspektif tanaman obat di indonesiaMakalah_32 Makalah diskusi 2 perspektif tanaman obat di indonesia
Makalah_32 Makalah diskusi 2 perspektif tanaman obat di indonesia
 
KULTUR JARINGAN TUMBUHAN “PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO”
KULTUR JARINGAN TUMBUHAN “PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO”KULTUR JARINGAN TUMBUHAN “PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO”
KULTUR JARINGAN TUMBUHAN “PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO”
 
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITROMakalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
 
Analisis prospek-budidaya-tambak-udang (1)
Analisis prospek-budidaya-tambak-udang (1)Analisis prospek-budidaya-tambak-udang (1)
Analisis prospek-budidaya-tambak-udang (1)
 
konservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahkonservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfah
 
PPT REVIEW KETAHANAN PANGAN.pptx
PPT REVIEW KETAHANAN PANGAN.pptxPPT REVIEW KETAHANAN PANGAN.pptx
PPT REVIEW KETAHANAN PANGAN.pptx
 
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwDukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
 
2021_Rhizosphericmicrobiome- (1).pdf
2021_Rhizosphericmicrobiome- (1).pdf2021_Rhizosphericmicrobiome- (1).pdf
2021_Rhizosphericmicrobiome- (1).pdf
 
Tugas makalah
Tugas makalahTugas makalah
Tugas makalah
 
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
 
SEJARAH BIOTEKNOLOGI.pptx
SEJARAH BIOTEKNOLOGI.pptxSEJARAH BIOTEKNOLOGI.pptx
SEJARAH BIOTEKNOLOGI.pptx
 
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
 

Recently uploaded

Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 

Rumput Laut Budidaya Mikro

  • 1. 1 J Appl Phycol (2008)20:609-617 DOI 10.1007/s10811-007-9205-4 Seaweed Micrppropagation Techniques and Their Potentials: An Overview Teknik Mikropropagasi Rumput Laut Dan Potensi Gambaran Umumnya C. R. K. Reddy. Bhavanath Jha. Yuji fujita. Masao Ohno Diterjemahkan oleh: NOVA INDRIANA I1A2 15 034 JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN FALULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2018
  • 2. 2
  • 3. 3 Pendahuluan Pengembangan teknik untuk budidaya organ tanaman yang terisolasi, jaringan dan sel telah menyebabkan beberapa peluang menarik di bidang bioteknologi tanaman, dan memungkinkan penggunaan budidaya sel secara luas untuk manipulasi genetik in vitro, memperbanyak tanaman dan produksi produk yang bermanfaat secara komersial (Cocking 1990). Menyusul keberhasilan yang dicapai dengan penerapan teknik-teknik yang lebih tinggi dipabrik, kultur jaringan rumput laut dimulai pada tahun 1978 (Chen dan Taylor 1978). Dengan minat dan harapan yang besar untuk lebih meningkatkan prospek ekonomi dari sumber daya rumput laut secara keseluruhan. Sejak itu, dibuat upaya bersama untuk mengembangkan teknologi dasar produksi yang konsisten dan regenerasi thallus dari beragam kelompok rumput laut (Tinjauan oleh Polne-Fuller 1988; Butler dan Evans 1990; Garcia-Riena 1991; Aguirre-Lipperheide et al. 1995; Rajakrishnakumar 2002). Beberapa penelitian untuk induksi kalus dan regenerasi sekarang tersedia dalam literature berbagai rumput laut (Polne-Fuller 1987 dan Rajakrishna Kurma 2002; Rajakrishna Kumar et al. 2004, 2007). Baru-baru ini, jangkauan teknik ini telah diperluas untuk digunakan dalam teknologi bioproses dalam produksi bahan kimia dan sektor obat-obatan dari farmasi (Rorrer 2002; Rorrer dan Cheney 2004; Munoz et al. 2006). Oleh karena itu, teknologi kultur sel in vitro memfasilitasi pengembangan teknologi generasi baru di bidang budidaya rumput laut dan pemanfaatan, yang secara kolektif membantu budidaya intensif galur hasil yang lebih tinggi, ditambah dengan teknologi pengolahan rumput laut dengan produksi terkontrol dari produk aplikasi potensial komersial dengan harga yang bersaing. Artikel-artikel sebelumnya telah membahas tentang status, aplikasi, potensi, dan kebutuhan dalam kultur jaringan rumput laut (lihat ulasan Butler dan Evans 1990; Garcia-Reina et al. 1991; Aguirre-Lipperheide et al. 1995). Oleh karena itu, tinjauan aspek-aspek dasar dari kultur jaringan rumput laut berada di luar cakupan artikel ini. Sebaliknya, artikel ini menyediakan ulasan singkat tentang status terkini dari teknik-teknik budidaya mikro dan aplikasi potensial dalam bioteknologi rumput laut secara keseluruhan, termasuk kultivasi, produksi
  • 4. 4 metabolit sekunder dan perbaikan genetik. Selanjutnya, artikel ini juga menyediakan analisis masalah yang harus diselesaikan untuk menghilangkan hambatan yang menghadang realisasi potensi yang ditawarkan oleh teknik ini untuk pengembangan berkelanjutan dan pemanfaatan sumber daya rumput laut. Perbanyakan Klonal dan Pemilihan Strain dengan Sifat Unggul Studi sebelumnya telah menggunakan propagasi klonal sebagai pendekatan yang paling umum dan paling sederhana untuk memilih strain superior dari populasi liar untuk meningkatkan kinerja tanaman budidaya (Santelices 1992). Ada beberapa studi yang telah memanfaatkan potensi organogenetik rumput laut seperti Chondrus (Cheney et al. 1981) Gigartina (Sylvestes and Waaland 1983), dan Kappaphycus (Doty and Alvarez 1973). Sebagian besar studi seleksi rumput laut telah memiliki perspektif empiris untuk satu sifat dan beberapa telah dikoreksi dengan potensi pertumbuhan unggul dikombinasikan dengan sterilitas atau dengan hasil polisakarida tinggi dan kekuatan gel. Meskipun pendekatan ini umumnya dianggap berhasil (Der Meer dan Patwary 1983: Van Der Meer 1986), namun temuan ini menunjukkan perlunya pemantauan terus menerus dan isolasi klon dengan kualitas unggul yang diberikan, dan akhirnya pemeliharaan strain yang dipilih, menghilangkan varian yang timbul secara spontan dari klon yang dipilih (Santelices 1992). Baru-baru ini, Titlyanov et al. (2006a, b) Saat bekerja pada metode Gelidium menjelaskan bahwa pembangkitan masal bahan tanaman untuk tangki- bubbling dan budidaya lapangan menggunakan fragmen dan sel agregat apikal meristem. Selanjutnya, pembekuan-pembekuan jaringan apikal meristem memungkinkan diproduksi dari pembuatan rhizoids yang dapat digunakan untuk budidaya di laut. Kedua metode ini dapat secara efektif memaksimalkan jumlah propagul per tanaman donor dan lebih memudahkan produksi massal stok benih untuk persediaan budidaya laut sepanjang tahun. Pendekatan serupa juga telah berhasil ddiujicobakan untuk memproduksi tanaman dan tetraspor massal dari fragmen dan agregat sel dari jaringan meristematik dan submeristematik Palmaria palmata (Titlyanov et al. 2006a, b).
  • 5. 5 Propagasi vegetatif sederhana dari segmen talus (panjang 2-3 cm) dalam budidaya laboratorium juga dimanfaatkan untuk memastikan berbagai kondisi budidaya dan media yang diperlukan untuk jaringan yang berhasil dan protoplas budidaya dalam rumput laut. Praktek ini sangat berguna, terutama ketika seseorang terlibat dengan spesies yang tidak responsif terhadap kultur jaringan dan protoplas. Media budidaya dan kondisi yang umumnya digunakan untuk kultur jaringan dan sel serupa dengan yang dioptimalkan untuk pertumbuhan tanaman. Namun, pemilihan seleksi plasma nutfah melalui perbanyakan klonal adalah proses yang berkesinambungan dan sejumlah besar hasil panen dimanfaatkan sebagai bahan benih untuk penanaman selanjutnya. Selanjutnya, isolasi tanaman berguna untuk budidaya melalui proses ini sangat rumit dan mungkin kurang untuk berhasil sebagai sel varian genetik di thallus dalam jumlah kecil dan terselubung oleh sel non varian yang lebih umum (Garcia-Riena et al. 1991) akhirnya menyebabkan eksplorasi kemungkinan mengembangkan teknologi budidaya sel in vitro untuk kelompok tumbuhan ini. Rumput Laut Kultur Jaringan dan Budidaya Kalus Budidaya rumput laut relatif berkembang pada area penelitian dengan tiga dekade pembangunan dan tertinggal 30 tahun jauh di bandinglan dari tanaman, yang dimulai lebih dari satu abad yang lalu. Revolusi yang dibuat dalam studi sel tumbuhan dan kultur jaringan telah membentuk pondasi untuk rekayasa genetika tanaman (Cooking 1990). Mikropropagasi budidaya menggunakan metode kultur jaringan saat ini digunakan untuk perbanyakan klon skala besar dengan sifat unggul pada sejumlah spesies tanaman. Selanjutnya, kultur sel menawarkan beberapa keuntungan untuk isolasi mutan lebih konvensional menggunakan bahan tumbuhan utuh. Sel suspensi memungkinkan jumlah sel yang sangat besar untuk disaring secara simultan untuk sifat yang diinginkan dengan cara yang dapat direproduksi (Evans and Sharp 1983). Selain itu, regenerasi rencana kalus dapat menghasilkan pemulihan varian genetik baru sebagai konsekuensi dari variasi somaklonal (haploid dan diploid) yang dapat secara efektif dimanfaatkan untuk perbaikan genetik. Jaringan haploid memungkinkan dideteksi dengan mudah,
  • 6. 6 sementara penggandaan kromosom berikutnya menghasilkan individu homozigot yang subur di semua lokus, dan ini menyediakan jalur pemuliaan murni untuk seleksi dan hibridisasi. Metode yang digunakan dalam kultur jaringan rumput laut pada dasarnya sama seperti yang dijelaskan untuk kultur jaringan tanaman tingkat tinggi. Umumnya hal ini melibatkan persiapan eksplan exenic dan budaya media agar padat diperkaya dengan berbagai makro dan mikro-nutrisi, vitamin, gula (sebagai sumber karbon), dan regulator pertumbuhan tanaman (auksin dan sitokinin). Studi awal yang dilakukan dari tahun 1980 hingga 1990 kebanyakan berhubungan dengan aspek-aspek mendasar dari kultur jaringan rumput laut (Aguirre- Lipperheide et al. 1995). Studi-studi ini sebagian besar telah terkosentrasi dari pengembangan teknik dasar untuk kultur jaringan rutin rumput laut yang berbeda, dengan beberapa upaya untuk meningkatkan laju induksi kalus dan pertumbuhan dengan menggunakan berbagai regulator pertumbuhan tanaman dan sumber karbon dalam medium kultur eksplan (Lawlor et al. 1989; Kaczyna and Megnet 1993; Yokoya and Handro 1996; Yokoya et al. 2004; Rajakrishnai Kumar et a. 2004). Daftar spesies rumput laut di mana tanaman dilaporkan telah diregenerasi dari kultur kalus yang disediakan dalam (Table 1). Manfaat yang diharapkan dari hasil penerapan aplikasi teknik ini untuk rumput laut sangat kecil yang tidak tertandi dengan tanaman tingkat tinggi. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor. Kalus rumput laut, dibandingkan dengan tanaman yang tingkat tinggi, umumnya tumbuh lambat dan berukuran kecil. Selanjutnya, terjadinya kalus pada beberapa rumput laut bersifat sporadis, dan persentase yang diperoleh seringkali sangat rendah (misalnya 4% dalam Gracilaria verrucosa: Gusev et al. 1987; 1% pada Sargassum muticum: Polne-Fuller dan Gibor 1986; 15% dalam Gelidium vagum: Gusev et al.. 1987). Selain itu, peran pengatur pertumbuhan tanaman dan sumber karbon pada pembentukan kalus di eksplan rumput laut adalah variabel, dan oleh karena itu terjadinya kalus disarankan karena faktor internal yang melekat pada kondisi budidaya yang digunakan (Aguirre- Lipperheide et al. 1995).
  • 7. 7 Regulator Pertumbuhan Tanaman (Pgrs) dan Induksi Kalus Pertumbuhan tanaman regulator (PGRs) dan sel induksi tidak konsisten dalam respon PGRs oleh rumput laut menjadi mayoritas karena kurangnya memahami fisiologis peran zat dalam pertumbuhan dan diferensiasi. Tarakhovskaya et al.(2007) ditinjau dari phytohormones pada ganggang umumnya dan dilaporkan terjadinya phytohormones konsentrasi sebanding dengan tanaman tingkat tinggi, hal ini menunjukkan fungsi dalam berbagai kompleks metabolisme. Baru-baru ini, Strirk et al. (2005) mengidentifikasi 19 endogen sitokinin, termasuk aromatik sitokinin (benzyladenine dan toplin derivatif), di 31 jenis rumput laut. kegiatan ini mengungkapkan beberapa perbedaan menarik dalam komposisi sitokinin rumput laut dibandingkan dengan tanaman tingkat tinggi. Perbedaan ini mencakup kelimpahan penggunaan IP (isopentenyladenine) dan cz (CIS-zeatin) konjugat dengan sampel rumput laut dan tanpa DHZ (dihydrozeatin). Terakhir kelompok sitokinin biasanya lebih sering digunakan dalam plantsthan kelompok. (Stirk et al. 2005). Peran dari regulator pertumbuhan tanaman pada pembentukan kalus di rumput laut eksplan masih diperdebatkan dan menunjukkan tidak adanya kecenderungan yang tidak pasti. Namun demikian, indole3-asam asetat (TAA), 2,4-dichlorophenoxyacetic asam (4-D) dan kinetin telah stimulasi peran pembentukan di kalus, pertumbuhan dan reganasi baik dalam intercalary dan apicial eksplan dari Gracilaria tenuistipitata, G. perplexa dan Grateloupia dichotoma (Yokoya dan Handro 1996; Yokoya et al. 2004. Kaczyna and Megnet (1993) juga berhasil diinduksi dari kalus di Gracilaria verrucosa menggunakan kombinasi auxins dan sitokinin. Pengaruh PGRs pada pembentukan kalus juga bervariasi dengan rumput laut dan radiasi foton digunakan selama eksplan budidaya. Perubahan warna coklat dari Hypnea musciformis memiliki pembentukan kalus lebih tinggi dari radiasi foton dengan konsentrasi rendah dari IAA, Sementara warna hijau diproduksi dikalus dengan 2,4-D terlepas dari konsentrasi dan aliran kepadatan foton yang digunakan. Larutan yang larut dalam air ekstrak dari laurencia Sp. meningkat pembentukan kalus di eksplan dari spesies yang sama (Robaina et al. 1992). Namun, jenis dari zat yang terlibat dan mode tindakan adalah tidak diketahui.
  • 8. 8 Sehubung dengan masih banyaknya perbedaan pendapat maka ada hal yang menarik untuk menangani aspek penggunaan beberapa PGR konjugat, seperti IP dan cz, yang merangsang perbanyakan kalus dibandingkan dengan pengujian intensif tanaman tingkat tinggi dari tanaman phytohormones. Produksi Mikropropagulosa dari Kultur Callus Sebagai Stok Sarana Bibit Sejumlah penelitian telah menunjukkan regenerasi mikropropagul secara langsung dari kalus dan kadang-kadang dari eksplan beberapa rumput laut merah (Dawes dan Koch 1991; Reddy et al. 2003; Roorer dan Cheney 2004; Rajakrihna Kumar et al. 2004, 2007). Dawes dan Koch(1991), Reddy et al. (2003) dan Rajakrihna Kumar et al. (2004) telah menggunakan fenomena ini sebagai sebuah pemeliharaan dan propagasi klonal dari persediaan benih untuk budidaya rumput laut yang penting secara ekonomi. Rorrer dan Cheney (2004) menggunakan mikropropagul dalam bioreaktor untuk produksi produk volume rendah bernilai tinggi dari berbagai variasi rumput laut. Mengingat kegunaannya dari aplikasi, beberapa penelitian dicoba untuk menambah kuantitas produksi mikropropagul dengan mengembangkan metode kultur in vitro inovatif. Cabang budidaya dari irisan kalus tipis berpigmen sebagai kultur tertanam dalam 0,4% propasoli yang diperkaya dengan media air laut (PES) memungkinkan produksi massal mikropropagasi dari Kappaphycus alvarezi yang secara komersial dibudidayakan di dunia untuk k-karagenan. Pengembangan Somaclones dari budidaya kalus Keberhasilan regenerasi tanaman segar dari beberapa jenis rumput laut telah dilaporkan dengan beberapa berurusan dengan seleksi yang tidak disengaja yang dihasilkan dari variasi somaklonal. Yan (1984) memperoleh budidaya progeni dari calli Laminaria dan undaria dengan pertumbuhan dan toleransi terhadap suhu tinggi untuk periode yang lebih lama dari sporofit normal. Kultur in vitro dari Laminaria digitata tipe medullary explants menghasilkan budaya suspensi sel filamen yang memunculkan tanaman sporofit normal bersama dengan bentuk lainnya. Identitas genetik tanaman ini dikonfirmasi dengan sel-filamen menggunakan sembilan penanda mikro-satelit polimorfik, meskipun analisis
  • 9. 9 aliran cytometric dari inti atom sel-filamen dan regenerasi tanaman ditampilkan 2C dan 4C level (Asensi et al. 2001). Garcia-Reina et al. (1988) menjelaskan dua jenis kalus laurencia yang diperoleh dari tanaman yang sama dengan penampilan identik dalam istilah pigmentasi dan tekstur. Regenerasi ini berbeda dari potensi dan laju pertumbuhan regenerasi tanaman. keturunan kultur jaringan yang diperoleh dari pigmen kalus Kappaphycus juga menunjukkan laju pertumbuhan setinggi 1.5-1.8 kali tingkat bertani tanaman propaganted melalui vegetatif berarti (Reddy et al. 2003). Para ploidi dan analisis RAPD dari keturunan kultur jaringan tidak menunjukkan bukti untuk keragaman genetik (Reddy, data tidak diterbitkan ). Kultur jaringan dari Gelidiella acerosa, Gracilaria corticata dan Turrbinaria conoides juga memproduksi kalus yang menunjukkan regenerasi pola yang cukup mirip dengan kappaphycus, tetapi jumlah propagul diproduksi relatif kurang (Rajakrishna Kumar et al. 2004, 2007). Polyamines Sebagai Promotor dalam Pertumbuhan Rumput Laut Seperti hormon, kelompok dari PGR, yaitu poliamina (Pas), terlibat dalam banyak proses biologis pada tumbuhan tingkat tinggi, termasuk pembelahan sel, inisiasi akar dan bunga, perkembangan buah, penuaan dan respons stres abiotik. Pas, Spermidine, Spermin dan Diamine mewajibkan prekursor putrescine sebuah kelas amina alifatik yang diberi label sebagai kelas baru dari zat pertumbuhan atau utusan hormonal. PAs menyajikan pertumbuhan dalam variasi berbeda-beda dari mikromolar untuk milimolar dan dengan demikian tingkat mereka secara signifikan lebih tinggi daripada hormon tanaman (Kakkar dan Sahney 2002). Baru-baru ini, kemunculan PAs dilaporkan pada beberapa makroalga laut intertidal yang dikenai tekanan hipo-salin yang mematikan (Lee 1998). Umumnya, Putrescine dan Spermidine adalah yang paling melimpah sementara Spermine hanya terjadi di tingkat jejak. Perubahan kondisi lingkungan mempengaruhi biosintetis dan akumulasi PAs di alga. Hal ini menjadi pertimbangan penting karena banyak makroalga laut tumbuh di habitat intertidal di mana terdapat banyak fluktuasi lingkungan yang perlu ditoleransi agar tumbuh. Contohnya, pada salinitas rendah, enam makroalga hijau terakumulasi tingkat putresin yang lebih tinggi (Lee 1998). Seperti pada tanaman yang tingkat tinggi,
  • 10. 10 PA memainkan peran penting dalam pertumbuhan sel dan pengembangan rumput laut, dengan pengembangan dalam konser endogenus sesaat sebelum devisi sel (Lee 1998). Beberapa contoh ini menunjukkan bahwa PGR (kedua hormon dan poliamina) bias berpotensi memainkan peran yang serupa dalam pertumbuhan dan perkembangan rumput laut seperti pada tanaman yang tingkat tinggi. Kultur Suspensi sel dari Kalus Rumput Laut Perkembangan kalus dalam makroalga laut multiseluler telah terkait dengan struktur anatomi struktur organisasi seluler dari talus (Aguirre-Lippeheide et al. 1995). studi sebelumnya sering memakai istilah "pembentukan seperti kalus" untuk membedakan kalus makroalga (Garcia-reina at al. 1991; Yokoya at al. 1993) dari tanaman yang tingkat tinggi di mana kalus (pertumbuhan sel tidak teratur) berkembang dari jaringan yang terdiferensiasi sebagai hasil dari luka (Yeoman 1987). Meskipun perbedaan seluler jaringan merah (jaringan Perenchymatous) dan coklat (jaringan tipr parenkim), diperoleh kalus dari kedua kelompok menunjukkan lebih morfologi yang mirip, dengan hasil pertumbuhan berserat, berpigmen dan bercabang dari hasil kedua kortikal dan meduler jaringan eksplan. Kalus dari tumbuahn tingkat tinggi adalah tipe gembur dan dari banyak agregat sel ketika ditransfer ke kultur cair. Berbeda dengan ini, kalus berfilamen yang diamati dalam rumput laut (tidak mudah gembur) dan beregenerasi dengan cepat menjadi tanaman penuh ketika dipindahkan ke kultur cair dan dengan demikian membatasi ruang lingkup aplikasi yang ditawarkan oleh kultur suspensi sel. Namun, gulungan kalus yang disubkultur dipotong dari Turbinaria conoides eksplan menghasilkan somatik kecil seperti embrio pada sel filamen berpigmen dengan gumpalan gembur ketika dikultur dalam agar lunak (0,4% agar). Penemuan ini menyoroti kebutuhan teknik kultur inovatif untuk mendapatkan semua kategori teknologi sel in vitro untuk rumput laut (Rajakrishna Kumar et al. 2007).
  • 11. 11 Teknik Bioproses dari Sel dan Kultur Jaringan Rumput Laut Bioproses rumput laut adalah salah satu perkembangan dari bioteknologi rumput laut. Perkembangan ini telah membuka peluang untuk memproduksi dan memulihkan produk rumput laut langsung dari sel dan agregat sel di foto- bioreaktor (Huang dan Rorrer 2004; Rorrer dan Cheney 2004; Munoz et al. 2006) yang membuang penggunaan seluruh tanaman. Keuntungan utama dari budidaya foto-bioreaktor penanaman sel dan jaringan budidaya makroalga adalah memberdayakan terus-menerus hasil produksi produk berkualitas tinggi, stabil, dan pasti, sehingga menghindari hambatan musiman. Optimalisasi kondisi budaya untuk setiap sistem sel dapat juga dilakukan dengan mudah dan presisi untuk mendapatkan manfaatatkan maksimal dari bioreaktor sel tumbuh foto-bioreaktor (Rorrer dan Cheney 2004). Lebih lanjut, proses downsteam yang digunakan untuk pemulihan produk dari pemberantasan sel lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan proses konvensional yang dimanfaatkan seluruh tanaman sebagai sumber bahan mentah untuk ekstraksi. Teknologi bioproses terdiri dari tiga komponen utama: pengembangan kultur sel dan jaringan, desain foto-bioreaktor, dan identifikasi strategi untuk memunculkan metabolit biosintesis sekunder. Dua komponen sebelumnya telah diselidiki menggunakan spesies selektif yang dikenal untuk biosintesis oxylipins baru dan terpenoid terhalogenasi (Rorrer dan Cheney 2004). Rorrer dan Cheney (2004) menjelaskan berbagai metode untuk mengembangkan kultur suspensi fototropik yang cocok untuk penangguhan in vitro dalam penanaman foto-bioreaktor dan menilai faktor-faktor yang membatasi kinerja kultivasi menggunakan konfigurasi foto-bioreaktor. Budidaya foto- bioreaktor kultur sel dan jaringan tanpa keraguan dari platform teknologi potensial untuk produksi terkontrol dari produk bernilai rendah volume tinggi dari sumberdaya makroalga, termasuk obat-obatan dan nutraceuticals. Karena itu, pengembangan budaya makroalga yang menyediakan lingkungan hidup pertumbuhan terkendali yang cocok untuk biosintesis metabolit sekunder mungkin lebih besar daripada kebutuhan untuk mengoptimalkan laju pertumbuhan meminimalkan input yang diperlukan untuk produksi biomassa, sehingga meningkatkan efisiensi kinerja budidaya foto-bioreaktor.
  • 12. 12 Kesimpulan Pengembangan dari teknologi kultur sel in vitro sangat penting jika bioteknologi rumput laut memainkan peran pusat dalam pertumbuhan industri rumput laut global di masa depan. Mengingat status kemajuan kultur jaringan rumput laut, akan sangat realistis untuk percaya bahwa teknik-teknik ini dapat membantu menghasilkan mutans genetik yang memiliki kepentingan komersial. Teknik yang telah dijelaskan sejauh ini untuk propagasi rumput laut meskipun kultur jaringan telah diuji pada skala laboratorium dan belum divalidasi untuk kesesuaian dalam produksi skala komersial. Aspek-aspek berikut harus dipelajari secara kritis jika prospek ekonomi yang terkait dengan teknologi kultur sel in vitro harus direalisasikan. • Metode untuk memproduksi bahan axenic dengan konsistensi yang lebih besar diperlukan. • Metode kultur jaringan dan kalus perlu dikembangkan untuk memperoleh kalus dari bagian thallus yang berpigmen dan tidak berpigmen. • Fisiologi dari pengatur pertumbuhan tanaman di divisi dan pengembangan sel rencana perlu dipelajari jika laju induksi kalus dan pertumbuhan yang tinggi. • Genotyping dan pemilihan kultur jaringan dengan ciri-ciri stabil yang diinginkan harus dipelajari. • Laporan yang menggambarkan budidaya suspensing sel sejati dari rumput laut adalah tingkat dan terbatas untuk menjadi genus Porphira. Teknik untuk mengembangkan kultur suspensi sel harus dilakukan jika metabolit sekunder bernilai tinggi diproduksi secara in vitro. • Sangat penting untuk menetapkan garis homozigot hasil secara ekonomi. Manfaat teknik manipulasi sel in vitro dapat lebih efektif dan menyadari jika memilih ganetik tersebut digunakan untuk meningkatkan ciri-cirinya.
  • 13. 13 Kosa Kata: Abundance : Kelimpahan Abundant : Berlimpah Achieved : Dicapai Acid (,4-D) : Asam Addition, : Tambahan Advantages : Keuntungan Aggregates : Agregat Aggregates : Agregat Ago. : Lalu Allow : Izinkan Allowed : Diizinkan Appearance : Penampilan Approach : Pendekatan Aromatic : Saromatik Article : Artikel Article. : Artikel Ascertain : Memastikan Background : Latar Belakang Barriers : Hambatan Basic : Dasar Bebefits : Jadilah Behind : Dibelakang Beyond : Luar Branched : Bercabang Breeding : Pembiakan Brief : Singkat Carried : Dibawa Chemicals : Bahan Kimia Chromosome : Kromosom Clonal : Klonal Clonest : Klon Collectively : Secara Kolektif Combined : Gabungan Commonly : Biasanya Comparable : Sebanding Compared : Dibandingkan Competitive : Bersaing. Conclusion : Kesimpuan Conditions : Kondisi Conjugates : Konjugat Conrcerned : Bersangktan Consequence : Konsekuensi Considerable :Besar Consideration: Pertimbangan Continuous : Kontinu Controlled : Terkontrol Crop : Pangkas Cultivation : Penanaman Culture. : Budidaya Cumbersome : Tidak Praktis Current : Arus Cytokinin : Sitokinin Deals : Penawaran Dealt : Ditangani Definite : Pasti Demonstrated: Didemostrasikan Densities : Kepadatan Derivatives : Turunan Deriving : Diturunkan Described : Digambarkan Detection : Deteksi Development : Pengembangan Differences : Perbedaan Differentiation: Diferensiasi Distinguish : Membedakan Donor : Penyumbang Doubling : Menggandakan Due : Jauh Tempo Easy : Mudah Economically : Secara Ekonomi Effectively : Secara Efektif Efforts : Upaya Empirical : Empiris Employed : Dikerjakan Enable : Aktifkan Enabled : Diaktifkan Enablement : Memberdayakan Endogenous : Endogen Enhance : Menambah Environmental: Lingkungan Especially : Terutama Essentially : Intinya Essentially : Pada Dasarnya Eventually : Akhirnya Exciting : Menarik Exploited : Dimaanfaatkan Exploration : Eksploitasi Extended : Diperluas Extract : Ekstrak Facilitate : Memudahkan Facilitates : Memfasilitasi Far : Jauh
  • 14. 14 Fertile : Subur Filamentous : Berserabut Flow : Mengalir Flux : Aliran Following : Berikut Formed : Dibentuk Foundation : Yayasan Fragments : Fragmen Freeze-Thawing: Pembekuan” Function : Fungsi Fundamental : Mendasar Fundamental : Mendasar Further, : Lebih Lanjut Gelidium : Gelidium Generally : Umumnya Germplasm : Plasma Nutfah Halogenated :Terhologenas Haploid : Haploid Highvalue : Bernilai Tinggi Immense : Diperbesar Impending : Mendatang Importance : Pentingnya Important : Penting Improvement. : Perbaikan Improvement.: Perbaikan Incomparable : Tak Tertandingi Inconsistency : Inkonsistensi Increased : Meningkat Individuals : Individu Indole3-Acetic: Asam Indoke Induce : Menyebabkan Induction : Induksi Influence : Mempengaruhi Inherent : Melekat Initial : Awal Instead, : Sebagai Gantinya Interest : Bunga Interesting : Menarik Investigate : Menyelidiki Involved : Terlibat Involves : Melibatkan Irradiance : Radiasi Isolated : Terpencil Kinetin : Kinetin Lack : Kekurangan Lags : Lambanya Lines : Garis Made : Dibuat Markers, : Penenda Maximize : Maksimalkan Medullary : Berkenaan Meristem. : Meristem Meristematic : Marestematik Micropropagation: Mikropropagasi Minuscule : Amat Kecil Monitoring : Pemntauan More : Lebih Banyak Mostly : Kebanyakan Natrateutical : Natural Nevertheless, : Namun Nonresponsive: Tidak Responsif Nuclei : Inti Atom Obligate : Mewajibkan Obtained : Diperoleh Occurring : Terjadi Offered : Ditawarkan Offers : Menawarkan Opical : Apikal Opportunities : Peluang Organogenetic: Organogenetik Out : Diluar Overall: Secara Keseluruhan Percentages : Presentasi Performance : Kinerja Perspective : Perspektif Pharmaceutical: Farmasi Photon : Foton Phytohormones: Phytohormones Plants, : Tumbuhan Possibilities :Kemungkinan Practice : Praktek Precursor : Pendahuluan Preparation : Persiapan Present : Menyajikan Processing : Penggolongan Procing : Pembuatan Produces : Menghasilkan Producing : Memproduksi Progeny : Keturunan Propagation : Perambatan Propagules : Propagul Protoplast. : Protoplasta Provide : Berikan Provides : Menyediakan Pure : Murni
  • 15. 15 Range : Jarak Rates : Harga Realization : Relasi Reasonable : Masuk Akal Recovery : Pemulihan Regeneration : Regenerasi Removing : Menghapus Reported : Dilaporkan Reproducible : Dapat Dipreparasi Required : Wajib Resolved : Terselesaikan Resource. : Sumber Responses : Tanggapan Result : Hasil Reveals : Mengungkapkan Review : Ulasan Reviewed : Ditinjau Revolution : Revolusi Role : Peran Scope : Cakupan Screened : Disaring Secondary : Sekunder Seed : Benih Select : Memilih Senescence : Penuaan Several : Beberapa Several :Beberapa Significantly : Secara Signifikan Simplest : Paling Sederhana Simultancously: Serentak Small : Kecil Solidified :Didapatkan Some : Beberapa Source Of Raw: Sumber Mentah Sources : Sumber-Sumber Spontaneously: Secara Spontan Status : Status Sterility : Kemandulan Stimulatory : Stimulasi Stock : Persediaan Strains : Strain Strength. : Kekuatan Subculture :Cabang Budidaya Submeristematic: Submerismatik Subsequent : Selanjutnya Success : Keberhasilan Suggest : Menyarankan Suggested : Disarankan Superior : Unggul Suspensions : Penanguhkan Sustainable : Berkelanjutan Technologies : Teknologi Through : Melalui Toplin : Toplin Trend. :Kecenderungan Useful : Berguna Utilization : Pemanfaatan Vagum : Vagum Various : Berbagai While : Sementara Wide : Lebar Widespread : Terbesar/ Luas With : Dengaan Yielding : Menghasilkan