Dokumen tersebut membahas mengenai manfaat dan bahaya zat radioaktif serta pengelolaan limbah radioaktif. Manfaatnya meliputi sterilisasi, terapi kanker, penentuan kerapatan tulang, dan radioterapi presisi. Bahayanya antara lain meningkatkan risiko kanker dan merusak sel. Pengelolaan limbah radioaktif meliputi pengangkutan, pra-olah, pengolahan melalui insinerasi, evaporasi, dan kompaksi, penyimpanan sementara,
1. Oleh Dini Fitriani (dinifitriani1194@yahoo.com)
-------------------------------------------------------------------------------------
Manfaat Zat Radioaktif
1. Sterilisasi radiasi.
Radiasi dalam dosis tertentu dapat mematikan mikroorganisme sehingga dapat digunakan
untuk sterilisasi alat-alat kedokteran. Steritisasi dengan cara radiasi mempunyai beberapa
keunggulan jika dibandingkan dengan sterilisasi konvensional (menggunakan bahan kimia),
yaitu:
a) Sterilisasi radiasi lebih sempurna dalam mematikan mikroorganisme.
b) Sterilisasi radiasi tidak meninggalkan residu bahan kimia.
c) Karena dikemas dulu baru disetrilkan maka alat tersebut tidak mungkin tercemar bakteri
lagi sampai kemasan terbuka. Berbeda dengan cara konvensional, yaitu disterilkan dulu baru
dikemas, maka dalam proses pengemasan masih ada kemungkinan terkena bibit penyakit.
2. Terapi tumor atau kanker.
Berbagai jenis tumor atau kanker dapat diterapi dengan radiasi. Sebenarnya, baik sel normal
maupun sel kanker dapat dirusak oleh radiasi tetapi sel kanker atau tumor ternyata lebih
sensitif (lebih mudah rusak). Oleh karena itu, sel kanker atau tumor dapat dimatikan dengan
mengarahkan radiasi secara tepat pada sel-sel kanker tersebut.
3. Penentuan Kerapatan Tulang Dengan Bone Densitometer
Pengukuran kerapatan tulang dilakukan dengan cara menyinari tulang dengan radiasi gamma
atau sinar-X. Berdasarkan banyaknya radiasi gamma atau sinar-X yang diserap oleh tulang
yang diperiksa maka dapat ditentukan konsentrasi mineral kalsium dalam tulang. Perhitungan
dilakukan oleh komputer yang dipasang pada alat bone densitometer tersebut. Teknik ini
bermanfaat untuk membantu mendiagnosiskekeroposan tulang (osteoporosis) yang sering
menyerang wanita pada usia menopause (matihaid).
4. Three Dimensional Conformal Radiotheraphy (3d-Crt)
Terapi radiasi dengan menggunakan sumber radiasi tertutup atau pesawat pembangkit radiasi
telah lama dikenal untuk pengobatan penyakit kanker. Perkembangan teknik elektronika maju
dan peralatan komputer canggih dalam dua dekade ini telah membawa perkembangan pesat
dalam teknologi radioterapi. Dengan menggunakan pesawat pemercepat partikel generasi
terakhir telah dimungkinkan untuk melakukan radioterapi kanker dengan sangat presisi dan
tingkat keselamatan yang tinggi melalui kemampuannya yang sangat selektif untuk
membatasi bentuk jaringan tumor yang akan dikenai radiasi, memformulasikan serta
memberikan paparan radiasi dengan dosis yang tepat pada target. Dengan memanfaatkan
2. teknologi 3D-CRT ini sejak tahun 1985 telah berkembang metoda pembedahan dengan
menggunakan radiasi pengion sebagai pisau bedahnya (gamma knife). Dengan teknik ini
kasus-kasus tumor ganas yang sulit dijangkau dengan pisau bedah konvensional menjadi
dapat diatasi dengan baik oleh pisau gamma ini, bahkan tanpa perlu membuka kulit pasien
dan yang terpenting tanpa merusak jaringan di luar target.
Bahaya Zat Radioaktif
1. Terlalu banyak radiasi dapat meningkatkan risiko kanker (salah satunya: kanker darah
atau leukimia)
2. Reaksi kimia yang merusak jaringan sel - sel tubuh makhluk hidup.
3. Menurunkan kekebalan tubuh terhadap penyakit (contohnya: pusing - pusing , nafsu
makan bekurang atau hilang , terjadi diare , badan panas atau demam , berat badan
turun)
4. Menyebabkan kemandulan dan mutasi pada keturunan karena radisi unsur radioaktif
dapat merusak kelenjar kelamin.
5. Menyebabkan kerusakan kulit dan sistem saraf .
Pengelolaan Limbah Radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang tidak dimanfaatkan lagi, dan karena bersifat radioaktif
limbah tersebut mempunyai potensi bahaya radiasi maka limbah tersebut harus dikelola
secara baik.
Kategori Limbah
Berdasarkan rekomendasi IAEA dan kemampuan fasilitas pengelolaan limbah di PTLR maka
limbah radioaktif yang dikelola PTLR dapat dikategorikan sebagai berikut :
No. Jenis Limbah Aktivitas (A Ci)
I Limbah Cair Aktivitas Rendah dan Sedang Pemancar
Beta dan Gamma
1e-6<=A<=1e-1
II Limbah Semi Cair (Resin) Aktivitas Rendah dan
Sedang Pemancar Beta dan Gamma
A<=1e-2
III Limbah Padat Aktivitas Rendah dan Sedang Pemancar
Beta dan Gamma :
3.1 Terbakar
3.2 Terkompaksi
3.3 Tak Terbakar & Tak Terkompaksi
A<=1e-2
A<=1e-2
A<=1e-2
IV Limbah Aktivitas Rendah Pemancar Alpha --
V Limbah Aktivitas > 6 Ci A>6
VI Sumber Bekas
6.1 Penangkal Petir
6.2 Sumber Bekas Ra-226
6.3 Sumber Bekas 1Ci<=A<=6Ci selain Ra-226 (Co-
--
--
1<=A<=6
3. 60, Am-241, Cs-137, Kr-85, Pm-147, Sr-90, Mo-99,
dll.)
6.4 Sumber Bekas 0,1Ci<=A<1Ci selain Ra-226 (Co-
60, Am-241, Cs-137, Kr-85, Pm-147, Sr-90, Mo-99,
dll.)
6.5 Sumber Bekas A<0,1Ci selain Ra-226 (Co-60,
Am-241, Cs-137, Kr-85, Pm-147, Sr-90, Mo-99, dll.)
0,1<=A<1
A<0,1
Pada dasarnya kegiatan pengelolaan limbah radioaktif meliputi tahapan :
1. Pengangkutan Limbah
Pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan limbah radioaktif dari lokasi pihak penghasil
limbah menuju ke lokasi pengelolaan limbah PTLR. Kegiatan pengangkutan harus memenuhi
syarat-syarat keamanan dan keselamatan sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Terutama bila lokasi penghasil limbah diluar kawasan PTLR diperlukan ijin Pengangkutan
Limbah dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).
a. Sarana dan prasarana yang dipakai pada kegiatan pengangkutan Limbah antara lain :
b. Alat angkut: truck, fork lift, crane, hand crane dan sebagainya
c. Transfer Cask / Kanister
d. Pallet.
e. Alat monitoring
f. Tanda bahaya radiasi dan tanda bahaya lainnya
g. Sarana keselamatan kerja, dan
h. sarana lain yang diperlukan
2. Pra-olah (pretreatment)
Praolah adalah kegiatan yang dilakukan sebelum pengolahan agar limbah memenuhi syarat
untuk dikelola pada kegiatan pengelolaan berikutnya.
Kegiatan ini antara lain meliputi :
a. Pengelompokan sesuai dengan jenis dan sifatnya.
b. Preparasi dan analisis terhadap sifat kimia, fisika dan kimia fisika serta kandungan
radiokimia
c. Menyiapkan wadah drum, plastik, lembar identifikasi dan sarana lain yang diperlukan
d. Pewadahan dalam drum 60, 100, 200 liter atau tempat yang sesuai
e. Pengepakan untuk memudahkan pengangkutan dan pengolahan
f. Pengukuran dosis paparan radiasi
g. Pemberian label identifikasi dan pengisian lembar formulir isian
h. Pengeluaran dari hotcell
i. Penempatan dalam kanister sehingga memenuhi kriteria keselamatan pengangkutan
Sarana dan prasarana yang dipakai dalam kegiatan Praolah antara lain :
4. a. Drum 60 liter / 100 liter
b. Plastik pelapis bagian dalam drum
c. Lembar identifikasi dan lembar isian
d. Alat monitor radiasi
e. Alat pengepakan
f. Kanister
g. Sarana keselamatan kerja
3. Pengolahan (treatment)
Pengolahan limbah radioaktif di PTLR menggunakan fasilitas utama Kompaktor, Evaporator,
Insinerator dan Unit Immobilisasi (lhat gambar dbawah).
Limbah cair organik dan limbah padat terbakar direduksi volumenya dengan cara insinerasi.
PTLR mempunyai satu unit insinerator dengan kapasitas pembakaran limbah padat 50 kg/jam
atau 20 liter limbah organik cair / jam beserta peralatan sementasi abu dalam drum 100L.
Limbah cair diolah dengan cara evaporasi untuk mereduksi volume limbah. PTLR memiliki
satu unit evaporator dengan kapasitas olah 0,75 m3/jam dengan ratio pemekatan 50:1.
5. Konsentrat hasil evaporasi dikungkung dalam shell beton 950L dengan campuran semen. Bila
limbah cair bersifat korosif maka limbah diolah secara kimia (chemical treatment) sebelum
disementasi.
Limbah padat termampatkan proses reduksi volumenya dilakukan dengan cara kompaksi.
PTLR mempunyai 1 unit kompaktor dengan kekuatan 600 kN, meja getar dan perangkat
sementasi. Limbah padat dalam drum 100L dimasukkan dalam drum 200L saat kompaksi.
Dengan kuat tekan 600 kN kompaktor PTLR mampu mereduksi 4-5 drum 100L dalam drum
200L. Setelah pengisian batu koral, hasil kompaksi selanjutnya disementasi dalam drum
200L.
Limbah padat tak terbakar dan tak termampatkan pengolahannya dimasukkan secara langsung
dengan cara sementasi dalam shell beton 350L/950L. Proses imobilisasi atau proses
kondisioning dilakukan dengan menggunakan shell beton 350 liter, 950 liter, drum beton 200
liter dan drum 200 liter dengan bahan matriks campuran semen basah.
Limbah padat aktivitas tinggi (LAT), limbah aktivitas sedang (LAS) dan limbah aktivitas
rendah (LAR) masing-masing diimobilisasi di dalam shell beton 350 liter, 950 liter, drum
beton 200 liter dan drum 200 liter. Untuk menunjang kegiatan proses pengolahan ini
diperlukan suatu koordinasi kerja yang terpadu diantara tenaga yang terdiri dari proses,
penunjang sarana, keselamatan, laboratorium dan administrasi.
4. Penyimpanan sementara
Penyimpanan dilakukan sebelum dan sesudah limbah diolah. PTLR memiliki 2 fasilitas
penyimpanan, yaitu Interim Storage (IS) dan Penyimpanan Sementara Limbah Aktivitas
Tinggi (PSLAT).
PSLAT memiliki 2 bentuk; kolam dan sumuran. Drum 60/100L disimpan dalam lokasi
berbentuk sumuran. Fasilitas ini memiliki 20 buah sumur, dan masing-masing sumur mampu
menampung 6 buah drum 60/100L. Total kapasitas bentuk sumuran adalah 120 drum.
Kapasitas penyimpanan limbah P2PLR :
Sarana yang diperlukan antara lain :
a. Tempat penyimpanan sementara limbah aktivitas tinggi
b. Transfer Cask Magnetik
c. Peralatan trasportasi: truck, fork lift, crane, hand crane
d. Crane / hand crane
Penyimpanan Kapasitas
Interim Storage (IS) 1500 drum 200L
500 Shell 950L
PSLAT 20 Sumur = 7,2 m3
3 Kolam = 129,6 m3
6. e. Sistem informasi managemen limbah
f. Alat monitor radiasi
g. Peralatan keselamatan kerja, dan
h. sarana lain yang diperlukan
Untuk mengetahui kriteria limbah yang memenuhi kriteria keselamatan untuk dikelola lebih
lanjut maka dilakukan inspeksi dan pemantauan secara rutin selama penyimpanan.
Referensi :
adminplr@batan.go.id. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - Badan Tenaga Nuklir Nasional.
[online]:
file://localhost/E:/tugas/inti/Pengelolaan%20Limbah%20Radioaktif%20_%20Pusat%20Teknologi%20
Limbah%20Radioaktif.htm.