1. Sanad 
Menurut bahasa sanad adalah sandaran, hubungan atau rangkaian 
perkara yang dapat dipercaya, dan rentetan rawi hadits sampai pada 
Nabi Muhammad. 
Sedangkan menurut istilah adalah mata rantai para perawi hadits yang 
menghubungkan sampai kepada perawi hadits. 
2. Matan 
Kata matan menurut bahasa berarti keras, kuat, sesuatu yang nampak 
dan yang asli. 
Menurut istilah matan adalah sesuatu kalimat setelah 
berakhirnya sanad. Definisi lain menyebutkan matan adalah beberapa 
lafal hadits yang membentuk beberapa makna. 
Contoh: 
اَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ اِيْمَانًا اَلْمَسْنُهُمْ خُلُقَ
3. Rawi 
Kata rawi dalam bahasa Arab berasal dari kata riwayah yang berarti 
memindahkan dan menukilkan. Yakni memindahkan atau menukilkan suatu 
berita dari seseorang kepada orang lain 
. Dalam istilah Ar-rawi adalah orang yang meriwayatkan atau orang yang 
menyampaikan periwayatan hadits dari seorang guru kepada orang lain yang 
terhimpun kedalam buku hadits. Untuk menyatakan perawi hadits dikatakan 
dengan kata “hadits diriwayatkan oleh”. 
Sebenarnya antara sanad dan rawi merupakan dua istilah yang tidak dapat 
dipisahkan karena sanadhadits pada setiap generasi terdiri dari perawi. Mereka 
adalah orang-orang yang menerima dan meriwayatkan atau memindahkan hadits 
dari seorang guru kepada muridnya atau teman-temannya. 
http://abdurrahmanteh.blogspot.com
1) Hadits Shahih 
Hadits Shahih, yakni hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh 
rawi yang adil lagi dhabith dari rawi yang sama hingga akhir sanad, terhindar 
dari syadz dan cacat. 
Terhindar dari syadz (kejanggalan), artinya tidak mengandung kontradiksi 
dengan riwayat yang lebih kuat. 
Terhindar dari ‘illah (cacat), artinya sebab tersembunyi yang dapat 
menggugurkan kesahihahnnya.
5 SYARAT HADITS SHAHIH: 
 Sanadnya bersambung, artinya setiap rawi bersambung secara 
langsung dengan rawi sesudahnya dari rawi pertama hingga rawi 
terakhir. 
 Rawi adil, artinya seorang muslim, baligh, berakal, terhindar dari 
sebab-sebab kefasikan dan hal-hal yang menurunkan kehormatan. 
 Rawi dhabith, artinya bagus hafalannya, bukan pelupa, banyak 
ragu-ragu, atau banyak salah (tangkap). 
 Terhindar dari syadz (kejanggalan), artinya tidak mengandung 
kontradiksi dengan riwayat yang lebih kuat. 
 Shahih Li Ghairihi, yakni Hadits Hasan Lidzatihi yang memiliki 
sanad lain yang sama kualitasnya atau lebih kuat sehingga 
meningkatkan status hadis menjadi Shahih Lighairihi (sahih karena 
lainnya).
2) Hadits Hasan 
Hadits Hasan adalah Hadis yang sanadnya bersambung diriwayatkan oleh rawi 
yang adil tapi kurang kuat hafalannya, terhindar dari syadz dan ‘illah. 
Hadits Hasan dipopulerkan oleh Imam Tirmidzi (w. 279 H). Sebelumnya 
digolongkan kepada Hadis Dha’if yang diterima. 
Perkataan Imam Tirmidzi Hadits “Hasan Shahih”, artinya bahwa Hadits tersebut 
memiliki 2 Sanad, yang satu berkualitas Shahih dan yang lain berstatus Hasan. 
3) Hadits Dha’if 
Hadts Dha’if, adalah Hadis yang tidak memenuhi persyratan Shahih dan 
Hasan.
 1) Hadits Mutawatir 
 a) Definisi hadits mutawatir 
 Mutawatir menurut bahasa adalah, mutatabi yakni sesuatu yang datang 
berikut dengan kita atau yang beriringan antara satu dengan lainnya 
tanpa ada jaraknya. Menurut istilah hadits mutawatir adalah hadits yang 
diriwayatkan oleh sejumlah orang yang menurut adat mustahil mereka 
bersepakat terlebih dahulu untuk berdusta. 
 b) Syarat- syarat hadits mutawatir 
 1. Periwayatan yang disampaikan oleh rawi-rawi tersebut harus 
berdasarkan tanggapan panca indra. 
 2. Jumlah rowi-rowinya harus mencapai suatu ketentuan yang tidak 
memungkinkan mereka bersepakat untuk berbohong. 
 3. Adanya keseimbangan jumlah antara rawi-rawi dalam thabaqoh 
pertama dengan jumlah rawi-rawi dalam thobaqoh berikutnya.
 2) Hadits Ahad 
 a) Definisi hadits ahad 
 Kata ahad atau wahid berdasarkan segi bahasa berarti satu, maka khobar ahad 
atau khobar wahid berarti suatu berita yang disampaikan oleh orang 
satu. Sedangkan hadits ahad menurut istilah adalah Hadits yang jumlah 
perowinya tidak sebanyak jumlah perowi hadits mutawatir, baik perowi itu satu, 
dua, tiga, empat, lima dan seterusnya yang memberikan pengertian bahwa jumlah 
perawi tersebut tidak mencapai jumlah perowi hadits mutawatir. 
 b) Pembagian hadits ahad 
 Para muhadditsin membagi atau memberi nama-nama tertentu bagi hadits ahad 
mengingat banyak sedikitnya rawi-rawi yang berada pada tiap-tiap thabaqot, 
yaitu Hadits Masyhur, Hadits Aziz, dan Hadits Ghorib. 
 a. Hadits Masyhur 
 Adalah hadits yang diriwayatkan oleh tiga rowi atau lebih dan tidak sampai pada 
batasan mutawatir. 
 b. Hadits Aziz 
 DinamakanAziz karena kelangkaan hadits ini. Sedangkan pengertiannya 
adalah hadits yang jumlah perowinya tidak kurang dari dua.
3. HaditsGhorib 
Adalah hadits yang diriwayatkan satu perowi saja. Hadits 
Ghorib terbagi menjadi dua: yaitu ghorib mutlaq dan ghorib 
nisbi. Gorib mutlaq terjadi apabila penyendirian perawi hanya 
terdapat pada satu thabaqat.Hadis ghorib nisbi terjadi apabila 
penyendiriannya mengenai sifat atau keadaan tertentu dari 
seorang perawi. Penyendirian seorang rawi seperti ini bisa terjadi 
berkaitan dengan kesiqahan rawi atau mengenai tempat tinggal 
atau kota tertentu.

Unsur – unsur hadits

  • 1.
    1. Sanad Menurutbahasa sanad adalah sandaran, hubungan atau rangkaian perkara yang dapat dipercaya, dan rentetan rawi hadits sampai pada Nabi Muhammad. Sedangkan menurut istilah adalah mata rantai para perawi hadits yang menghubungkan sampai kepada perawi hadits. 2. Matan Kata matan menurut bahasa berarti keras, kuat, sesuatu yang nampak dan yang asli. Menurut istilah matan adalah sesuatu kalimat setelah berakhirnya sanad. Definisi lain menyebutkan matan adalah beberapa lafal hadits yang membentuk beberapa makna. Contoh: اَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ اِيْمَانًا اَلْمَسْنُهُمْ خُلُقَ
  • 2.
    3. Rawi Katarawi dalam bahasa Arab berasal dari kata riwayah yang berarti memindahkan dan menukilkan. Yakni memindahkan atau menukilkan suatu berita dari seseorang kepada orang lain . Dalam istilah Ar-rawi adalah orang yang meriwayatkan atau orang yang menyampaikan periwayatan hadits dari seorang guru kepada orang lain yang terhimpun kedalam buku hadits. Untuk menyatakan perawi hadits dikatakan dengan kata “hadits diriwayatkan oleh”. Sebenarnya antara sanad dan rawi merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan karena sanadhadits pada setiap generasi terdiri dari perawi. Mereka adalah orang-orang yang menerima dan meriwayatkan atau memindahkan hadits dari seorang guru kepada muridnya atau teman-temannya. http://abdurrahmanteh.blogspot.com
  • 3.
    1) Hadits Shahih Hadits Shahih, yakni hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rawi yang adil lagi dhabith dari rawi yang sama hingga akhir sanad, terhindar dari syadz dan cacat. Terhindar dari syadz (kejanggalan), artinya tidak mengandung kontradiksi dengan riwayat yang lebih kuat. Terhindar dari ‘illah (cacat), artinya sebab tersembunyi yang dapat menggugurkan kesahihahnnya.
  • 4.
    5 SYARAT HADITSSHAHIH:  Sanadnya bersambung, artinya setiap rawi bersambung secara langsung dengan rawi sesudahnya dari rawi pertama hingga rawi terakhir.  Rawi adil, artinya seorang muslim, baligh, berakal, terhindar dari sebab-sebab kefasikan dan hal-hal yang menurunkan kehormatan.  Rawi dhabith, artinya bagus hafalannya, bukan pelupa, banyak ragu-ragu, atau banyak salah (tangkap).  Terhindar dari syadz (kejanggalan), artinya tidak mengandung kontradiksi dengan riwayat yang lebih kuat.  Shahih Li Ghairihi, yakni Hadits Hasan Lidzatihi yang memiliki sanad lain yang sama kualitasnya atau lebih kuat sehingga meningkatkan status hadis menjadi Shahih Lighairihi (sahih karena lainnya).
  • 5.
    2) Hadits Hasan Hadits Hasan adalah Hadis yang sanadnya bersambung diriwayatkan oleh rawi yang adil tapi kurang kuat hafalannya, terhindar dari syadz dan ‘illah. Hadits Hasan dipopulerkan oleh Imam Tirmidzi (w. 279 H). Sebelumnya digolongkan kepada Hadis Dha’if yang diterima. Perkataan Imam Tirmidzi Hadits “Hasan Shahih”, artinya bahwa Hadits tersebut memiliki 2 Sanad, yang satu berkualitas Shahih dan yang lain berstatus Hasan. 3) Hadits Dha’if Hadts Dha’if, adalah Hadis yang tidak memenuhi persyratan Shahih dan Hasan.
  • 6.
     1) HaditsMutawatir  a) Definisi hadits mutawatir  Mutawatir menurut bahasa adalah, mutatabi yakni sesuatu yang datang berikut dengan kita atau yang beriringan antara satu dengan lainnya tanpa ada jaraknya. Menurut istilah hadits mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang yang menurut adat mustahil mereka bersepakat terlebih dahulu untuk berdusta.  b) Syarat- syarat hadits mutawatir  1. Periwayatan yang disampaikan oleh rawi-rawi tersebut harus berdasarkan tanggapan panca indra.  2. Jumlah rowi-rowinya harus mencapai suatu ketentuan yang tidak memungkinkan mereka bersepakat untuk berbohong.  3. Adanya keseimbangan jumlah antara rawi-rawi dalam thabaqoh pertama dengan jumlah rawi-rawi dalam thobaqoh berikutnya.
  • 7.
     2) HaditsAhad  a) Definisi hadits ahad  Kata ahad atau wahid berdasarkan segi bahasa berarti satu, maka khobar ahad atau khobar wahid berarti suatu berita yang disampaikan oleh orang satu. Sedangkan hadits ahad menurut istilah adalah Hadits yang jumlah perowinya tidak sebanyak jumlah perowi hadits mutawatir, baik perowi itu satu, dua, tiga, empat, lima dan seterusnya yang memberikan pengertian bahwa jumlah perawi tersebut tidak mencapai jumlah perowi hadits mutawatir.  b) Pembagian hadits ahad  Para muhadditsin membagi atau memberi nama-nama tertentu bagi hadits ahad mengingat banyak sedikitnya rawi-rawi yang berada pada tiap-tiap thabaqot, yaitu Hadits Masyhur, Hadits Aziz, dan Hadits Ghorib.  a. Hadits Masyhur  Adalah hadits yang diriwayatkan oleh tiga rowi atau lebih dan tidak sampai pada batasan mutawatir.  b. Hadits Aziz  DinamakanAziz karena kelangkaan hadits ini. Sedangkan pengertiannya adalah hadits yang jumlah perowinya tidak kurang dari dua.
  • 8.
    3. HaditsGhorib Adalahhadits yang diriwayatkan satu perowi saja. Hadits Ghorib terbagi menjadi dua: yaitu ghorib mutlaq dan ghorib nisbi. Gorib mutlaq terjadi apabila penyendirian perawi hanya terdapat pada satu thabaqat.Hadis ghorib nisbi terjadi apabila penyendiriannya mengenai sifat atau keadaan tertentu dari seorang perawi. Penyendirian seorang rawi seperti ini bisa terjadi berkaitan dengan kesiqahan rawi atau mengenai tempat tinggal atau kota tertentu.