SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
Download to read offline
i
MAKALAH
TEORI PRODUKSI
Diajukan Sebagai Tugas Kelompok IV
Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Mikro
Dosen Pengampu:
Dr. Budi Ilham Maliki, S.Pd., MM
Disusun oleh:
NIM NAMA
11011700211 : M. Abdul Aziz
11011700727 : Alvin Nadian Damara
11011700499 : Ari Supriatna
11011700545 : Rahmat Hidayatullah
11011700218 : Yossa Elytta Vega
11011700570 : Ririn Dzuratunnisa
11011700066 : Robi Asif Fuadi
11011700703 : Kartika Yudhawati
11011700155 : Sella Sakinah
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PROGRAM SARJANA
UNIVERSITAS BINA BANGSA BANTEN
2017
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah membantu hamba-Nya menyelesaikan
tugas makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan serta bantuan-Nya
penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan tentang Pengantar
Ekonomi Mikro khususnya mengenai Teori Produksi yang membahasa tentang
Produksi Jangka Pendek dan Produksi Jangka Panjang.
Akhir kata, kami ucapkan mohon maaf bila masih banyak kekurangan dalam
menyusun makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Serang, 04 Desember 2017
Kelompok IV PEM
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................
1.2 Batasan Masalah.....................................................................
1.3 Tujuan.....................................................................................
1
1
1
BAB II TEORI PRODUKSI ................................................................... 2
2.1 Pengertian Teori Produksi ...................................................... 2
2.2 Produksi Jangka Pendek ......................................................... 2
2.2.1 Fungsi Produksi.............................................................
2.2.2 Hukum Pertambahan Hasil yang Semakin Berkurang ..
2.2.3 Hubungan antara Produksi Rata-rata, Produksi
Marginal dan Produksi Total.........................................
2.2.4 Tahapan dalam Fungsi Produksi ...................................
3
3
6
7
2.3 Produksi Jangka Panjang........................................................
2.3.1 Iso-Produk atau Isoquant...............................................
2.3.2 Iso-Biaya .......................................................................
2.3.3 Jumlah Produksi Optimum............................................
11
11
15
16
BAB III PENUTUP ................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan.............................................................................
3.2 Saran .......................................................................................
21
21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 22
PROFIL ANGGOTA KELOMPOK IV .......................................................... 23
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produksi adalah transformasi atau pengubahan faktor produksi menjadi barang
produksi, atau suatu proses dimana masukan (input) diubah menjadi luaran (output).
Berusaha untuk mencapai efisiensi produksi yaitu menghasilkan barang dan jasa
dengan biaya yang paling rendah untuk suatu jangka waktu tertentu.
Efisiensi dari proses produksi itu tergantung pada proporsi masukan yang
digunakan, jumlah absolut masing-masing masukan, serta produktivitas masing-
masing masukan untuk setiap tingkat penggunaannya dan perbandingan antara
masukan-masukan atau faktor-faktor produksi tersebut. Karena masukan atau faktor
produksi itu harus dibayar oleh perusahaan, maka derajat efisiensi produksi
diterjemahkan dalam konsep biaya produksi.
Fungsi produksi yaitu hubungan antara masukan (faktor produksi) dan luaran
(barang produksi), kita perlu membedakan antara pengertian produksi jangka pendek
dan jangka panjang. Meskipun periode produksi jangka panjang atau jangka pendek
tidak ada kaitannya dengan lamanya waktu produksi. Ini merupakan istilah ekonomi
yang sama sekali tidak ada hubungannya langsung dengan waktu, melainkan
membahas mengenai fungsi produksi jangka pendek dan jangka panjang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Teori Produksi?
2. Apa definisi Produksi Jangka Pendek?
3. Apa definisi Produksi Jangka Panjang?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami Teori Produksi
2. Untuk memahami Produksi Jangka Pendek
3. Untuk memahami Produksi Jangka Panjang
2
BAB II
TEORI PRODUKSI
2.1 Pengertian Teori Produksi
Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai
guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam
memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah
bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu
benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang.
Teori produksi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara tingkat
produksi dengan jumlah faktor-faktor produksi dan hasil penjualan outputnya.
Sedangkan faktor-faktor produksi adalah sebagai berikut :
a. Tanah (Land) atau Sumber Daya Alam (Natural Resources)
b. Tenaga kerja manusia (Labour) atau Sumber Daya Manusia (Human Resources)
c. Modal (Capital)
d. Keahlian keusahawanan (Enterpreneurship)
Di dalam menganalisis teori produksi, kita mengenal dua hal:
1. Produksi jangka pendek, yaitu bila sebagian faktor produksi jumlahnya tetap
dan yang lainnya berubah (misalnya jumlah modal tetap, sedangkan tenaga kerja
berubah).
2. Produksi jangka panjang, yaitu semua faktor produksi dapat berubah dan
ditambah sesuai kebutuhan.
Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai
kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam
jumlah yang mencukupi. Orang atau perusahaan yang menjalankan suatu proses
produksi disebut Produsen.
2.2 Produksi Jangka Pendek
Produksi jangka pendek adalah suatu proses produksi terdapat faktor produksi
yang sifatnya tetap (fixed input) dan faktor produksi yang jumlahnya dapat diubah-
ubah (variable input).
3
2.2.1 Fungsi Produksi
Yang dimaksud dengan fungsi produksi ialah hubungan teknis antara faktor
produksi dan barang produksi yang dihasilkan dalam proses produksi. Fungsi
produksi itu menunjukan jumlah barang produksi tergantung pada jumlah
faktor produksi yang digunakan. Jadi barang produksi merupakan variabl tidak
bebas (dependent variables) dan faktor produksi merupakan variabel bebas
(indenpendent variables). Sebagai misal dari suatu fungsi produksi ialah
jumlah padi yang dihasilkan merupakan fungsi luas tanah dan tenaga kerja.
Pada umumnya dianggap bahwa tanah merupakan faktor produksi tetap dan
tenaga kerja merupakan faktor produksi yang diubah-ubah atau variabel. Ini
dapat dituliskan sebagai
Q=f (T,L)
di mana Q adalah jumlah padi yang dihasilkan, T menunjukan luas tanah, dan
L adalah jumlah tenaga kerja, sedangkan f menunjukkan hubungan fungsional
antara jumlah barang yang dihasilkan (Q) dan luas tanah (T) dan jumlah tenaga
kerja (L). Dalam bentuknya yang khusus fungsi produksi dapat berbentuk
linear ataupun tidak linear.
2.2.2 Hukum Pertambahan Hasil yang Semakin Berkurang
Dalam hubungan produksi jangka pendek, di mana satu faktor produksi bersifat
variabel dan faktor-faktor produksi lainnya tetap, akan dijumpai suatu kenaikan
produksi total apabila kita menambah faktor produksi variabel itu secara terus
menerus. Produksi total itu akan bertambah terus tetapi dengan tambahan
produksi semakin kecil, dan sampai jumlah tertentu produksi akan mencapai
maksimum dan kemudian menurun. Hal ini terjadi karena adanya hukum
tambahan hasil yang semakin berkurang (law of diminishing returns).
4
Gambar 5.1.
Fungsi Produk
Keadaan ini dapat dilihat pada Gambar 5.1 di mana sumbu horizontal
menunjukkan jumlah faktor produksi tenaga kerja yang digunakan dalam
proses produksi dan sumbu vertikal menunjukkan jumlah barang yang
dihasilkan (Q). Dalam hal ini faktor produksi tanah dianggap sebagai faktor
produksi tetap. Dengan tambahan tenaga kerja yang terus menerus mula-mula
jumlah produksi meningkat dan biasanya dengan tambahan yang semakin
besar, kemudian dengan tambahan tenaga kerja berikutnya jumlah produksi
total juga meningkat tetapi dengan tambahan produksi yang semakin kecil.
Akhirnya tambahan jumlah tenaga kerja selanjutnya akan tetap meningkatkan
jumlah produksi tetapi sampai pada jumlah tenaga kerja tertentu, produksi total
akan mencapai maksimum; yang berarti pada tambahan tenaga kerja
berikutnya justru akan menurunkan jumlah produksi total.
Paga Gambar 5.1 juga dilukiskan kurve produksi marginal. Produksi
marginal adalah tambahnya produksi yang disebabkan oleh tambahan satu
satuan faktor produksi tenaga kerja yang dapat kita tuliskan juga sebagai
MPL = ∆TPL
∆L
dimana:
5
MPL = produksi marginal tenaga kerja
TPL = produksi total tenaga kerja
∆ = perubahan jumlah.
Sifat dari produksi marginal ini ialah mula-mula meningkat sejalan dengan
peningkatan produksi total, kemudian mecapai titik maksimal pada titik belok
dari kurve produksi total yaitu pada saat peningkatan produksi total menjadi
mulai semakin menurun, dan menurun terus sampai sama dengan nol pada saat
produksi total mencapai titik maksimum, kemudian produksi marginal
menajadi negatif pada saat produksi total menurun. Dari uraian tersebut dapat
dikatakan bahwa ada tiga tahap dalam fungsi produksi. masing-masing tahap
itu adalah tapah kenaikan hasil produksi (stage of increasing return) yaitu
antara jumlah tenaga kerja 0 sampai dengan L2 , disusul dengan tahap
peningkatan hasil produksi yang semakin menurun (stage of diminishing
returns) yaitu antara jumlah tenaga kerja L2 sampai dengan L*; dan akhirnya
tahap produksi negatif (stage of negative returns) yaitu setelah penggunaan
tenaga kerja lebih besar dari pada L*. Tahap-tahap produksi ini dapat dipahami
dengan melihat kurve biaya marginal MPL yang mula-mula meningkat dan
mencapai puncaknya pada tenaga kerja sebanyak L2 kemudian menjadi nol
pada tenaga kerja sejumlah L* dan menjadi dibawah nol dengan tenaga kerja
yang lebih banyak daripada jumlah L*. Secara grafis produksi marginal ini
dapat ditunjukan oleh lereng dari kurve produksi total yaitu ditunjukkan oleh
garis singgung pada setiap titik pada kurve produksi total. Sebagai contoh pada
jumlah tenaga kerja sebanyak OL1, produksi marginalnya adalah L1A/L1`L1
atau lereng garis singgung L1`A.
Dari produksi total itu kita dapat mengetahui pula besarnya produksi rata-
rata tenaga kerja. Pada umumnya tingkat produksi rata-rata ini dipakai sebagai
ukuran tingkat efisiensi penggunaan tenaga kerja. Semakin tinggi tingkat
produksi rata-rata semakin efisien pula faktor produksi tenaga kerja yang
dipergunakan.
6
Produksi rata-rata adalah produksi total dibagi dengan jumlah tenaga kerja,
atau kita dapat menuliskannya sebagai
APL = TPL
L
Semakin banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan, tambahan tenaga
kerja tersebut akan meningkatkan produksi rata-rata, kemudian tambahan
tenaga kerja selanjutnya sampai pada jumlah tertentu akan menyebabkan
produksi rata-rata mencapai titik maksimum, kemudian produksi rata-rata itu
menurun terus dengan tambahan jumlah tenaga kerja lebih lanjut. Kurve
produksi rata-rata ini dapat peroleh dengan cara menarik garis luruh
menghubungkan kurve produksi total dengan titik asal (O). Sebagai misal
jumlah tenaga kerja OL1, tingkat produksi total adalah L1A, sehingga produksi
rata-rata adalah L1A/OL1, lereng dari garis lurus OA. Pada jumlah tenaga kerja
L1 berarti bahwa produksi marginal lebih tinggi daripada produksi rata-rata,
karena L1A/L1`L1 > L1A/OL1.
2.2.3 Hubungan antara Produksi Rata-rata, Produksi Marginal dan Produksi
Total
Hubungan antara Produksi Total, Produksi Rata-rata dan Produksi Marginal
sangat penting untuk dipahami, karena posisinya sangat menentukan produsen
dalam melakukan kegiatan usahanya. Pertama-tama yang perlu dipahami ialah
hubungan antara produksi marginal dan produksi total, yaitu pada saat produksi
total mengalami perubahan peningkatan produksi dari yang menaik menjadi
yang menurun, maka pada saat itu kurva produksi marginal mencapai titik
maksimumnya pada titik tersebut pada sumbu horizontal. Kemudian pada saat
kurve produksi total mencapai titik maksimum, maka kurve produksi marginal
memotong sumbu horizontal, artinya produksi marginal sama dengan nol.
Selanjutnya, ada hubungan yang penting pula antara produksi rata-rata dan
produksi marginal, yaitu pada saat produksi rata-rata meningkat, produksi
marginal lebih tinggi daripada produksi rata-rata, dan pada saat produksi rata-
rata menurun produksi marginal lebih rendah daripada produksi rata-rata. Hal
ini menunjukkan pula bahwa pada saat produksi rata-rata mencapai titik
7
maksimum produksi marginal sama dengan produksi rata-rata, atau kurve
produksi rata-rata berpotongan dengan kurve produksi marginal.
2.2.4 Tahapan dalam Fungsi Produksi
Hubungan antara produksi total, produksi rata-rata dan produksi marginal itu
sangat berguna untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan factor produksi.
Pada gambar 5.2 kita membagi fungsi produksi itu dalam tiga tingkatan atau
tahap yaitu tahap 1, tahap II dan tahap III. Tahap I dibatasi dari titik asal (0)
sampai titik maksimum produksi rata-rata. Kemudian tahap II dibatasi oleh titik
pada saat produksi rata-rata mencapai titik maksimum sampai dengan pada saat
produksi total mencapai maksimum atau pada saat produks marginal sama
dengan nol. Tahap III adalah tahap setelah produksi total menurun terus. Tahap
I dan tahap III disebut sebagai tahap yang tidak rasional dan tahap II disebut
sebagai tahap rasional. Alasannya ialah karena pada tahap II itu produksi
marginal untuk semua factor produksi (masukan) yaitu untuk tenaga kerja
maupun tanah adalah positif. Hal ini akan menjadi jelas kalau kita perhatikan
tabel 5.1, tabel 5.2, dan gambar 5.2.
Tabel 5.1
Hubungan antara Faktor Tenaga Kerja dan Tanah Produksi Total (TPL).
Produksi Rata-rata (APL), dan Produksi Marginal (MPL).
T L TPL APL MPL
1 0 0 0 -
1 1 3 3 3
1 2 7 3.5 4
1 3 12 4 5
1 4 18 4.5 6
1 5 25 5 7
1 6 31 5.2 6
1 7 36 5.14 5
1 8 38 4.75 2
1 9 37 4.11 -1
1 10 34 3.4 -3
1 11 30 2.88 -4
1 12 24 2.0 -6
Dalam tabel 5.1 kita mengkombinasikan factor produksi tanah sebagai faktor
produksi tetap dengan factor produksi tenaga kerja sebagai factor produksi
8
variabel. Apabila tabel ini diterjemahkan dalam gambar 5.2 akan berarti bahwa
kita bergerak ke kanan yaitu menambah terus factor produksi tenaga kerja, dan
berakibat pada berlakunya hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang
untuk factor produksi tenaga kerja. Sebaliknya, pada tabel 5.2 dinyatakan
bahwa factor produksi tenaga kerja yang bersifat konstan dan factor produksi
tanah yang variabel. Hal ini dapat dilakukan dengan menyatakan semua jumlah
factor produksi tenaga kerja menjadi satu unit yaitu dengan membaginya
dengan jumlah tenaga kerja semula. Demikian juga factor produksi tanah
dibagi dengan angka pembagi factor produksi tenaga kerja, sehingga kedua
factor produksi itu berkurang penggunaannya secara sebanding. Dengan
menganggap adanya skala hasil yang konstan (constant returns to scale), maka
produksi total juga berubah sebanding dengan berkurangnya factor produksi
tanah dan factor produksi tenaga kerja.
Dengan menggunakan asumsi adanya skala hasil yang konstan, maka kita
akan melihat bahwa jumlah produksi total untuk tenaga kerja (TPL) akan sama
dengan jumlah produksi rata-rata dari factor produksi tanah (APT); dan jumlah
produksi rata-rata dari factor produksi tenaga kerja (APL) sama dengan jumlah
produksi total dari factor produksi tanah (TPT). Dalam tabel 5.2 faktor produksi
tenaga kerja sebagai factor konstan dan tanah sebagai factor produksi variabel,
dan tampak kita menambah factor produksi tanah apabila kita mulai dari baris
paling bawah dan bergerak ke atas. Factor produksi tanah bertambah terus
jumlahnya yang tampak dalam gambar 5.2 sebagai kita bergerak dari kanan ke
kiri. Ini sama artinya dengan kita mengurangi jumlah factor produksi tenaga
kerja, yang sesungguhnya secara relative berarti sama dengan kita menambah
factor produksi tanah.
9
Tabel 5.2
Hubungan antara Faktor Tenaga Kerja dan Tanah Produksi Total (TPT).
Produksi Rata-rata (APT), dan Produksi Marginal (MPT).
L T TPT APT MPT
1 0 0 0 -
1 1 3 3 -1.0
1 ½ 3.5 7 -3.0
1 1/3 4 12 -6.0
1 ¼ 4.5 18 -10.0
1 1/5 5 25 -6.0
1 1/6 5.2 31 2.5
1 1/7 5.14 36 21.8
1 1/8 4.75 38 46.1
1 1/9 4.11 37 63.9
1 1/10 3.4 34 57.2
1 1/11 2.88 30 116.0
1 1/12 2.0 24 -
Kemudian kita dapat menggambarkan kurve produksi marginal untuk tanah,
yang tampak pada gambar 5.2 itu bahwa hubungan antara kurve produksi rata-
rata dan kurve produksi marginal itu tetap mengikuti aturan yang ada yaitu
bahwa pada tingkat produksi rata-rata mencapai titik maksimum, kurve
produksi marginal memotong kurve produksi rata-rata, dan pada saat kurve
produksi total mencapai titik maksimum, kurve produksi marginal sama
dengan nol atau memotong sumbu horizontal. Dengan telah digambarkannya
kurve produksi marginal untuk masing-masing factor produksi itu, maka
menjadi jelas adanya batas-batas dari pentahapan dalam fungsi produksi tahap
I , tahap II dan tahap III. Dengan demikian kita
10
Gambar 5.2
Faktor Produksi dengan Tanah Sebagai Faktor Produksi Tetap dan Tenaga Kerja Sebagai
Faktor Produksi Variabel dan Sebaliknya
akan memahami bahwa tahap I dan tahap III dari fungsi dikatakan sebagai
tahap yang tidak rasional, karena semua factor produksi menunjukkan adanya
produksi marginal yang negative; dan pada tahap II yaitu tahap yang
dinyatakan sebagai tahap rasional dalam fungsi produksi adalah tahap dimana
tidak ada satupun dari factor produksi itu yang memberikan produksi marginal
yang negative. Atau dengan kata lain dengan menggunakan contoh diatas, baik
factor produksi tenaga kerja maupun factor produksi tanah keduanya
memberikan hasil produksi marginal yang positif. Produsen akan selalu
memilih tahap produksi yang rasional ini sebagai daerah untuk melakukan
kegiatannya.
Pertanyaannya sekarang ialah pada jumlah berapa produsen akan
menggunakan tenaga kerja dalam kegiatan produksinya. Pertanyaan ini dapat
dijawab apabila kita telah mengetahui tingginya tingkat harga masing-masing
factor produksi. Katakanlah kalau harga masing-masing factor produksi per
unit sama, maka factor produksi itu akan digunakan sedemikian rupa sehingga
11
produksi marginal masing-masing factor produksi itu sama besarnya. Atau kita
dapat menuliskannya sebagai :
MPL = MPT
PL PT
Apabila PL = PT maka MPL harus sama dengan MPT apabila produsen
menghendaki penggunaan factor produksi yang paling efisien; artinya yang
dapat memberikan biaya yang paling rendah. Inilah yang disebut sebagai syarat
bagi adanya biaya produksi yang paling minimum (least cost combination).
Seandainya harga factor produksi tenaga kerja (PL) dua kali lipat daripada
harga factor produksi tanah (PL), maka untuk mencapai kombinasi factor
produksi yang memberikan biaya produksi terendah ialah MPL = 2MPT dalam
gambar 5.2 kita akan memilih penggunaan tenaga kerja sebanyak L1 apabila
PL = PT’ yaitu pada saat kurve MPL berpotongan dengan kurve MPT. Tetapi
apabila harga tenaga kerja seperlima dari harga tanah, maka kita akan
menggunakan tenaga kerja lebih banyak yaitu sebanyak L5 dimana pada saat
itu MPT = 5MP5.
2.3 Produksi Jangka Panjang
Produksi jangka panjang adalah suatu proses produksi di mana semua faktor
produksi dapat diubah-ubah jumlahnya atau semua faktor produksi bersifat variabel.
Untuk menjelaskan fungsi produksi jangka panjang perlu digunakanya kurve iso-
produk (iso-product atau isoquant). “Iso” artinya sama dan “product” artinya
produksi serta “quant” berarti kuantitas.
2.3.1 Iso-Produk atau Isoquant
Iso-produk atau isoquant adalah kurve yang merupakan tempat kedudukan
titik-titik yang menunjukkan kombinasi dua faktor produksi guna
menghasilkan tingkat produksi yang sama. Kurve iso-produk ini digambarkan
pada Gambar 5.3 dengan sumbu horizontal menunjukan factor produksi tenaga
kerja dan sumbu vertikal menunjukan faktor produksi tanah. Kurve iso-produk
digambarkan dengan bentuk melengkung dan cembung terhadap titik asal serta
12
tidak berpotongan satu sama lain. Semakin jauh kurve produk ini dari titik asal
menunjukan semakin tinggi tingkat produksi barang tersebut.
5.3.
Iso-Produk
Lereng dari iso-produk dapat dinyatakan sebagai ∆T / ∆L atau perbandingan
antara berkurangnya jumlah tanah yang digunakan ( ∆T ) dan tambahan tenaga
kerja yang digunakan ( ∆T ). Perlu diingat bahwa perubahan-perubahan itu
tidak membawa perubahan jumlah produksi total; berarti bahwa berkurangnya
produksi sebagai akibat dari berkurangnya penggunaan T diimbangi dengan
bertambahnya produksi akibat dari bertambahnya penggunaan L. Dengan kata
lain dapat dinyatakan bahwa:
∆T . MPT = ∆. MPL ( Lihat Gambar 5.3 )
Inilah yang disebut dengan “tingkat subsitusi teknis marginal” ( marginal rates
of technical substitution = MRTS) yang menunjukan berapa tenaga kerja (L)
harus ditambah dengan dikuranginya penggunaan tanah (T) agar produksi total
sama. Kurve iso-produk ini dapat digunakan untuk menjelaskan keadaan
jangka pendek yaitu apabila kita mengambil suatu jumlah tertentu yang tetap
dari faktor produksi tanah misalnya seluas T1 dan menambah terus faktor
13
produksi lain yang variabel misalnya tenaga kerja seperti pada Gambar 5.3.a.
Pada saat garis horizontal pada jumlah faktor produksi tetap setinggi
Gambar 5.3.a.
Iso-Produk dan Tahapan Produksi
T1 itu menyinggung salah satu kurve iso-produksi pada waktu tenaga kerja
sebanyak L3, ini berarti bahwa produksi marginal tenaga kerja sama dengan
nol. Dengan demikian kita dapat mengerti bahwa sebelum titik persinggungan
itu, produksi marginal tenaga kerja positif, dan setelah atau di sebelah kanan
titik persinggungan itu produksi marginal adalah negatif. Kita dapatmembuat
berbagai percobaan dengan mengambil beberapa kali jumlah faktor produksi
tanah sebagai faktor produksi tetap misalnya pada T*, dan terus menambah
jumlah faktor produksi tenaga kerja. Dengan sendirinya kita akan memperoleh
beberapa titik persinggungan antara garis horinzontal dan kurve iso-produk
yang semuanya itu menunjukan adanya produksi marginal tenaga kerja sama
dengan nol. Apabiula titik-titik di mana produksi marginal sama dengan nol itu
dihubungkan suatu garis, maka kita akan menemukan garis yang disebut garis
14
tembereng (ridge line). Kemudian kalau yang dianggap tetap adalah faktor
produksi tenaga kerja dan faktor produksi tanah merupakan faktor produksi
yang diubah-ubah jumlahnya, maka dengan ditambahnya faktor produksi tanah
berarti kita bergerak ke atas secara vertical. Dengan tambahan faktor produksi
tanah itu dan jumlah faktor produksi tenaga kerja tetap sebesar L1, maka mula-
mula jumlah produksi meningkat, yang ditunjukan oleh kurve iso-produk yang
semakin tinggi. Katakanlah mula-mula dengan luas tanah sebesar T1 jumlah
produksi ditunjukan oleh iso-produk 100, kemudian dengan tanah yang
semakin luas yaitu T2, jumlah produksi meningkat seperti yang ditunjukan oleh
iso-produk 200. Begitu seterusnya tambahan faktor produksi tanah akan
meningkatkan produksi total sampai pada saat garis vertikal pada L1
menyinggung salah satu kurve iso-produk yaitu kurve iso-produk 300. Pada
saat itu jumlah produksi mencapai 300, dan tambahan luas tanah lebih lanjut
justru akan menurunkan produksi total yaitu kembali pada jumlah produksi 200
pada iso-produk 200. Ini berarti bahwa pada titik persinggungan itu produk
marginal tanah sama dengan nol. Kita dapat berbuat sama dengan menganggap
jumlah tenaga kerja tetap dalam jumlah tertentu, misalnya pada L2 atau pada
L3. Dengan menambah terus faktor produksi tanah, tentu kita dapat
mendapatkan titik di mana produksi marginal tanah sama dengan nol.
Selanjutnya apabila kita hubungkan titik-titik dimana produksi marginal tanah
itu sama dengan nol, kita akan mendapatkan garis tembereng juga.
Setelah kita menggambarkan kedua garis tembereng tersebut, maka kita
dapat menunjukan daerah-daerah atau tahapan-tahapan produksi mana yang
rasional dan mana yang tidak rasional. Kalau kita perhatikan Gambar 5.3 itu,
maka kita akan mempunyai daerah yang dibatasi oleh dua garis tembereng
yaitu garis tembereng OA dan garis tembereng OB. Daerah yang berada di
dalam garis tembereng itu disebut sebagai daerah yang rasional atau tahap yang
rasional, karena pada saat itu nilai produksi marginal untuk kedua faktor
produksi adalah positif. Di sebelah kiri atau sebelah atas garis tembereng OB
adalah daerah atau tahap I dari faktor produksi tenaga kerja dan merupakan
tahapan III faktor produksi tanah, sehingga disebut sebagai daerah atau tahap
15
yang tidak rasional. Dalam tahap itu produksi marginal tanah bernilai negative.
Kemudian di daerah sebelah kanan atau bawah dari kurve tembereng OA,
daerah ini disebut sebagai daerah atau tahap III untuk faktor produksi tenaga
kerja dan tahap I untuk produksi tanah, sehingga daerah inipun disebut sebagai
daerah atau tahap yang tidak rasional, karena produksi marginal tanah bernilai
negatife. Dengan sendirinya produsen akan beroprasi atau bekerja di daerah
yang rasional yaitu dimana kedua faktor produksi baik tanah maupun tenaga
kerja mempunyai nilai produksi marginal yang positif. Daerah ini berada di
tengah-tengah yaitu pada tahap II dari fungsi produksi yang dibatasi oleh dua
garis tembereng OA dan OB pada Gambar 5.3.a tersebut.
2.3.2 Iso-Biaya
Iso-biaya adalah kurve yang menunjukkan kedudukan dari titik-titik yang
menunjukan kombinasi barang-barang atau faktor produksi yang dibeli oelh
produsen dengan sejumlah anggaran tertentu. Letak iso-biaya ini tergantung
pada besarnya anggaran belanja perusahaan serta harga factor produksi yang
digunakan dalam proses produksi oleh prusahaan yang bersangkutan. Semakin
besar anggaran perusahaan dengan harga factor produksi yang tetap, maka
letak dari garis iso-biaya ini akan semakin menjauhi titik asal (nol).
Selanjutnya perubahan harga salah satu factor produksi apabila jumlah
anggaran tetap akan menyebabkan lereng dari kurve iso-biaya itu berubah.
Gambar 5.4 melukiskan iso-biaya tersebut. Sumbu horizontal menunjukan
jumlah factor L dan sumbu vertical menunjukan factor produksi T. Lereng
garis iso-biaya ini ditentukan oleh perbandingan harga factor produksi L dan
harga factor T, di mana L= tenaga kerja dan T= tanah.
Lereng iso-biaya: E / PT = PL
E / PL PT
di mana:
E = jumlah anggaran perusahaan
P = harga factor produksi
L = factor produksi tenaga kerja
T = faktor produksi tanah.
16
Kalau terjadi peningkatan anggaran perusahaan, sedangkan harga faktor
produksi tetap, maka garis iso-biaya ini akan bergeser ke kanan sejajar,
misalnya dari iso-biaya E/PTE/PL menjadi E / PT E / PL (Lihat Gambar 5.4.a).
Kemudian seandainya besarnya anggaran perusahaan tetap dan harga faktor
produksi L naik, sedangkan harga faktor T tetap, maka garis iso-biaya akan
berputar ke kiri dengan poros yang sama yaitu pada titik E/PT dan menjadi garis
E/PTE/PL . (Lighat Gambar 5.4.b).
2.3.3 Jumlah Produksi Optimum
Perusahaan dikatakan menghasilkan produk secara optimum apabila
perusahaan tersebut dengan jumlah anggaran tertentu dapat menghasilkan
jumlah produksi yang tertinggi; dan pada saat itu perusahaan menghasilkan
dengan kombinasi faktor produksi yang paling rendah biayanya (least cost
combination).
Keadaan jumlah produksi yang optimum itu digambarkan pada gambar 5.5
dengan sumbu horizontal menunjukkan jumlah factor produksi L dan sumbu
vertical jumlah factor produksi T. Pada gambar tersebut tampak bahwa
perusahaan akan menggunakan factor produksi L sebanyak L1 dan factor
produksi T sebanyak T1, karena pada saat itu terdapat persinggungan antara
kurve iso-produk I1 dan kurve iso-biaya E/PTE/PL pada titik A. Ini berarti bah-
wa pada saat itu perusahaan menghasilkan jumlah produksi yang tertinggi
17
dengan jumlah anggaran tertentu sebesar E dan factor produksi L (P1) dan harga
factor produksi T(P1) yang tertrentu pula. Kombinasi lain yg misalnya pada
titik B tidak akan dipilih, karena titik B ada diluar garis anggaran perusahaan
(isobiaya), yang berarti bahwa walaupun titik B menunjukan jumlah produksi
yang lebih tinggi, tetapi anggaran perusahaan tidak cukup untuk
membiayainya. Demikian pula pada kombinasi C, tampak bahwa besarnya
anggaran pada kombinasi C dan kombinasi A sama tingginya, hanya saja
kombinasi C memberikan jumlah produksi yang lebih rendah karena terletak
pada kurve iso-produk I0 yang lebih rendah pada kurve iso-produk I1 dimana
titik A berada.
Gambar 5.5.
Jumlah Produksi Optimum
Kalau kemudian katakanlah terjadi peningkatan dalam jumlah anggaran
perusahaan (E), sedangkan harga factor produksi L dan T tetap, maka ini berarti
bahwa perusahaan akan mampu meningkatkan jumlah factor produksi yang
digunakannya dan akan mampu pula meningkatkan jumlah produksi barang
18
yang dihasilkannya. Kedudukan perusahaan yang baru adalah pada titik
persinggungan yang baru misalnya pada titik R seperti pada gambar 5.6.a.
peningkatan anggaran perusahaan lebih lanjut akan menggeser kurve iso-biaya
ke kanan dan pasti akan tercapai titik persinggungan yang baru, misalnya pada
titik S. Apabils titik-titik keseimbangan itu (A, R, dan S) dihubungkan satu
sama lain, maka kita akan mendapatkan apa yang disebut dengan jalur ekspansi
perusahaan (exspasion path). Perlu di mengerti bahwa jalur ekspansi A-R-S
adalah jalur ekspansi untuk jangka panjang, karena perusahaan mengubah
jumlah semua masukan atau factor produksi yaitu factor produksi L dan factor
produksi T.
Jalur ekspasi perusahaan untuk jangka pendek dapat d ketahui pula dengan
cara mengubah satu jenis factor produksi dan mempertahankan factor produksi
yang lain tetap jumlahnya. Sebagai contoh dari garis A-B-C yang
menghubungkan titik-titik dimana terjadi penambahan factor produksi tenaga
kerja L dan factor produksi tanah tetap setinggi T1 seperti pada gambar 5.6.b.
Dengan melihat jalur ekspansi itu, lebih jelas kiranya kita dalam membedakan
antara proses jangka pendek dan jangka panjang, yaitu bahwa dalam jangka
panjang semua factor produksi dapat diubah-ubah jumlahnya, sedangkan
dalam jangka pendek salah satu factor produksi dipertahankan tetap jumlahnya
dan factor produksi lain diubah-ubah jumlahnya.
Di samping jumlah anggaran perusahaan yang dapat ditambah atau
dikurangi, harga faktot produksi dapat juga berubah naik atau turun. Apabila
jumlah anggaran tetap dan harga factor produksi tenaga kerja turun misalnya,
makan aka nada kecenderungan perusahaan untuk menggunakan factor
produksi tenaga kerja lebih banyak dan mengurangi penggunaan factor
produksi tanah, karna harga tanah relatif lebih mahal dari pada harga factor
produksi tenaga kerja. Namun bila hal ini yang ditempuh, maka berarti
perusahaan berarda dalam jangka panjang, karena perusahaan mengubah
jumlah kedua factor produksi, baik itu factor produksi tanah maupun factor
produksi tenaga kerja. Tetapi dapat juga perusahaan tetap dalam jangka
pendek, yaitu apabila perusahaan mempertahankan jumlah factor produksi
19
tanah sebagai factor produksi tetap, dan hanya mengubah jumlah factor
produksi tenaga kerja. Dengan demikian perusahaan berada dalam jangka
pendek, tetapi tetap meningkatkan jumlah produksi barang yang dihasilkannya.
Keadaan ini dapat dilihat pada gambar 5.7. Dengan menurunkannya harga
factor produksi tenaga kerja, maka garis iso-biaya berputar ke kanan dengan
poros E/PT. Berputar garis iso-biaya ini akan menyinggung kurve iso-produk 2
pada titik B yaitu pada tingkat produksi yang lebih tinggi (Gambar
5.7.a).terlihat bahwa dengan turunnya harga factor produksi tenaga kerja,
perusahaan menggunakan tenaga kerja lebih banyak dari OL1 ke OL2 dan
mengurangi penggunaan factor produksi tanah dari OT1 ke OT2.
Gambar 5.6.
Jalur Ekspansi
Alternatif yang lain ialah perusahaan dapat juga menggunakan lebih banyak
factor produksi tenaga kerja, namun dengan jumlah factor produksi tanah yang
tetap; dan dalam hal inipun perusahaan akan meningkatkan jumlah hasil
produksinya. (Gambar 4.7.b). Sekarang bagaimana perusahan dengan melihat
kondisi permintaan pasar yang tetap, tentu tidak akan mengubah jumlah
produksi barang yang di hasilkannya. Maka dalam hal ini perusahaan akan
mengubah jumlah anggarannya, sehingga ia akan tetap berada pada kurve iso-
produk yang sama, tetapi dengan lereng kurve iso-biaya yang berbeda. Karena
ada penurunan harga salah satu factor produksi, maka dengan jumlah barang
20
barang produksi yang tetap akan dapat dihasilkan dengan jumlah anggaran
yang lebih kecil. (Gambar 5.7.c).
Demikianlah uraian mengenai fungsi produksi untuk menjelaskan gimana
tingkah laku perusahaan atau produsen dalam usahanya menghasilkan suatu
barang (luaran) dengan mengkombinasikan beberapa factor produksi
(masukan) agar dapat menghasilkannya dengan biaya yang termurah fungsi
produksi jangka pendek dan fungsi produksi (luaran) dengan
mengkombinasikan beberapa factor produksi (masukan) agar dapat
menghasilkjannya dengan biaya yang termurah dalam jumlah produksi
tertentu. Kita telah membedakannya dalam jangka panjang. Perbedaan ini
membawa pengaruh pada biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan
dalam menghasilakan barang maupun jasa, karena biaya produksi adalah
sekalian antara jumlah factor produksi yang digunakan dengan tingkat harga
masing-masing factor tersebut.
Gambar5.7.
Keseimbanagan Produksi dan Perubahan Harga Input
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Produksi merupakan suatu aktifitas yang menghasilkan benda atau jasa
untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga
lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Untuk itu Teori produksi berperan
penting dalam menjelaskan hubungan antara tingkat produksi dengan jumlah
faktor-faktor produksi dan hasil penjualan output nya. Ada dua analisis yang
digunakan dalam teori Produksi yaitu Produksi Jangka Pendek dan Produksi Jangka
Panjang.
3.2 Saran
Untuk dapat mencapai titik maksimum dalam suatu produksi dan bisa
mengupayakan kearah yang lebih luas, maka perlu adanya pengetahuan dan teori
tentang produksi. Semoga makalah ini dapat membantu pihak-pihak yang
membutuhkan informasi untuk pengembangan pengetahuan diri sendiri ataupun
perusahan.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. Drs. M. Suparmoko, MA, Ph.D., Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA., dan
Dr. H. Furtusan Ali Yusuf, SE, S.Kom.MM, Pokok-Pokok Ekonomika, Edisi
Ketiga, Jakarta, Januari 2014
2. http://accounting-media.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-teori-
produksi.html
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Produksi
23
PROFIL ANGGOTA KELOMPOK IV
PENGANTAR EKONOMI MIKRO
a
[11011700211]
M. Abdul Aziz
[11011700727]
Alvin Nadian Damara
[11011700499]
Ari Supriatna
[11011700545]
Rahmat Hidayatullah
[11011700218]
Yossa Elytta Vega
[11011700570]
Ririn Dzuratunnisa
[11011700066]
Robi Asif Fuadi
[11011700703]
Kartika Yudhawati
[11011700155]
Sella Sakinah

More Related Content

What's hot

Perbedaan pasar monopoli dan pasar persingan sempurna
Perbedaan pasar monopoli dan pasar persingan sempurnaPerbedaan pasar monopoli dan pasar persingan sempurna
Perbedaan pasar monopoli dan pasar persingan sempurnaQuinta Nursabrina
 
106786342 bahan-makro-11-kebijakan-fiskal-moneter
106786342 bahan-makro-11-kebijakan-fiskal-moneter106786342 bahan-makro-11-kebijakan-fiskal-moneter
106786342 bahan-makro-11-kebijakan-fiskal-moneterArief Wibowo
 
Efek substitusi dan pendapatan
Efek substitusi dan pendapatanEfek substitusi dan pendapatan
Efek substitusi dan pendapatanyunisarosa
 
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/Fair Nurfachrizi
 
Matematika bisnis-kel-8
Matematika bisnis-kel-8Matematika bisnis-kel-8
Matematika bisnis-kel-8Haidar Bashofi
 
Bab VI Teori Produksi dan Biaya Produksi Terlengkap
Bab VI Teori Produksi dan Biaya Produksi TerlengkapBab VI Teori Produksi dan Biaya Produksi Terlengkap
Bab VI Teori Produksi dan Biaya Produksi TerlengkapAditya Panim
 
TUGAS MAKALAH EKONOMI "KEBIJAKAN MONETER"
TUGAS MAKALAH EKONOMI "KEBIJAKAN MONETER"TUGAS MAKALAH EKONOMI "KEBIJAKAN MONETER"
TUGAS MAKALAH EKONOMI "KEBIJAKAN MONETER"anggitacxcx
 
Biaya Produksi Jangka Panjang dan Jangka Pendek
Biaya Produksi Jangka Panjang dan Jangka PendekBiaya Produksi Jangka Panjang dan Jangka Pendek
Biaya Produksi Jangka Panjang dan Jangka Pendekmagdalena praharani
 
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)Bagus Cahyo Jaya Pratama Pratama
 
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatRizki Prisandi
 
Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak
Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajakKeseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak
Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajakAnzilina Nisa
 
Ppt perdagangan internasional
Ppt perdagangan internasionalPpt perdagangan internasional
Ppt perdagangan internasionalvinarmv
 
elastisitas silang dan elastisitas pendapatan
elastisitas silang dan elastisitas pendapatanelastisitas silang dan elastisitas pendapatan
elastisitas silang dan elastisitas pendapatanEkinanda Anggita
 
Time value of money
Time value of moneyTime value of money
Time value of moneyPT Lion Air
 

What's hot (20)

Perbedaan pasar monopoli dan pasar persingan sempurna
Perbedaan pasar monopoli dan pasar persingan sempurnaPerbedaan pasar monopoli dan pasar persingan sempurna
Perbedaan pasar monopoli dan pasar persingan sempurna
 
106786342 bahan-makro-11-kebijakan-fiskal-moneter
106786342 bahan-makro-11-kebijakan-fiskal-moneter106786342 bahan-makro-11-kebijakan-fiskal-moneter
106786342 bahan-makro-11-kebijakan-fiskal-moneter
 
Materi 8 (perilaku produsen)
Materi 8 (perilaku produsen)Materi 8 (perilaku produsen)
Materi 8 (perilaku produsen)
 
Makalah Ekonomi Mikro II (Resume)
Makalah Ekonomi Mikro II (Resume)Makalah Ekonomi Mikro II (Resume)
Makalah Ekonomi Mikro II (Resume)
 
Efek substitusi dan pendapatan
Efek substitusi dan pendapatanEfek substitusi dan pendapatan
Efek substitusi dan pendapatan
 
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
 
Matematika bisnis-kel-8
Matematika bisnis-kel-8Matematika bisnis-kel-8
Matematika bisnis-kel-8
 
Bab VI Teori Produksi dan Biaya Produksi Terlengkap
Bab VI Teori Produksi dan Biaya Produksi TerlengkapBab VI Teori Produksi dan Biaya Produksi Terlengkap
Bab VI Teori Produksi dan Biaya Produksi Terlengkap
 
TUGAS MAKALAH EKONOMI "KEBIJAKAN MONETER"
TUGAS MAKALAH EKONOMI "KEBIJAKAN MONETER"TUGAS MAKALAH EKONOMI "KEBIJAKAN MONETER"
TUGAS MAKALAH EKONOMI "KEBIJAKAN MONETER"
 
Teori produksi
Teori produksiTeori produksi
Teori produksi
 
Biaya Produksi Jangka Panjang dan Jangka Pendek
Biaya Produksi Jangka Panjang dan Jangka PendekBiaya Produksi Jangka Panjang dan Jangka Pendek
Biaya Produksi Jangka Panjang dan Jangka Pendek
 
Teori produksi ppt
Teori produksi pptTeori produksi ppt
Teori produksi ppt
 
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
 
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregat
 
Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak
Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajakKeseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak
Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak
 
Persaingan Monopolistik
Persaingan MonopolistikPersaingan Monopolistik
Persaingan Monopolistik
 
Ppt perdagangan internasional
Ppt perdagangan internasionalPpt perdagangan internasional
Ppt perdagangan internasional
 
elastisitas silang dan elastisitas pendapatan
elastisitas silang dan elastisitas pendapatanelastisitas silang dan elastisitas pendapatan
elastisitas silang dan elastisitas pendapatan
 
Time value of money
Time value of moneyTime value of money
Time value of money
 
Pertemuan ke vii teori produksi new
Pertemuan ke  vii teori produksi newPertemuan ke  vii teori produksi new
Pertemuan ke vii teori produksi new
 

Similar to Teori Produksi - Pengantar Ekonomi Mikro (Makalah)

Kelompok 1 pe mikro (2)
Kelompok 1 pe mikro (2)Kelompok 1 pe mikro (2)
Kelompok 1 pe mikro (2)FaizaMasudiyah
 
Teori Produksi - Pengantar Ekonomi Mikro
Teori Produksi - Pengantar Ekonomi MikroTeori Produksi - Pengantar Ekonomi Mikro
Teori Produksi - Pengantar Ekonomi MikroM Abdul Aziz
 
Makalah produksi
Makalah produksiMakalah produksi
Makalah produksiarfa07
 
Teori produksi dan biaya
Teori produksi dan biayaTeori produksi dan biaya
Teori produksi dan biayaPuw Elroy
 
Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01
Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01
Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01David Sigalingging
 
ppt ekonomi bab lll.pdf
ppt ekonomi bab lll.pdfppt ekonomi bab lll.pdf
ppt ekonomi bab lll.pdfMusaRajeksa
 
S pek 023999_chapter2
S pek 023999_chapter2S pek 023999_chapter2
S pek 023999_chapter2Gafur Mangile
 
Pendekatan Ordinal dan Perilaku Produsen kelas X
Pendekatan Ordinal dan Perilaku Produsen kelas X Pendekatan Ordinal dan Perilaku Produsen kelas X
Pendekatan Ordinal dan Perilaku Produsen kelas X Putri Larasantang
 
Pengantar ekonomi iv
Pengantar ekonomi ivPengantar ekonomi iv
Pengantar ekonomi ivMuharam Bayu
 
97038021 teori-produksi-dan-biaya
97038021 teori-produksi-dan-biaya97038021 teori-produksi-dan-biaya
97038021 teori-produksi-dan-biayaDavid Sigalingging
 
Teori Produksi Jangka Panjang
Teori Produksi Jangka PanjangTeori Produksi Jangka Panjang
Teori Produksi Jangka Panjangfaridaekas
 
Teori Produksi (Jangka Panjang)
Teori Produksi (Jangka Panjang)Teori Produksi (Jangka Panjang)
Teori Produksi (Jangka Panjang)faridaekas
 
COVER.docx
COVER.docxCOVER.docx
COVER.docxPaMedan1
 
Pengantar mikro ekonomi__(_teori_produksi_dan_kegiatan_perusahaan)
Pengantar mikro ekonomi__(_teori_produksi_dan_kegiatan_perusahaan)Pengantar mikro ekonomi__(_teori_produksi_dan_kegiatan_perusahaan)
Pengantar mikro ekonomi__(_teori_produksi_dan_kegiatan_perusahaan)Ade Pratama
 
Fadlan winata ( C1B018030 ) Teori Produksi Ekonomi Manajerial
Fadlan winata ( C1B018030 ) Teori Produksi Ekonomi ManajerialFadlan winata ( C1B018030 ) Teori Produksi Ekonomi Manajerial
Fadlan winata ( C1B018030 ) Teori Produksi Ekonomi Manajerialewin324123
 

Similar to Teori Produksi - Pengantar Ekonomi Mikro (Makalah) (20)

Kelompok 1 pe mikro (2)
Kelompok 1 pe mikro (2)Kelompok 1 pe mikro (2)
Kelompok 1 pe mikro (2)
 
Teori Produksi - Pengantar Ekonomi Mikro
Teori Produksi - Pengantar Ekonomi MikroTeori Produksi - Pengantar Ekonomi Mikro
Teori Produksi - Pengantar Ekonomi Mikro
 
Ekomoni mikro
Ekomoni mikroEkomoni mikro
Ekomoni mikro
 
Makalah produksi
Makalah produksiMakalah produksi
Makalah produksi
 
Teori produksi dan biaya
Teori produksi dan biayaTeori produksi dan biaya
Teori produksi dan biaya
 
Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01
Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01
Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01
 
Teori Produksi
Teori ProduksiTeori Produksi
Teori Produksi
 
ppt ekonomi bab lll.pdf
ppt ekonomi bab lll.pdfppt ekonomi bab lll.pdf
ppt ekonomi bab lll.pdf
 
S pek 023999_chapter2
S pek 023999_chapter2S pek 023999_chapter2
S pek 023999_chapter2
 
Slide 9 (pe)
Slide 9 (pe)Slide 9 (pe)
Slide 9 (pe)
 
Pendekatan Ordinal dan Perilaku Produsen kelas X
Pendekatan Ordinal dan Perilaku Produsen kelas X Pendekatan Ordinal dan Perilaku Produsen kelas X
Pendekatan Ordinal dan Perilaku Produsen kelas X
 
Pengantar ekonomi iv
Pengantar ekonomi ivPengantar ekonomi iv
Pengantar ekonomi iv
 
Endang
EndangEndang
Endang
 
97038021 teori-produksi-dan-biaya
97038021 teori-produksi-dan-biaya97038021 teori-produksi-dan-biaya
97038021 teori-produksi-dan-biaya
 
Teori Produksi Jangka Panjang
Teori Produksi Jangka PanjangTeori Produksi Jangka Panjang
Teori Produksi Jangka Panjang
 
Teori Produksi (Jangka Panjang)
Teori Produksi (Jangka Panjang)Teori Produksi (Jangka Panjang)
Teori Produksi (Jangka Panjang)
 
COVER.docx
COVER.docxCOVER.docx
COVER.docx
 
Pengantar mikro ekonomi__(_teori_produksi_dan_kegiatan_perusahaan)
Pengantar mikro ekonomi__(_teori_produksi_dan_kegiatan_perusahaan)Pengantar mikro ekonomi__(_teori_produksi_dan_kegiatan_perusahaan)
Pengantar mikro ekonomi__(_teori_produksi_dan_kegiatan_perusahaan)
 
Proses produksi
Proses produksiProses produksi
Proses produksi
 
Fadlan winata ( C1B018030 ) Teori Produksi Ekonomi Manajerial
Fadlan winata ( C1B018030 ) Teori Produksi Ekonomi ManajerialFadlan winata ( C1B018030 ) Teori Produksi Ekonomi Manajerial
Fadlan winata ( C1B018030 ) Teori Produksi Ekonomi Manajerial
 

More from M Abdul Aziz

Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)
Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)
Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)M Abdul Aziz
 
Company Profile PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk - Perilaku Organisasi (Maka...
Company Profile PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk - Perilaku Organisasi (Maka...Company Profile PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk - Perilaku Organisasi (Maka...
Company Profile PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk - Perilaku Organisasi (Maka...M Abdul Aziz
 
Hasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKM
Hasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKMHasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKM
Hasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKMM Abdul Aziz
 
Hasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKM (Laporan)
Hasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKM (Laporan)Hasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKM (Laporan)
Hasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKM (Laporan)M Abdul Aziz
 
Overview E-retailer di Lazada.co.id - E commerce
Overview E-retailer di Lazada.co.id - E commerceOverview E-retailer di Lazada.co.id - E commerce
Overview E-retailer di Lazada.co.id - E commerceM Abdul Aziz
 
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non BankSumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non BankM Abdul Aziz
 
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank (Ma...
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank (Ma...Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank (Ma...
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank (Ma...M Abdul Aziz
 
Business Plan Cisi Calon Manten - Bahasa Inggris
Business Plan Cisi Calon Manten - Bahasa InggrisBusiness Plan Cisi Calon Manten - Bahasa Inggris
Business Plan Cisi Calon Manten - Bahasa InggrisM Abdul Aziz
 
Rencana Bisnis Cisi Calon Manten - Bahasa Inggris (Versi Indo)
Rencana Bisnis Cisi Calon Manten - Bahasa Inggris (Versi Indo)Rencana Bisnis Cisi Calon Manten - Bahasa Inggris (Versi Indo)
Rencana Bisnis Cisi Calon Manten - Bahasa Inggris (Versi Indo)M Abdul Aziz
 
Perkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al Azhar - Pengantar Manajeman (M...
Perkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI)  Al Azhar - Pengantar Manajeman (M...Perkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI)  Al Azhar - Pengantar Manajeman (M...
Perkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al Azhar - Pengantar Manajeman (M...M Abdul Aziz
 
Perkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al Azhar - Pengantar Manajeman
Perkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI)  Al Azhar - Pengantar ManajemanPerkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI)  Al Azhar - Pengantar Manajeman
Perkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al Azhar - Pengantar ManajemanM Abdul Aziz
 
Marketing Plan Perumahan Bina Bangsa City (BBC) - Manajemen Pemasaran (Makalah)
Marketing Plan Perumahan Bina Bangsa City (BBC) - Manajemen Pemasaran (Makalah)Marketing Plan Perumahan Bina Bangsa City (BBC) - Manajemen Pemasaran (Makalah)
Marketing Plan Perumahan Bina Bangsa City (BBC) - Manajemen Pemasaran (Makalah)M Abdul Aziz
 
Analisis Manajemen Pemasaran pada PT Toyota Astra Motor (Makalah)
Analisis Manajemen Pemasaran pada PT Toyota Astra Motor (Makalah)Analisis Manajemen Pemasaran pada PT Toyota Astra Motor (Makalah)
Analisis Manajemen Pemasaran pada PT Toyota Astra Motor (Makalah)M Abdul Aziz
 
Pasar Modal - Hukum Bisnis (Makalah)
Pasar Modal - Hukum Bisnis (Makalah)Pasar Modal - Hukum Bisnis (Makalah)
Pasar Modal - Hukum Bisnis (Makalah)M Abdul Aziz
 
Buku Literasi Pasar Modal
Buku Literasi Pasar ModalBuku Literasi Pasar Modal
Buku Literasi Pasar ModalM Abdul Aziz
 
Pasar Modal - Hukum Bisnis
Pasar Modal - Hukum BisnisPasar Modal - Hukum Bisnis
Pasar Modal - Hukum BisnisM Abdul Aziz
 
Microsft Office 2010 (Word dan Excel) - Aplikasi Komputer (Makalah)
Microsft Office 2010 (Word dan Excel) - Aplikasi Komputer (Makalah) Microsft Office 2010 (Word dan Excel) - Aplikasi Komputer (Makalah)
Microsft Office 2010 (Word dan Excel) - Aplikasi Komputer (Makalah) M Abdul Aziz
 
Parfum Isi Ulang “Reiffell Parfume” - Pengantar Bisnis Makalah
Parfum Isi Ulang “Reiffell Parfume” - Pengantar Bisnis MakalahParfum Isi Ulang “Reiffell Parfume” - Pengantar Bisnis Makalah
Parfum Isi Ulang “Reiffell Parfume” - Pengantar Bisnis MakalahM Abdul Aziz
 
Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)
Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)
Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)M Abdul Aziz
 
Politik dan Strategi Nasional - PKn
Politik dan Strategi Nasional - PKnPolitik dan Strategi Nasional - PKn
Politik dan Strategi Nasional - PKnM Abdul Aziz
 

More from M Abdul Aziz (20)

Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)
Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)
Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)
 
Company Profile PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk - Perilaku Organisasi (Maka...
Company Profile PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk - Perilaku Organisasi (Maka...Company Profile PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk - Perilaku Organisasi (Maka...
Company Profile PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk - Perilaku Organisasi (Maka...
 
Hasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKM
Hasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKMHasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKM
Hasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKM
 
Hasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKM (Laporan)
Hasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKM (Laporan)Hasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKM (Laporan)
Hasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKM (Laporan)
 
Overview E-retailer di Lazada.co.id - E commerce
Overview E-retailer di Lazada.co.id - E commerceOverview E-retailer di Lazada.co.id - E commerce
Overview E-retailer di Lazada.co.id - E commerce
 
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non BankSumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
 
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank (Ma...
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank (Ma...Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank (Ma...
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank (Ma...
 
Business Plan Cisi Calon Manten - Bahasa Inggris
Business Plan Cisi Calon Manten - Bahasa InggrisBusiness Plan Cisi Calon Manten - Bahasa Inggris
Business Plan Cisi Calon Manten - Bahasa Inggris
 
Rencana Bisnis Cisi Calon Manten - Bahasa Inggris (Versi Indo)
Rencana Bisnis Cisi Calon Manten - Bahasa Inggris (Versi Indo)Rencana Bisnis Cisi Calon Manten - Bahasa Inggris (Versi Indo)
Rencana Bisnis Cisi Calon Manten - Bahasa Inggris (Versi Indo)
 
Perkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al Azhar - Pengantar Manajeman (M...
Perkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI)  Al Azhar - Pengantar Manajeman (M...Perkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI)  Al Azhar - Pengantar Manajeman (M...
Perkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al Azhar - Pengantar Manajeman (M...
 
Perkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al Azhar - Pengantar Manajeman
Perkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI)  Al Azhar - Pengantar ManajemanPerkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI)  Al Azhar - Pengantar Manajeman
Perkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al Azhar - Pengantar Manajeman
 
Marketing Plan Perumahan Bina Bangsa City (BBC) - Manajemen Pemasaran (Makalah)
Marketing Plan Perumahan Bina Bangsa City (BBC) - Manajemen Pemasaran (Makalah)Marketing Plan Perumahan Bina Bangsa City (BBC) - Manajemen Pemasaran (Makalah)
Marketing Plan Perumahan Bina Bangsa City (BBC) - Manajemen Pemasaran (Makalah)
 
Analisis Manajemen Pemasaran pada PT Toyota Astra Motor (Makalah)
Analisis Manajemen Pemasaran pada PT Toyota Astra Motor (Makalah)Analisis Manajemen Pemasaran pada PT Toyota Astra Motor (Makalah)
Analisis Manajemen Pemasaran pada PT Toyota Astra Motor (Makalah)
 
Pasar Modal - Hukum Bisnis (Makalah)
Pasar Modal - Hukum Bisnis (Makalah)Pasar Modal - Hukum Bisnis (Makalah)
Pasar Modal - Hukum Bisnis (Makalah)
 
Buku Literasi Pasar Modal
Buku Literasi Pasar ModalBuku Literasi Pasar Modal
Buku Literasi Pasar Modal
 
Pasar Modal - Hukum Bisnis
Pasar Modal - Hukum BisnisPasar Modal - Hukum Bisnis
Pasar Modal - Hukum Bisnis
 
Microsft Office 2010 (Word dan Excel) - Aplikasi Komputer (Makalah)
Microsft Office 2010 (Word dan Excel) - Aplikasi Komputer (Makalah) Microsft Office 2010 (Word dan Excel) - Aplikasi Komputer (Makalah)
Microsft Office 2010 (Word dan Excel) - Aplikasi Komputer (Makalah)
 
Parfum Isi Ulang “Reiffell Parfume” - Pengantar Bisnis Makalah
Parfum Isi Ulang “Reiffell Parfume” - Pengantar Bisnis MakalahParfum Isi Ulang “Reiffell Parfume” - Pengantar Bisnis Makalah
Parfum Isi Ulang “Reiffell Parfume” - Pengantar Bisnis Makalah
 
Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)
Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)
Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)
 
Politik dan Strategi Nasional - PKn
Politik dan Strategi Nasional - PKnPolitik dan Strategi Nasional - PKn
Politik dan Strategi Nasional - PKn
 

Recently uploaded

BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdfIde dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdfPerkuliahanDaring
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptAchmadHasanHafidzi
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxBayuUtaminingtyas
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IAccIblock
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptxfitriamutia
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYARirilMardiana
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptximamfadilah24062003
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerjamonikabudiman19
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptAchmadHasanHafidzi
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.pptsantikalakita
 

Recently uploaded (16)

BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdfIde dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
 

Teori Produksi - Pengantar Ekonomi Mikro (Makalah)

  • 1. i MAKALAH TEORI PRODUKSI Diajukan Sebagai Tugas Kelompok IV Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Mikro Dosen Pengampu: Dr. Budi Ilham Maliki, S.Pd., MM Disusun oleh: NIM NAMA 11011700211 : M. Abdul Aziz 11011700727 : Alvin Nadian Damara 11011700499 : Ari Supriatna 11011700545 : Rahmat Hidayatullah 11011700218 : Yossa Elytta Vega 11011700570 : Ririn Dzuratunnisa 11011700066 : Robi Asif Fuadi 11011700703 : Kartika Yudhawati 11011700155 : Sella Sakinah FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM SARJANA UNIVERSITAS BINA BANGSA BANTEN 2017
  • 2. i KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah membantu hamba-Nya menyelesaikan tugas makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan serta bantuan-Nya penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan tentang Pengantar Ekonomi Mikro khususnya mengenai Teori Produksi yang membahasa tentang Produksi Jangka Pendek dan Produksi Jangka Panjang. Akhir kata, kami ucapkan mohon maaf bila masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Serang, 04 Desember 2017 Kelompok IV PEM
  • 3. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1 1.1 Latar Belakang........................................................................ 1.2 Batasan Masalah..................................................................... 1.3 Tujuan..................................................................................... 1 1 1 BAB II TEORI PRODUKSI ................................................................... 2 2.1 Pengertian Teori Produksi ...................................................... 2 2.2 Produksi Jangka Pendek ......................................................... 2 2.2.1 Fungsi Produksi............................................................. 2.2.2 Hukum Pertambahan Hasil yang Semakin Berkurang .. 2.2.3 Hubungan antara Produksi Rata-rata, Produksi Marginal dan Produksi Total......................................... 2.2.4 Tahapan dalam Fungsi Produksi ................................... 3 3 6 7 2.3 Produksi Jangka Panjang........................................................ 2.3.1 Iso-Produk atau Isoquant............................................... 2.3.2 Iso-Biaya ....................................................................... 2.3.3 Jumlah Produksi Optimum............................................ 11 11 15 16 BAB III PENUTUP ................................................................................... 21 3.1 Kesimpulan............................................................................. 3.2 Saran ....................................................................................... 21 21 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 22 PROFIL ANGGOTA KELOMPOK IV .......................................................... 23
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi adalah transformasi atau pengubahan faktor produksi menjadi barang produksi, atau suatu proses dimana masukan (input) diubah menjadi luaran (output). Berusaha untuk mencapai efisiensi produksi yaitu menghasilkan barang dan jasa dengan biaya yang paling rendah untuk suatu jangka waktu tertentu. Efisiensi dari proses produksi itu tergantung pada proporsi masukan yang digunakan, jumlah absolut masing-masing masukan, serta produktivitas masing- masing masukan untuk setiap tingkat penggunaannya dan perbandingan antara masukan-masukan atau faktor-faktor produksi tersebut. Karena masukan atau faktor produksi itu harus dibayar oleh perusahaan, maka derajat efisiensi produksi diterjemahkan dalam konsep biaya produksi. Fungsi produksi yaitu hubungan antara masukan (faktor produksi) dan luaran (barang produksi), kita perlu membedakan antara pengertian produksi jangka pendek dan jangka panjang. Meskipun periode produksi jangka panjang atau jangka pendek tidak ada kaitannya dengan lamanya waktu produksi. Ini merupakan istilah ekonomi yang sama sekali tidak ada hubungannya langsung dengan waktu, melainkan membahas mengenai fungsi produksi jangka pendek dan jangka panjang. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi Teori Produksi? 2. Apa definisi Produksi Jangka Pendek? 3. Apa definisi Produksi Jangka Panjang? 1.3 Tujuan 1. Untuk memahami Teori Produksi 2. Untuk memahami Produksi Jangka Pendek 3. Untuk memahami Produksi Jangka Panjang
  • 5. 2 BAB II TEORI PRODUKSI 2.1 Pengertian Teori Produksi Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Teori produksi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara tingkat produksi dengan jumlah faktor-faktor produksi dan hasil penjualan outputnya. Sedangkan faktor-faktor produksi adalah sebagai berikut : a. Tanah (Land) atau Sumber Daya Alam (Natural Resources) b. Tenaga kerja manusia (Labour) atau Sumber Daya Manusia (Human Resources) c. Modal (Capital) d. Keahlian keusahawanan (Enterpreneurship) Di dalam menganalisis teori produksi, kita mengenal dua hal: 1. Produksi jangka pendek, yaitu bila sebagian faktor produksi jumlahnya tetap dan yang lainnya berubah (misalnya jumlah modal tetap, sedangkan tenaga kerja berubah). 2. Produksi jangka panjang, yaitu semua faktor produksi dapat berubah dan ditambah sesuai kebutuhan. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi. Orang atau perusahaan yang menjalankan suatu proses produksi disebut Produsen. 2.2 Produksi Jangka Pendek Produksi jangka pendek adalah suatu proses produksi terdapat faktor produksi yang sifatnya tetap (fixed input) dan faktor produksi yang jumlahnya dapat diubah- ubah (variable input).
  • 6. 3 2.2.1 Fungsi Produksi Yang dimaksud dengan fungsi produksi ialah hubungan teknis antara faktor produksi dan barang produksi yang dihasilkan dalam proses produksi. Fungsi produksi itu menunjukan jumlah barang produksi tergantung pada jumlah faktor produksi yang digunakan. Jadi barang produksi merupakan variabl tidak bebas (dependent variables) dan faktor produksi merupakan variabel bebas (indenpendent variables). Sebagai misal dari suatu fungsi produksi ialah jumlah padi yang dihasilkan merupakan fungsi luas tanah dan tenaga kerja. Pada umumnya dianggap bahwa tanah merupakan faktor produksi tetap dan tenaga kerja merupakan faktor produksi yang diubah-ubah atau variabel. Ini dapat dituliskan sebagai Q=f (T,L) di mana Q adalah jumlah padi yang dihasilkan, T menunjukan luas tanah, dan L adalah jumlah tenaga kerja, sedangkan f menunjukkan hubungan fungsional antara jumlah barang yang dihasilkan (Q) dan luas tanah (T) dan jumlah tenaga kerja (L). Dalam bentuknya yang khusus fungsi produksi dapat berbentuk linear ataupun tidak linear. 2.2.2 Hukum Pertambahan Hasil yang Semakin Berkurang Dalam hubungan produksi jangka pendek, di mana satu faktor produksi bersifat variabel dan faktor-faktor produksi lainnya tetap, akan dijumpai suatu kenaikan produksi total apabila kita menambah faktor produksi variabel itu secara terus menerus. Produksi total itu akan bertambah terus tetapi dengan tambahan produksi semakin kecil, dan sampai jumlah tertentu produksi akan mencapai maksimum dan kemudian menurun. Hal ini terjadi karena adanya hukum tambahan hasil yang semakin berkurang (law of diminishing returns).
  • 7. 4 Gambar 5.1. Fungsi Produk Keadaan ini dapat dilihat pada Gambar 5.1 di mana sumbu horizontal menunjukkan jumlah faktor produksi tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi dan sumbu vertikal menunjukkan jumlah barang yang dihasilkan (Q). Dalam hal ini faktor produksi tanah dianggap sebagai faktor produksi tetap. Dengan tambahan tenaga kerja yang terus menerus mula-mula jumlah produksi meningkat dan biasanya dengan tambahan yang semakin besar, kemudian dengan tambahan tenaga kerja berikutnya jumlah produksi total juga meningkat tetapi dengan tambahan produksi yang semakin kecil. Akhirnya tambahan jumlah tenaga kerja selanjutnya akan tetap meningkatkan jumlah produksi tetapi sampai pada jumlah tenaga kerja tertentu, produksi total akan mencapai maksimum; yang berarti pada tambahan tenaga kerja berikutnya justru akan menurunkan jumlah produksi total. Paga Gambar 5.1 juga dilukiskan kurve produksi marginal. Produksi marginal adalah tambahnya produksi yang disebabkan oleh tambahan satu satuan faktor produksi tenaga kerja yang dapat kita tuliskan juga sebagai MPL = ∆TPL ∆L dimana:
  • 8. 5 MPL = produksi marginal tenaga kerja TPL = produksi total tenaga kerja ∆ = perubahan jumlah. Sifat dari produksi marginal ini ialah mula-mula meningkat sejalan dengan peningkatan produksi total, kemudian mecapai titik maksimal pada titik belok dari kurve produksi total yaitu pada saat peningkatan produksi total menjadi mulai semakin menurun, dan menurun terus sampai sama dengan nol pada saat produksi total mencapai titik maksimum, kemudian produksi marginal menajadi negatif pada saat produksi total menurun. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa ada tiga tahap dalam fungsi produksi. masing-masing tahap itu adalah tapah kenaikan hasil produksi (stage of increasing return) yaitu antara jumlah tenaga kerja 0 sampai dengan L2 , disusul dengan tahap peningkatan hasil produksi yang semakin menurun (stage of diminishing returns) yaitu antara jumlah tenaga kerja L2 sampai dengan L*; dan akhirnya tahap produksi negatif (stage of negative returns) yaitu setelah penggunaan tenaga kerja lebih besar dari pada L*. Tahap-tahap produksi ini dapat dipahami dengan melihat kurve biaya marginal MPL yang mula-mula meningkat dan mencapai puncaknya pada tenaga kerja sebanyak L2 kemudian menjadi nol pada tenaga kerja sejumlah L* dan menjadi dibawah nol dengan tenaga kerja yang lebih banyak daripada jumlah L*. Secara grafis produksi marginal ini dapat ditunjukan oleh lereng dari kurve produksi total yaitu ditunjukkan oleh garis singgung pada setiap titik pada kurve produksi total. Sebagai contoh pada jumlah tenaga kerja sebanyak OL1, produksi marginalnya adalah L1A/L1`L1 atau lereng garis singgung L1`A. Dari produksi total itu kita dapat mengetahui pula besarnya produksi rata- rata tenaga kerja. Pada umumnya tingkat produksi rata-rata ini dipakai sebagai ukuran tingkat efisiensi penggunaan tenaga kerja. Semakin tinggi tingkat produksi rata-rata semakin efisien pula faktor produksi tenaga kerja yang dipergunakan.
  • 9. 6 Produksi rata-rata adalah produksi total dibagi dengan jumlah tenaga kerja, atau kita dapat menuliskannya sebagai APL = TPL L Semakin banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan, tambahan tenaga kerja tersebut akan meningkatkan produksi rata-rata, kemudian tambahan tenaga kerja selanjutnya sampai pada jumlah tertentu akan menyebabkan produksi rata-rata mencapai titik maksimum, kemudian produksi rata-rata itu menurun terus dengan tambahan jumlah tenaga kerja lebih lanjut. Kurve produksi rata-rata ini dapat peroleh dengan cara menarik garis luruh menghubungkan kurve produksi total dengan titik asal (O). Sebagai misal jumlah tenaga kerja OL1, tingkat produksi total adalah L1A, sehingga produksi rata-rata adalah L1A/OL1, lereng dari garis lurus OA. Pada jumlah tenaga kerja L1 berarti bahwa produksi marginal lebih tinggi daripada produksi rata-rata, karena L1A/L1`L1 > L1A/OL1. 2.2.3 Hubungan antara Produksi Rata-rata, Produksi Marginal dan Produksi Total Hubungan antara Produksi Total, Produksi Rata-rata dan Produksi Marginal sangat penting untuk dipahami, karena posisinya sangat menentukan produsen dalam melakukan kegiatan usahanya. Pertama-tama yang perlu dipahami ialah hubungan antara produksi marginal dan produksi total, yaitu pada saat produksi total mengalami perubahan peningkatan produksi dari yang menaik menjadi yang menurun, maka pada saat itu kurva produksi marginal mencapai titik maksimumnya pada titik tersebut pada sumbu horizontal. Kemudian pada saat kurve produksi total mencapai titik maksimum, maka kurve produksi marginal memotong sumbu horizontal, artinya produksi marginal sama dengan nol. Selanjutnya, ada hubungan yang penting pula antara produksi rata-rata dan produksi marginal, yaitu pada saat produksi rata-rata meningkat, produksi marginal lebih tinggi daripada produksi rata-rata, dan pada saat produksi rata- rata menurun produksi marginal lebih rendah daripada produksi rata-rata. Hal ini menunjukkan pula bahwa pada saat produksi rata-rata mencapai titik
  • 10. 7 maksimum produksi marginal sama dengan produksi rata-rata, atau kurve produksi rata-rata berpotongan dengan kurve produksi marginal. 2.2.4 Tahapan dalam Fungsi Produksi Hubungan antara produksi total, produksi rata-rata dan produksi marginal itu sangat berguna untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan factor produksi. Pada gambar 5.2 kita membagi fungsi produksi itu dalam tiga tingkatan atau tahap yaitu tahap 1, tahap II dan tahap III. Tahap I dibatasi dari titik asal (0) sampai titik maksimum produksi rata-rata. Kemudian tahap II dibatasi oleh titik pada saat produksi rata-rata mencapai titik maksimum sampai dengan pada saat produksi total mencapai maksimum atau pada saat produks marginal sama dengan nol. Tahap III adalah tahap setelah produksi total menurun terus. Tahap I dan tahap III disebut sebagai tahap yang tidak rasional dan tahap II disebut sebagai tahap rasional. Alasannya ialah karena pada tahap II itu produksi marginal untuk semua factor produksi (masukan) yaitu untuk tenaga kerja maupun tanah adalah positif. Hal ini akan menjadi jelas kalau kita perhatikan tabel 5.1, tabel 5.2, dan gambar 5.2. Tabel 5.1 Hubungan antara Faktor Tenaga Kerja dan Tanah Produksi Total (TPL). Produksi Rata-rata (APL), dan Produksi Marginal (MPL). T L TPL APL MPL 1 0 0 0 - 1 1 3 3 3 1 2 7 3.5 4 1 3 12 4 5 1 4 18 4.5 6 1 5 25 5 7 1 6 31 5.2 6 1 7 36 5.14 5 1 8 38 4.75 2 1 9 37 4.11 -1 1 10 34 3.4 -3 1 11 30 2.88 -4 1 12 24 2.0 -6 Dalam tabel 5.1 kita mengkombinasikan factor produksi tanah sebagai faktor produksi tetap dengan factor produksi tenaga kerja sebagai factor produksi
  • 11. 8 variabel. Apabila tabel ini diterjemahkan dalam gambar 5.2 akan berarti bahwa kita bergerak ke kanan yaitu menambah terus factor produksi tenaga kerja, dan berakibat pada berlakunya hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang untuk factor produksi tenaga kerja. Sebaliknya, pada tabel 5.2 dinyatakan bahwa factor produksi tenaga kerja yang bersifat konstan dan factor produksi tanah yang variabel. Hal ini dapat dilakukan dengan menyatakan semua jumlah factor produksi tenaga kerja menjadi satu unit yaitu dengan membaginya dengan jumlah tenaga kerja semula. Demikian juga factor produksi tanah dibagi dengan angka pembagi factor produksi tenaga kerja, sehingga kedua factor produksi itu berkurang penggunaannya secara sebanding. Dengan menganggap adanya skala hasil yang konstan (constant returns to scale), maka produksi total juga berubah sebanding dengan berkurangnya factor produksi tanah dan factor produksi tenaga kerja. Dengan menggunakan asumsi adanya skala hasil yang konstan, maka kita akan melihat bahwa jumlah produksi total untuk tenaga kerja (TPL) akan sama dengan jumlah produksi rata-rata dari factor produksi tanah (APT); dan jumlah produksi rata-rata dari factor produksi tenaga kerja (APL) sama dengan jumlah produksi total dari factor produksi tanah (TPT). Dalam tabel 5.2 faktor produksi tenaga kerja sebagai factor konstan dan tanah sebagai factor produksi variabel, dan tampak kita menambah factor produksi tanah apabila kita mulai dari baris paling bawah dan bergerak ke atas. Factor produksi tanah bertambah terus jumlahnya yang tampak dalam gambar 5.2 sebagai kita bergerak dari kanan ke kiri. Ini sama artinya dengan kita mengurangi jumlah factor produksi tenaga kerja, yang sesungguhnya secara relative berarti sama dengan kita menambah factor produksi tanah.
  • 12. 9 Tabel 5.2 Hubungan antara Faktor Tenaga Kerja dan Tanah Produksi Total (TPT). Produksi Rata-rata (APT), dan Produksi Marginal (MPT). L T TPT APT MPT 1 0 0 0 - 1 1 3 3 -1.0 1 ½ 3.5 7 -3.0 1 1/3 4 12 -6.0 1 ¼ 4.5 18 -10.0 1 1/5 5 25 -6.0 1 1/6 5.2 31 2.5 1 1/7 5.14 36 21.8 1 1/8 4.75 38 46.1 1 1/9 4.11 37 63.9 1 1/10 3.4 34 57.2 1 1/11 2.88 30 116.0 1 1/12 2.0 24 - Kemudian kita dapat menggambarkan kurve produksi marginal untuk tanah, yang tampak pada gambar 5.2 itu bahwa hubungan antara kurve produksi rata- rata dan kurve produksi marginal itu tetap mengikuti aturan yang ada yaitu bahwa pada tingkat produksi rata-rata mencapai titik maksimum, kurve produksi marginal memotong kurve produksi rata-rata, dan pada saat kurve produksi total mencapai titik maksimum, kurve produksi marginal sama dengan nol atau memotong sumbu horizontal. Dengan telah digambarkannya kurve produksi marginal untuk masing-masing factor produksi itu, maka menjadi jelas adanya batas-batas dari pentahapan dalam fungsi produksi tahap I , tahap II dan tahap III. Dengan demikian kita
  • 13. 10 Gambar 5.2 Faktor Produksi dengan Tanah Sebagai Faktor Produksi Tetap dan Tenaga Kerja Sebagai Faktor Produksi Variabel dan Sebaliknya akan memahami bahwa tahap I dan tahap III dari fungsi dikatakan sebagai tahap yang tidak rasional, karena semua factor produksi menunjukkan adanya produksi marginal yang negative; dan pada tahap II yaitu tahap yang dinyatakan sebagai tahap rasional dalam fungsi produksi adalah tahap dimana tidak ada satupun dari factor produksi itu yang memberikan produksi marginal yang negative. Atau dengan kata lain dengan menggunakan contoh diatas, baik factor produksi tenaga kerja maupun factor produksi tanah keduanya memberikan hasil produksi marginal yang positif. Produsen akan selalu memilih tahap produksi yang rasional ini sebagai daerah untuk melakukan kegiatannya. Pertanyaannya sekarang ialah pada jumlah berapa produsen akan menggunakan tenaga kerja dalam kegiatan produksinya. Pertanyaan ini dapat dijawab apabila kita telah mengetahui tingginya tingkat harga masing-masing factor produksi. Katakanlah kalau harga masing-masing factor produksi per unit sama, maka factor produksi itu akan digunakan sedemikian rupa sehingga
  • 14. 11 produksi marginal masing-masing factor produksi itu sama besarnya. Atau kita dapat menuliskannya sebagai : MPL = MPT PL PT Apabila PL = PT maka MPL harus sama dengan MPT apabila produsen menghendaki penggunaan factor produksi yang paling efisien; artinya yang dapat memberikan biaya yang paling rendah. Inilah yang disebut sebagai syarat bagi adanya biaya produksi yang paling minimum (least cost combination). Seandainya harga factor produksi tenaga kerja (PL) dua kali lipat daripada harga factor produksi tanah (PL), maka untuk mencapai kombinasi factor produksi yang memberikan biaya produksi terendah ialah MPL = 2MPT dalam gambar 5.2 kita akan memilih penggunaan tenaga kerja sebanyak L1 apabila PL = PT’ yaitu pada saat kurve MPL berpotongan dengan kurve MPT. Tetapi apabila harga tenaga kerja seperlima dari harga tanah, maka kita akan menggunakan tenaga kerja lebih banyak yaitu sebanyak L5 dimana pada saat itu MPT = 5MP5. 2.3 Produksi Jangka Panjang Produksi jangka panjang adalah suatu proses produksi di mana semua faktor produksi dapat diubah-ubah jumlahnya atau semua faktor produksi bersifat variabel. Untuk menjelaskan fungsi produksi jangka panjang perlu digunakanya kurve iso- produk (iso-product atau isoquant). “Iso” artinya sama dan “product” artinya produksi serta “quant” berarti kuantitas. 2.3.1 Iso-Produk atau Isoquant Iso-produk atau isoquant adalah kurve yang merupakan tempat kedudukan titik-titik yang menunjukkan kombinasi dua faktor produksi guna menghasilkan tingkat produksi yang sama. Kurve iso-produk ini digambarkan pada Gambar 5.3 dengan sumbu horizontal menunjukan factor produksi tenaga kerja dan sumbu vertikal menunjukan faktor produksi tanah. Kurve iso-produk digambarkan dengan bentuk melengkung dan cembung terhadap titik asal serta
  • 15. 12 tidak berpotongan satu sama lain. Semakin jauh kurve produk ini dari titik asal menunjukan semakin tinggi tingkat produksi barang tersebut. 5.3. Iso-Produk Lereng dari iso-produk dapat dinyatakan sebagai ∆T / ∆L atau perbandingan antara berkurangnya jumlah tanah yang digunakan ( ∆T ) dan tambahan tenaga kerja yang digunakan ( ∆T ). Perlu diingat bahwa perubahan-perubahan itu tidak membawa perubahan jumlah produksi total; berarti bahwa berkurangnya produksi sebagai akibat dari berkurangnya penggunaan T diimbangi dengan bertambahnya produksi akibat dari bertambahnya penggunaan L. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa: ∆T . MPT = ∆. MPL ( Lihat Gambar 5.3 ) Inilah yang disebut dengan “tingkat subsitusi teknis marginal” ( marginal rates of technical substitution = MRTS) yang menunjukan berapa tenaga kerja (L) harus ditambah dengan dikuranginya penggunaan tanah (T) agar produksi total sama. Kurve iso-produk ini dapat digunakan untuk menjelaskan keadaan jangka pendek yaitu apabila kita mengambil suatu jumlah tertentu yang tetap dari faktor produksi tanah misalnya seluas T1 dan menambah terus faktor
  • 16. 13 produksi lain yang variabel misalnya tenaga kerja seperti pada Gambar 5.3.a. Pada saat garis horizontal pada jumlah faktor produksi tetap setinggi Gambar 5.3.a. Iso-Produk dan Tahapan Produksi T1 itu menyinggung salah satu kurve iso-produksi pada waktu tenaga kerja sebanyak L3, ini berarti bahwa produksi marginal tenaga kerja sama dengan nol. Dengan demikian kita dapat mengerti bahwa sebelum titik persinggungan itu, produksi marginal tenaga kerja positif, dan setelah atau di sebelah kanan titik persinggungan itu produksi marginal adalah negatif. Kita dapatmembuat berbagai percobaan dengan mengambil beberapa kali jumlah faktor produksi tanah sebagai faktor produksi tetap misalnya pada T*, dan terus menambah jumlah faktor produksi tenaga kerja. Dengan sendirinya kita akan memperoleh beberapa titik persinggungan antara garis horinzontal dan kurve iso-produk yang semuanya itu menunjukan adanya produksi marginal tenaga kerja sama dengan nol. Apabiula titik-titik di mana produksi marginal sama dengan nol itu dihubungkan suatu garis, maka kita akan menemukan garis yang disebut garis
  • 17. 14 tembereng (ridge line). Kemudian kalau yang dianggap tetap adalah faktor produksi tenaga kerja dan faktor produksi tanah merupakan faktor produksi yang diubah-ubah jumlahnya, maka dengan ditambahnya faktor produksi tanah berarti kita bergerak ke atas secara vertical. Dengan tambahan faktor produksi tanah itu dan jumlah faktor produksi tenaga kerja tetap sebesar L1, maka mula- mula jumlah produksi meningkat, yang ditunjukan oleh kurve iso-produk yang semakin tinggi. Katakanlah mula-mula dengan luas tanah sebesar T1 jumlah produksi ditunjukan oleh iso-produk 100, kemudian dengan tanah yang semakin luas yaitu T2, jumlah produksi meningkat seperti yang ditunjukan oleh iso-produk 200. Begitu seterusnya tambahan faktor produksi tanah akan meningkatkan produksi total sampai pada saat garis vertikal pada L1 menyinggung salah satu kurve iso-produk yaitu kurve iso-produk 300. Pada saat itu jumlah produksi mencapai 300, dan tambahan luas tanah lebih lanjut justru akan menurunkan produksi total yaitu kembali pada jumlah produksi 200 pada iso-produk 200. Ini berarti bahwa pada titik persinggungan itu produk marginal tanah sama dengan nol. Kita dapat berbuat sama dengan menganggap jumlah tenaga kerja tetap dalam jumlah tertentu, misalnya pada L2 atau pada L3. Dengan menambah terus faktor produksi tanah, tentu kita dapat mendapatkan titik di mana produksi marginal tanah sama dengan nol. Selanjutnya apabila kita hubungkan titik-titik dimana produksi marginal tanah itu sama dengan nol, kita akan mendapatkan garis tembereng juga. Setelah kita menggambarkan kedua garis tembereng tersebut, maka kita dapat menunjukan daerah-daerah atau tahapan-tahapan produksi mana yang rasional dan mana yang tidak rasional. Kalau kita perhatikan Gambar 5.3 itu, maka kita akan mempunyai daerah yang dibatasi oleh dua garis tembereng yaitu garis tembereng OA dan garis tembereng OB. Daerah yang berada di dalam garis tembereng itu disebut sebagai daerah yang rasional atau tahap yang rasional, karena pada saat itu nilai produksi marginal untuk kedua faktor produksi adalah positif. Di sebelah kiri atau sebelah atas garis tembereng OB adalah daerah atau tahap I dari faktor produksi tenaga kerja dan merupakan tahapan III faktor produksi tanah, sehingga disebut sebagai daerah atau tahap
  • 18. 15 yang tidak rasional. Dalam tahap itu produksi marginal tanah bernilai negative. Kemudian di daerah sebelah kanan atau bawah dari kurve tembereng OA, daerah ini disebut sebagai daerah atau tahap III untuk faktor produksi tenaga kerja dan tahap I untuk produksi tanah, sehingga daerah inipun disebut sebagai daerah atau tahap yang tidak rasional, karena produksi marginal tanah bernilai negatife. Dengan sendirinya produsen akan beroprasi atau bekerja di daerah yang rasional yaitu dimana kedua faktor produksi baik tanah maupun tenaga kerja mempunyai nilai produksi marginal yang positif. Daerah ini berada di tengah-tengah yaitu pada tahap II dari fungsi produksi yang dibatasi oleh dua garis tembereng OA dan OB pada Gambar 5.3.a tersebut. 2.3.2 Iso-Biaya Iso-biaya adalah kurve yang menunjukkan kedudukan dari titik-titik yang menunjukan kombinasi barang-barang atau faktor produksi yang dibeli oelh produsen dengan sejumlah anggaran tertentu. Letak iso-biaya ini tergantung pada besarnya anggaran belanja perusahaan serta harga factor produksi yang digunakan dalam proses produksi oleh prusahaan yang bersangkutan. Semakin besar anggaran perusahaan dengan harga factor produksi yang tetap, maka letak dari garis iso-biaya ini akan semakin menjauhi titik asal (nol). Selanjutnya perubahan harga salah satu factor produksi apabila jumlah anggaran tetap akan menyebabkan lereng dari kurve iso-biaya itu berubah. Gambar 5.4 melukiskan iso-biaya tersebut. Sumbu horizontal menunjukan jumlah factor L dan sumbu vertical menunjukan factor produksi T. Lereng garis iso-biaya ini ditentukan oleh perbandingan harga factor produksi L dan harga factor T, di mana L= tenaga kerja dan T= tanah. Lereng iso-biaya: E / PT = PL E / PL PT di mana: E = jumlah anggaran perusahaan P = harga factor produksi L = factor produksi tenaga kerja T = faktor produksi tanah.
  • 19. 16 Kalau terjadi peningkatan anggaran perusahaan, sedangkan harga faktor produksi tetap, maka garis iso-biaya ini akan bergeser ke kanan sejajar, misalnya dari iso-biaya E/PTE/PL menjadi E / PT E / PL (Lihat Gambar 5.4.a). Kemudian seandainya besarnya anggaran perusahaan tetap dan harga faktor produksi L naik, sedangkan harga faktor T tetap, maka garis iso-biaya akan berputar ke kiri dengan poros yang sama yaitu pada titik E/PT dan menjadi garis E/PTE/PL . (Lighat Gambar 5.4.b). 2.3.3 Jumlah Produksi Optimum Perusahaan dikatakan menghasilkan produk secara optimum apabila perusahaan tersebut dengan jumlah anggaran tertentu dapat menghasilkan jumlah produksi yang tertinggi; dan pada saat itu perusahaan menghasilkan dengan kombinasi faktor produksi yang paling rendah biayanya (least cost combination). Keadaan jumlah produksi yang optimum itu digambarkan pada gambar 5.5 dengan sumbu horizontal menunjukkan jumlah factor produksi L dan sumbu vertical jumlah factor produksi T. Pada gambar tersebut tampak bahwa perusahaan akan menggunakan factor produksi L sebanyak L1 dan factor produksi T sebanyak T1, karena pada saat itu terdapat persinggungan antara kurve iso-produk I1 dan kurve iso-biaya E/PTE/PL pada titik A. Ini berarti bah- wa pada saat itu perusahaan menghasilkan jumlah produksi yang tertinggi
  • 20. 17 dengan jumlah anggaran tertentu sebesar E dan factor produksi L (P1) dan harga factor produksi T(P1) yang tertrentu pula. Kombinasi lain yg misalnya pada titik B tidak akan dipilih, karena titik B ada diluar garis anggaran perusahaan (isobiaya), yang berarti bahwa walaupun titik B menunjukan jumlah produksi yang lebih tinggi, tetapi anggaran perusahaan tidak cukup untuk membiayainya. Demikian pula pada kombinasi C, tampak bahwa besarnya anggaran pada kombinasi C dan kombinasi A sama tingginya, hanya saja kombinasi C memberikan jumlah produksi yang lebih rendah karena terletak pada kurve iso-produk I0 yang lebih rendah pada kurve iso-produk I1 dimana titik A berada. Gambar 5.5. Jumlah Produksi Optimum Kalau kemudian katakanlah terjadi peningkatan dalam jumlah anggaran perusahaan (E), sedangkan harga factor produksi L dan T tetap, maka ini berarti bahwa perusahaan akan mampu meningkatkan jumlah factor produksi yang digunakannya dan akan mampu pula meningkatkan jumlah produksi barang
  • 21. 18 yang dihasilkannya. Kedudukan perusahaan yang baru adalah pada titik persinggungan yang baru misalnya pada titik R seperti pada gambar 5.6.a. peningkatan anggaran perusahaan lebih lanjut akan menggeser kurve iso-biaya ke kanan dan pasti akan tercapai titik persinggungan yang baru, misalnya pada titik S. Apabils titik-titik keseimbangan itu (A, R, dan S) dihubungkan satu sama lain, maka kita akan mendapatkan apa yang disebut dengan jalur ekspansi perusahaan (exspasion path). Perlu di mengerti bahwa jalur ekspansi A-R-S adalah jalur ekspansi untuk jangka panjang, karena perusahaan mengubah jumlah semua masukan atau factor produksi yaitu factor produksi L dan factor produksi T. Jalur ekspasi perusahaan untuk jangka pendek dapat d ketahui pula dengan cara mengubah satu jenis factor produksi dan mempertahankan factor produksi yang lain tetap jumlahnya. Sebagai contoh dari garis A-B-C yang menghubungkan titik-titik dimana terjadi penambahan factor produksi tenaga kerja L dan factor produksi tanah tetap setinggi T1 seperti pada gambar 5.6.b. Dengan melihat jalur ekspansi itu, lebih jelas kiranya kita dalam membedakan antara proses jangka pendek dan jangka panjang, yaitu bahwa dalam jangka panjang semua factor produksi dapat diubah-ubah jumlahnya, sedangkan dalam jangka pendek salah satu factor produksi dipertahankan tetap jumlahnya dan factor produksi lain diubah-ubah jumlahnya. Di samping jumlah anggaran perusahaan yang dapat ditambah atau dikurangi, harga faktot produksi dapat juga berubah naik atau turun. Apabila jumlah anggaran tetap dan harga factor produksi tenaga kerja turun misalnya, makan aka nada kecenderungan perusahaan untuk menggunakan factor produksi tenaga kerja lebih banyak dan mengurangi penggunaan factor produksi tanah, karna harga tanah relatif lebih mahal dari pada harga factor produksi tenaga kerja. Namun bila hal ini yang ditempuh, maka berarti perusahaan berarda dalam jangka panjang, karena perusahaan mengubah jumlah kedua factor produksi, baik itu factor produksi tanah maupun factor produksi tenaga kerja. Tetapi dapat juga perusahaan tetap dalam jangka pendek, yaitu apabila perusahaan mempertahankan jumlah factor produksi
  • 22. 19 tanah sebagai factor produksi tetap, dan hanya mengubah jumlah factor produksi tenaga kerja. Dengan demikian perusahaan berada dalam jangka pendek, tetapi tetap meningkatkan jumlah produksi barang yang dihasilkannya. Keadaan ini dapat dilihat pada gambar 5.7. Dengan menurunkannya harga factor produksi tenaga kerja, maka garis iso-biaya berputar ke kanan dengan poros E/PT. Berputar garis iso-biaya ini akan menyinggung kurve iso-produk 2 pada titik B yaitu pada tingkat produksi yang lebih tinggi (Gambar 5.7.a).terlihat bahwa dengan turunnya harga factor produksi tenaga kerja, perusahaan menggunakan tenaga kerja lebih banyak dari OL1 ke OL2 dan mengurangi penggunaan factor produksi tanah dari OT1 ke OT2. Gambar 5.6. Jalur Ekspansi Alternatif yang lain ialah perusahaan dapat juga menggunakan lebih banyak factor produksi tenaga kerja, namun dengan jumlah factor produksi tanah yang tetap; dan dalam hal inipun perusahaan akan meningkatkan jumlah hasil produksinya. (Gambar 4.7.b). Sekarang bagaimana perusahan dengan melihat kondisi permintaan pasar yang tetap, tentu tidak akan mengubah jumlah produksi barang yang di hasilkannya. Maka dalam hal ini perusahaan akan mengubah jumlah anggarannya, sehingga ia akan tetap berada pada kurve iso- produk yang sama, tetapi dengan lereng kurve iso-biaya yang berbeda. Karena ada penurunan harga salah satu factor produksi, maka dengan jumlah barang
  • 23. 20 barang produksi yang tetap akan dapat dihasilkan dengan jumlah anggaran yang lebih kecil. (Gambar 5.7.c). Demikianlah uraian mengenai fungsi produksi untuk menjelaskan gimana tingkah laku perusahaan atau produsen dalam usahanya menghasilkan suatu barang (luaran) dengan mengkombinasikan beberapa factor produksi (masukan) agar dapat menghasilkannya dengan biaya yang termurah fungsi produksi jangka pendek dan fungsi produksi (luaran) dengan mengkombinasikan beberapa factor produksi (masukan) agar dapat menghasilkjannya dengan biaya yang termurah dalam jumlah produksi tertentu. Kita telah membedakannya dalam jangka panjang. Perbedaan ini membawa pengaruh pada biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam menghasilakan barang maupun jasa, karena biaya produksi adalah sekalian antara jumlah factor produksi yang digunakan dengan tingkat harga masing-masing factor tersebut. Gambar5.7. Keseimbanagan Produksi dan Perubahan Harga Input
  • 24. 21 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Produksi merupakan suatu aktifitas yang menghasilkan benda atau jasa untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Untuk itu Teori produksi berperan penting dalam menjelaskan hubungan antara tingkat produksi dengan jumlah faktor-faktor produksi dan hasil penjualan output nya. Ada dua analisis yang digunakan dalam teori Produksi yaitu Produksi Jangka Pendek dan Produksi Jangka Panjang. 3.2 Saran Untuk dapat mencapai titik maksimum dalam suatu produksi dan bisa mengupayakan kearah yang lebih luas, maka perlu adanya pengetahuan dan teori tentang produksi. Semoga makalah ini dapat membantu pihak-pihak yang membutuhkan informasi untuk pengembangan pengetahuan diri sendiri ataupun perusahan.
  • 25. 22 DAFTAR PUSTAKA 1. Prof. Drs. M. Suparmoko, MA, Ph.D., Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA., dan Dr. H. Furtusan Ali Yusuf, SE, S.Kom.MM, Pokok-Pokok Ekonomika, Edisi Ketiga, Jakarta, Januari 2014 2. http://accounting-media.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-teori- produksi.html 3. https://id.wikipedia.org/wiki/Produksi
  • 26. 23 PROFIL ANGGOTA KELOMPOK IV PENGANTAR EKONOMI MIKRO a [11011700211] M. Abdul Aziz [11011700727] Alvin Nadian Damara [11011700499] Ari Supriatna [11011700545] Rahmat Hidayatullah [11011700218] Yossa Elytta Vega [11011700570] Ririn Dzuratunnisa [11011700066] Robi Asif Fuadi [11011700703] Kartika Yudhawati [11011700155] Sella Sakinah