UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
Teologi PB II...Paper tokoh - Rasul Yohanes
1. PAPER
TOKOH ALKITAB PB
RASUL YOHANES
TUGAS TEOLOGI PB II
Dibuat Oleh:
KALEB O.M ALEHADE
20178613
STT MAWAR SARON LAMPUNG
April, 2020
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
rahmat-Nya sehingga paper ini dapat tersusun hingga selesai, tidak lupa Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Dosen “Rudi R. Walean. M.Th” yang telah memberikan tugas ini dan
atas bantuan dari pihak yang telah berpartisipasi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya dari berbagai sumber yang ada.
Harapan Penulis semoga dalam paper teologi PB II yang berjudul “Tokoh Alkitab PB
– Rasul Yohanes” dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, bagaimana
mengenal siapa itu rasul Yohanes dan bagaimana pelayanannya. Oleh karena itu, Penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan Paper, agar
kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isinya agar menjadi lebih baik lagi dan
tentunya berguna bagi kita semua.
Lampung, April 2020
Penyusun
3. BAB I
PENDAHULUAN
Rasul Yohanes merupakan salah satu dari ke -12 murid Tuhan Yesus Kristus. Yohanes
ialah anak Zebedeuz (Mat. 4:21; Mrk. 1:19). Ibunya ialah Salome, saudara Maria, ibu Yesus
(Mat.27:55-57), yang ikut serta menyaksikan penyaliban Yesus (Mrk. 15:40). Salome adalah
saudara perempuan ibu Yesus, seperti tersirat dalam Injil Yohanes (Yoh. 19:25), tentunya
Yohanes merupakan sepupu Yesus. Bahkan Yohanes adalah orang yang agak kaya karena
dikatakan bahwa bapaknya mengupah orang dalam usaha perikanan (Mrk. 1:19-20). Juga
menurut Markus, Yakobus dan Yohanes bekerja bersama “orang-orang upahan” ayah mereka
(Mrk. 1:20). Yohanes mempunyai rumah sendiri (Yoh. 19:27).
Yesus pernah menyebut dia “anak guruh” (Mrk. 4:17). Memang begitulah sikapnya
semula, sebagaimana ternyata dalam Lukas 9:53-55, ketika mereka meminta izin dari Yesus
untuk menurunkan api hukuman ke atas orang Samaria supaya mereka dibinasakan. Yohanes
bersama dengan saudaranya, Yakobus, sangat berambisi pada masa muda mereka (Mrk. 10:35-
38), tetapi setelah Yohanes menjadi semakin lanjut usia, ia menjadi semakin lemah lembut,
seperti tampak dalam surat-suratnya yang pertama, kedua, dan ketiga Yohanes. Pada masa
tuanya ia ditangkap dan dibawa sebagai tawanan ke pulau Patmos, tempat ia menulis Surat
Wahyu pada zaman Kaisar Domitian. Kemudian, ia dilepaskan, lalu kembali ke Efesus, dan
meninggal pada usia kira-kira 100 tahun.
4. BAB II
PEMBAHASAN
Yesus Kristus menemukan Yohanes dan saudaranya Yakobus sedang merajut jala mereka
di pinggiran danau Galilea. Ia lalu menyuruh mereka pergi berlayar dan menyebarkan jala untuk
menangkap ikan. Mereka memperoleh hasil tangkapan yang sangat banyak – suatu mujizat yang
menyakinkan mereka mengenai kuasa Yesus. “Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya
ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikuti Yesus” (Luk. 5:11).
Yohanes kelihatannya seorang pemuda yang suka berindak berdasarkan gerak hati. Tidak lama
setelah ia dan Yakobus saudaranya menjadi anggota kelompok murid terdekat Yesus, Sang Guru
menjuluki mereka “anak-anak guruh” (Mrk. 3:17). Para murid kelihatannya menempatkan
Yohanes di tempat kedua dalam kelompok mereka. Seluruh Injil menyebut Yohanes setelah
Yakobus; di banyak tempat, kelihatannya, Yakobuslah yang menjadi jurubicara kedua
bersaudara itu. Ketika Paulus menyebutkan Yohanes di antara para rasul yang ada di Yerusalem,
ia menempatkan Yohanes di urutan terakhir (Gal. 2:9).
Sifat dan Karakter Yohanes
Emosi Yohanes sering meledak-ledak dalam pembicaraannya dengan Yesus. Suatu
ketika, Yohanes dibuat jengkel karena seseorang lain menggunakan nama Yesus dalam
pelayanannya. “Kami mencegahnya,” katanya kepada Yesus, “karena ia bukan pengikut kita”
(Mrk. 9:38). Yesus menjawab, “Jangan kamu cegah dia! . . . Barangsiapa tidak melawan kita, ia
ada dipihak kita” (Mrk. 9:39-40). Pada kesempatan lain Yakobus dan Yohanes dengan ambisius
meminta agar mereka bisa duduk di sebelah kanan Yesus kelak di Surga. Ide ini membuat murid-
murid lainnya marah (Mrk. 10:35-41). Namun kebenarian Yohanes berguna pada saat penyaliban
dan kebangkitan Yesus. Injil Yohanes 18:15 menceritakan bahwa Yohanes mengenal imam besar
sehingga ia adalah salah seorang yang terkenal daripada murid yang lain. Bagaimanapun juga,
Yohaneslah satu-satunya rasul yang berani tetap berdiri di kaki salib, dan Yesus menyerahkan
ibu-Nya untuk dijaga oleh Yohanes (Yoh. 19:26-27). Ketika para murid mendengar bahwa tubuh
Yesus telah hilang dari kubur-Nya, Yohaneslah yang terlebih dulu lari menuju ke kubur dan
nomor satu sampai di kubur. Tetapi, ia membiarkan Petrus masuk lebih dulu ke dalam liang
kubur (Yoh. 20:1-4, 8).
5. Sumber-sumber tradisi menceritakan bahwa Yohanes memelihara Ibu Yesus sembari
menggembalakan Jemaah di Efesus, dan ibu Yesus meninggal di sana. Tertulianus mengatakan
bahwa Yohanes dibawa ke Roma “dimasukkan ke dalam kuali minyak yang mendidih, tetapi
tidak luka, dan kemudian dibuang ke sebuah pulau.”. Pulau itu mungkin “Pulau Patmos”, tempat
kitab Wahyu ditulis. Juga dipercayai bahwa Yohanes hidup sampai usia lanjut dan bahwa
tubuhnya dibawa pulang ke Efesus untuk dikuburkan di sana.
Murid yang dikasihi Yesus
Yohanes menjadi murid yang sangat dekat dengan Yesus (Yoh.13:23; 19:26; 20:2).
Beberapa kali Yohanes menyebut diri “murid yang lain itu” karena ia segan menyebut namanya
sendiri. Yohanes tidak meninggalkan Yesus pada waktu Ia diadili (Yoh. 18:15), dan dialah murid
satu-satunya yang berada di kaki salib Yesus (Yoh. 19:26-27). Namun Yohanes juga
diistimewakan oleh Yesus selama dalam pelayanan tiga tahun, seperti pada waktu anak Yairus
dibangkitkan (Luk. 8:51); pada waktu Yesus dipermuliakan di atas gunung (Mat. 17:1-8); pada
waktu Yesus memilih tiga orang murid untuk mengikuti-Nya di Getsemani (Mat. 26: 36-37).
Setelah kebangkitan Yesus, Yohanes mengambil peranan penting dalam penginjilan. (Lihatlah
Kis. 3 dan 4 dan 8:14-17). Dari semua keterangan ini dapat kita bayangan betapa pentingnya
pekerjaan Yohanes dalam penginjilan pada abad pertama itu.
Kitab – Kitab yang ditulis Yohenes
Yohaneslah yang menulis Injil keempat, surat-surat Yohanes, dan kitab Wahyu sehingga
ia merupakan rasul yang paling banyak menuliskan Perjanjian Baru dibandingkan dengan ke-12
murid yang lain. Kedudukan Yohanes dalam jemaat Kristen pertama di Yerusalem ternyata dari
Kisah Para Rasul 3, 4, 8:14 dan Galatia 2:9, dimana ia disebut “sokoguru” jemaat.
INJIL YOHANES
Injil Yohanes merupakan injil ini disebutkan “injil rohani”. Injil yang keempat dalam
Perjanjian Baru dan ditulis kira-kira pada tahun 80-100 M, yaitu satu generasi setelah ditulisnya
Injil-injil yang lain. Injil Yohanes ditulis untuk semua umat Kristen, sebagai suatu kesaksian
untuk meyakinkan mereka dalam kepercayaannya. Sesungguhnya injil Yohanes meyakinkan
pengikut-pengikut Tuhan dalam iman mereka melalui pelajaran-pelajaran tentang ketritunggalan
6. Allah, keilahian Yesus, dan keselamat bagi semua orang percaya kepada Tuhan. Tema pokok
ialah bahwa Yesus di bumi telah mengatakan kemuliaan ilahi-Nya yang ditandai dengan mujizat
dan tanda sebagai bukti keilahian-Nya. Tentu saja Injil ini merupakan cerita tentang Yesus, mirip
dengan yang lain, namun berbeda sama sekali dengan surat-surat dalam PB. Lantaran perbedaan-
perbedaan besar antara Injil-injil Sinoptik dengan Yohanes, maka kadang-kadang dikatakan
bahwa Injil-injil Sinoptik meyampaikan sejarah, sedangkan Injil Yohanes memberi kita teologi.
Bagi Rasul Yohanes, Roh itulah yang memberi hidup dan perbuatan-perbuatan Yesus
disampaikan begitu saja. Sehingga tanpa mengutarakan makna yang diberitakan oleh Roh pada
karya-karya Yesus maka berita itu sia-sia saja. Yohanes menyajikan bahwa ceritanya bukanlah
terutama menguraikan secara teratur dan logis. Jalinan tulisan yang disampaikan Yohanes lebih
mirip dengan suatu rangkaian nada lagu yang sangat indah. Yohanes memperkenalkan suatu
tema yang kemudian diikuti tema kedua atau tema ketiga, dan seterusnya. Tema-tema itu terjalin
dalam berbagai pola. Namun, di sepanjang kitab Injil ini, pribadi dan karya Yesus Kristuslah
yang menggabungkan beragam tema ini menjadi suatu kesatuan yang terjalin erat. Dengan cara
inilah penulis Injil ini mencapai tujuannya. Adapun pendahuluan (1:1-18), Yohanes Pembaptis
dan murid-murid Yesus yang pertama (1:19-51), kitab tanda-tanda ajaib (2:1-12:50), dan kitab
kemuliaan (13:1-20:31), serta penutup (21:1-25).
Pendahuluan (1:1-18)
Pendahuluan Injil Yohanes yakni ayat 1-18 dari pasal pertama, merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari kitab Injil ini. Seluruh kitab Injil ini harus dipahami berdasarkan ayat 14:
“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-
Nya, yaitu kemuliaan yag diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih
karunia dan kebenaran”.
Yohanes Pembaptis dan Murid-murid Yesus yang Pertama (1:19-51)
Di sini tema “kesaksian” dilanjutkan, mula-mula dengan Yohanes Pembaptis (1:19-34)
lalu dengan murid-murid pertama (1: 35-51). Yesus disebut sebagai Orang yang menerima dan
juga sekaligus memberikan Roh Kudus dengan cara yang unik (1:32-33), sebagai Anak Allah
(1:34, 49), Anak Domba Allah (1:45), Raja orang Israel (1:49), dan sebagai Yang membawa
wahyu Allah kepada dunia (1:51).
7. Kitab Tanda-tanda Ajaib (2:1 – 12:50)
Walaupun bagian ini dapat disebut “Kitab Tanda-tanda ajaib”, sebenarnya dalam bagian
ini pokok yang dikemukakan jauh lebih banyak daripada sekedar serangkaian tanda-tanda ajaib.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa bagian ini melanjutkan tema-tema yang disebut
sebelumnya, dan juga memperkenalkan tema “penggenapan”. Tanda yang pertama, diubahnya
air menjadi anggur (2:1-11), menciptakan suasana untuk peristiwa-peristiwa selanjutnya, sebab
melalui tanda itu Yesus menyatakan kemuliaan-Nya (2:11). Adegan berikut berlangsung di
halaman Bait Allah di Yerusalem, percakapan dengan Nikodemus ataupun perempuan Samaria.
Dalam penyembuhan anak pegawai istana (4:43-54) dan orang sakit (5:1-18), pemberian makan
lima ribu orang yang berlangsung pada hari Paskah Yahudi (6:4), bahkan pada saat hari raya
Pondok Daun ataupun perayaan pentahbisan (10:22), kebangkitan Lazarus dan pengurapan
minyak di Betania (12:1-8), dan kemudian dielu-elukannya sewaktu di Yerusalem (12:12-19).
Kitab Kemuliaan (13:1 – 20:31)
Struktur pada bagian yang disebut sebagai “Kitab Kemuliaan” ini tidaklah serumit
susunan pasal 1-12. Dalam lima pasal pertama (13-17), Yesus mengajar sebelas murid-Nya
tentang arti menjadi murid, Ia menjanjikna mereka pertolongan Roh Kudus, dan berdoa bagi
mereka serta bagi murid-murid yang akan datang. Lalu melalui pengalaman kematian-Nya yang
sejati. Yohanes mula-mula mengakhiri kitabnya dengan pernyataan tentang tujuannya menulis
kitab Injil ini (20:30-31).
Penutup (21:1-25)
Bagian ini dapat dilihat sebagai penutup seluruh Injil Yohanes. Berdasarkan ciri-ciri
penjelasan yang diberikan agak berulang-ulang di sini, ada sebagaian penafsir yang menafsirkan
bagian ini ditambahkan kemudian pada kitab Injil ini menjernihkan sauatu alasan pengertian
(21:20-24 dan 21:25), dan untuk memasukan bahan penting yang dapat hilang kalau tidak
dimasukkan.
8. SURAT – SURAT YOHANES
Jumlahnya tiga, dianggap sebagai surat-surat kiriman umum. Dari isinya, 1 Yohanes
bagaimana Firman hidup dinyatakan di dalam Kristus (1:1-4), hidup di dalam terang (ay.5-10),
Kristus adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan hanya untuk dosa kita saja tetapi
untuk dosa seluruh dunia (2:2), dan seterusnya. Sedangkan dalam 2 Yohanes ditulis kepada “Ibu
yang terpilih” bagaimana peringatan terhadap penyesat-penyesat (7-11). Kemudian begitun
dalam 3 Yohanes ditulis kepada Gayus “saudara-saudara yang kekasih” dan bagaimana keluhan-
keluhan tentang Diotrefes (9-10).
Hubungan Antara Penulis dan Pembacanya
Penulis Surat ini tidak menampilkan pendapatnya secara pribadi, malainkan sebagai
salah seorang saksi mata dari kehidupan Yesus. Ia menulis tentang kehidupan itu, dan apa saja
artinya bagi manusia. Pembaca yang bukan saksi mata, bisa mengambil bagian dalam segala arti
itu melalui persekutuan mereka dengan para saksi mata. Melalui persekutuan itu para pembaca
akan masuk ke dalam persekutuan dengan Anak dan Bapa, oleh karena persekutuan yang sudah
ada antara Anak dan Bapa dengan para saksi mata. Jadi, para pembaca tidak hanya akan
menerima bagian dalam tradisi, yaitu apa yang sudah biasa dijalankan atau dilaksanakan secara
turun-temurun, melainkan menerima kehidupan sejati itu sendiri yang ada dalam peristiwa-
peristiwa yang disampaikan dalam tradisi itu. Oleh sebab itu, kenyataan bahwa ada orang yang
meneruskan laporan tentang Yesus Kristus adalah penting bagi kehidupan sejati para pembaca.
Penulis memperkenalkan diri sebagai salah seorang saksi mata dari kehidupan Yesus,
yang telah ia dan kawan-kawannya mendengar, lihat dan raba. Jadi penulis rupanya termasuk
kelompok orang yang menjaga tradisi meneruskan laporan tentang kehidupan dan kematian
Yesus Kristus dan menafsirkan apa artinya bagi keselamatan manusia. Dalam kedudukkan itu ia
dapat berbicara dengan berwibawa kepada orang Kristen generasi yang berikutnya, yang tidak
melaksanakan sendiri peristiwa kehidupan dan kematian Yesus. Ia meneruskan dan menafsirkan
peristiwa-peristiwa itu kepada “anak-anaknya”. Ia juga merasa lebih terdorong lagi untuk berbuat
demikian, karena munculnya guru-guru palsu, yang berusaha menyesatkan “anak-anaknya” itu
dan menjauhkan mereka dari kehidupan sejati dalam Kristus.
9. SURAT YOHANES 1
Yohanes melihat Yesus dengan matanya sendiri, dan bahwa pekerjaan Tuhan
disaksikannya serta ajaran-Nya diikutinya, terbukti dari 1 Yohanes 1:1-4 dan 4:4 sebab Yohanes
adalah rasul yang dikasihi oleh Yesus. Adapun maksud Yohanes dalam suratnya yang pertama
ialah sebagai berikut :
“Semuanya ini kami tuliskan kepada kamu supaya sukacita kami menjadi sempurna”
(1:4).
“Hal-hal ini kutulis kepadamu, yaitu mengenai orang-orang yang berusaha menyesatkan
kamu supaya kamu tetap tinggal di dalam Dia” (2:26-27).
“Semuanya itu kutuliskan kepada kamu supaya kamu tahu bahwa kamu memiliki hidup
yang kekal” (5:13).
Namun, yang diutamakan ialah saran-saran dalam 1 Yohanes 5:13, yaitu “supaya kamu
yang percaya kepada nama Anak Allah TAHU bahwa kamu memiliki hidup yang kekal”.
Adapun maksud Yohanes dalam Injilnya ialah supaya mereka yang percaya akan Anak Allah
beroleh KEYAKINAN dalam nama-Nya ( Yoh. 20:31). Sedangkan dalam 1 Yohanes, kata-kata
“tahu”, “mengetahui”, dan “mengenai” terdapat sebanyak 36 kali. Adapun pendahuluan (1:1-4),
ketujuh patokan yang ditetapkan untuk memelihara kelakuan yang baik (1:5 – 3:10); berjalan
dalam terang, jangan menipu diri, turutilah perintah-Nya, tirulah Kristus, kasihilah sesamamu,
janganlah kamu mengasihi dunia, dan tinggallah dalam Kristus serta berbuatlah yang benar.
Kemudian penyelenggaraan kasih (3:11 – 4:21) dan fungsi iman dalam menyelenggarakan kasih
itu dalam kehidupan sehari-hari (5:1-21).
SURAT YOHANES 2
Kata Yohanes “Waspadalah, supaya kami jangan kehilangan kebahagiaanmu dalam
hidupmu yang benar”. Rupanya separuh dari mereka Sudah disesatkan (ay. 4). Itulah sebabnya,
nasehat Yohanes diberikan dalam ayat 8. Bahkan, ia menasehati mereka supaya jangan
menerima penyesat dalam rumah mereka dan jangan memberi salam kepadanya (ay.10). Cukup
jelas karena penyesat-penyesat itu terlalu licik dalam tindakanya (7-11).
10. Selanjutnya, untuk menyalamatkan diri, janganlah firman Allah itu diuji melalui
pengalaman-pengalaman mereka, tetapi pengalaman-pengalaman mereka harus diuji atas dasar
kebenaran firman Tuhan atau “ajaran” Tuhan. “Kebenaran” yang menjadi kata kunci di sini
terdapat sebanyak empat kali. Adapaun yang hampir sama adalah kata “ajaran” yaitu ajaran
Kristus yang menjadi dasar kebenaran-Nya (ay.6). Ajaran salah yang disebarkan adalah tentang
keadaan Kristus (ay. 7). Mereka menyangkal bahwa Kristus datang sebagai manusia. Yang
berpendirian begitu tidak akan beroleh keselamatan (ay. 9).
SURAT YOHANES 3
Surat ini dialamatkan kepada Gayus yang menjadi “kekasih” Yohanes. Dialah yang
telah menyerahkan hartanya dan bakatnya untuk melayani Tuhan. Ia dikenal sebagai seorang
yang ramah terhadap hamba-hamba Tuhan, dan itulah yang diuji. Gayus juga pernah disebut
teman sekerja Paulus (Kis. 19:29; 20:4, dan Rm. 16:23). Kesaksian tentang hidup ketiga orang
yang disebut namanya di sini adalah sebagai berikut. Gayus hidup dalam kebenaran, mengasihi
dan menolong saudara-saudaranya, dan yang bekerja dalam pelayanan kebenaran (ayat 6-8).
Sedangkan Demetrius diuji sebagai seorang benar dalam kesaksian yang baik (ay. 12). Namun,
Diotrefes adalah seorang yang ingin menjadi orang yang terkemuka, yang melontarkan kata-kata
yang kasar terhadap hamba-hamba Tuhan. Ia juga mencegah orang-orang yang hendak menerima
hamba-hamba Tuhan, bahkan mengucilkan mereka dari jemaat.
WAHYU
Rahasia atau nubuat-nubuat yang diberikan melalui simbol-simbol atau kiasan-kiasan
yang melambangkan apa yang akan terjadi pada akhir zaman. Memang biasanya kesustraan
secara apokalupsis mempergunakan banyak simbol dan kiasan. Pada umumnya diterima dengan
baik bahwa penglihatan dari surat Wahyu ini diberikan kepada Yohanes pada waktu ia dibuang
ke Pulau Patmos dalam penganiayaan di bawah Kaisar Domitianus kira-kira pada tahun 95-96 M
(Why. 1:9-11a). Kira-kira pada Tuhan 96 M ia dibebaskan, lalu menulis surat Wahyu.
11. Ciri – Ciri Khas Kitab Wahyu
Kitab Wahyu adalah sebuah kitab apokaliptik, yaitu kitab yang berisi hal-hal atau
peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan akhir zaman. Namun, kitab Wahyu inilah satu-
satunya kitab yang seluruhnya bersifat apokaliptik. Bagian pertama kitab ini merupakan
pendahuluannya dan terdiri dari surat-surat kepada tujuh sidang jemaat. Pesan kitab ini disajikan
dalam serangkaian penglihatan yang meliputi peristiwa-peristiwa aneh dengan tempat-tempat
dan benda-benda serta makhluk-makhluk (manusia dan binatang) yang melambangkan orang-
orang atau kejadian yang berhubungan dengan hidup dan nasib orang-orang Kristen pada abad
pertama. Satu hal yang harus tetap dilihat oleh penerjemah ialah bahwa kitab ini ditulis untuk
memberikan semangat rohani langsung kepada pembacanya pada waktu itu. Ini berarti bahwa
simbol-simbol dan kiasan-kiasan yang terdapat di dalam kitab Wahyu yang dapat dimengerti
oleh pembaca waktu itu.
Karena perbedaan waktu dan tempat serta pengalaman, besar kemungkinan pembaca
sekarang tidak dapat memahami arti semua penglihatan yang terdapat dalam kitab Wahyu. Ada
bermacam-macam penafsiran terhadap kitab ini, semua penafsiran ini tergantung pada
bagaimana cara seseorang memahami apa yang tertulis di dalamnya. Di samping itu ada juga
yang menganggap bahwa kitab Wahyu hanyalah berisi alegori atau lambang-lambang saja, tetapi
ada hubungannya dengan sejarah kehidupan manusia.
Maksud Surat Wahyu
Menurut Wahyu 1:1, ini adalah penyataan Yesus Kristus yang dikaruniakan Allah
kepada Anak-Nya,supaya ditunjukkan kepada hamba-hamba-Nya, bahkan malaikat-malaikat-
Nya diutus untuk menyatakan kepada Yohanes. Walaupun banyak orang yang bingung melihat
isinya yang kabur, tetapi berkat kebahagiaan yang besar telah dijanjikan kepada semua orang
yang membacanya, mendengarnya, dan menuruti apa yang tertulis di dalamnya (Why. 1:3). Surat
nubuat ini mengungkapkan bagaimana kembali-Nya Kristus ke dunia ini terlaksana,
penggenapan nubuat-nubuat ketika kesusuhan besar itu, penghakiman dan hukuman yang akan
dijatuhkan ke atas bangsa-bangsa dunia yang mendurhaka kepada Tuhan, kebinasaan iblis
dengan segala penguasanya, dan kemuliaan di Surga yang akan diwarisi oleh semua anak Tuhan.
12. Ada banyak uraian simbolis yang seolah-olah membingungkan para penafsir dan para pembaca
surat ini. Menurut ayat kunci (Why. 1:9), apa yang diterima Yohanes adalah apa yang dilihatnya
mengenai Kristus (1:9-20), apa “yang terjadi sekarang dalam jemaat-jemaat” (Why. 2-3),
maupun apa yang akan terjadi sesudah ini, seperti tercantum dalam Wahyu 4:1 – 22:5).
Kitab Wahyu dialamatkan kepada ketujuh jemaat di Asia Kecil
Tiap-tiap jemaat memiliki sifat-sifat yang membayangkan kepada jemaat Tuhan dalam
sejarah gereja. Pada masing-masing ada sikap-sikap yang diuji dan ada juga sikap-sikap yang
dicela. Ada yang menang dan ada yang dihukum karena kemurtadannya.
Jemaat di Efesus
Melambangkan jemaat Tuhan pada zaman sejarah gereja pada akhir zaman para rasul,
yaitu pada akhir abad pertama dan pada permulaan abad kedua. Inilah zaman penaburan seperti
yang diuraikan dalam Matius 13:3-23. Jemaat di Efesus dicela karena mereka telah
meninggalkan kasih mereka yang semula, yaitu kasih mereka terhadap Tuhan dan terhadap
sesamanya (Why. 2:4). Kasih semula itu melambangkan adanya apa yang sungguh-sungguh
memuaskan dalam oknum yang dikasihi itu.
Jemaat di Smirna
Mengalami banyak kesusahan, bahkan ada diantara mereka yang dipenjarakan 10 hari.
Kesepuluh hari ini melambangkan sepuluh masa kesusahan yang dialami oleh jemaat Tuhan dari
tahun 116-316 M. Terhadap masa ini tidak ada kata-kata teguran dari Tuhan, sebaliknya Ia
menghibur mereka dan mengajak mereka supaya dengan sabar bertahan dalam penderitaannya
(Why. 2:10).
Jemaat di Pergamus
Pada tahun 316 M, Kaisar Constantinus menjadi seorang Kristen, lalu agama Kristen
pada hakikatnya dijadikan agama negara Roma. Oleh sebab itu, orang Kristen tidak lagi
dianiaya, dan mereka semakin lama semakin suam dalam kepercayaannya, bahkan mereka undur
sampai dikatakan bahwa mereka “diam di tempat tahkha iblis” (Why. 2:13). Dalam keadaan itu
mereka gampang disesatkan dengan ajaran-ajaran palsu (Why. 2:14-15).
13. Jemaat di Tiatira
Izebel yang menjadi lambang pada zaman ini adalah seorang dari kalangan kafir yang
menjadi isteri seorang raja Israel. Kemudian, ia mengajar hamba-hamba Tuhan untuk mengikuti
ajaran-ajarannya (Why. 2:20). Dengan demikikan, bangsa Israel menajiskan dan disesatkannya.
Selain itu, rupanya jemaat Tuhan pada zaman ini rajin benar dalam pekerjaannya (Why. 2:19).
Jemaat di Sardis
Melambangkan suatu masa ketika jemaat itu masih melakukan pekerjaan yang baik,
tetapi dalam kerohaniannya mereka sudah mati dan perlu bertobat (Why. 2:19).
Jemaat di Filadelfia
Melambangkan suatu ketika sebagian dari jemaat itu setia di tengah-tengah orang
murtad (Why. 3:7-9). Di situ anak-anak Tuhan menghadapi banyak pencobaan, tetapi Tuhan
selalu melindungi mereka. Baginya, Tuhan akan “membuka pintu yang tiada dapat ditutup oleh
seorang pun”. Ini adalah gambaran perkembangan Inijl Tuhan yang berjalan terus dengan pesat
pada zaman itu.
Jemaat di Laodikia
Melambangkan zaman terakhir, yaitu zaman menjelang masa kedatangan Tuhan. Pada
zaman itu akan ada orang Kristen yang menganggap dirinya kaya, tetapi terhadap Tuhan mereka
kelihatan miskin, buta, dan telanjang. Inilah bagian dari jemaat Tuhan yang dimuntahkan keluar
dari mulut Tuhan (Why. 3:15-17). Undangan dalam Wahyu 3:20 adalah suatu tawaran bagi
barangsiapa yang mendengar suara-Nya. Apa yang dijanjikan selain dari keselamatan jiwa
adalah kehidupan yang terjamin di meja Tuhan “Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia
bersama-sama dengan Aku”, yakni suatu persekutuan yang indah untuk selamanya.
Dalam uraian tentang keadaan Jemaat Tuhan pada zaman-zaman sejarah, perlu
ditekankan bahwa sebenarnya pada tiap-tiap zaman sikap-sikap dari semua jemaat tampak juga.
Dengan ini dapat kita katakana bahwa Jemaat Tuhan yang dimulai dengan kasih yang mesra
terhadap Tuhan sering dilanda dengan banyak penderitaan, tetapi kegiatan dalam penginjilan
dijalankan terus walaupun pada masa terakhir mereka menghadapi banyak kemurtadan.
14. Dalam kitab Wahyu ada beberapa aspek yang dibahas, diantaranya :
Pendahuluan (1:1-8) yaitu Penglihatan yang pertama (1:9 – 3:22) – Penglihatan kelima
belas (Why. 21:22).
Firdaus dipulihkan (Why. 22:1-5).
Simpulan Surat Wahyu (Why. 22:6-17).
Ajakan yang terakhir,
Peringatan yang terakhir, dan
Seruan yang terakhir (Why. 22:20).
15. BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Rasul Yohaneslah yang menulis Injil keempat, surat-surat Yohanes, dan kitab Yahwu,
maka ia merupakan rasul yang paling banyak menuliskan Perjanjian Baru dibandingkan dengan
ke-12 murid yang lain. Rasul Yohanes sangat luar biasa sekali dalam pelayanannya dalam
menyampaikan kabar baik yaitu Injil kebenaran Allah, meskipun di tengah zaman yang
mengancam, namun tetap dan terus berkobar-kobar dalam memperkenalkan Tuhan yang penuh
kasih yang sangat besar (Yoh. 3:16). Oleh sebab itu, kita sebagai orang Kristen kita harus patut
meniruh atau memiliki semangat seperti rasul Yohanes yang dalam pelayanannya tetap setia
melayani Tuhan sampai tutup usianya.
16. DAFTAR PUSTAKA
Bratcher G. Robert & Hatton A. Howard, Wahyu Kepada Yohanes (Jakarta: Yayasan Karunia
Bakti Budaya Indonesia), 2009.
Browning W.R.F, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 2013.
Chapman Adina, Pengantar Perjanjian Baru (Bandung: Kalam Hidup), 2017.
Haas C., dkk, Surat- Surat Yohanes (Jakarta: Yayasan Karunia Bakti Budaya Indonesia), 2012.
Herr J.J & P.S Naipospos, Nama-Nama Pribadi Dalam Alkitab (Jakarta: Gunung Mulia), 2010.
Newman M. Barclay & Nida A. Eugene, Injil Yohanes (Jakarta: Yayasan Karunia Bakti Budaya
Indonesia), 2014.
Packer J.I., dkk, Dunia Perjanjian Baru (Surabaya: Gandum Mas), 2004.
Thanks.
GBU