2. OLEH:
Nikytha c.r wodji
Priska r.r tende
Priska m. Leoanak
Reati r.l awa
Ronaldi m.f kote
Sabina v. Ngodus
Shavira w. Rosnah
Sonia m.a taena
Susana n.s ruing
Theo e. Soge
Veronika y.m boruk
3. Peraturan pemerintah mengenai
pharmaceutical care
Permenkes RI No. 284/MENKES/PER/III/2007
Pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah
bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung
profesi apoteker dalam pelayanan kefarmasian untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.
4. Pharmaceutical care adalah tanggung jawab pemberi
pelayanan obat/tenaga kefarmasian sampai pada
dampak yang diharapkan yaitu meningkatnya kualitas
hidup pasien (Hepler dan Strand, 1990)
Tenaga Kefarmasian menurut PP. 32 / 96 adalah :
Apoteker,
Asisten apoteker
Ahli madya farmasi.
5. Peran Farmasis
Apotik
Rumah Sakit
Industri Farmasi
Dasar hukum peran tenaga kefarmasian :
1.Peraturan perundang-undangan kefarmasian dari
Pemerintah
2.Aturan yang ditetapkan organisasi (Kode Etik)
3.Aturan yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Sedunia
(WHO)
6. ELEMEN DARI PHARMACEUTICAL CARE :
1. Tanggung jawab bertanggung jawab penuh, menganggap
pasien yang datang adalah pasien ku
2. Interaksi langsung fokus, kontak dan berinteraksi
langsung dengan pasien
3.Kepedulian menunjukkan rasa kepedulian terhadap apa
yang dialami pasien, menganggap mereka adalah orang
yang kita sayangi, dan menerapkan patient oriented
(orientasi terhadap pasien), untuk menerapkan patient
oriented ini kita harus terus mengupdate
skill./keterampilan, pengetahuan dan komunikasi
7. 4. Mendapatkan tujuan positif (outcome) :
penyembuhan penyakit, mengurangi dan
menghilangkan penyakit dan gejala, mencegah gejala,
dan mencegah perkembangan penyakit.
5. Meningkatkan kualitas hidup pasien
6. Resolusi dari medication-related problem (MRP's)
DRP seperti : dosis terlalu besar/kecil, obat yang
salah, obat tanpa indikasi, ADR, IO, kegagalan
menerima obat dll.
8. Asuhan kefarmasian
terapi obat
keputusan tentang penggunaan obat pada pasien.
keputusan untuk tidak menggunakan terapi obat
pertimbangan pemilihan obat, dosis, rute dan metode
Pemberian pemantauan terapi obat dan
pemberian informasi dan konseling pada pasien.
9. Outcome asuhan kefarmasian
Merawat Penyakit
Menghilangkan atau menurunkan gejala
Menghambat atau memperlama proses penyakit
Mencegah penyakit atau gejala
10. Pelaksanaan dan Tanggung Jawab
Pharmacetical care meliputi
Assesment (Bertemu, memperoleh informasi,
demografi, pengobatan dan informasi klinis lainnya
terhadap pasien)
Care plan (menetapkan tujuan terapi dan negosiasi)
Edukasi pasien (Membuat jadwal follow-up
evaluation secara tepat dan sesuai secara klinis)
11. Follow up evaluation (Menetapkan bukti klinis/ lab
pasien outcome terbaru dan mebandingkan terhadap
tujuan terapi yang ditetapkan sebagai efektifitas terapi
obat)
Evaluasi efektifitas farmakoterapi (Evaluasi keamanan
farmakoterapi, Menetapkan kepatuhan pasien)
12. Fungsi utama dari pelaksanaan asuhan
kefarmasian ini antara lain:
untuk mengidentifikasi baik yang aktual
maupun potensial masalah yang
berhubungan dengan obat
menyelesaikan masalah yang berhubungan
dengan obat
mencegah terjadinya masalah yang
berhubungan dengan obat.
Dengan tujuan kualitas hidup pasien
meningkat serta hasilnya memuaskan.
13. Peran farmasis pada masa mendatang
tidak cukup hanya dengan mengelola obat
sebagai barang, melainkan harus ikut
berperan aktif dalam proses sakit dan
sembuhnya pasien, melalui kompetensi
profesional dalam proses kefarmasian.
14. Sesuai Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993
tentang Wajib Daftar Obat Jadi. yang dimaksud
dengan golongan obat adalah penggolongan yang
dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan
ketetapan penggunaan serta pengamanan distribusi
yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat
wajib apotek (obat keras yang dapat diperoleh tanpa
resep dokter diapotek, diserahkan oleh apoteker), obat
keras, psikotropika dan narkotika. Untuk obat yang
dapat diperoleh tanpa resep dokter maka pada
kemasan dan etiketnya tertera tanda khusus
15. Penggolongan Jenis Obat berdasarkan berbagai
undang undang dan peraturan menteri kesehatan
dibagi menjadi :
- Obat Bebas (Parasetamol, vitamin)
- Obat Bebas Terbatas (CTM, Antimo)
- Obat Keras (Daftar G : Gevarlijk : berbahaya)
- Obat keras (Asam Mefenamat, semua obat
antibiotik)
- Obat Psikotropika (Diazepam, Phenobarbital) dan
Narkotika (Morfin, Petidin)
16. OWA (Obat Wajib Apotek)
Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat
untuk masyrakat, maka obat-obat yang digolongkan
dalam OWA adalah obat ang diperlukan bagi
kebanyakan penyakit yang diderita pasien. Antara
lain: obat antiinflamasi (asam mefenamat), obat alergi
kulit (salep hidrokotison), infeksi kulit dan mata
(salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), obat
KB hormonal.