Berikut merupakan materi ajar mahasiswa farmasi semester VI Stikes Telogorejo Semarang yaitu interpretasi data klinik hematologi, mahasiswa dikenalkan anatomi dan faal darah serta nilai-nilai laboratorium pada kondisi ginjal normal dan pada kondisi patologi
Bab 1 : Tujuan Perniagaan dan pemilikan perniagaan
Farklin IDK Hematologi Semester VI Stikes Telogorejo Semarang
1. Interpretasi Data Klinik (IDK) Hematologi
Gilang Rizki Al Farizi, M.Farm., Apt
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Telogorejo Semarang
Program Studi S-1 Farmasi
Gilangrizki.alfarizi@gmail.com
2. Outline Anatomi dan Fisiologi Darah (Umum)
Proses Hematopoisis
RBC dan Interpretasi Data Klinik
WBC dan Interpretasi Data Klinik
Faktor Pembekuan dan Interpretasi Data
Klinik
4. Anatomi dan Fisiologi Darah (Umum)
Ø Komponen darah à plasma 55%
(air dan protein) dan sel darah 45%
(eritsrosit, leukosit, dan platelet)
Ø 3 fungsi utama darah à distribusi,
regulasi, dan pertahanan tubuh
Ø Fungsi pertahanan tubuh
a. Aktivasi platelet dan plasma à kerusakan
jaringan (factor pembekuan)
b. Aktivasi dan sintesis sel imun à White Blood
Cell (WBC) dan complement à melindungi
tubuh dari infeksi
Ø Volume darah à 5-6 L pria
dan 4-5 L wanita (8% dari
total berat badan)
Ø Osmolaritas à 280 - 300
mOsm atau 0,9% konsentrasi
Nacl (garam fisiologi)
Ø Fungsi distribusi:
a. transport oksigen dari organ paru dan
nutrisi yang diserap oleh usus à ke seluruh
jaringan tubuh
b. Pembuangan à sisa metabolism à ke paru
(CO2) dan ginjal (urin)
c. Bagian dari system hormone à hormone
endokrin à ke organ target e.g hormone
pancreas
Ø Jumlah darah à bergantung pada
uk.tubuh, jumlah cairan tubuh, jumlah
elektrolit, dan jumlah jar.adiposa
Ø Ph darah à 7,35 – 7,45 (bergantung
pada kodisi fisiologis)
Ø Fungsi regulasi:
a Hemostasis volume caiaran tubuh à
mempertahankan tekanan onkotik dan osmotik
b. Mempertahankan suhu tubuh à distribusi panas
ke jar.tubuh
5. Istilah umum yang sering
digunakan
1. White Blood Cell (WBC) à leukosit (sel darah putih) à komponennya:
neutrophil, eosinophil, basophil, limfosit dan monosit
2. Red Blood Cell (RBC) à eritrosit (sel darah merah) à Komponennya:
Mean Corvuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin
(MCH), Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
3. Platelete à Trombosit à keping darah
4. Hb à Hemoglobin à metal protein à mengikat oksigen
5. Hctà Hematokrit à % volume RBC dari volume darah total
6. LED à Laju Endap Darah
7. Eritropoisis à proses pembentukan sel darah merah
8. Eritrositopenia à kerusakan sel darah merah
9. Leukopenia à kemitian sel darah putih
10.Trombositopenia à kerusakan trombosit
11.Agranulositosis à penurunan nilai leukosit (leukopenia) dan neutrophil
(neutropenia)
12.Protein plasma à albumin
13.Normal salin à cairan garam fisiologi
14.Agregasi à kumpulan platelete/trombosit yang saling menempel
6. Pembentukan Sel Darah (Haematopoisis)
• Sel darah dibentuk di organ à liver,
limfa à usia kehamilan 6 minggu
(trisemester II)
• sumsum tulang (bone marrow) dan
tymus (trisemster III)
• Prod.sel darah à diluar sumsum tulang
à extra medullary heematopoisis
• Sumsum tulang à produksi
Heamatoposis Stem Cell (HCS) dan
progenitor sel à sel dewasa (mature)
à dalam pembuluh darah dalam dalam
bentuk dan fungsi yang berbebda
• Sel progenitor à digunakan dalam
proses haematopoisis à umur 3-4
bulan pada tikus à manusia?
W.C Poller et.al., 2020
7. Struktur Sel Darah Merah (Red Blood Cell)
Ø Eritrosit atau sel darah merah à masa paruh sekitar 120
hari
Ø Tidak berinti à sel “mati” selama waktu paruhnya
Ø Merupakan deferensiasi dari sel retikulosit sebagai sel
progenitornya
Ø Mengandung 65% air dan 33% Hemoglobin (Hb)
Ø Komposisi elektrolit Na+ 8 mmoL/L, K+ 90 mmoL/L, Cl- 55
mmoL/L dari volume sel total
Ø Kandungan air relative rendah à zat-zat seperti glukosa
dan urea à berdifusi sangat rendah à pengukuran glukosa
dan urea darah tidak sebaik dengan plasma
Ø Pengaturan keseimbangan eritrosit dipengaruhi oleh
beberapa factor à ertiropoitin, vitamin B12, Folat, Besi
(Fe2+), Tembaga
Ø Hormon eritropoitin à berkaitan dengan penyakati kronis
à pasien gagal ginjal kronis (GGK) sintesa eritropoitin
Ø Vitamin B12 dan Folat à kondisi anemia à anemia
permiosa dan megaloblastik
8. Ø Nilai normal retikulosti dalam
darah 0,5 – 2 %
Ø Peningkatan jumlah retikulosit à
produksi sel darah merah
dipercepat contoh kasus anemia
hemolitik, cycle cell (sel sabit) dan
keganasan, perdarahan, luka
bakar
Ø Penurunan jumlah retikulosit à
penurunan produksi di sumsum
tulang contoh kasus anemia
defisiensi besi, anemia aplastic,
anemia permiosa, infeksi kronis,
dan kemoterapi
Anonim., 2001
Struktur Sel Darah Merah (Lanjutan)
9. RBC dan Interpretasi Data Klinik (IDK)
Implikasi klinik:
1. Secara umum nilai Hb dan Hct (Hematocrit) digunakan untuk memantau derajat anemi, serta
respon terhadap terapi anemia
2. Jumlah sel darah merah menurun pada pasien penyakit ginjal kronis (PGK), talasemia,
hemolysis dan lupus erimatosus, dan beberapa drug induced anemia misal obat-obat
sitostatika dan gol.antirerovirus (HIV)
3. Sel darah merah meninkat pada polisitemia vera, diare/dehidrasi, olahragawan, luka bakar,
demografi yaitu orang yang tinggal di dataran tinggi
4. Peningkatan jumlah eritrosit = peningkatan hematocrit (Hct) à nilai Hct 3x nilai Hb
5. Penigkatan nilai Hct à kondisi syok, dehidrasi, dan polisitemia
6. Penurunan nilai Hct à Chronic Liver Desease contoh sisrosis hepatik, hemolysis, leukemia,
perdarahan, anemia mikrositik
7. Penurunan Hct s.d 30% mengindikasikan pasien mengalami anemia sedang hingga berat
8. Hemoglobin (Hb) à termasuk komponen eritrosit/RBC à metalprotein à terkandung dalam
sel darah merah à mengikat oksigen à indicator RBC
9. Peningkatan Hb à terjadi pada kondisi hemokonsentrasi à luka bakar, polisistemia, pgk,
10.Penurunan Hb à anemia deff besi, liver desease, asupan cairan, dan kehamilan
Indikator Pria Wanita
Eritrosit 4,4 – 5,6 x 106 sel/mm3 3,8 - 5,0 x 106 sel/mm3
Hematokrit 40 – 50 % 35 – 45%
Hemoglobin 13—18 g/dL 12- 16 g/dL
Plasma
55%
Hemat
okrit
45%
10. Indeks Eritrosit
1. Mean Corpuscular Volume (MCV) adalah indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah
Ø Dibagi 3 kategori: normositik (ukuran normal), mikrositik (ukuran kecil < 80 fL), dan makrositik (ukuran >
100 fL)
Ø Perhitungan adalah sebagai berikut:
MCV =
!"#$%&'()% !*% (%)
./#0$1 "()%(&2)% (3/%$)
x 10 fl = 80 – 94 fL (normal)
2. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) adalah nilai yang mengindikasikan kandungan Hb rata-rata dalam
sel darah merah
Ø Dibagi 3 kategori: normokrom, hipokrom dan hiperkromik
Ø Perhitungan adalah sebagai berikut:
MCH =
!4
./#0$1 "()%(&2)% (3/%$)
x 10 pg = 26 – 32 pg (normal) akurat untuk pemeriksaan Hb automatik
3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) adalah untuk mengukur konsentrasi rata-rata Hb
dalam sel darah merah nilainya semakin kecol semakin bagus
Ø Perhitungannya adalah sebagai berikut
MCHC =
!4
!*%
x 100 gram/L = 30 – 36 g/L (normal) akurat untuk pemeriksaan Hb manual
12. Anemia Makrositik
Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
1. Anemia Megaloblastik
Ø Ukuran sel darah besar (> 100 fL)
Ø Perubahan spesifik pada kromatin inti (Hb)
Ø Contoh kasus anemia mikrositik ditemukan pada pasien:
a. Defisiensi vitamin B12/Folat à pasien yang mengkonsumsi obat
penekan asam lambung (acid supresive) terutama gol.PPI jangka
panjang à
oksidasi pembentukan suksinil KoA dalam pembentukan Hb juga
sangat memerlukan vitamin B12 sebagai co-enzim
b. Pasien dengan terapi methotrexate (kemoterapi) à blok enzim
dihidrofolat reductase à tetrahidrofolat tidak terbentuk à
sintesis DNA menjadi terhambat
c. Herediter à keturunan
2. Anemia Makrositik Non-Megaloblastik
Ø Bukan karena hambatan sintesa DNA
Ø Contoh kasus terjadi pada pasien anemia hemolitik dan perdarahan
à sel eritrosit tampak membesar
14. Anemia Mikrositik
Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
ØUkuran sel eritrosit kecil (< 80 fL)
ØKlasifikasi anemia mikrositik dapat dibedakan
berdasarkan manifestasi penyakit yang mendasari:
a. Gangguan metabolism besi:
Anemia defisiensi besi
anemia penyakti perniosa
b. Gangguan sintesa Globin:
Talesemia à herediter
c. Gangguan sistesa porfitin dan heme
15. Anemia Normositik
Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
Ø Anemia normositik memiliki bentuk sel eritrosit normal (8–
100 fL) à jumlah sel eritrosit sedikit à produksi
terganggu/berkurang
Ø Anemia bukan penyakit à tanda/sign dari suatu penyakti
sehingga data riwayat perlu diketahui untuk mengklasifikasi
tipe anemia pada pasien
Ø Klasifikasi anemia mikrositik dapat dibedakan berdasarkan
manifestasi penyakit yang mendasari:
a. Anemia disertai dengan peningkatan produksi eritrosit à
terdapat banyak bentuk imatur à anemia perdarah contoh
pasien
luka bakar
b. Anemia karena keganasa à leukemia dan myeloma
c. Penurunan sekresi eritropoitin à anemia insufiensi ginjal
dan anemia pada pasien dengan ggn endokrin
d. Infeksi parasite à ascaris lumbricoides à rentan
mengalami anemia jika infeksi tidak diberikan terapi
adekuat
17. Struktur Sel Darah Putih (White Blood Cell)
Ø Sel darah putiih/white blood cell à
merupakam respon selular à pertahanan
terhadap infeksi
Ø Sesuai morfologi à dikelompokkan menjadi 2
kategorik yaitu tipe myeloid sel (granulosit
dan monosit) dan linfoid sel (sel b atau sel
plasma, sel T, dan sel NK)
Ø Sel myeloid à sel progenitor à produksi
sumsum tulang à merupakan imunitas
selular non spesifik à second line non specific
immunity
Ø Sel limfoid à 2 organ à primary lomphoid
organ (sumsum tulang dan tymus) dan
secondary lymphoid organ (limfe (lymphatic
route), organ limfa, dan lumen usus besar) à
imunitas spesifik (specific immune respon)
18. Sel Neutrofil à
berfungsi sebagai
pertahanan terhadap
infeksi bakteri
jumlahnya paling
banyak diantara
golongan sel darah
putih lainnya
Sel Eosinofil à
berfungsi untuk
pertahanan terhadap
infeksi parasite contoh:
E.hystolitica
(amebiasis), infeksi
askariasis (cacing
kermi) dll.
19. Sel Basofilà ada
kaitannya juga dengan
reaksi alergi dan
berfungsi sebagai
pertahanan terhadap
parasite
Sel Mast à sel yang
memproduksi histamin
yang berfungsi sebagai
renspon alergi. Mast
sel berikatan dengan
immunoglobulin E
(igE)
20. Sel makrofag dan sel dendrit
à merupakan sel monosit
yang berfungsi memfagosit
bakteri atau sel-sel tubuh
yang terinfeksi, dan fungsi
sebagai apoptosis (memakan
sel tubuh yang mati/rusak).
Selain itu juga memiliki fungsi
sebagai Antigen Presenting
Cell Bersama dengan
komplemen à
mempresentasikan antigen
bakteri/virus à yang dibaca
oleh sel T (CD4+) kemudian di
eliminasi oleh NK dan sel T
sitotoksik (CD8+) à lebih
lanjut pelajaran imunologi
bakteri
21. Struktur Sel Darah Putih (White Blood Cell)
Klasifikasi lainnya yang biasa juga digunakan mengkelompokkan WBC adalah Granulosit (neutrophil,
eosinophil dan basophil) dan agranulosit (limfosit/limfoid dan monosit). Agranulositosis
(agranulosis/granulopenia) à leukopenia berat à kematian sel neutrofil à sering muncul pada ESO
kemoterapi atau pada kasus infeksi berat
22. WBC dan Interpretasi Data Klinik (IDK)
Plasma
55%
Hemat
okrit
45%
Platelet
&
leukosit <
5%
Indikator Nilai Normal
Leukosit 3200 – 10.000/mm3
Atau
4000 – 11.000/mm3
Implikasi klinik :
Ø Leukositosis (10.000/mm3) à merupakan sebuah sign atau tanda klinis bukan
diagnosis à jika terjadi infeksi/inflamasi lihat juga gejala lainnya seperti demam
(calor),nyeri (dolor), kemerahan (rubor) pada trauma jaringan atau SIRS
(systemic inflammatory response syndrome) à namun leukositosis juga bisa
terjadi karena selain infeksi seperti ESO obat, perdarahan dan nekrosis jaringan
à jangan terburu-buru dalam menginterpretasi
Ø Nilai krisis leukositosis 30.000 – 5.000/mm3 à gangguan produksi di sumsum
tulang yang dapat disebabkan oleh leukemia
Ø Leukopenia à penurunan jumlah leukosit < 4000/mm3 à karena beberapa factor
seperti infeksi berat (sepsis), ESO obat, anemia aplastic/permiosa, multiple
myeloma
Ø pada infant (bayi usia 6 - 1 tahun) à konsentrasi leukosit 10.000 – 20.000/mm3
à sering salah interpretasi
Ø Untuk meminimalisir risiko miss interpretasi biasanya seorang apoteker klinis
juga mengkaji nilai WBC deferensial à terutama neutrophil pada kasus infeksi
23. WBC dan Interpretasi Data Klinik (IDK) (Lanjutan)
WBC
Differensial
Neutrofil
segment
Neutrofil
Bands
Eosinofil Basofil Limfosit Monosit
Nilai normal (%) 36 - 73 0-12 0-6 0-2 15 - 45 0 -10
Jumlah absolut
(/mm3)
1260 - 7300 0 - 1440 0 - 500 0 - 150 800 – 4000 100-800
Implikasi klinik:
Ø Natriofilia à peningkatan jumlah sel neutrophil biasanya dipicu oleh infeksi bakteri à diiringi
dengan peningkatan WBC à pasien yang rentan mengalami infeksi adalah pasien
immunocompromise (pasien HIV, TB), pasien diabetes melitus type 2, pasien dengan terapi
imunosupresi, selain itu pasien trauma jaringan seperti luka bakar, kecelakaan (luka terbuka) juga
dapat meningkatkan produksi sel neutrophil
Ø Shift to left à peningkatan neutrophil segment (imature neutrofil) à dipicu akibat kondisi infeksi
sedang – berat, obat sitostatika, leukemia, trauma jaringan berat (luka bakar) dan perdarahan
Ø Shift to right à peningkatan neutrofil band (mature neutrophil) à kekurangan vitamin B12 dan
asam folat pada kasus anemia
Ø Eosinofil dan basophil à peningkatan dipicu oleh alergi dan infeksi parasite à ditunjang dengan
pemeriksaan lain à seperti kultur tinja dan lactoferrin à amoebiasis
Ø Limfosit à peningkatan karena virus dan bakteri à didukung dengan pemeriksaan lain à
Imunoglobulin dengan metode PCR à infeksi Covid-19
Ø Monosit à peningkatan karena virus dan bakteri à jarang dilakukan pemeriksaan
24. Absolute Neutrophile Count (ANC)
Ø Absolute Neutrophile Count (ANC) à digunakan untuk menghitung derajat neutropenia
Ø Hasil hitung biasanya digunakan apoteker klinis untuk meminimalisir efek samping
myelosupresi pada pasien dengan terapi obat-obatan sitostatika
Ø ESO sitostatika à neutropenia à menyebabkan pasien rentan infeksi à harus dihitung à
untuk menentukan pemberian terapi antibiotic profilaksis
Ø ESO beberapa obat lain à antipsikotik à clozapine à mempercepat apoptosis dan
metabolitnya memiliki efek sitotoksik
Ø Melihat kondisi infeksi lain à paling berbahaya adalah sepsis
Ø Rumus hitung adalah:
ANC (mm3) =
% "#$#%#&'% ()&*+ , -#./0+12
344
Interpretasi hasil hitung adalah sebagai berikut:
Derajat Neutropenia Hasil Hitung
Normal ANC 1500 – 8000/mm3
Neutropenia <1500/mm3
Mild Neutropenia 1000 – 1500/mm3
Moderate Neutropenia 500 – 999/mm3
Severe Neutropenia <500/mm3
Profound Neutropenia <100/mm3
25. Absolute Neutrophile Count (ANC)
Perhitungan ANC à melalui
aplikasi “calculator” Medscape
à pada huruf F “Febrile
Neutropenia” à lalu klik
”Absolute Neutrophile Count”
à sesuaikan dengan hasil
pemeriksaan lab:
1. leukosit/WBC (/mm3)
2. Jumlah absolut total
neutrophil (/mm3)
3. Jumlah absolut neutrophil
bands (/mm3)
26. Absolute Neutrophile Count (ANC)
V Muturi-Kioi et.all., 2016
Gambar dibawah merupakan nilai normal dari ANC dapat menggunakan
klasifikasi berdasarakan derajat normal –berat atau grade 1 - 4
28. Drug Induced Agranulocytosis (Lanjutan)
Grafik disamping merupakan time
frame antara nilai normal sel
neutrophil (garis putih) dan onset
agranulositosis (garis biru muda)
Contoh obat clozapine onset
agranulositosis terjadi pada hari ke-
12 setelah terapi hari pertama à
tentu akan berbeda tiap individu à
perlu penelitian lebih lanjut
mengenai onset pada gen asia
selatan (indonesia) à terutama
polimorfisme pada enzim sitokrom
P450 (F Andersohn et.all., 2007)
29. Struktur Trombosit/Platelet
Ø Platelet à defferensial dari sel myeloid à sel progentornya megakariosit
(mature megakaryocyte) à terbentuk platelet/trombosit/keeping darah
Ø Produksi dipengaruhi à trombopoietin à hormone glikoprotein yang
diproduksi oleh orang live dan ginjal à disekresi juga oleh fibroblast, sel
endotel pembuluh darah dan leukosit
Ø Trombosit à elemen terkecil dalam pembuluh darah à teraktivasi setelah
kontak dengan dinding endotelia (sel dinding pembuluh darah) à
ukurannya 2-4 µm (mikron)
Ø Masa paruh trombosit 5-7 hari
Ø 2/3 (60 – 75%) dari total trombosit à pembuluh darah dan 1/3 (25 – 40%) à
berada di dalam organ limfa
Ø Struktur platelete/tromboit dikategorikan menjadi 4 zona
a. Peripheral zone/membrane plasma à banyak terdapat glikoprotein
(GPIb/IX/X; GPVI; GPIIb/IIIa) à bersifat adesif terutama untuk sel
endotel yang mengalami kerusakan à juga mengandung collagen,
fibrinogen
b. Sol-gel zone/platelete sitoplasma à microfilamien à protein
kontraktil (aktin, myosin, trombosistenin) à platelet bisa berubah-
ubah bentuk
C. Organel zone à alfa granul (faktor V, faktor VII, fibrinogen, platelete-drived
growth factor) dan dense/delta (ADP, kalsium, dan serotonin)
D. Membrane zone à reponsibel terhadap Tromboxane A2 (TXA2)
30. Tahapan Pembentukan Platelete Plug
Ø Platelete dan protein-protein dalam proses hemostatis à tidak
ada kerusakan sel endotel à endotel akan melepaskan nitrit
okside, prostasiklin dan perubahan bentuk energi (ADP dan ATP)
menjadi adenosin à tidak terjadi agregasi (penempelan) platelet-
platelet dan platelete-sel endotel
Ø Platelete plug à primary hemostatis à tahap awal pembentukan
trombus
1. Tahap adesi:Von Willebrand Factor à protein pertama
yang menempel pada endotel yang rusak à menarik
platelete untuk agregasi à berikatan dengan glikoprotein
Ib/IX (GPIb/IX) tahap adesi
2. Tahap agregasi: Setelah aktif, protein lain à GIIb/IIa pada
membrane plasma à berikatan dengan fibrinogen à
diaktivasii oleh thrombin dan kalsium àmenjadi
fibrinogen à membentuk factor X-Xa (tahap kedua
hemostatis) à platelet saling berikatan silang melalui
fibrinogen
3. Tahap sekresi: platelet aktif à produksi ADP, serotonin,
dan tromboxan A2 (TXA2)
4. Prokoagulasi à aktivasi factor V (proacclerin à tahap
awal pembentukan cloting jalur 2
31. Tahapan Pembentukan Clot (Clot Formation)
Ø Pembentukan clot à secondary
hemostatic à setelah thrombus
(platelet plug) terbentuk à dilapisi
oleh clot à kuat dan stabil à
pembentukan jaringan baru
Ø Pembentukan oleh factor-factor
koagulasi (pembekuan) darah à
reaksi dikatalis oleh enzim dan
oksigen
Ø Terdiri dari 2 jalur à ekstrinsik (jika
kerusakan pada jar.tissue) dan
intrinsic (jika kerusakan terjadi pada
endotel pembuluh darah)
Esktrinsik Intrinsik
32. Faktor Pembekuan dan Interpretasi Data Klinik (IDK)
Indikator Nilai Normal
Trombosit 170 – 380 x 103/mm3
Implikasi klinik:
Ø Trombisitosis à peningkatan jumlah trombosit à inflamasi, polisistema vera, trauma jaringan,
stress dan atritis rheumatoid, kanker
Ø Trombositopenia à penurunan jumlah trombosit à infeksi (malaria dan virus dangue), sirosis
hepatic, ESO obat-obatan (heparin, kinin, antibiotic gol.penisilin, dan asam valproate) dan obat-
obatan lain seperti sitostatika, penyakit-penyakit seperti idiopatik trombositopenia purpura,
anemia hemolitik
Ø Nilai kritis < 20 x 103/mm3 à mempengaruhi waktu pembekuan darah à risiko perdarahan à
ditandai dengan pteki dan ekimosis (perdarahan gusi)
Ø Selain trombosit diperlukan indicator untuk menilai fungsi koagulasi à phrotrombin time (PT),
thrombine time (TT), activated Partial Thromboplastin Time (aPTT), dan International
Normalized Ratio (INR) à terutama pada tahap kedua pada proses hemostasis
33. Faktor Pembekuan dan Interpretasi Data Klinik (IDK)
Indikator Nilai Normal
Protrombin Time (PT) 10 – 15 detik
Trombin Time (TT) 16 – 24 detik
aPTT 21 – 45 detik
INR 0,8 – 1,2 detik
Implikasi klinik:
Ø INR à indicator untuk evaluasi terapi warfarin
pada pasien jantung (kongesti disertai afib dan
PJK) à nilai INR merupakan rasio antara PT
actual (lab) pasien dan PT normal (rata-rata)
à nilai jarang dicantumkan di dalam rekam
medis à sehingga harus di hitung
Ø Rumus hitung sebagai berikut:
INR= = 0,8 – 1,2 detik
Ø ESO à memanjangnya waktu pembekuanà
perlu diwaspadai terapi anti
trombotik/antiplatelet (aspilet, ticlopin,
dipiridamol, clopidogrel), antikoagulan
(heparin, warfarin), trombolitikl
(streptokinase, urokinase, dan alteplase/rt-PA
(recombinant tissue plasminogen activator)
Ø Penelitian à polimorfisme gen enzim CYP2D à
mempngerangi proses metabolism di liver à
kadar warfarin meningkat à waktu INR
memanjang
Ø Waktu PT memanjang à dipengaruhi oleh
kondisi defisiensi vit k à asupan vit K kurang
adekuat, penyakit liver, anemia hemolitik,
obstruksi sal.empedu, malabsorbsi lemak,
penyakti kibat mutasi seperti hemophilia
(produksi salah satu factor koagulasi tidak
terbentuk à mutasi protein) dan autoimin
(mempercepat proses degradasi factor
koagulasi) dan penyakit infeksi spt malaria dan
Ø Waktu PT memendek à konsumsi vit k adekuat
à terkandung dalam sayur-sayur hijau
Ø Sama halnya dengan PT à waktu aPTT, TT, dan
INR memanjang karena factor-factor diatas
!" #$%&'( )'* !'+,-.
!" /012'( (1'%' − 1'%')
34. Polimorfisme Enzim CYP2C9 Pada Kadar Warfarin
Ø Warfarin à gol. Antikoagulan à secara luas digunakan pada terapi pasien jantung coroner,
kongesti jantung disertai dengan atrial fibrilasi à menstabilkan plaque dan menghancurkan
klot
Ø Di metabolism di liver à enzim CYP2C9 dan CYP4F2 à motabolit inaktif warfarin
Ø Pada beberapa kasus à polimorfisme pada enzim metabolism à kadar warfarin dalam darah
meningkat à waktu INR memanjang à risiko perdarahan
Ø Perbedaan ras à mempengaruhi terutama ras Asia à poor metabolizer (metabolisme lambat)
Populasi CYP2C9*2
rs1799853
CYP2C9*3
rs1057910
Efek Metabolisme
Warfarin/Kumarin
Implikasi Klinik
Terhadap Niali INR
Africa-
Amrica
5 % 1 – 3 % Menurun Meningkat
Asian < 1 % 6 – 10 % Menurun Meningkat
Caucasia 11 - 13 % 6 – 10 % Menurun Meningkat
Ø penting à berhubungan dengan safety à pengaturan dosis pada awal terapi dan sebagi
evaluasi terapi warfarin
Ø Penerapan belum optimal di Indonesia à focus SDM dibidang farmakogenetik masih terbatas
Ø Bisa menjadi prototype à penerapan farmakogenetika dan sebagai dasar pertimbangan terapi
pada pasien