Dokumen tersebut membahas tentang sistem penjaminan mutu internal (SPMI) berbasis standar nasional indonesia kualifikasi kerja (KKNI) pada perguruan tinggi. SPMI bertujuan untuk menjamin dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi secara berkelanjutan sesuai dengan standar dan kebutuhan stakeholder."
Proses, tahapan dan Ketentunan Penyusunan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi Berdasarkan Keputusan Keputusan Dirjen Binalatas No. 185/Lattas /IX/2013
Proses, tahapan dan Ketentunan Penyusunan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi Berdasarkan Keputusan Keputusan Dirjen Binalatas No. 185/Lattas /IX/2013
Bagi Para Peminat Template JobDesc ini, Template dijual dengan harga hanya Rp 500 Ribu. Hubungi : 0878-7063-5053 (HARD-Hi SMART CONSULTING) untuk Pemesanannya. Terimakasih
Panduan Teknis Fitur Pengelolaan Kinerja - Untuk Guru.pptxssuser20325c
Pengelolaan kinerja di PMM adalah alat bantu yang memudahkan guru menentukan sasaran kinerja yang lebih kontekstual dengan kebutuhan satuan pendidikan dan pengembangan karirnya, demi peningkatan kualitas pembelajaran murid.
Bagi Para Peminat Template JobDesc ini, Template dijual dengan harga hanya Rp 500 Ribu. Hubungi : 0878-7063-5053 (HARD-Hi SMART CONSULTING) untuk Pemesanannya. Terimakasih
Panduan Teknis Fitur Pengelolaan Kinerja - Untuk Guru.pptxssuser20325c
Pengelolaan kinerja di PMM adalah alat bantu yang memudahkan guru menentukan sasaran kinerja yang lebih kontekstual dengan kebutuhan satuan pendidikan dan pengembangan karirnya, demi peningkatan kualitas pembelajaran murid.
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...Joko Prasetiyo
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. Makalah Seminar Nasional "Peningkatan Profesionalisme Pengawas Sekolah" yang diselenggarakan di MM UGM Tanggal 11 Januari 2012.
Teacher education in computer assisted language learning : a sociocultural and linguistic perspective / Euline Cutrim Schmid.
We explain how to create three Learning Designs that are reusable lesson plans in the fields of information technology, language learning and science.
When teaching English language learners, keep in mind that vocabulary, grammar and pronunciation develop faster when there are opportunities for interaction in the classroom using the language being learned.
Hukum Pareto Yang Dapat Diterapkan Dalam Kegiatan Pendidikan dan PembelajaranLSP3I
Prinsip Pareto (The Pareto principle) menyatakan bahwa untuk banyak kejadian, sekitar 80% daripada efeknya disebabkan oleh 20% dari penyebabnya. Sebagai ilustrasi, bahwa 80% dari kesuksesan yang telah atau akan Anda peroleh merupakan hasil dari 20% usaha Anda selama ini. Artinya adalah hanya ada 20% dari tindakan dan pemikiran dalam hidup kita yang harus lebih dimaksimalkan untuk mendapatkan 80% keberhasilan.
Perubahan substansi pendidikan dan elemen pendidikan essensial zaman nowLSP3I
Perkembangan pendidikan tinggi dewasa ini, tentunya ada perubahan mendasar, unik dan menarik di kaji. Tiga perubahan mendasar, yaitu:
1. Pergeseran Orientasi
2. Industrialisasi Institusi Pendidikan
3. Degradasi Tenaga Pendidik
Elemen Pendidikan Essensial Zaman Now adalah prinsip pendidikan seumur hidup (life long education). Peserta didik harus dibekali dengan dua macam kemampuan. Di satu sisi harus memiliki kelenturan untuk menyesuaikan diri dengan angin perubahan. Di sisi lain harus memiliki akar yang kuat agar tidak mudah roboh diterjang angin.
Dua kemampuan tersebut terdiri dari empat elemen penting yaitu, Ilmu Pengetahuan, karakter, kesenian/budaya, spiritual/keagamaan, dan kreativitas.
Menyoal transformasi pendidikan tinggi di era 4.0LSP3I
Hakekatnya proses pendidikan merupakan proses pemberdayaan seseorang untuk membentuk kepribadian dan menciptakan integritas dirinya sendiri. Melalui aktivitas pendidikan itulah seseorang diharapkan dapat memperoleh kemampuan yang dibutuhkan dirinya sendiri maupun oleh masyarakat, dan negara sehingga mampu memberikan kontribusi nyata sesuai dengan kapasitas kompetensinya.
Kompetensi individual sebagai hasil belajar, diharapkan mampu menjadi modal dasar berkontribusi di masyarakat untuk melakukan perubahan yang tentu saja ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu pendidikan kita memerlukan orientasi dan arah yang jelas sesuai dengan cita-cita dan tujuan negara.
Itu sebabnya dalam implementasinya pendidikan seharusnya tidak sekedar mendidik seseorang dari sisi intelektualnya, akan tetapi juga kepribadian, etika, dan estetika dari dalam potensi diri isi Pembelajar. Dengan bekal keseimbangan pribadi seperti itulah, peserta didik kita, diharapkan mampu menjadi agen perubahan (agent of change).
Namun sayangnya arah pendidikan saat ini terlihat kehilangan arah dari cita-cita para pendahulu. Pendidikan dewasa ini seperti menjadi komoditas dan dagangan saja. Institusi pendidikan (kampus) yang berorientasi pada selera pasar tak ubahnya seperti menjadi pabrik pencetak mesin mesin manusia siap kerja namun miskin inovasi.
Pendidikan kita yang hanya berorientasi pada hasil (yang dijawantahkan dengan nilai tertulis) tanpa memperhatikan prosesnya menjadikan hasil anak didik menjadi insan-insan yang hanya berorientasi pada hasil dan uang saja.
Jika menyimak secara seksama kebijakan Kemendikbud terkait kampus merdeka berpotensi membuat pendidikan tinggi kita tak menentu arah. Berangkat dari konsep lama link and match, kebijakan ini bakal membuat kampus semakin terjebak menjadi pabrik pencetak tenaga kerja untuk berbagai ragam industri.
Membangun relevansi dunia pendidikan dan dunia kerjaLSP3I
Salah satu masalah penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) adalah keterkaitan antara dunia pendidikan dan dunia kerja.
Dunia pendidikan belum mampu menjembatani kebutuhan dunia kerja terkini secara komprehensif. Hal ini pula menjadi penyebab terjadi pengangguran intelektual.
Sejauh mana keterkaitan pendidikan dengan dunia kerja? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada 2 hal yang menjadi tantangan perguruan tinggi sekarang ini dalam hubungannya dengan dunia kerja, adalah Kurikulum dan Pendekatan Pengajaran.
Pentingnya perubahan pendidikan di era pengetahuanLSP3I
Para peramal masa depan (futurist) mengatakan bahwa abad 21 disebut abad pengetahuan, karena pengetahuan telah menjadi landasan utama segala aspek kehidupan (Trilling dan Hood, 1999).
Perubahan-perubahan yang terjadi selain karena perkembangan teknologi yang sangat pesat, juga diakibatkan oleh pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa dalam ilmu pengetahuan, psikologi, dan transformasi nilai-nilai budaya.
Era pengetahuan menyebabkan terjadinya perubahan cara pandang manusia terhadap manusia, cara pandang manusia terhadap masalah-masalah sosial dan alam, cara pandang manusia terhadap dunia pendidikan atau perubahan peran orang tua/guru/dosen dalam dunia pendidikan, serta perubahan pola hubungan antar mereka.
Era pengetahuan telah menimbulkan perubahan yang signifikan pada tatanan lapangan kerja maupun dunia pendidikan. Era pengetahuan telah memaksa kita untuk menyesuaikan sejumlah aturan main, cara kerja, perilaku dan bahkan telah menjungkirbalikkan paradigma yang dianggap benar pada zaman sebelumnya.
Hal yang paling sesat terjadi apabila saat kini kita masih menggunakan cara lama di era yang sudah berubah. Perusahaan-perusahaan bisnis yang tercatat sebagai perusahaan kelas dunia ternyata separuhnya telah lenyap dalam tempo 10 tahun, karena mereka tidak mampu mengikuti tuntutan perubahan zaman.
Era pengetahuan telah melahirkan tatanan kehidupan baru, yang memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan era manual atau era mesin industri. Pengetahuan telah menjadi modal virtual (human capital) yang sangat menentukan perkembangan serta sekaligus kemajuan peradaban di jaman ini.
Dampak yang ditimbulkan dari perubahan tersebut sangat luar biasa, antara lain diperlihatkan melalui sejumlah fenomena seperti :
Mengalirnya beragam sumber daya fisik maupun non-fisik (data, informasi, dan pengetahuan) dari satu tempat ke tempat lainnya secara bebas dan terbuka. Ini telah merubah total lingkup dunia bisnis dan dunia usaha yang selama ini terlihat mapan.
Meningkatnya kolaborasi dan kerjasama antar negara dalam proses penciptaan produk dan/atau jasa yang berdaya saing tinggi secara langsung maupun tidak langsung telah menggeser kekuatan ekonomi dunia dari "barat" menuju "timur" dari "utara" ke "selatan"
Menguatnya tekanan negara-negara maju terhadap negara berkembang untuk secara total segera menerapkan agenda globalisasi yang memaksa setiap negara untuk menyerahkan nasibnya pada mekanisme ekonomi pasar bebas dan terbuka yang belum tentu mendatangkan keuntungan bagi seluruh pihak yang terlibat.
Begitu banyak pemberitaan mengenai wabah virus corona yang menghiasi media cetak dan elektronik setiap hari. Namun, pemberitaan itu justru tidak banyak memberi edukasi dan pencerahan bagaimana membangun kesadaran publik menghadapi virus corona. Justru, membuat situasi malah bikin makin panik. Hal ini tentunya menimbulkan sindrom berlebihan di tengah geliat usaha pemerintah dan masyarakat melawan Covid-19. Belum lagi munculnya informasi-informasi bohong atau berita hoaks yang menyebar melalui media sosial, tentunya dapat menimbulkan kepanikan dalam masyarakat, yang dapat berdampak pada menurunnya kualitas kesehatan masyarakat.
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual. Secara historis, pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang baru.
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, diantaranya: (1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif; (2) prosedur pembelajaran yang fleksibel; (3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu, (4) pembelajaran yang bermakna, dan (5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas dosen untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan dosen lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator. Peran dosen seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan.
Kampus sebagaimana Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan dosen bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama (kolaborasi) lebih utama dari pada kompetisi.
Metode pendidikan baru dalam beradaptasi dengan revolusi industri 4.0LSP3I
"Revolusi Industri 4.0 itu hanya istilah semata, yang sesungguhnya adalah tradisi berpikir manusia yang mengikuti garis linier hubungan antara pengetahuan, sains, dan teknologi yang pengaruhnya pada perubahan alam dan perubahan perilaku manusia sungguh sangat luar biasa karena terciptanya peralatan-peralatan yang digunakan untuk memudahkan manusia melakukan kegiatan-kegiatan yang sulit dan rumit."- Berbagai upaya pemerintah dan perguruan tinggi kita dalam menyambut penetrasi Revolusi Industri 4.0, yang kedatangannya diharapkan tidak sekadar disambut oleh euforia yang melenakan, tetapi merangsang kesadaran bahwa kesiapaan bangsa ini untuk menceburkan diri pada arus revolusi tersebut harus disertai dengan 'pemberian bekal' yang mumpuni agar menghindarkan diri terseret arus globalisasi yang menenggelamkan. Banyak analisa menyatakan bahwa keunggulan kompetitif (competitive adventage) sebuah bangsa di era Revolusi Industri 4.0 ini sesungguhnya mengejawantah pada kemampuan mengintegrasikan beragam sumber daya yang dimiliki agar memiliki konektivitas pada penguasaan teknologi, komunikasi, dan big data untuk menghasilkan 'smart product' dan 'smart services', dan tidak sekadar pada produktivitas kerja yang berskala besar semata. Tantangan Utama Revolusi Industri 4.0 adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang dapat mengelaborasi ilmu pengetahuan, keterampilan hidup, dan penguasaan terhadap teknologi informasi.
Skill yang harus dimiliki Lulusan Perguruan Tinggi di era industri 4.0LSP3I
Era revolusi industri 4.0 membuka kesempatan bagi sumber daya manusia (SDM) di berbagai bidang untuk memiliki keahlian yang sesuai dengan perkembangan teknologi terkini. Untuk itu, diperlukan kesiapan pelaksanaan program pendidikan dan pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan (up-skilling) atau pembaruan keterampilan (reskilling) para peserta didik berdasarkan kebutuhan dunia kerja saat ini.
Perguruan tinggi, sudah menyadari pentingnya pendidikan soft skill untuk para mahasiswanya. Perguruan tinggi saat ini tak hanya membekali anak didiknya dengan ilmu pengetahuan dan hard skill, tetapi juga mulai melakukan pengembangan soft skill. Perguruan tinggi harus secara konsisten mendidik dan mempersiapkan anak didik mereka agar kelak dapat beradaptasi dengan dunia kerja dewasa ini melalui penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang menyelarasakan kebutuhan hardskill dan softskill kekinian, yang menjadi tuntutan dalam era revolusi industri 4.0.
Mengenal metode dan teknik mengajar dosen masa kiniLSP3I
Di era pendidikan 4.0 ini, PT menghadapi tantangan yang besar. Untuk itu, diperlukan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran dalam rangka menghasilkan lulusan yang bermutu. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di PT, dituntut adanya peningkatan kompetensi dan profesionalisme dosen.
Profesionalisme mengisyaratkan empat kompetensi yang harus dimiliki dosen, khususnya kompetensi dosen yang terkait dengan tugas utamanya sebagai pengajar sekaligus pendidik, yaitu kompetensi bidang studi, kompetensi pemahaman tentang peserta didik, kompetensi pembelajaran yang mendidik, dan kompetensi pengembangan kepribadian dan keprofesionalan.
Strategi perguruan tinggi untuk menarik minat mahasiswa baruLSP3I
Kegiatan pemasaran perguruan tinggi tentu berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan tersebut tentu disebabkan oleh tujuan, skala, dan pelanggan yang berbeda. Perguruan tinggi, tentu bukan organisasi bisnis yang kadang lebih permisif dalam banyak hal, sehingga ada batasan-batasan bagi perguruan tinggi dalam melakukan kegiatan pemasaran. Boleh di bilang pemasaran perguruan tinggi lebih sebagai pemasaran kehumasan. SEhingga perguruan tinggi lebih banyak mengandalkan pemasaran yang porsi kehumasannya lebih besar. Sedangkan periklanan, promosi penjualan, dan penjualan peribadi, akan lebih kecil.
Perguruan tinggi sebagai organisasi non profit, seperti juga halnya organisasi bisnis juga mengharapkan keuntungan dalam melakukan kegiatannya. Tujuannya agar perguruan tinggi tinggi dapat memelihara dirinya secara ekonomi, disamping dengan begitu, cita-cita mulia perguruan tinggi yang mendidik anak bangsa menjadi insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif bisa tetap dipegang, dan tentu saja diraih.
Era kini bernama disrupsi, yang sering diposisikan sebagai suatu masalah, di lain sisi sebagai tantangan dan sekaligus solusi dalam peradaban kehidupan kekinian. Terminologi “disruptif” yang menjadi kata sifat dari era atau jaman memiliki makna konotasi negatif karena merupakan sebuah perubahan kemapanan. Disrupsi yang secara literal diterjemahkan sebagai “kekacauan” memiliki derivasi makna yang tidak lepas dari daya ledakan perubahan yang mengganggu kematangan modernisasi. Ia juga membuat kekisruhan baru melalui pola-pola menyeluruh dari aspek semua kehidupan
Sejak terbukanya kebebasan informasi dan teknologi media, pertumbuhan media massa dan media baru mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Media komunikasi yang telah bermetamorfosis menjadi media digital itu perkembangannya semakin beragam, lebih gampangnya direpresentasikan oleh pertumbuhan smartphone dan sejenisnya.
Dewasa ini penetrasi berbagai jenis media tersebut telah merambah ke berbagai kalangan dan komunitas di masyarakat, tanpa membedakan strata sosial dan ekonomi. Seiring dengan berkembangnya teknologi komunikasi tentu ada beberapa konsekuensi, baik yang berkonotasi positif maupun negatif, dalam konteks ini dapat dianalogikan bahwa media masa telah mengambil bagian dari peran-peran tertentu di masyarakat. Media massa telah mempengaruhi pola pikir dan realitas kehidupan dengan ragam cara.
Realitas atau kenyataan, dalam bahasa sehari-hari berarti "hal yang nyata; yang benar-benar ada". Dalam pengertiannya yang sempit dalam filsafat barat, ada tingkat-tingkat dalam sifat dan konsep tentang realitas. Tulisan ini membahas pentingnya memahami realitas objektif dan realitas media agar kita tidak terasing dan tersesatkan dengan berita media massa yang semakin masif dan menghegemoni masyarakat kekinian.
Belajar lagi, belajar lagi ........bosan ahh.......!", gerutu sebagian mahasiswa saat disuruh belajar atau mengerjakan tugas kuliah. Biasanya mereka juga tidak langsung menurut bila disuruh, tapi berusaha menghindar dengan berbagai alasan. Tony Buzan melakukan survai. Tiga puluh tahun lamanya ia melakukan penelitian yang berkaitan dengan asosiasi seseorang terhadap kata "belajar". Waktu ditanyakan kepada responden kesan apa yang muncul dalam pikiran mereka saat mendengar kata "pendidikan" atau "belajar", jawabannya adalah "membosankan", "ujian", "tugas", "buang-buang waktu", "hukuman", tidak relevan", "tahanan", "benci dan takut".
Dapat disimpulkan bahwa belajar dan kuliah bukanlah hal yang menyenangkan bagi sebagian mahasiswa kita. Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka? Apakah karena belajar telah menjadi semacam pemaksaan dan beban sehingga keasyikan mereka menguasai keterampilan menjadi hilang?
Menggagas perguruan tinggi alternatif berbasis entrepreneurship dan ekonomi k...LSP3I
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade ini secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia. Namun, dengan kira-kira dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja, adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja yang tiap tahunnya terus bertambah; pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya tindakan yang cepat. Negara ini juga memiliki populasi penduduk yang muda karena sekitar setengah dari total penduduk Indonesia berumur di bawah 30 tahun. Jika kedua faktor tersebut digabungkan, indikasinya Indonesia adalah negara yang memiliki kekuatan tenaga kerja yang besar, yang akan berkembang menjadi lebih besar lagi ke depan, maka menekankan pentingnya penciptaan lapangan kerja dalam perekonomian terbesar di Asia Tenggara.
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Dosen perlu memilih pendekatan/metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan tujuan mata kuliah. Salah satu metode yang efektif digunakan dalam pembelajaran adalah metode presentasi dan penjelasan. Metode presentasi dan penjelasan dimaksudkan untuk membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan deklaratif baru. Ada dua hasil belajar utama yang inggin dicapai melalui metode presentasi dan penjelasan yaitu membantu peserta didik mengembangkan struktur konseptual dan mengembangkan kebiasaan mendengarkan dan berpikir. Perlu dicatat bahwa metode presentasi dan penjelasan sangat tidak efektif digunakan untuk mengembangkan pengetahuan prosedural, berpikir tingkat tinggi, dan kemampuan pemecahan masalah.
Seiring perkembangan di era digital, teknologi semakin canggih, dengan mudahnya informasi diakses. Jika dulu informasi didapatkan dari media konvensional seperti koran dan televisi, kini masyarakat bisa mengaksesnya hanya dari genggaman tangan dengan menggunakan perangkat smartphone. Informasi tersebut tentunya tak hanya hiburan, tapi juga ilmu yang berguna untuk pendidikan. Peserta didik bisa belajar IPTEKS dengan cara yang lebih menyenangkan dan interaktif lewat teknologi. Tak lagi hanya duduk menyimak dosen yang mengajar di depan kelas.
Inilah menjadi tantangan pendidikan kita kekinian, bagaimana proses pembelajaran yang seharusnya di dalam dunia pendidikan di era digital saat ini berbenah. Proses pembelajaran yang konvensional atau tradisional di diubah. Pendidikan konvensional yang lebih menekankan kepada mengingat, menghapalkan, memperoleh informasi hanya dari satu arah atau mengaplikasikan prosedur sederhana yang membuat peserta didik tidak mahir dalam berpikir kritis terhadap permasalahan yang dihadapi.
Pendidikan Instan : Telisik Sisi Lain Praktek Pendidikan KekinianLSP3I
Pendidikan adalah kehidupan dan jantung peradaban sebuah bangsa karena Pendidikan adalah satu-satunya yang dapat melahirkan negara bermartabat. Jika sistem dan praketk pendidikan berjalan tidak sebagaimana mestinya, maka maka output dari pendidikan itu sendiri tidak akan menghasilkan dampak yang baik justru akan menghancurkan peradaban kehidupan itu sendiri.
1. SPMI BERBASIS KKNI
minan Mutu (Quality Assurance) adalah proses penetapan, penerapan, peng
pengembangan standar mutu pendidikan tinggi secara konsisten dan berkel
2. TINJAUAN
MANAJEMEN
PENGENDALIAN
DOKUMEN
PENGENDALIAN
REKAMAN
Seleksi dan Evaluasi
Pemasok
Pengadaan Pelatihan
REALISASI PRODUK
Penerimaan
Mahasiswa
Baru
Regristasi
Mahasiswa
Jadual/
Kalender Akademik
Kegiatan
Pembelajaran
Program Studi
Disain/
Pengembangan
Kurikulum
Lulusan
TINDAKAN PERBAIKAN DAN
TINDAKAN PENCEGAHAN
ANALISA DATA
AUDIT
INTERNAL
PELANGGAN
(DUNIA USAHA DAN
DUNIA INDUSTRI)
Pemeliharaan
PELANGGAN
(MASYARAKAT)
3. PENGERTIAN/DEFINISI
Mutu adalah :
sesuai dengan standar
sesuai dengan harapan pelanggan
sesuai dengan harapan stakeholder
sesuai dengan yang dijanjikan
semua karakteristik produk dan pelayanan yang memenuhi
persyaratan dan harapan
Mutu Akademik adalah kesesuaian antara proses akademik yang
dilaksanakan oleh suatu PT dengan yang dijanjikan atau yang
diharapkan oleh pelanggan (stakeholder)
Mutu perguruan tinggi adalah kesesuaian antara penyelengga-raan
perguruan tinggi dengan standar nasional pendidikan (SNP), maupun
standar yang ditetapkan oleh perguruan tinggi sendiri berdasarkan
visi-misi dan kebutuhan stakeholders.
Visi-misi
4. Penjaminan Mutu (Quality Assurance) adalah proses penetapan,
penerapan, pengendalian, dan pengembangan standar mutu
pendidikan tinggi secara konsisten dan berkelanjutan (kaizen),
sehingga stakeholders, baik internal maupun eksternal
memperoleh kepuasan.
Sistem Penjaminan Mutu adalah suatu sistem manajemen untuk
mengarahkan dan mengendalikan suatu organisasi/institusi dalam
penetapan kebijakan, sasaran , rencana dan proses/prosedur mutu
serta pencapaiannya secara berkelanjutan (continous improvement).
SPMI (Sistim Penjaminan Mutu Internal) adalah kegiatan sistemik
penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh perguruan tinggi (internally
driven), untuk mengawasi penyelenggaraan pendidikan tinggi oleh
perguruan tinggi tersebut secara berkelanjutan.
5. SPME (Sistim Penjaminan Mutu Eksternal) adalah kegiatan
sistemik penilaian kelayakan program studi dan/atau perguruan
tinggi oleh BAN-PT atau lembaga mandiri di luar perguruan tinggi
yang diakui pemerintah, untuk mengawasi penyelenggaraan
pendidikan tinggi untuk dan atas nama masyarakat, sebagai
bentuk akuntabilitas publik.
SPM-PT
EPSBED/
PDPT
SPMI
SPME
6. Sistem Manajemen Mutu
(SMM) adalah kumpulan
proses, dokumen, sumberdaya
dan sistem pemantauan yang
mengarahkan pekerjaan/misi
suatu organisasi yang berhu-
bungan dengan mutu produk
dan jasa.
7. LATAR BELAKANG
Masyarakat saat ini lebih kritis terhadap mutu produk dan mutu layanan
yang diberikan/ditawarkan oleh lembaga-lembaga pendidikan.
Peningkatan mutu yang dikelola dalam sistim penjaminan mutu sudah
menjadi suatu kaharusan karena menyangkut survival dan sustainabel
dari PT tersebut.
Dirjen Dikti telah mendorong terselenggaranya proses penjaminan mutu
di PT.
Kompetisi menjadi sesuatu yang harus diterima untuk memacu dan
memaksa PT agar meningkatkan mutunya 3103 PT (negeri dan
swasta)
8. PT harus
MENGENALI
Tuntutan Undang-Undang
1. UU No 20 tahun 2003, tentang Standarisasi Nasional Pendidikan
menghendaki standar terhadap Isi, Proses, Kompetensi Lulusan,
Pengelolaan, Pembiayaan dan Penilaian Pendidikan.
2. UU No 20 Tahun 2003, tentang Evaluasi, Sertifikasi, dan
Akreditasi. Akuntabilitas pengelolaan PT melalui sertifikasi, dan
akreditasi.
3. Seluruh program hibah dan bantuan mulai dipersyaratkan adanya
lembaga penjaminan mutu disetiap PT
Tuntutan Konsumen
1. Konsumen (Calon mahasiswa dan orang tua) memilih PT yang
bermutu (menjamin kualitas input-proses-output)
2. Orang tua menuntut masa tunggu mendapat pekerjaan yang
pendek.
3. Industri pengguna menuntut kompetensi dan komitmen
karyawan yang berasal dari alumni PT.
9. TINDAKAN
PT
Mengenali Siapa Konsumen
1. Konsumen PT adalah Mahasiswa dan Orang Tua
Mahasiswa. Banyak siswa SMU menyatakan pilihan
mereka terhadap PT didasarkan pada: (a)
Reputasi/Kualifikasi/Mutu PT, (b) Ketersediaan Program
Studi/Lama studi, (c) Biaya, (d) gengsi, dan (e) pilihan
waktu studi(hari yang fleksibel).
2. PT harus mengenali konsumennya dan membuat
program berdasarkan kebutuhan konsumen.
Mengenali Bagaimana Kepuasan
Konsumennya
1. PT harus mengenali kepuasan konsumennya baik
mahasiswa dan industri pengguna alumninya.
2. Penyusunan Bahan ajar dan proses ajar menjamin
lulusan mempunyai kompetensi dan komitmen yang
dibutuhkan industri
10. TO BE WORLD
CLASS
UNIVERSITY
HI QUALITY SERVICES
HI ENERGIC MENPOWER
HI CHALLANGING PROGRAME
HI PROFFESIONAL STAFF
HI QUALITY INSTITUTION
MEWUJUDKAN
PENYELENGGARAAN
PT YG BERMUTU
MELALUI
HI ACHIEVEMENT LEADERS
11. DASAR HUKUM :
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
Pasal 60 :
(1) Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan
satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal pada
setiap jenjang dan jenis pendidikan.
(2) Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh
Pemerintah dan/atau lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk
akuntabilitas publik.
Pasal 50 ayat (2) :
Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional
pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional;
Pasal 51 ayat 2 :
Pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip
otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu dan evaluasi yang transparan.
12. Pasal 1 butir 27 :
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi yang selanjutnya disebut BAN-
PT adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program
dan/atau satuan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi dengan
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan
Pasal 1 ayat 1 :
SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
PP No. 19 Tahun 2005 Tentang SNP
Pasal 1 ayat 18 :
Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan dan
penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada
setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikansebagai bentuk pertanggungjawaban
penyelenggaraan pendidikan.
13. Pasal 2 :
(1) Lingkup SNP meliputi:
a. Standar isi;
b. Standar proses pembelajaran;
c. Standar kompetensi lulusan;
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan;
e. Standar sarana dan prasarana;
f. Standar pengelolaan;
g. Standar pembiayaan;
h. Standar penilaian pendidikan;
i. Standar penelitian
j. Standar pengabdian pada masyarakat
(Pasal 1 ayat 18 UU No. 12 Thn 2012 tentang Pendidikan Tinggi)
(2) Untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan
SNP dilakukan evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi.
14. Pasal 4 :
SNP bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat.
Pasal 91 :
(1) Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan non- formal wajib
melakukan penjaminan mutu pendidikan.
(2) Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk memenuhi atau melampaui SNP.
Pasal 92 ayat (1) :
Menteri mensupervisi dan membantu satuan perguruan tinggi melakukan
penjaminan mutu
Pasal 92 ayat (8) :
Menteri menerbitkan pedoman program penjaminan mutu satuan
pendidikan pada semua jenis, jenjang dan jalur pendidikan.
15. Pasal 51 :
1) Pendidikan Tinggi yang bermutu merupakan Pendidikan Tinggi yang
menghasilkan lulusan yang mampu secara aktif mengembangkan
potensinya dan menghasilkan Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi
yang berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
2) Pemerintah menyelenggarakan sistem penjaminan mutu Pendidikan
Tinggi untuk mendapatkan pendidikan bermutu.
UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi
Pasal 7 ayat 3 (c) :
Tugas dan wewenang Menteri atas penyelenggaraan Pendidikan Tinggi
meliputi peningkatan penjaminan mutu, relevansi, keterjangkauan,
pemerataan yang berkeadilan, dan akses Pendidikan Tinggi secara
berkelanjutan;
Pasal 1 ayat 18 :
Standar Nasional Pendidikan Tinggi adalah satuan standar yang meliputi
Standar Nasional Pendidikan (SNP), ditambah dengan standar penelitian, dan
standar pengabdian kepada masyarakat.
16. Pasal 53 :
Sistem penjaminan mutu Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 51 ayat (2) terdiri atas:
(1) sistem penjaminan mutu internal yang dikembangkan oleh Perguruan
Tinggi; dan
(2) sistem penjaminan mutu eksternal yang dilakukan melalui akreditasi.
Pasal 52 :
1) Penjaminan mutu Pendidikan Tinggi merupakan kegiatan sistemik untuk
meningkatkan mutu Pendidikan Tinggi secara berencana dan
berkelanjutan.
(2) Penjaminan mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui penetapan, pelaksanaan, evaluasi, pengendalian, dan
peningkatan standar Pendidikan Tinggi.
(3) Menteri menetapkan sistem penjaminan mutu Pendidikan Tinggi dan
Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
(4) Sistem penjaminan mutu Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) didasarkan pada Pangkalan Data Pendidikan Tinggi.
17. Tujuan Umum:
Memelihara dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi
secara berkelanjutan, yang dijalankan oleh suatu perguruan
tinggi secara internal (internally driven) untuk mewujudkan
visi serta memenuhi kebutuhan stakeholders melalui
penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi.
1. Meningkatan mutu akademik secara berkelanjutan.
2. Memberikan dukungan penyelenggaraan kegiatan akademik dan
penunjang akademik yang efektif dan efesien.
3. Memenuhi tuntutan masyarakat (eksternal) terhadap akuntabilitas
penyelenggaraan pendidikan dan daya saing pendidikan yang
berkualitas.
4. Memenuhi kebijakan nasional pendidikan tinggi tentang standar
nasional pendidikan untuk evaluasi diri, akreditasi, dan sertifikasi.
Tujuan Khusus :
18. Strategi :
Dirjen Dikti menerbitkan Buku SPM-PT yang berisi antara
lain SPMI,
Perguruan tinggi menggalang komitmen untuk
menjalankan SPMI
Perguruan tinggi merencanakan, menetapkan,
melaksanakan, mengendalikan, dan mengembangkan
SPMI.
Perguruan tinggi melakukan benchmarking penjaminan
mutu pendidikan tinggi secara berkelanjutan, baik ke
dalam maupun ke luar negeri.
19. PRASYARAT :
Komitmen, semua unsur dalam perguruan tinggi, termasuk unsur Yayasan
untuk perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat, harus
mempunyai komitmen yang tinggi.
Perubahan paradigma, atau pola pikir dari paradigma yang selalu tergantung
pada pengawasan dan pengendalian vertikal oleh Pemerintah, ke paradigma
baru yaitu kemandirian/otonomi dalam melakukan pengawasan, pengendalian
dan penjaminan mutu oleh perguruan tinggi itu sendiri (internally driven).
Sikap mental para pelaku pendidikan, dari para pengelola perguruan tinggi
yang awalnya bekerja tanpa didasarkan pada perencanaan dan tanpa
memerhatikan visi perguruan tinggi, menjadi sikap yang konsisten pada
prinsip “merencanakan apa yang akan dikerjakan dan mengerjakan apa yang
telah direncanakan”
Pengorganisasian penjaminan mutu, penjaminan mutu secara sistematis,
baik melalui pembentukan sebuah unit atau lembaga khusus penjaminan
mutu atau dengan cara menyatukan/melekatkan tata laksana penjaminan
mutu tersebut dalam proses manajemen perguruan tinggi, atau altenatif
pengorganisasian lain.
24. Pola Pikir dan Pola Tindak :
1. Quality first
Semua pikiran dan tindakan pengelola pendidikan tinggi harus mempri-
oritaskan mutu
2. Stakeholder – in
Semua pikiran dan tindakan pengelola pendidikan harus ditujukan pada
kepuasan stakeholder
3. The next process is our stakeholder
Setiap orang yang melaksanakan tugas dalam proses pendidikan tinggi
harus menganggap orang lain yang menggunakan hasil pelaksanaan
tugasnya sebagai stakeholder yang harus dipuaskan
4. Speak with data
Setiap orang pelaksana pendidikan tinggi harus melakukan tindakan dan
mengambil keputusan berdasarkan analisis data yang telah diperolehnya
terlebih dahulu, bukan berdasarkan pengandaian atau rekayasa
5. Upstream management
Semua pengambil keputusan di dalam roses pendidikan tinggi dilakukan
secara partisipatif, bukan otoritatif.
25. Naskah/Dokumen/Buku Kebijakan
(definisi, konsep, tujuan, strategi, jenis standar, dan prioritas SPMI)
Naskah/Dokumen/Buku Manual,
(mekanisme perencanaan, penerapan, pengendalian, dan
pengembangan standar)
Naskah/Dokumen/Buku Standar
(rumusan substansi atau isi setiap standar yang digunakan dalam
SPMI, termasuk 8 delapan standar minimal)
Naskan/Dokumen/Buku Formulir
(bermacam-macam formulir yang digunakan untuk merencanakan,
mengendalikan, dan mengembangkan standar di dalam SPMI)
Dokumen :
26. KEBIJAKAN MUTU
Kebijakan mutu adalah dokumen tertulis yang berisi garis besar
penjelasan tentang bagaimana PT memahami, merancang, dan
melaksanakan SPMI dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan
tinggi kepada masyarakat sehingga terwujud budaya mutu pada PT
tersebut.
Kebijakan mutu bermanfaat untuk :
Menjelaskan kepada para pemangku kepentingan (stakeholder) tentag
SPMI-PT yang bersangkutan secara ringkas padat namun utuh dan
menyeluruh.
Menjadi dasar atau ‘payung’ bagi seluruh standar, manual, dan formulir
SPMI-PT.
Membuktikan bahwa SPMI-PT yang bersangkutan terdoku-mentasi.
27. MANUAL MUTU
Manual mutu adalah dokumen tertulis berisi petunjuk praktis
mengenai cara, langkah, atau prosedur tentang bagaimana SPM-
PT dilaksanakan, dievaluasi, dan ditingkatkan mutunya secara
berkelanjutan, oleh pihak-pihak yang bertanggungjawab untuk
melaksanakannya pada semua aras dalam PT.
Manual mutu bermanfaat untuk :
Sebagai pemandu bagi para pejabat struktural dan/atau unit khusus SPM-
PT, maupun dosen serta karyawan non-dosen, dalam melaksanakan SPMI
sesuai dengan wewenang dan tugas masng-masing untuk mewujudkan
terciptanya budaya mutu.
Sebagai petunjuk bagaimana kriteria, standar, tujuan, atau cita-cita PT
yang ditetapkan dala berbagai standar utu dapat dicapai dan ditingkatkan
mutunya secara berkelanjutan.
Sebagai bukti tertulis bahwa SPMI pada PT ybs memang benar-benar
dapat (telah siap) dilaksanakan.
28. STANDAR MUTU
Standar mutu berfungsi/bermanfaat sebagai :
Alat untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan PT.
Indikator untuk menunjukkan tingkat (level) mutu PT.
Tolok ukur yang harus dicapai oleh semua pihak di dalam PT sehingga
menjadi faktor pendorong untuk bekerja dengan, atau bahkan melebihi
standar.
Bukti otentik kepatuhan PT terhadap peraturan dan kepada publik bahwa PT
ybs benar memiliki dan memberikan layanan pendidikan dengan
mennggunakan standar
Pernyataan yang berisi kriteria untuk menetapkan dan/atau
mengevaluasi mutu dari suatu hal (mis. mutu program studi, mutu
dosen, mutu lulusan, dll.)
Pernyataan yang berisi jabaran/rincian karakteristik dari suatu hal (mis.
kompetensi lulusan, kualifikas dosen, dll.)
Pernyataan yang berisi perintah untuk melakukan sesuatu
Pernyataan tentang sesuatu yang harus terjadi atau cita-cita atau ide
29. KEGUNAAN/FUNGSI STANDAR :
Standar digunakan sebagai acuan dasar dalam rangka
mewujudkan visi dan menjalankan misinya.
Standar juga dimaksudkan sebagai pemacu PT agar dapat
meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan
yang bermutu,
Sebagai perangkat untuk mendorong terwujudnya
transparansi dan akuntabilitas publik dalam
penyelenggaraan tugas pokoknya.
Standar juga merupakan kompetensi/kualitas
minimum yang dituntut oleh alumni
30. Teknik Perumusan Standar
Perumusan standar menggunakan kata kerja yang
dapat diukur, contoh menetapkan, membuat,
menyusun, merancang, dan hindari kata kerja yang
tidak dapat diukur, misal memahami, merasakan
Rumusan standar harus memenuhi unsur:
Audience (subjek yang harus melakukan sesuatu)
Behavior (apa yang harus dilakukan/dicapai)
Competence (kriteria, target, cita-cita)
Degree (tingkat/level/periode/frekuensi dari behavior)
Perumusan standar harus merefleksikan visi, misi dan
tujuan perguruan tinggi.
31. Contoh Standar Mutu :
Paling lambat pada tahun 2015 tercapai rasio dosen dan mahasiswa
sebesar 1:20
Paling lambat pada tahun 2015, 75% dosen Politeknik Sekayu
harus telah memiliki gelar minimal magister
Pada akhir tahun ini minimal 75% alumni memiliki IPK ≥ 3,00
Pada akhir tahun 2014, minimal 50% alumni memiliki nilai TOEIC
≥ 450
Kurikulum akan dievaluasi paling lama setiap 4 tahun sekali
Paling lambat tahun 2015, tingkat kehadiran dosen mengajar
minimal 90%.
Penggunaan sarana praktek/praktikum maksimal 2 (dua) orang
mahasiswa setiap unit alat/peralatan.
32. FORMULIR/BORANG/SOP/IK
Formulir adalah dokumen tertulis yang berfungsi untuk
mencatat/merekam hal atau informasi atau kegiatan tertentu
sebagai bagian tak terpisahkan dari standar mutu dan manual mutu.
Formulir berfungsi sebagai :
Alat untuk mencapai/memenuhi/mewujudkan isi standar mutu.
Alat untuk memantau, mengontrol, mengendalikan, mengkoreksi,
mengevaluasi pelaksanaan SPMI.
Bukti otentik untuk mencatat/ merekam pelaksanaan SPMI secara
periodik.
33. Instruksi Kerja (IK)
Adalah informasi tentang langkah-langkah suatu pekerjaan yang sangat
spesifik dalam rangkaian suatu prosedur yang dibuat secara rinci dan bersifat
instruktif.
Tujuan pembuatan IK :
Memberikan panduan bagi orang yang akan melakukan suatu pekerjaan agar
seluruh persyaratan produk/jasa (perencanaan – realisasi produk) dapat
dipenuhi sehingga mutu produk/jasa sesuai standar.
Cara Pembuatan IK :
Mendasarkan pada PDCA
Mempunyai bentuk khusus (diagram, gambar, photo)
Mudah dipahami
Langkah harus mengalir (awal – akhir) sesuai dengan proses pekerjaan
tanpa melompat
Bersifat instruktif
34. 34
Struktur IK
1. Nama/judul
2. Tujuan
3. Lingkup kerja
4. Penanggung jawab
5. Referensi / acuan
6. Daftar istilah/definisi
7. Uraian / langkah kerja
8. Dokumen yang terlibat
Yang harus diperhatikan dalam membuat IK
1. Mendasarkan pada pdca
2. Mempunyai bentuk khusus (diagram, gambar, photo)
3. Mudah dipahami
4. Langkah harus mengalir (awal – akhir) sesuai dengan proses
pekerjaan tanpa melompat
5. Bersifat instruktif
35. SIMBOL-SIMBOL DALAM MEMBUAT DIAGRAM ALIR
No Nama Simbol
1 Proses
2 Keputusan/Decission
3 Awal dan Akhir kegiatan
4 Penghubung
5 Dokumen
6 Macam-macam Dokumen
7 Input (masukan)
8 Penggabungan proses/data
9 Menghubungkan alur kegiatan
36. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang
selanjutnya disingkat KKNI, adalah kerangka penjenjangan
kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan,
menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang
pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman
kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja
sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.
1
2
3
4
5
7
8
9
6
DEFINISI :
PERPRES No. 08/2012 pasal 1 :
Kualifikasi adalah penguasaan capaian pembelajaran yang
menyatakan kedudukannya dalam KKNI
Capaian pembelajaran adalah kemampuan yang
diperoleh melalui internalisasi pengetahuan, sikap,
ketrampilan, kompetensi, dan akumulasi pengalaman kerja
Pengalaman kerja adalah pengalaman melakukan
pekerjaan dalam bidang dan jangka waktu tertentu secara
intensif yang menghaslkan kompetensi.
37. NO PENDIDIKAN JENJANG
1. SD / SMP 1
2. SMA / SMK 2
3. DIPLOMA 1 3
4. DIPLOMA 2 4
5. DIPLOMA 3 5
6. DIPLOMA 4 (SARJANA TERAPAN) DAN
SARJANA
6
7. MAGISTER DAN MAGISTER TERAPAN 8
8. DOKTOR DAN DOKTOR TERAPAN 9
9. PENDIDIKAN PROFESI 7 atau 8
10 PENDIDIKAN SPESIALIS 8 atau 9
Pasal 5 :
Penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan
dengan jenjang kualifikasi pada KKNI terdiri atas:
38. Sesuai dengan ideologi Negara dan budaya Bangsa Indonesia, maka
implementasi sistem pendidikan nasional dan sistem pelatihan kerja yang
dilakukan di Indonesia pada setiap level kualifikasi mencakup proses yang
menumbuh kembangkan afeksi sebagai berikut:
Bertaqwa kepadaTuhanYang Maha Esa
Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam menyelesaikan
tugasnya
Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air serta
mendukung perdamaian dunia
Mampu bekerjasama dan memiliki kepekaan sosial dan kepedulian yang
tinggi terhadap masyarakat dan lingkungannya
Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, dan
agama serta pendapat/temuan orisinal orang lain
Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat untuk
mendahulukan kepentingan bangsa serta masyarakat luas.
DESKRIPSI UMUM
39. NO
JENJANG/
LEVEL
TAKSONOMI BLOOM
PSIKOMOTOR KOGNITIF AFEKTIF
1. 1 Melaksanakan tugas
sederhana, terbatas, dan
bersifat rutin
Memiliki pengetahuan
faktual
Bertanggung jawab
pada diri sendiri
2. 2 Melaksanakan satu tugas
spesifik dng
menggunakan alat
Memiliki pengetahuan
operasional dasar dan
pengethn faktual
Bertanggung jawab
pada diri sendiri
3. 3 Melaksanakan
serangkaian tugas spesifik
dng menter-jemahkan
informasi dan
menggunakan alat
Memiliki pengetahuan
operasional yg
lengkap, prinsip-
prinsip serta konsep
umum
Bekerjasama dan
melakukan komuni-
kasi, bertanggung
jawab pd pekerjaan
sendiri dan orang
lain
4. 4 Melaksanakan tugas
berlingkup luas, dan kasus
spesifik, dng menganalisis
informasi secara terbatas
Menguasai beberapa
prinsip-prinsip dasar
bidang keahlian
tertentu
Bekerjasama dan
melakukan
komunikas, serta
menyusun laporan
tertulis dalam
lingkup terbatas
40. NO
JENJANG/
LEVEL
TAKSONOMI BLOOM
PSIKOMOTOR KOGNITIF AFEKTIF
5. 5 Menyelesaikan pekerjaan
berlingkup luas, memilih
metode yg sesuai
Menguasai konsep
teoritis bidang
pengetahuan tertentu
Mampu mengelola
kelompok kerja &
menyusun laporan
tertulis
6. 6 Mampu mengaplikasikan
bid. keahliannya &
memanfaatkan IPTEKS
Menguasai konsep
teoritis bidang penget
tertentu secara umum
dan bagian khusus
Mampu mengambil
keputusan tepat
berdasarkan analisis
informasi & data
7. 7 Mampu merencanakan &
mengelola sumber daya di
bawah tanggung jawabnya
Mampu memecah-kan
permslhn sains,
teknologi, dan atau
seni dlm bidang
keilmuannya secara
monodispiliner
Mampu melakukan
riset dan mengambil
keputusan strategis
dng akuntabilitas &
tanggung jawabnya
8. 8 Mampu mengembangkan
pengetahuan, teknologi,
dan atau seni dalam
bidang keilmuannya atau
praktek profesionalnya,
hingga menghslkan karya
Mampu memecah-kan
permslhn sains,
teknologi, dan atau
seni dlm bidang
keilmuannya secara
inter/multi dispiliner
Mampu melakukan
riset dan pengem-
bangan yg berman-
faat bagi masya-
rakat & keilmuan
41. NO
JENJANG/
LEVEL
TAKSONOMI BLOOM
PSIKOMOTOR KOGNITIF AFEKTIF
9. 9 Mampu mengembangkan
pengetahuan, teknologi,
dan atau seni baru di dlm
bidang ilmunya atau
praktek profesionalnya,
hingga menghasilkan
karya kreatif, original dan
teruji
Mampu memecahkan
permslhn sains,
teknologi, dan atau
seni di dlm bidang
keilmuannya secara
inter, multi, dan
transdispliner
Mampu mengelola,
memimpin, dan
mengembangkan
riset dan pengemb
yg bermanfaat bagi
ilmu pengetahuan
dan kemaslahatan
umat manusia serta
mendpt pengakuan
nasional dan
internasional
42. Mampu melaksanakan tugas sederhana, terbatas, bersifat rutin,
dengan menggunakan alat, aturan dan proses yang telah
ditetapkan, serta di bawah bimbingan, pengawasan dan
tanggung jawab atasannya
Memiliki pengetahuan faktual.
Bertanggung jawab atas pekerjaan sendiri dan tidak
bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain
LEVEL I: SD/SMP
43. Mampu melaksanakan satu tugas spesifik, dengan menggunakan
alat, dan informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan, serta
menunjukkan kinerja dengan mutu yang terukur, di bawah
pengawasan langsung atasannya.
Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan faktual
bidang kerja yang spesifik, sehingga mampu memilih pemecahan
yang tersedia terhadap masalah yang lazim timbul.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab membimbing orang lain
LEVEL II : SMA/SMK
44. Mampu melaksanakan serangkaian tugas spesifik, dengan
menerjemahkan informasi dan menggunakan alat, berdasarkan
sejumlah pilihan prosedur kerja, serta mampu menunjukkan
kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur, yang sebagian
merupakan hasil kerja sendiri dengan pengawasan tidak
langsung.
Memiliki pengetahuan operasional yang lengkap, prinsip-prinsip
serta konsep umum yang terkait dengan fakta bidang keahlian
tertentu, sehingga mampu menyelesaikan berbagai masalah
yang lazim dengan metode yang sesuai.
Mampu kerjasama dan melakukan komunikasi dalam lingkup
kerjanya.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas hasil kerja orang lain
LEVEL III : Diploma 1
45. Mampu menyelesaikan tugas berlingkup luas dan kasus
spesifik dengan menganalisis informasi secara terbatas,
memilih metode yang sesuai dari beberapa pilihan yang baku,
serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas
yang terukur.
Menguasai beberapa prinsip dasar bidang keahlian tertentu
dan mampu menyelaraskan dengan permasalahan faktual di
bidang kerjanya.
Mampu bekerjasama dan melakukan komunikasi, menyusun
laporan tertulis dalam lingkup terbatas, dan memiliki inisiatif;
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas kuantitas dan mutu hasil kerja orang lain
LEVEL IV : Diploma 2
46. Mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas, memilih
metode yang sesuai dari beragam pilihan yang sudah maupun
belum baku dengan menganalisis data, serta mampu
menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur.
Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara
umum, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah
prosedural.
Mampu mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan tertulis
secara komprehensif;
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok
LEVEL V : Diploma 3
47. Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan
IPTEKS pada bidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu
beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi.
Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara
umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan
tersebut secara mendalam, serta mampu memformulasikan
penyelesaian masalah prosedural.
Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis
informasi dan data, dan mampu memberikan petunjuk dalam memilih
berbagai alternatif solusi secara mandiri dan kelompok.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi
LEVEL VI : Diploma 4 (Sarjana Terapan) dan
Sarjana
48. Mampu merencanakan dan mengelola sumberdaya di bawah
tanggung jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif
kerjanya dengan memanfaatkan IPTEKS untuk menghasilkan
langkah-langkah pengembangan strategis organisasi.
Mampu memecahkan permasalahan sains, teknologi, dan atau
seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan
monodisipliner.
Mampu melakukan riset dan mengambil keputusan strategis
dengan akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas semua
aspek yang berada di bawah tanggung jawab bidang
keahliannya.
LEVEL VII : Pendidikan Profesi
49. Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan atau
seni di dalam bidang keilmuannya atau praktek
profesionalnya melalui riset, hingga menghasilkan karya
inovatif dan teruji.
Mampu memecahkan permasalahan sains, teknologi, dan
atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan
inter atau multi disipliner.
Mampu mengelola riset dan pengembangan yang
bermanfaat bagi masyarakat dan keilmuan, serta mampu
mendapat pengakuan nasional dan internasional
LEVEL VIII : Magister Terapan atau
Magister atau Pendidikan Spesialis
50. Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan atau seni
baru di dalam bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya
melalui riset, hingga menghasilkan karya kreatif, original, dan
teruji.
Mampu memecahkan permasalahan sains, teknologi, dan atau
seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter,
multi, dan trans-disipliner.
Mampu mengelola, memimpin, dan mengembangkan riset dan
pengembangan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan
kemaslahatan umat manusia, serta mampu mendapat
pengakuan nasional dan internasional.
LEVEL IX : Pendidikan Spesialis, atau Doktor,
atau Doktor Terapan
51. BSNP menyusun Standar Nasional
Pendidikan untuk tercapainya
kualifikasi pada KKNI
Implementasi
kurikulum
Sistem Penjaminan Mutu Internal
PERGURUAN TINGGI
Sistem Penjaminan
Mutu Eksternal
Menyusun
capaian
pembelajaran
Program
Studi berbasis
KKNI
Tercapainya
Kualifikasi lulusan
sesuai deskriptor
SISTEM PENJAMINAN MUTU BERBASIS KKNI
53. Mari Bersama
mengembangkan dan
memajukan pendidikan
tinggi Indonesia sebagai
bagian dari CINTA TANAH
AIRLSP3I _Abdi. Karya. Karsa
Untuk Pengembangan dan Kemajuan Pendidikan
Tinggi Indonesia
http://www.facebook.com/KajianStudiRiset
http://www.facebook.com/LSP3ISULSEL
Website : yusrintosepu.wixsite.com/lsptigairegvsulawesi
yusrintosepu.wixsite.com/lsp3i