Dokumen tersebut membahas perbedaan belajar di era modern dengan masa lalu, serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan seseorang. Belajar saat ini menekankan kemandirian siswa dan pembelajaran yang menyenangkan. Faktor utama yang menentukan kesuksesan adalah kejujuran, disiplin, kemampuan bergaul, dukungan pasangan, dan kerja keras. IPK bukanlah ukuran kesuksesan yang tepat
Bagaimana Mempersiapkan Masa Depan (how to prepare the future)?Togar Simatupang
Masa depan seperti apa?
Pertanyaan ini selalu hadir di benak para pendidik, orang tua, dan diri sendiri.
Satu hal yang pasti; masa depan akan terlihat berbeda dengan dunia yang kita kenal sekarang.
Kita tidak dapat mempersiapkan diri untuk peran masa depan yang tidak diketahui, tetapi kita dapat membekali diri sendiri dengan keterampilan yang dibutuhkan sehingga kita dapat beradaptasi dan berkembang sebagai warga global yang bertanggung jawab secara sosial, terlibat, dan kreatif.
Bagaimana mengembangkan diri untuk memiliki kompetensi global?
Menjadi pelajar yang cerdas tentu menjadi impian setiap orang, bahkan orangtua, kakak, adik maupun saudara tentu berharap yang sama pada kita. Apalagi menjadi pelajar yang berprestasi dan unggul. Seperti bocah ajaib pengukir sejarah dunia Albert Einstein, Thomas Alva Edison, JK Rowling (Penulis buku Harry Potter) dan lain-lain. Atau seperti Gita Gautawa(penyanyi), mampu mewujudkan mimpi seperti Andrea Hirata (Penulis Laskar Pelangi) dan pintarnya kayak BJ Habibie. Paling-tidak, kita punya semangat dan keberanian untuk menyontoh perilaku tokoh-tokoh tersebut meraih prestasi dalam hidup maupun kemampuan mengaktualisasikan (memunculkan) segenap potensi yang kita miliki. Lantas, bagaimana cara meraih harapan tersebut??? Jawabannya tentu sangat mudah Anda dapatkan di sini...!
Bagaimana Mempersiapkan Masa Depan (how to prepare the future)?Togar Simatupang
Masa depan seperti apa?
Pertanyaan ini selalu hadir di benak para pendidik, orang tua, dan diri sendiri.
Satu hal yang pasti; masa depan akan terlihat berbeda dengan dunia yang kita kenal sekarang.
Kita tidak dapat mempersiapkan diri untuk peran masa depan yang tidak diketahui, tetapi kita dapat membekali diri sendiri dengan keterampilan yang dibutuhkan sehingga kita dapat beradaptasi dan berkembang sebagai warga global yang bertanggung jawab secara sosial, terlibat, dan kreatif.
Bagaimana mengembangkan diri untuk memiliki kompetensi global?
Menjadi pelajar yang cerdas tentu menjadi impian setiap orang, bahkan orangtua, kakak, adik maupun saudara tentu berharap yang sama pada kita. Apalagi menjadi pelajar yang berprestasi dan unggul. Seperti bocah ajaib pengukir sejarah dunia Albert Einstein, Thomas Alva Edison, JK Rowling (Penulis buku Harry Potter) dan lain-lain. Atau seperti Gita Gautawa(penyanyi), mampu mewujudkan mimpi seperti Andrea Hirata (Penulis Laskar Pelangi) dan pintarnya kayak BJ Habibie. Paling-tidak, kita punya semangat dan keberanian untuk menyontoh perilaku tokoh-tokoh tersebut meraih prestasi dalam hidup maupun kemampuan mengaktualisasikan (memunculkan) segenap potensi yang kita miliki. Lantas, bagaimana cara meraih harapan tersebut??? Jawabannya tentu sangat mudah Anda dapatkan di sini...!
Atas Nama Pena Kampus, UMK, ini adalah presentasi yang saya bawakan untuk mengisi PJTD di LPM Terma STAI PATI.
Rabu, tanggal 26 Nopember 2014.
untuk menghubungi saya bisa lewat email : Wahyu.pranata2@gmail.com
facebook : Wahyu Dwi Pranata
Pendekatan Dramatika Kreatif ini direka mengikut pengalaman pengkaji dan sesuai untuk pembacaan dan kegunaan guru khususnya dalam mempelbagaikan kaedah PnP di sekolah.
Hukum Pareto Yang Dapat Diterapkan Dalam Kegiatan Pendidikan dan PembelajaranLSP3I
Prinsip Pareto (The Pareto principle) menyatakan bahwa untuk banyak kejadian, sekitar 80% daripada efeknya disebabkan oleh 20% dari penyebabnya. Sebagai ilustrasi, bahwa 80% dari kesuksesan yang telah atau akan Anda peroleh merupakan hasil dari 20% usaha Anda selama ini. Artinya adalah hanya ada 20% dari tindakan dan pemikiran dalam hidup kita yang harus lebih dimaksimalkan untuk mendapatkan 80% keberhasilan.
Perubahan substansi pendidikan dan elemen pendidikan essensial zaman nowLSP3I
Perkembangan pendidikan tinggi dewasa ini, tentunya ada perubahan mendasar, unik dan menarik di kaji. Tiga perubahan mendasar, yaitu:
1. Pergeseran Orientasi
2. Industrialisasi Institusi Pendidikan
3. Degradasi Tenaga Pendidik
Elemen Pendidikan Essensial Zaman Now adalah prinsip pendidikan seumur hidup (life long education). Peserta didik harus dibekali dengan dua macam kemampuan. Di satu sisi harus memiliki kelenturan untuk menyesuaikan diri dengan angin perubahan. Di sisi lain harus memiliki akar yang kuat agar tidak mudah roboh diterjang angin.
Dua kemampuan tersebut terdiri dari empat elemen penting yaitu, Ilmu Pengetahuan, karakter, kesenian/budaya, spiritual/keagamaan, dan kreativitas.
Atas Nama Pena Kampus, UMK, ini adalah presentasi yang saya bawakan untuk mengisi PJTD di LPM Terma STAI PATI.
Rabu, tanggal 26 Nopember 2014.
untuk menghubungi saya bisa lewat email : Wahyu.pranata2@gmail.com
facebook : Wahyu Dwi Pranata
Pendekatan Dramatika Kreatif ini direka mengikut pengalaman pengkaji dan sesuai untuk pembacaan dan kegunaan guru khususnya dalam mempelbagaikan kaedah PnP di sekolah.
Hukum Pareto Yang Dapat Diterapkan Dalam Kegiatan Pendidikan dan PembelajaranLSP3I
Prinsip Pareto (The Pareto principle) menyatakan bahwa untuk banyak kejadian, sekitar 80% daripada efeknya disebabkan oleh 20% dari penyebabnya. Sebagai ilustrasi, bahwa 80% dari kesuksesan yang telah atau akan Anda peroleh merupakan hasil dari 20% usaha Anda selama ini. Artinya adalah hanya ada 20% dari tindakan dan pemikiran dalam hidup kita yang harus lebih dimaksimalkan untuk mendapatkan 80% keberhasilan.
Perubahan substansi pendidikan dan elemen pendidikan essensial zaman nowLSP3I
Perkembangan pendidikan tinggi dewasa ini, tentunya ada perubahan mendasar, unik dan menarik di kaji. Tiga perubahan mendasar, yaitu:
1. Pergeseran Orientasi
2. Industrialisasi Institusi Pendidikan
3. Degradasi Tenaga Pendidik
Elemen Pendidikan Essensial Zaman Now adalah prinsip pendidikan seumur hidup (life long education). Peserta didik harus dibekali dengan dua macam kemampuan. Di satu sisi harus memiliki kelenturan untuk menyesuaikan diri dengan angin perubahan. Di sisi lain harus memiliki akar yang kuat agar tidak mudah roboh diterjang angin.
Dua kemampuan tersebut terdiri dari empat elemen penting yaitu, Ilmu Pengetahuan, karakter, kesenian/budaya, spiritual/keagamaan, dan kreativitas.
Menyoal transformasi pendidikan tinggi di era 4.0LSP3I
Hakekatnya proses pendidikan merupakan proses pemberdayaan seseorang untuk membentuk kepribadian dan menciptakan integritas dirinya sendiri. Melalui aktivitas pendidikan itulah seseorang diharapkan dapat memperoleh kemampuan yang dibutuhkan dirinya sendiri maupun oleh masyarakat, dan negara sehingga mampu memberikan kontribusi nyata sesuai dengan kapasitas kompetensinya.
Kompetensi individual sebagai hasil belajar, diharapkan mampu menjadi modal dasar berkontribusi di masyarakat untuk melakukan perubahan yang tentu saja ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu pendidikan kita memerlukan orientasi dan arah yang jelas sesuai dengan cita-cita dan tujuan negara.
Itu sebabnya dalam implementasinya pendidikan seharusnya tidak sekedar mendidik seseorang dari sisi intelektualnya, akan tetapi juga kepribadian, etika, dan estetika dari dalam potensi diri isi Pembelajar. Dengan bekal keseimbangan pribadi seperti itulah, peserta didik kita, diharapkan mampu menjadi agen perubahan (agent of change).
Namun sayangnya arah pendidikan saat ini terlihat kehilangan arah dari cita-cita para pendahulu. Pendidikan dewasa ini seperti menjadi komoditas dan dagangan saja. Institusi pendidikan (kampus) yang berorientasi pada selera pasar tak ubahnya seperti menjadi pabrik pencetak mesin mesin manusia siap kerja namun miskin inovasi.
Pendidikan kita yang hanya berorientasi pada hasil (yang dijawantahkan dengan nilai tertulis) tanpa memperhatikan prosesnya menjadikan hasil anak didik menjadi insan-insan yang hanya berorientasi pada hasil dan uang saja.
Jika menyimak secara seksama kebijakan Kemendikbud terkait kampus merdeka berpotensi membuat pendidikan tinggi kita tak menentu arah. Berangkat dari konsep lama link and match, kebijakan ini bakal membuat kampus semakin terjebak menjadi pabrik pencetak tenaga kerja untuk berbagai ragam industri.
Membangun relevansi dunia pendidikan dan dunia kerjaLSP3I
Salah satu masalah penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) adalah keterkaitan antara dunia pendidikan dan dunia kerja.
Dunia pendidikan belum mampu menjembatani kebutuhan dunia kerja terkini secara komprehensif. Hal ini pula menjadi penyebab terjadi pengangguran intelektual.
Sejauh mana keterkaitan pendidikan dengan dunia kerja? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada 2 hal yang menjadi tantangan perguruan tinggi sekarang ini dalam hubungannya dengan dunia kerja, adalah Kurikulum dan Pendekatan Pengajaran.
Pentingnya perubahan pendidikan di era pengetahuanLSP3I
Para peramal masa depan (futurist) mengatakan bahwa abad 21 disebut abad pengetahuan, karena pengetahuan telah menjadi landasan utama segala aspek kehidupan (Trilling dan Hood, 1999).
Perubahan-perubahan yang terjadi selain karena perkembangan teknologi yang sangat pesat, juga diakibatkan oleh pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa dalam ilmu pengetahuan, psikologi, dan transformasi nilai-nilai budaya.
Era pengetahuan menyebabkan terjadinya perubahan cara pandang manusia terhadap manusia, cara pandang manusia terhadap masalah-masalah sosial dan alam, cara pandang manusia terhadap dunia pendidikan atau perubahan peran orang tua/guru/dosen dalam dunia pendidikan, serta perubahan pola hubungan antar mereka.
Era pengetahuan telah menimbulkan perubahan yang signifikan pada tatanan lapangan kerja maupun dunia pendidikan. Era pengetahuan telah memaksa kita untuk menyesuaikan sejumlah aturan main, cara kerja, perilaku dan bahkan telah menjungkirbalikkan paradigma yang dianggap benar pada zaman sebelumnya.
Hal yang paling sesat terjadi apabila saat kini kita masih menggunakan cara lama di era yang sudah berubah. Perusahaan-perusahaan bisnis yang tercatat sebagai perusahaan kelas dunia ternyata separuhnya telah lenyap dalam tempo 10 tahun, karena mereka tidak mampu mengikuti tuntutan perubahan zaman.
Era pengetahuan telah melahirkan tatanan kehidupan baru, yang memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan era manual atau era mesin industri. Pengetahuan telah menjadi modal virtual (human capital) yang sangat menentukan perkembangan serta sekaligus kemajuan peradaban di jaman ini.
Dampak yang ditimbulkan dari perubahan tersebut sangat luar biasa, antara lain diperlihatkan melalui sejumlah fenomena seperti :
Mengalirnya beragam sumber daya fisik maupun non-fisik (data, informasi, dan pengetahuan) dari satu tempat ke tempat lainnya secara bebas dan terbuka. Ini telah merubah total lingkup dunia bisnis dan dunia usaha yang selama ini terlihat mapan.
Meningkatnya kolaborasi dan kerjasama antar negara dalam proses penciptaan produk dan/atau jasa yang berdaya saing tinggi secara langsung maupun tidak langsung telah menggeser kekuatan ekonomi dunia dari "barat" menuju "timur" dari "utara" ke "selatan"
Menguatnya tekanan negara-negara maju terhadap negara berkembang untuk secara total segera menerapkan agenda globalisasi yang memaksa setiap negara untuk menyerahkan nasibnya pada mekanisme ekonomi pasar bebas dan terbuka yang belum tentu mendatangkan keuntungan bagi seluruh pihak yang terlibat.
Begitu banyak pemberitaan mengenai wabah virus corona yang menghiasi media cetak dan elektronik setiap hari. Namun, pemberitaan itu justru tidak banyak memberi edukasi dan pencerahan bagaimana membangun kesadaran publik menghadapi virus corona. Justru, membuat situasi malah bikin makin panik. Hal ini tentunya menimbulkan sindrom berlebihan di tengah geliat usaha pemerintah dan masyarakat melawan Covid-19. Belum lagi munculnya informasi-informasi bohong atau berita hoaks yang menyebar melalui media sosial, tentunya dapat menimbulkan kepanikan dalam masyarakat, yang dapat berdampak pada menurunnya kualitas kesehatan masyarakat.
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual. Secara historis, pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang baru.
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, diantaranya: (1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif; (2) prosedur pembelajaran yang fleksibel; (3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu, (4) pembelajaran yang bermakna, dan (5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas dosen untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan dosen lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator. Peran dosen seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan.
Kampus sebagaimana Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan dosen bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama (kolaborasi) lebih utama dari pada kompetisi.
Metode pendidikan baru dalam beradaptasi dengan revolusi industri 4.0LSP3I
"Revolusi Industri 4.0 itu hanya istilah semata, yang sesungguhnya adalah tradisi berpikir manusia yang mengikuti garis linier hubungan antara pengetahuan, sains, dan teknologi yang pengaruhnya pada perubahan alam dan perubahan perilaku manusia sungguh sangat luar biasa karena terciptanya peralatan-peralatan yang digunakan untuk memudahkan manusia melakukan kegiatan-kegiatan yang sulit dan rumit."- Berbagai upaya pemerintah dan perguruan tinggi kita dalam menyambut penetrasi Revolusi Industri 4.0, yang kedatangannya diharapkan tidak sekadar disambut oleh euforia yang melenakan, tetapi merangsang kesadaran bahwa kesiapaan bangsa ini untuk menceburkan diri pada arus revolusi tersebut harus disertai dengan 'pemberian bekal' yang mumpuni agar menghindarkan diri terseret arus globalisasi yang menenggelamkan. Banyak analisa menyatakan bahwa keunggulan kompetitif (competitive adventage) sebuah bangsa di era Revolusi Industri 4.0 ini sesungguhnya mengejawantah pada kemampuan mengintegrasikan beragam sumber daya yang dimiliki agar memiliki konektivitas pada penguasaan teknologi, komunikasi, dan big data untuk menghasilkan 'smart product' dan 'smart services', dan tidak sekadar pada produktivitas kerja yang berskala besar semata. Tantangan Utama Revolusi Industri 4.0 adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang dapat mengelaborasi ilmu pengetahuan, keterampilan hidup, dan penguasaan terhadap teknologi informasi.
Skill yang harus dimiliki Lulusan Perguruan Tinggi di era industri 4.0LSP3I
Era revolusi industri 4.0 membuka kesempatan bagi sumber daya manusia (SDM) di berbagai bidang untuk memiliki keahlian yang sesuai dengan perkembangan teknologi terkini. Untuk itu, diperlukan kesiapan pelaksanaan program pendidikan dan pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan (up-skilling) atau pembaruan keterampilan (reskilling) para peserta didik berdasarkan kebutuhan dunia kerja saat ini.
Perguruan tinggi, sudah menyadari pentingnya pendidikan soft skill untuk para mahasiswanya. Perguruan tinggi saat ini tak hanya membekali anak didiknya dengan ilmu pengetahuan dan hard skill, tetapi juga mulai melakukan pengembangan soft skill. Perguruan tinggi harus secara konsisten mendidik dan mempersiapkan anak didik mereka agar kelak dapat beradaptasi dengan dunia kerja dewasa ini melalui penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang menyelarasakan kebutuhan hardskill dan softskill kekinian, yang menjadi tuntutan dalam era revolusi industri 4.0.
Mengenal metode dan teknik mengajar dosen masa kiniLSP3I
Di era pendidikan 4.0 ini, PT menghadapi tantangan yang besar. Untuk itu, diperlukan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran dalam rangka menghasilkan lulusan yang bermutu. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di PT, dituntut adanya peningkatan kompetensi dan profesionalisme dosen.
Profesionalisme mengisyaratkan empat kompetensi yang harus dimiliki dosen, khususnya kompetensi dosen yang terkait dengan tugas utamanya sebagai pengajar sekaligus pendidik, yaitu kompetensi bidang studi, kompetensi pemahaman tentang peserta didik, kompetensi pembelajaran yang mendidik, dan kompetensi pengembangan kepribadian dan keprofesionalan.
Strategi perguruan tinggi untuk menarik minat mahasiswa baruLSP3I
Kegiatan pemasaran perguruan tinggi tentu berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan tersebut tentu disebabkan oleh tujuan, skala, dan pelanggan yang berbeda. Perguruan tinggi, tentu bukan organisasi bisnis yang kadang lebih permisif dalam banyak hal, sehingga ada batasan-batasan bagi perguruan tinggi dalam melakukan kegiatan pemasaran. Boleh di bilang pemasaran perguruan tinggi lebih sebagai pemasaran kehumasan. SEhingga perguruan tinggi lebih banyak mengandalkan pemasaran yang porsi kehumasannya lebih besar. Sedangkan periklanan, promosi penjualan, dan penjualan peribadi, akan lebih kecil.
Perguruan tinggi sebagai organisasi non profit, seperti juga halnya organisasi bisnis juga mengharapkan keuntungan dalam melakukan kegiatannya. Tujuannya agar perguruan tinggi tinggi dapat memelihara dirinya secara ekonomi, disamping dengan begitu, cita-cita mulia perguruan tinggi yang mendidik anak bangsa menjadi insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif bisa tetap dipegang, dan tentu saja diraih.
Era kini bernama disrupsi, yang sering diposisikan sebagai suatu masalah, di lain sisi sebagai tantangan dan sekaligus solusi dalam peradaban kehidupan kekinian. Terminologi “disruptif” yang menjadi kata sifat dari era atau jaman memiliki makna konotasi negatif karena merupakan sebuah perubahan kemapanan. Disrupsi yang secara literal diterjemahkan sebagai “kekacauan” memiliki derivasi makna yang tidak lepas dari daya ledakan perubahan yang mengganggu kematangan modernisasi. Ia juga membuat kekisruhan baru melalui pola-pola menyeluruh dari aspek semua kehidupan
Sejak terbukanya kebebasan informasi dan teknologi media, pertumbuhan media massa dan media baru mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Media komunikasi yang telah bermetamorfosis menjadi media digital itu perkembangannya semakin beragam, lebih gampangnya direpresentasikan oleh pertumbuhan smartphone dan sejenisnya.
Dewasa ini penetrasi berbagai jenis media tersebut telah merambah ke berbagai kalangan dan komunitas di masyarakat, tanpa membedakan strata sosial dan ekonomi. Seiring dengan berkembangnya teknologi komunikasi tentu ada beberapa konsekuensi, baik yang berkonotasi positif maupun negatif, dalam konteks ini dapat dianalogikan bahwa media masa telah mengambil bagian dari peran-peran tertentu di masyarakat. Media massa telah mempengaruhi pola pikir dan realitas kehidupan dengan ragam cara.
Realitas atau kenyataan, dalam bahasa sehari-hari berarti "hal yang nyata; yang benar-benar ada". Dalam pengertiannya yang sempit dalam filsafat barat, ada tingkat-tingkat dalam sifat dan konsep tentang realitas. Tulisan ini membahas pentingnya memahami realitas objektif dan realitas media agar kita tidak terasing dan tersesatkan dengan berita media massa yang semakin masif dan menghegemoni masyarakat kekinian.
Menggagas perguruan tinggi alternatif berbasis entrepreneurship dan ekonomi k...LSP3I
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade ini secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia. Namun, dengan kira-kira dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja, adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja yang tiap tahunnya terus bertambah; pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya tindakan yang cepat. Negara ini juga memiliki populasi penduduk yang muda karena sekitar setengah dari total penduduk Indonesia berumur di bawah 30 tahun. Jika kedua faktor tersebut digabungkan, indikasinya Indonesia adalah negara yang memiliki kekuatan tenaga kerja yang besar, yang akan berkembang menjadi lebih besar lagi ke depan, maka menekankan pentingnya penciptaan lapangan kerja dalam perekonomian terbesar di Asia Tenggara.
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Dosen perlu memilih pendekatan/metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan tujuan mata kuliah. Salah satu metode yang efektif digunakan dalam pembelajaran adalah metode presentasi dan penjelasan. Metode presentasi dan penjelasan dimaksudkan untuk membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan deklaratif baru. Ada dua hasil belajar utama yang inggin dicapai melalui metode presentasi dan penjelasan yaitu membantu peserta didik mengembangkan struktur konseptual dan mengembangkan kebiasaan mendengarkan dan berpikir. Perlu dicatat bahwa metode presentasi dan penjelasan sangat tidak efektif digunakan untuk mengembangkan pengetahuan prosedural, berpikir tingkat tinggi, dan kemampuan pemecahan masalah.
Seiring perkembangan di era digital, teknologi semakin canggih, dengan mudahnya informasi diakses. Jika dulu informasi didapatkan dari media konvensional seperti koran dan televisi, kini masyarakat bisa mengaksesnya hanya dari genggaman tangan dengan menggunakan perangkat smartphone. Informasi tersebut tentunya tak hanya hiburan, tapi juga ilmu yang berguna untuk pendidikan. Peserta didik bisa belajar IPTEKS dengan cara yang lebih menyenangkan dan interaktif lewat teknologi. Tak lagi hanya duduk menyimak dosen yang mengajar di depan kelas.
Inilah menjadi tantangan pendidikan kita kekinian, bagaimana proses pembelajaran yang seharusnya di dalam dunia pendidikan di era digital saat ini berbenah. Proses pembelajaran yang konvensional atau tradisional di diubah. Pendidikan konvensional yang lebih menekankan kepada mengingat, menghapalkan, memperoleh informasi hanya dari satu arah atau mengaplikasikan prosedur sederhana yang membuat peserta didik tidak mahir dalam berpikir kritis terhadap permasalahan yang dihadapi.
Pendidikan Instan : Telisik Sisi Lain Praktek Pendidikan KekinianLSP3I
Pendidikan adalah kehidupan dan jantung peradaban sebuah bangsa karena Pendidikan adalah satu-satunya yang dapat melahirkan negara bermartabat. Jika sistem dan praketk pendidikan berjalan tidak sebagaimana mestinya, maka maka output dari pendidikan itu sendiri tidak akan menghasilkan dampak yang baik justru akan menghancurkan peradaban kehidupan itu sendiri.
Pembelajaran yang merespon era rovolusi industry 4.0 tersebut harus dijawab dengan cepat dan tepat agar tidak berkontribusi terhadap peningkatan pengangguran. Tantangan industri 4.0, ancaman pengangguran, dan bonus demografi dengan fokus meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan.
Revitalisasi sistem pembelajaran meliputi, 1) kurikulum dan pendidikan karakter, 2) bahan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, 3) kewirausahaan, 4) penyelarasan.
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
Pendidikan harus Menyenangkan
1. Apa sih perbedaan kuliah dulu dengan sekarang? Bukankah sama-sama mengikuti pelajaran dalam kelas, ngerjain tugas, trus ikut
ujian? Jawaban singkatnya kuliah dan belajar di era kekinian menuntut kemandirian belajar dan menyenangkan. Belajar akan lebih
bermakna jika peserta didik mengalami apa yang mereka pelajari bukan mengetahuinya, oleh karena itu dosen harus berjuang
dengan segala cara dengan mencoba untuk membuat apa yang dipelajari mahasiswa di kampus dapat dipergunakan dalam
kehidupan mereka sehari-hari.
Apakah Belajar Itu?
Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang bersifat menetap melalui serangkaian pengalaman. Belajar tidak sekadar
berhubungan dengan buku-buku yang merupakan salah satu sarana belajar, melainkan berkaitan pula dengan interaksi dengan
lingkungan, yaitu pengalaman.
Hal yang penting dalam belajar adalah perubahan perilaku, dan itu menjadi target dari belajar. Dengan belajar, seseorang yang
tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Kita perlu memperluas pemahaman tentang belajar tidak hanya pada
pengetahuan yang bersifat konseptual, melainkan juga hal-hal yang menyangkut keterampilan serta sikap pribadi yang
mempengaruhi perilaku seseorang. Ada empat area yang disentuh berkenaan dengan belajar yaitu: Citra diri dan perkembangan
kepribadian, Latihan keterampilan hidup, Cara berpikir atau pola piker, dan Kompetensi atau kemampuan yang bersifat akademik,
fisik, dan artistik.
Pembelajaran yang Menyenangkan membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan
berpikir kreatif (critical dan creative thinking). Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis
dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir
kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (orginality), ketajaman pemahaman (insight) dalam
mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Pasalnya, Mahasiswa harus mempersiapkan bekal ilmu guna menghadapi tantangan besar yang terjadi era ini. Satu faktor yang
penting adalah ketrampilan dan kompetensi yang harus dimiliki.
Di era sekarang ini, IPK sdh tidak bisa diandalkan lagi sebagai jaminan kesuksesan seorang sarjana mendapatkan pekerjaan. Saya
menjadi saksi betapa tidak relevannya IPK dengan apa yang secara normal didefinisikan sebagai kesuksesan. Ternyata
sinyalemen saya ini didukung oleh riset yang dilakukan oleh Thomas J. Stanley yang memetakan 100 faktor yang akan
berpengaruh terhadap tingkat kesuksesan seseorang berdasarkan survey terhadap 733 millioner di US. Berdasarkan hasil
penelitian blio ternyata nilai yang baik (IPK) hanyalah faktor sukses no ke 30! Sementara itu faktor IQ pada urutan ke-21 dan
bersekolah ke universitas favorit di urutan ke-23. Jadi saya ingin mengatakan secara sederhana:
Anda Tidak lulus salah satu matakuliah? Bukan masalah besar.
IPK termasuk golongan dua koma (baik dua koma sekian maupun dua koma pas)? Jangan sedih. IPK pan hanya mitos. Paling
banter adalah hanya alat ukur. Yang tidak akurat aniwei.
Anda kuliah di swasta dan bukan kampus favorit atau unggulan? No worries. Mahasiswa cemerlang akan tetap menemukan
bakatnya di mana saja berada.
Anda lulusan universitas swasta bukan di PTN Ternama? Not a big deal. Steve Jobs dan Bill Gates tidak lulus dari mana-
mana.
PENDIDIKAN HARUS MENYENANGKAN
2. Anda pernah mengulang mata kuliah? No problem. Hampir semua teman kuliah saya dulu di golongan ini. Termasuk saya,
yang pernah mengulang beberapa mata kuliah. Tidak pengaruh sama sekali. Paling akibatnya adalah tidak bisa dapat
predikat Cum Laude. Yang tentunya, menurut saya, hanya predikat yang sifatnya formalitas saja. Nothing serious, karena
menurut penelitian itu sama sekali tidak termasuk dalam 100 faktor tadi. Atau yang agak serius, anda tidak selesai kuliahnya?
Belajar dari kisah perjalanan orang suskses, banyak dari mereka yang dropout yang akhirnya menjadi orang besar yang
karyanya sekarang anda pakai. Malah sebagian karya mereka sedang anda pakai sekarang ini. Mereka adalah orang-orang
yang tidak selesai pendidikan formalnya. Thomas Edison adalah inventor yang paling produktif sepanjang sejarah manusia.
Namanya ada pada lebih dari 1000 patent. Blio antara lain adalah penemu bola lampu, video camera, dan telepon. Ibunya
mengajari Thomas kecil membaca dan menulis di rumah sesudah dia dikeluarkan dari sekolah karena gurunya menganggap
dia terlalu lamban belajar. Pendidikan formal yang diselesaikan adalah 3 bulan di high school.
Wright Brothers adalah yang diterima secara aklamasi oleh dunia sebagai penemu “mesin terbang”. Merekalah yang pertama
kali menerbangkan pesawat udara pertama. Batu bata pertama dari industri pesawat terbang yang kelak akan menjadi Boeing
dan Airbus. Keduanya belajar di high school tapi tidak pernah lulus. Waktunya dihabiskan untuk mengamati dan meneliti
bagaimana burung itu bisa terbang dan tinggal di bengkelnya membuat berbagai jenis gliders.
Bill Gates adalah seorang droupout yang merevolusi industri komputer. Bersama Paul Allen mendirikan Microsoft. Paul hanya
menyelesaikan 2 tahun pertama di University of Washington dan membujuk Bill untuk keluar dari Harvard (dan berhasil) pada
tingkat 2. Keduanya menjadi billionaire pada usia awal 30an.
Michael Dell drop out dari University of Texas pada umur 19 untuk mendirikan Dell Inc. perusahaan komputer yang termasuk
paling sukses di Amerika. Steve Jobs memperkenalkan Macintosh kepada dunia dan menjadi tokoh kunci dari revolusi
industri komputer. Salah satu karya kreatifnya adalah teknologi tablet (iPad) dan smart phone (iPhone) yang lantas ditiru oleh
perusahaan2 raksasa dunia lainnya (Microsoft, Samsung, LG, Sony, Huawei, Oppo, Xiaomi, dll). Karyanya memberi impact
kepada lebih dari 2 milyar penduduk dunia.
Contoh terakhir adalah yang paling kontekstual. Tanpa blio kita tidak bisa memanfaatkan dan menikmati platform media sosial
yang paling user friendly dan efektif untuk ajang berinteraksi, arena untuk berlatih menulis dan medium untuk presentasi dan
bisnis. Mark Zuckerberg hanya menyelesaikan dua tahun pertama di Harvard sebelum memutuskan untuk mendirikan dan
membesarkan Facebook. Beautiful and highly effective platform yang sekarang bisa kita manfaatkan dengan luas.
Lalu apakah faktor yang menentukan kesuksesan seseorang itu? Menurut riset Stanley berikut ini adalah sepuluh faktor
teratas yang akan mempengaruhi kesuksesan:
1. Kejujuran (Being honest with all people)
2. Disiplin keras (Being well-disciplined)
3. Mudah bergaul (Getting along with people)
4. Dukungan pendamping (Having a supportive spouse)
5. Kerja keras (Working harder than most people)
6. Kecintaan pada yang dikerjakan (Loving my career/business)
7. Kepemimpinan (Having strong leadership qualities)
8. Kepribadian kompetitif (Having a very competitive spirit/personality)
9. Hidup teratur (Being very well-organized)
10. Kemampuan menjual ide (Having an ability to sell my ideas/products)
Hampir kesemua faktor ini tidak terjangkau dengan IPK. Dalam kurikulum ini kita kategorikan softskill. kuliah bukan cuma soal
IPK, pelajaran Hidup adalah yang utama. Umumnya mahasiswa terlintas di pikiran mereka kuliah itu soal IPK. Ya, mahasiswa
dan IPK memang tak terpisahkan. Mahasiswa sering mengkhawatirkan IPK, padahal masih banyak hal lain yang perlu di
nikmati.
PENDIDIKAN HARUS MENYENANGKAN
3. Jika kuliah hanya untuk mencari nilai, lantas untuk apa kamu mengorbankan begitu banyak uang orang tua? Sama saja
artinya menukar uang dengan lembar kertas berisi daftar nilai. Setiap hari, yang ada dalam pikiran hanya nilai, nilai, dan nilai.
Ini akan membuat mahasiswa menjadi curang. Kenapa karena prioritas hanya nilai, tentu akan tergoda untuk melakukan apa
saja demi meraih nilai yang tinggi itu. Tapi, bukan berarti nilai tinggi itu tidak penting, tapi lebih penting penguasaan ilmu dan
pengetahuan.
Nikmati saja waktu-waktu perkuliahan itu. Kerjakanlah tugas dengan sungguh-sungguh, dengan isi otak sendiri, jangan
nyontoh temen apalagi plagiat tugas orang. Toh kalaupun tugas yang dibuat sendiri itu jelek, yang penting „kan bikin sendiri.
Jauh lebih bernilai—di mata Tuhan—ketimbang tugas orang yang nilainya A, tapi hasil CtrlA-CtrlC-CtrlP.
Saat mahasiswa sarjana dan terjun ke dunia kerja, lembar historis nilai tidak dapat membantu menyelesaikan pekerjaan, dia
hanya kertas. Yang digunakan di lapangan kerja adalah otak, kepribadian, kemampuan. Di tempat kerja tidak akan peduli lagi
mau setinggi apa IPK. Yang mereka lihat nanti adalah kemampuan. Bukti bahwa kalau memang lulusan dengan IPK tinggi,
harus tunjukkan dengan kepintaran yang sesungguhnya, kemampuan bersosialisasi yang baik, dan juga mental yang bagus.
IPK tinggi hanya akan tinggal kenangan jika tak punya bekal yang mumpuni di dunia kerja nanti. Jadi, selama berkuliah
jangan hanya memikirkan IPK. Nikmatilah masa kuliah dengan belajar, penuh cerita, dan bahagia dan menyenangkan.
Bangun hubungan Pergaulan pada lingkungan sekitarnya. Di dunia kerja nanti, orang yang pandai bergaul lah yang
dipertahankan perusahaan. Semua itu adalah pengalaman yang sangat mahal. Dan sangat berguna untuk bekal kamu di
masa depan.
Cara belajar di bangku kuliah yang menuntut mahasiswa untuk dapat belajar secara mandiri, aktif dan menyenangkan. Ada
beberapa cara yang harus dilakukan mahasiswa agar bisa menjadi karakter yang lebih kompeten.
Pertama; Rajin mengikuti perkuliahan
Bagaimanapun materi-materi perkuliahan adalah modal yang sangat penting dan akan menjadi bekal mahasiswa dalam
merintis karir kedepannya, oleh karena itu mahasiswa jangan malas untuk masuk kuliah, jika perlu berusahalah memperoleh
ilmu sebanyak-banyaknya dari kegiatan perkuliahan. Semakin rajin mengikuti perkuliahan semakin banyak pula ilmu dan skill
yang bisa di dapatkan.
Kedua; Ikut dalam kegiatan organisasi kampus
Satu hal yang patut di pahami bahwa belajar bukan hanya bisa dilakukan dalam perkuliahan, sejatinya dalam perkuliahan
proses belajar meliputi berbagai hal termasuk dalam kegiatan organisasi kampus. Melalui kegiatan lembaga kemahasiswaan
(LK) anda akan belajar banyak hal, misalnya saja tentang cara bersosialisasi yang baik, belajar mengenai tugas dan
tanggung jawab serta belajar seputar kepemimpinan.
Ada banyak ilmu yang bisa di dapatkan melalui kegiatan organisasi kampus yang akan sangat bermanfaat setelah anda lulus
kuliah, namun jangan overaktif dalam kegiatan LK kampus sehingga mengabaikan kegiatan perkuliahan, sebaiknya memenej
waktu dengan baik, sehingga bisa membuat kegiatan perkuliahan dan organisasi kampus bisa berjalan beriringan.
Ketiga; Gabung dengan komunitas belajar
Dibeberapa kampus biasanya ada beberapa komunitas-komunitas yang didirikan oleh mahasiswa untuk menjadi wadah bagi
setiap mahasiwa untuk belajar suatu hal. Jika di kampus ada komunitas belajar maka tidak ada salahnya ikut bergabung
dalam komunitas tersebut guna semakin meningkatkan kompetensi dan kemampuan, dengan begitu bekal dalam merintis
masa depan anda semakin besar.
Keempat; Rajin masuk membaca di perpustakaan kampus
Buku adalah jendela dunia, ungkapan tersebut mengisyaratkan bahwa dengan banyak membaca akan ada banyak hal yang
bisa di pelajari. Saat kuliah bisa memanfaatkan waktu luang saat jedah kuliah/istirahat untuk masuk membaca buku di
perpustkaan.
PENDIDIKAN HARUS MENYENANGKAN
4. Kelima; Sharing (diskusi) dengan teman kuliah
Belajar melalui kegiatan diskusi. Rajin mendiskusikan bebagai hal atau berbagai kendala dan kesuliatan materi kuliah yang
sedang di hadapi. Melalui kegiatan diskusi akan memunculkan banyak solusi dan jalan keluar. Melalui kegiatan diskusi
mahasiswa bisa belajar banyak hal.
Keenam; Ikut dalam kegiatan seminar
Biasanya setiap kampus rutin melakukan kegiatan seminar baik seminar untuk persyaratan kelulusan mahasiswa maupun
seminar umun. Dalam kegiatan seminar, ada banyak pelajaran yang bisa di petik dan bisa menjadi pundi-pundi ilmu yang
akan melengkapi kompetensi mahasiswa.
Saya sering memberikan pandangan ini sebagai dorongan dan semangat kepada mahasiwa dalam melakoni aktifitas
dan kegiatan belajar. Mengubah mindset atau pola pikir mereka bahwasanya belajar bukan saja sebatas bertatap muka
dengan dosen dalam suatu ruangan. Karena saya yakin bila peserta didik sudah bisa masuk ke track atau rel yang tepat
dan frekuensi yang pas, everything else follows naturally. Dalam konteks ini saya ingin menggarisbawahi faktor
“kecintaan pada apa yang dikerjakan” yang ternyata mempunyai pengaruh sangat tinggi (urutan ke-6) yang menentukan
kesuksesan seseorang.
Saya sangat mempercayai ini karena saya telah mengujinya selama 12 tahun terakhir kepada mahasiswa yang saya
ajar maupun yang saya bimbing. Saya menemukan bahwa bila kita bisa menemukan „klik‟ pada apa yang kita kerjakan
maka kita akan mempunyai supply endorfin yang tidak ada habis-habisnya. Itu hukum alam.
Dalam mengajar, saya paham sekali bahwa mahasiswa butuh suntikan motivasi. Seperti yang saya gambarkan di atas.
Membawa peserta didik ini ke track yang benar dan frekuensi yang pas. All the technicalities follow. Bahan-bahan
tekniks selalu bisa dicari dan dipelajari secara mandiri. Tapi landasan spirit dan motivasi harus kuat terpancang.
Saya mengerti dan paham setiap mahasiswa memiliki karakter masing masing, satu sama lain berbeda. Harapannya
berbeda. Kendalanya tidak sama. Kemampuan berpikir berbeda. Namun ada mimpi yang sama: menjadi contender
dalam dunia yang serba berubah dengan cepat ini. Thriving. Not only surviving. Apapun kondisinya dan dari mana saja
titik mulainya.
Saya membaca karakter mahasiswa tidak harus satu persatu atau secara detail. Seringkali cukup dari aura ketika
mereka saya ajak bicara. Mereka ada semangat. Ada keberanian untuk bermimpi. Ini harus didukung agar sustainable.
Oleh karena itu saya sering memberikan bahasa pencerahan sebagai kalimat pembuka. Tidak perlu risau dengan
perubahan dan kemajuan zaman, ini mirip IPK yang tidak perlu sepenuhnya kita percayai. Fokus saja tiap hari untuk
belajar, belajar dan belajar dengan menyenangkan.
Alhasil, dari waktu ke waktu mahasiswa makin giat belajar dengan penuh kegembiraan. Saya bisa merasakannya. Dan
saya tahu, dengan kegembiraan itu mereka akan bisa berjalan jauh dan mencapai sesuatu yang tinggi. Siapa mereka
dimasa depan, tergantung bagaimana usaha dan upaya kita mendidik dan mebimbing mereka.
PENDIDIKAN HARUS MENYENANGKAN