1. ivanacmblog.blogspot.com/2013/01/menggugat-toleransi.html 1/4
20th January
[http://3.bp.blogspot.com/--
FeY4kfdSVw/UPsxuw8L79I/AAAAAAAAAUE/JObpoG6IQBg/s1600/menggugat+toleransi.jpg]
MENGGUGAT TOLERANSI
[http://3.bp.blogspot.com/--FeY4kfdSVw/UPsxuw8L79I/AAAAAAAAAUE/JObpoG6IQBg/s1600/menggugat+toleransi.jpg]
Toleransi merupakan istilah yang berasal dari Barat. Secara bahasa, toleransi berasal dari kata tolerance.
Terminologi (arti kata)-nya adalah “to endure without protest” yang berarti menahan perasaan tanpa protes.
Menurut Webster’s New American Dictionary, arti toleransi adalah memberikan kebebasan dan berlaku sabar dalam
menghadapi orang lain.[i] [http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=9161820191409949361#_edn1]
Kata tolerance kemudian diadopsi ke dalam bahasa Indonesia menjadi toleransi yang berasal dari kata
toleran, mengandung arti : bersikap atau bersifat menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian
(pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan) yang berbeda atau yang bertentangan dengan pendiriannya.[ii]
[http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=9161820191409949361#_edn2]
[] [http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=9161820191409949361#_edn2]
Istilah toleransi sejatinya tidak ada dalam khasanah islam. Menurut Dr. Anis Malik Toha, pada dasarnya istilah
toleransi tidak terdapat dalam istilah islam. Istilah ini termasuk istilah modern yang lahir dari Barat sebagai respon
dari sejarah yang meliputi kondisi politis, sosial dan budayanya yang khas dengan berbagai penyelewengan dan
penindasan.[iii] [http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=9161820191409949361#_edn3]
Fakta dilapangan ketika memberlakukan kata toleransi ini, selalu yang menjadi tudingan adalah umat islam
sendiri. Anggapan yang muncul adalah umat islam tidak toleran misalnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Setara
Institute pada Juni 2012. Penelitian tersebut bertajuk “Radikalisme Agama di Jabodetabek dan Jawa Barat”.
Digambarkan sebanyak 49,5% warganya tidak menghendaki kehadiran tempat ibadah agama lain. Sekitar 84,13%
dari para responden menyatakan tidak menyukai anggota keluarga atau kerabat mereka menikah dengan orang
berbeda agama.
2. ivanacmblog.blogspot.com/2013/01/menggugat-toleransi.html 2/4
Sebenarnya bila kita cermati secara dalam sudut pandang toleransi versi barat sejatinya Indonesia bisa
dibilang sangat toleran. Bagaimana tidak? Di saat berbagai negara melarang ahmadiyah, hanya di Indonesia yang
masih membolehkan. Saat prancis melarang burqa, Indonesia masih membolehkan wanita mengekspresikan dirinya
dalam menggumbar aurat. Fakta lain menunjukkan data kementrian agama dari tahun 2004 hingga 2007, pendirian
gereja naik 153%, gereja protestan 131% , Vihara bertambah 368% dan pura Hindu 475,25% sedangkan masjid
hanya 64%.[iv] [http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=9161820191409949361#_edn4]
Standar Ganda
Jika isu toleransi dan sebaliknya intoleransi ini dilihat dari cara pandang yang sama, mungkin tidak terlalu
masalah. Namun, isu ini sangat pro pada cara pandang orang kafir juga barat yang memiliki ideologi tertentu.
Walhasil, ketika konsep toleransi dan intoleransi diterapkan, ada dominasi kepentingan Barat di dunia islam.[v]
[http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=9161820191409949361#_edn5]
Secara terminologi, kata “tolerance” (toleransi) sebagaimana dalam The New International Webster
Comprehensive Dictionary of The English Language (1996 : 1320) diartikan dengan menahan perasaan tanpa
protes (to endure without protest). Artinya, seseorang tidak berhak protes atas argument orang lain, meskipun itu
gagasan yang salah dalam keyakinan. Inilah toleransi dalam pengertian Barat.[vi] [http://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=9161820191409949361#_edn6]
Berbeda dengan islam. Islam mengartikan toleransi dengan istilah “tasamuh”. Dalam kamus Al-Muhit, Oxford
Study Dictionary English-Arabic (2008 : 1120). Isitilah tasamuh memiliki arti tasahul (kemudahan). Artinya, Islam
memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk menjalankan apa yang ia yakini sesuai dengan ajaran masing-masing
tanpa ada tekanan dan tidak mengusik ketauhidan.[vii] [http://www.blogger.com/blogger.g?
blogID=9161820191409949361#_edn7]
Dari penjelasan diatas, perbedaan sudah sangat jelas. Konsep toleransi saat ini sebenarnya tidak ada dalam
islam, karena memberikan kebebasan tanpa batas. Menahan perasaan tanpa protes dalam hal apapun, tentu saja
tidak bisa diterima oleh agama Islam. Menurut Barat, keyakinan dalam bentuk apapun diperbolehkan walaupun
mengolok-olok agama lain tetapi diyakini sebagai sebuah kebenaran maka harus diterima. Termasuk perkara-
perkara lain, menghina nabi, kehidupan cinta sesama jenis, pergaulan dan seks bebas, termasuk diantaranya soal
kekerasan. Andaikata seorang muslim yang melakukan kekerasan akan dianggap terorisme, sementara apabila
non-muslim akan dianggap pesakitan.
Terminologi toleransi ini sering dipakai kalangan liberal dalam melihat berbagai persoalan di tengah
masyarakat. Namun demikian, mereka tidak konsisten dengan konsep mereka sendiri untuk tidak/tanpa protes
terhadap pendapat yang berbeda dari pemikiran/konsep yang mereka bawa. Umat islam dipaksa tunduk dengan
argumentasi mereka, kendati itu menyalahi konsep mereka sendiri. Hal Ini merupakan standar ganda, akan
bermanfaat dari dua sisi dan untuk yang memaksakan pendapat tersebut baik dengan cara halus (soft power) atau
pun dengan kasar (hard power), misalnya dengan melakukan invasi militer.
Keadilan Islam
Islam memandang keragaman agama, keyakinan, suku, ras dan bahasa sebagai perkara yang alami dan
lumrah. Islam tidak berusaha menghapus keragaman tersebut dengan cara memaksa semua orang untuk
meninggalkan agama dan keyakinan mereka. Islam dengan tegas melarang seorang muslim memaksa orang kafir
memeluk agama islam. Namun, islam hadir untuk mengatur keragaman pluralitas yang ada ditengah-tengah
masyarakat agar terbina kerukunan dan sikap saling menghargai satu dengan yang lain. Tidak hanya itu, Islam pun
menyeru manusia meninggalkan keyakinan dan sistem hidup kufur, menuju agama Islam yang lurus.[viii]
3. ivanacmblog.blogspot.com/2013/01/menggugat-toleransi.html 3/4
[http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=9161820191409949361#_edn8]
Berkaitan dengan toleransi, Islam menggariskan sejumlah ketentuan sebagai berikut :[ix]
[http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=9161820191409949361#_edn9]
1. Islam tidak akan pernah mengakui kebenaran agama dan keyakinan selain islam. Seluruh keyakinan agama
selain islam adalah kekufuran. Demokrasi, pluralisme, sekularisme, liberalisme dan semua paham yang lahir
dari paham-paham tersebut adalah kekufuran. Begitu pula agama Yahudi, Kristen, Hindu, Budha, kebathinan,
dan lain sebagainya, semuanya adalah kekufuran.
2. Tidak ada toleransi dalam perkara-perkara yang telah ditetapkan oleh dalil-dalil qath’I, baik menyangkut
masalah akidah maupun hukum syariah. Dalam perkara akidah, islam tidak pernah toleran terhadap keyakinan
yang bertentangan pokok-pokok akidah islam seperti : ateisme, politeisme, Al-qur’an tidak lengkap, adanya
nabi dan rasul baru setelah wafatnya Nabi saw, pengingkaran terhadap hari akhir dan semua hal yang
berkaitannya, dan lain-lain. Adapun dalam hukum syairah contohnya adalah menolak kewajiban sholat, zakat,
puasa, jilbab bagi muslimah, dan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan berdasarkan dalil qath’i.
3. Islam tidak melarang kaum muslim untuk berinteraksi dengan orang-orang kafir dalam perkara mubah seperti
jual beli, kerjasama bisnis, dan lain sebagainya. Larangan berinteraksi dengan orang kafir terbatas pada
perkara yang dilarang syariah seperti menikahi wanita musyrik-kecuali ahlul kitab, menikahkan wanita
muslimah dengan orang kafir, perwalian, dan lain sebagainya.
4. Ketentuan-ketentuan diatas tentu tidak menafikan kewajiban kaum muslim untuk berdakwah dan berjihad
melawan orang-orang kafir dimanapun mereka berada. Hanya saja, pelaksanaan dakwah dan jihad harus
sejalan dengan syariah. Orang kafir yang hidup di negara islam dan tunduk terhadap kekuasaan islam, dalam
batas-batas tertentu diperlakukan sebagaimana kaum muslim. Hak dan kewajiban mereka sebagai warga
negara daulah islam sama dengan kaum muslim. Harta dan jiwa mereka dilindungi.
Kesimpulan
Alhasil, isu intoleransi adalah permainan kaum liberal sebagai corong Barat. Karakteristik kaum liberal adalah
menjadikan kebebasan-kebebasan sebagai fokus utama mereka, yakni kebebasan tanpa batas yang menerjang
norma-norma agama. Tema sentral yang biasa mereka usung ialah pemisahan agama dari politik, demokrasi, HAM,
kesetaraan jender, kebebasan penafsiran teks agama, toleransi beragama, kebebasan berekspresi, persamaan
agama (pluralism).
Maka dari itu, umat islam tidak perlu terpancing dengan stigmasisasi intoleransi ini. Umat tidak dibenarkan jika
kemudian –agar tidak disebut intoleran- bersikap memaklumi dan menghargai sesuatu yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip Islam.
Wallahu'alam
Penulis : Wandra Irvandi (aktivis)
[i] [http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=9161820191409949361#_ednref1] Ali Mustofa Akbar, “Umat Islam Tidak
Toleran?” dalam Majalah Alwaie, no.148 tahun XIII, 1-31 Desember 2012/ muharram 1434 H.
[ii] [http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=9161820191409949361#_ednref2] Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta : 2008.
[iii] [http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=9161820191409949361#_ednref3] Dr. Anis Malik Toha, “Tren Pluralisme
Agama : Sebuah Tinjauan Kritis”, Gema Insani Press. 2005, dalam Ali Mustofa Akbar, “Umat Islam Tidak
Toleran?” dalam Majalah Alwaie, no.148 tahun XIII, 1-31 Desember 2012/ muharram 1434 H.
[iv] [http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=9161820191409949361#_ednref4] http://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/islam-nusantara/12/06/03/m51lw4-pertumbuhan-masjid-di-indonesia-rendah
4. ivanacmblog.blogspot.com/2013/01/menggugat-toleransi.html 4/4
[http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/12/06/03/m51lw4-pertumbuhan-masjid-di-indonesia-rendah]
[v] [http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=9161820191409949361#_ednref5] Mujiyanto, “Standar Ganda Kelompok
Liberal”, dalam Majalah Alwaie, no.148 tahun XIII, 1-31 Desember 2012/ muharram 1434 H.
[vi] [http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=9161820191409949361#_ednref6] Ibid
[vii] [http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=9161820191409949361#_ednref7] ibid
[viii] [http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=9161820191409949361#_ednref8] Fathiy Syamsuddin Ramadhan An-Nawiy
“Keadilan Islam – Dalam Keragaman dan Perbedaan” dalam Majalah Alwaie, no.148 tahun XIII, 1-31 Desember
2012/ muharram 1434 H.
[ix] [http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=9161820191409949361#_ednref9] Ibid, baca juga mengenai perbandingan
toleransi Barat dan toleransi dalam Islam, Adian Husaini, “Piagam Madinah dan Toleransi Beragama”
Posted 20th January by ivan acm
Add a comment
Masukkan komentar Anda...
Beri komentar sebagai: Google Account
Publikasikan Pratinjau
0