SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Sejarah Bilangan Imajiner
Untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Teori Bilangan
Dosen Pembimbing Eko Yulianto, M.Pd.
Oleh,
Samsul Abdul Gani
142151232
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SILIWANGI
2015
2
Sejarah Bilangan Imajiner
Dewasa ini bilangan imajiner
sudah tidak asing lagi digunakan
dalam matematika, khususnya dalam
analisis kompleks. Analisis
kompleks itu sendiri dapat dipandang
sebagai penerapan teori-teori
kalkulus terhadap bilangan imajner.
Tetapi apa sesungguhnya bilangan
imajiner ini? Apakah ia bilangan
yang hanya ada dalam imajinasi,
yang tidak memiliki kesesuaiannya
dengan realitas fisis? Sebagian orang
mungkin masih mempertanyakan
legitimasi dari bilangan imajiner ini.
Keberadaan bilangan imajiner
sebagai objek maupun peralatan
matematis sangat dirasakan
manfaatnya bagi dunia.
Dalam dunia rekayasa,
bilangan ini sering dipakai dalam
mempelajari prilaku aliran fluida di
sekitar objek tertentu. Dalam
elektromagnetika bilangan imajiner
digunakan dalam pemodelan
gelombang. Sehingga jika bukan
karena penemuan i mungkin kita
tidak bisa berkomuniaksi lewat
telepon seluler, atau mendengarkan
radio. Bilangan imajiner adalah
bagian penting dalam mempelajari
deret tak hingga (infinite series). Ia
juga dipakai dalam model-model
matematika untuk mekanika
quantum. Bilangan imajiner adalah
peralatan vital di dalam kalkulasi
ketika membuat pemodelan. Dan
akhirnya, setiap persamaan
polinomial akan mempunyai solusi
apabila bilangan imajiner (atau
bilangan kompkes) dilibatkan.
Jelasnya, kepentingan-kepentingan
praktis maupun teoritis itu dapat
memberikan gambaran kenapa
bilangan imajiner itu ada atau
tercipta.
Atas dasar alasan praktis
seperti di atas dapat dikatakan pada
saat sekarang ini bahwa secara
praktis, bilangan imajiner tercipta
disebabkan karena bilangan tersebut
dibutuhkan, atau karena merupakan
peralatan matematika yang
dibutuhkan. Untuk lebih memahami
pemahaman, penulis memberikan
salah satu contoh yang akam
mengakibatkan munculnya bilangan
imajiner 𝑖2
= βˆ’1. Misalnya jika
diketahui persamaan :
π‘₯2
+ 25 = 0. Bagaimanakah
penyelsaiannya?
3
Berawal dari sebuah konsep
awal yakni:
= π‘Žπ‘₯2
+ 𝑏π‘₯ + 𝑐 ,
maka kita akan merubah bentuk π‘₯2
+
25 = 0 kedalam bentuk 𝑦 = π‘Žπ‘₯2
+
𝑏π‘₯ + 𝑐, yaitu:
π‘₯2
+ 25 = 0
1π‘₯2
+ 0π‘₯1
+ 25 = 0
1π‘₯2
+ 0π‘₯ + 25 = 𝑦
𝑦 = π‘₯2
+ 0π‘₯ + 25, sama dengan
persamaan awal yaitu 𝑦 = π‘Žπ‘₯2
+
𝑏π‘₯ + 𝑐. Persamaan π‘₯2
+ 25 =
0 sesuai dengan bentuk umum
persamaan kuadrat. Artinya dia harus
punya solusi / penyelesaian.
Dari persamaan π‘₯2
+ 25 = 0 kita
harus mencari nilai π‘₯, sehingga
didapat hasil:
↔ π‘₯2
+ 25 = 0
↔ π‘₯2
= βˆ’25
↔ π‘₯ = βˆšβˆ’25 , seperti apa yang kita
ketahui selama ini, bahwasanya tidak
ada suatu bilangan real yang
menghasilkan βˆšβˆ’25.
Sehingga untuk mendapatkan solusi
terhadap persamaan tersebut, kita
dapat memulainya dengan suatu
anggapan i sebagai akar dua dari
negatif satu. Atau dengan kata lain
βˆšβˆ’25 = 5𝑖 dapat dipandang sebagai
solusi itu sendiri. Namun anggapan
ini belumlah menyentuh sisi filosofis
penting dibalik munculnya bilangan
imajiner. Dengan demikian βˆšβˆ’25
adalah solusi non real yang dikenal
dengan bilangan imajiner.
Sejarah penemuan bilangan
imaginer (imaginary numbers)
dimulai pada tahun 1545 ketika
seorang matematikawan ber-
kebangsaan Italia, Girolamo
Cardano, menerbitkan buku yang
Girolamo Cardano
berjudul Ars Magna, dimana pada
buku tersebut Cardano untuk
pertama kalinya menyatakan solusi
aljabar terhadap persamaan kubik
yang berbentuk .
Persamaan ini untuk kemudian
4
dikenal sebagai persamaan kubik
umum. Solusinya diselesaikan oleh
Cardano dengan terlebih dahulu
mereformulasi persamaan kubik
tersebut ke dalam persamaan kubik
lain yang tidak memiliki suku yang
variabelnya dikuadratkan, yaitu yang
disebut dengan persamaan depressed
cubic. Selanjutnya, Cardano
menggunakan formula Ferro-
Tartaglia, yaitu
untuk memecahkan persaamaan
depressed cubic.
Setelah Cardano mere-
formulasi persamaan kubik umum
menjadi bentuk depressed cubic
equation, masalah selanjutnya adalah
bagaimana menyelesaikan
persamaan depressed cubic?
Untungnya solusi persamaan
depressed Cubic telah diketahui oleh
teman Cardano yang bernama
Niccolo Fontana yang dikenal juga
dengan nama Tartaglia (β€œSi Gagap”),
karena bicaranya gagap. Dalam suatu
kontes, Nicollo Fontana ditantang
oleh Fior untuk memecahkan
permasalahan persamaan kubik.
Namun diluar dugaan, Tartaglia
berhasil memecahkannya dengan
solusi yang lebih umum dari solusi
yang diketahui Fior. Di lain waktu,
Cardano membujuk Tartaglia agar
memberitahukan temuannya itu, dan
Tartaglia pun memberitahukannya
dengan syarat agar temuan itu tidak
dipublikasikan.
Niccolo Fontana Tartaglia
Cardano menyetujuinya dan
bersumpah tidak akan
mempublikasikannya. Namun
Cardano melanggar janjinya, ketika
pada tahun 1543 ia menemukan
paper yang ditulis oleh Ferro untuk
topik persamaan kubik. Sejak itu
munculah keinginan dalam dirinya
itu untuk memformulasikan
penanganan yang lebih lengkap
terhadap persamaan kubik umum.
Lalu kemudian ia menuliskan
hasilnya dalam Ars Magna.
Maka dengan upaya ini
Cardano bisa menangani persamaan
5
kubik umum melalui koneksi
persamaan depressed cubic dan
solusinya dari Niccolo Fontana yang
juga telah ditemukan 30 tahun
sebelumnya oleh Scipio del Ferro.
Formula rahasia ini kemudian
disebut formula Ferro-Tartaglia.
Langkah-langkah penanga-
nannya adalah sebagai berikut.
Untuk menurunkan persamaan kubik
yang berbentuk :
………. (1)
Cardano memulainya dengan
mensubstitusikan
terhadap persamaan (1), yang
menghasilkan bentuk :
………. (2)
Dengan b dan c yang bersesuaian :
Persamaan (2) disebut depressed
cubic equation.
Jadi, apabila nilai x pada
persamaan depressed cubic
ditemukan maka solusi terhadap
persamaan kubik umum juga bisa
ditemukan. Untungnya, solusi
terhadap persamaan depressed cubic
di atas telah didapatkan Cardano dari
Tartaglia. Bentuk solusinya adalah
seperti ini :
………. (3)
Dengan formula Ferro-
Tartaglia ini, Cardano mendapatkan
solusi terhadap persamaan kubik
umum.
Pengembangan dari
penyelesaian persamaan kubik
dengan koneksi persamaan depressed
cubic serta formula Ferro-Tartaglia
selanjutnya memberi legitimasi bagi
posibilitas eksistensi bilangan
imajiner. Meskipun problem
matematika yang melibatkan akar
bilangan negatif sebenarnya sudah
disadari sebelumnya, sebagai misal
dari persamaan kuadrat
yang solusinya . Namun
pada masa Cardano konsep bilangan
negatif masih diperlakukan dengan
penuh curiga mengingat pada saat itu
masih sulit untuk menemukan
kesesuaiannya dengan realitas fisis.
6
Sehingga munculnya akar dua dari
bilangan negatif menambah
keasingan bagi bilangan itu sendiri.
Cardano sendiri mengatakan proses
matematika dengan melibatkan
β€œmental tortures,” dan ia pun
menyimpulkan, β€œas subtle as it
would be useless.”
Rene Descartes
Berikutnya, pada tahun 1637,
Rene Descartes membuat bentuk
standar untuk bilangan kompleks
yaitu a+bi. Akan tetapi ia tidak
menyukai bilangan ini. Ia
mengasumsikan bahwa jika bilangan
ini ada, maka ia pasti bisa
dipecahkan. Namun karena ia tidak
menemukan pemecahannya, maka ia
tidak begitu berminat terhadap
pengembangan bilangan ini. Isaac
Newton sepakat dengan Descartes.
Namun Leibniz memberikan
komentar terhadap bilangan imajiner
ini : β€œan elegant and wonderful
resource of the divine intellect, an
unnatural birth in the realm of
thought, almost an amphibium
between being and non-being.”
Rafael Bombelli
Pada tahun 1572 Rafael
Bombelli kembali menyadari arti
penting bilangan imajiner. Dalam
buku risalah Aljabarnya, Bombelli
menunjukkan perlunya bilangan
imajiner dilibatkan sebagai suatu
peralatan matematis yang berguna.
Bombelli memberikan langkah baru
bagi pengembangan bilangan baru
ini yang oleh Cardano dianggap β€œas
refined as it is useless.” Bombelli
beranggapan bahwa formula Ferro-
Tartaglia dapat direformulasi ke
dalam bentuk yang melibatkan
kuantitas bilangan imajiner, namun
7
dengan jalan berpikir yang
disebutnya β€œwild thought.”
Yang ia maksud β€œwild
thought” ialah, apabila persamaan
depressed cubic (2) memiliki solusi
riil, maka dua bagian x pada
persamaan Ferro-Tartaglia (3) bisa
diekspresikan dalam bentuk
dan , dimana u
dan v adalah bilangan riil.
John H. Mathews
Lalu apa relevansi β€œwild
thought” ini terhadap matematika?
John H. Mathews dan Russell W.
Howell memberikan ilustrasi langkah
berpikir Bombelli melalui contoh
berikut ini.
Sebagai contoh, persamaan
depressed cubic
yang mempunyai b = -15 dan c = -4.
Dengan menerapkan formula Ferro-
Tartaglia, didapatkan
atau dalam ekspresi lain
.
Dengan melewatkannya melalui
β€œwild thought” Bombelli menunjuk-
kan bahwa
dan
.
Yang apabila kedua ruas
dipangkatkan tiga menghasilkan
dan
.
Kemudian, dengan menerapkan
identitas aljabar :
untuk
dan
.
Hasilnya :
8
Hal yang sama juga dilakukan untuk
bagian x lainnya yaitu
.
Pada persamaan di atas tampak
pikiran Bombelli bahwa
dan
.
Bombelli kembali berpendapat
bahwa u dan v haruslah bilangan
bulat, dan karena faktor bilangan
bulat dari 2 hanya 2 dan 1, maka
maka ia menyimpulkan bahwa
dan
yang diikuti dengan
atau
.
Nilai u dan v yang memenuhi adalah
u = 2 dan v = 1.
Selanjutnya dengan
memasukan nilai u dan v didapatkan
nilai x, yaitu x = 4. Jadi, proses
pengeluaran quantitas riil v dari
kuantitas akar bilangan negatif serta
dengan menempatkan quantitas akar
dua dari negatif satu di dalam
formula itu dipandang oleh Bombelli
sebagai β€œwild thought.”
Untuk sampai kepada solusi
riil ini Bombelli berfikir melalui
teritorial bilangan imajiner yang
belum pernah terpetakan
sebelumnya. Sayangnya, trik berpikir
ini tidak berlaku umum untuk semua
persamaan kubik, tetapi hanya dapat
diterapkan untuk kasus-kasus
tertentu saja. Dalam risalah
Aljabarnya, Bombelli menulis,
β€œβ€¦and I too for a long time was of
the same opinion. The whole matter
seemed to rest on sophistry rather
than on truth. Yet I sought so long,
until I actually proved this to be the
case.” Berdasarkan kutipan di atas
terlihat bahwa Bombelli juga
mengira bahwa bilangan imajiner
pada awalnya tidak dipercaya
kebenarannya, tetapi setelah
dibuktikan, ternyata benar bilangan
imajiner merupakan sebuah masalah
yang harus dipecahkan.
9
Pikiran liar Bombelli
merangsang orang dalam beberapa
dekade berikutnya untuk mulai
mempercayai keberadaan bilangan
imajiner, dan sebagian ahli
matematika berupaya agar
keberadaannya menjadi lebih jelas,
lebih dimengerti dan diterima. Salah
satu cara agar keberadaannya
diterima dengan mudah adalah
dengan menyatakannya dalam
bentuk grafik dua dimensi. Dalam
kasus ini, sumbu x adalah untuk
bilangan riil, dan sumbu y untuk
bilangan imajiner.
Ide pertama untuk
menyatakan bilangan kompleks
dalam bentuk geometris bersumber
dari John Wallis pada tahun 1673.
Sayangnya ekspresi geometris awal
terhadap bilangan kompleks
mengarah ke konsekuensi yang tidak
diharapkan, yaitu dinyatakan
pada titik yang sama dengan .
Namun setidaknya representasi
geometris ini memberikan konsepsi
baru terhadap bilangan kompleks
sebagai β€œtitik pada bidang.” Upaya
ini kemudian diteruskan oleh Caspar
Wessel, Abbe Buee dan Jean Robert
Argand.
Pada tahun 1732,
matematikawan berkebangsaan
Swiss, Leonhard Euler mengadopsi
gagasan representasi geometris untuk
solusi persamaan berbentuk
dan menyatakannya
dalam bentuk .
Euler juga adalah orang pertama
yang menggunakan simbol i untuk
. Di sisi lain, dalam risalahnya
Euler menulis, β€œβ€¦for we may assert
that they are neither nothing, not
greater than nothing, nor less than
nothing, which necessarily renders
them imaginary or impossible.”
Jelasnya, setelah ia
memperlakukan bilangan imajiner
secara matematis dan formal, dan
menunjukan bahwa i mempunyai
validitas matematis, pada akhirnya
harus ia katakan bahwa eksistensi i
dalam realitas adalah impossible,
atau paling tidak β€œmental reality”
belum mampu meletakan status
ontologisnya.
Lois Chaucy
10
Dua matematikawan lain yang turut
memberikan sumbangan penting
terhadap pengembangan bilangan
imajiner adalah Augustin-Louis
Cauchy (1789β€”1857) dan Carl
Friedrich Gauss (1777 – 1855).
Cauchy menemukan beberapa
teorema penting dalam bilangan
kompleks, yaitu Teorema Cauchy
yang isinya β€œJika )(zf analitik dan
)(' zf kontinu di dalam dan pada
lintasan tertutup sederhana C , maka
 ο€½
C
dzzf 0)( ”. Sedangkan Gauss
menggunakan bilangan kompleks
sebagai peralatan penting dalam
pembuktian teorema fundamental
dalam aljabar, yaitu terbukti bahwa
melalui bilangan kompleks, terdapat
solusi untuk setiap persamaan
polinomial berderajat n. Dalam paper
yang dikeluarkan tahun 1831, Gauss
menyatakan representasi geometris
untuk bilangan kompleks x + iy
dengan titik (x, y) dalam bidang
kordinat. Ia juga menjelaskan
operasi-operasi aritmetika dengan
bilangan kompleks ini.
Atas dasar usaha Gauss,
bilangan kompleks mulai disadari
Carl Friedrich Gauss
legitimasinya. Sebagian ahli
matematika meyakini keberadaan
bilangan kompleks dan berusaha
memahaminya, sebagian yang lain
tidak, dan sebagian lagi
meragukannya. Pada tahun 1833
William Rowan Hamilton
menyatakan bilangan kompleks
sebagai pasangan bilangan (a,b).
Kendati kelihatannya hanya sebuah
ekspresi lain alih-alih a + ib, dengan
maksud agar lebih mudah ditangani
melalui aritmetika. Usaha ini
memicu Karl Weierstrass, Hermann
Schwarz, Richard Dedekind, Otto
Holder, Henri Poincare, Eduard
Study, dan Sir Frank Macfarlane
Burnet untuk merumuskan teori
11
umum tentang bilangan kompleks.
Atas upaya August MΓΆbius aplikasi
bilangan kompleks ke dalam
geometri menjadi lebih jelas bentuk-
bentuk formula transformasinya.
Pada tahun 1831 Augustus
DeMorgan berkomentar dalam
bukunya, On the Study and
Difficulties of Mathematics,
β€œWe have shown the symbol √(-1) to
be void of meaning, or rather self-
contradictory and absurd.
Nevertheless, by means of such
symbols, a part of algebra is
established which is of great utility.”
Dari sudut pandang ilmu logika,
terdapat kontradiksi semisal identitas
apabila diterapkan terhadap bilangan
kompleks mengarah ke :
Masalahnya adalah (-1)(-1) = 1 dan
.
Tetapi
.
Jadi identitas tidak
berlaku ketika a dan b adalah
bilangan negatif.
Di sisi lain notasi bilangan
imajiner mengarah ke classic fallacy,
sebagai contoh Philip Spencer
memberikan 10 langkah pembuktian
falasi 1=2 berkaitan dengan notasi
bilangan imajiner ini :
12
Komentar :
Kesalahan pada pembuktian
falasi 1=2 oleh Philip Spencer terjadi
pada langkah ke 8. Disana terdapat
persamaan
𝑖
2𝑖
+
3𝑖
2𝑖
itu sebenarnya
sama dengan bentuk persamaan
𝑖2
2
+
3𝑖
2𝑖
=
𝑖3
+ 3𝑖
2𝑖
=
𝑖 (βˆ’1 )+ 3𝑖
2𝑖
=
βˆ’π‘–+3𝑖
2𝑖
=
𝑖 (βˆ’1+ 3)
2𝑖
=
2
2
= 1
Jadi akan terbukti bahwa 1 = 1.
Kebenaran i2 = -1 ternyata
memang benar, hal itu didasarkan
pada contoh berikut ini, yaitu x2 + 1=
0 artinya dia harus punya solusi E
elemen real. Setelah diuraikan
ternyata tidak ada elemen real.
Sehingga perlu mengidentifikasi
bilangan baru dan haruslah
mempunyai solusi yang memiliki
penyelesaian. Satu-satunya jalan
adalah βˆšβˆ’1 tapi ini tidak diakui
bilangan real. Maka dari itu harus
muncul bilangan baru yang lebih luas
dari bilangan real yaitu bilangan
imajiner. Berdasarkan uraian
pernyataan di atas supaya benar
maka haruslah i2 = -1.
Dengan demikian, apabila
dilihat dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa i2 = -1 tidak
dapat dibuktikan karena merupakan
definisi dimana suatu konsep
pangkal yang sudah disepakati
bersama. i2 = -1 adalah sebuah
keharusan yang sah / wajar apabila
dijadikan sebagai konsep pangkal
tanpa menuntut pembuktian. Tidak
ada premis lain yang dapat
membuktikannya, artinya selama
definisi tersebut belum ada yang
mengalahkan atau memper-
masalahkannya dan dapat diterima
oleh orang maka definisi terssebut
benar.
Kesimpulan :
Dilihat dari sejarah penemuan
dan pengembangan bilangan
imajiner, dan juga dari permasalahan
logika di atas, notasi bilangan
imajiner memegang peranan penting
sebagai peralatan matematis dalam
persoalan persamaan polynomial.
Hal ini sebagaimana dikukuhkan
oleh Gauss melalui teorema
13
fundamental aljabar. Tetapi seperti
yang dicatat Euler dan diperlihatkan
oleh deMorgan, ia belum terlihat
sebagi matematika sebagai status
ontologis yang jelas.
Saran :
Bilangan imajiner merupakan
bilangan yang sangat menarik untuk
dikaji lebih dalam, baik itu dari
definisinya maupun dari sejarahnya,
bahkan menjadi perdebatan para
matematikawan jaman dahulu. Oleh
karena itu melalui tulisan ini penulis
mengajak pembaca untuk mengkaji
lebih dalam lagi mengenai bilangan
imajiner.
Daftar Pustaka
Hilmanpas (2010). Bilangan
Imajiner:Sejarah dan
Filosofinya. [Online]. Tersedia:
https://matematiku.wordpress.co
m/2010/01/21/bilangan-
imajiner-sejarah-dan-
filosofinya/ [15 Juni 2015]

More Related Content

What's hot

Turunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksTurunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksRochimatulLaili
Β 
Persamaan Diferensial Orde 2
Persamaan Diferensial Orde 2Persamaan Diferensial Orde 2
Persamaan Diferensial Orde 2Dian Arisona
Β 
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTORBAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTORMustahal SSi
Β 
Relasi Rekurensi
Relasi RekurensiRelasi Rekurensi
Relasi RekurensiHeni Widayani
Β 
Bab 1 operasi bilangan real
Bab 1 operasi bilangan realBab 1 operasi bilangan real
Bab 1 operasi bilangan realEko Supriyadi
Β 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi Nia Matus
Β 
Logika matematika pertemuan 2 (inferensi)
Logika matematika pertemuan 2 (inferensi)Logika matematika pertemuan 2 (inferensi)
Logika matematika pertemuan 2 (inferensi)Meycelino A. T
Β 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Charro NieZz
Β 
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )Kelinci Coklat
Β 
Kelompok iii keterdiferensialan
Kelompok iii   keterdiferensialanKelompok iii   keterdiferensialan
Kelompok iii keterdiferensialanFarizK
Β 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulatAcika Karunila
Β 
Kuliah 3 hitung diferensial
Kuliah 3 hitung diferensialKuliah 3 hitung diferensial
Kuliah 3 hitung diferensialMukhrizal Effendi
Β 
Logika dan Pembuktian
Logika dan PembuktianLogika dan Pembuktian
Logika dan PembuktianFahrul Usman
Β 
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiRangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiNia Matus
Β 
Filsafat matematika
Filsafat matematikaFilsafat matematika
Filsafat matematikaRindra Gunawan
Β 

What's hot (20)

Teori Group
Teori GroupTeori Group
Teori Group
Β 
Turunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksTurunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi Kompleks
Β 
Persamaan Diferensial Orde 2
Persamaan Diferensial Orde 2Persamaan Diferensial Orde 2
Persamaan Diferensial Orde 2
Β 
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTORBAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
Β 
Relasi Rekurensi
Relasi RekurensiRelasi Rekurensi
Relasi Rekurensi
Β 
Bab 1 operasi bilangan real
Bab 1 operasi bilangan realBab 1 operasi bilangan real
Bab 1 operasi bilangan real
Β 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
Β 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi
Β 
Logika matematika pertemuan 2 (inferensi)
Logika matematika pertemuan 2 (inferensi)Logika matematika pertemuan 2 (inferensi)
Logika matematika pertemuan 2 (inferensi)
Β 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2
Β 
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Β 
Kelompok iii keterdiferensialan
Kelompok iii   keterdiferensialanKelompok iii   keterdiferensialan
Kelompok iii keterdiferensialan
Β 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Β 
kekontinuan fungsi
kekontinuan fungsikekontinuan fungsi
kekontinuan fungsi
Β 
8 logika predikat
8  logika predikat8  logika predikat
8 logika predikat
Β 
Kuliah 3 hitung diferensial
Kuliah 3 hitung diferensialKuliah 3 hitung diferensial
Kuliah 3 hitung diferensial
Β 
Logika dan Pembuktian
Logika dan PembuktianLogika dan Pembuktian
Logika dan Pembuktian
Β 
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiRangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
Β 
Pembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematikaPembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematika
Β 
Filsafat matematika
Filsafat matematikaFilsafat matematika
Filsafat matematika
Β 

Viewers also liked

Met num 4-0
Met num 4-0Met num 4-0
Met num 4-0Amri Sandy
Β 
Met num 8
Met num 8Met num 8
Met num 8Amri Sandy
Β 
Met num 5
Met num 5Met num 5
Met num 5Amri Sandy
Β 
Soa uaspdsk2011(januari)
Soa uaspdsk2011(januari)Soa uaspdsk2011(januari)
Soa uaspdsk2011(januari)Amri Sandy
Β 
Met num 3
Met num 3Met num 3
Met num 3Amri Sandy
Β 
ICT FKIP UNSRI_Sahala Martua Ambarita
ICT FKIP UNSRI_Sahala Martua AmbaritaICT FKIP UNSRI_Sahala Martua Ambarita
ICT FKIP UNSRI_Sahala Martua Ambaritasahala ambarita
Β 
B ab 01 metode numerik secara umum
B ab  01 metode numerik secara umumB ab  01 metode numerik secara umum
B ab 01 metode numerik secara umumalamsyah88
Β 
Met num 10
Met num 10Met num 10
Met num 10Amri Sandy
Β 
Ujian akhirpersdiff
Ujian akhirpersdiffUjian akhirpersdiff
Ujian akhirpersdiffAmri Sandy
Β 
Met num 9
Met num 9Met num 9
Met num 9Amri Sandy
Β 
Met num 2
Met num 2Met num 2
Met num 2Amri Sandy
Β 
1 Bilangan Kompleks
1 Bilangan Kompleks1 Bilangan Kompleks
1 Bilangan KompleksSimon Patabang
Β 
Metode numerik [rifqi.ikhwanuddin.com]
Metode numerik [rifqi.ikhwanuddin.com]Metode numerik [rifqi.ikhwanuddin.com]
Metode numerik [rifqi.ikhwanuddin.com]Tri Jayanti
Β 

Viewers also liked (15)

Makalah sejarah bilangan
Makalah sejarah bilanganMakalah sejarah bilangan
Makalah sejarah bilangan
Β 
Met num 4-0
Met num 4-0Met num 4-0
Met num 4-0
Β 
Met num 8
Met num 8Met num 8
Met num 8
Β 
Met num 5
Met num 5Met num 5
Met num 5
Β 
Soa uaspdsk2011(januari)
Soa uaspdsk2011(januari)Soa uaspdsk2011(januari)
Soa uaspdsk2011(januari)
Β 
Met num 3
Met num 3Met num 3
Met num 3
Β 
ICT FKIP UNSRI_Sahala Martua Ambarita
ICT FKIP UNSRI_Sahala Martua AmbaritaICT FKIP UNSRI_Sahala Martua Ambarita
ICT FKIP UNSRI_Sahala Martua Ambarita
Β 
B ab 01 metode numerik secara umum
B ab  01 metode numerik secara umumB ab  01 metode numerik secara umum
B ab 01 metode numerik secara umum
Β 
Met num 10
Met num 10Met num 10
Met num 10
Β 
Ujian akhirpersdiff
Ujian akhirpersdiffUjian akhirpersdiff
Ujian akhirpersdiff
Β 
Met num 9
Met num 9Met num 9
Met num 9
Β 
Sistem bilangan riil
Sistem bilangan riilSistem bilangan riil
Sistem bilangan riil
Β 
Met num 2
Met num 2Met num 2
Met num 2
Β 
1 Bilangan Kompleks
1 Bilangan Kompleks1 Bilangan Kompleks
1 Bilangan Kompleks
Β 
Metode numerik [rifqi.ikhwanuddin.com]
Metode numerik [rifqi.ikhwanuddin.com]Metode numerik [rifqi.ikhwanuddin.com]
Metode numerik [rifqi.ikhwanuddin.com]
Β 

Similar to Sejarah bilangan imajiner

Essay sejarah penemuan bilangan imaginer
Essay sejarah penemuan bilangan imaginerEssay sejarah penemuan bilangan imaginer
Essay sejarah penemuan bilangan imaginermut4676
Β 
Bilangan Imajiner : Sejarah dan Filosofinya
Bilangan Imajiner : Sejarah dan FilosofinyaBilangan Imajiner : Sejarah dan Filosofinya
Bilangan Imajiner : Sejarah dan FilosofinyaNadya T. Novita
Β 
Tokoh-Tokoh Aljabar
Tokoh-Tokoh AljabarTokoh-Tokoh Aljabar
Tokoh-Tokoh Aljabarailisda_nur
Β 
Sejarah Bilangan Prima
Sejarah Bilangan PrimaSejarah Bilangan Prima
Sejarah Bilangan PrimaMutya Pamungkas
Β 
Lisa
LisaLisa
Lisaer nisa
Β 
Lisa
LisaLisa
Lisaer nisa
Β 
Hakikat matematika
Hakikat matematikaHakikat matematika
Hakikat matematikaAuci Pernia
Β 

Similar to Sejarah bilangan imajiner (7)

Essay sejarah penemuan bilangan imaginer
Essay sejarah penemuan bilangan imaginerEssay sejarah penemuan bilangan imaginer
Essay sejarah penemuan bilangan imaginer
Β 
Bilangan Imajiner : Sejarah dan Filosofinya
Bilangan Imajiner : Sejarah dan FilosofinyaBilangan Imajiner : Sejarah dan Filosofinya
Bilangan Imajiner : Sejarah dan Filosofinya
Β 
Tokoh-Tokoh Aljabar
Tokoh-Tokoh AljabarTokoh-Tokoh Aljabar
Tokoh-Tokoh Aljabar
Β 
Sejarah Bilangan Prima
Sejarah Bilangan PrimaSejarah Bilangan Prima
Sejarah Bilangan Prima
Β 
Lisa
LisaLisa
Lisa
Β 
Lisa
LisaLisa
Lisa
Β 
Hakikat matematika
Hakikat matematikaHakikat matematika
Hakikat matematika
Β 

Recently uploaded

MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
Β 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
Β 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
Β 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
Β 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
Β 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
Β 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
Β 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
Β 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
Β 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
Β 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
Β 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
Β 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
Β 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
Β 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
Β 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
Β 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
Β 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
Β 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
Β 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
Β 

Recently uploaded (20)

MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
Β 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Β 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
Β 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
Β 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Β 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
Β 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Β 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
Β 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Β 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Β 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
Β 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Β 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
Β 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
Β 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Β 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
Β 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
Β 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
Β 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Β 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Β 

Sejarah bilangan imajiner

  • 1. Sejarah Bilangan Imajiner Untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Teori Bilangan Dosen Pembimbing Eko Yulianto, M.Pd. Oleh, Samsul Abdul Gani 142151232 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SILIWANGI 2015
  • 2. 2 Sejarah Bilangan Imajiner Dewasa ini bilangan imajiner sudah tidak asing lagi digunakan dalam matematika, khususnya dalam analisis kompleks. Analisis kompleks itu sendiri dapat dipandang sebagai penerapan teori-teori kalkulus terhadap bilangan imajner. Tetapi apa sesungguhnya bilangan imajiner ini? Apakah ia bilangan yang hanya ada dalam imajinasi, yang tidak memiliki kesesuaiannya dengan realitas fisis? Sebagian orang mungkin masih mempertanyakan legitimasi dari bilangan imajiner ini. Keberadaan bilangan imajiner sebagai objek maupun peralatan matematis sangat dirasakan manfaatnya bagi dunia. Dalam dunia rekayasa, bilangan ini sering dipakai dalam mempelajari prilaku aliran fluida di sekitar objek tertentu. Dalam elektromagnetika bilangan imajiner digunakan dalam pemodelan gelombang. Sehingga jika bukan karena penemuan i mungkin kita tidak bisa berkomuniaksi lewat telepon seluler, atau mendengarkan radio. Bilangan imajiner adalah bagian penting dalam mempelajari deret tak hingga (infinite series). Ia juga dipakai dalam model-model matematika untuk mekanika quantum. Bilangan imajiner adalah peralatan vital di dalam kalkulasi ketika membuat pemodelan. Dan akhirnya, setiap persamaan polinomial akan mempunyai solusi apabila bilangan imajiner (atau bilangan kompkes) dilibatkan. Jelasnya, kepentingan-kepentingan praktis maupun teoritis itu dapat memberikan gambaran kenapa bilangan imajiner itu ada atau tercipta. Atas dasar alasan praktis seperti di atas dapat dikatakan pada saat sekarang ini bahwa secara praktis, bilangan imajiner tercipta disebabkan karena bilangan tersebut dibutuhkan, atau karena merupakan peralatan matematika yang dibutuhkan. Untuk lebih memahami pemahaman, penulis memberikan salah satu contoh yang akam mengakibatkan munculnya bilangan imajiner 𝑖2 = βˆ’1. Misalnya jika diketahui persamaan : π‘₯2 + 25 = 0. Bagaimanakah penyelsaiannya?
  • 3. 3 Berawal dari sebuah konsep awal yakni: = π‘Žπ‘₯2 + 𝑏π‘₯ + 𝑐 , maka kita akan merubah bentuk π‘₯2 + 25 = 0 kedalam bentuk 𝑦 = π‘Žπ‘₯2 + 𝑏π‘₯ + 𝑐, yaitu: π‘₯2 + 25 = 0 1π‘₯2 + 0π‘₯1 + 25 = 0 1π‘₯2 + 0π‘₯ + 25 = 𝑦 𝑦 = π‘₯2 + 0π‘₯ + 25, sama dengan persamaan awal yaitu 𝑦 = π‘Žπ‘₯2 + 𝑏π‘₯ + 𝑐. Persamaan π‘₯2 + 25 = 0 sesuai dengan bentuk umum persamaan kuadrat. Artinya dia harus punya solusi / penyelesaian. Dari persamaan π‘₯2 + 25 = 0 kita harus mencari nilai π‘₯, sehingga didapat hasil: ↔ π‘₯2 + 25 = 0 ↔ π‘₯2 = βˆ’25 ↔ π‘₯ = βˆšβˆ’25 , seperti apa yang kita ketahui selama ini, bahwasanya tidak ada suatu bilangan real yang menghasilkan βˆšβˆ’25. Sehingga untuk mendapatkan solusi terhadap persamaan tersebut, kita dapat memulainya dengan suatu anggapan i sebagai akar dua dari negatif satu. Atau dengan kata lain βˆšβˆ’25 = 5𝑖 dapat dipandang sebagai solusi itu sendiri. Namun anggapan ini belumlah menyentuh sisi filosofis penting dibalik munculnya bilangan imajiner. Dengan demikian βˆšβˆ’25 adalah solusi non real yang dikenal dengan bilangan imajiner. Sejarah penemuan bilangan imaginer (imaginary numbers) dimulai pada tahun 1545 ketika seorang matematikawan ber- kebangsaan Italia, Girolamo Cardano, menerbitkan buku yang Girolamo Cardano berjudul Ars Magna, dimana pada buku tersebut Cardano untuk pertama kalinya menyatakan solusi aljabar terhadap persamaan kubik yang berbentuk . Persamaan ini untuk kemudian
  • 4. 4 dikenal sebagai persamaan kubik umum. Solusinya diselesaikan oleh Cardano dengan terlebih dahulu mereformulasi persamaan kubik tersebut ke dalam persamaan kubik lain yang tidak memiliki suku yang variabelnya dikuadratkan, yaitu yang disebut dengan persamaan depressed cubic. Selanjutnya, Cardano menggunakan formula Ferro- Tartaglia, yaitu untuk memecahkan persaamaan depressed cubic. Setelah Cardano mere- formulasi persamaan kubik umum menjadi bentuk depressed cubic equation, masalah selanjutnya adalah bagaimana menyelesaikan persamaan depressed cubic? Untungnya solusi persamaan depressed Cubic telah diketahui oleh teman Cardano yang bernama Niccolo Fontana yang dikenal juga dengan nama Tartaglia (β€œSi Gagap”), karena bicaranya gagap. Dalam suatu kontes, Nicollo Fontana ditantang oleh Fior untuk memecahkan permasalahan persamaan kubik. Namun diluar dugaan, Tartaglia berhasil memecahkannya dengan solusi yang lebih umum dari solusi yang diketahui Fior. Di lain waktu, Cardano membujuk Tartaglia agar memberitahukan temuannya itu, dan Tartaglia pun memberitahukannya dengan syarat agar temuan itu tidak dipublikasikan. Niccolo Fontana Tartaglia Cardano menyetujuinya dan bersumpah tidak akan mempublikasikannya. Namun Cardano melanggar janjinya, ketika pada tahun 1543 ia menemukan paper yang ditulis oleh Ferro untuk topik persamaan kubik. Sejak itu munculah keinginan dalam dirinya itu untuk memformulasikan penanganan yang lebih lengkap terhadap persamaan kubik umum. Lalu kemudian ia menuliskan hasilnya dalam Ars Magna. Maka dengan upaya ini Cardano bisa menangani persamaan
  • 5. 5 kubik umum melalui koneksi persamaan depressed cubic dan solusinya dari Niccolo Fontana yang juga telah ditemukan 30 tahun sebelumnya oleh Scipio del Ferro. Formula rahasia ini kemudian disebut formula Ferro-Tartaglia. Langkah-langkah penanga- nannya adalah sebagai berikut. Untuk menurunkan persamaan kubik yang berbentuk : ………. (1) Cardano memulainya dengan mensubstitusikan terhadap persamaan (1), yang menghasilkan bentuk : ………. (2) Dengan b dan c yang bersesuaian : Persamaan (2) disebut depressed cubic equation. Jadi, apabila nilai x pada persamaan depressed cubic ditemukan maka solusi terhadap persamaan kubik umum juga bisa ditemukan. Untungnya, solusi terhadap persamaan depressed cubic di atas telah didapatkan Cardano dari Tartaglia. Bentuk solusinya adalah seperti ini : ………. (3) Dengan formula Ferro- Tartaglia ini, Cardano mendapatkan solusi terhadap persamaan kubik umum. Pengembangan dari penyelesaian persamaan kubik dengan koneksi persamaan depressed cubic serta formula Ferro-Tartaglia selanjutnya memberi legitimasi bagi posibilitas eksistensi bilangan imajiner. Meskipun problem matematika yang melibatkan akar bilangan negatif sebenarnya sudah disadari sebelumnya, sebagai misal dari persamaan kuadrat yang solusinya . Namun pada masa Cardano konsep bilangan negatif masih diperlakukan dengan penuh curiga mengingat pada saat itu masih sulit untuk menemukan kesesuaiannya dengan realitas fisis.
  • 6. 6 Sehingga munculnya akar dua dari bilangan negatif menambah keasingan bagi bilangan itu sendiri. Cardano sendiri mengatakan proses matematika dengan melibatkan β€œmental tortures,” dan ia pun menyimpulkan, β€œas subtle as it would be useless.” Rene Descartes Berikutnya, pada tahun 1637, Rene Descartes membuat bentuk standar untuk bilangan kompleks yaitu a+bi. Akan tetapi ia tidak menyukai bilangan ini. Ia mengasumsikan bahwa jika bilangan ini ada, maka ia pasti bisa dipecahkan. Namun karena ia tidak menemukan pemecahannya, maka ia tidak begitu berminat terhadap pengembangan bilangan ini. Isaac Newton sepakat dengan Descartes. Namun Leibniz memberikan komentar terhadap bilangan imajiner ini : β€œan elegant and wonderful resource of the divine intellect, an unnatural birth in the realm of thought, almost an amphibium between being and non-being.” Rafael Bombelli Pada tahun 1572 Rafael Bombelli kembali menyadari arti penting bilangan imajiner. Dalam buku risalah Aljabarnya, Bombelli menunjukkan perlunya bilangan imajiner dilibatkan sebagai suatu peralatan matematis yang berguna. Bombelli memberikan langkah baru bagi pengembangan bilangan baru ini yang oleh Cardano dianggap β€œas refined as it is useless.” Bombelli beranggapan bahwa formula Ferro- Tartaglia dapat direformulasi ke dalam bentuk yang melibatkan kuantitas bilangan imajiner, namun
  • 7. 7 dengan jalan berpikir yang disebutnya β€œwild thought.” Yang ia maksud β€œwild thought” ialah, apabila persamaan depressed cubic (2) memiliki solusi riil, maka dua bagian x pada persamaan Ferro-Tartaglia (3) bisa diekspresikan dalam bentuk dan , dimana u dan v adalah bilangan riil. John H. Mathews Lalu apa relevansi β€œwild thought” ini terhadap matematika? John H. Mathews dan Russell W. Howell memberikan ilustrasi langkah berpikir Bombelli melalui contoh berikut ini. Sebagai contoh, persamaan depressed cubic yang mempunyai b = -15 dan c = -4. Dengan menerapkan formula Ferro- Tartaglia, didapatkan atau dalam ekspresi lain . Dengan melewatkannya melalui β€œwild thought” Bombelli menunjuk- kan bahwa dan . Yang apabila kedua ruas dipangkatkan tiga menghasilkan dan . Kemudian, dengan menerapkan identitas aljabar : untuk dan . Hasilnya :
  • 8. 8 Hal yang sama juga dilakukan untuk bagian x lainnya yaitu . Pada persamaan di atas tampak pikiran Bombelli bahwa dan . Bombelli kembali berpendapat bahwa u dan v haruslah bilangan bulat, dan karena faktor bilangan bulat dari 2 hanya 2 dan 1, maka maka ia menyimpulkan bahwa dan yang diikuti dengan atau . Nilai u dan v yang memenuhi adalah u = 2 dan v = 1. Selanjutnya dengan memasukan nilai u dan v didapatkan nilai x, yaitu x = 4. Jadi, proses pengeluaran quantitas riil v dari kuantitas akar bilangan negatif serta dengan menempatkan quantitas akar dua dari negatif satu di dalam formula itu dipandang oleh Bombelli sebagai β€œwild thought.” Untuk sampai kepada solusi riil ini Bombelli berfikir melalui teritorial bilangan imajiner yang belum pernah terpetakan sebelumnya. Sayangnya, trik berpikir ini tidak berlaku umum untuk semua persamaan kubik, tetapi hanya dapat diterapkan untuk kasus-kasus tertentu saja. Dalam risalah Aljabarnya, Bombelli menulis, β€œβ€¦and I too for a long time was of the same opinion. The whole matter seemed to rest on sophistry rather than on truth. Yet I sought so long, until I actually proved this to be the case.” Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa Bombelli juga mengira bahwa bilangan imajiner pada awalnya tidak dipercaya kebenarannya, tetapi setelah dibuktikan, ternyata benar bilangan imajiner merupakan sebuah masalah yang harus dipecahkan.
  • 9. 9 Pikiran liar Bombelli merangsang orang dalam beberapa dekade berikutnya untuk mulai mempercayai keberadaan bilangan imajiner, dan sebagian ahli matematika berupaya agar keberadaannya menjadi lebih jelas, lebih dimengerti dan diterima. Salah satu cara agar keberadaannya diterima dengan mudah adalah dengan menyatakannya dalam bentuk grafik dua dimensi. Dalam kasus ini, sumbu x adalah untuk bilangan riil, dan sumbu y untuk bilangan imajiner. Ide pertama untuk menyatakan bilangan kompleks dalam bentuk geometris bersumber dari John Wallis pada tahun 1673. Sayangnya ekspresi geometris awal terhadap bilangan kompleks mengarah ke konsekuensi yang tidak diharapkan, yaitu dinyatakan pada titik yang sama dengan . Namun setidaknya representasi geometris ini memberikan konsepsi baru terhadap bilangan kompleks sebagai β€œtitik pada bidang.” Upaya ini kemudian diteruskan oleh Caspar Wessel, Abbe Buee dan Jean Robert Argand. Pada tahun 1732, matematikawan berkebangsaan Swiss, Leonhard Euler mengadopsi gagasan representasi geometris untuk solusi persamaan berbentuk dan menyatakannya dalam bentuk . Euler juga adalah orang pertama yang menggunakan simbol i untuk . Di sisi lain, dalam risalahnya Euler menulis, β€œβ€¦for we may assert that they are neither nothing, not greater than nothing, nor less than nothing, which necessarily renders them imaginary or impossible.” Jelasnya, setelah ia memperlakukan bilangan imajiner secara matematis dan formal, dan menunjukan bahwa i mempunyai validitas matematis, pada akhirnya harus ia katakan bahwa eksistensi i dalam realitas adalah impossible, atau paling tidak β€œmental reality” belum mampu meletakan status ontologisnya. Lois Chaucy
  • 10. 10 Dua matematikawan lain yang turut memberikan sumbangan penting terhadap pengembangan bilangan imajiner adalah Augustin-Louis Cauchy (1789β€”1857) dan Carl Friedrich Gauss (1777 – 1855). Cauchy menemukan beberapa teorema penting dalam bilangan kompleks, yaitu Teorema Cauchy yang isinya β€œJika )(zf analitik dan )(' zf kontinu di dalam dan pada lintasan tertutup sederhana C , maka  ο€½ C dzzf 0)( ”. Sedangkan Gauss menggunakan bilangan kompleks sebagai peralatan penting dalam pembuktian teorema fundamental dalam aljabar, yaitu terbukti bahwa melalui bilangan kompleks, terdapat solusi untuk setiap persamaan polinomial berderajat n. Dalam paper yang dikeluarkan tahun 1831, Gauss menyatakan representasi geometris untuk bilangan kompleks x + iy dengan titik (x, y) dalam bidang kordinat. Ia juga menjelaskan operasi-operasi aritmetika dengan bilangan kompleks ini. Atas dasar usaha Gauss, bilangan kompleks mulai disadari Carl Friedrich Gauss legitimasinya. Sebagian ahli matematika meyakini keberadaan bilangan kompleks dan berusaha memahaminya, sebagian yang lain tidak, dan sebagian lagi meragukannya. Pada tahun 1833 William Rowan Hamilton menyatakan bilangan kompleks sebagai pasangan bilangan (a,b). Kendati kelihatannya hanya sebuah ekspresi lain alih-alih a + ib, dengan maksud agar lebih mudah ditangani melalui aritmetika. Usaha ini memicu Karl Weierstrass, Hermann Schwarz, Richard Dedekind, Otto Holder, Henri Poincare, Eduard Study, dan Sir Frank Macfarlane Burnet untuk merumuskan teori
  • 11. 11 umum tentang bilangan kompleks. Atas upaya August MΓΆbius aplikasi bilangan kompleks ke dalam geometri menjadi lebih jelas bentuk- bentuk formula transformasinya. Pada tahun 1831 Augustus DeMorgan berkomentar dalam bukunya, On the Study and Difficulties of Mathematics, β€œWe have shown the symbol √(-1) to be void of meaning, or rather self- contradictory and absurd. Nevertheless, by means of such symbols, a part of algebra is established which is of great utility.” Dari sudut pandang ilmu logika, terdapat kontradiksi semisal identitas apabila diterapkan terhadap bilangan kompleks mengarah ke : Masalahnya adalah (-1)(-1) = 1 dan . Tetapi . Jadi identitas tidak berlaku ketika a dan b adalah bilangan negatif. Di sisi lain notasi bilangan imajiner mengarah ke classic fallacy, sebagai contoh Philip Spencer memberikan 10 langkah pembuktian falasi 1=2 berkaitan dengan notasi bilangan imajiner ini :
  • 12. 12 Komentar : Kesalahan pada pembuktian falasi 1=2 oleh Philip Spencer terjadi pada langkah ke 8. Disana terdapat persamaan 𝑖 2𝑖 + 3𝑖 2𝑖 itu sebenarnya sama dengan bentuk persamaan 𝑖2 2 + 3𝑖 2𝑖 = 𝑖3 + 3𝑖 2𝑖 = 𝑖 (βˆ’1 )+ 3𝑖 2𝑖 = βˆ’π‘–+3𝑖 2𝑖 = 𝑖 (βˆ’1+ 3) 2𝑖 = 2 2 = 1 Jadi akan terbukti bahwa 1 = 1. Kebenaran i2 = -1 ternyata memang benar, hal itu didasarkan pada contoh berikut ini, yaitu x2 + 1= 0 artinya dia harus punya solusi E elemen real. Setelah diuraikan ternyata tidak ada elemen real. Sehingga perlu mengidentifikasi bilangan baru dan haruslah mempunyai solusi yang memiliki penyelesaian. Satu-satunya jalan adalah βˆšβˆ’1 tapi ini tidak diakui bilangan real. Maka dari itu harus muncul bilangan baru yang lebih luas dari bilangan real yaitu bilangan imajiner. Berdasarkan uraian pernyataan di atas supaya benar maka haruslah i2 = -1. Dengan demikian, apabila dilihat dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa i2 = -1 tidak dapat dibuktikan karena merupakan definisi dimana suatu konsep pangkal yang sudah disepakati bersama. i2 = -1 adalah sebuah keharusan yang sah / wajar apabila dijadikan sebagai konsep pangkal tanpa menuntut pembuktian. Tidak ada premis lain yang dapat membuktikannya, artinya selama definisi tersebut belum ada yang mengalahkan atau memper- masalahkannya dan dapat diterima oleh orang maka definisi terssebut benar. Kesimpulan : Dilihat dari sejarah penemuan dan pengembangan bilangan imajiner, dan juga dari permasalahan logika di atas, notasi bilangan imajiner memegang peranan penting sebagai peralatan matematis dalam persoalan persamaan polynomial. Hal ini sebagaimana dikukuhkan oleh Gauss melalui teorema
  • 13. 13 fundamental aljabar. Tetapi seperti yang dicatat Euler dan diperlihatkan oleh deMorgan, ia belum terlihat sebagi matematika sebagai status ontologis yang jelas. Saran : Bilangan imajiner merupakan bilangan yang sangat menarik untuk dikaji lebih dalam, baik itu dari definisinya maupun dari sejarahnya, bahkan menjadi perdebatan para matematikawan jaman dahulu. Oleh karena itu melalui tulisan ini penulis mengajak pembaca untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai bilangan imajiner. Daftar Pustaka Hilmanpas (2010). Bilangan Imajiner:Sejarah dan Filosofinya. [Online]. Tersedia: https://matematiku.wordpress.co m/2010/01/21/bilangan- imajiner-sejarah-dan- filosofinya/ [15 Juni 2015]