Rencana strategis Koalisi Nasional Masyarakat Sipil untuk Transparansi dan Akuntabilitas Sumberdaya Ekstraktif 2012-2015 bertujuan untuk merumuskan prioritas strategis dan rencana kerja koalisi untuk dua sampai tiga tahun ke depan guna mendorong transparansi dan akuntabilitas industri ekstraktif secara terarah, terfokus, terencana dan terkoordinasi. Dokumen ini menjabarkan visi, misi dan tujuan koalisi berdasarkan stat
1. Koalisi
Nasional
Masyarakat
Sipil
untuk
Transparansi
dan
Akuntabilitas
Sumberdaya
Ekstraktif
RENCANA
STRATEGIS
2012
-‐
2015
I.
PENDAHULUAN
Koalisi
Nasional
Publish
What
You
Pay
Indonesia
(PWYP-‐Indonesia)
dibentuk
pada
bulan
November
tahun
2007.
PWYP-‐Indonesia
didedikasikan
untuk
mendorong
transparansi
dan
akuntabilitas
tatakelola
sumberdaya
ekstraktif
di
Indonesia.
PWYP-‐
Indonesia
menggabungkan
diri
dalam
jaringan
Publish
What
You
Pay
global
yang
saat
ini
bersekretariat
di
London.
Saat
ini,
PWYP-‐Indonesia
memiliki
38
anggota,
sekretariat,
koordinator
nasional
yang
dipilih
langsung
oleh
anggota
dan
diawasi
oleh
Badan
Pengarah
yang
terdiri
dari
7
(tujuh)
orang
perwakilan
organisasi
anggota,
dan
aturan
main
yang
tertuang
dalam
Statuta
dan
Standard
Operating
Procedures
(SOP)
bidang
keuangan
dan
keorganisasian.
Pemegang
kekuasaan
tertinggi
dalam
koalisi
ini
adalah
Rapat
Umum
Anggota
(RUA),
yang
diselenggarakan
secara
reguler
setiap
3
(tiga)
tahun
sekali.
Anggota
PWYP
Indonesia
tersebar
di
seluruh
Indonesia,
terutama
di
daerah-‐daerah
kaya
sumber
daya
ekstraktif
di
Indonesia.
Selama
5
tahun
sejak
didirikan,
PWYP-‐Indonesia
telah
memainkan
peran
penting
dalam
mendorong
diadopsinya
inisiatif
transparansi
industri
ekstraktif
(EITI)
dalam
agenda
politik
pemerintahan
di
Indonesia.
Sebagaimana
diketahui
EITI
membuka
semacam
bentangan
politik
yang
menyediakan
kesempatan
baru
bagi
keterlibatan
masyarakat
sipil
dalam
mendorong
peningkatan
transparansi
industri
ekstraktif.
Koalisi
PWYP
Indonesia
telah
memfasilitasi
proses
pemilihan
3(tiga)
orang
wakil
masyarakat
sipil
dalam
Tim
Pelaksana
yang
merupakan
tim
multipihak
(terdiri
atas
pemerintah,
perusahaan
dan
masyarakat
sipil)
sebagai
bagian
dari
Tim
Transparansi
yang
dibentuk
melalui
Peraturan
Presiden
(Perpres)
Nomor
26
Tahun
2010.
Secara
kelembagaan,
meskipun
masih
diperlukan
penyempurnaan
di
sana-‐sini,
pranata
koalisi
telah
terbentuk
dengan
baik,
koordinasi
cukup
berjalan
serta
komunikasi
dan
pengambilan
keputusan
yang
inklusif
di
dalam
jaringan
telah
terlembagakan.
Kampanye
dan
advokasi
telah
berjalan,
termasuk
menyentuh
isu-‐isu
di
luar
EITI,
baik
di
level
nasional
maupun
subnasional.
Kegiatan
yang
telah
dilakukan-‐baik
oleh
sekretariat
nasional
maupun
oleh
organisasi
anggota-‐meliputi
beberapa
isu
di
sepanjang
rantai
2. nilai
(value
chain)
sumberdaya
ekstraktif
seperti
:
transparansi
kontrak,
desentralisasi
kontrak/perijinan,
transparansi
informasi
produksi
dan
penerimaan
negara,
investigasi
korupsi
pertambangan,
akuntabillitas
sosial
kegiatan
ekstraktif,
perencanaan
pembangunan
berkelanjutan,
peningkatan
kualitas
pelayanan
publik
dasar,
pengentasan
kemiskinan
di
daerah
kaya
sumberdaya
ekstraktif,
petroluem
fund,
serta
transparansi
CSR
dan
dampak
lingkungan
dari
kegiatan
ekstraktif.
Dalam
perspektif
inilah,
dipandang
perlu,
dan
bahkan
merupakan
suatu
keharusan,
untuk
meninjau
dan
menakar
kembali
prioritas-‐prioritas
strategis
dan
rencana-‐rencana
kerja
koalisi
pada
dua
hingga
tiga
tahun
mendatang.
Hal
ini
terutama
juga
untuk
menemukan
keselarasan
dengan
rencana
kerja
lembaga-‐lembaga
anggota,
sehingga
diharapkan
dampak
yang
dihasilkan
dari
kerja-‐kerja
koalisi
ini
akan
teragregasi
dalam
mendorong
pencapaian
visi,
misi
dan
tujuan
koalisi.
Dalam
kerangka
ini,
koalisi
PWYP
Indonesia
telah
melakukan
serangkaian
kegiatan
penyusunan
rencana
strategis
koalisi
untuk
merumuskan
pandangan
yang
terarah,
terfokus,
terencana
dan
terkoordinasi
dengan
baik,
demi
efektiZitas
advokasi
dan
kampanye
koalisi
di
masa
mendatang.
Beberapa
forum
pembahasan
rencana
strategis
di
antaranya
dilakukan
pada
tanggal
4-‐5
Agustus
2010,
bertempat
di
Yogyakarta.
Dan
terakhir,
pembahasan
Rencana
Strategis
koalisi
juga
dilakukan
di
dalam
Rapat
Umum
Anggota
(RUA),
pada
23-‐25
Mei
2012
lalu.
II.
Visi,
Misi
dan
Tujuan
PWYP
Indonesia
Visi,
Misi,
Tujuan
dan
Kegiatan
PWYP-‐Indonesia
telah
tertuang
dalam
Statuta
Koalisi,
yakni
sepanjang
Pasal
6
hingga
Pasal
8.
Sebagaimana
tertuang
dalam
Statuta,
visi
PWYP-‐
Indonesia
dirumusakan
sebagai
berikut
(Pasal
6):
“PWYP-‐Indonesia
bervisi
terwujudnya
tatakelola
sumberdaya
ekstraktif
di
Indonesia
yang
transparan,
akuntabel
dan
berpihak
pada
kepentingan
nasional
sehingga
menjadi
modal
bagi
kesejahteraan
dan
keadilan
sosial”.
Adapun
misi
yang
diemban
PWYP-‐Indonesia
adalah
(Pasal
7)
(1) Mengembangkan
kampanye
nasional
dan
lokal
untuk
akuntabilitas
dan
transparansi
tatakelola
industri
minyak,
gas
dan
pertambangan.
(2) Melakukan
penguatan
kelompok-‐kelompok
masyarakat
sipil
di
tingkat
lokal
dan
nasional
untuk
mendorong
akuntabilitas
dan
transparansi
tatakelola
industri
minyak,
gas
dan
pertambangan.
Rencana Strategis : 2012-2015
2
3. (3) Mengawal
proses
pembentukan
dan
pelaksanaan
peraturan
perundangan
yang
terkait
dengan
transparansi
dan
akuntabilitas
industri
ektraktif.
Sedangkan
Tujuan
dari
koalisi
Publish
What
You
Pay
Indonesia
sebagaimana
tertuang
di
dalam
statuta
(Pasal
8)
adalah
:
(1) Memajukan
tatakelola
sumberdaya
ekstraktif
(minyak
bumi,
gas
dan
pertambangan)
yang
akuntabel
dan
transparan
di
Indonesia
dan
global.
(2) Untuk
tujuan
pertama
yang
tersebut
dalam
ayat
(1)
PWYP-‐Indonesia
didirikan
untuk
mengaggregasikan
kepentingan
publik
dari
sudut
pandang
organisasi
masyarakat
sipil
(3) Demi
mencapai
kedua
tujuan
tersebut
pembentukan
PWYP-‐Indonesia
ditujukan
untuk
memperkuat
kemampuan
masyarakat
sipil
Indonesia
untuk
berperan
aktif
secara
berkesinambungan.
III.
Orientasi
Strategis
PWYP-‐Indonesia
Berdasarkan
paparan
di
atas,
untuk
dua
hingga
tiga
tahun
ke
depan,
PWYP-‐Indonesia
akan
memfokuskan
diri
untuk
mewujudkan
tata
kelola
sumberdaya
ekstraktif
di
Indonesia
yang
transparan,
akuntabel
dan
berpihak
pada
kepentingan
nasional
sehingga
menjadi
modal
bagi
kesejahteraan
dan
keadilan
sosial,
dengan
memanfaatkan
peluang
yang
tersedia
dan
potensi
yang
dimiliki
koalisi.
Orientasi
strategis
koalisi
akan
diarahkan
pada:
1. Mendorong
transparansi
dan
akuntabilitas
di
sepanjang
rantai
nilai
sumberdaya
ekstraktif
:
fase
sebelum
kontrak,
proses
kontrak/perijinan,
proses
eksplorasi
dan
eksploitasi,
proses
menghasilkan
penerimaan
negara,
pengelolaan
penerimaan
ekstraktif
untuk
pembangunan
berkelanjutan.
2. Mengawal
implementasi
Peraturan
Presiden
Nomor
26
Tahun
2010
tentang
Transparansi
Pendapatan
Negara
dan
Pendapatan
Daerah
Yang
Diterima
Dari
Industri
Ekstraktif
agar
sesuai
dengan
prinsip-‐prinsip
dan
aturan-‐aturan
Extractive
Industry
Transparency
Initiative
(EITI).
3. Mengadvokasi
proses
perumusan
dan
implementasi
kebijakan/regulasi
sektor
sumberdaya
ekstraktif.
Baik
berupa
Undang-‐Undang,
peraturan
pemerintah
maupun
peraturan
dan
kebijakan
turunannya.
4. Memperkuat
fungsi
dan
peran
koalisi
sebagai
agen
advokasi
dan
pembelajaran
yang
efektif
melalui:
3
4. a. Penguatan
proZiling
dan
peran
koalisi
dalam
advokasi
isu-‐isu
transparansi,
akuntabilitas
dan
good
governance
dalam
melakukan
perbaikan
tata
kelola
sumberdaya
ekstraktif
secara
umum.
b. Memperkuat
tatakelola
koalisi,
termasuk
memperluas
keanggotaan
dan
jaringan
koalisi.
Dengan
orientasi
strategis
di
atas,
maka
tujuan
strategis
PWYP-‐Indonesia
dalam
dua
hingga
tiga
tahun
ke
depan
adalah
sebagai
berikut:
Tujuan
Strategis
#
1:
PWYP-‐Indonesia
melakukan
pengkajian,
advokasi,
kampanye
dan
pendidikan
publik
untuk
mendorong
transparansi
dan
akuntabilitas
disepanjang
rantai
nilai
sumberdaya
ekstraktif
:
fase
pra-‐kontrak,
fase
kontrak/perijinan,
fase
eksplorasi
dan
eksploitasi,
fase
menghasilkan
penerimaan
negara,
pengelolaan
penerimaan
sektor
ekstraktif
untuk
berkelanjutan
(pelayanan
dasar
yang
berkualitas,
pengentasan
kemiskinan,
pengembangan
ekonomi
lokal
dan
perencanaan
pembangunan
berkelanjutan)
dan
sektor
ekstraktif,
Hasil
yang
diinginkan:
Hasil
yang
diharapkan
dari
upaya
pengkajian,
advokasi,
kampanye
dan
pendidikan
publik
yang
dilakukan
PWYP-‐Indonesia
adalah:
a) Diakuinya
prinsip
consent
masyarakat
dalam
penentuan
wilayah
konsesi
pertambangan,
wilayah
kerja
migas
dan
wilayah
kepengusahaan
sumberdaya
ekstraktif
lainnya.
b) Adanya
transparansi
kontrak/perijinan
di
sektor
sumberdaya
ekstraktif
yang
menghargai
hak-‐hak
masyarakat
terhadap
tanah
dan
perencaan
pembangunan
dan
tata
ruang
wilayah.
c) Adanya
pemberian
kontrak
atau
ijin
melalui
proses
tender
(auction)
yang
kredibel
dan
adanya
tata
kelola
perijinan/kontrak
yang
transparan
dan
akuntabel.
d) Adanya
standar
lingkungan
dan
sosial
yang
transparan
dan
ditegakkan
dalam
kegiatan
eksplorasi
dan
eksploitasi
sumberdaya
mineral,
batubara,
migas
dan
sumberdaya
ekstraktif
lainnya.
Termasuk
diadopsinya
standar
global
dalam
akuntabilitas
lingkungan
dan
sosial
di
sektor
sumberdaya
ekstraktif.
e) Diterapkannya
kebijakan
participating
interest
dan
divestasi
saham
pengusahaan
pertambangan
yang
konsisten,
transparan,
akuntabel,
dan
berpihak
pada
kepentingan
publik.
f) Adanya
transparansi
dan
akuntabilitas
aliran
dana
dan
penerimaan
sektor
sumberdaya
ekstraktif,
termasuk
dana
rehabilitasi
dan
paska
tambang.
g) Adanya
transparansi
dan
akuntabilitas
pengelolaan
penerimaan
sumberdaya
ekstraktif
untuk
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat.
Alokasi
penerimaan
Rencana Strategis : 2012-2015
4
5. untuk
pembangunan
yang
peningkatan
kualitas
pelayanan
publik,
pengentasan
kemiskinan,
pengembangan
ekonomi
lokal
dan
pembangunan
berkelanjutan
yang
memperhatikan
keseimbangan
ekologis.
h) Transparansi
dan
akuntabilitas
pengelolaan
penerimaan
sumberdaya
ekstraktif
untuk
kebutuhan
generasi
mendatang.
i) Adanya
penguatan
kapasitas
stakeholder
di
level
subnasional
(lokal)
dalam
melaksanakan
reformasi
tata
kelola
sumberdaya
ekstraktif
yang
adil,
transparan,
akuntabel
dan
berkelanjutan.
Tujuan
Strategis
#2:
PWYP-‐Indonesia
melakukan
kerja-‐kerja
pengkajian,
monitoring,
kampanye,
pendidikan
dan
advokasi
bagi
implementasi
Peraturan
Presiden
Nomor
26
Tahun
2010
tentang
Transparansi
Pendapatan
Negara
dan
Pendapatan
Daerah
Yang
Diterima
Dari
Industri
Ekstraktif
Hasil
yang
diinginkan
adalah:
Hasil
yang
diharapkan
dari
upaya
pengkajian,
monitoring,
kampanye,
pendidikan
dan
advokasi
bagi
implementasi
Peraturan
Presiden
Nomor
26
Tahun
2010
tentang
Transparansi
Pendapatan
Negara
dan
Pendapatan
Daerah
Yang
Diterima
Dari
Industri
Ekstraktif
adalah:
a) Implementasi
PerPres
26/2010
sejalan
dengan
prinsip-‐prinsip
dan
aturan-‐aturan
EITI
b) Perwakilan
organisasi
masyarakat
sipil
dalam
Tim
Transparansi
menjadi
driving
force
implementasi
PerPres
26/2010
dan
kesesuaiannya
dengan
EITI.
c) Indonesia
lulus
validasi
setelah
dua
setengah
tahun
periode/putara
pelaporan.
Status
compliance
country
didapatkan
pada
tahun
2013.
d) Pemerintah
pusat
dan
daerah
serta
perusahaan
patuh
atau
bersedia
melakukan
pelaporan
dengan
derajat
keterbukaan
yang
tinggi
sehingga
melahirkan
kedalaman
data
yang
substansial.
e) Masyarakat
sipil
menjadi
pendukung
dan
driving
force
bagi
kebutuhan
publik
terhadap
hasil-‐hasil
pelaporan
yang
dihasilkan
dari
mekanisme
EITI/PerPres
26/2010.
f) Media
memberikan
porsi
liputan
yang
substansial
pada
proses
EITI.
g) Masyarakat
umum
atau
awam
mengerti
aliran
pendapatan
dan
mekanisme
EITI/PerPres
26/2010.
h) Masyarakat
sipil
dapat
menggunakan
dan
mengapresiasi
laporan
EITI
untuk
kebutuhan
advokasi
dalam
mendorong
transparansi
dan
akuntabilitas
penerimaan
di
sektor
sumberdaya
ekstraktif
Asumsi
utamanya
adalah
:
Pemerintah
(pusat)
berkomitmen
mengimplementasikan
EITI,
menghormati
rules
and
principles
EITI,
dan
anggota
PWYP-‐Indonesia
terkonsolidasi
5
6. Tujuan
Strategis
#3:
PWYP-‐Indonesia
melakukan
advokasi,
kampanye
dan
pendidikan
publik
untuk
mengintervensi
proses
perumusan/perubahan
dan
implementasi
kebijakan/regulasi
di
sektor
ekstraktif
(UU
Migas,
UU
Minerba,
UU
Perimbangan
Keuangan,
maupun
peraturan
terkait
lainnya
beserta
kebijakan
turunannnya)
Hasil
yang
diinginkan:
Hasil
yang
diharapkan
dari
upaya
pengkajian,
monitoring,
kampanye,
dan
pendidikan
publik
untuk
mengintervensi
proses
perumusan/
perubahan
dan
implementasi
kebijakan/regulasi
di
sektor
ekstraktif
adalah
:
a) Prinsip-‐prinsip
transparansi
dan
akuntabilitas
dalam
tatakelola
pengusahaan
penambangan
migas
nasional
diadopsi
dalam
undang-‐
undang
hasil
revisi
b) Otoritas
pengelola
pengusahaan
penambangan
migas
nasional
yang
diatur
dalam
undang-‐undang
hasil
revisi
transparan
dan
akuntabel.
c) Standar
dan
kepatuhan
pada
standar
sosial
dan
lingkungan
ditegakkan
dalam
peraturan/kebijakan
pengusahaan
sumberdaya
ekstraktif
d) Sistem
Ziskal
yang
diberlakukan
dalam
kebijakan/peraturan
perundangan
menjamin
kepentingan
maksimum
bagi
negara
tanpa
harus
menghilangkan
dayatarik
komersial
industri
migas
bagi
sektor
privat.
e) Kepentingan
pemerintah
daerah
dan
masyararakat
setempat
diakui
dan
dihormati
dalam
revisi/implementasi
regulasi
sektor
ekstraktif.
f) Adanya
kebijakan
nasional
di
bidang
minyak
dan
gas
bumi
Asumsi
utamanya
adalah:
Pemerintah
dan
DPR
membahas
RUU
Migas,
Pemerintah
mengeluarkan
kebijakan/regulasi
turunan
di
sektor
sumberdaya
ekstraktif,
anggota
PWYP-‐Indonesia
terkonsolidasi
Tujuan
Strategis
#4:
PWYP-‐Indonesia
melakukan
penguatan
fungsi
dan
peran
PWYP-‐Indonesia
sebagai
agen
advokasi
dan
pembelajaran
yang
efektif.
Hasil
yang
diinginkan:
Hasil
yang
diharapkan
dari
upaya
pengkajian,
monitoring,
kampanye,
dan
pendidikan
publik
untuk
mengintervensi
proses
perumusan/
perubahan
Hasil
yang
diharapkan
dari
upaya-‐upaya
penguatan
fungsi
dan
peran
koalisi
adalah:
a) ProZil
koalisi
di
media,
pengambil
kebijakan
dan
publik
secara
umum
sebagai
agen
advokasi
bagi
tgransparansi
dan
akuntabilitas
industri
ekstraktif
kuat.
b) Koalisi
mampu
memfasilitasi
upaya
penguatan
kapasitas
anggota
pada
isu-‐isu
yang
terkait
dengan
sumberdaya
ekstraktif.
Rencana Strategis : 2012-2015
6
7. c) Koalisi
memiliki
dan/atau
sanggup
mengakses
sumber-‐sumber
pem-‐
biayaan
yang
memadai
dan
berkelanjutan,
termasuk
pembiayaan
bagi
Anggota
yang
membutuhkan.
d) Koalisi
mampu
mengembangkan
isu
secara
berkesinambungan.
e) Mekanisme
check
and
balance
koalisi
berjalan
lancar
dan
sehat
f) Adanya
strategi
dan
protokol
komunikasi
yang
efektif
dan
terukur
g) Standard
Operating
Procedures
(SOP)
keuangan
dan
keorganisasian
dipertajam
dan
diimplementasikan
secara
seksama.
h) Status
hukum
koalisi
yang
kuat
untuk
mendukung
advokasi
dan
penguatan
layanan
koalisi
bagi
Anggota
i) Mampu
berjejaring
baik
di
tingkat
lokal,
nasional,
regional
dan
internasional.
j) Melakukan
outreach
dan
perluasan
jaringan
ke
isu-‐isu
sumberdaya
yang
lebih
luas
k) Adanya
sekretariat
yang
modest
dari
segi
ukuran
(Zisik
dan
personil)
untuk
menopang
pencapai
tujuan
strategis
koalisi.
####
-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐
SELESAI
-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐
_________________________________________________
PWYP-‐Indonesia
adalah
sebuah
koalisi
Nasional
Masyarakat
Sipil
untuk
Transparansi
dan
Akuntabilitas
Sumberdaya
Ekstraktif.
Beranggotakan
38
Organisasi
Masyarakat
Sipil
(OMS)
yang
tersebar
di
seluruh
wilayah
Indonesia,
terdiri
atas:
Transparansi
International
Indonesia-‐TII,
Pusat
Telaah
dan
Informasi
Regional-‐PATTIRO,
Institute
for
Essential
Services
Reform-‐IESR,
Indonesia
Corruption
Watch-‐ICW,
Indonesia
Parliamentary
Center-‐IPC,
Indonesia
Center
for
Environmental
Law-‐ICEL,
Phi
Institute-‐PI,
Seknas
Forum
Indonesia
untuk
Transparansi
Anggaran-‐FITRA,
Masyarakat
Transparansi
Aceh-‐MATA,
Gerakan
Antikorupsi
Aceh-‐GERAK,
GERAK
Aceh
Besar,
AKAR
Bengkulu,
FItra
Riau,
Lembaga
Pemberdayaan
dan
Aksi
Demokrasi-‐LPAD
Riau,
Forum
Komunikasi
Pemuka
Masyarakat
Riau-‐FKPMR,
WALHI
Riau,
Yayasan
Puspa
Indonesia-‐PUSPA
Palembang,
Pusat
Studi
Kebijakan
Sumatra
Selatan-‐PASKASS,
Pattiro
Serang
Banten,
Institute
for
Ecological
Study-‐INFEST
Garut,
Institute
for
Development
and
Economic
Analysis-‐IDEA
D.I
Yogyakarta,
Lembaga
Penelitian
dan
Aplikasi
Wacana-‐LPAW
Blora,
Bojonegoro
Institute,
Fitra
Jawa
Timur,
Public
Crisis
Center-‐PCC
Tuban,
Gresik
Institute,
Gerakan
Rakyat
Peduli
Sampang-‐
GPRS,
Pokja-‐30
Samarinda,
Yayasan
PADI
Indonesia-‐Pontianak,
POSITIF
Kalimantan,
Gemawan
Kalbar,
Lembaga
Pengembangan
Masyarakat
Pesisir
dan
Pedalaman-‐Lepmil
Sultra,
Yayasan
Pengembangan
Studi
Hukum
dan
Kebijakan-‐YPSHK
Sultra,
Yayasan
Swadaya
Mitra
Bangsa-‐Yasmib
Sulselbar,
Slidaritas
Masyarakat
untuk
Transparansi-‐SOMASI
NTB,
Lembaga
Studi
dan
Bantuan
Hukum-‐LSBH
NTB,
Forum
Kerja
Sama-‐FOKER
LSM
Papua,
PERDU
Manokwari.
7