SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
BAB I 
PENDAHULUAN 
1. Latar Belakang 
Sejak diberlakukannya UU No. 22/1999 tentang Pemerintah Daerah (Otonomi Daerah) sejak 
Januari 2001 yang lalu, menimbulkan paradigma pembangunan dari sentralistik (terpusat) ke 
desentralistik (ke daerah). Adanya perubahan ini, berarti daerah harus mempersiapkan diri 
dari berbagai aspek ; (1). Kesiapan SDM, (2); Kesiapan Keuangan; (3). Partisipasi masyarakat; 
dan (4). Kesiapan manajemen pengelolaan potensi daerah (sumber daya alam). 
Apabila kesiapan daerah belum memadai, dikawatirkan adanya kebijakan otonomi daerah 
tersebut akan menjadi beban dalam melanjutkan pembangunan di daerah. Jika otonomi 
daerah dipaksakan dan daerah belum siap, maka untuk mendapatkan sumber pendanaan 
(PAD), justru akan mengeksplotasi potensi daerah secara besar-besaran dan akibatnya di 
daerah akan terjadi kelangkaan sumberdaya (scarcity) dan akhirnya merugikan (mematikan) 
kelangsungan pembangunan. 
Faktor yang juga berpengaruh besar dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah partisipasi 
koperasi dalam dunia usaha, dan masyarakat golongan bawah, hal ini berarti sejalan dengan 
kesiapan masyarakat koperasi dalam pengembangan usaha dan kelembagaan. Tumbuhnya 
partisipasi masyarakat ini, berarti tumbuhnya semangat (spirit), kesadaran, kepercayaan, 
kerjasama dan inovasi untuk berkembang serta siap menghadapi persaingan dalam dunia 
usaha. 
Kesiapan koperasi dalam pengembangan usaha, secara tidak langsung akan menumbuhkan 
sektor ekonomi yang berarti, di dalamnya akan memberikan kontribusi dalam pemasukan 
(PAD) seperti pajak daerah, pajak bumi dan bangunan, retribusi, iuran dan pembayaran 
ongkos-ongkos pelayanan, bahkan usaha-usaha unggulan termasuk wisata alam/buatan dapat 
menarik investasi dari luar (domestik/asing) yang berarti meberikan jaminan untuk 
pemasukan PAD. 
goro/gel/02
2. Arah Pembangunan Era Reformasi 
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia berawal sejak terjadinya krisis moneter pada 
pertengahan awal tahun 1997 dan berkembang menjadi krisis ekonomi dan krisis kepercayaan 
kepada pemerintah. Keadaan ini dipicu oleh terjadinya Sistim Ekonomi Konglomerasi (SEK) 
yang banyak dinodai oleh praktik-praktik bisnis yang tidak wajar seperti monopolistik, 
oligopoli dan monopsomi. Di samping itu SEK juga tidak mengakar pada kepentingan rakyat 
dan makin memperlebar jurang kesenjangan antara kaya dan miskin, antar wilayah atau antar 
sektor. Dampak paling buruk yang kita rasakan adalah tinginya tingkat inflasi (mencapai ±  
80% pada tahun 1998), tingginya tingkat pengangguran, pertumbuhan ekonomi negatif, dan 
tingkat kemiskinan hampir mencapai 40% dari jumlah penduduk indonesia. 
Bertitik tolak dari gambaran krisis ekonomi seperti itu membuktikan bahwa SEK sudah tidak 
relevan lagi untuk dipertahankan. Untuk itulah maka pada Era Reformasi ini pradigma baru 
pembangunan harus dirubah. Pembangunan harus ditujukan kepada kepentingan rakyat, 
bukan untuk kepentingan segelintir orang atau kelompok. Pembangunan harus 
dikembangkan dengan berbasiskan ekonomi domestik pada Daerah Tingkat II 
(Kabupaten/Kodya). Disamping itu, tingkat kemandirian harus tinggi, adanya kepercayaan 
diri dan kesetaraan, meluasnya kesempatan berusaha dan pendapatan, partisipatif, adanya 
persaingan sehat, serta didukung dengan industri yang berbasiskan sumber daya alam. Semua 
ini merupakan ciri-ciri Sistim Ekonomi Kerakyatan (SER) yang harus kita tuju bersama. 
3. Pengembangan Usaha Koperasi Berbasis Keanggotaan 
Bertitik tolak dari arah pembangunan Era Reformasi ini maka Pengembangan Usaha KSU 
Mega Goro diarahkan kepada ciri-ciri Sistim Ekonomi Kerakyatan, yang memang sebangun 
dengan Prinsip-prinsip Koperasi maka Arah pemikiran pengembangan usaha KSU. Mega 
Goro Agara dilandasi atas pemikiran sebagai berikut : 
a. Berdasarkan kepentingan anggota 
Bahwa usaha yang akan dirintis dan dikembangkan didasarkan oleh kebutuhan ril anggota 
dan calon anggota, baik kepentingan ekonomi usahanya maupaun kepentingan lainnya. 
Jadi usaha yang akan dikembangkan bukan atas dasar kepentingan pengurus atau 
kepentingan pihak-pihak lainnya. 
goro/gel/02
b. Menyentuh kebutuhan anggota yang paling mendasar 
Bahwa pengembangan usaha koperasi yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan yang 
paling mendasar dan dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya serta dapat 
mengangkat harkat dan martabat anggota koperasi. 
c. Dapat menjadi solusi pemecahan masalah usaha yang dihadapi anggota 
Kegiatan usaha koperasi yang akan dikembangkan mempunyai kaitan langsung dengan 
kegiatan usaha anggota, dan usaha ini dikatakan efektif apabila menyelesaikan masalah 
usaha anggota. Contohnya, usaha kecil sektor informal di pedesaan, dalam pemenuhan 
kebutuhan modal usahanya sangat sulit berhubungan dengan Bank, hingga terjerat kepada 
rentenir, maka dengan kehadiran Usaha USP permasalahan usaha anggota dapat teratasi. 
d. Layak dikembangkan secara ekonomis 
Koperasi bukan lembaga sosial, tapi merupakan badan usaha, sehingga dalam 
pengembangan usahanya harus dikelola secara profesional, koperasi perlu melakukan 
peningkatan daya saing dengan jalan meningkatkan kualitas SDM, strukturisasi, efisiensi 
dan dinamika pemikiran dunia usaha. Disamping itu aspek kewirausahaan juga perlu 
dikembangkan untuk melihat keadaan usaha ke depan serta secara ekonomis usaha yang 
akan dikembangkan layak dijalankan. Jadi perlu adanya kajian-kajian, dan belajar dari 
pengalaman yang sudah-sudah serta niat baik yang tulus, iklas yang dilandasi Ilmu, 
Tehnologi, Iman dan Taqwa. 
Berdasarkan uraian tersebut diatas, KSU. MEGA GORO AGARA merencanakan 
pengembangan usaha jasa perkreditan yaitu Unit Simpan Pinjam (USP) di Kabupaten Aceh 
Tenggara, dengan membentuk Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) di titik-titik strategis 
sasaran pelayanan usaha. Pembentukan TPK – USP – KSU. MEGA GORO AGARA yang 
dinilai layak dan dapat berkembang yaitu sebanyak 10 TPK yaitu di lokasi – lokasi strategis di 
Kabupaten Aceh Tenggara. 
Pembentukan TPK tersebut didasarkan atas jarak tempuh dengan desa-desa sekitarnya, relatif 
dapat dijangkau dengan roda kenderaan dua dan empat, tingginya aktivitas perekonomian, 
lokasi pasaran (pekan), dan jangkauan jumlah desa yang dilayani. 
goro/gel/02
4. Maksud dan Tujuan Pengembangan Usaha 
Secara umum maksud pengembangan usaha ini adalah untuk meningkatkan kemampuan 
KSU. MEGA GORO AGARA untuk melayani kegiatan usaha yang dilakukan oleh anggota, 
calon anggota dan masyarakat, khususnya dalam hal dukungan perkuatan permodalan, 
disamping itu diharapkan usaha koperasi dan usaha anggota meningkat baik volume maupun 
kualitasnya. Adapun tujuan pengembangan usaha adalah : 
a. Mendirikan Unit Usaha Simpan Pinjam koperasi yang dikelola secara profesional, dan 
berdasarkan kepentingan usaha anggota, calon anggota dan masyarakat di Kab. Aceh 
Tenggara. 
b. Memperankan koperasi sebagai organisasi bisnis, dengan memberikan pelayanan prima 
kepada para anggota, calon anggota, anggota luar biasa dan masyarakat sekitarnya. 
c. Memperankan koperasi dalam kiprah perekonomian daerah dalam mendukung era 
otonomi daerah, melalui perkuatan permodalan usaha kecil sektor informal di pedesaan. 
d. Kegiatan usaha yang dalakukan dapat menciptakan peluang dan kesempatan kerja. 
e. Mendorong kegiatan usaha lainya untuk dapat berkembang lebih cepat khususnya kegiatan 
usaha di pedesaan (usaha kecil sektor informal). 
goro/gel/02
BAB II 
KEADAAN WILAYAH KABUPATEN ACEH TENGGARA 
1. Keadaan Umum Kabupaten Aceh Tenggara 
a. Letak Geografis dan Administrasi. 
Letak geografis Kabupaten Aceh Tenggara antara 23° 55’ 23” – 4 16’ 37” Lintang Utara dan 
96° 43’ 23” – 98° 01’ 32” Bujur Timur dan dikelilingi oleh Bukit Barisan dan Gunung Leuser 
yang memanjang dari Utara ke Selatan dengan batas sebagai berikut (lihat gambar ) : 
· Sebelah Utara : Kabupaten Aceh Timur dan Tamiang 
· Sebelah Timur : Kabupaten Aceh Timur dan Prop. Sumatera Utara 
· Sebelah Selatan : Kabupaten Aceh Selatan 
· Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Selatan dan Aceh Barat 
Luas wilayah Kabupaten Aceh Tenggara sebelum pemekaran (Kabupaten Aceh Tenggara 
dimekarkan jadi menjadi 2 (dua) kabupaten pada tahun 2002) adalah 9.950,990 Km2 yang 
terbagi dalam 9 kecamatan dan 229 desa, seperti terlihat pada tabel 1. 
Tabel 1 
Luas Kecamatan dan Jarak Ibukota Kecamatan 
Ke Ibukota Kabupaten Tahun 2001 (Sebelum Pemekaran) 
No Kecamatan Ibukota Luas (Km2) (%) 
Jarak Ibukota 
Kec. Ke Ibu 
kota Kab. 
1 Lawe Alas Ngkeran 2.136.530 21,7 6,5 
2 Lawe Sigalagala Kuta Tengah 146.430 1,5 20,8 
3 Bambel Kuning 10.550 1,1 5,5 
4 Babussalam Prapat Hilir 82.100 0,8 3,0 
5 Badar Purwodadi 1.765.800 17,7 5,0 
6 Blangkejeren Blangkejeren 3.311.320 33,3 104,0 
7 Kuta Panjang Kuta Panjang 705.460 7,1 111,0 
8 Rikid Gaib Keyaran 595.375 5,9 128,0 
9 Terangon Terangon 1.107.425 11,2 142,0 
Sumber : Kab. Aceh Tenggara dalam angka tahun 2001 
Luas wilayah Kabupaten Aceh Tenggara sesudah pemekaran pada tahun 2002 adalah 
4.231,410 Km2 yang terbagi dalam 7 kecamatan dan 163 desa, seperti terlihat pada tabel 2. 
goro/gel/02
Tabel 2 
Luas Kecamatan dan Jarak Ibukota Kecamatan 
Ke Ibukota Kabupaten Tahun 2002 (Sesudah Pemekaran) 
No Kecamatan Ibukota Luas (Km2) (%) 
Jarak Ibukota 
Kec. Ke Ibu 
kota Kab. 
1 Lawe Alas Ngkeran 2.136,530 50,49 6,5 
2 Lawe Sigalagala Kuta Tengah 43,920 1,04 20,8 
3 Bambel Kuning 100,550 2,38 5,5 
4 Babussalam Prapat Hilir 82,100 1,94 3,0 
5 Badar Purwodadi 971,190 22,95 5,0 
6 Darul Hasanah Darul Imarah 794,610 18,78 6,0 
7 Babul Makmur Tanoh Alas 102,510 2,42 31,0 
Sumber : Kab. Aceh Tenggara dalam angka tahun 2002 
Dari tabel 1 tersebut terlihat bahwa luas wilayah kecamatan dalam Kabupaten Aceh Tenggara 
sangat bervariasi. Luas wilayah Kecamatan yang paling luas terdapat pada Kecamatan Lawe 
Alas, kemudian diikuti oleh Badar dan Darul Hasanah. Sedangkan luas terkecil wilayahnya 
yaitu kecamatan Babussalam. 
b. Topografi 
Fisiografi wilayah Kabupaten Aceh Tenggara adalah datar di Lembah Lawe Alas dan disekitar 
sungai-sungai, serta berbukit-bukit hingga bergunung kearah Barat, Utara dan Timur wilayah. 
Dari Peta Topografi terlihat bahwa Kabupaten Aceh Tenggara memiliki dataran yang sempit 
karena sebahagian wilayahnya bergelombang dan bergunung. 
Gambaran kelas lereng wilayah Kabupaten Aceh Tenggara memiliki lahan datar (lereng 0 – 8 
%) yang sangat sempit yaitu 91.556 Ha atau 9,20 % total luas wilayah. Wilayah dengan lahan 
berlereng > 40 % mencapai 243.678 Ha atau 24,49 % dari total luas wilayah Aceh Tenggara, 
sisanya 659.864 Ha atau 66,31 % dari total wilayah berlereng 8 – 40 %. 
Sedangkan ketinggian dapat dilihat bahwa Kabupaten Aceh Tenggara didominasi oleh daerah 
berketinggian lebih dari 500 m diatas permukaan laut (dpl). Wilayah ini mencapai luas 809.757 
Ha atau 81,38 % total wilayah. Daerah dengan ketinggian kurang 500 m dpl adalah 185.341 ha 
atau 18,62 % total wilayah. 
goro/gel/02
c. Tanah 
Jenis tanah diwilayah Kabupaten Aceh Tenggara meliputi regosol (utisol), potsolik merah 
kuning (PMK), andosol (inceptisol), alivial, kolplek PMK dan litosol, komplek PMK, komplek 
podsolik coklat dan komplek renzina litosol. Jenis tanah menunjukkan bahwa wilayah ini 
didominasi oleh tanah regosol dan komplek podsolik coklat yang luasnya 399.244 Ha atau 
40,12 % total wilayah dan 312.716 atau 31,42 % total wiayah. Di lembah Sungai Alas terdapat 
tanah aluvial. 
Kedalaman tanah efektif di wilayah Kabupaten Aceh Tenggara didominasi oleh tanah 
berkedalaman lebih besar dari 90 cm dengan luas 939.614Ha atau 94,42 % total wilayah. 
Sisanya hanya 5,58 % atau seluas 55.484 Ha berkedalaman efektif 30 cm. 
Keadaan drainese tanah menunjukkan bahwa tiap kecamatan dalam wilayah Kabupaten Aceh 
Tenggara tidak pernah mengalami genangan air, baik priodik maupun tahunan. Banyaknya 
anak sungai dengan kecuraman yang tajam memungkinkan air permukaan bergerak bebas. 
d. Iklim 
Suhu rata-rata diwilayah Aceh Tenggara adalah 21 – 31 C. Wilayah ini beriklim tropis basah 
dengan curah hujannya tidak merata dari suatu tempat ketempat lainnya. 
Curah hujan dikabupaten Aceh Tenggara berkisar 1.705 – 2.559 mm/tahun, dengan rata-rata 
hari hujan 103 – 105 hari/tahun, bulan basah terdapat pada bulan September s/d Februari dan 
bulan kering terdapat pada bulan Maret s/d Agustus. 
e. Hidrologi dan Hidrogeologi 
Sebahagian wilayah Kabupaten Aceh Tenggara merupakan pegunungan Bukit Barisan yang 
secara geologi terutama terdiri atas sedimentasi batuan upper palezoic dan mesozoic. Pada 
bagian pegunungan ini terjadi patahan dibeberapa tempat. Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara 
merupakan hulu tiga sungai besar di Aceh, yaitu Sungai Tamiang, Kluet dan Tripa. Disamping 
itu dalam wilayah ini mengalir Suangai Alas yang bermuara di pantai Barat Aceh. Ditinjau dari 
pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS), wilayah kabupaten ini terdiri dari empat DAS 
penting DAS Kr. Tripa, DAS KR. Kluet, DAS Lawe Alas, dan DAS Kr. Tamiang yang 
goro/gel/02
luasnya berturut-turut 4.025 Km, 4.060 Km, 7.557 Km, 5.630 Km. Total aliran limpasan 
puncak dan debit banjir tahunan keempat DAS tersebut masing-masing 4.611,4 M3/detik. 
f. Geologi dan Geologi Tata Lingkungan 
Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara terletak pada Zona Patahan Utama Sumatera yang masih 
aktif. Keadaan strukturnya rumit dengan topografi yang dikontrol oleh patahan muda yang 
terjadi pada segmen-segmen tengah sistem patahan Sumatera. Ada empat patahan utama di 
daerah ini patahan lokop Kutacane, Blangkejeren – Mamas dan Patahan Lawe Alas. Susunan 
batuan terdiri dari atas batuan pratersier sampai kuarter. Batuan sedimen terlipat dan sedimen 
horizontal sangat dominan masing-masing mencakup luas wilayah 411.739 Ha dan 280.254 
Ha. Jenis batuan lainnya adalah batuan beku dan batuan malihan. 
Dari aspek geomorfologi, wilayah Kabupaten Aceh Tenggara terdiri atas tiga satuan yaitu 
satuan pedataran yang menempati kawasan depresi, satuan perbulitan di daerah ketinggian 
diatas 250 – 900 m dpl dan satuan pegunungan tinggi yang menempati daerah ketinggian di 
atas 900 m dari permukaan laut. 
Satuan perbukitan berbentuk kerucut tumpul dengan lembah dan sungai yang kecuramannya 
tidak begitu tajam dengan kemiringan lereng dibawah 50 %. Batuan yang membentuk satuan 
ini terdiri atas batuan sedimen tersier dan batuan gunung api. Pada satuan pegunungan tinggi 
terbentuk tebing-tebing yang curam berlembah sempit dengan kemiringan lebih dari 50 %. 
Satuan ini dibentuk oleh batuan pratersier dan batuan malihan serta secara setempat batuan 
trobosan dan batuan gunung api tersier. 
g. Penggunaan Lahan. 
Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara merupakan pegunungan dengan kemiringan yang tinggi. 
Namun demikian wilayah ini kaya dengan berbagai jenis flora dan fauna. Oleh karena itu 
sebagian besar wilayah ditetapkan sebagai hutan lindung dan cagar alam. Cagar Alam Taman 
Nasional Gunung Leuser menempati luas 500.000 Ha atau 50,24 % dari total wilayah (sebelum 
pemekaran, data sesudah pemekaran belum diperoleh). Luas wilayah yang dapat digunakan 
untuk pemukiman (11,2 %) dan kegiatan pertanian (4,20 %) dalam arti luas relatif sangat 
sempit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3. 
goro/gel/02
Dari tabel 3 tersebut menunjukkan, bahwa luas wilayah yang digunakan untuk berbagi tujuan 
budidaya adalah 51.546 Ha atau 5,19 % dari total luas wilayah. Kedalaman luas tersebut belum 
termasuk hutan produksi yang telah diserahkan kepada pengusaha HPH. Potensi areal 
pertanian seluas 42.093 Ha (4,29 %) selain itu masih terdapat areal yang belum dimanfaatkan 
(sleeping land) seluas 11.946 Ha yang tersebar diseluruh kecamatan. 
Tabel 3 
Luas Wilayah (Ha) Menurut Penggunaan Lahan 
Di kabupaten Aceh Tenggara (Sebelum Pemekaran) 
Tahun 2000 
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Wilayah 
Ha ( % ) 
1. Wilayah Taman Nasional Gunung Leuser 500.000 50,24 % 
2. Hutan Lindung/Produksi 330.000 33,16 % 
3. Padang Rumput/Alang-alang 9.453 0,90 % 
4. Areal Pertanian 42.093 4,29 % 
5. Perkampungan 111.463 11,20 % 
Jumlah 995.099 100 % 
Sumber : Kab. Aceh Tenggara dalam angka tahun 2000 
Potensi areal pertanian seluas 42.093 Ha (4,29 %) selain itu masih terdapat areal yang belum 
dimanfaatkan (sleeping land) seluas 11.946 Ha yang tersebar diseluruh kecamatan. 
2. Keadaan Sosial 
a. Kependudukan 
Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tenggara tahun 2001 sebesar 149.695 jiwa yang 
terbagi dalam 32.361 rumah tangga dengan kepadatan penduduk antara 9,5 – 633 
jiwa/Km2 dan rata-rata kepadatan penduduk sebesar 35 jiwa/Km2 (Lihat Tabel 4). 
Kecamatan yang paling padat penduduknya sampai kepada yang paling jarang dalah 
berturut-turut Kecamatan Lawe Sigalagala, Kecamatan Babussalam, Kecamatan Bambel, 
Kecamatan Badar, Kecamatan Babul Makmur, Kecamatan Darul Hasanag dan Kecamatan 
Lawe Alas. 
Sedangkan jenis mata pencaharian yang paling dominan di Kabupaten Aceh Tenggara 
adalah Petani 84%, Buruh 2,4%, Pedagang 5,8%, PNS 1,4 % dan lain-lain 6,4 %. 
goro/gel/02
Tabel 4 
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk 
Dirinci Menurut Kecamatan Dalam Kabupaten Aceh Tenggra 
Tahun 2002 
No. Kecamatan 
Luas 
(Km2) 
Jumlah 
Penduduk 
Kepadatan 
Penduduk 
(Jiwa/Km2) 
1 Lawe Alas 2.136 20.176 9,40 
2 Lawe Sigalagala 44 27.791 633,00 
3 Bambel 101 30.485 303,20 
4 Babussalam 82 32.213 392,40 
5 Badar 971 16.277 17,40 
6 Babul Makmur 103 11.911 116,21 
7 Darul Hasanah 795 10851 14,68 
Jumlah 4.232 149.695 35,33 
Sumber : Monografi Kab. Aceh Tenggara, 2002 
b. Adat Istiadat 
Kabupaten Aceh Tenggara merupakan pinyu gerbang masuk kelurnya suku dari daerah 
lain, ini disebabkan karena letak geografisnya yang langsung berbatasan dengan Provinsi 
Sumatra Utara (Kabupaten Tanah Karo) dan mempunyai kesamaan bahasa dan istiadat 
dengan suku tersebut. 
Secara umum adat istiadat yang berkembang di Kabupaten Aceh Tenggara sesuai dengan 
suku yang mendaiami daerah ini seperti suku; Alas, Gayo, Singkil, Aceh, Karo, Tapanuli 
Utara, Tapanuli Selatan, Padang, Melayu dan Jawa. Agama yang dianut mayoritas adalah 
Islam dan sisanya Kristen Protestan. Keragaman etnis yang mendiami Kabuapten Aceh 
Tenggara ini, membawa konsensi masyarakatnya mempunyai tingkat toleransi yang cukup 
tinggi, pelaksanaan adat istiadat dan ibadah kegamaan tidak menemui kesulitan dan dapat 
berintraksi dengan baik. 
3. Keadaan Ekonomi 
a. Struktur Ekonomi 
goro/gel/02
Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Aceh Tenggara atas 
dasar harga konstan tahun 1993, menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi pada 
tahun 2001 sebesar 1,99 % 
b. Sektor Pertanian 
 Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan 
Secara garis besar sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian di 
Kabupaten Aceh Tenggara dan memberikan sumbangan sebesar 50 %. Tanaman padi 
sawah adalah komoditi andalan di kabupaten ini. Selain dari tanaman padi sawah 
tanaman bahan makanan lainnya juga cukup potensial seperti : jagung, kacang tanah, 
kedelai, cabe, rambutan, langsat, jeruk, durian dan nenas. 
 Sub Sektor Perkebunan 
Komoditi perkebunan yang cukup potensial yaitu : karet, kelapa, kopi, tembakau, 
nilam, kemiri, pinang dan gambir. 
Komoditi-komoditi perkebunan potensial di Aceh Tenggara mengalami peningkatan 
produksi yang cukup variatif. Diantaranya komoditi tanaman gambir yang merupakan 
komoditi khas Kabupaten Aceh Tenggara (Kecamatan Lawe Alas dan Badar). 
 Sub Sektor Perikanan 
Usaha budidaya perikanan yang ada adalah perikanan darat yang dilakukan pada media 
kolam dan sawah. Budidaya perikanan di sawah diusahakan secara bergilir dengan padi 
sawah, dengan jenis ikan yang dibudidayakan meliputi : ikan mas, ikan mujair, ikan lele, 
belut dan ikan jurung. 
 Sub Sektor Peternakan 
Jenis ternak yang dikembangkan meliputi : sapi, kerbau, kuda, kambing, babi, domba, 
ayam dan itik. Untuk ternak besar, kerbau adalah jenis ternak yang paling banyak 
diusahakan masyarakat terutama di Kecamatan Blangkejeren, Kuta Panjang, Rikit Gaib 
dan Terangon. 
 Sub Sektor Kehutanan 
Luas hutan di kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 1999 seluas 880.000 Ha terdiri 
dari hutan lindung 168.000 Ha (19,09 %), hutan produksi terbatas 135.000 Ha ( 15,34 
goro/gel/02
%), hutan suaka alam/kawasan Taman Nasional Gunung Leuser 500.000 Ha ( 56,82 
%) dan hutan cadangan (hutan produksi yang dapat dikonversi) 77.000 Ha (8,75 %). 
c. Sektor Perdagangan 
Perkembangan dalam bidang perdagangan sangat erat kaitannya dengan perkembangan 
pada bidang lainnya, khususnya dalam kebijaksanaan pengadaan dan pendistribusian 
barang dan bahan-bahan penting lainnya. 
Adapun usaha perdagangan daerah dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mengalami 
peningkatan yang cukup signifikan, khususnya usaha kecil formal dan usaha kecil non 
formal. 
d. Sektor Industri 
Perkembangan sektor industri di Kabupaten Aceh Tenggara hanya bertumpu pada 
perusahaan industri yang berskala kecil dan industri Kerajinan Rumah Tangga. Perusahaan 
Industri yang berskala menengah hanya ada 2 perusahaan, sedangkan industri yang 
berskala besar belum ada sama sekali. Perusahaan industri yang berskala kecil ada 444 buah 
dan industri kerajinan rumah tangg 1.358 yang lokasinya merata disemua kecamatan 
dengan beraneka jenis usaha. 
Jenis industri kecil di Kabupaten Aceh Tenggara ada 2 yaitu industi kecil formal dan 
industri non formal, keduanya bergerak dibidang (komoditi) : 
a. Pangan yang terdiri dari : 
Pengupasan kopi, pembuatan tepung beras, pembuatan gula tebu, pembuatan gula 
merah, pembuatan bubuk kopi, pembuatan es batu, pembuatan tempe, pembuatan 
tahu, pembuatan kerupuk gilingan rempah, pembuatan kepang, pembuatan limun, 
pembuatan roti, pembuatan jamu botol, pengupasan kemiri dan perontokan jagung. 
b. Sandang dan kulit terdiri dari usaha bordir, penjahit pakaian, pembuatan pakaian adat, 
dan penjahit kopiah. 
c. Kimia dan bahan bangunan, terdiri dari : Kilang kayu mekanis, ketam, kozen mekanis, 
meubel kayu, pembuatan gambir meubel rotan, pembuatan kursi bambu, penyulingan 
minyak sereh wangi, pembuatan tegel dan usaha batu bata. 
goro/gel/02
d. Kerajinan dan Umum, terdiri dari : Anyaman pandan, anyaman rumbia, anyaman 
bambu, gagang alsin tani, tukang tilam, pembuatan batu aji, tukang emas, pembuatan 
sapu ijuk, keriting rambut, ukiran kayu, pembuatan gerabah dan kerajinan lidi. 
e. Logam terdiri dari : Usaha pandai besi, tukang kaleng, tukang las dan reparasi alat-alat 
elektronik termasuk reparasi jam. 
f. Untuk industri kecil formal terdapat 444 unit usaha dagang mempergunakan 1.530 
orang tenaga kerja, jumlah investasi Rp. 1,64 milyar dan menghasilkan output sebesar 
Rp. 13,31 milyar (liha tabel 5). 
Pada tahun 2001 Untuk industri kecil non formal terdapat 1.358 unit usaha dengan 
mempekerjakan 3.773 orang tenaga kerja, jumlah investasi yang ditanamkan sebesar 
Rp. 236,14 juta dan menghasilkan output sebesar Rp. 5,34 milyar (lihat tabel 5). 
Tabel 5 
Keadaan Industri Kecil Non Formal 
Di Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2001 
No. Komoditi 
Jumlah 
Unit 
Usaha 
(UU) 
Jumlah 
Tenaga 
Kerja 
(Orang) 
Jumlah 
Investasi 
(Rp. 000) 
Jumlah 
Output 
(Rp. 000) 
1. Pangan 562 1.934 49.600 3.353.500 
2. Sandang dan kulit 57 158 25.000 280.000 
3. Kimia dan Bahan Bangunan 266 641 90.360 868.500 
4. Kerajinan dan umum 421 936 41.140 665.000 
5. Logam 51 104 30.036 169.000 
Jumlah 1.358 3.773 236.136 5.336.000 
Sumber : Monografi Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2001. 
BAB II 
KEADAAN KSU. MEGA GORO AGARA 
1. Sejarah Berdirinya KSU. Mega Goro Agara 
KSU. Mega Goro Agara didirikan pada tanggal 20 Pebruari 2001 di Kutacane, yang dihadiri 
sebanyak 107 peserta, yang hadir ummumnya dari unsur simpatisan, anggota dan pengurus di 
lingkungan PDIP Komca Kabupaten Aceh Tenggara. Dari segi profesi umum anggota ini 
sebagai wirausaha-wirausaha di berbagai sektor dan lini, yang secara aktif berperan mewarnai 
goro/gel/02
roda perekonomian Kabupaten Aceh Aceh Tenggara. Pada Rapat Pendirian tersebut terpilih 
pengurus pertama adalah ; 
- Zul Masrul, sebagai ketua, 
- M. Yusuf Ariga, sebagai sekretaris dan 
- M. Yusri Rangkuti, SP sebagai bendahara. 
Adapun yang melatar belakangi pendirian koperasi ini antara lain atas prakarsa beberapa 
anggota, dan saran dari Pimpinan Pusat Organisasi, agar didirikan koperasi sebagai wadah 
bersama dalam peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat, dapat berperan aktif dalam 
kegiatan ekonomi daerah secara adil dan fair. 
Pada tanggal 12 Juli 2001 Akta Pendirian KSU. Mega Goro Agara disahkan oleh pejabat yang 
berwenang (Dinas Penanaman Modal, Koperasi dan PKM Kabupaten Aceh Tenggara) dengan 
Nomor : 152/BH/KDK.1-8/VII/2001 Tanggal 12 Juli 2001. 
2. Gambaran Umum Kegiatan Usaha 
Sejak saat pendirian sampai dengan saat ini, diusianya yang masih sangat dini, kegiatan usaha 
KSU. MEGA GORO AGARA belum ada yang berjalan seperti yang diharapkan. 
Untuk mengembangkan program-program usaha dihadapkan pada kendala terutama dalam 
hal permodalan, dimana kemampuan pemupukan modal dari anggota sangat terbatas sekali, 
sehingga untuk pembentukan usaha koperasi belum dapat terwujud. 
3. Lokasi Usaha dan Kantor Pusat 
Lokasi usaha dan Kantor Pusat KSU. MEGA GORO AGARA di Jl. Melati No. 07 
Kecamatan Babussalam Kab. Aceh Tenggara. Lokasi usaha ini secara ekonomis cukup 
strategis karena mudah dijangkau oleh anggota dan mitra dagang koperasi, karena didukung 
oleh sarana umum yang cukup memadai dan dapat dicapai berbagai alat transportasi, sehingga 
memudahkan pelayanan bagi anggota dan anggota potensial dari berbagai kecamatan di 
Kabupaten Aceh Tenggara. 
goro/gel/02
4. Aspek Yuridis Formal 
Secara yuridis formal KSU. MEGA GORO AGARA dapat beroperasi karena telah 
didukung oleh surat perizinan sebagai berikut ; 
1. Badan Hukum No. 152/BH/KDK.1-8/VII/2001 Tanggal 21 Juli 2001 
2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) No. 516/094/III/2002 
3. Surat Keterangan Izin Tempat Usaha (SKITU) No.503/076/SITU/2002 
4. Tanda Daftar Perusahaan Koperasi (TDPK) No. 010820100201 
5. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) N0. 01.177.860.0-102.000 
5. Aspek Organisasi dan Manajemen 
· Keanggotaan 
Jumlah Anggota KSU. MEGA GORO AGARA sampai dengan saat ini, berdasarkan data 
keanggotaan, tercatat sebanyak 107 orang. Pada masa yang akan datang jumlah anggota ini 
diharapkan akan bertambah seiring dengan peningkatan pelayanan yang diberikan oleh 
koperasi. 
· Administrasi 
Administrasi organisasi dan administrasi usaha direncanakan dikerjakan dengan baik dan tertib 
dan dilaksanakan oleh personil yang tepat oleh KSU. MEGA GORO AGARA. Administrasi 
organisasi yang digunakan adalah buku 16 yang dikeluarkan oleh pejabat. 
· Pengurus 
Susunan pengurus KSU. MEGA GORO AGARA, merupakan susunan pengurus kedua sejak 
saat pendirian dengan susunan sebagai berikut : 
Ketua I : ZUL MASRUL 
Ketua II : LANTRA 
Sekretaris I : M. ASWIN, SE 
goro/gel/02
Sekretaris II : SEHIMA 
Bendahara : M. YUSRI RANGKUTI, SP 
· Badan Pengawas : 
Susunan Badan Pengawas Priode 2001 s/d 2004 adalah sebagai berikut : 
Ketua : M. YUSUF ISA 
Anggota : LANTRA 
Anggota : MAIJIN SIMANJUNTAK 
· Manejer Utama : 
Berdasarkan Rapat Pengurus tentang pelaksanaan kegiatan usaha koperasi, maka disadari 
bahwa pengelolaan usaha harus profesional, maka diputuskan untuk mengangkat manejer 
utama sebagai pengelola profesional usaha-usaha KSU. Mega Goro Agara. Adapun Manejer 
utama dengan bagian unit-unit usaha lainnya sebagai pembantu manejer utama adalah sebagai 
beikut : 
 Manejer Utama : M. ASWIN, SE 
 Bidang Unit Simpan Pinjam (USP) : SAMSUL, SE 
 Bidang Industri dan Perdagangan : SAMSUL BAHRI 
 Bidang Jasa Angkutan : ISWATI, ST 
 Bidang Sanggar Seni Budaya : SRI MAHYUNI DARA, S.Pd 
 Bidang Komoditi Pertanian : ELPIANTO 
 Bidang Traveling/Keparawisataan : A. BAKRI 
6. Aspek Keuangan 
Jumlah asset yang dimiliki KSU. MEGA GORO AGARA saat ini (per 30 Desember 2001) 
sebesar Rp. 8.889.000,- . yang merupakan modal sendiri dan yang berasal dari luar anggota 
koperasi lebih rinci lihat Lampiran 1 (Neraca KSU. Mega Goro Agara Per 31 Desember 
2001). 
goro/gel/02
BAB IV 
PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA UNIT SIMPAN PINJAM 
(TPK – USP – KSU. MEGA GORO AGARA) 
1. Alasan Pemilihan Usaha USP 
Berdasarkan analisa potensi wilayah Kabupaten Aceh Tenggara, aspek kepentingan 
/kebutuhan anggota dan calon anggota koperasi, sumber daya yang dimiliki, serta potensi 
goro/gel/02
pasar yang akan digarap, pangsa pasar yang mungkin diserap, kesesuai dengan kebutuhan 
ril anggota, maka KSU. MEGA GORO AGARA merencanakan pengembangan usaha Unit 
Simpan Pinjam (USP). 
Kita ketahui bersama bahwa permasalahan utama yang dihadapi Usaha Kecil khususnya 
sektor informal di pedesaan maupun perkotaan, adalah ; Kemampuan Akses Pasar yang lemah, 
Kemampuan terhadap pengembangan SDM rendah, Pengusaan terhadap tehnologi rendah dan Akses 
terhadap sumber-sumber keuangan seperti perbankan, dan lembaga keuangan lainnya sangat lemah, 
Lemahnya kemampuan permodalan dan akses terhadap perbankan hampir merata dialami oleh 
usaha kecil sektor informal yang ada di pedesaan, sehingga selalu terjerat kepada rentenir atau 
yang sejenisnya. Maka dinilai kegiatan usaha yang tepat saat ini adalah mengembangakan 
kegiatan usaha USP yang berbasiskan kepentingan anggota dan calon anggota yang melakukan 
kegiatan usaha berbagai bidang yang ada di pedesaan. 
2. Profil Tempat Pelayanan Koperasi – Unit Simpan Pinjam (TPK – USP) 
Kegiatan uasah USP yang dilakukan direncanakan dengan membentuk TPK – USP (Tempat 
Pelayanan Koperasi Unit Simpan Pinjam) di setiap kemukiman yang mempunyai aktivitas 
ekonomi yang tinggi dan mempunyai hari pasaran (Pekan) di Kabupaten Aceh Tenggra. Ada 
10 (enam ) TPK-USP yang direncanakan dibentuk yaitu sepert terlihat pada tabel 6. 
Kriteria lokasi yang yang dipilih adalah antara lain mempunyai aktivitas ekonomi yang cukup 
tinggi, mempunyai hari pasaran (pekan), di lokasi ini masyarakat menjual hasil bumi, hasil 
ternak, hasil pertanian, hasil kerajinan, dan komoditi lainnya. Dengan demikian kegiatan TPK, 
dan kegiatan ekonomi anggota dan calon anggota saling terkait. 
Tabel 6 
Rencana Pembentukan TPK – USP – KSU. MEGA GOROB AGARA 
Di Kabupaten Aceh Tenggara 
No Nama TPK Lokasi TPK Kecamatan 
1 TPK – USP 
Unit Lawe Desky Ds. Lawe Desky Babul Makmur 
2 TPK – USP 
Unit Lawe Sigalagala Ds. Lawe Sigalagala Lawe Sigalagala 
3 TPK – USP Ds. Sp. Semadam Lawe Sigalagala 
goro/gel/02
Unit Simpang Semadam 
4 TPK – USP 
Unit Kuning Ds. Kuning Bambel 
5 TPK – USP 
Unit Kelurahan Kota 
Kelurahan Kota 
Kutacane Babussalam 
6 TPK – USP 
Unit Pasar Inpres – Kutacane 
Pasar Inpres 
Kutacane Babussalam 
7 TPK – USP 
Unit Badar Badar Badar 
8 TPK – USP 
Unit Ngkeran Ngkeran Lawe Alas 
9 TPK – USP 
Blangkejeren Blangkejeren Blankejeren 
10 TPK – USP 
Darul Hasanah Mamasta Darul Hasanah 
3. Manajemen TPK - USP 
¨ Aspek Sumber Daya Manusia 
TPK-USP yang dibentuk tersebut dikelola secara profesional, dan dilengkapi dengan 
prasarana pendukung yang memadai. Pada setiap TPK ditempatkan 3 (tiga) orang personil 
yang sudah dididik dan dilatih tentang manajemen USP, dan dilakukan secara 
berkesinambunngan, minimal dilatih setiap tahun sekali. Adapun ketiga personil serta 
kualifikasi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut 
a. Koordinator 1 (satu) orang, pendidikan minimal D3 Bidang Ekonomi dan 
mempunyai minat yang tinggi terhadap koperasi dan pembinaan usaha kecil. 
b. Kasir 1 (satu) orang, pendidikan minimal SLTA Kejuruan Bidang Ekonomi dan 
mempunyai minat yang tinggi terhadap koperasi dan pembinaan usaha kecil. 
c. Petugas lapangan 1 (satu) orang, pendidikan minimal SLTA, Komunikatif, familiar 
dan mempunyai minat yang tinggi terhadap koperasi dan pembinaan usaha kecil. 
¨ Aspek Prasaran dan Sarana 
Disamping personil tersebut sarana dan prasarana yang dibutuhkan setiap TPK adalah 
minimal Perabotan kantor, Mesin ketik dan ATK lainnya serta satu unit sarana transportasi 
kenderaan roda dua untuk pool kantor, dan pekerjaan lapangan. 
goro/gel/02
¨ Aspek Organisai 
Setiap TPK, Kordinatornya bertangungjawab sepenuhnya terhadap kegiatan USP yang 
telah digariskan. Koordinator mengawasi tugas bawahannya, membimbing dan 
mengarahkan. Koordinator dengan dibantu stafnya menyusun program bulanan, 
semesteran dan tahunan dan melaporkan dan mempertanggungjawabkannya kepada 
Kepala Bagian USP KSU Mega Goro. 
¨ Aspek Administrasi dan Akuntansi 
Sistim administrasi keuangan yang direncanakan diterapkan adalah sistim administrasi 
USP/KSP yang dikelurkan oleh Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 
Republik Indonesia, dan dilakukan modifikasi sesuai dengan kebutuhan dengan ketentuan 
tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang ada dan Prinsip Akuntansi Koperasi 
Indonesia. 
4. Produk Layanan TPK – USP – KSU Mega Goro 
a. Pinjaman modal kerja bagi usaha kecil sektor informal 
¨ Pada tahap awal direncanakan pemberian pinjaman modal kerja kepada usaha kecil sektor 
informal seperti pedagang sayur, pedagang makanan, pedagang kios, pedagang ikan, 
pedagang ternak, dan pedagang hasil bumi. 
¨ Maksimum pinjaman modal kerja sebesar Rp. 600.000,- dengan lama waktu pinjaman 4 
(empat) bulan. 
¨ Jasa pinjaman ditetapkan sebesar 3% per bulan dihitung secara merata setiap bulan. 
¨ Angsuran pinjaman dilakukan secara mingguan, sesuai dengan hari pasaran atau menurut 
kebutuhan anggota. 
¨ Pemberian pinjaman dilakukan dengan seleksi yang cukup ketat dan rasional. Persyaratan 
administrasi peminjam cukup photo copy KTP, dan alamatnya serta kegiatan usahanya 
diketahui oleh petugas lapangan. 
¨ Pada awal operasi usaha ini jasa pinjaman diberikan kepada anggota koperasi dan calon 
anggota. 
goro/gel/02
b. Simpanan 
Seperti umumnya USP/KSP bahwa modal yang dikelola adalah modal anggota koperasi, 
USP/KSP mempunyai prinsip “dari anggota oleh anggota dan untuk anggota. Pada tahap 
awal operasi usaha ini belum ditetapkan tingkat suku jasa simpanan anggota dan belum 
dikelurkan produk jasa layanan simpanan oleh anggota, namun demikian anggota dan 
calon anggota yang menyimpan akan dilayani juga. 
5. Perkiraan Pembiayaan Setiap TPK – USP – KSU. Mega Goro Agara 
Untuk memprediksi pembiayaan setiap unit TPK yang dibentuk, dengan sistem yang akan 
diterapkan dan asumsi pokok yang yang digunakan, maka dapat diperoleh biaya operasi setiap 
TPK secara garis besarnya sebagai berikut ; 
 Investasi : 
1. Kenderaan roda dua 1 (satu) unit = Rp. 12.000.000,- 
2. Perabotan kantor = Rp. 5.000.000,- 
3. Peralatan Adm. Kantor = Rp. 2.500.000,- 
4. Sewa kantor 1 (satu) tahun = Rp. 1.200.000,- 
Jlh Investasi = Rp. 20.700.000,- 
 Modal Kerja 
1. Modal pinjaman kepada anggota = Rp. 60.000.000,- 
2. Biaya Gaji = Rp. 21,450.000,- 
3. Lumsum = Rp. 10.800.000,- 
4. Adm Kantor = Rp. 13.200.000,- 
5. Biaya pelatihan SDM TPK = Rp. 2.700.000,- 
Jlh. Modal Kerja = Rp. 116.550.000,- 
Total Kebutuhan Dana TPK = Rp. 137.250.000,- 
Lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8 Kebutuhan Dana untuk Pengembangan 10 
(sepuluh) Unit TPK – USP – KSU. Mega Goro Agara di Kabupaten Aceh Tenggara. 
6. Sumber Dana dan Komposisi Pembiayaan 
Sumber dana untuk membiayai pengembangan usaha ini direncanakan dari pasilitas 
pinjaman atau bantuan lunak maupun program-program khusus dari Pihak lain sebesar 100% 
dengan asumsi biaya pinjaman ini sebesar 12 % pertahun dan lama pinjaman 5 tahun. 
goro/gel/02
7. Rencana Pengembalian Pinjaman 
Pinjaman modal tersebut direncanakan akan dikembalikan dengan asumsi tingkat bunga 12% 
pertahun, lama pinjaman 5 tahun dengan perhitungan bunga menurun. Lebih rinci rencana 
pengembalian pinjaman dapat dilihat pada tabel 9. 
BAB V 
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA 
1. Perkiraan Penerimaan 
Perkiraan penerimaan dan biaya dapat diuraikan dengan asumsi pokok sebagai berikut : 
a. Setiap TPK diperkirakan melayani anggota sebanyak 100 orang 
b.Pinjaman modal kerja diberikan rata-rata Rp. 600.000,- 
goro/gel/02
c.Lama pinjaman 4 bulan 
d.Jasa pinjaman 3 %/Bulan 
e.Angsuran pinjaman dan pembayaran jasa ditetapkan sistim mingguan 
f. Perhitungan jasa dan angsuran pokok sama rata setiap bulan 
g.Turnover 3 x dalam satu tahun 
Berdasarkan ketentuan tersebut dapat diprediksikan penerimaan setiap satu TPK dalam satu 
tahun operasi yaitu ; 
= Rp. 600.000,- x 100 Org x 3 Kali/Org 
= Rp. 180.000.000,- (Lebih rinci lihat tabel 7 dan tabel 8). 
2. Perkiraan Biaya Operasi 
Berdasarkan rencana dan target pertahun serta asumsi pokok yang telah dikumukakan, maka 
biaya operasi setiap unit TPK, setelah diadakan pengembangan dapat diperkirakan seperti 
terlihat pada tabel 7, dan Proyeksi rugi laba dan Tabel 10. Diasumsikan biaya operasi 
tersebut berlaku konstan setiap tahun. 
3. Proyeksi Sisa Hasil Usaha 
Berdasarkan perkiraan penerimaan hasil usaha dan pengeluaran untuk kegiatan usaha, maka 
dapat diperoleh proyeksi sisa hasil usaha. Lebih rinci lihat tabel 10. SHU yang 
diproyeksikan selama 5 tahun tersebut menunjukkan bahwa dapat menutupi biaya 
bunga dan angsuran pokok pinjaman. 
4. Proyeksi Arus Kas 
Proyeksi arus kas setelah adanya pengembangan dapat dilihat pada tabel 11, yang 
didasarkan pada arus penerimaan kegiatan usaha dan pengeluaran setelah diadakan 
tambahan investasi modal kerja USP. Berdasarkan Proyeksi Arus Kas tersebut dapat 
dilihat bahwa rata-rata setiap tahun mengalami surplus kas dan dapat membiayai aktivitas 
kegiatan usaha ini tanpa mengalami devisit kas, termasuk biaya pinjaman dan angsuran 
pinjaman. 
goro/gel/02
5 . Analisa Kriteria Investasi (NPV) 
Analisa kriteria investasi berdasarkan discounted criterian digunakan analisa NPV (Net 
Present Value). Perhitungan NPV atas pengembangan usaha ini dapat dilihat pada tabel 
12. Pada evaluasi tersebut menunjukkan NPV = (+) pada df = 6%. Hal ini 
menunjukkan bahwa pengembangan usaha ini layak dan perlu dibantu, karena berdasarkan 
analisa kriteria investasi NPV = +, menunjukkan bahwa pengembangan usaha ini layak 
untuk dijalankan. 
BAB VI 
K E S I M P U L A N 
1. Dari aspek pemasaran, sumber daya manusia, aspek yurudis formal, tingkat pesaing, serta 
berdasarkan pengamatan karakteristik pelaku ekonomi sektor informal di pedesaan selama 
ini, serta hambatan-hambatan yang mungkin dialami menunjukkan hasil yang positif, maka 
goro/gel/02
usaha ini mempunyai prospek yang baik jika dikelola dengan baik dan profesional serta 
didukung oleh sarana dan prasarana usaha yang memadai terutama permodalan. 
2. Evaluasi yang dilakukan berdasarkan discounted criterion menunjukkan hasil; NPV = +, pada 
df 6%, maka pengembangan usaha ini secaa finansial layak untuk dikembangkan dan 
dilaksanakan 
3. Berdasarkan proyeksi perhitungan SHU, yang diasumsikan bahwa tingkat penjualan konstan 
menunjukkan surplus kas dan dapat menutupi biaya operasi serta kemampuan membayar 
bunga dan pinjaman cukup terjamin. 
4. Ditinjau dari segi pengembangan koperasi khususnya sektor kegiatan usaha yang berbasis 
pada potensi daerah seperti apa yang telah digariskan dalam GBHN, maka pengembangan 
usaha ini cukup mendesak dan perlu dibantu khusunya dari Paket Program Pemberdayaan 
ekonomi kerakyatan. 
5. Dari segi kebijaksanan pembangunan daerah, maka koperasi-koperasi yang menangani 
komoditi unggulan masyarakat di pedesaan, sudah sewajarnya menjadi perhatian yang serius 
sesuai dengan sistem ekonomi kerakyatan dan segera ditangani permasalahan-permasalahan 
yang dihadapinya sehingga dapat tumbuh berkembang dengan baik dan dapat berperan 
sebagai wadah ekonomi kerakyatan yang mandiri dan profesional. 
goro/gel/02
L A M P I R A N 
goro/gel/02

More Related Content

What's hot

Surat permohonan pelatihan menulis
Surat permohonan pelatihan menulisSurat permohonan pelatihan menulis
Surat permohonan pelatihan menulisDawat Fadhila
 
PPT Bab Koperasi & Pengelolaannya
PPT Bab Koperasi & PengelolaannyaPPT Bab Koperasi & Pengelolaannya
PPT Bab Koperasi & PengelolaannyaDoris Agusnita
 
Contoh Laporan Keuangan Koperasi
Contoh Laporan Keuangan KoperasiContoh Laporan Keuangan Koperasi
Contoh Laporan Keuangan KoperasiDedy Setiady
 
Contoh Naskah pelantikan dan sumpah jabatan badan eksekutif mahasiswa
Contoh Naskah pelantikan dan sumpah jabatan badan eksekutif mahasiswaContoh Naskah pelantikan dan sumpah jabatan badan eksekutif mahasiswa
Contoh Naskah pelantikan dan sumpah jabatan badan eksekutif mahasiswaAbu Amar Fikri
 
Proposal bantuan boat
Proposal bantuan boatProposal bantuan boat
Proposal bantuan boatabdi Rahman
 
Manajemen keuangan UMKM
Manajemen keuangan UMKMManajemen keuangan UMKM
Manajemen keuangan UMKMNgatidjo -
 
Laporan wirausaha keripik tempe
Laporan wirausaha keripik tempeLaporan wirausaha keripik tempe
Laporan wirausaha keripik tempeIndra SHkm
 
PRESENTASI FUNDING HIK
PRESENTASI FUNDING HIKPRESENTASI FUNDING HIK
PRESENTASI FUNDING HIKYuga Siswanto
 
Perkembangan perbankan di indonesia
Perkembangan perbankan di indonesiaPerkembangan perbankan di indonesia
Perkembangan perbankan di indonesiaReo_Marfeeza
 
Power Point Bank
Power Point BankPower Point Bank
Power Point Banksalmiah mia
 
Proposal koperasi simpan pinjam
Proposal koperasi simpan pinjamProposal koperasi simpan pinjam
Proposal koperasi simpan pinjamadityasuryani
 
Proposal kegiatan pelatihan kewirausahaan
Proposal kegiatan pelatihan kewirausahaanProposal kegiatan pelatihan kewirausahaan
Proposal kegiatan pelatihan kewirausahaanYan Thea
 
MATERI STUDI KELAYAKAN BISNIS.ppt
MATERI STUDI KELAYAKAN BISNIS.pptMATERI STUDI KELAYAKAN BISNIS.ppt
MATERI STUDI KELAYAKAN BISNIS.pptViviYosefriYanti
 
sistem dan perhitungan bagi hasil
sistem dan perhitungan bagi hasilsistem dan perhitungan bagi hasil
sistem dan perhitungan bagi hasilnelifaizah
 

What's hot (20)

Surat permohonan pelatihan menulis
Surat permohonan pelatihan menulisSurat permohonan pelatihan menulis
Surat permohonan pelatihan menulis
 
Proposal perbengkelan
Proposal perbengkelanProposal perbengkelan
Proposal perbengkelan
 
PPT Bab Koperasi & Pengelolaannya
PPT Bab Koperasi & PengelolaannyaPPT Bab Koperasi & Pengelolaannya
PPT Bab Koperasi & Pengelolaannya
 
Contoh Laporan Keuangan Koperasi
Contoh Laporan Keuangan KoperasiContoh Laporan Keuangan Koperasi
Contoh Laporan Keuangan Koperasi
 
Contoh Naskah pelantikan dan sumpah jabatan badan eksekutif mahasiswa
Contoh Naskah pelantikan dan sumpah jabatan badan eksekutif mahasiswaContoh Naskah pelantikan dan sumpah jabatan badan eksekutif mahasiswa
Contoh Naskah pelantikan dan sumpah jabatan badan eksekutif mahasiswa
 
Proposal bisnis
Proposal bisnisProposal bisnis
Proposal bisnis
 
Surat peminjaman LCD Proyektor
Surat peminjaman LCD ProyektorSurat peminjaman LCD Proyektor
Surat peminjaman LCD Proyektor
 
Proposal bantuan boat
Proposal bantuan boatProposal bantuan boat
Proposal bantuan boat
 
Manajemen keuangan UMKM
Manajemen keuangan UMKMManajemen keuangan UMKM
Manajemen keuangan UMKM
 
Laporan wirausaha keripik tempe
Laporan wirausaha keripik tempeLaporan wirausaha keripik tempe
Laporan wirausaha keripik tempe
 
PRESENTASI FUNDING HIK
PRESENTASI FUNDING HIKPRESENTASI FUNDING HIK
PRESENTASI FUNDING HIK
 
Perkembangan perbankan di indonesia
Perkembangan perbankan di indonesiaPerkembangan perbankan di indonesia
Perkembangan perbankan di indonesia
 
Ppt Ekonomi Koperasi
Ppt Ekonomi KoperasiPpt Ekonomi Koperasi
Ppt Ekonomi Koperasi
 
Power Point Bank
Power Point BankPower Point Bank
Power Point Bank
 
Proposal koperasi simpan pinjam
Proposal koperasi simpan pinjamProposal koperasi simpan pinjam
Proposal koperasi simpan pinjam
 
Strategi pemasaran umkm
Strategi pemasaran umkmStrategi pemasaran umkm
Strategi pemasaran umkm
 
Proposal kegiatan pelatihan kewirausahaan
Proposal kegiatan pelatihan kewirausahaanProposal kegiatan pelatihan kewirausahaan
Proposal kegiatan pelatihan kewirausahaan
 
MATERI STUDI KELAYAKAN BISNIS.ppt
MATERI STUDI KELAYAKAN BISNIS.pptMATERI STUDI KELAYAKAN BISNIS.ppt
MATERI STUDI KELAYAKAN BISNIS.ppt
 
Tugas Proposal Usaha
Tugas Proposal UsahaTugas Proposal Usaha
Tugas Proposal Usaha
 
sistem dan perhitungan bagi hasil
sistem dan perhitungan bagi hasilsistem dan perhitungan bagi hasil
sistem dan perhitungan bagi hasil
 

Viewers also liked

Proposal koperasi copy
Proposal koperasi copyProposal koperasi copy
Proposal koperasi copyfspi
 
Proposal pendirian koperasi
Proposal pendirian koperasiProposal pendirian koperasi
Proposal pendirian koperasirili_oktaviani
 
Contoh kelengkapan dokumen untuk pendirian koperasi
Contoh kelengkapan dokumen untuk pendirian koperasiContoh kelengkapan dokumen untuk pendirian koperasi
Contoh kelengkapan dokumen untuk pendirian koperasiTien Agustini mistiawati
 
Penawaran kerjasama qah to bmt koperasi
Penawaran kerjasama qah to bmt koperasiPenawaran kerjasama qah to bmt koperasi
Penawaran kerjasama qah to bmt koperasiFATKHUR ROHMAN
 
Penubuhan koperasi
Penubuhan koperasiPenubuhan koperasi
Penubuhan koperasimaslenah
 
Bab 4-akuntansi-koperasi-simpan-pinjam
Bab 4-akuntansi-koperasi-simpan-pinjamBab 4-akuntansi-koperasi-simpan-pinjam
Bab 4-akuntansi-koperasi-simpan-pinjamvikingsyara
 
Format proposal permohonan pinjaman kepada lpdb
Format proposal permohonan pinjaman kepada lpdbFormat proposal permohonan pinjaman kepada lpdb
Format proposal permohonan pinjaman kepada lpdbSasak Gurantang
 
contoh laporan keuangan Koperasi
contoh laporan keuangan Koperasicontoh laporan keuangan Koperasi
contoh laporan keuangan KoperasiSiregil
 
Proposal Koperasi Kompas (Revisi)
Proposal Koperasi Kompas (Revisi)Proposal Koperasi Kompas (Revisi)
Proposal Koperasi Kompas (Revisi)Iqbalrmd
 
Contoh Surat Perjanjian Kerjasama
Contoh Surat Perjanjian KerjasamaContoh Surat Perjanjian Kerjasama
Contoh Surat Perjanjian KerjasamaJohn Manullang
 
Pengaruh modal sendiri terhadap perolehan sisa hasil usaha (shu) pada kpri di...
Pengaruh modal sendiri terhadap perolehan sisa hasil usaha (shu) pada kpri di...Pengaruh modal sendiri terhadap perolehan sisa hasil usaha (shu) pada kpri di...
Pengaruh modal sendiri terhadap perolehan sisa hasil usaha (shu) pada kpri di...yogieardhensa
 
Laporan praktek perkoperasian
Laporan praktek perkoperasianLaporan praktek perkoperasian
Laporan praktek perkoperasianDarmin Ly
 
Daftar simpanan anggota koperasi ksp bmt amanah mandiri desa konde kecamatan ...
Daftar simpanan anggota koperasi ksp bmt amanah mandiri desa konde kecamatan ...Daftar simpanan anggota koperasi ksp bmt amanah mandiri desa konde kecamatan ...
Daftar simpanan anggota koperasi ksp bmt amanah mandiri desa konde kecamatan ...Operator Warnet Vast Raha
 
Formulir permohonan pinjaman
Formulir permohonan pinjamanFormulir permohonan pinjaman
Formulir permohonan pinjamanMegayana Maretta
 

Viewers also liked (20)

Proposal koperasi copy
Proposal koperasi copyProposal koperasi copy
Proposal koperasi copy
 
Proposal pendirian koperasi
Proposal pendirian koperasiProposal pendirian koperasi
Proposal pendirian koperasi
 
Contoh kelengkapan dokumen untuk pendirian koperasi
Contoh kelengkapan dokumen untuk pendirian koperasiContoh kelengkapan dokumen untuk pendirian koperasi
Contoh kelengkapan dokumen untuk pendirian koperasi
 
Penawaran kerjasama qah to bmt koperasi
Penawaran kerjasama qah to bmt koperasiPenawaran kerjasama qah to bmt koperasi
Penawaran kerjasama qah to bmt koperasi
 
Penubuhan koperasi
Penubuhan koperasiPenubuhan koperasi
Penubuhan koperasi
 
Buku tata cara pendirian koperasi
Buku tata cara pendirian koperasiBuku tata cara pendirian koperasi
Buku tata cara pendirian koperasi
 
Proses Koperasi
Proses KoperasiProses Koperasi
Proses Koperasi
 
Bab 4-akuntansi-koperasi-simpan-pinjam
Bab 4-akuntansi-koperasi-simpan-pinjamBab 4-akuntansi-koperasi-simpan-pinjam
Bab 4-akuntansi-koperasi-simpan-pinjam
 
Laporan keuangan lengkap
Laporan keuangan lengkapLaporan keuangan lengkap
Laporan keuangan lengkap
 
Kartu koperasi simpan pinjam
Kartu koperasi simpan pinjamKartu koperasi simpan pinjam
Kartu koperasi simpan pinjam
 
Format proposal permohonan pinjaman kepada lpdb
Format proposal permohonan pinjaman kepada lpdbFormat proposal permohonan pinjaman kepada lpdb
Format proposal permohonan pinjaman kepada lpdb
 
contoh laporan keuangan Koperasi
contoh laporan keuangan Koperasicontoh laporan keuangan Koperasi
contoh laporan keuangan Koperasi
 
Proposal Koperasi Kompas (Revisi)
Proposal Koperasi Kompas (Revisi)Proposal Koperasi Kompas (Revisi)
Proposal Koperasi Kompas (Revisi)
 
Laporan keuangan koperasi
Laporan keuangan koperasiLaporan keuangan koperasi
Laporan keuangan koperasi
 
Materi pengenalan koperasi
Materi pengenalan koperasiMateri pengenalan koperasi
Materi pengenalan koperasi
 
Contoh Surat Perjanjian Kerjasama
Contoh Surat Perjanjian KerjasamaContoh Surat Perjanjian Kerjasama
Contoh Surat Perjanjian Kerjasama
 
Pengaruh modal sendiri terhadap perolehan sisa hasil usaha (shu) pada kpri di...
Pengaruh modal sendiri terhadap perolehan sisa hasil usaha (shu) pada kpri di...Pengaruh modal sendiri terhadap perolehan sisa hasil usaha (shu) pada kpri di...
Pengaruh modal sendiri terhadap perolehan sisa hasil usaha (shu) pada kpri di...
 
Laporan praktek perkoperasian
Laporan praktek perkoperasianLaporan praktek perkoperasian
Laporan praktek perkoperasian
 
Daftar simpanan anggota koperasi ksp bmt amanah mandiri desa konde kecamatan ...
Daftar simpanan anggota koperasi ksp bmt amanah mandiri desa konde kecamatan ...Daftar simpanan anggota koperasi ksp bmt amanah mandiri desa konde kecamatan ...
Daftar simpanan anggota koperasi ksp bmt amanah mandiri desa konde kecamatan ...
 
Formulir permohonan pinjaman
Formulir permohonan pinjamanFormulir permohonan pinjaman
Formulir permohonan pinjaman
 

Similar to Proposal Koperasi

M7. pembangunan ekonomi daerah
M7. pembangunan ekonomi daerahM7. pembangunan ekonomi daerah
M7. pembangunan ekonomi daeraherlina na
 
Tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Tugas 7 pembangunan ekonomi daerahTugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Tugas 7 pembangunan ekonomi daerahsiti aisah
 
Pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahPembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahInas Intishar
 
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerahPpt tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerahmohamad amsanudin
 
(M.irfani maulana 0484) pemberdayaan badan usaha milik desa (1)
(M.irfani maulana 0484) pemberdayaan badan usaha milik desa (1)(M.irfani maulana 0484) pemberdayaan badan usaha milik desa (1)
(M.irfani maulana 0484) pemberdayaan badan usaha milik desa (1)Windows112
 
Produk unggulan-agrokompleks-kediri
Produk unggulan-agrokompleks-kediriProduk unggulan-agrokompleks-kediri
Produk unggulan-agrokompleks-kediribeckht
 
03 Contoh LPJ BUMDes.docx
03 Contoh LPJ BUMDes.docx03 Contoh LPJ BUMDes.docx
03 Contoh LPJ BUMDes.docxAhmadRidho37
 
(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerah(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerahElisabeth Marina
 
7 pembangunan ekonomi daerah
7 pembangunan ekonomi daerah7 pembangunan ekonomi daerah
7 pembangunan ekonomi daerahAndi Sutandi
 
Majalah telisik edisi konawe
Majalah telisik edisi konaweMajalah telisik edisi konawe
Majalah telisik edisi konaweTELISIKID
 
PERANAN KOPERASI DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN.pptx
PERANAN KOPERASI DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN.pptxPERANAN KOPERASI DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN.pptx
PERANAN KOPERASI DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN.pptxakunnew4
 
Week 9 pembangunan ekonomi daerah yusinadia sekar sari 11140023 5 v
Week 9 pembangunan ekonomi daerah yusinadia sekar sari 11140023 5 v  Week 9 pembangunan ekonomi daerah yusinadia sekar sari 11140023 5 v
Week 9 pembangunan ekonomi daerah yusinadia sekar sari 11140023 5 v Yusinadia Sekar Sari
 
Tugas makro 3se3_wulandaripermatasari_09.6171_koperasiprovinsikalimantanselatan
Tugas makro 3se3_wulandaripermatasari_09.6171_koperasiprovinsikalimantanselatanTugas makro 3se3_wulandaripermatasari_09.6171_koperasiprovinsikalimantanselatan
Tugas makro 3se3_wulandaripermatasari_09.6171_koperasiprovinsikalimantanselatanWulandari Permatasari
 
Asmu'ah 5 x_11140176_pembangunan ekonomi daerah
Asmu'ah 5 x_11140176_pembangunan ekonomi daerahAsmu'ah 5 x_11140176_pembangunan ekonomi daerah
Asmu'ah 5 x_11140176_pembangunan ekonomi daerahAsmu'ah muah
 
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 9
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 9Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 9
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 9Rostiawati Hasan
 

Similar to Proposal Koperasi (20)

M7. pembangunan ekonomi daerah
M7. pembangunan ekonomi daerahM7. pembangunan ekonomi daerah
M7. pembangunan ekonomi daerah
 
Proposal kube fm
Proposal kube fmProposal kube fm
Proposal kube fm
 
Tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Tugas 7 pembangunan ekonomi daerahTugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
 
Pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahPembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerah
 
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerahPpt tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
 
(M.irfani maulana 0484) pemberdayaan badan usaha milik desa (1)
(M.irfani maulana 0484) pemberdayaan badan usaha milik desa (1)(M.irfani maulana 0484) pemberdayaan badan usaha milik desa (1)
(M.irfani maulana 0484) pemberdayaan badan usaha milik desa (1)
 
Produk unggulan-agrokompleks-kediri
Produk unggulan-agrokompleks-kediriProduk unggulan-agrokompleks-kediri
Produk unggulan-agrokompleks-kediri
 
Mengali Potensi Desa Barambai
Mengali Potensi Desa BarambaiMengali Potensi Desa Barambai
Mengali Potensi Desa Barambai
 
03 Contoh LPJ BUMDes.docx
03 Contoh LPJ BUMDes.docx03 Contoh LPJ BUMDes.docx
03 Contoh LPJ BUMDes.docx
 
Badan Usaha Milik Desa
Badan Usaha Milik DesaBadan Usaha Milik Desa
Badan Usaha Milik Desa
 
(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerah(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerah
 
7 pembangunan ekonomi daerah
7 pembangunan ekonomi daerah7 pembangunan ekonomi daerah
7 pembangunan ekonomi daerah
 
Putri lumongga e
Putri lumongga e Putri lumongga e
Putri lumongga e
 
Majalah telisik edisi konawe
Majalah telisik edisi konaweMajalah telisik edisi konawe
Majalah telisik edisi konawe
 
PERANAN KOPERASI DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN.pptx
PERANAN KOPERASI DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN.pptxPERANAN KOPERASI DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN.pptx
PERANAN KOPERASI DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN.pptx
 
Week 9 pembangunan ekonomi daerah yusinadia sekar sari 11140023 5 v
Week 9 pembangunan ekonomi daerah yusinadia sekar sari 11140023 5 v  Week 9 pembangunan ekonomi daerah yusinadia sekar sari 11140023 5 v
Week 9 pembangunan ekonomi daerah yusinadia sekar sari 11140023 5 v
 
Tugas makro 3se3_wulandaripermatasari_09.6171_koperasiprovinsikalimantanselatan
Tugas makro 3se3_wulandaripermatasari_09.6171_koperasiprovinsikalimantanselatanTugas makro 3se3_wulandaripermatasari_09.6171_koperasiprovinsikalimantanselatan
Tugas makro 3se3_wulandaripermatasari_09.6171_koperasiprovinsikalimantanselatan
 
Pengembangan usaha tani
Pengembangan usaha taniPengembangan usaha tani
Pengembangan usaha tani
 
Asmu'ah 5 x_11140176_pembangunan ekonomi daerah
Asmu'ah 5 x_11140176_pembangunan ekonomi daerahAsmu'ah 5 x_11140176_pembangunan ekonomi daerah
Asmu'ah 5 x_11140176_pembangunan ekonomi daerah
 
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 9
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 9Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 9
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 9
 

Proposal Koperasi

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sejak diberlakukannya UU No. 22/1999 tentang Pemerintah Daerah (Otonomi Daerah) sejak Januari 2001 yang lalu, menimbulkan paradigma pembangunan dari sentralistik (terpusat) ke desentralistik (ke daerah). Adanya perubahan ini, berarti daerah harus mempersiapkan diri dari berbagai aspek ; (1). Kesiapan SDM, (2); Kesiapan Keuangan; (3). Partisipasi masyarakat; dan (4). Kesiapan manajemen pengelolaan potensi daerah (sumber daya alam). Apabila kesiapan daerah belum memadai, dikawatirkan adanya kebijakan otonomi daerah tersebut akan menjadi beban dalam melanjutkan pembangunan di daerah. Jika otonomi daerah dipaksakan dan daerah belum siap, maka untuk mendapatkan sumber pendanaan (PAD), justru akan mengeksplotasi potensi daerah secara besar-besaran dan akibatnya di daerah akan terjadi kelangkaan sumberdaya (scarcity) dan akhirnya merugikan (mematikan) kelangsungan pembangunan. Faktor yang juga berpengaruh besar dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah partisipasi koperasi dalam dunia usaha, dan masyarakat golongan bawah, hal ini berarti sejalan dengan kesiapan masyarakat koperasi dalam pengembangan usaha dan kelembagaan. Tumbuhnya partisipasi masyarakat ini, berarti tumbuhnya semangat (spirit), kesadaran, kepercayaan, kerjasama dan inovasi untuk berkembang serta siap menghadapi persaingan dalam dunia usaha. Kesiapan koperasi dalam pengembangan usaha, secara tidak langsung akan menumbuhkan sektor ekonomi yang berarti, di dalamnya akan memberikan kontribusi dalam pemasukan (PAD) seperti pajak daerah, pajak bumi dan bangunan, retribusi, iuran dan pembayaran ongkos-ongkos pelayanan, bahkan usaha-usaha unggulan termasuk wisata alam/buatan dapat menarik investasi dari luar (domestik/asing) yang berarti meberikan jaminan untuk pemasukan PAD. goro/gel/02
  • 2. 2. Arah Pembangunan Era Reformasi Krisis ekonomi yang melanda Indonesia berawal sejak terjadinya krisis moneter pada pertengahan awal tahun 1997 dan berkembang menjadi krisis ekonomi dan krisis kepercayaan kepada pemerintah. Keadaan ini dipicu oleh terjadinya Sistim Ekonomi Konglomerasi (SEK) yang banyak dinodai oleh praktik-praktik bisnis yang tidak wajar seperti monopolistik, oligopoli dan monopsomi. Di samping itu SEK juga tidak mengakar pada kepentingan rakyat dan makin memperlebar jurang kesenjangan antara kaya dan miskin, antar wilayah atau antar sektor. Dampak paling buruk yang kita rasakan adalah tinginya tingkat inflasi (mencapai ± 80% pada tahun 1998), tingginya tingkat pengangguran, pertumbuhan ekonomi negatif, dan tingkat kemiskinan hampir mencapai 40% dari jumlah penduduk indonesia. Bertitik tolak dari gambaran krisis ekonomi seperti itu membuktikan bahwa SEK sudah tidak relevan lagi untuk dipertahankan. Untuk itulah maka pada Era Reformasi ini pradigma baru pembangunan harus dirubah. Pembangunan harus ditujukan kepada kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan segelintir orang atau kelompok. Pembangunan harus dikembangkan dengan berbasiskan ekonomi domestik pada Daerah Tingkat II (Kabupaten/Kodya). Disamping itu, tingkat kemandirian harus tinggi, adanya kepercayaan diri dan kesetaraan, meluasnya kesempatan berusaha dan pendapatan, partisipatif, adanya persaingan sehat, serta didukung dengan industri yang berbasiskan sumber daya alam. Semua ini merupakan ciri-ciri Sistim Ekonomi Kerakyatan (SER) yang harus kita tuju bersama. 3. Pengembangan Usaha Koperasi Berbasis Keanggotaan Bertitik tolak dari arah pembangunan Era Reformasi ini maka Pengembangan Usaha KSU Mega Goro diarahkan kepada ciri-ciri Sistim Ekonomi Kerakyatan, yang memang sebangun dengan Prinsip-prinsip Koperasi maka Arah pemikiran pengembangan usaha KSU. Mega Goro Agara dilandasi atas pemikiran sebagai berikut : a. Berdasarkan kepentingan anggota Bahwa usaha yang akan dirintis dan dikembangkan didasarkan oleh kebutuhan ril anggota dan calon anggota, baik kepentingan ekonomi usahanya maupaun kepentingan lainnya. Jadi usaha yang akan dikembangkan bukan atas dasar kepentingan pengurus atau kepentingan pihak-pihak lainnya. goro/gel/02
  • 3. b. Menyentuh kebutuhan anggota yang paling mendasar Bahwa pengembangan usaha koperasi yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan yang paling mendasar dan dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya serta dapat mengangkat harkat dan martabat anggota koperasi. c. Dapat menjadi solusi pemecahan masalah usaha yang dihadapi anggota Kegiatan usaha koperasi yang akan dikembangkan mempunyai kaitan langsung dengan kegiatan usaha anggota, dan usaha ini dikatakan efektif apabila menyelesaikan masalah usaha anggota. Contohnya, usaha kecil sektor informal di pedesaan, dalam pemenuhan kebutuhan modal usahanya sangat sulit berhubungan dengan Bank, hingga terjerat kepada rentenir, maka dengan kehadiran Usaha USP permasalahan usaha anggota dapat teratasi. d. Layak dikembangkan secara ekonomis Koperasi bukan lembaga sosial, tapi merupakan badan usaha, sehingga dalam pengembangan usahanya harus dikelola secara profesional, koperasi perlu melakukan peningkatan daya saing dengan jalan meningkatkan kualitas SDM, strukturisasi, efisiensi dan dinamika pemikiran dunia usaha. Disamping itu aspek kewirausahaan juga perlu dikembangkan untuk melihat keadaan usaha ke depan serta secara ekonomis usaha yang akan dikembangkan layak dijalankan. Jadi perlu adanya kajian-kajian, dan belajar dari pengalaman yang sudah-sudah serta niat baik yang tulus, iklas yang dilandasi Ilmu, Tehnologi, Iman dan Taqwa. Berdasarkan uraian tersebut diatas, KSU. MEGA GORO AGARA merencanakan pengembangan usaha jasa perkreditan yaitu Unit Simpan Pinjam (USP) di Kabupaten Aceh Tenggara, dengan membentuk Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) di titik-titik strategis sasaran pelayanan usaha. Pembentukan TPK – USP – KSU. MEGA GORO AGARA yang dinilai layak dan dapat berkembang yaitu sebanyak 10 TPK yaitu di lokasi – lokasi strategis di Kabupaten Aceh Tenggara. Pembentukan TPK tersebut didasarkan atas jarak tempuh dengan desa-desa sekitarnya, relatif dapat dijangkau dengan roda kenderaan dua dan empat, tingginya aktivitas perekonomian, lokasi pasaran (pekan), dan jangkauan jumlah desa yang dilayani. goro/gel/02
  • 4. 4. Maksud dan Tujuan Pengembangan Usaha Secara umum maksud pengembangan usaha ini adalah untuk meningkatkan kemampuan KSU. MEGA GORO AGARA untuk melayani kegiatan usaha yang dilakukan oleh anggota, calon anggota dan masyarakat, khususnya dalam hal dukungan perkuatan permodalan, disamping itu diharapkan usaha koperasi dan usaha anggota meningkat baik volume maupun kualitasnya. Adapun tujuan pengembangan usaha adalah : a. Mendirikan Unit Usaha Simpan Pinjam koperasi yang dikelola secara profesional, dan berdasarkan kepentingan usaha anggota, calon anggota dan masyarakat di Kab. Aceh Tenggara. b. Memperankan koperasi sebagai organisasi bisnis, dengan memberikan pelayanan prima kepada para anggota, calon anggota, anggota luar biasa dan masyarakat sekitarnya. c. Memperankan koperasi dalam kiprah perekonomian daerah dalam mendukung era otonomi daerah, melalui perkuatan permodalan usaha kecil sektor informal di pedesaan. d. Kegiatan usaha yang dalakukan dapat menciptakan peluang dan kesempatan kerja. e. Mendorong kegiatan usaha lainya untuk dapat berkembang lebih cepat khususnya kegiatan usaha di pedesaan (usaha kecil sektor informal). goro/gel/02
  • 5. BAB II KEADAAN WILAYAH KABUPATEN ACEH TENGGARA 1. Keadaan Umum Kabupaten Aceh Tenggara a. Letak Geografis dan Administrasi. Letak geografis Kabupaten Aceh Tenggara antara 23° 55’ 23” – 4 16’ 37” Lintang Utara dan 96° 43’ 23” – 98° 01’ 32” Bujur Timur dan dikelilingi oleh Bukit Barisan dan Gunung Leuser yang memanjang dari Utara ke Selatan dengan batas sebagai berikut (lihat gambar ) : · Sebelah Utara : Kabupaten Aceh Timur dan Tamiang · Sebelah Timur : Kabupaten Aceh Timur dan Prop. Sumatera Utara · Sebelah Selatan : Kabupaten Aceh Selatan · Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Selatan dan Aceh Barat Luas wilayah Kabupaten Aceh Tenggara sebelum pemekaran (Kabupaten Aceh Tenggara dimekarkan jadi menjadi 2 (dua) kabupaten pada tahun 2002) adalah 9.950,990 Km2 yang terbagi dalam 9 kecamatan dan 229 desa, seperti terlihat pada tabel 1. Tabel 1 Luas Kecamatan dan Jarak Ibukota Kecamatan Ke Ibukota Kabupaten Tahun 2001 (Sebelum Pemekaran) No Kecamatan Ibukota Luas (Km2) (%) Jarak Ibukota Kec. Ke Ibu kota Kab. 1 Lawe Alas Ngkeran 2.136.530 21,7 6,5 2 Lawe Sigalagala Kuta Tengah 146.430 1,5 20,8 3 Bambel Kuning 10.550 1,1 5,5 4 Babussalam Prapat Hilir 82.100 0,8 3,0 5 Badar Purwodadi 1.765.800 17,7 5,0 6 Blangkejeren Blangkejeren 3.311.320 33,3 104,0 7 Kuta Panjang Kuta Panjang 705.460 7,1 111,0 8 Rikid Gaib Keyaran 595.375 5,9 128,0 9 Terangon Terangon 1.107.425 11,2 142,0 Sumber : Kab. Aceh Tenggara dalam angka tahun 2001 Luas wilayah Kabupaten Aceh Tenggara sesudah pemekaran pada tahun 2002 adalah 4.231,410 Km2 yang terbagi dalam 7 kecamatan dan 163 desa, seperti terlihat pada tabel 2. goro/gel/02
  • 6. Tabel 2 Luas Kecamatan dan Jarak Ibukota Kecamatan Ke Ibukota Kabupaten Tahun 2002 (Sesudah Pemekaran) No Kecamatan Ibukota Luas (Km2) (%) Jarak Ibukota Kec. Ke Ibu kota Kab. 1 Lawe Alas Ngkeran 2.136,530 50,49 6,5 2 Lawe Sigalagala Kuta Tengah 43,920 1,04 20,8 3 Bambel Kuning 100,550 2,38 5,5 4 Babussalam Prapat Hilir 82,100 1,94 3,0 5 Badar Purwodadi 971,190 22,95 5,0 6 Darul Hasanah Darul Imarah 794,610 18,78 6,0 7 Babul Makmur Tanoh Alas 102,510 2,42 31,0 Sumber : Kab. Aceh Tenggara dalam angka tahun 2002 Dari tabel 1 tersebut terlihat bahwa luas wilayah kecamatan dalam Kabupaten Aceh Tenggara sangat bervariasi. Luas wilayah Kecamatan yang paling luas terdapat pada Kecamatan Lawe Alas, kemudian diikuti oleh Badar dan Darul Hasanah. Sedangkan luas terkecil wilayahnya yaitu kecamatan Babussalam. b. Topografi Fisiografi wilayah Kabupaten Aceh Tenggara adalah datar di Lembah Lawe Alas dan disekitar sungai-sungai, serta berbukit-bukit hingga bergunung kearah Barat, Utara dan Timur wilayah. Dari Peta Topografi terlihat bahwa Kabupaten Aceh Tenggara memiliki dataran yang sempit karena sebahagian wilayahnya bergelombang dan bergunung. Gambaran kelas lereng wilayah Kabupaten Aceh Tenggara memiliki lahan datar (lereng 0 – 8 %) yang sangat sempit yaitu 91.556 Ha atau 9,20 % total luas wilayah. Wilayah dengan lahan berlereng > 40 % mencapai 243.678 Ha atau 24,49 % dari total luas wilayah Aceh Tenggara, sisanya 659.864 Ha atau 66,31 % dari total wilayah berlereng 8 – 40 %. Sedangkan ketinggian dapat dilihat bahwa Kabupaten Aceh Tenggara didominasi oleh daerah berketinggian lebih dari 500 m diatas permukaan laut (dpl). Wilayah ini mencapai luas 809.757 Ha atau 81,38 % total wilayah. Daerah dengan ketinggian kurang 500 m dpl adalah 185.341 ha atau 18,62 % total wilayah. goro/gel/02
  • 7. c. Tanah Jenis tanah diwilayah Kabupaten Aceh Tenggara meliputi regosol (utisol), potsolik merah kuning (PMK), andosol (inceptisol), alivial, kolplek PMK dan litosol, komplek PMK, komplek podsolik coklat dan komplek renzina litosol. Jenis tanah menunjukkan bahwa wilayah ini didominasi oleh tanah regosol dan komplek podsolik coklat yang luasnya 399.244 Ha atau 40,12 % total wilayah dan 312.716 atau 31,42 % total wiayah. Di lembah Sungai Alas terdapat tanah aluvial. Kedalaman tanah efektif di wilayah Kabupaten Aceh Tenggara didominasi oleh tanah berkedalaman lebih besar dari 90 cm dengan luas 939.614Ha atau 94,42 % total wilayah. Sisanya hanya 5,58 % atau seluas 55.484 Ha berkedalaman efektif 30 cm. Keadaan drainese tanah menunjukkan bahwa tiap kecamatan dalam wilayah Kabupaten Aceh Tenggara tidak pernah mengalami genangan air, baik priodik maupun tahunan. Banyaknya anak sungai dengan kecuraman yang tajam memungkinkan air permukaan bergerak bebas. d. Iklim Suhu rata-rata diwilayah Aceh Tenggara adalah 21 – 31 C. Wilayah ini beriklim tropis basah dengan curah hujannya tidak merata dari suatu tempat ketempat lainnya. Curah hujan dikabupaten Aceh Tenggara berkisar 1.705 – 2.559 mm/tahun, dengan rata-rata hari hujan 103 – 105 hari/tahun, bulan basah terdapat pada bulan September s/d Februari dan bulan kering terdapat pada bulan Maret s/d Agustus. e. Hidrologi dan Hidrogeologi Sebahagian wilayah Kabupaten Aceh Tenggara merupakan pegunungan Bukit Barisan yang secara geologi terutama terdiri atas sedimentasi batuan upper palezoic dan mesozoic. Pada bagian pegunungan ini terjadi patahan dibeberapa tempat. Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara merupakan hulu tiga sungai besar di Aceh, yaitu Sungai Tamiang, Kluet dan Tripa. Disamping itu dalam wilayah ini mengalir Suangai Alas yang bermuara di pantai Barat Aceh. Ditinjau dari pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS), wilayah kabupaten ini terdiri dari empat DAS penting DAS Kr. Tripa, DAS KR. Kluet, DAS Lawe Alas, dan DAS Kr. Tamiang yang goro/gel/02
  • 8. luasnya berturut-turut 4.025 Km, 4.060 Km, 7.557 Km, 5.630 Km. Total aliran limpasan puncak dan debit banjir tahunan keempat DAS tersebut masing-masing 4.611,4 M3/detik. f. Geologi dan Geologi Tata Lingkungan Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara terletak pada Zona Patahan Utama Sumatera yang masih aktif. Keadaan strukturnya rumit dengan topografi yang dikontrol oleh patahan muda yang terjadi pada segmen-segmen tengah sistem patahan Sumatera. Ada empat patahan utama di daerah ini patahan lokop Kutacane, Blangkejeren – Mamas dan Patahan Lawe Alas. Susunan batuan terdiri dari atas batuan pratersier sampai kuarter. Batuan sedimen terlipat dan sedimen horizontal sangat dominan masing-masing mencakup luas wilayah 411.739 Ha dan 280.254 Ha. Jenis batuan lainnya adalah batuan beku dan batuan malihan. Dari aspek geomorfologi, wilayah Kabupaten Aceh Tenggara terdiri atas tiga satuan yaitu satuan pedataran yang menempati kawasan depresi, satuan perbulitan di daerah ketinggian diatas 250 – 900 m dpl dan satuan pegunungan tinggi yang menempati daerah ketinggian di atas 900 m dari permukaan laut. Satuan perbukitan berbentuk kerucut tumpul dengan lembah dan sungai yang kecuramannya tidak begitu tajam dengan kemiringan lereng dibawah 50 %. Batuan yang membentuk satuan ini terdiri atas batuan sedimen tersier dan batuan gunung api. Pada satuan pegunungan tinggi terbentuk tebing-tebing yang curam berlembah sempit dengan kemiringan lebih dari 50 %. Satuan ini dibentuk oleh batuan pratersier dan batuan malihan serta secara setempat batuan trobosan dan batuan gunung api tersier. g. Penggunaan Lahan. Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara merupakan pegunungan dengan kemiringan yang tinggi. Namun demikian wilayah ini kaya dengan berbagai jenis flora dan fauna. Oleh karena itu sebagian besar wilayah ditetapkan sebagai hutan lindung dan cagar alam. Cagar Alam Taman Nasional Gunung Leuser menempati luas 500.000 Ha atau 50,24 % dari total wilayah (sebelum pemekaran, data sesudah pemekaran belum diperoleh). Luas wilayah yang dapat digunakan untuk pemukiman (11,2 %) dan kegiatan pertanian (4,20 %) dalam arti luas relatif sangat sempit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3. goro/gel/02
  • 9. Dari tabel 3 tersebut menunjukkan, bahwa luas wilayah yang digunakan untuk berbagi tujuan budidaya adalah 51.546 Ha atau 5,19 % dari total luas wilayah. Kedalaman luas tersebut belum termasuk hutan produksi yang telah diserahkan kepada pengusaha HPH. Potensi areal pertanian seluas 42.093 Ha (4,29 %) selain itu masih terdapat areal yang belum dimanfaatkan (sleeping land) seluas 11.946 Ha yang tersebar diseluruh kecamatan. Tabel 3 Luas Wilayah (Ha) Menurut Penggunaan Lahan Di kabupaten Aceh Tenggara (Sebelum Pemekaran) Tahun 2000 No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Wilayah Ha ( % ) 1. Wilayah Taman Nasional Gunung Leuser 500.000 50,24 % 2. Hutan Lindung/Produksi 330.000 33,16 % 3. Padang Rumput/Alang-alang 9.453 0,90 % 4. Areal Pertanian 42.093 4,29 % 5. Perkampungan 111.463 11,20 % Jumlah 995.099 100 % Sumber : Kab. Aceh Tenggara dalam angka tahun 2000 Potensi areal pertanian seluas 42.093 Ha (4,29 %) selain itu masih terdapat areal yang belum dimanfaatkan (sleeping land) seluas 11.946 Ha yang tersebar diseluruh kecamatan. 2. Keadaan Sosial a. Kependudukan Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tenggara tahun 2001 sebesar 149.695 jiwa yang terbagi dalam 32.361 rumah tangga dengan kepadatan penduduk antara 9,5 – 633 jiwa/Km2 dan rata-rata kepadatan penduduk sebesar 35 jiwa/Km2 (Lihat Tabel 4). Kecamatan yang paling padat penduduknya sampai kepada yang paling jarang dalah berturut-turut Kecamatan Lawe Sigalagala, Kecamatan Babussalam, Kecamatan Bambel, Kecamatan Badar, Kecamatan Babul Makmur, Kecamatan Darul Hasanag dan Kecamatan Lawe Alas. Sedangkan jenis mata pencaharian yang paling dominan di Kabupaten Aceh Tenggara adalah Petani 84%, Buruh 2,4%, Pedagang 5,8%, PNS 1,4 % dan lain-lain 6,4 %. goro/gel/02
  • 10. Tabel 4 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan Dalam Kabupaten Aceh Tenggra Tahun 2002 No. Kecamatan Luas (Km2) Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) 1 Lawe Alas 2.136 20.176 9,40 2 Lawe Sigalagala 44 27.791 633,00 3 Bambel 101 30.485 303,20 4 Babussalam 82 32.213 392,40 5 Badar 971 16.277 17,40 6 Babul Makmur 103 11.911 116,21 7 Darul Hasanah 795 10851 14,68 Jumlah 4.232 149.695 35,33 Sumber : Monografi Kab. Aceh Tenggara, 2002 b. Adat Istiadat Kabupaten Aceh Tenggara merupakan pinyu gerbang masuk kelurnya suku dari daerah lain, ini disebabkan karena letak geografisnya yang langsung berbatasan dengan Provinsi Sumatra Utara (Kabupaten Tanah Karo) dan mempunyai kesamaan bahasa dan istiadat dengan suku tersebut. Secara umum adat istiadat yang berkembang di Kabupaten Aceh Tenggara sesuai dengan suku yang mendaiami daerah ini seperti suku; Alas, Gayo, Singkil, Aceh, Karo, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Padang, Melayu dan Jawa. Agama yang dianut mayoritas adalah Islam dan sisanya Kristen Protestan. Keragaman etnis yang mendiami Kabuapten Aceh Tenggara ini, membawa konsensi masyarakatnya mempunyai tingkat toleransi yang cukup tinggi, pelaksanaan adat istiadat dan ibadah kegamaan tidak menemui kesulitan dan dapat berintraksi dengan baik. 3. Keadaan Ekonomi a. Struktur Ekonomi goro/gel/02
  • 11. Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Aceh Tenggara atas dasar harga konstan tahun 1993, menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2001 sebesar 1,99 % b. Sektor Pertanian  Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan Secara garis besar sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian di Kabupaten Aceh Tenggara dan memberikan sumbangan sebesar 50 %. Tanaman padi sawah adalah komoditi andalan di kabupaten ini. Selain dari tanaman padi sawah tanaman bahan makanan lainnya juga cukup potensial seperti : jagung, kacang tanah, kedelai, cabe, rambutan, langsat, jeruk, durian dan nenas.  Sub Sektor Perkebunan Komoditi perkebunan yang cukup potensial yaitu : karet, kelapa, kopi, tembakau, nilam, kemiri, pinang dan gambir. Komoditi-komoditi perkebunan potensial di Aceh Tenggara mengalami peningkatan produksi yang cukup variatif. Diantaranya komoditi tanaman gambir yang merupakan komoditi khas Kabupaten Aceh Tenggara (Kecamatan Lawe Alas dan Badar).  Sub Sektor Perikanan Usaha budidaya perikanan yang ada adalah perikanan darat yang dilakukan pada media kolam dan sawah. Budidaya perikanan di sawah diusahakan secara bergilir dengan padi sawah, dengan jenis ikan yang dibudidayakan meliputi : ikan mas, ikan mujair, ikan lele, belut dan ikan jurung.  Sub Sektor Peternakan Jenis ternak yang dikembangkan meliputi : sapi, kerbau, kuda, kambing, babi, domba, ayam dan itik. Untuk ternak besar, kerbau adalah jenis ternak yang paling banyak diusahakan masyarakat terutama di Kecamatan Blangkejeren, Kuta Panjang, Rikit Gaib dan Terangon.  Sub Sektor Kehutanan Luas hutan di kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 1999 seluas 880.000 Ha terdiri dari hutan lindung 168.000 Ha (19,09 %), hutan produksi terbatas 135.000 Ha ( 15,34 goro/gel/02
  • 12. %), hutan suaka alam/kawasan Taman Nasional Gunung Leuser 500.000 Ha ( 56,82 %) dan hutan cadangan (hutan produksi yang dapat dikonversi) 77.000 Ha (8,75 %). c. Sektor Perdagangan Perkembangan dalam bidang perdagangan sangat erat kaitannya dengan perkembangan pada bidang lainnya, khususnya dalam kebijaksanaan pengadaan dan pendistribusian barang dan bahan-bahan penting lainnya. Adapun usaha perdagangan daerah dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan, khususnya usaha kecil formal dan usaha kecil non formal. d. Sektor Industri Perkembangan sektor industri di Kabupaten Aceh Tenggara hanya bertumpu pada perusahaan industri yang berskala kecil dan industri Kerajinan Rumah Tangga. Perusahaan Industri yang berskala menengah hanya ada 2 perusahaan, sedangkan industri yang berskala besar belum ada sama sekali. Perusahaan industri yang berskala kecil ada 444 buah dan industri kerajinan rumah tangg 1.358 yang lokasinya merata disemua kecamatan dengan beraneka jenis usaha. Jenis industri kecil di Kabupaten Aceh Tenggara ada 2 yaitu industi kecil formal dan industri non formal, keduanya bergerak dibidang (komoditi) : a. Pangan yang terdiri dari : Pengupasan kopi, pembuatan tepung beras, pembuatan gula tebu, pembuatan gula merah, pembuatan bubuk kopi, pembuatan es batu, pembuatan tempe, pembuatan tahu, pembuatan kerupuk gilingan rempah, pembuatan kepang, pembuatan limun, pembuatan roti, pembuatan jamu botol, pengupasan kemiri dan perontokan jagung. b. Sandang dan kulit terdiri dari usaha bordir, penjahit pakaian, pembuatan pakaian adat, dan penjahit kopiah. c. Kimia dan bahan bangunan, terdiri dari : Kilang kayu mekanis, ketam, kozen mekanis, meubel kayu, pembuatan gambir meubel rotan, pembuatan kursi bambu, penyulingan minyak sereh wangi, pembuatan tegel dan usaha batu bata. goro/gel/02
  • 13. d. Kerajinan dan Umum, terdiri dari : Anyaman pandan, anyaman rumbia, anyaman bambu, gagang alsin tani, tukang tilam, pembuatan batu aji, tukang emas, pembuatan sapu ijuk, keriting rambut, ukiran kayu, pembuatan gerabah dan kerajinan lidi. e. Logam terdiri dari : Usaha pandai besi, tukang kaleng, tukang las dan reparasi alat-alat elektronik termasuk reparasi jam. f. Untuk industri kecil formal terdapat 444 unit usaha dagang mempergunakan 1.530 orang tenaga kerja, jumlah investasi Rp. 1,64 milyar dan menghasilkan output sebesar Rp. 13,31 milyar (liha tabel 5). Pada tahun 2001 Untuk industri kecil non formal terdapat 1.358 unit usaha dengan mempekerjakan 3.773 orang tenaga kerja, jumlah investasi yang ditanamkan sebesar Rp. 236,14 juta dan menghasilkan output sebesar Rp. 5,34 milyar (lihat tabel 5). Tabel 5 Keadaan Industri Kecil Non Formal Di Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2001 No. Komoditi Jumlah Unit Usaha (UU) Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Jumlah Investasi (Rp. 000) Jumlah Output (Rp. 000) 1. Pangan 562 1.934 49.600 3.353.500 2. Sandang dan kulit 57 158 25.000 280.000 3. Kimia dan Bahan Bangunan 266 641 90.360 868.500 4. Kerajinan dan umum 421 936 41.140 665.000 5. Logam 51 104 30.036 169.000 Jumlah 1.358 3.773 236.136 5.336.000 Sumber : Monografi Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2001. BAB II KEADAAN KSU. MEGA GORO AGARA 1. Sejarah Berdirinya KSU. Mega Goro Agara KSU. Mega Goro Agara didirikan pada tanggal 20 Pebruari 2001 di Kutacane, yang dihadiri sebanyak 107 peserta, yang hadir ummumnya dari unsur simpatisan, anggota dan pengurus di lingkungan PDIP Komca Kabupaten Aceh Tenggara. Dari segi profesi umum anggota ini sebagai wirausaha-wirausaha di berbagai sektor dan lini, yang secara aktif berperan mewarnai goro/gel/02
  • 14. roda perekonomian Kabupaten Aceh Aceh Tenggara. Pada Rapat Pendirian tersebut terpilih pengurus pertama adalah ; - Zul Masrul, sebagai ketua, - M. Yusuf Ariga, sebagai sekretaris dan - M. Yusri Rangkuti, SP sebagai bendahara. Adapun yang melatar belakangi pendirian koperasi ini antara lain atas prakarsa beberapa anggota, dan saran dari Pimpinan Pusat Organisasi, agar didirikan koperasi sebagai wadah bersama dalam peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat, dapat berperan aktif dalam kegiatan ekonomi daerah secara adil dan fair. Pada tanggal 12 Juli 2001 Akta Pendirian KSU. Mega Goro Agara disahkan oleh pejabat yang berwenang (Dinas Penanaman Modal, Koperasi dan PKM Kabupaten Aceh Tenggara) dengan Nomor : 152/BH/KDK.1-8/VII/2001 Tanggal 12 Juli 2001. 2. Gambaran Umum Kegiatan Usaha Sejak saat pendirian sampai dengan saat ini, diusianya yang masih sangat dini, kegiatan usaha KSU. MEGA GORO AGARA belum ada yang berjalan seperti yang diharapkan. Untuk mengembangkan program-program usaha dihadapkan pada kendala terutama dalam hal permodalan, dimana kemampuan pemupukan modal dari anggota sangat terbatas sekali, sehingga untuk pembentukan usaha koperasi belum dapat terwujud. 3. Lokasi Usaha dan Kantor Pusat Lokasi usaha dan Kantor Pusat KSU. MEGA GORO AGARA di Jl. Melati No. 07 Kecamatan Babussalam Kab. Aceh Tenggara. Lokasi usaha ini secara ekonomis cukup strategis karena mudah dijangkau oleh anggota dan mitra dagang koperasi, karena didukung oleh sarana umum yang cukup memadai dan dapat dicapai berbagai alat transportasi, sehingga memudahkan pelayanan bagi anggota dan anggota potensial dari berbagai kecamatan di Kabupaten Aceh Tenggara. goro/gel/02
  • 15. 4. Aspek Yuridis Formal Secara yuridis formal KSU. MEGA GORO AGARA dapat beroperasi karena telah didukung oleh surat perizinan sebagai berikut ; 1. Badan Hukum No. 152/BH/KDK.1-8/VII/2001 Tanggal 21 Juli 2001 2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) No. 516/094/III/2002 3. Surat Keterangan Izin Tempat Usaha (SKITU) No.503/076/SITU/2002 4. Tanda Daftar Perusahaan Koperasi (TDPK) No. 010820100201 5. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) N0. 01.177.860.0-102.000 5. Aspek Organisasi dan Manajemen · Keanggotaan Jumlah Anggota KSU. MEGA GORO AGARA sampai dengan saat ini, berdasarkan data keanggotaan, tercatat sebanyak 107 orang. Pada masa yang akan datang jumlah anggota ini diharapkan akan bertambah seiring dengan peningkatan pelayanan yang diberikan oleh koperasi. · Administrasi Administrasi organisasi dan administrasi usaha direncanakan dikerjakan dengan baik dan tertib dan dilaksanakan oleh personil yang tepat oleh KSU. MEGA GORO AGARA. Administrasi organisasi yang digunakan adalah buku 16 yang dikeluarkan oleh pejabat. · Pengurus Susunan pengurus KSU. MEGA GORO AGARA, merupakan susunan pengurus kedua sejak saat pendirian dengan susunan sebagai berikut : Ketua I : ZUL MASRUL Ketua II : LANTRA Sekretaris I : M. ASWIN, SE goro/gel/02
  • 16. Sekretaris II : SEHIMA Bendahara : M. YUSRI RANGKUTI, SP · Badan Pengawas : Susunan Badan Pengawas Priode 2001 s/d 2004 adalah sebagai berikut : Ketua : M. YUSUF ISA Anggota : LANTRA Anggota : MAIJIN SIMANJUNTAK · Manejer Utama : Berdasarkan Rapat Pengurus tentang pelaksanaan kegiatan usaha koperasi, maka disadari bahwa pengelolaan usaha harus profesional, maka diputuskan untuk mengangkat manejer utama sebagai pengelola profesional usaha-usaha KSU. Mega Goro Agara. Adapun Manejer utama dengan bagian unit-unit usaha lainnya sebagai pembantu manejer utama adalah sebagai beikut :  Manejer Utama : M. ASWIN, SE  Bidang Unit Simpan Pinjam (USP) : SAMSUL, SE  Bidang Industri dan Perdagangan : SAMSUL BAHRI  Bidang Jasa Angkutan : ISWATI, ST  Bidang Sanggar Seni Budaya : SRI MAHYUNI DARA, S.Pd  Bidang Komoditi Pertanian : ELPIANTO  Bidang Traveling/Keparawisataan : A. BAKRI 6. Aspek Keuangan Jumlah asset yang dimiliki KSU. MEGA GORO AGARA saat ini (per 30 Desember 2001) sebesar Rp. 8.889.000,- . yang merupakan modal sendiri dan yang berasal dari luar anggota koperasi lebih rinci lihat Lampiran 1 (Neraca KSU. Mega Goro Agara Per 31 Desember 2001). goro/gel/02
  • 17. BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA UNIT SIMPAN PINJAM (TPK – USP – KSU. MEGA GORO AGARA) 1. Alasan Pemilihan Usaha USP Berdasarkan analisa potensi wilayah Kabupaten Aceh Tenggara, aspek kepentingan /kebutuhan anggota dan calon anggota koperasi, sumber daya yang dimiliki, serta potensi goro/gel/02
  • 18. pasar yang akan digarap, pangsa pasar yang mungkin diserap, kesesuai dengan kebutuhan ril anggota, maka KSU. MEGA GORO AGARA merencanakan pengembangan usaha Unit Simpan Pinjam (USP). Kita ketahui bersama bahwa permasalahan utama yang dihadapi Usaha Kecil khususnya sektor informal di pedesaan maupun perkotaan, adalah ; Kemampuan Akses Pasar yang lemah, Kemampuan terhadap pengembangan SDM rendah, Pengusaan terhadap tehnologi rendah dan Akses terhadap sumber-sumber keuangan seperti perbankan, dan lembaga keuangan lainnya sangat lemah, Lemahnya kemampuan permodalan dan akses terhadap perbankan hampir merata dialami oleh usaha kecil sektor informal yang ada di pedesaan, sehingga selalu terjerat kepada rentenir atau yang sejenisnya. Maka dinilai kegiatan usaha yang tepat saat ini adalah mengembangakan kegiatan usaha USP yang berbasiskan kepentingan anggota dan calon anggota yang melakukan kegiatan usaha berbagai bidang yang ada di pedesaan. 2. Profil Tempat Pelayanan Koperasi – Unit Simpan Pinjam (TPK – USP) Kegiatan uasah USP yang dilakukan direncanakan dengan membentuk TPK – USP (Tempat Pelayanan Koperasi Unit Simpan Pinjam) di setiap kemukiman yang mempunyai aktivitas ekonomi yang tinggi dan mempunyai hari pasaran (Pekan) di Kabupaten Aceh Tenggra. Ada 10 (enam ) TPK-USP yang direncanakan dibentuk yaitu sepert terlihat pada tabel 6. Kriteria lokasi yang yang dipilih adalah antara lain mempunyai aktivitas ekonomi yang cukup tinggi, mempunyai hari pasaran (pekan), di lokasi ini masyarakat menjual hasil bumi, hasil ternak, hasil pertanian, hasil kerajinan, dan komoditi lainnya. Dengan demikian kegiatan TPK, dan kegiatan ekonomi anggota dan calon anggota saling terkait. Tabel 6 Rencana Pembentukan TPK – USP – KSU. MEGA GOROB AGARA Di Kabupaten Aceh Tenggara No Nama TPK Lokasi TPK Kecamatan 1 TPK – USP Unit Lawe Desky Ds. Lawe Desky Babul Makmur 2 TPK – USP Unit Lawe Sigalagala Ds. Lawe Sigalagala Lawe Sigalagala 3 TPK – USP Ds. Sp. Semadam Lawe Sigalagala goro/gel/02
  • 19. Unit Simpang Semadam 4 TPK – USP Unit Kuning Ds. Kuning Bambel 5 TPK – USP Unit Kelurahan Kota Kelurahan Kota Kutacane Babussalam 6 TPK – USP Unit Pasar Inpres – Kutacane Pasar Inpres Kutacane Babussalam 7 TPK – USP Unit Badar Badar Badar 8 TPK – USP Unit Ngkeran Ngkeran Lawe Alas 9 TPK – USP Blangkejeren Blangkejeren Blankejeren 10 TPK – USP Darul Hasanah Mamasta Darul Hasanah 3. Manajemen TPK - USP ¨ Aspek Sumber Daya Manusia TPK-USP yang dibentuk tersebut dikelola secara profesional, dan dilengkapi dengan prasarana pendukung yang memadai. Pada setiap TPK ditempatkan 3 (tiga) orang personil yang sudah dididik dan dilatih tentang manajemen USP, dan dilakukan secara berkesinambunngan, minimal dilatih setiap tahun sekali. Adapun ketiga personil serta kualifikasi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut a. Koordinator 1 (satu) orang, pendidikan minimal D3 Bidang Ekonomi dan mempunyai minat yang tinggi terhadap koperasi dan pembinaan usaha kecil. b. Kasir 1 (satu) orang, pendidikan minimal SLTA Kejuruan Bidang Ekonomi dan mempunyai minat yang tinggi terhadap koperasi dan pembinaan usaha kecil. c. Petugas lapangan 1 (satu) orang, pendidikan minimal SLTA, Komunikatif, familiar dan mempunyai minat yang tinggi terhadap koperasi dan pembinaan usaha kecil. ¨ Aspek Prasaran dan Sarana Disamping personil tersebut sarana dan prasarana yang dibutuhkan setiap TPK adalah minimal Perabotan kantor, Mesin ketik dan ATK lainnya serta satu unit sarana transportasi kenderaan roda dua untuk pool kantor, dan pekerjaan lapangan. goro/gel/02
  • 20. ¨ Aspek Organisai Setiap TPK, Kordinatornya bertangungjawab sepenuhnya terhadap kegiatan USP yang telah digariskan. Koordinator mengawasi tugas bawahannya, membimbing dan mengarahkan. Koordinator dengan dibantu stafnya menyusun program bulanan, semesteran dan tahunan dan melaporkan dan mempertanggungjawabkannya kepada Kepala Bagian USP KSU Mega Goro. ¨ Aspek Administrasi dan Akuntansi Sistim administrasi keuangan yang direncanakan diterapkan adalah sistim administrasi USP/KSP yang dikelurkan oleh Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, dan dilakukan modifikasi sesuai dengan kebutuhan dengan ketentuan tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang ada dan Prinsip Akuntansi Koperasi Indonesia. 4. Produk Layanan TPK – USP – KSU Mega Goro a. Pinjaman modal kerja bagi usaha kecil sektor informal ¨ Pada tahap awal direncanakan pemberian pinjaman modal kerja kepada usaha kecil sektor informal seperti pedagang sayur, pedagang makanan, pedagang kios, pedagang ikan, pedagang ternak, dan pedagang hasil bumi. ¨ Maksimum pinjaman modal kerja sebesar Rp. 600.000,- dengan lama waktu pinjaman 4 (empat) bulan. ¨ Jasa pinjaman ditetapkan sebesar 3% per bulan dihitung secara merata setiap bulan. ¨ Angsuran pinjaman dilakukan secara mingguan, sesuai dengan hari pasaran atau menurut kebutuhan anggota. ¨ Pemberian pinjaman dilakukan dengan seleksi yang cukup ketat dan rasional. Persyaratan administrasi peminjam cukup photo copy KTP, dan alamatnya serta kegiatan usahanya diketahui oleh petugas lapangan. ¨ Pada awal operasi usaha ini jasa pinjaman diberikan kepada anggota koperasi dan calon anggota. goro/gel/02
  • 21. b. Simpanan Seperti umumnya USP/KSP bahwa modal yang dikelola adalah modal anggota koperasi, USP/KSP mempunyai prinsip “dari anggota oleh anggota dan untuk anggota. Pada tahap awal operasi usaha ini belum ditetapkan tingkat suku jasa simpanan anggota dan belum dikelurkan produk jasa layanan simpanan oleh anggota, namun demikian anggota dan calon anggota yang menyimpan akan dilayani juga. 5. Perkiraan Pembiayaan Setiap TPK – USP – KSU. Mega Goro Agara Untuk memprediksi pembiayaan setiap unit TPK yang dibentuk, dengan sistem yang akan diterapkan dan asumsi pokok yang yang digunakan, maka dapat diperoleh biaya operasi setiap TPK secara garis besarnya sebagai berikut ;  Investasi : 1. Kenderaan roda dua 1 (satu) unit = Rp. 12.000.000,- 2. Perabotan kantor = Rp. 5.000.000,- 3. Peralatan Adm. Kantor = Rp. 2.500.000,- 4. Sewa kantor 1 (satu) tahun = Rp. 1.200.000,- Jlh Investasi = Rp. 20.700.000,-  Modal Kerja 1. Modal pinjaman kepada anggota = Rp. 60.000.000,- 2. Biaya Gaji = Rp. 21,450.000,- 3. Lumsum = Rp. 10.800.000,- 4. Adm Kantor = Rp. 13.200.000,- 5. Biaya pelatihan SDM TPK = Rp. 2.700.000,- Jlh. Modal Kerja = Rp. 116.550.000,- Total Kebutuhan Dana TPK = Rp. 137.250.000,- Lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8 Kebutuhan Dana untuk Pengembangan 10 (sepuluh) Unit TPK – USP – KSU. Mega Goro Agara di Kabupaten Aceh Tenggara. 6. Sumber Dana dan Komposisi Pembiayaan Sumber dana untuk membiayai pengembangan usaha ini direncanakan dari pasilitas pinjaman atau bantuan lunak maupun program-program khusus dari Pihak lain sebesar 100% dengan asumsi biaya pinjaman ini sebesar 12 % pertahun dan lama pinjaman 5 tahun. goro/gel/02
  • 22. 7. Rencana Pengembalian Pinjaman Pinjaman modal tersebut direncanakan akan dikembalikan dengan asumsi tingkat bunga 12% pertahun, lama pinjaman 5 tahun dengan perhitungan bunga menurun. Lebih rinci rencana pengembalian pinjaman dapat dilihat pada tabel 9. BAB V ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA 1. Perkiraan Penerimaan Perkiraan penerimaan dan biaya dapat diuraikan dengan asumsi pokok sebagai berikut : a. Setiap TPK diperkirakan melayani anggota sebanyak 100 orang b.Pinjaman modal kerja diberikan rata-rata Rp. 600.000,- goro/gel/02
  • 23. c.Lama pinjaman 4 bulan d.Jasa pinjaman 3 %/Bulan e.Angsuran pinjaman dan pembayaran jasa ditetapkan sistim mingguan f. Perhitungan jasa dan angsuran pokok sama rata setiap bulan g.Turnover 3 x dalam satu tahun Berdasarkan ketentuan tersebut dapat diprediksikan penerimaan setiap satu TPK dalam satu tahun operasi yaitu ; = Rp. 600.000,- x 100 Org x 3 Kali/Org = Rp. 180.000.000,- (Lebih rinci lihat tabel 7 dan tabel 8). 2. Perkiraan Biaya Operasi Berdasarkan rencana dan target pertahun serta asumsi pokok yang telah dikumukakan, maka biaya operasi setiap unit TPK, setelah diadakan pengembangan dapat diperkirakan seperti terlihat pada tabel 7, dan Proyeksi rugi laba dan Tabel 10. Diasumsikan biaya operasi tersebut berlaku konstan setiap tahun. 3. Proyeksi Sisa Hasil Usaha Berdasarkan perkiraan penerimaan hasil usaha dan pengeluaran untuk kegiatan usaha, maka dapat diperoleh proyeksi sisa hasil usaha. Lebih rinci lihat tabel 10. SHU yang diproyeksikan selama 5 tahun tersebut menunjukkan bahwa dapat menutupi biaya bunga dan angsuran pokok pinjaman. 4. Proyeksi Arus Kas Proyeksi arus kas setelah adanya pengembangan dapat dilihat pada tabel 11, yang didasarkan pada arus penerimaan kegiatan usaha dan pengeluaran setelah diadakan tambahan investasi modal kerja USP. Berdasarkan Proyeksi Arus Kas tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata setiap tahun mengalami surplus kas dan dapat membiayai aktivitas kegiatan usaha ini tanpa mengalami devisit kas, termasuk biaya pinjaman dan angsuran pinjaman. goro/gel/02
  • 24. 5 . Analisa Kriteria Investasi (NPV) Analisa kriteria investasi berdasarkan discounted criterian digunakan analisa NPV (Net Present Value). Perhitungan NPV atas pengembangan usaha ini dapat dilihat pada tabel 12. Pada evaluasi tersebut menunjukkan NPV = (+) pada df = 6%. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha ini layak dan perlu dibantu, karena berdasarkan analisa kriteria investasi NPV = +, menunjukkan bahwa pengembangan usaha ini layak untuk dijalankan. BAB VI K E S I M P U L A N 1. Dari aspek pemasaran, sumber daya manusia, aspek yurudis formal, tingkat pesaing, serta berdasarkan pengamatan karakteristik pelaku ekonomi sektor informal di pedesaan selama ini, serta hambatan-hambatan yang mungkin dialami menunjukkan hasil yang positif, maka goro/gel/02
  • 25. usaha ini mempunyai prospek yang baik jika dikelola dengan baik dan profesional serta didukung oleh sarana dan prasarana usaha yang memadai terutama permodalan. 2. Evaluasi yang dilakukan berdasarkan discounted criterion menunjukkan hasil; NPV = +, pada df 6%, maka pengembangan usaha ini secaa finansial layak untuk dikembangkan dan dilaksanakan 3. Berdasarkan proyeksi perhitungan SHU, yang diasumsikan bahwa tingkat penjualan konstan menunjukkan surplus kas dan dapat menutupi biaya operasi serta kemampuan membayar bunga dan pinjaman cukup terjamin. 4. Ditinjau dari segi pengembangan koperasi khususnya sektor kegiatan usaha yang berbasis pada potensi daerah seperti apa yang telah digariskan dalam GBHN, maka pengembangan usaha ini cukup mendesak dan perlu dibantu khusunya dari Paket Program Pemberdayaan ekonomi kerakyatan. 5. Dari segi kebijaksanan pembangunan daerah, maka koperasi-koperasi yang menangani komoditi unggulan masyarakat di pedesaan, sudah sewajarnya menjadi perhatian yang serius sesuai dengan sistem ekonomi kerakyatan dan segera ditangani permasalahan-permasalahan yang dihadapinya sehingga dapat tumbuh berkembang dengan baik dan dapat berperan sebagai wadah ekonomi kerakyatan yang mandiri dan profesional. goro/gel/02
  • 26. L A M P I R A N goro/gel/02