SlideShare a Scribd company logo
1
REFERAT
KEHAMILAN BERESIKO TINGGI
Dibuat oleh:
Surya Adiwena (07120120025)
Pembimbing:
dr. Arie Widiyasa, Sp.OG
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 5
A. Usia ....................................................................................................................... 5
B. Hipertensi.............................................................................................................. 7
C. Diabetes pada kehamilan..................................................................................... 18
D. Obesitas............................................................................................................... 23
E. Penyakit autoimun............................................................................................... 27
F. Anemia................................................................................................................ 30
BAB III KESIMPULAN .............................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 40
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan didefinisikan oleh WHO sebagai durasi waktu kurang lebih 9 bulan
dimana seorang wanita membawa embrio dan fetus yang berkembang di rahimnya.
Selama masa kehamilan tersebut, kedua ibu dan anaknya yang dalam masa pertumbuhan
akan menghadapi resiko kesehatan yang beragam. Resiko kesehatan tersebut dapat
menyebabkan mortalitas maupun morbitidas baik pada ibu maupun janinnya.
Sekitar 99% kematian ibu terjadi di negara berkembang dan perkiraan sementara
menyatakan bahwa ada sekitar 536.000 kematian ibu setiap tahunnya baik dalam masa
kehamilan maupun dalam 42 hari paska kelahiran. Kematian ibu di Negara berkembang
sebagian besar terjadi karena perdarahan obstetri dan hipertensi dalam kehamilan.
Sedangkan kematian ibu di negara maju terjadi karena penyebab langsung beruba
tromboembolisme, atau penyebab tidak langsung seperti penyakit jantung.
Angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi. Menurut Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012, angka kematian ibu di
Indonesia adalah 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Demikian pula dengan angka
kematian bayi yang mencapai angka 32 per 1000 kelahiran hidup. Kematian ibu di
Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama yaitu perdarahan, hipertensi, dan
infeksi. Namun proporsinya telah berubah, dimana angka kematian karena perdarahan
cenderung berkurang, sedangkan angka kematian yang disebabkan oleh hipertensi
semakin bertambah proporsinya. Lebih dari 25% kematian ibu di Indonesia pada tahun
2013 disebabkan karena hipertensi dalam kehamilan.
Kehamilan beresiko tinggi adalah suatu keadaan medis atau patologis yang
memiliki resiko tinggi menimbulkan morbiditas atau mortalitas pada ibu, janin, maupun
bayi selama kehamilan atau kelahiran. Berdasarkan data penelitian, 40% dari seluruh
kehamilan akan mengalami suatu komplikasi selama masa kehamilan, saat melahirkan,
maupun setelah melahirkan.(1) Terdapat banyak faktor yang dapat membuat suatu
kehamilan menjadi beresiko tinggi, diantaranya usia saat kehamilan, hipertensi, penyakit
4
yang diderita baik sebelum maupun saat hamil, faktor sosiodemografik, dan kebiasaan
hidup.
Banyaknya faktor resiko yang membuat suatu kehamilan menjadi beresiko
tinggi sangat sulit untuk dijabarkan dalam satu karya tulis, ditambah oleh banyaknya
faktor resiko tersebut yang membutuhkan perawatan terpadu antar dokter spesialis dari
berbagai disiplin yang berbeda. Referat ini akan membahas secara spesifik 6 faktor
resiko yang dapat membuat suatu kehamilan menjadi beresiko tinggi, yaitu usia ibu,
hipertensi dalam kehamilan, diabetes dalam kehamilan, penyakit autoimun rheumatoid
arthritis dan systemic lupus erythematosus, serta anemia dalam kehamilan. Faktor –
faktor tersebut akan dibahas secara umum.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Usia
a. Pengertian
Berdasarkan KBBI, usia atau umur didefinisikan sebagai lama
waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan. Salah satu faktor
yang berpotensi membuat kehamilan beresiko tinggi adalah usia ibu saat
hamil. Adapun usia yang dimaksud adalah usia ibu hamil dibawah 21
tahun atau diatas 35 tahun. Kehamilan pada ibu yang berada dalam
kelompok usia tersebut beresiko lebih tinggi untuk timbul komplikasi.(2)
b. Kehamilan pada usia muda(3)
Secara umum terdapat 2 ciri biologis imaturitas biologis pada
wanita yang dapat mengakibatkan kehamilan dengan resiko tinggi,
yaitu usia ginekologis yang muda (didefinisikan sebagai konsepsi dalam
2 tahun setelah menarke), dan kehamilan sebelum perkembangan ibu
selesai. Imaturitas uterus atau pembuluh darah serviks dapat menjadi
faktor predisposisi terjadinya infeksi subklinis, peningkatan produksi
prostaglandin, dan berakibat pada meningkatnya angka kejadian
kelahiran prematur. Selain itu, ibu hamil yang masih sedang dalam masa
pertumbuhan dapat menyebabkan persaingan dalam pemanfaatan
nutrisi yang dikonsumsi oleh sang ibu sehingga menganggu
pertumbuhan janin.
Sebuah penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa pada
kehamilan dengan usia ibu dibawah 21 tahun, ditemukan lebih banyak
kejadian kelahiran prematur, berat badan bayi rendah, dan bayi
berukuran kecil untuk usia kehamilan. Penelitian tersebut telah
menganalisis data yang didapat tanpa memperhitungkan faktor
6
sosiodemografi dengan hanya mengambil sampel dari wanita dengan
latar sosiodemografi yang dianggap baik (menikah, memiliki
pendidikan yang sesuai dengan usia, melakukan pemeriksaan prenatal
yang cukup) dan hasilnya tetap menunjukkan bahwa pada wanita –
wanita berusia dibawah 21 tahun yang hamil terdapat resiko lebih besar
untuk terjadi kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan bayi
kecil untuk usia kehamilan.
c. Kehamilan pada usia tua(1)
Kehamilan pada usia tua didefinisikan sebagai kehamilan dimana
usia ibu pada saat perkiraan kelahiran adalah 35 tahun atau lebih. Pada
beberapa dekade terakhir, faktor demografik dan sosioekonomik
seperti pendidikan, wanita yang berkarir, dan meningkatnya ilmu
kesehatan reproduksi menyebabkan kenaikan jumlah wanita yang
hamil di usia 30 hingga 40.
Sebuah penelitian menemukan bahwa pada wanita yang hamil
pada usia diatas 40, ditemukan lebih banyak komplikasi beruba
diabetes gestasional, perdarahan antepartum, kelahiran prematur, berat
badan lahir rendah, gawat janin, dan kelainan kromosom kongenital
seperti down syndrome. Selain itu, jumlah kelahiran yang dilakukan
secara cesarean section atau induksi juga lebih banyak dibanding
dengan kehamilan dengan usia dibawah 40 tahun.(2)
Munculnya kelainan – kelainan tersebut dapat dikaitkan dengan
perubahan fisiologis pada wanita seiring dengan bertambahnya usia
wanita tersebut. Beberapa perubahan tersebut antara lain:
i. Perubahan oosit Pada wanita di awal usia sekitar 40 ditemukan
lebih banyak oosit dengan kelainan mikrotubulus dan
penempatan kromosom pada fase meiosis II, dibanding dengan
wanita pada usia yang lebih muda.
7
ii. Perubahan uterus
Terdapat beberapa bukti penurunan kapasitas uterus pada
wanita yang lebih tua. Beberapa diantaranya yaitu terdapat
peningkatan jumlah kasus abortus, plasenta letak rendah atau
previa, persalinan lama yang terkait dengan peningkatan usia
maternal. Selain itu, dari pemeriksaan histologi juga ditemukan
lebih banyak polip endometrium dan juga jaringan fibroid pada
uterus wanita yang lebih tua. Terlebih lagi, jumlah arteri
myometrium yang mengandung jaringan sklerotik pada uterus
yang secara umum normal juga meningkat pada wanita yang
lebih tua: 11% pada usia 17-19 tahun, 37% pada usia 20–29
tahun, 61% pada usia 30–39 tahun, dan 83% setelah usia 39
tahun.
iii. Perubahan sekresi hormon dan ovulasi
Seiring berjalannya usia wanita, terjadi penurunan
sensitivitas ovarium terhadap gonadotropin yang ditandai
dengan meningkatnya kadar FSH di serum. Hal ini mengurangi
efikasi pengobatan fertilitas yang menggunakan mekanisme
tersebut untuk memperbanyak jumlah oosit yang tersedia.
Fenomena ini hampir pasti disebabkan oleh habisnya cadangan
folikel di ovarium seiring berjalannya usia.
B. Hipertensi
a. Pengertian
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg atau tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg pada 2
kali pemeriksaan dengan jarak 4 – 6 jam. Sebelum dilakukan
8
pengukuran, sang ibu harus diberi waktu sekitar 15 menit untuk duduk
tenang. Pengukuran dilakukan pada posisi duduk atau telentang, posisi
lateral kiri, kepala ditinggikan 30o, posisi manset setingkat dengan
jantung, dan tekanan diastolic diukur dengan mendengarkan korotkoff
V (hilangnya bunyi).
Hipertensi berat pada kehamilan didefinisikan sebagai tekanan
darah sistolik ≥ 160 mmHg atau tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg,
atau keduanya. Pedoman ACOG merekomendasikan bahwa hipertensi
berat yang berlangsung ≥ 15 menit dalam preeklamsia atau eklamsia
adalah hipertensi darurat yang membutuhkan intervensi segera.
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5 – 15% penyulit
kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi
mortalitas dan morbiditas ibu bersalin.
b. Faktor predisposisi
i. Kehamilan kembar
ii. Penyakit trofoblas
iii. Hidramnion
iv. Diabetes mellitus
v. Gangguan vascular plasenta
vi. Faktor keturunan
vii. Riwayat preeklamsia sebelumnya
viii. Obesitas sebelum hamil
9
c. Klasifikasi(4)
Hipertensi dalam kehamilan dibagi menjadi 4 yaitu: 1)
preeklamsia - eklamsia, 2) Hipertensi kronik, 3) Hipertensi kronik
dengan superimposed preeklamsia, dan 4) Hipertensi gestasional.
i. Preeklamsia adalah sindrom, dimana terdapat hipertensi dan
proteinuria atau dengan tidak adanya proteinuria, hipertensi
dapat dikaitkan dengan tanda dan gejala lain seperti
trombositopenia, insufisiensi renal, gangguan fungsi hati,
edema pumoner, gejala serebral, atau gangguan penglihatan
yang timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu.
Gejala klinis yang biasa muncul pada pasien adalah bengkak
pada wajah dan tangan, nyeri kepala terus menerus, gangguan
pengelihatan, nyeri pada regio hipokondriakabdomen kanan,
mual muntah, peningkatan berat badan yang mendadak, dan
sesak nafas.
Kriteria untuk diagnosis preeklamsia adalah onset baru dari :
1. Tekanan darah systole ≥140 mmHg atau distole ≥
90mmHg yang timbul setelah usia kehamilan 20 minggu
pada ibu hamil yang sebelumnya memiliki tekanan darah
normal, dan
2. Proteinuria, yaitu ekskresi protein dalam urin ≥ 0,3
gram dalam 24 jam atau protein/kreatinin minimal 0,3
mg/dL atau dipstick urin +1, atau apabila tidak terdapat
proteinuria, adanya onset baru dari kondisi berikut:
a. Trombositopenia : jumlah platelet <
100.000/microliter
b. Insufisiensi renal : konsentrasi serum kreatinin
> 1,1 mg/dl atau peningkatan 2 kali lipat
konsentrasi serum kreatinin dengan tidak
adanya penyakit ginjal lainnya
10
c. Gangguan fungsi hati : meningkatnya
konsentrasi transaminase hati dalam darah 2 kali
lipat dari jumlah normal
d. Edema pulmoner
e. Gejala serebral atau visual
Terdapat juga keadaan klinis yang disebut sebagai
preeklamsia berat, yang didiagnosis menggunakan kriteria
berikut:
1. Tekanan darah > 160 mmHg systole atau >110 mmHg
diastole pada 2x pemeriksaan dengan jarak minimal 4
jam saat pasien dalam posisi istirahat
2. Trombositopenia (platelet <100.000/microliter)
3. Gangguan fungsi hati yang ditandai dengan
meningkatnya konsentrasi transaminase hati dalam
darah hingga 2 kali lipat dari normal, atau nyeri pada
regio hipokondriak abdomen kanan atau epigastrium
yang persisten dan tidak responsif dengan pengobatan
dan tidak disebabkan oleh penyakit lain
4. Insufisiensi renal progresif yang ditandai dengan serum
kreatinin >1.1 mg/dL atau peningkatan 2x lipat
konsentrasi serum kreatinin tanpa penyakit ginjal
lainnya
5. Edema pulmoner
6. Onset baru gangguan serebral atau visual
Eklamsia didefiniskan sebagai adanya onset baru kejang pada
wanita dengan preeklamsia. Beberapa wanita yang didiagnosis
eklamsia tidak mengalami preeklamsia, dan beberapa wanita
mungkin mengalami eklamsia dalam preiode postpartum.
11
ii. Hipertensi kronik dalam kehamilan didefinisikan sebagai
hipertensi (TD sistolik ≥140 mmHg atau diastolic ≥90 mmHg
atau keduanya) yang didapatkan pada usia kehamilan <20
minggu atau sebelum kehamilan. Atau adanya penggunaan
obat hipertensi sebelum kehamilan dan hipertensi bertahan
melampaui 12 minggu postpartum.
iii. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsia adalah
hipertensi kronik yang disertai tanda-tanda preeklamsia.
Wanita dengan hipertensi sebelum 20 minggu kehamilan
dimana terjadi onset baru proteinuria atau peningkatan
mendadak dalam hipertensi, atau gejala preeklamsia, atau
pengembangan sindrom HELPP.
iv. Hipertensi gestasional adalah onset baru hipertensi (TD sistolik
≥140 mmHg atau diastolic ≥90 mmHg atau keduanya) pada
usia kehamilan ≥ 20 minggu tanpa adanya proteinuria atau
gejala lain preeklamsia, dan tekanan darah kembali normal
setelah 12 minggu pascapersalinan.
d. Prevalensi(5)
Dari hasil RISKESDAS tahun 2007, didapatkan prevalensi
hipertensi pada ibu hamil sebesar 12,7%. Dari kasus ibu hamil dengan
hipertensi, ditemukan 11,8% kasus yang pernah didiagnosis menderita
hipertensi oleh petugas kehamilan. Presentasi ibu hamil dengan
hipertensi terbanyak terdapat di Provinsi Sumatera Selatan (18,0%),
sedangkan presentasi terendah ditemukan di Provinsi Papua Barat
(4,9%). Presentasi ibu hamil dengan hipertensi pada umur <18 dan
>35 tahun (kelompok umur risiko tinggi terjadinya eklamsia) sebesar
24,3%, lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur 18-35 tahun
12
(9,8%). Apabila kelompok umur risiko tinggi ini dibagi lagi makan ibu
hamil dengan hipertensi >35 tahun (36,6%) jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan umur <18 tahun (3,7%).
Yang paling ditakutkan dari hipertensi dalam kehamilan dalah
preeklamsia dan eklamsia atau keracunan pada kehamilan yang sangat
membahayakan ibu maupun janin. Preeklamsia terjadi kurang lebih
5% dari semua kehamilan, 10% pada anak pertama dan 20-25% pada
perempuan hamil dengan riwayat hipertensi sebelum hamil. Pada
janin, preeklamsia bisa menyebabkan berat badan lahir rendah,
keguguran, dan lahir premature. Sedangkan yang menjadi eklamsia
sekitar 0,05% - 0,20 %.
Risiko preeklamsia meningkat 2-4 kali lipat jika pasien
memiliki kerabat tingkat pertama dengan riwayat preeklamsia dan
meningkat 7 kali lipat jika pada kehamilan sebelumnya mengalami
preeklamsia sebagai komplikasi kehamilan. Kehamilan kembar
merupakan factor risiko tambahan, dimana kehamilan triplet memiliki
risiko yang lebih besar. Faktor risiko kardiovaskular klasik juga
dikaitkan dengan probabilitas preeklamsia, seperti usia ibu >40 tahun,
diabetes, obesitas, dan hipertensi. Penting diingat juga bahwa sebagian
besar kasus preeklamsia terjadi pada ibu nulipara tanpa risiko jelas
lainnya(6)
e. Komplikasi
Hipertensi gestasional dan preklampsia/eklampsia berhubungan
dengan risiko hipertensi dan penyakit kardiovaskular pada masa yang akan
datang. Wanita dengan riwayat preeklampsia memiliki risiko penyakit
kardiovaskular, termasuk hampir 4x peningkatan risiko hipertensi dan 2x
risiko penyakit jantung iskemik, stroke dan DVT di masa yang akan
datang. 

Komplikasi maternal akibat preeklamsia berat termasuk edem
pulmoner, myocard infark, stroke, sindrom pernafasan akut, koagulopati,
13
gagal ginjal berat, dan penyakit pada retina. Komplikasi ini lebih dapat
muncul dengan adanya riwayat penyakit terdahulu dengan disfungsi organ
akut berhubungan dengan preeklamsia. Komplikasi pada janin dengan ibu
preeklamsia berat muncul akibat insufisiensi plasenta atau persalinan
preterm.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada ibu maupun janin:(7)
Komplikasi Ibu:
- Solusio plasenta
- Koagulopati diseminata/ Sindroma HELLP
- Edema pulmoner/ aspirasi
- Gagal ginjal akut
- Eklamsia
- Perdarahan atau gagal hati
- Stroke (jarang)
- Kematian (jarang)
- Morbiditas kardiovaskular jangka panjang
Komplikasi Janin:
- Persalinan preterm
- Pertumbuhan janin terhambat
- Masalah neurologic karena hipoksia
- Kematian perinatal
- Morbiditas kardiovaskular jangka panjang berhubungan dengan
berat bayi lahir rendah
f. Pencegahan
Terdapat beberapa cara mengurangi resiko hipertensi pada kehamilan
yaitu penggunaan obat dan penggunaan suplemen makanan.(8)
i. Penggunaan obat:(9)
1. Antiplatelet
14
Berdasarkan penelitian, pemberian antiplatelet aspirin
dengan dosis lebih dari 75mg per hari pada wanita dengan
resiko tinggi untuk terkena hipertensi pada kehamilan
(wanita dengan hipertensi kronik tanpa superimposed
preeklamsia, atau wanita dengan tekanan darah normal
dengan riwayat preeklamsia berat, diabetes, hipertensi
kronik, penyakit ginjal, atau penyakit autoimun) dapat
mengurangi resiko preeklamsia sebanyak 10%, dan
mengurangi jumlah kelahiran prematur sebanyak 10%.
Pemberian antiplatelet juga tidak menunjukkan angka
statistik yang bermakna terhadap insiden perdarahan
antepartum, abrupsio plasenta, atau perdarahan post
partum.
2. Low Molecular Weight Heparin (LMWH)
Terdapat bukti terbatas mengenai pengaruh pemberian
LMWH untuk mencegah hipertensi pada kehamilan.
Penelitian tersebut menunjukkan pengurangan resiko
terjadinya hipertensi pada kehamilan dengan pemberian
LMWH pada wanita dengan trombofilia.
ii. Suplemen makanan
1. Kalsium(10)
Pemberian kalsium pada ibu hamil dengan riwayat
preeklamsia, hipertensi kronik, ataupun ibu yang hamil
pada usia muda menunjukkan penurunan resiko
terjadinya hipertensi gestasional hingga 78%. Tetapi
ada beberapa penelitian yang menunjukkan pemberian
suplemen kalsium tidak memberikan pengaruh terhadap
ibu hamil yang mengkonsumsi kalsium melalui
makanan dalam jumlah yang cukup.
2. Asam Folat(11)
15
Pemberian asam folat ditambah dengan
multivitamin menurunkan resiko hipertensi gestasional
hingga 63%. Tetapi pemberian asam folat tanpa
multivitamin tidak menunjukkan pengaruh.
Pencegahan untuk preeklamsia dibagi menjadi 3 yaitu
pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer berarti
menghindari terjadinya penyakit. Pencegahan sekunder pada preeklamsia
berarti menghentikan penyakit yang sedang berlangsung untuk mencegah
timbulnya kegawatdaruratan klinis karena penyakit tersebut. Pencegahan
tersier berarti mencegah terjadinya komplikasi dari proses penyakit.
Pencegah primer merupakan pencegahan yang paling baik namun
hanya bisa dilakukan apabila penyebab terjadinya suatu penyakit sudah
diketahui secara jelas sehingga dapat dilakukan tindakan untuk
mengontrol penyebab tersebut sehingga penyakit tersebut tidak muncul.
Penyebab preeklamsia hingga saat ini belum diketahui secara pasti, namun
terdapat beberapa temuan biomarker yang dapat digunakan untuk
memprediksi terjadinya preeklamsia. Beberapa penelitian menemukan
placental growth factor (PIGF), vascular endothelial growth factor
(VEGF), dan soluble fms-like tyrosine kinase-1 (sFLT-1) dapat digunakan
untuk memprediksi preeklamsia pada awal kehamilan. Pada preeklamsia,
serum PIGF dan VEGF akan menurun, sedangkan sFlt-1 akan meningkat.
Rasio sFlt-1/PIGF akan meningkat secara signifikan apabila terdapat
preeklamsia / sindrom HELLP.
g. Penatalaksanaan(12)
i. Tirah baring
Beberapa penelitian tidak menemukan adanya hasil yang
signifikan dari tirah baring pasien, sehingga beberapa panduan
klinis tidak menyarankan tirah baring untuk pasien dengan
hipertensi pada kehamilan, dengan 2 pengecualian yaitu pasien
dengan hipertensi gestasional dimana tirah baring dengan
16
pengawasan di rumah sakit mungkin dapat bermanfaat, dan
juga pasien dengan pre-eklamsia berat.
ii. Perawatan di rumah sakit
Pasien dianjurkan untuk dirawat inap di rumah sakit apabila
memiliki hipertensi yang parah.
iii. Terapi antihipertensi
Target tekanan darah pada pasien dengan hipertensi adalah
<160 mmHg systole dan <110 mmHg diastole. Obat pilihan
pertama yang direkomendasikan adalah labetalol intravena,
nifedipine oral, dan hydralazine intravena. Pada pasien dengan
komorbiditas yang dapat diperparah dengan meningkatnya
tekanan darah, maka target tekanan darah yang dianjurkan
adalah <140 mmHg systole dan <90 mmHg diastole. Pada
pasien dengan hipertensi kronis yang diobati menggunakan
angiotensin converting enzyme inhibitor atau angiotensin
receptor blocker sebelum kehamilan dan berencana untuk
hamil, terapi tersebut harus dihentikan.
Tabel pilihan obat antihipertensi(12)
17
iv. Kortikosteroid antenatal
Beberapa panduan menganjurkan pemberian
kortikosteroid untuk pematangan paru janin mulai diberikan
pada usia kehamilan 34 minggu. Pemberian kortikosteroid
direkomendasikan terutama pada pasien dengan preeklamsia,
atau pasien dengan preeklamsia berat yang akan melakukan
persalinan dalam 48 jam berikutnya. Kortikosteroid tidak
dianjurkan untuk meningkatkan kondisi pasien dengan
sindroma HELLP.
v. Waktu persalinan
Pasien dengan hipertensi gestasional sebaiknya
melakukan persalinan apabila sudah aterm. Untuk pasien
dengan preeklamsia, beberapa panduan menyarankan dapat
dilakukan persalinan apabila usia kehamilan setidaknya 34
minggu dengan syarat terdapat fasilitas kesehatan yang
memadai untuk merawat bayi pasien, namun untuk
preeklamsia berat, sebagian besar panduan yang ada
menyarankan untuk melakukan persalinan walaupun usia
kehamilannya belum cukup. Hingga saat ini belum ada
panduan spesifik untuk pasien dengan hipertensi kronis.
vi. Proses persalinan
Apabila tidak terdapat gawat janin, cara persalinan dipilih
berdasarkan penilaian obstetric pada pasien normal.
Penanganan kala III persalinan disarankan menggunakan
oksitosin.
18
vii. Magnesium sulfat (MgSO4)
MgSO4 digunakan untuk menangani pasien dengan
preeklamsia berat atau eklamsia. MgSO4 menurunkan kadar
asetilkolin pada serat saraf dan menghambat transmisi
neuromuscular. Pada pemberian MgSO4, magnesium akan
menggeser kalsium melalui inhibisi kompetitif sehingga tidak
terjadi aliran rangsangan. MgSO4 merupakan pilihan utama
antikejang pada preeklamsia dan eklamsia. Cara pemberian:
1. Ambil 4 g larutan MgSO4 (10 mL larutan MgSO4 40%)
dan larutkan dengan 10 mL akuades
2. Berikan larutan tersebut secara perlahan intravena
selama 20 menit
3. Jika akses intravena sulit, berikan masing – masing 5 g
MgSO4 (12.5 mL larutan MgSO4 40%) intramuscular di
bokong kiri dan kanan.
4. Setelah itu berikan dosis rumatan 6 g MgSO4 (15 mL
larutan MgSO4 40%) dan larutkan dalam 500 mL larutan
RL dan diberikan secara intravena dengan kecepatan 28
tetes/menit selama 6 jam dan diulang hingga 24 jam
paska persalinan atau kejang berakhir.
C. Diabetes pada kehamilan
a. Pengertian
Diabetes pada kehamilan atau diabetes gestasional didefinisikan
sebagai intoleransi karbohidrat dalam derajat berapapun yang pertama
kali didiagnosis dalam masa kehamilan. Hiperglikemi selama
kehamilan. Kriteria diagnosis yang pertama kali dibuat untuk
mendiagnosis diabetes gestasional dibuat berdasarkan tes toleransi 100
gram glukosa oral selama 3 jam, dimana batasan yang dibuat adalah
kenaikan lebih dari 2 standard deviation (SD) diatas kadar glukosa
plasma rata – rata setiap jamnya.(13) Beberapa kriteria awal seperti
19
kriteria O’Sullivan dan Mahan(14), juga kriteria World Health
Organization (WHO) tahun 1999(15) tidak dibuat berdasarkan akibat
kepada janin, sehingga sebuah kriteria diagnosis baru dibuat oleh
International Association of Diabetes and Pregnancy Study Groups
(IADPSG) dan telah digunakan oleh WHO sejak tahun 2013.(16)
Alur diagnosis diabetes gestasional WHO
b. Epidemiologi
Diabetes gestasional diperkirakan mempengaruhi sekitar 16.9%
kehamilan di seluruh dunia, dengan prevalensi paling tinggi di Asia
Tenggara dimana diperkirakan pada sekitar 25% kehamilan terdapat
diabetes gestasional.(17) Faktor resiko untuk diabetes gestasional antara
20
lain riwayat diabetes gestasional sebelumnya, usia maternal tua,
obesitas, riwayat diabetes mellitus di keluarga, dan juga beberapa ras
etnis tertentu termasuk Asia.(18) Faktor resiko lainnya mencakup
paritas tinggi, pertambahan berat badan yang berlebihan selama
kehamilan, postur pendek, polycystic ovarian syndrome, riwayat
mengandung bayi makrosomia, riwayat kelahiran mati atau
malformasi kongenital, dan hipertensi.(19) Faktor resiko lain yang
banyak terdapat terutama di daerah Asia Tenggara adalah defisiensi
vitamin B12, yang terdapat pada sekitar 43% wanita hamil dalam
sebuah studi di India, dan terkait dengan resistensi insulin dan
peningkatan resiko diabetes gestasional.(20)
c. Faktor resiko
i. Obesitas
ii. Riwayat diabetes gestasional
iii. Riwayat keluarga diabetes mellitus
iv. Abortus berulang
v. Riwayat melahirkan bayi >4000gram
vi. Riwayat preeklamsia
21
Tabel kriteria diagnosis diabetes gestasional di beberapa negara
22
d. Komplikasi
Kejadian diabetes gestasional telah dikaitkan dengan beberapa
komplikasi antara lain:(21)
- Kelahiran prematur
- Preeklamsia
- Hipeglikemi neonatus
- Hiperinsulinemia fetus
- Hiperbilirubinemia neonatus
- Perawatan neonatus di intensive care unit
- Diabetes mellitus tipe II
Pada sebuah studi di Hong Kong didapatkan bahwa pada
pemeriksaan 6 minggu paska persalinan pada wanita yang menderita
diabetes gestasional, ditemukan gangguan toleransi glukosa pada
23% pasien, dan ditemukan diabetes mellitus pada 13% pasien.(22)
Selain pada ibu, diabetes gestasional juga mengakibatkan
komplikasi pada janin yang dikandung hingga anak tersebuh tumbuh
dewasa. Komplikasi jangka panjang pada anak antara lain:(23)
- Resiko diabetes
- Hipertensi
- Sindroma metabolic
e. Tatalaksana(24)
i. Tatalaksana umum
1. Pasien dengan diabetes gestasional dirawat secara
terpadu dengan dokter spesialis penyakit dalam, dokter
obstetri ginekologi, ahli gizi, dan dokter spesialis anak.
2. Sedapat mungkin pasien dirujuk ke rumah sakit
3. Jelaskan kepada pasien mengenai manfaat perawatan
diabetes gestasional yaitu daoat mengurangi resiko
memiliki bayi besar, mengurangi resiko hipoglikemia
neonatus, dan resiko bayi mengidap diabetes saat sudah
dewasa.
23
ii. Tatalaksana khusus
1. Target penatalaksanaan adalah mempertahankan gula
darah puasa <95 mg/dL dan glukosa 2 jam sesudah
makan <120 mg/dL
2. Pengaturan diet:
a. Tentukan berat badan ideal: 90% x (tinggi
badan – 100)
b. Kebutuhan kalori: (BB ideal x 25) + 10-30%
tergantung aktivitas fisik + 300 kalori untuk
kehamilan
c. Asupan protein yang dianjurkan adalah 1 – 1.5
g/kgBB
3. Pemberian insulin dilakukan di rumah sakit dan
dianjurkan apabila pengaturan diet selama 2 minggu
tidak mencapai target kadar glukosa darah
4. Pemberian insulin dimulai dengan dosis kecil yaitu 0.5
– 1.5 IU/kgBB/hari
D. Obesitas(25)
a. Pengertian
Obesitas didefinisikan sebagai kondisi medis dimana terdapat
massa jaringan lemak yang berlebihan. Walaupun sering dinilai sama
dengan kelebihan berat badan, namun kenyataannya tidak demikian,
karena orang yang sangat berotot dapat memiliki berat badan yang
termasuk overweight menurut standar, namun tidak memiliki massa
lemak yang berlebihan.(26)
Diagnosis obesitas dibuat berdasarkan indeks massa tubuh (IMT)
yang dihitung dengan cara berat badan dibagi dengan tinggi badan dalam
satuan meter yang dikuadratkan. Menurut WHO, seseorang di Asia
dikatakan memiliki overweight apabila memiliki IMT >22, dan
dikatakan obesitas apabila IMTnya >27.5. IMT pada kehamilan diukur
24
menggunakan berat badan sebelum hamil, atau apabila tidak ada,
menggunakan berat badan pada pemeriksaan antenatal pertama.
b. Prevalensi(27)
Pada tahun 2008, 35% dari orang dewasa berusia diatas 20 tahun
menderita overweight, dan sekitar 10% pria dan 14% wanita di seluruh
dunia menderita obesitas. Menurut WHO, setiap tahunnya terdapat 2.8
juta orang yang meninggal dunia karena overweight atau obesitas. Kedua
hal tersebut menyebabkan gangguan pada tekanan darah, kolesterol,
trigliserida, dan resistensi insulin. Resiko penyakit jantung coroner,
stroke iskemik, dan diabetes mellitus tipe 2 meningkat seiring dengan
bertambahnya IMT.
c. Etiologi
Obesitas merupakan suatu kelompok gangguan yang heterogen.
Patofisiologi obesitas terkesan sederhana yaitu kelebihan asupan nutrisi
yang kronik secara relatif terhadap penggunaan energi. Namun karena
kompleksnya sistem neuroendocrine dan metabolisme yang mengatur
asupan energi, penyimpanan, dan penggunaan, maka sulit untuk mencari
satu faktor yang paling berperan dalam obesitas. Beberapa faktor yang
dipercaya menyebabkan obesitas:
i. Peran genetik dan lingkungan
ii. Sindroma genetik
iii. Sindroma spesifik lainnya:
1. Sindroma Cushing
2. Hipotiroidisme
d. Patogenesis
Obesitas dapat disebabkan karena asupan energi yang berlebihan,
penggunaan energi yang kurang, atau kombinasi dari keduanya.
25
e. Komplikasi
i. Komplikasi pada kehamilan
1. Diabetes gestasional
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
obesitas meningkatkan resiko terjadinya diabetes
gestasional. Selain itu, wanita yang mengidap diabetes
gestasional juga memiliki resiko yang tinggi untuk
terkena diabetes mellitus sepanjang hidupnya.(28)
Intoleransi glukosa dalam berbagai jenis ditemukan
pada 34% wanita pengidap diabetes gestasional dalam
evaluasi 2-11 tahun setelah kehamilan.
2. Gangguan hipertensi: hipertensi gestasional,
preeklamsia, eklamsia, dan sindroma HELLP
(hemolysis, elevated liver enzyme, low platelet count)
Berdasarkan penelitian, wanita hamil yang
obesitas memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena
preeklamsia dan eklamsia.(29) Resiko eklamsia
meningkat setiap kenaikan BMI 5 – 7 kg/m2. Di lain
sisi, sebuah penelitian menunjukkan bahwa obesitas
tidak meningkatkan resiko terjadinya sindroma HELLP
pada ibu hamil.(30)
ii. Komplikasi pada proses kelahiran
1. Augmentasi
2. Disproporsi cephalopelvic
iii. Komplikasi pada perinatal
1. Makrosomia
2. Distosia bahu
3. Kecil untuk usia kehamilan
4. Intrauterine fetal death
5. Malformasi kongenital
26
f. Tatalaksana(31)
i. Pengukuran indeks massa tubuh (IMT)
Panduan NICE tahun 2008 menyarankan bahwa pada seluruh
wanita hamil dilakukan pengukuran IMT pada kedatangan
pemeriksaan antenatal pertama, idealnya dalam usia kehamilan
10 minggu.
ii. Pemberian informasi mengenai obesitas
Seluruh wanita hamil dengan IMT >30 perlu diberi informasi
mengenai resiko yang dapat terjadi selama kehamilannya, dan
juga ditekankan pentingnya pemeriksaan antenatal secara rutin
untuk deteksi dini komplikasi pada kehamilan.
iii. Trombofilaksis
Obesitas dalam kehamilan diketahui sebagai faktor resiko
terjadinya tromboembolisme selama kehamilan. Wanita
dengan IMT >30 dan dengan 2 atau lebih resiko terjadinya
tromboembolisme perlu diberika trombofilaksis berupa low
molecular weight heparin hingga 6 minggu paska persalinan.
iv. Pengawasan dan skrining
1. Wanita dengan IMT >35 memiliki resiko untuk
mengalami preeklamsia lebih dari 2x lebih besar
dibanding dengan wanita yang memiliki BMI dalam
batas normal.
2. Semua wanita hamil dengan IMT >30 harus melakukan
skrining diabetes gestasional
v. Perencanaan persalinan
1. Semua wanita dengan IMT >30 perlu diberi penjelasan
mengenai resiko persalinan pada pasien dengan
obesitas dan dipandu dalam pemilihan metode
persalinan
2. Perencanaan ini perlu diberikan oleh dokter spesialis
obstetric dan ginekologi
27
E. Penyakit autoimun
a. Pengertian
Fungsi utama dari sistem imun adalah untuk membuat respons
inflamasi untuk melawan benda asing yang berpotensi membahayakan
tubuh sambil menghindari kerusakan pada tubuh diri sendiri. Ciri
utama dari penyakit autoimun adalah adanya kerusakan jaringan yang
disebabkan oleh reaksi imunologis oleh suatu organisme terhadap
jaringan tubuhnya sendiri. Autoimunitas memiliki arti adanya antibody
atau sel limfosit T yang bereaksi terhadap antigen diri sendiri, namun
belum tentu terdapat akibat patogenik. Autoimunitas terdapat dalam
semua individu, namun penyakit autoimun terjadi pada individu yang
memiliki kerusakan pada mekanisme regulasi toleransi imun sehingga
terjadi kerusakan jaringan akibat reaksi imunologis dari tubuhnya
sendiri.(32)
b. Jenis - jenis
i. Rheumatoid Arthritis (RA)
RA merupakan penyakin inflamasi kronis yang tidak
diketahui penyebabnya. Ciri utama dari penyakit ini adanya
timbulnya polyarthritis peripheral yang simetris. RA adalah tipe
peradangan sendi kronis yang paling sering, dan dapat berakibat
pada kerusakan sendi dan disabilitas fisik. RA merupakan
penyakit yang sistemik, sehingga gejala yang timbul dapat berupa
perasaan lelah, nodul subkutan, gangguan pernafasan,
pericarditis, neuropati perifer, vasculitis, dan gangguan darah.
Sekitar 0.5 – 1% orang dewasa di dunia diperkirakan
memiliki RA. Terdapat beberapa data yang menunjukkan bahwa
insiden RA telah menurun dalam beberapa dekade terakhir.
Beberapa studi di Asia menunjukkan prevalensi yang lebih
rendah untuk RA yaitu sekitar 0.2 – 0.4%.
28
Kehamilan membuat perubahan sistem imun yang akan
mengubah perjalanan penyakit autoimun termasuk RA. Sejak
tahun 1931, peneliti telah menemukan bahwa kehamilan
memiliki efek mengurangi gejala RA pada pasien pengidapnya.
Patofisiologi kejadian ini belum diketahui, namun ada beberapa
teori yang mengekemukakan tentang pengaruh perubahan
hormonal dan imunitas tubuh ibu selama kehamilan adalah
penyebabnya. (33) Lebih dari 75% pasien RA yang menjadi hamil
akan mengalami perbaikan kondisi pada trimester pertama dan
kedua, dan pada trimester ketiga gejala RA akan mengalami
remisi.(34) Perbaikan kondisi tersebut bersifat sementara. Hampir
seluruh pasien yang mengalami perbaikan gejala RA akan
mengalami relapse pada periode postpartum.(35) Pada 90% pasien
yang mengalami remisi RA saat kehamilannya, ditemukan bahwa
gejalanya akan muncul kembali, dan diikuti dengan peningkatan
rheumatoid factor (RF) dalam 3 bulan setelah melahirkan.(34)
Pada pasien hamil yang mengidap RA, tidak ditemukan
adanya peningkatan signifikan terhadap timbulnya resiko
munculnya komorbiditas yang berpotensi membahayakan
kehamilan tersebut.(36)
ii. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
SLE adalah penyakit autoimun dimana organ dan sel – sel
tubuh mengalami kerusakan yang disebabkan oleh antibody yang
membuat kompleks imun dengan sel – sel dalam jaringan.
Penyakit ini dapat terjadi pada seluruh jenis kelamin dari
berbagai usia, namun 90% kasus SLE terjadi pada wanita usia
reproduktif. Prevalensi SLE di Amerika Serikat adalah 20 – 150
kasus per 100000 wanita.(37)
Berbeda dengan RA, penyakit SLE lebih tidak bisa
diprediksi munculnya selama kehamilan, sehingga terdapat
29
beberapa studi yang memberi kesan bahwa kehamilan menambah
resiko terjadinya eksaserbasi SLE.(38) Gejala dari SLE sangat
beragam, tetapi yang paling sering muncul adalah rasa lelah terus
– menerus dan nyeri sendi yang berpindah.
Diagnosis SLE dibuat dengan mengikuti algoritma berikut:
30
Apabila pada pemeriksaan ditemukan ANA positif, maka gejala klinis pada pasien
harus memenuhi kriteria diagnosis pada table berikut:
Interpretasi: keberadaan 4 kriteria (minimal 1 di setiap kategori) merupakan syarat untuk
mendiagnosis pasien dengan SLE dengan spesifisitas 93% dan sensitifitas 92%.
Terdapat beberapa komplikasi kehamilan yang lebih sering
dijumpai pada wanita dengan SLE, diantaranya abortus spontan,
kematian janin dalam kandungan, pertumbuhan janin terhambat,
kelahiran prematur, ketuban pecah dini, dan preeklamsia.(39)
F. Anemia(40)
a. Pengertian
Kehamilan normal menyebabkan banyak perubahan pada
fisiologi ibu, termasuk perubahan – perubahan dalam parameter
hematologis. Perubahan – perubahan tersebut mencakup
meningkatnya volume plasma darah yang relatif lebih besar dari
pertambahan massa sel darah merah sehingga mengakibatkan
penurunan konsentrasi hemoglobin.
Anemia ada suatu keadaan dimana kadar hemoglobin atau
eritrosit berkurang dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat
31
menjalankan fungsinya yaitu membawa oksigen ke jaringan perifer
dengan baik. Kadar normal hemoglobin dalam darah dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti usia, jenis kelamin, kehamilan, dan ketinggian
tempat tinggal. Kadar hemoglobin normal menurut WHO adalah 12
g/dL untuk wanita dewasa dan 13 g/dL untuk pria dewasa. Pada
wanita hamil terjadi hemodilusi karena peningkatan plasma darah
lebih banyak dibanding peningkatan massa sel darah merah, oleh
sebab itu nilai normal untuk wanita hamil berbeda. Menurut CDC,
seorang wanita hamil dikatakan memiliki anemia apabila memiliki
kadar hemoglobin <11 g/dL pada trimester pertama dan ketiga, dan
<10.5 g/dL pada trimester kedua.(41)
Penyebab anemia pada kehamilan yang paling dominan di dunia
adalah defisiensi zat besi. Kebutuhan zat besi fetus biasanya terpenuhi
walaupun kebutuhan sang ibu tidak tercukupi, namun defisiensi zat
besi pada ibu hamil dapat meningkatkan frekuensi persalinan preterm
dan berat badan lahir rendah.
b. Epidemiologi(42)
Anemia merupakan suatu kondisi yang banyak terjadi di dunia.
Pada tahun 2010, prevalensi anemia di dunia adalah 32.9%. Prevalensi
anemia di Indonesia sendiri menurut Riskesdas pada tahun 2013
mencapai 21.7% dari total penduduk, dengan proporsi 20.6% di
perkotaan dan 22.8% di pedesaan, dengan 18.4% pada laki – laki dan
23.8% pada perempuan. Berdasarkan kelompok umur, penderita
anemia berusia 5 – 14 tahun sebesar 26.4% dan pada kelompok umur
15 – 24 tahun sebesar 18.4%.
Pada ibu hamil, berdasarkan data WHO tahun 2011, terdapat
29.6% ibu hamil yang mengalami anemia. Berdasarkan data Survei
Kesehatan Nasional pada tahun 2010, prevalensi anemia pada ibu
hamil adalah sebesar 40.1%. Pada tahun 2013, menurut data
Riskesdas, prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 37.1%. Data ini
32
menunjukkan tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil dan
penanganan yang masih belum maksimal.
c. Klasifikasi
Anemia umunya dibagi berdasarkan etiologi dan morfologi sel
darah. Menurut etiologi, anemia dibedakan berdasarkan penyakit yang
mengakibatkan anemia tersebut. Dari segi morfologi, anemia
diklasifikasikan berdasarkan ukuran sel darah merah dan kadar
hemoglobin dalam sel darah tersebut.
Klasifikasi anemia berdasarkan etiologi:
i. Anemia karena gangguan produksi eritrosit dalam sumsum
tulang
1. Kekurangan komponen pembentuk darah
2. Gangguan utilisasi besi
3. Kerusakan sumsum tulang
ii. Anemia akibat kehilangan darah
1. Perdarahan akut
2. Perdarahan kronik
iii. Anemia hemolitik
1. Intrakorpuskular
2. ekstrakorpuskular
Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dilihat dari nilai MCV
(mean corpuscular volume) dan MCH (mean corpuscular
hemoglobin). Pembagian anemia berdasarkan morfologi dibagi
menjadi:
i. Anemia hipokromik mikrositer (MCV < 80 fl dan MCH < 70
pg). Contohnya anemia defisiensi besi, thallasemia mayor,
anemia akibat penyakit kronik, dan anemia sideroblastik.
ii. Anemia normokromik normositer (MCV 80-95 fl dan MCH
27-34 pg). Contohnya anemia pasca perdarahan akut, anemia
aplastik, dan anemia akibat penyakit kronik.
33
iii. Anemia makrositer (kadar MCV > 95 fl)
1. Bentuk megaloblastik: anemia defisiensi asam folat,
anemia defisiensi B12, dan anemia pernisiosa.
2. Bentuk non megaloblastik: anemia penyakit hati
kronik, anemia pada hipotiroidisme.
d. Diagnosis
Diagnosis anemia ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Melalui anamnesis dapat ditemukan
gejala anemia yang meliputi gejala umum, gejala khas masing –
masing jenis anemia, dan gejala penyakit dasar penyebab anemia.
34
Gejala umum anemia merupakan gejala yang muncul akibat
kompensasi akibat iskemia organ atau jaringan, yang meliputi lemah,
letih, lesu, mudah lelah, tinnitus, mata berkunang – kunang, dan sesak
nafas. Gejala khas merupakan gejala yang spesifik muncul pada tipe
anemia tertentu, misalnya icterus pada anemia hemolitik, dan
koilonychias pada anemia defisiensi besi. Gejala penyakit dasar
merupakan gejala yang timbul akibat penyakit dasar yang
menyebabkan aneima, dapat meliputi nyeri epigastrium dan
hematemesis pada anemia pernisiosa akibat gastritis.
Pemeriksaan fisik pada anemia memberikan hasil bervariasi
tergantung tipe anemia yang dialami, namun terdapat beberapa gejala
umum yang akan ditemukan pada hampir seluruh pasien anemia,
antara lain pasien tampak lesu, lemas dan kelelahan, konjungtiva
pucat, sianosis sentral atau perifer, icterus, hepatosplenomegali, dan
takikardia.
Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka
langkah berikutnya untuk mendiagnosis anemia adalah dengan
melakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang
paling mudah dilakukan antara lain pemeriksaan darah rutin diiringi
dengan hapusan darah tepi. Kedua pemeriksaan tersebut akan
memberikan informasi mengenai kadar hemoglobin dalam darah,
hematocrit, MCV, MCH, MCHC, serta morfologi sel darah merah
pada pasien. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan antara lain:
i. Pemeriksaan retikulosit
ii. Pemeriksaan serum besi dan total iron binding capacity
(TIBC)
iii. Aspirasi sumsum tulang
iv. Pemeriksaan lain yang dapat disesuaikan dengan diagnosis
35
e. Komplikasi
Anemia pada kehamilan yang tidak di terapi dapat menimbulkan
komplikasi mulai dari yang ringan hingga yang berat. Beberapa
komplikasi yang dapat timbul antara lain:
i. Gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan (intrauterine
growth retardation)
ii. Abortus
iii. Persalinan premature
iv. Inertia uterus
v. Atornia uterus
vi. Syok
vii. Dekompensasi kordis
f. Tatalaksana
i. Tatalaksana umum(24)
1. Apabila diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan
pemeriksaan hapusan darah tepi
2. Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia,
berikan suplementasi besi dan asam folat. Tablet yang
banyak tersedia saat ini adalah tablet berisi 60 mg besi
elemental dan 250 mcg asam folat. Tablet tersebut
dapat diberikan 3 kali sehari pada ibu hamil dengan
anemia.
3. Apabila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan
pemberian tablet hingga 42 hari pasca persalinan.
Apabila pemberian tablet tersebut tidak memberikan
perbaikan, maka rujuk pasien ke pusat pelayanan yang
lebih tinggi untuk mencari penyebab anemia.
4. Berikut ada beberapa sediaan tablet zat besi yang
umum tersedia serta kandungan besi elemental masing
– masing:
36
Jenis sediaan Dosis sediaan Kandungan besi
elemental
Sulfas ferrosus 325 mg 65mg
Fero fumarat 325 mg 107 mg
Fero glukonat 325 mg 39 mg
Besi polisakarida 150 mg 150 mg
ii. Tatalaksana khusus
Tatalaksana ini dilakukan sesuai dengan jenis anemia yang
dimiliki pasien, yang diperiksa melalui apusan darah tepi.
1. Anemia mikrositik hipokrom:
a. Defisiensi besi: lakukan pemeriksaan ferritin.
Apabila ditemukan kadar ferritin <15 ng/mL,
berikan terapi zat besi setara 180 mg beso
elemental per hari. Apabila kadar ferritin
normal, lakukan pemeriksaan serum zat besi
dan TIBC
b. Thallasemia: pasien dengan kecurigaan
thallasemia perlu dirujuk dan dirawat bersama
dokter spesialis penyakit dalam untuk
perawatan lebih spesifik
2. Anemia normositik normokrom
a. Perdarahan: tanyakan riwayat perdarahan dan
cari tanda dan gejala abortus, kehamilan mola,
kehamilan ektopik, atau perdarah pasca
persalian dan lakukan terapi sesuai dengan
temuan klinis. Rujuk ke spesialis obstetri dan
ginekologi.
37
b. Infeksi kronik: temukan tanda dan gejala infeksi
lalu berikan terapi sesuai temuan medis.
3. Anemia makrositik hiperkrom:
a. Defisiensi asam folat dan vitamin B12: berikan
asam folat 1x2mg dan vitamin B12 1x 250 –
1000 mcg.
4. Transfusi perlu diberikan pada pasien dengan kondisi
berikut:
a. Kadar Hb < 7 g/dL atau kadar hematocrit <20%
b. Kadar Hb >7 g/dL dengan gejala klinis: pusing,
pandangan berkunang – kunang, atau takikardia.
5. Lakukan penilaian pertumbuhan dan kesejahteraan
janin dengan memantau pertambahan tinggi fundus,
pemeriksaan USG dan denyut jantung janin secara
berkala.
38
BAB III
KESIMPULAN
Kehamilan beresiko tinggi masih menjadi masalah bagi ibu hamil di dunia,
terutama di negara – negara berkembang. Hal tersebut digambarkan dengan masih
tingginya angka kematian ibu di seluruh dunia. Terdapat banyak faktor yang dapat
menyebabkan kehamilan menjadi beresiko tinggi, namun yang dibahas secara spesifik
dalam referat ini adalah usia ibu saat hamil hingga melahirkan, hipertensi dalam
kehamilan, diabetes gestasional, obesitas ibu, penyakit autoimun, dan anemia dalam
kehamilan. Faktor – faktor ini dapat menyebabkan komplikasi pada kehamilan, baik pada
ibu maupun janin yang dikandungnya.
Resiko kehamilan karena usia ibu disebabkan oleh keadaan maturitas rahim ibu
yang masih muda dan gangguan hormonal ibu yang berusia lebih tua. Usia yang
digolongkan ke dalam beresiko adalah usia ibu <21 tahun dan >35 tahun dalam perkiraan
persalinan. Pada masalah ini tidak ditemukan suatu tatalaksana spesifik karena usia
bukanlah sesuatu yang dapat diubah dengan teknologi kesehatan sekarang, namun hal
yang dapat dilakukan adalah dengan edukasi keluarga berencana terutama mengenai
pernikahan dan penggunaan kontrasepsi secara spesifik konstrasepsi steril untuk wanita
yang sudah berusia lebih tua.
Hipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu penyebab kematian ibu
terbesar. Banyak faktor resiko yang dapat menyebabkan seorang ibu mengalami masalah
hipertensi dalam kehamilan. Secara umum penanganan untuk hipertensi dalam kehamilan
telah membaik dengan adanya peningkatan akses kesehatan untuk seluruh masyarakat
dan adanya panduan tatalaksana yang spesifik untuk hipertensi dalam kehamilan, namun
yang mungkin masih menjadi masalah adalah kesadaran masyarakat akan bahaya dari
hipertensi dalam kehamilan.
Diabetes gestasional merupakan suatu intoleransi glukosa dalam berbagai macam
yang terjadi selama kehamilan. Prevalensi paling tinggi diabetes gestasional adalah di
asia tenggara yang mencakup Indonesia, sehingga diperlukan skrining yang lebih ketat
39
untuk menemukan ibu hamil yang memiliki diabetes gestasional ini. Tatalaksana diabetes
gestasional perlu dilakukan secara ketat dan terpadu.
Obesitas merupakan suatu kondisi medis yang banyak ditemukan di masyarakat.
Obesitas didefinisikan sebagai suatu kondisi medis dimana terdapat penumpukan lemak
berlebihan yang berakibat pada IMT >30. Obesitas telah sering dikaitkan pada berbagai
penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung, dan lain – lain pada
masyarakat. Obesitas juga memiliki pengaruh yang sama pada ibu hamil, yaitu hipertensi
dalam kehamilan yang mencakup preeklamsia dan eklamsia, diabetes gestasional,
persalinan macet, dan lain – lain. Pengawasan ketat dan edukasi pada ibu hamil dengan
obesitas perlu dilakukan agar komplikasi – komplikasi tersebut tidak muncul.
Penyakit autoimun merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan
komplikasi pada kehamilan dan membuat kehamilan beresiko tinggi. Secara spesifik
dibahas di referat ini adalah RA dan SLE. Berbeda dengan SLE yang perjalanan
penyakitnya tidak dapat ditebak selama kehamilan, pasien dengan RA sebelum hamil,
ditemukan bahwa gejala RA akan hilang pada awal kehamilan, namun akan muncul
kembali pada akhir kehamilan.
Anemia merupakan salah satu kondisi yang paling sering ditemui pada ibu hamil.
Hal tersebut terjadi karena pada ibu hamil memang terjadi anemia relatif arena
hemodilusi, ditambah dengan kebutuhan zat besi yang meningkat. Anemia yang paling
umum ditemukan paa ibu hamil adalah anemia defisiensi zat besi. Anemia dapat
didiagnosis menggunakan pemeriksaan kadar Hb dalam darah dan juga hapusan darah
tepi. Diagnosis dan penatalaksanaan anemia sudah dapat dilakukan di fasilitas pelayanan
primer, namun pada kasus dimana sudah terdapat komplikasi pada kehamilan, maka perlu
dirujuk ke rumah sakit.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Suresh V. Advanced Age Maternal Conception Modern Era Etiology for High
Risk Mother, Fetus and Newborn. International Journal of Multidisciplinary Approach
& Studies. 2015;2(4):97-104.
2. Milner M, Barry-Kinsella C, Unwin A, Harrison RF. The impact of maternal age
on pregnancy and its outcome. International Journal of Gynecology & Obstetrics.
1992;38(4):281-6.
3. Fraser AM, Brockert JE, Ward RH. Association of Young Maternal Age with
Adverse Reproductive Outcomes. New England Journal of Medicine.
1995;332(17):1113-8.
4. Lowe SA, Brown MA, Dekker GA, Gatt S, McLintock CK, McMahon LP, et al.
Guidelines for the management of hypertensive disorders of pregnancy 2008. Australian
and New Zealand Journal of Obstetrics and Gynaecology. 2009;49(3):242-6.
5. Sirait AM. PREVALENSI HIPERTENSI PADA KEHAMILAN DI
INDONESIA DAN BERBAGAI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN (RISET
KESEHATAN DASAR 2007)2013.
6. National Collaborating Centre for Ws, Children's H. National Institute for
Health and Clinical Excellence: Guidance. Hypertension in Pregnancy: The
Management of Hypertensive Disorders During Pregnancy. London: RCOG Press
Royal College of Obstetricians and Gynaecologists.; 2010.
7. Sibai B, Dekker G, Kupferminc M. Pre-eclampsia. The Lancet.365(9461):785-
99.
8. (UK) NCCfWsaCsH. Hypertension in Pregnancy: The Management of
Hypertensive Disorders During Pregnancy. London: RCOG Press; 2010.
9. Askie LM, Duley L, Henderson-Smart DJ, Stewart LA. Antiplatelet agents for
prevention of pre-eclampsia: a meta-analysis of individual patient data. Lancet (London,
England). 2007;369(9575):1791-8.
41
10. Hofmeyr GJ, Lawrie TA, Atallah AN, Duley L. Calcium supplementation
during pregnancy for preventing hypertensive disorders and related problems. The
Cochrane database of systematic reviews. 2010(8):Cd001059.
11. Wen SW, Chen XK, Rodger M, White RR, Yang Q, Smith GN, et al. Folic acid
supplementation in early second trimester and the risk of preeclampsia. American
journal of obstetrics and gynecology. 2008;198(1):45.e1-7.
12. Gillon TER, Pels A, von Dadelszen P, MacDonell K, Magee LA. Hypertensive
Disorders of Pregnancy: A Systematic Review of International Clinical Practice
Guidelines. PLoS ONE. 2014;9(12):1-20.
13. Wilkerson HLC, O'Sullivan JB, Thorner R. A Study of Glucose Tolerance and
Screening Criteria in 752 Unselected Pregnancies. Diabetes. 1963;12(4):313-8.
14. O'Sullivan JB, Mahan CM. CRITERIA FOR THE ORAL GLUCOSE
TOLERANCE TEST IN PREGNANCY. Diabetes. 1964;13:278-85.
15. Alberti KGMM, Zimmet PZ. Definition, diagnosis and classification of diabetes
mellitus and its complications. Part 1: diagnosis and classification of diabetes mellitus.
Provisional report of a WHO Consultation. Diabetic Medicine. 1998;15(7):539-53.
16. Diagnostic criteria and classification of hyperglycaemia first detected in
pregnancy: A World Health Organization Guideline. Diabetes Research and Clinical
Practice.103(3):341-63.
17. da Rocha Fernandes J, Ogurtsova K, Linnenkamp U, Guariguata L, Seuring T,
Zhang P, et al. IDF Diabetes Atlas estimates of 2014 global health expenditures on
diabetes. Diabetes Research & Clinical Practice. 2016;117:48-54.
18. Teh WT, Teede HJ, Paul E, Harrison CL, Wallace EM, Allan C. Risk factors for
gestational diabetes mellitus: implications for the application of screening guidelines.
The Australian & New Zealand journal of obstetrics & gynaecology. 2011;51(1):26-30.
19. Ben-Haroush A, Yogev Y, Hod M. Epidemiology of gestational diabetes
mellitus and its association with Type 2 diabetes. Diabetic medicine : a journal of the
British Diabetic Association. 2004;21(2):103-13.
20. Krishnaveni GV, Hill JC, Veena SR, Bhat DS, Wills AK, Karat CL, et al. Low
plasma vitamin B12 in pregnancy is associated with gestational 'diabesity' and later
diabetes. Diabetologia. 2009;52(11):2350-8.
42
21. Hyperglycemia and Adverse Pregnancy Outcomes. New England Journal of
Medicine. 2008;358(19):1991-2002.
22. Ko GT, Chan JC, Tsang LW, Li CY, Cockram CS. Glucose intolerance and
other cardiovascular risk factors in chinese women with a history of gestational diabetes
mellitus. The Australian & New Zealand journal of obstetrics & gynaecology.
1999;39(4):478-83.
23. Tam WH, Ma RCW, Yang X, Li AM, Ko GTC, Kong APS, et al. Glucose
Intolerance and Cardiometabolic Risk in Adolescents Exposed to Maternal Gestational
Diabetes. Diabetes Care. 2010;33(6):1382-4.
24. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia WHO, POGI, HOGSI, PB IBI.
Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Prof.dr. Endy M.
Moegni SK, Dr.dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K), editor2013. 356 p.
25. Andreasen KR, Andersen ML, Schantz AL. Obesity and pregnancy. Acta
Obstetricia et Gynecologica Scandinavica. 2004;83(11):1022-9.
26. Flier JS, Maratos-Flier E. Biology of Obesity. In: Kasper D, Fauci A, Hauser S,
Longo D, Jameson JL, Loscalzo J, editors. Harrison's Principles of Internal Medicine,
19e. New York, NY: McGraw-Hill Education; 2015.
27. Organization WH. Obesity [
28. Metzger BE, Coustan DR. Summary and recommendations of the Fourth
International Workshop-Conference on Gestational Diabetes Mellitus. The Organizing
Committee. Diabetes Care. 1998;21 Suppl 2:B161-7.
29. Baeten JM, Bukusi EA, Lambe M. Pregnancy complications and outcomes
among overweight and obese nulliparous women. American journal of public health.
2001;91(3):436-40.
30. Martin JN, Jr., May WL, Rinehart BK, Martin RW, Magann EF. Increasing
maternal weight: a risk factor for preeclampsia/eclampsia but apparently not for HELLP
syndrome. Southern medical journal. 2000;93(7):686-91.
31. Catalano PM. Management of obesity in pregnancy. Obstetrics and gynecology.
2007;109(2 Pt 1):419-33.
43
32. Diamond B, Lipsky PE. Autoimmunity and Autoimmune Diseases. In: Kasper
D, Fauci A, Hauser S, Longo D, Jameson JL, Loscalzo J, editors. Harrison's Principles
of Internal Medicine, 19e. New York, NY: McGraw-Hill Education; 2015.
33. Pura M, Kreze A, Jr. [From the history of endocrinology: reminiscence of the
discovery of adrenocortical hormones]. Casopis lekaru ceskych. 2005;144(9):648-50;
discussion 50-1.
34. Rothfield N. Oxford Textbook of Rheumatology. New England Journal of
Medicine. 1994;331(14):956-7.
35. Barrett JH, Brennan P, Fiddler M, Silman AJ. Does rheumatoid arthritis remit
during pregnancy and relapse postpartum?: Results from a nationwide study in the
United Kingdom performed prospectively from late pregnancy. Arthritis &
Rheumatism. 1999;42(6):1219-27.
36. Tandon VR, Sharma S, Mahajan A, Khajuria V, Kumar A. PREGNANCY AND
RHEUMATOID ARTHRITIS. Indian Journal of Medical Sciences. 2006;60(8):334-44.
37. Hahn BH. Systemic Lupus Erythematosus. In: Kasper D, Fauci A, Hauser S,
Longo D, Jameson JL, Loscalzo J, editors. Harrison's Principles of Internal Medicine,
19e. New York, NY: McGraw-Hill Education; 2015.
38. Ruiz-Irastorza G, Lima F, Alves J, Khamashta MA, Simpson J, Hughes GR, et
al. Increased rate of lupus flare during pregnancy and the puerperium: a prospective
study of 78 pregnancies. British journal of rheumatology. 1996;35(2):133-8.
39. Adams Waldorf KM, Nelson JL. AUTOIMMUNE DISEASE DURING
PREGNANCY AND THE MICROCHIMERISM LEGACY OF PREGNANCY.
Immunological investigations. 2008;37(5):631-44.
40. Mims MP. Hematology During Pregnancy. In: Kaushansky K, Lichtman MA,
Prchal JT, Levi MM, Press OW, Burns LJ, et al., editors. Williams Hematology, 9e.
New York, NY: McGraw-Hill Education; 2015.
41. CDC criteria for anemia in children and childbearing-aged women. MMWR
Morbidity and mortality weekly report. 1989;38(22):400-4.
42. Pasricha S-R. Anemia: a comprehensive global estimate. Blood.
2014;123(5):611-2.

More Related Content

What's hot

Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
Kharima SD
 
Ppt apendisitis ppt
Ppt apendisitis pptPpt apendisitis ppt
Ppt apendisitis ppt
kas mulyadi
 
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
Farhan Hady Danuatmaja
 
Skrinning & Penatalaksanaan Paska Operasi Katarak
Skrinning & Penatalaksanaan Paska Operasi KatarakSkrinning & Penatalaksanaan Paska Operasi Katarak
Skrinning & Penatalaksanaan Paska Operasi Katarak
Perdudikes
 
Referat pneumothorax
Referat pneumothoraxReferat pneumothorax
Referat pneumothoraxListiana Dewi
 
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoreseinPemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
prastika1
 
Case hernia putri
Case hernia putriCase hernia putri
Case hernia putri
fikri asyura
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataSK Sulistyaningrum
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksterna
CoassTHT
 
266199956 laporan-kasus-abortus-imminens
266199956 laporan-kasus-abortus-imminens266199956 laporan-kasus-abortus-imminens
266199956 laporan-kasus-abortus-imminens
Muhammad Abu Dzar
 
luka akibat benda tajam
luka akibat benda tajam luka akibat benda tajam
luka akibat benda tajam
erlims
 
Prurigo nodularis
Prurigo nodularisPrurigo nodularis
Prurigo nodularis
Reza Oktarama
 
Cr kista ovarium fixxx
Cr kista ovarium fixxxCr kista ovarium fixxx
Cr kista ovarium fixxx
radian rendra tukan
 
Anatomi mata
Anatomi mataAnatomi mata
Anatomi mata
Shela Rahmadani
 
Perforasi gaster
Perforasi gasterPerforasi gaster
Perforasi gaster
Ahmad Rizzqi
 
Referrat efusi pleura
Referrat efusi pleuraReferrat efusi pleura
Referrat efusi pleuraunikindarwati
 
Keratitis mata
Keratitis mataKeratitis mata
Keratitis mata
Ecye Tuhusula
 

What's hot (20)

Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
Wsd
WsdWsd
Wsd
 
Ppt apendisitis ppt
Ppt apendisitis pptPpt apendisitis ppt
Ppt apendisitis ppt
 
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
 
Skrinning & Penatalaksanaan Paska Operasi Katarak
Skrinning & Penatalaksanaan Paska Operasi KatarakSkrinning & Penatalaksanaan Paska Operasi Katarak
Skrinning & Penatalaksanaan Paska Operasi Katarak
 
Referat pneumothorax
Referat pneumothoraxReferat pneumothorax
Referat pneumothorax
 
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoreseinPemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
 
Case hernia putri
Case hernia putriCase hernia putri
Case hernia putri
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminata
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksterna
 
266199956 laporan-kasus-abortus-imminens
266199956 laporan-kasus-abortus-imminens266199956 laporan-kasus-abortus-imminens
266199956 laporan-kasus-abortus-imminens
 
luka akibat benda tajam
luka akibat benda tajam luka akibat benda tajam
luka akibat benda tajam
 
Prurigo nodularis
Prurigo nodularisPrurigo nodularis
Prurigo nodularis
 
Blefaritis
BlefaritisBlefaritis
Blefaritis
 
Cr kista ovarium fixxx
Cr kista ovarium fixxxCr kista ovarium fixxx
Cr kista ovarium fixxx
 
Peri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltratPeri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltrat
 
Anatomi mata
Anatomi mataAnatomi mata
Anatomi mata
 
Perforasi gaster
Perforasi gasterPerforasi gaster
Perforasi gaster
 
Referrat efusi pleura
Referrat efusi pleuraReferrat efusi pleura
Referrat efusi pleura
 
Keratitis mata
Keratitis mataKeratitis mata
Keratitis mata
 

Viewers also liked

Referat obgyn antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat obgyn  antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat obgyn  antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat obgyn antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Adeline Dlin
 
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Adeline Dlin
 
Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...
Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...
Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...
Adeline Dlin
 
Refrat Idiopathic Purpura Trombocytopenic
Refrat Idiopathic Purpura TrombocytopenicRefrat Idiopathic Purpura Trombocytopenic
Refrat Idiopathic Purpura Trombocytopenic
Kharima SD
 
Case Report ITP
Case Report ITPCase Report ITP
Case Report ITP
Kharima SD
 
Laporan tutorial gastritis
Laporan tutorial gastritisLaporan tutorial gastritis
Laporan tutorial gastritis
Chusna Wardani
 
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
Adeline Dlin
 
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Adeline Dlin
 
CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Adeline Dlin
 
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Adeline Dlin
 
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Adeline Dlin
 
Oligohydramnion (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Oligohydramnion  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Oligohydramnion  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Oligohydramnion (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Adeline Dlin
 
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Adeline Dlin
 
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...
Adeline Dlin
 
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Adeline Dlin
 
Anemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG
Anemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOGAnemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG
Anemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG
Adeline Dlin
 
Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Adeline Dlin
 
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Adeline Dlin
 
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Adeline Dlin
 
Referat fisiologi menstruasi dan kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, s...
Referat fisiologi menstruasi dan kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, s...Referat fisiologi menstruasi dan kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, s...
Referat fisiologi menstruasi dan kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, s...
Adeline Dlin
 

Viewers also liked (20)

Referat obgyn antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat obgyn  antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat obgyn  antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat obgyn antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...
Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...
Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...
 
Refrat Idiopathic Purpura Trombocytopenic
Refrat Idiopathic Purpura TrombocytopenicRefrat Idiopathic Purpura Trombocytopenic
Refrat Idiopathic Purpura Trombocytopenic
 
Case Report ITP
Case Report ITPCase Report ITP
Case Report ITP
 
Laporan tutorial gastritis
Laporan tutorial gastritisLaporan tutorial gastritis
Laporan tutorial gastritis
 
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
 
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
 
CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
 
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
 
Oligohydramnion (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Oligohydramnion  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Oligohydramnion  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Oligohydramnion (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
 
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...
 
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
 
Anemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG
Anemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOGAnemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG
Anemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG
 
Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Referat fisiologi menstruasi dan kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, s...
Referat fisiologi menstruasi dan kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, s...Referat fisiologi menstruasi dan kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, s...
Referat fisiologi menstruasi dan kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, s...
 

Similar to referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)

KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi KehamilanKB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
pjj_kemenkes
 
Kti wa ida 2
Kti wa ida 2Kti wa ida 2
Kti wa ida 2
Warnet Raha
 
Proposal wa ida
Proposal wa idaProposal wa ida
Proposal wa ida
Warnet Raha
 
Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinanKomplikasi persalinan
Komplikasi persalinan
Irmadani Irmadani
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
Operator Warnet Vast Raha
 
Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Adeline Dlin
 
PoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.ppt
PoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.pptPoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.ppt
PoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.ppt
drhysoul
 
Css persalinan preterm (1)
Css persalinan preterm (1)Css persalinan preterm (1)
Css persalinan preterm (1)
dila20
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
Septian Muna Barakati
 
PoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.ppt
PoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.pptPoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.ppt
PoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.ppt
MUTHIA45
 
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGANASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
Ratna Imas Indriyani (Ratna Fadhilah Al-mumtazah)
 
Makalah bahaya kehamilan
Makalah bahaya kehamilanMakalah bahaya kehamilan
Makalah bahaya kehamilan
Operator Warnet Vast Raha
 
Asuhan pada ibu hamil resiko tinggi
Asuhan pada ibu hamil resiko tinggiAsuhan pada ibu hamil resiko tinggi
Asuhan pada ibu hamil resiko tinggi
Amalia Senja
 
Abortus-Inkomplit.pptx
Abortus-Inkomplit.pptxAbortus-Inkomplit.pptx
Abortus-Inkomplit.pptx
estikuliah21
 

Similar to referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG) (20)

KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi KehamilanKB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
 
Kti wa ida 2
Kti wa ida 2Kti wa ida 2
Kti wa ida 2
 
Proposal wa ida
Proposal wa idaProposal wa ida
Proposal wa ida
 
Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinanKomplikasi persalinan
Komplikasi persalinan
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 
Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Kesehatan
KesehatanKesehatan
Kesehatan
 
PoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.ppt
PoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.pptPoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.ppt
PoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.ppt
 
Css persalinan preterm (1)
Css persalinan preterm (1)Css persalinan preterm (1)
Css persalinan preterm (1)
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 
PoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.ppt
PoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.pptPoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.ppt
PoA_Deteksi_Dini_Bumil_Risti.ppt
 
Kti ida bagus
Kti ida bagusKti ida bagus
Kti ida bagus
 
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGANASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
 
Makalah bahaya kehamilan
Makalah bahaya kehamilanMakalah bahaya kehamilan
Makalah bahaya kehamilan
 
Asuhan pada ibu hamil resiko tinggi
Asuhan pada ibu hamil resiko tinggiAsuhan pada ibu hamil resiko tinggi
Asuhan pada ibu hamil resiko tinggi
 
Bab i aborsi
Bab i aborsiBab i aborsi
Bab i aborsi
 
Abortus-Inkomplit.pptx
Abortus-Inkomplit.pptxAbortus-Inkomplit.pptx
Abortus-Inkomplit.pptx
 

Recently uploaded

tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 

Recently uploaded (20)

tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 

referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)

  • 1. 1 REFERAT KEHAMILAN BERESIKO TINGGI Dibuat oleh: Surya Adiwena (07120120025) Pembimbing: dr. Arie Widiyasa, Sp.OG Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
  • 2. 2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI ................................................................................................................... 1 BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 3 BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 5 A. Usia ....................................................................................................................... 5 B. Hipertensi.............................................................................................................. 7 C. Diabetes pada kehamilan..................................................................................... 18 D. Obesitas............................................................................................................... 23 E. Penyakit autoimun............................................................................................... 27 F. Anemia................................................................................................................ 30 BAB III KESIMPULAN .............................................................................................. 38 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 40
  • 3. 3 BAB I PENDAHULUAN Kehamilan didefinisikan oleh WHO sebagai durasi waktu kurang lebih 9 bulan dimana seorang wanita membawa embrio dan fetus yang berkembang di rahimnya. Selama masa kehamilan tersebut, kedua ibu dan anaknya yang dalam masa pertumbuhan akan menghadapi resiko kesehatan yang beragam. Resiko kesehatan tersebut dapat menyebabkan mortalitas maupun morbitidas baik pada ibu maupun janinnya. Sekitar 99% kematian ibu terjadi di negara berkembang dan perkiraan sementara menyatakan bahwa ada sekitar 536.000 kematian ibu setiap tahunnya baik dalam masa kehamilan maupun dalam 42 hari paska kelahiran. Kematian ibu di Negara berkembang sebagian besar terjadi karena perdarahan obstetri dan hipertensi dalam kehamilan. Sedangkan kematian ibu di negara maju terjadi karena penyebab langsung beruba tromboembolisme, atau penyebab tidak langsung seperti penyakit jantung. Angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia adalah 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Demikian pula dengan angka kematian bayi yang mencapai angka 32 per 1000 kelahiran hidup. Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama yaitu perdarahan, hipertensi, dan infeksi. Namun proporsinya telah berubah, dimana angka kematian karena perdarahan cenderung berkurang, sedangkan angka kematian yang disebabkan oleh hipertensi semakin bertambah proporsinya. Lebih dari 25% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2013 disebabkan karena hipertensi dalam kehamilan. Kehamilan beresiko tinggi adalah suatu keadaan medis atau patologis yang memiliki resiko tinggi menimbulkan morbiditas atau mortalitas pada ibu, janin, maupun bayi selama kehamilan atau kelahiran. Berdasarkan data penelitian, 40% dari seluruh kehamilan akan mengalami suatu komplikasi selama masa kehamilan, saat melahirkan, maupun setelah melahirkan.(1) Terdapat banyak faktor yang dapat membuat suatu kehamilan menjadi beresiko tinggi, diantaranya usia saat kehamilan, hipertensi, penyakit
  • 4. 4 yang diderita baik sebelum maupun saat hamil, faktor sosiodemografik, dan kebiasaan hidup. Banyaknya faktor resiko yang membuat suatu kehamilan menjadi beresiko tinggi sangat sulit untuk dijabarkan dalam satu karya tulis, ditambah oleh banyaknya faktor resiko tersebut yang membutuhkan perawatan terpadu antar dokter spesialis dari berbagai disiplin yang berbeda. Referat ini akan membahas secara spesifik 6 faktor resiko yang dapat membuat suatu kehamilan menjadi beresiko tinggi, yaitu usia ibu, hipertensi dalam kehamilan, diabetes dalam kehamilan, penyakit autoimun rheumatoid arthritis dan systemic lupus erythematosus, serta anemia dalam kehamilan. Faktor – faktor tersebut akan dibahas secara umum.
  • 5. 5 BAB II PEMBAHASAN A. Usia a. Pengertian Berdasarkan KBBI, usia atau umur didefinisikan sebagai lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan. Salah satu faktor yang berpotensi membuat kehamilan beresiko tinggi adalah usia ibu saat hamil. Adapun usia yang dimaksud adalah usia ibu hamil dibawah 21 tahun atau diatas 35 tahun. Kehamilan pada ibu yang berada dalam kelompok usia tersebut beresiko lebih tinggi untuk timbul komplikasi.(2) b. Kehamilan pada usia muda(3) Secara umum terdapat 2 ciri biologis imaturitas biologis pada wanita yang dapat mengakibatkan kehamilan dengan resiko tinggi, yaitu usia ginekologis yang muda (didefinisikan sebagai konsepsi dalam 2 tahun setelah menarke), dan kehamilan sebelum perkembangan ibu selesai. Imaturitas uterus atau pembuluh darah serviks dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi subklinis, peningkatan produksi prostaglandin, dan berakibat pada meningkatnya angka kejadian kelahiran prematur. Selain itu, ibu hamil yang masih sedang dalam masa pertumbuhan dapat menyebabkan persaingan dalam pemanfaatan nutrisi yang dikonsumsi oleh sang ibu sehingga menganggu pertumbuhan janin. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa pada kehamilan dengan usia ibu dibawah 21 tahun, ditemukan lebih banyak kejadian kelahiran prematur, berat badan bayi rendah, dan bayi berukuran kecil untuk usia kehamilan. Penelitian tersebut telah menganalisis data yang didapat tanpa memperhitungkan faktor
  • 6. 6 sosiodemografi dengan hanya mengambil sampel dari wanita dengan latar sosiodemografi yang dianggap baik (menikah, memiliki pendidikan yang sesuai dengan usia, melakukan pemeriksaan prenatal yang cukup) dan hasilnya tetap menunjukkan bahwa pada wanita – wanita berusia dibawah 21 tahun yang hamil terdapat resiko lebih besar untuk terjadi kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan bayi kecil untuk usia kehamilan. c. Kehamilan pada usia tua(1) Kehamilan pada usia tua didefinisikan sebagai kehamilan dimana usia ibu pada saat perkiraan kelahiran adalah 35 tahun atau lebih. Pada beberapa dekade terakhir, faktor demografik dan sosioekonomik seperti pendidikan, wanita yang berkarir, dan meningkatnya ilmu kesehatan reproduksi menyebabkan kenaikan jumlah wanita yang hamil di usia 30 hingga 40. Sebuah penelitian menemukan bahwa pada wanita yang hamil pada usia diatas 40, ditemukan lebih banyak komplikasi beruba diabetes gestasional, perdarahan antepartum, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, gawat janin, dan kelainan kromosom kongenital seperti down syndrome. Selain itu, jumlah kelahiran yang dilakukan secara cesarean section atau induksi juga lebih banyak dibanding dengan kehamilan dengan usia dibawah 40 tahun.(2) Munculnya kelainan – kelainan tersebut dapat dikaitkan dengan perubahan fisiologis pada wanita seiring dengan bertambahnya usia wanita tersebut. Beberapa perubahan tersebut antara lain: i. Perubahan oosit Pada wanita di awal usia sekitar 40 ditemukan lebih banyak oosit dengan kelainan mikrotubulus dan penempatan kromosom pada fase meiosis II, dibanding dengan wanita pada usia yang lebih muda.
  • 7. 7 ii. Perubahan uterus Terdapat beberapa bukti penurunan kapasitas uterus pada wanita yang lebih tua. Beberapa diantaranya yaitu terdapat peningkatan jumlah kasus abortus, plasenta letak rendah atau previa, persalinan lama yang terkait dengan peningkatan usia maternal. Selain itu, dari pemeriksaan histologi juga ditemukan lebih banyak polip endometrium dan juga jaringan fibroid pada uterus wanita yang lebih tua. Terlebih lagi, jumlah arteri myometrium yang mengandung jaringan sklerotik pada uterus yang secara umum normal juga meningkat pada wanita yang lebih tua: 11% pada usia 17-19 tahun, 37% pada usia 20–29 tahun, 61% pada usia 30–39 tahun, dan 83% setelah usia 39 tahun. iii. Perubahan sekresi hormon dan ovulasi Seiring berjalannya usia wanita, terjadi penurunan sensitivitas ovarium terhadap gonadotropin yang ditandai dengan meningkatnya kadar FSH di serum. Hal ini mengurangi efikasi pengobatan fertilitas yang menggunakan mekanisme tersebut untuk memperbanyak jumlah oosit yang tersedia. Fenomena ini hampir pasti disebabkan oleh habisnya cadangan folikel di ovarium seiring berjalannya usia. B. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg atau tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak 4 – 6 jam. Sebelum dilakukan
  • 8. 8 pengukuran, sang ibu harus diberi waktu sekitar 15 menit untuk duduk tenang. Pengukuran dilakukan pada posisi duduk atau telentang, posisi lateral kiri, kepala ditinggikan 30o, posisi manset setingkat dengan jantung, dan tekanan diastolic diukur dengan mendengarkan korotkoff V (hilangnya bunyi). Hipertensi berat pada kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg, atau keduanya. Pedoman ACOG merekomendasikan bahwa hipertensi berat yang berlangsung ≥ 15 menit dalam preeklamsia atau eklamsia adalah hipertensi darurat yang membutuhkan intervensi segera. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5 – 15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. b. Faktor predisposisi i. Kehamilan kembar ii. Penyakit trofoblas iii. Hidramnion iv. Diabetes mellitus v. Gangguan vascular plasenta vi. Faktor keturunan vii. Riwayat preeklamsia sebelumnya viii. Obesitas sebelum hamil
  • 9. 9 c. Klasifikasi(4) Hipertensi dalam kehamilan dibagi menjadi 4 yaitu: 1) preeklamsia - eklamsia, 2) Hipertensi kronik, 3) Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsia, dan 4) Hipertensi gestasional. i. Preeklamsia adalah sindrom, dimana terdapat hipertensi dan proteinuria atau dengan tidak adanya proteinuria, hipertensi dapat dikaitkan dengan tanda dan gejala lain seperti trombositopenia, insufisiensi renal, gangguan fungsi hati, edema pumoner, gejala serebral, atau gangguan penglihatan yang timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu. Gejala klinis yang biasa muncul pada pasien adalah bengkak pada wajah dan tangan, nyeri kepala terus menerus, gangguan pengelihatan, nyeri pada regio hipokondriakabdomen kanan, mual muntah, peningkatan berat badan yang mendadak, dan sesak nafas. Kriteria untuk diagnosis preeklamsia adalah onset baru dari : 1. Tekanan darah systole ≥140 mmHg atau distole ≥ 90mmHg yang timbul setelah usia kehamilan 20 minggu pada ibu hamil yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal, dan 2. Proteinuria, yaitu ekskresi protein dalam urin ≥ 0,3 gram dalam 24 jam atau protein/kreatinin minimal 0,3 mg/dL atau dipstick urin +1, atau apabila tidak terdapat proteinuria, adanya onset baru dari kondisi berikut: a. Trombositopenia : jumlah platelet < 100.000/microliter b. Insufisiensi renal : konsentrasi serum kreatinin > 1,1 mg/dl atau peningkatan 2 kali lipat konsentrasi serum kreatinin dengan tidak adanya penyakit ginjal lainnya
  • 10. 10 c. Gangguan fungsi hati : meningkatnya konsentrasi transaminase hati dalam darah 2 kali lipat dari jumlah normal d. Edema pulmoner e. Gejala serebral atau visual Terdapat juga keadaan klinis yang disebut sebagai preeklamsia berat, yang didiagnosis menggunakan kriteria berikut: 1. Tekanan darah > 160 mmHg systole atau >110 mmHg diastole pada 2x pemeriksaan dengan jarak minimal 4 jam saat pasien dalam posisi istirahat 2. Trombositopenia (platelet <100.000/microliter) 3. Gangguan fungsi hati yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi transaminase hati dalam darah hingga 2 kali lipat dari normal, atau nyeri pada regio hipokondriak abdomen kanan atau epigastrium yang persisten dan tidak responsif dengan pengobatan dan tidak disebabkan oleh penyakit lain 4. Insufisiensi renal progresif yang ditandai dengan serum kreatinin >1.1 mg/dL atau peningkatan 2x lipat konsentrasi serum kreatinin tanpa penyakit ginjal lainnya 5. Edema pulmoner 6. Onset baru gangguan serebral atau visual Eklamsia didefiniskan sebagai adanya onset baru kejang pada wanita dengan preeklamsia. Beberapa wanita yang didiagnosis eklamsia tidak mengalami preeklamsia, dan beberapa wanita mungkin mengalami eklamsia dalam preiode postpartum.
  • 11. 11 ii. Hipertensi kronik dalam kehamilan didefinisikan sebagai hipertensi (TD sistolik ≥140 mmHg atau diastolic ≥90 mmHg atau keduanya) yang didapatkan pada usia kehamilan <20 minggu atau sebelum kehamilan. Atau adanya penggunaan obat hipertensi sebelum kehamilan dan hipertensi bertahan melampaui 12 minggu postpartum. iii. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsia adalah hipertensi kronik yang disertai tanda-tanda preeklamsia. Wanita dengan hipertensi sebelum 20 minggu kehamilan dimana terjadi onset baru proteinuria atau peningkatan mendadak dalam hipertensi, atau gejala preeklamsia, atau pengembangan sindrom HELPP. iv. Hipertensi gestasional adalah onset baru hipertensi (TD sistolik ≥140 mmHg atau diastolic ≥90 mmHg atau keduanya) pada usia kehamilan ≥ 20 minggu tanpa adanya proteinuria atau gejala lain preeklamsia, dan tekanan darah kembali normal setelah 12 minggu pascapersalinan. d. Prevalensi(5) Dari hasil RISKESDAS tahun 2007, didapatkan prevalensi hipertensi pada ibu hamil sebesar 12,7%. Dari kasus ibu hamil dengan hipertensi, ditemukan 11,8% kasus yang pernah didiagnosis menderita hipertensi oleh petugas kehamilan. Presentasi ibu hamil dengan hipertensi terbanyak terdapat di Provinsi Sumatera Selatan (18,0%), sedangkan presentasi terendah ditemukan di Provinsi Papua Barat (4,9%). Presentasi ibu hamil dengan hipertensi pada umur <18 dan >35 tahun (kelompok umur risiko tinggi terjadinya eklamsia) sebesar 24,3%, lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur 18-35 tahun
  • 12. 12 (9,8%). Apabila kelompok umur risiko tinggi ini dibagi lagi makan ibu hamil dengan hipertensi >35 tahun (36,6%) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan umur <18 tahun (3,7%). Yang paling ditakutkan dari hipertensi dalam kehamilan dalah preeklamsia dan eklamsia atau keracunan pada kehamilan yang sangat membahayakan ibu maupun janin. Preeklamsia terjadi kurang lebih 5% dari semua kehamilan, 10% pada anak pertama dan 20-25% pada perempuan hamil dengan riwayat hipertensi sebelum hamil. Pada janin, preeklamsia bisa menyebabkan berat badan lahir rendah, keguguran, dan lahir premature. Sedangkan yang menjadi eklamsia sekitar 0,05% - 0,20 %. Risiko preeklamsia meningkat 2-4 kali lipat jika pasien memiliki kerabat tingkat pertama dengan riwayat preeklamsia dan meningkat 7 kali lipat jika pada kehamilan sebelumnya mengalami preeklamsia sebagai komplikasi kehamilan. Kehamilan kembar merupakan factor risiko tambahan, dimana kehamilan triplet memiliki risiko yang lebih besar. Faktor risiko kardiovaskular klasik juga dikaitkan dengan probabilitas preeklamsia, seperti usia ibu >40 tahun, diabetes, obesitas, dan hipertensi. Penting diingat juga bahwa sebagian besar kasus preeklamsia terjadi pada ibu nulipara tanpa risiko jelas lainnya(6) e. Komplikasi Hipertensi gestasional dan preklampsia/eklampsia berhubungan dengan risiko hipertensi dan penyakit kardiovaskular pada masa yang akan datang. Wanita dengan riwayat preeklampsia memiliki risiko penyakit kardiovaskular, termasuk hampir 4x peningkatan risiko hipertensi dan 2x risiko penyakit jantung iskemik, stroke dan DVT di masa yang akan datang. 
 Komplikasi maternal akibat preeklamsia berat termasuk edem pulmoner, myocard infark, stroke, sindrom pernafasan akut, koagulopati,
  • 13. 13 gagal ginjal berat, dan penyakit pada retina. Komplikasi ini lebih dapat muncul dengan adanya riwayat penyakit terdahulu dengan disfungsi organ akut berhubungan dengan preeklamsia. Komplikasi pada janin dengan ibu preeklamsia berat muncul akibat insufisiensi plasenta atau persalinan preterm. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada ibu maupun janin:(7) Komplikasi Ibu: - Solusio plasenta - Koagulopati diseminata/ Sindroma HELLP - Edema pulmoner/ aspirasi - Gagal ginjal akut - Eklamsia - Perdarahan atau gagal hati - Stroke (jarang) - Kematian (jarang) - Morbiditas kardiovaskular jangka panjang Komplikasi Janin: - Persalinan preterm - Pertumbuhan janin terhambat - Masalah neurologic karena hipoksia - Kematian perinatal - Morbiditas kardiovaskular jangka panjang berhubungan dengan berat bayi lahir rendah f. Pencegahan Terdapat beberapa cara mengurangi resiko hipertensi pada kehamilan yaitu penggunaan obat dan penggunaan suplemen makanan.(8) i. Penggunaan obat:(9) 1. Antiplatelet
  • 14. 14 Berdasarkan penelitian, pemberian antiplatelet aspirin dengan dosis lebih dari 75mg per hari pada wanita dengan resiko tinggi untuk terkena hipertensi pada kehamilan (wanita dengan hipertensi kronik tanpa superimposed preeklamsia, atau wanita dengan tekanan darah normal dengan riwayat preeklamsia berat, diabetes, hipertensi kronik, penyakit ginjal, atau penyakit autoimun) dapat mengurangi resiko preeklamsia sebanyak 10%, dan mengurangi jumlah kelahiran prematur sebanyak 10%. Pemberian antiplatelet juga tidak menunjukkan angka statistik yang bermakna terhadap insiden perdarahan antepartum, abrupsio plasenta, atau perdarahan post partum. 2. Low Molecular Weight Heparin (LMWH) Terdapat bukti terbatas mengenai pengaruh pemberian LMWH untuk mencegah hipertensi pada kehamilan. Penelitian tersebut menunjukkan pengurangan resiko terjadinya hipertensi pada kehamilan dengan pemberian LMWH pada wanita dengan trombofilia. ii. Suplemen makanan 1. Kalsium(10) Pemberian kalsium pada ibu hamil dengan riwayat preeklamsia, hipertensi kronik, ataupun ibu yang hamil pada usia muda menunjukkan penurunan resiko terjadinya hipertensi gestasional hingga 78%. Tetapi ada beberapa penelitian yang menunjukkan pemberian suplemen kalsium tidak memberikan pengaruh terhadap ibu hamil yang mengkonsumsi kalsium melalui makanan dalam jumlah yang cukup. 2. Asam Folat(11)
  • 15. 15 Pemberian asam folat ditambah dengan multivitamin menurunkan resiko hipertensi gestasional hingga 63%. Tetapi pemberian asam folat tanpa multivitamin tidak menunjukkan pengaruh. Pencegahan untuk preeklamsia dibagi menjadi 3 yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer berarti menghindari terjadinya penyakit. Pencegahan sekunder pada preeklamsia berarti menghentikan penyakit yang sedang berlangsung untuk mencegah timbulnya kegawatdaruratan klinis karena penyakit tersebut. Pencegahan tersier berarti mencegah terjadinya komplikasi dari proses penyakit. Pencegah primer merupakan pencegahan yang paling baik namun hanya bisa dilakukan apabila penyebab terjadinya suatu penyakit sudah diketahui secara jelas sehingga dapat dilakukan tindakan untuk mengontrol penyebab tersebut sehingga penyakit tersebut tidak muncul. Penyebab preeklamsia hingga saat ini belum diketahui secara pasti, namun terdapat beberapa temuan biomarker yang dapat digunakan untuk memprediksi terjadinya preeklamsia. Beberapa penelitian menemukan placental growth factor (PIGF), vascular endothelial growth factor (VEGF), dan soluble fms-like tyrosine kinase-1 (sFLT-1) dapat digunakan untuk memprediksi preeklamsia pada awal kehamilan. Pada preeklamsia, serum PIGF dan VEGF akan menurun, sedangkan sFlt-1 akan meningkat. Rasio sFlt-1/PIGF akan meningkat secara signifikan apabila terdapat preeklamsia / sindrom HELLP. g. Penatalaksanaan(12) i. Tirah baring Beberapa penelitian tidak menemukan adanya hasil yang signifikan dari tirah baring pasien, sehingga beberapa panduan klinis tidak menyarankan tirah baring untuk pasien dengan hipertensi pada kehamilan, dengan 2 pengecualian yaitu pasien dengan hipertensi gestasional dimana tirah baring dengan
  • 16. 16 pengawasan di rumah sakit mungkin dapat bermanfaat, dan juga pasien dengan pre-eklamsia berat. ii. Perawatan di rumah sakit Pasien dianjurkan untuk dirawat inap di rumah sakit apabila memiliki hipertensi yang parah. iii. Terapi antihipertensi Target tekanan darah pada pasien dengan hipertensi adalah <160 mmHg systole dan <110 mmHg diastole. Obat pilihan pertama yang direkomendasikan adalah labetalol intravena, nifedipine oral, dan hydralazine intravena. Pada pasien dengan komorbiditas yang dapat diperparah dengan meningkatnya tekanan darah, maka target tekanan darah yang dianjurkan adalah <140 mmHg systole dan <90 mmHg diastole. Pada pasien dengan hipertensi kronis yang diobati menggunakan angiotensin converting enzyme inhibitor atau angiotensin receptor blocker sebelum kehamilan dan berencana untuk hamil, terapi tersebut harus dihentikan. Tabel pilihan obat antihipertensi(12)
  • 17. 17 iv. Kortikosteroid antenatal Beberapa panduan menganjurkan pemberian kortikosteroid untuk pematangan paru janin mulai diberikan pada usia kehamilan 34 minggu. Pemberian kortikosteroid direkomendasikan terutama pada pasien dengan preeklamsia, atau pasien dengan preeklamsia berat yang akan melakukan persalinan dalam 48 jam berikutnya. Kortikosteroid tidak dianjurkan untuk meningkatkan kondisi pasien dengan sindroma HELLP. v. Waktu persalinan Pasien dengan hipertensi gestasional sebaiknya melakukan persalinan apabila sudah aterm. Untuk pasien dengan preeklamsia, beberapa panduan menyarankan dapat dilakukan persalinan apabila usia kehamilan setidaknya 34 minggu dengan syarat terdapat fasilitas kesehatan yang memadai untuk merawat bayi pasien, namun untuk preeklamsia berat, sebagian besar panduan yang ada menyarankan untuk melakukan persalinan walaupun usia kehamilannya belum cukup. Hingga saat ini belum ada panduan spesifik untuk pasien dengan hipertensi kronis. vi. Proses persalinan Apabila tidak terdapat gawat janin, cara persalinan dipilih berdasarkan penilaian obstetric pada pasien normal. Penanganan kala III persalinan disarankan menggunakan oksitosin.
  • 18. 18 vii. Magnesium sulfat (MgSO4) MgSO4 digunakan untuk menangani pasien dengan preeklamsia berat atau eklamsia. MgSO4 menurunkan kadar asetilkolin pada serat saraf dan menghambat transmisi neuromuscular. Pada pemberian MgSO4, magnesium akan menggeser kalsium melalui inhibisi kompetitif sehingga tidak terjadi aliran rangsangan. MgSO4 merupakan pilihan utama antikejang pada preeklamsia dan eklamsia. Cara pemberian: 1. Ambil 4 g larutan MgSO4 (10 mL larutan MgSO4 40%) dan larutkan dengan 10 mL akuades 2. Berikan larutan tersebut secara perlahan intravena selama 20 menit 3. Jika akses intravena sulit, berikan masing – masing 5 g MgSO4 (12.5 mL larutan MgSO4 40%) intramuscular di bokong kiri dan kanan. 4. Setelah itu berikan dosis rumatan 6 g MgSO4 (15 mL larutan MgSO4 40%) dan larutkan dalam 500 mL larutan RL dan diberikan secara intravena dengan kecepatan 28 tetes/menit selama 6 jam dan diulang hingga 24 jam paska persalinan atau kejang berakhir. C. Diabetes pada kehamilan a. Pengertian Diabetes pada kehamilan atau diabetes gestasional didefinisikan sebagai intoleransi karbohidrat dalam derajat berapapun yang pertama kali didiagnosis dalam masa kehamilan. Hiperglikemi selama kehamilan. Kriteria diagnosis yang pertama kali dibuat untuk mendiagnosis diabetes gestasional dibuat berdasarkan tes toleransi 100 gram glukosa oral selama 3 jam, dimana batasan yang dibuat adalah kenaikan lebih dari 2 standard deviation (SD) diatas kadar glukosa plasma rata – rata setiap jamnya.(13) Beberapa kriteria awal seperti
  • 19. 19 kriteria O’Sullivan dan Mahan(14), juga kriteria World Health Organization (WHO) tahun 1999(15) tidak dibuat berdasarkan akibat kepada janin, sehingga sebuah kriteria diagnosis baru dibuat oleh International Association of Diabetes and Pregnancy Study Groups (IADPSG) dan telah digunakan oleh WHO sejak tahun 2013.(16) Alur diagnosis diabetes gestasional WHO b. Epidemiologi Diabetes gestasional diperkirakan mempengaruhi sekitar 16.9% kehamilan di seluruh dunia, dengan prevalensi paling tinggi di Asia Tenggara dimana diperkirakan pada sekitar 25% kehamilan terdapat diabetes gestasional.(17) Faktor resiko untuk diabetes gestasional antara
  • 20. 20 lain riwayat diabetes gestasional sebelumnya, usia maternal tua, obesitas, riwayat diabetes mellitus di keluarga, dan juga beberapa ras etnis tertentu termasuk Asia.(18) Faktor resiko lainnya mencakup paritas tinggi, pertambahan berat badan yang berlebihan selama kehamilan, postur pendek, polycystic ovarian syndrome, riwayat mengandung bayi makrosomia, riwayat kelahiran mati atau malformasi kongenital, dan hipertensi.(19) Faktor resiko lain yang banyak terdapat terutama di daerah Asia Tenggara adalah defisiensi vitamin B12, yang terdapat pada sekitar 43% wanita hamil dalam sebuah studi di India, dan terkait dengan resistensi insulin dan peningkatan resiko diabetes gestasional.(20) c. Faktor resiko i. Obesitas ii. Riwayat diabetes gestasional iii. Riwayat keluarga diabetes mellitus iv. Abortus berulang v. Riwayat melahirkan bayi >4000gram vi. Riwayat preeklamsia
  • 21. 21 Tabel kriteria diagnosis diabetes gestasional di beberapa negara
  • 22. 22 d. Komplikasi Kejadian diabetes gestasional telah dikaitkan dengan beberapa komplikasi antara lain:(21) - Kelahiran prematur - Preeklamsia - Hipeglikemi neonatus - Hiperinsulinemia fetus - Hiperbilirubinemia neonatus - Perawatan neonatus di intensive care unit - Diabetes mellitus tipe II Pada sebuah studi di Hong Kong didapatkan bahwa pada pemeriksaan 6 minggu paska persalinan pada wanita yang menderita diabetes gestasional, ditemukan gangguan toleransi glukosa pada 23% pasien, dan ditemukan diabetes mellitus pada 13% pasien.(22) Selain pada ibu, diabetes gestasional juga mengakibatkan komplikasi pada janin yang dikandung hingga anak tersebuh tumbuh dewasa. Komplikasi jangka panjang pada anak antara lain:(23) - Resiko diabetes - Hipertensi - Sindroma metabolic e. Tatalaksana(24) i. Tatalaksana umum 1. Pasien dengan diabetes gestasional dirawat secara terpadu dengan dokter spesialis penyakit dalam, dokter obstetri ginekologi, ahli gizi, dan dokter spesialis anak. 2. Sedapat mungkin pasien dirujuk ke rumah sakit 3. Jelaskan kepada pasien mengenai manfaat perawatan diabetes gestasional yaitu daoat mengurangi resiko memiliki bayi besar, mengurangi resiko hipoglikemia neonatus, dan resiko bayi mengidap diabetes saat sudah dewasa.
  • 23. 23 ii. Tatalaksana khusus 1. Target penatalaksanaan adalah mempertahankan gula darah puasa <95 mg/dL dan glukosa 2 jam sesudah makan <120 mg/dL 2. Pengaturan diet: a. Tentukan berat badan ideal: 90% x (tinggi badan – 100) b. Kebutuhan kalori: (BB ideal x 25) + 10-30% tergantung aktivitas fisik + 300 kalori untuk kehamilan c. Asupan protein yang dianjurkan adalah 1 – 1.5 g/kgBB 3. Pemberian insulin dilakukan di rumah sakit dan dianjurkan apabila pengaturan diet selama 2 minggu tidak mencapai target kadar glukosa darah 4. Pemberian insulin dimulai dengan dosis kecil yaitu 0.5 – 1.5 IU/kgBB/hari D. Obesitas(25) a. Pengertian Obesitas didefinisikan sebagai kondisi medis dimana terdapat massa jaringan lemak yang berlebihan. Walaupun sering dinilai sama dengan kelebihan berat badan, namun kenyataannya tidak demikian, karena orang yang sangat berotot dapat memiliki berat badan yang termasuk overweight menurut standar, namun tidak memiliki massa lemak yang berlebihan.(26) Diagnosis obesitas dibuat berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) yang dihitung dengan cara berat badan dibagi dengan tinggi badan dalam satuan meter yang dikuadratkan. Menurut WHO, seseorang di Asia dikatakan memiliki overweight apabila memiliki IMT >22, dan dikatakan obesitas apabila IMTnya >27.5. IMT pada kehamilan diukur
  • 24. 24 menggunakan berat badan sebelum hamil, atau apabila tidak ada, menggunakan berat badan pada pemeriksaan antenatal pertama. b. Prevalensi(27) Pada tahun 2008, 35% dari orang dewasa berusia diatas 20 tahun menderita overweight, dan sekitar 10% pria dan 14% wanita di seluruh dunia menderita obesitas. Menurut WHO, setiap tahunnya terdapat 2.8 juta orang yang meninggal dunia karena overweight atau obesitas. Kedua hal tersebut menyebabkan gangguan pada tekanan darah, kolesterol, trigliserida, dan resistensi insulin. Resiko penyakit jantung coroner, stroke iskemik, dan diabetes mellitus tipe 2 meningkat seiring dengan bertambahnya IMT. c. Etiologi Obesitas merupakan suatu kelompok gangguan yang heterogen. Patofisiologi obesitas terkesan sederhana yaitu kelebihan asupan nutrisi yang kronik secara relatif terhadap penggunaan energi. Namun karena kompleksnya sistem neuroendocrine dan metabolisme yang mengatur asupan energi, penyimpanan, dan penggunaan, maka sulit untuk mencari satu faktor yang paling berperan dalam obesitas. Beberapa faktor yang dipercaya menyebabkan obesitas: i. Peran genetik dan lingkungan ii. Sindroma genetik iii. Sindroma spesifik lainnya: 1. Sindroma Cushing 2. Hipotiroidisme d. Patogenesis Obesitas dapat disebabkan karena asupan energi yang berlebihan, penggunaan energi yang kurang, atau kombinasi dari keduanya.
  • 25. 25 e. Komplikasi i. Komplikasi pada kehamilan 1. Diabetes gestasional Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa obesitas meningkatkan resiko terjadinya diabetes gestasional. Selain itu, wanita yang mengidap diabetes gestasional juga memiliki resiko yang tinggi untuk terkena diabetes mellitus sepanjang hidupnya.(28) Intoleransi glukosa dalam berbagai jenis ditemukan pada 34% wanita pengidap diabetes gestasional dalam evaluasi 2-11 tahun setelah kehamilan. 2. Gangguan hipertensi: hipertensi gestasional, preeklamsia, eklamsia, dan sindroma HELLP (hemolysis, elevated liver enzyme, low platelet count) Berdasarkan penelitian, wanita hamil yang obesitas memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena preeklamsia dan eklamsia.(29) Resiko eklamsia meningkat setiap kenaikan BMI 5 – 7 kg/m2. Di lain sisi, sebuah penelitian menunjukkan bahwa obesitas tidak meningkatkan resiko terjadinya sindroma HELLP pada ibu hamil.(30) ii. Komplikasi pada proses kelahiran 1. Augmentasi 2. Disproporsi cephalopelvic iii. Komplikasi pada perinatal 1. Makrosomia 2. Distosia bahu 3. Kecil untuk usia kehamilan 4. Intrauterine fetal death 5. Malformasi kongenital
  • 26. 26 f. Tatalaksana(31) i. Pengukuran indeks massa tubuh (IMT) Panduan NICE tahun 2008 menyarankan bahwa pada seluruh wanita hamil dilakukan pengukuran IMT pada kedatangan pemeriksaan antenatal pertama, idealnya dalam usia kehamilan 10 minggu. ii. Pemberian informasi mengenai obesitas Seluruh wanita hamil dengan IMT >30 perlu diberi informasi mengenai resiko yang dapat terjadi selama kehamilannya, dan juga ditekankan pentingnya pemeriksaan antenatal secara rutin untuk deteksi dini komplikasi pada kehamilan. iii. Trombofilaksis Obesitas dalam kehamilan diketahui sebagai faktor resiko terjadinya tromboembolisme selama kehamilan. Wanita dengan IMT >30 dan dengan 2 atau lebih resiko terjadinya tromboembolisme perlu diberika trombofilaksis berupa low molecular weight heparin hingga 6 minggu paska persalinan. iv. Pengawasan dan skrining 1. Wanita dengan IMT >35 memiliki resiko untuk mengalami preeklamsia lebih dari 2x lebih besar dibanding dengan wanita yang memiliki BMI dalam batas normal. 2. Semua wanita hamil dengan IMT >30 harus melakukan skrining diabetes gestasional v. Perencanaan persalinan 1. Semua wanita dengan IMT >30 perlu diberi penjelasan mengenai resiko persalinan pada pasien dengan obesitas dan dipandu dalam pemilihan metode persalinan 2. Perencanaan ini perlu diberikan oleh dokter spesialis obstetric dan ginekologi
  • 27. 27 E. Penyakit autoimun a. Pengertian Fungsi utama dari sistem imun adalah untuk membuat respons inflamasi untuk melawan benda asing yang berpotensi membahayakan tubuh sambil menghindari kerusakan pada tubuh diri sendiri. Ciri utama dari penyakit autoimun adalah adanya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh reaksi imunologis oleh suatu organisme terhadap jaringan tubuhnya sendiri. Autoimunitas memiliki arti adanya antibody atau sel limfosit T yang bereaksi terhadap antigen diri sendiri, namun belum tentu terdapat akibat patogenik. Autoimunitas terdapat dalam semua individu, namun penyakit autoimun terjadi pada individu yang memiliki kerusakan pada mekanisme regulasi toleransi imun sehingga terjadi kerusakan jaringan akibat reaksi imunologis dari tubuhnya sendiri.(32) b. Jenis - jenis i. Rheumatoid Arthritis (RA) RA merupakan penyakin inflamasi kronis yang tidak diketahui penyebabnya. Ciri utama dari penyakit ini adanya timbulnya polyarthritis peripheral yang simetris. RA adalah tipe peradangan sendi kronis yang paling sering, dan dapat berakibat pada kerusakan sendi dan disabilitas fisik. RA merupakan penyakit yang sistemik, sehingga gejala yang timbul dapat berupa perasaan lelah, nodul subkutan, gangguan pernafasan, pericarditis, neuropati perifer, vasculitis, dan gangguan darah. Sekitar 0.5 – 1% orang dewasa di dunia diperkirakan memiliki RA. Terdapat beberapa data yang menunjukkan bahwa insiden RA telah menurun dalam beberapa dekade terakhir. Beberapa studi di Asia menunjukkan prevalensi yang lebih rendah untuk RA yaitu sekitar 0.2 – 0.4%.
  • 28. 28 Kehamilan membuat perubahan sistem imun yang akan mengubah perjalanan penyakit autoimun termasuk RA. Sejak tahun 1931, peneliti telah menemukan bahwa kehamilan memiliki efek mengurangi gejala RA pada pasien pengidapnya. Patofisiologi kejadian ini belum diketahui, namun ada beberapa teori yang mengekemukakan tentang pengaruh perubahan hormonal dan imunitas tubuh ibu selama kehamilan adalah penyebabnya. (33) Lebih dari 75% pasien RA yang menjadi hamil akan mengalami perbaikan kondisi pada trimester pertama dan kedua, dan pada trimester ketiga gejala RA akan mengalami remisi.(34) Perbaikan kondisi tersebut bersifat sementara. Hampir seluruh pasien yang mengalami perbaikan gejala RA akan mengalami relapse pada periode postpartum.(35) Pada 90% pasien yang mengalami remisi RA saat kehamilannya, ditemukan bahwa gejalanya akan muncul kembali, dan diikuti dengan peningkatan rheumatoid factor (RF) dalam 3 bulan setelah melahirkan.(34) Pada pasien hamil yang mengidap RA, tidak ditemukan adanya peningkatan signifikan terhadap timbulnya resiko munculnya komorbiditas yang berpotensi membahayakan kehamilan tersebut.(36) ii. Systemic Lupus Erythematosus (SLE) SLE adalah penyakit autoimun dimana organ dan sel – sel tubuh mengalami kerusakan yang disebabkan oleh antibody yang membuat kompleks imun dengan sel – sel dalam jaringan. Penyakit ini dapat terjadi pada seluruh jenis kelamin dari berbagai usia, namun 90% kasus SLE terjadi pada wanita usia reproduktif. Prevalensi SLE di Amerika Serikat adalah 20 – 150 kasus per 100000 wanita.(37) Berbeda dengan RA, penyakit SLE lebih tidak bisa diprediksi munculnya selama kehamilan, sehingga terdapat
  • 29. 29 beberapa studi yang memberi kesan bahwa kehamilan menambah resiko terjadinya eksaserbasi SLE.(38) Gejala dari SLE sangat beragam, tetapi yang paling sering muncul adalah rasa lelah terus – menerus dan nyeri sendi yang berpindah. Diagnosis SLE dibuat dengan mengikuti algoritma berikut:
  • 30. 30 Apabila pada pemeriksaan ditemukan ANA positif, maka gejala klinis pada pasien harus memenuhi kriteria diagnosis pada table berikut: Interpretasi: keberadaan 4 kriteria (minimal 1 di setiap kategori) merupakan syarat untuk mendiagnosis pasien dengan SLE dengan spesifisitas 93% dan sensitifitas 92%. Terdapat beberapa komplikasi kehamilan yang lebih sering dijumpai pada wanita dengan SLE, diantaranya abortus spontan, kematian janin dalam kandungan, pertumbuhan janin terhambat, kelahiran prematur, ketuban pecah dini, dan preeklamsia.(39) F. Anemia(40) a. Pengertian Kehamilan normal menyebabkan banyak perubahan pada fisiologi ibu, termasuk perubahan – perubahan dalam parameter hematologis. Perubahan – perubahan tersebut mencakup meningkatnya volume plasma darah yang relatif lebih besar dari pertambahan massa sel darah merah sehingga mengakibatkan penurunan konsentrasi hemoglobin. Anemia ada suatu keadaan dimana kadar hemoglobin atau eritrosit berkurang dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat
  • 31. 31 menjalankan fungsinya yaitu membawa oksigen ke jaringan perifer dengan baik. Kadar normal hemoglobin dalam darah dipengaruhi oleh banyak faktor seperti usia, jenis kelamin, kehamilan, dan ketinggian tempat tinggal. Kadar hemoglobin normal menurut WHO adalah 12 g/dL untuk wanita dewasa dan 13 g/dL untuk pria dewasa. Pada wanita hamil terjadi hemodilusi karena peningkatan plasma darah lebih banyak dibanding peningkatan massa sel darah merah, oleh sebab itu nilai normal untuk wanita hamil berbeda. Menurut CDC, seorang wanita hamil dikatakan memiliki anemia apabila memiliki kadar hemoglobin <11 g/dL pada trimester pertama dan ketiga, dan <10.5 g/dL pada trimester kedua.(41) Penyebab anemia pada kehamilan yang paling dominan di dunia adalah defisiensi zat besi. Kebutuhan zat besi fetus biasanya terpenuhi walaupun kebutuhan sang ibu tidak tercukupi, namun defisiensi zat besi pada ibu hamil dapat meningkatkan frekuensi persalinan preterm dan berat badan lahir rendah. b. Epidemiologi(42) Anemia merupakan suatu kondisi yang banyak terjadi di dunia. Pada tahun 2010, prevalensi anemia di dunia adalah 32.9%. Prevalensi anemia di Indonesia sendiri menurut Riskesdas pada tahun 2013 mencapai 21.7% dari total penduduk, dengan proporsi 20.6% di perkotaan dan 22.8% di pedesaan, dengan 18.4% pada laki – laki dan 23.8% pada perempuan. Berdasarkan kelompok umur, penderita anemia berusia 5 – 14 tahun sebesar 26.4% dan pada kelompok umur 15 – 24 tahun sebesar 18.4%. Pada ibu hamil, berdasarkan data WHO tahun 2011, terdapat 29.6% ibu hamil yang mengalami anemia. Berdasarkan data Survei Kesehatan Nasional pada tahun 2010, prevalensi anemia pada ibu hamil adalah sebesar 40.1%. Pada tahun 2013, menurut data Riskesdas, prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 37.1%. Data ini
  • 32. 32 menunjukkan tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil dan penanganan yang masih belum maksimal. c. Klasifikasi Anemia umunya dibagi berdasarkan etiologi dan morfologi sel darah. Menurut etiologi, anemia dibedakan berdasarkan penyakit yang mengakibatkan anemia tersebut. Dari segi morfologi, anemia diklasifikasikan berdasarkan ukuran sel darah merah dan kadar hemoglobin dalam sel darah tersebut. Klasifikasi anemia berdasarkan etiologi: i. Anemia karena gangguan produksi eritrosit dalam sumsum tulang 1. Kekurangan komponen pembentuk darah 2. Gangguan utilisasi besi 3. Kerusakan sumsum tulang ii. Anemia akibat kehilangan darah 1. Perdarahan akut 2. Perdarahan kronik iii. Anemia hemolitik 1. Intrakorpuskular 2. ekstrakorpuskular Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dilihat dari nilai MCV (mean corpuscular volume) dan MCH (mean corpuscular hemoglobin). Pembagian anemia berdasarkan morfologi dibagi menjadi: i. Anemia hipokromik mikrositer (MCV < 80 fl dan MCH < 70 pg). Contohnya anemia defisiensi besi, thallasemia mayor, anemia akibat penyakit kronik, dan anemia sideroblastik. ii. Anemia normokromik normositer (MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg). Contohnya anemia pasca perdarahan akut, anemia aplastik, dan anemia akibat penyakit kronik.
  • 33. 33 iii. Anemia makrositer (kadar MCV > 95 fl) 1. Bentuk megaloblastik: anemia defisiensi asam folat, anemia defisiensi B12, dan anemia pernisiosa. 2. Bentuk non megaloblastik: anemia penyakit hati kronik, anemia pada hipotiroidisme. d. Diagnosis Diagnosis anemia ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Melalui anamnesis dapat ditemukan gejala anemia yang meliputi gejala umum, gejala khas masing – masing jenis anemia, dan gejala penyakit dasar penyebab anemia.
  • 34. 34 Gejala umum anemia merupakan gejala yang muncul akibat kompensasi akibat iskemia organ atau jaringan, yang meliputi lemah, letih, lesu, mudah lelah, tinnitus, mata berkunang – kunang, dan sesak nafas. Gejala khas merupakan gejala yang spesifik muncul pada tipe anemia tertentu, misalnya icterus pada anemia hemolitik, dan koilonychias pada anemia defisiensi besi. Gejala penyakit dasar merupakan gejala yang timbul akibat penyakit dasar yang menyebabkan aneima, dapat meliputi nyeri epigastrium dan hematemesis pada anemia pernisiosa akibat gastritis. Pemeriksaan fisik pada anemia memberikan hasil bervariasi tergantung tipe anemia yang dialami, namun terdapat beberapa gejala umum yang akan ditemukan pada hampir seluruh pasien anemia, antara lain pasien tampak lesu, lemas dan kelelahan, konjungtiva pucat, sianosis sentral atau perifer, icterus, hepatosplenomegali, dan takikardia. Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka langkah berikutnya untuk mendiagnosis anemia adalah dengan melakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang paling mudah dilakukan antara lain pemeriksaan darah rutin diiringi dengan hapusan darah tepi. Kedua pemeriksaan tersebut akan memberikan informasi mengenai kadar hemoglobin dalam darah, hematocrit, MCV, MCH, MCHC, serta morfologi sel darah merah pada pasien. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan antara lain: i. Pemeriksaan retikulosit ii. Pemeriksaan serum besi dan total iron binding capacity (TIBC) iii. Aspirasi sumsum tulang iv. Pemeriksaan lain yang dapat disesuaikan dengan diagnosis
  • 35. 35 e. Komplikasi Anemia pada kehamilan yang tidak di terapi dapat menimbulkan komplikasi mulai dari yang ringan hingga yang berat. Beberapa komplikasi yang dapat timbul antara lain: i. Gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan (intrauterine growth retardation) ii. Abortus iii. Persalinan premature iv. Inertia uterus v. Atornia uterus vi. Syok vii. Dekompensasi kordis f. Tatalaksana i. Tatalaksana umum(24) 1. Apabila diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan pemeriksaan hapusan darah tepi 2. Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia, berikan suplementasi besi dan asam folat. Tablet yang banyak tersedia saat ini adalah tablet berisi 60 mg besi elemental dan 250 mcg asam folat. Tablet tersebut dapat diberikan 3 kali sehari pada ibu hamil dengan anemia. 3. Apabila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet hingga 42 hari pasca persalinan. Apabila pemberian tablet tersebut tidak memberikan perbaikan, maka rujuk pasien ke pusat pelayanan yang lebih tinggi untuk mencari penyebab anemia. 4. Berikut ada beberapa sediaan tablet zat besi yang umum tersedia serta kandungan besi elemental masing – masing:
  • 36. 36 Jenis sediaan Dosis sediaan Kandungan besi elemental Sulfas ferrosus 325 mg 65mg Fero fumarat 325 mg 107 mg Fero glukonat 325 mg 39 mg Besi polisakarida 150 mg 150 mg ii. Tatalaksana khusus Tatalaksana ini dilakukan sesuai dengan jenis anemia yang dimiliki pasien, yang diperiksa melalui apusan darah tepi. 1. Anemia mikrositik hipokrom: a. Defisiensi besi: lakukan pemeriksaan ferritin. Apabila ditemukan kadar ferritin <15 ng/mL, berikan terapi zat besi setara 180 mg beso elemental per hari. Apabila kadar ferritin normal, lakukan pemeriksaan serum zat besi dan TIBC b. Thallasemia: pasien dengan kecurigaan thallasemia perlu dirujuk dan dirawat bersama dokter spesialis penyakit dalam untuk perawatan lebih spesifik 2. Anemia normositik normokrom a. Perdarahan: tanyakan riwayat perdarahan dan cari tanda dan gejala abortus, kehamilan mola, kehamilan ektopik, atau perdarah pasca persalian dan lakukan terapi sesuai dengan temuan klinis. Rujuk ke spesialis obstetri dan ginekologi.
  • 37. 37 b. Infeksi kronik: temukan tanda dan gejala infeksi lalu berikan terapi sesuai temuan medis. 3. Anemia makrositik hiperkrom: a. Defisiensi asam folat dan vitamin B12: berikan asam folat 1x2mg dan vitamin B12 1x 250 – 1000 mcg. 4. Transfusi perlu diberikan pada pasien dengan kondisi berikut: a. Kadar Hb < 7 g/dL atau kadar hematocrit <20% b. Kadar Hb >7 g/dL dengan gejala klinis: pusing, pandangan berkunang – kunang, atau takikardia. 5. Lakukan penilaian pertumbuhan dan kesejahteraan janin dengan memantau pertambahan tinggi fundus, pemeriksaan USG dan denyut jantung janin secara berkala.
  • 38. 38 BAB III KESIMPULAN Kehamilan beresiko tinggi masih menjadi masalah bagi ibu hamil di dunia, terutama di negara – negara berkembang. Hal tersebut digambarkan dengan masih tingginya angka kematian ibu di seluruh dunia. Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan kehamilan menjadi beresiko tinggi, namun yang dibahas secara spesifik dalam referat ini adalah usia ibu saat hamil hingga melahirkan, hipertensi dalam kehamilan, diabetes gestasional, obesitas ibu, penyakit autoimun, dan anemia dalam kehamilan. Faktor – faktor ini dapat menyebabkan komplikasi pada kehamilan, baik pada ibu maupun janin yang dikandungnya. Resiko kehamilan karena usia ibu disebabkan oleh keadaan maturitas rahim ibu yang masih muda dan gangguan hormonal ibu yang berusia lebih tua. Usia yang digolongkan ke dalam beresiko adalah usia ibu <21 tahun dan >35 tahun dalam perkiraan persalinan. Pada masalah ini tidak ditemukan suatu tatalaksana spesifik karena usia bukanlah sesuatu yang dapat diubah dengan teknologi kesehatan sekarang, namun hal yang dapat dilakukan adalah dengan edukasi keluarga berencana terutama mengenai pernikahan dan penggunaan kontrasepsi secara spesifik konstrasepsi steril untuk wanita yang sudah berusia lebih tua. Hipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu penyebab kematian ibu terbesar. Banyak faktor resiko yang dapat menyebabkan seorang ibu mengalami masalah hipertensi dalam kehamilan. Secara umum penanganan untuk hipertensi dalam kehamilan telah membaik dengan adanya peningkatan akses kesehatan untuk seluruh masyarakat dan adanya panduan tatalaksana yang spesifik untuk hipertensi dalam kehamilan, namun yang mungkin masih menjadi masalah adalah kesadaran masyarakat akan bahaya dari hipertensi dalam kehamilan. Diabetes gestasional merupakan suatu intoleransi glukosa dalam berbagai macam yang terjadi selama kehamilan. Prevalensi paling tinggi diabetes gestasional adalah di asia tenggara yang mencakup Indonesia, sehingga diperlukan skrining yang lebih ketat
  • 39. 39 untuk menemukan ibu hamil yang memiliki diabetes gestasional ini. Tatalaksana diabetes gestasional perlu dilakukan secara ketat dan terpadu. Obesitas merupakan suatu kondisi medis yang banyak ditemukan di masyarakat. Obesitas didefinisikan sebagai suatu kondisi medis dimana terdapat penumpukan lemak berlebihan yang berakibat pada IMT >30. Obesitas telah sering dikaitkan pada berbagai penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung, dan lain – lain pada masyarakat. Obesitas juga memiliki pengaruh yang sama pada ibu hamil, yaitu hipertensi dalam kehamilan yang mencakup preeklamsia dan eklamsia, diabetes gestasional, persalinan macet, dan lain – lain. Pengawasan ketat dan edukasi pada ibu hamil dengan obesitas perlu dilakukan agar komplikasi – komplikasi tersebut tidak muncul. Penyakit autoimun merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan komplikasi pada kehamilan dan membuat kehamilan beresiko tinggi. Secara spesifik dibahas di referat ini adalah RA dan SLE. Berbeda dengan SLE yang perjalanan penyakitnya tidak dapat ditebak selama kehamilan, pasien dengan RA sebelum hamil, ditemukan bahwa gejala RA akan hilang pada awal kehamilan, namun akan muncul kembali pada akhir kehamilan. Anemia merupakan salah satu kondisi yang paling sering ditemui pada ibu hamil. Hal tersebut terjadi karena pada ibu hamil memang terjadi anemia relatif arena hemodilusi, ditambah dengan kebutuhan zat besi yang meningkat. Anemia yang paling umum ditemukan paa ibu hamil adalah anemia defisiensi zat besi. Anemia dapat didiagnosis menggunakan pemeriksaan kadar Hb dalam darah dan juga hapusan darah tepi. Diagnosis dan penatalaksanaan anemia sudah dapat dilakukan di fasilitas pelayanan primer, namun pada kasus dimana sudah terdapat komplikasi pada kehamilan, maka perlu dirujuk ke rumah sakit.
  • 40. 40 DAFTAR PUSTAKA 1. Suresh V. Advanced Age Maternal Conception Modern Era Etiology for High Risk Mother, Fetus and Newborn. International Journal of Multidisciplinary Approach & Studies. 2015;2(4):97-104. 2. Milner M, Barry-Kinsella C, Unwin A, Harrison RF. The impact of maternal age on pregnancy and its outcome. International Journal of Gynecology & Obstetrics. 1992;38(4):281-6. 3. Fraser AM, Brockert JE, Ward RH. Association of Young Maternal Age with Adverse Reproductive Outcomes. New England Journal of Medicine. 1995;332(17):1113-8. 4. Lowe SA, Brown MA, Dekker GA, Gatt S, McLintock CK, McMahon LP, et al. Guidelines for the management of hypertensive disorders of pregnancy 2008. Australian and New Zealand Journal of Obstetrics and Gynaecology. 2009;49(3):242-6. 5. Sirait AM. PREVALENSI HIPERTENSI PADA KEHAMILAN DI INDONESIA DAN BERBAGAI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN (RISET KESEHATAN DASAR 2007)2013. 6. National Collaborating Centre for Ws, Children's H. National Institute for Health and Clinical Excellence: Guidance. Hypertension in Pregnancy: The Management of Hypertensive Disorders During Pregnancy. London: RCOG Press Royal College of Obstetricians and Gynaecologists.; 2010. 7. Sibai B, Dekker G, Kupferminc M. Pre-eclampsia. The Lancet.365(9461):785- 99. 8. (UK) NCCfWsaCsH. Hypertension in Pregnancy: The Management of Hypertensive Disorders During Pregnancy. London: RCOG Press; 2010. 9. Askie LM, Duley L, Henderson-Smart DJ, Stewart LA. Antiplatelet agents for prevention of pre-eclampsia: a meta-analysis of individual patient data. Lancet (London, England). 2007;369(9575):1791-8.
  • 41. 41 10. Hofmeyr GJ, Lawrie TA, Atallah AN, Duley L. Calcium supplementation during pregnancy for preventing hypertensive disorders and related problems. The Cochrane database of systematic reviews. 2010(8):Cd001059. 11. Wen SW, Chen XK, Rodger M, White RR, Yang Q, Smith GN, et al. Folic acid supplementation in early second trimester and the risk of preeclampsia. American journal of obstetrics and gynecology. 2008;198(1):45.e1-7. 12. Gillon TER, Pels A, von Dadelszen P, MacDonell K, Magee LA. Hypertensive Disorders of Pregnancy: A Systematic Review of International Clinical Practice Guidelines. PLoS ONE. 2014;9(12):1-20. 13. Wilkerson HLC, O'Sullivan JB, Thorner R. A Study of Glucose Tolerance and Screening Criteria in 752 Unselected Pregnancies. Diabetes. 1963;12(4):313-8. 14. O'Sullivan JB, Mahan CM. CRITERIA FOR THE ORAL GLUCOSE TOLERANCE TEST IN PREGNANCY. Diabetes. 1964;13:278-85. 15. Alberti KGMM, Zimmet PZ. Definition, diagnosis and classification of diabetes mellitus and its complications. Part 1: diagnosis and classification of diabetes mellitus. Provisional report of a WHO Consultation. Diabetic Medicine. 1998;15(7):539-53. 16. Diagnostic criteria and classification of hyperglycaemia first detected in pregnancy: A World Health Organization Guideline. Diabetes Research and Clinical Practice.103(3):341-63. 17. da Rocha Fernandes J, Ogurtsova K, Linnenkamp U, Guariguata L, Seuring T, Zhang P, et al. IDF Diabetes Atlas estimates of 2014 global health expenditures on diabetes. Diabetes Research & Clinical Practice. 2016;117:48-54. 18. Teh WT, Teede HJ, Paul E, Harrison CL, Wallace EM, Allan C. Risk factors for gestational diabetes mellitus: implications for the application of screening guidelines. The Australian & New Zealand journal of obstetrics & gynaecology. 2011;51(1):26-30. 19. Ben-Haroush A, Yogev Y, Hod M. Epidemiology of gestational diabetes mellitus and its association with Type 2 diabetes. Diabetic medicine : a journal of the British Diabetic Association. 2004;21(2):103-13. 20. Krishnaveni GV, Hill JC, Veena SR, Bhat DS, Wills AK, Karat CL, et al. Low plasma vitamin B12 in pregnancy is associated with gestational 'diabesity' and later diabetes. Diabetologia. 2009;52(11):2350-8.
  • 42. 42 21. Hyperglycemia and Adverse Pregnancy Outcomes. New England Journal of Medicine. 2008;358(19):1991-2002. 22. Ko GT, Chan JC, Tsang LW, Li CY, Cockram CS. Glucose intolerance and other cardiovascular risk factors in chinese women with a history of gestational diabetes mellitus. The Australian & New Zealand journal of obstetrics & gynaecology. 1999;39(4):478-83. 23. Tam WH, Ma RCW, Yang X, Li AM, Ko GTC, Kong APS, et al. Glucose Intolerance and Cardiometabolic Risk in Adolescents Exposed to Maternal Gestational Diabetes. Diabetes Care. 2010;33(6):1382-4. 24. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia WHO, POGI, HOGSI, PB IBI. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Prof.dr. Endy M. Moegni SK, Dr.dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K), editor2013. 356 p. 25. Andreasen KR, Andersen ML, Schantz AL. Obesity and pregnancy. Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica. 2004;83(11):1022-9. 26. Flier JS, Maratos-Flier E. Biology of Obesity. In: Kasper D, Fauci A, Hauser S, Longo D, Jameson JL, Loscalzo J, editors. Harrison's Principles of Internal Medicine, 19e. New York, NY: McGraw-Hill Education; 2015. 27. Organization WH. Obesity [ 28. Metzger BE, Coustan DR. Summary and recommendations of the Fourth International Workshop-Conference on Gestational Diabetes Mellitus. The Organizing Committee. Diabetes Care. 1998;21 Suppl 2:B161-7. 29. Baeten JM, Bukusi EA, Lambe M. Pregnancy complications and outcomes among overweight and obese nulliparous women. American journal of public health. 2001;91(3):436-40. 30. Martin JN, Jr., May WL, Rinehart BK, Martin RW, Magann EF. Increasing maternal weight: a risk factor for preeclampsia/eclampsia but apparently not for HELLP syndrome. Southern medical journal. 2000;93(7):686-91. 31. Catalano PM. Management of obesity in pregnancy. Obstetrics and gynecology. 2007;109(2 Pt 1):419-33.
  • 43. 43 32. Diamond B, Lipsky PE. Autoimmunity and Autoimmune Diseases. In: Kasper D, Fauci A, Hauser S, Longo D, Jameson JL, Loscalzo J, editors. Harrison's Principles of Internal Medicine, 19e. New York, NY: McGraw-Hill Education; 2015. 33. Pura M, Kreze A, Jr. [From the history of endocrinology: reminiscence of the discovery of adrenocortical hormones]. Casopis lekaru ceskych. 2005;144(9):648-50; discussion 50-1. 34. Rothfield N. Oxford Textbook of Rheumatology. New England Journal of Medicine. 1994;331(14):956-7. 35. Barrett JH, Brennan P, Fiddler M, Silman AJ. Does rheumatoid arthritis remit during pregnancy and relapse postpartum?: Results from a nationwide study in the United Kingdom performed prospectively from late pregnancy. Arthritis & Rheumatism. 1999;42(6):1219-27. 36. Tandon VR, Sharma S, Mahajan A, Khajuria V, Kumar A. PREGNANCY AND RHEUMATOID ARTHRITIS. Indian Journal of Medical Sciences. 2006;60(8):334-44. 37. Hahn BH. Systemic Lupus Erythematosus. In: Kasper D, Fauci A, Hauser S, Longo D, Jameson JL, Loscalzo J, editors. Harrison's Principles of Internal Medicine, 19e. New York, NY: McGraw-Hill Education; 2015. 38. Ruiz-Irastorza G, Lima F, Alves J, Khamashta MA, Simpson J, Hughes GR, et al. Increased rate of lupus flare during pregnancy and the puerperium: a prospective study of 78 pregnancies. British journal of rheumatology. 1996;35(2):133-8. 39. Adams Waldorf KM, Nelson JL. AUTOIMMUNE DISEASE DURING PREGNANCY AND THE MICROCHIMERISM LEGACY OF PREGNANCY. Immunological investigations. 2008;37(5):631-44. 40. Mims MP. Hematology During Pregnancy. In: Kaushansky K, Lichtman MA, Prchal JT, Levi MM, Press OW, Burns LJ, et al., editors. Williams Hematology, 9e. New York, NY: McGraw-Hill Education; 2015. 41. CDC criteria for anemia in children and childbearing-aged women. MMWR Morbidity and mortality weekly report. 1989;38(22):400-4. 42. Pasricha S-R. Anemia: a comprehensive global estimate. Blood. 2014;123(5):611-2.