Terdapat 4 model promosi kesehatan yang banyak digunakan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan. 4 model promosi kesehatan itu antara lain :
1. Model Kepercayaan Kesehatan (Helath Belief Model)
2. Model Transteoritik (Transtheoritical Model)
3. Teori Aksi Beralasan (Theory of Reasoned Action)
4. Stres dan Koping (Stress and Coping)
Dari keempat model diatas, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga untuk pemilihan model promosi kesehatan perlu beberapa pertimbangan yang harus dikaji terlebih dahulu. Materi berikut menjabarkan tentang keempat model beserta dengan kelebihan dan kekurangannya.
Terdapat 4 model promosi kesehatan yang banyak digunakan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan. 4 model promosi kesehatan itu antara lain :
1. Model Kepercayaan Kesehatan (Helath Belief Model)
2. Model Transteoritik (Transtheoritical Model)
3. Teori Aksi Beralasan (Theory of Reasoned Action)
4. Stres dan Koping (Stress and Coping)
Dari keempat model diatas, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga untuk pemilihan model promosi kesehatan perlu beberapa pertimbangan yang harus dikaji terlebih dahulu. Materi berikut menjabarkan tentang keempat model beserta dengan kelebihan dan kekurangannya.
1. Kebijakan yang dilakukan Pemda dalam penyelenggaraan pelayanan Kesehatan jiwa yang bersifat promotif :
Sesuai dengan amanat Undang – Undang Nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa bahwa pemerintah wajib memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan sepanjang siklus kehidupan manusia melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Salah satu upaya Promotif primer adalah dengan berorientasi pada kelompok masyarakat yang belum mengalami masalah maupun gangguan jiwa.
Lembaga yang menjadi target utama dalam meningkatkan Kesehatan jiwa yang yaitu pada : Keluarga, Lembaga Pendidikan, Tempat Kerja, Masyarakat, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Media Massa, Lembaga Keagaaman dan tempat ibadah; dan Lembaga Pemasyarakatan yang membutuhkan upaya promotif kesehatan jiwa, di antaranya dengan melaksanakan kebijakan operasional kesehatan jiwa yang berbasis masyarakat dan diharapkan akan mampu dan memandirikan masyarakat melalui edukasi peningkatan ketahanan mental/jiwa terutama dalam Pola Asuh, Life skill dan Pencegahan perilaku berisiko/Napza/Perilaku Bunuh diri.
Kegiatan yang dilakukan dalam upaya promotif diantaranya :
a) Advokasi, sosialisasi dan promosi kesehatan jiwa (psikoedukasi);
b) Penyediaan materi dan media KIE;
c) Pemberdayaan masyarakat dalam Kesehatan jiwa melalui pelatihan kader;
d) Membuat inovasi dan terobosan baru dalam mensosialisasikan dan mendekatkan akses layanan kesehatan jiwa kepada masyarakat yaitu dengan membuat Layanan Psikososial dan Kesehatan Jiwa ;
e) Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan lintas sektor, organisasi profesi, akademisi, pemerhati masalah kesehatan jiwa, dan lain- lain.
Dalam kerangka regulasi, untuk meningkatkan peran serta Pemerintah daerah dalam menghadapi masalah kesehatan jiwa masyarakat, maka Pemerintah Daerah Maluku dengan menerbitkan kebijakan terkait yaitu :
1. SK Gubernur Maluku Nomor 182 Tahun 2022 tentang TIM PENGARAH KESEHATAN JIWA MASYARAKAT (TPKJM) Provinsi Maluku yang bertugas merumuskan kebijakan Pemerintah Provinsi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan jiwa masyarakat melalui pendekatan multi disiplin dan peran serta masyarakat, guna meningkatkan kondisi Kesehatan Jiwa Masyarakat yang optimal di wilayahnya.
2. SK Gubernur Maluku Nomor 183 Tahun 2022 tentang TIM DUKUNGAN KESEHATAN JIWA DAN PSIKOSOSIAL (DKPJS) PROVINSI MALUKU yang bertugas untuk : Melakukan Psychological First Aid (PFA) dan follow up PFA pada anggota masyarakat/komunitas yang membutuhkan pada saat terjadi Kedaruratan (permasalahan kesehatan masyarakat, bencana alam, konflik sosial, permasalahan hukum dan lainnya), Membentuk jejaring dukungan kesehatan jiwa dan psikososial dengan lintas sektor terkait, Melakukan edukasi, pendampingan, peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi pandemi maupun bencana lainnya dan Melakukan kegiatan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial untuk masyarakat, kelompok khusus yang membutuhkan melalui la
1. Kebijakan yang dilakukan Pemda dalam penyelenggaraan pelayanan Kesehatan jiwa yang bersifat promotif :
Sesuai dengan amanat Undang – Undang Nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa bahwa pemerintah wajib memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan sepanjang siklus kehidupan manusia melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Salah satu upaya Promotif primer adalah dengan berorientasi pada kelompok masyarakat yang belum mengalami masalah maupun gangguan jiwa.
Lembaga yang menjadi target utama dalam meningkatkan Kesehatan jiwa yang yaitu pada : Keluarga, Lembaga Pendidikan, Tempat Kerja, Masyarakat, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Media Massa, Lembaga Keagaaman dan tempat ibadah; dan Lembaga Pemasyarakatan yang membutuhkan upaya promotif kesehatan jiwa, di antaranya dengan melaksanakan kebijakan operasional kesehatan jiwa yang berbasis masyarakat dan diharapkan akan mampu dan memandirikan masyarakat melalui edukasi peningkatan ketahanan mental/jiwa terutama dalam Pola Asuh, Life skill dan Pencegahan perilaku berisiko/Napza/Perilaku Bunuh diri.
Kegiatan yang dilakukan dalam upaya promotif diantaranya :
a) Advokasi, sosialisasi dan promosi kesehatan jiwa (psikoedukasi);
b) Penyediaan materi dan media KIE;
c) Pemberdayaan masyarakat dalam Kesehatan jiwa melalui pelatihan kader;
d) Membuat inovasi dan terobosan baru dalam mensosialisasikan dan mendekatkan akses layanan kesehatan jiwa kepada masyarakat yaitu dengan membuat Layanan Psikososial dan Kesehatan Jiwa ;
e) Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan lintas sektor, organisasi profesi, akademisi, pemerhati masalah kesehatan jiwa, dan lain- lain.
Dalam kerangka regulasi, untuk meningkatkan peran serta Pemerintah daerah dalam menghadapi masalah kesehatan jiwa masyarakat, maka Pemerintah Daerah Maluku dengan menerbitkan kebijakan terkait yaitu :
1. SK Gubernur Maluku Nomor 182 Tahun 2022 tentang TIM PENGARAH KESEHATAN JIWA MASYARAKAT (TPKJM) Provinsi Maluku yang bertugas merumuskan kebijakan Pemerintah Provinsi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan jiwa masyarakat melalui pendekatan multi disiplin dan peran serta masyarakat, guna meningkatkan kondisi Kesehatan Jiwa Masyarakat yang optimal di wilayahnya.
2. SK Gubernur Maluku Nomor 183 Tahun 2022 tentang TIM DUKUNGAN KESEHATAN JIWA DAN PSIKOSOSIAL (DKPJS) PROVINSI MALUKU yang bertugas untuk : Melakukan Psychological First Aid (PFA) dan follow up PFA pada anggota masyarakat/komunitas yang membutuhkan pada saat terjadi Kedaruratan (permasalahan kesehatan masyarakat, bencana alam, konflik sosial, permasalahan hukum dan lainnya), Membentuk jejaring dukungan kesehatan jiwa dan psikososial dengan lintas sektor terkait, Melakukan edukasi, pendampingan, peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi pandemi maupun bencana lainnya dan Melakukan kegiatan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial untuk masyarakat, kelompok khusus yang membutuhkan melalui la
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
2. A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mengkaji data perilaku kekerasan
2. Menetapkan diagnosa keperawatan
3. Melakukan tindakan keperawatan kpd pasien dan
keluarga
4. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga
dalam menangani masalah perilaku kekerasan
5. Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang
telah dilakukan pada pasien dan keluarga
2
3. Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis.
Berdasarkan definisi ini maka perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal,
diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
3
4. 1. Muka merah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatupkan rahang dengan kuat
4. Mengepalkan tangan
5. Jalan mondar-mandir
6. Bicara kasar
7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8. Mengancam secara verbal atau fisik
9. Melempar atau memukul benda/orang lain
4
6. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab
perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda
perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku
kekerasan yang pernah dilakukannya
6
7. Tujuan
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari
perilaku kekerasan yang dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara
mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
6) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial dan
dengan terapi psikofarmaka.
7
8. 1) Bina hubungan saling percaya
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku
kekerasan saat ini dan yang lalu
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi
penyebab perilaku kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
intelektual
8
9. 3) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan pada saat marah
a). Verbal
b). Terhadap orang lain
c). Terhadap diri sendiri
d). Terhadap lingkungan
4) Diskusikan bersama pasien akibat perilaku
kekerasan
9
10. 5) Diskusikan bersama pasien cara
mengontrol perilakukekerasan
secara:
a) Fisik
b) Sosial/verbal
c) Spiritual
d) Obat
10
11. 1) Tarik nafas dalam
2) Pukul kasur dan bantal
11
b. Cara sosial/verbal
1) Diskusikan hasil latihan mengontrol
perilaku kekerasan secara fisik dan patuh
minum obat
2) Latihan mengungkapkan rasa marah
secara verbal
3) Susun jadual latihan mengungkapkan
marah secara verbal
12. 1) Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik, sosial/verbal dan
jadual minum obat
2) Latihan kegiatan ibadah: berdoa,dll
3) Buat jadual latihan berdoa,dll
12
13. 1) Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik
2) Latih pasien minum obat secara teratur
dengan prinsip lima benar (benar nama
pasien, benar nama obat, benar cara minum
obat, benar waktu minum obat dan benar
dosis obat)
3) Jelaskan guna obat dan akibat jika tidak
teratur diminum
4) Susun jadual minum obat secara teratur
13
14. A. Tujuan
Setelah melakukan tindakan ,keluarga
mampu merawat pasien dengan perilaku
kekerasan di rumah
B. Tindakan
1) Diskusikan masalah dlm merawat
2) Diskusikan bersama keluarga tentang
perilaku kekerasan (penyebab, tanda
dan gejala, perilaku yang muncul dan
akibat dari perilaku kekerasan tersebut)
14
15. 3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-
kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti
bicara keras dan kasar,
melempar/merusak barang-barang
atau memukul orang lain
15
16. a) Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah
b) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien
melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh
perawat
c) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada
pasien bila pasien dapat melakukan kegiatan
tersebut secara tepat
d) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus
dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala
perilaku kekerasan
5) Buat perencanaan pulang
16
17. Domain Rufa 1-10 Rufa 11-20 Rufa 21-30
Pikiran Orang lain jahat, mengancam,
melecehkan
Orang lain jahat,
mengancam,
melecehkan
Orang lain jahat,
mengancam,
melecehkan
Perasaan Labil, mudah tersinggung,
ekspressi tegang, marah-
marah, dendam, merasa tidak
aman.
Labil, mudah
tersinggung,
ekspressi
tegang,dendam
merasa tidak aman
Labil, mudah
tersinggung,
ekspressi tegang,
merasa tidak aman
Tindakan
Melukai diri sendiri, orang
lain,merusak lingkungan,
mengamuk, menentang,
mengancam, mata meloto
Bicara kasar, intonasi tinggi,
menghina orang lain,
menuntut, berdebat
Muka merah, Pandangan
tajam, napas pendek, keringat
(+), tekanan darah meningkat
Menentang,
mengancam, mata
melotot
Bicara kasar,
Intonasi sedang,
menghina orang
lain, menuntut,
berdebat
Pandangan tajam,
tekanan darah
meningkat
Menentang Intonasi
sedang, menghina
orang lain,
berdebat Pandangan
tajam, tekanan darah
menurun
17
18. Intensif I
•Kendalikan secara
verbal
•Pengikatan ATAU
Isolasi
•Psikofarmaka: anti
psikotik
parenteral, anti
ansietas
Intensif II
•Dengarkan
keluhan pasien
tanpa menghakimi
•Latih cara fisik
mengendalikan
marah: nafas
dalam
•Beri psikofarmaka:
antipsikotik
Intensif III
•Dengarkan
keluhan pasien
•Latih cara
mengendalikan
marah dengan
cara verbal,
spiritual.
•Pertahankan
pemberian
psikofarmaka oral:
anti psikotik
19. Persiapan
Formasi tim minimal 3 orang
(termasuk petugas keamanan)
Pilih alat pengikat yang aman dan
nyaman
Pelaksanaan
Lakukan pengkajian fisik klien
Jelaskan perilaku klien ( kejadian
)sebelum pengikatan
Jelaskan bahwa saudara membantu
mengontrol perilaku klien
19
20. Pengikatan dilakukan di tempat tidur
bukan disisi tempat tidur
Beri bantal
Observasi setiap 15 – 30 menit,
termasuk tanda vital
Lakukan latihan anggota gerak setiap 2
jam
Beri makan dan minum secara teratur
serta obat-obatan sesuai program
Atur posisi tubuh klien saat makan atau
minum
Bantu BAK,BAB dan kebersihan diri
20
21. ◦ Tindak lanjut
Kolaborasi dengan dokter untuk terapi
medik
Dokumentasikan semua tindakan
21
22. Jelaskan pada pasien bahwa ikatan akan
dilepas, jika klien tidak mengulangi
perbuatan atau dapat mengontrol
perilakunya
Buat kontrak dengan klien bahwa perawat
akan melakukan pengikatan kembali
apabila klien mengulang perbuatannya atau
perilakunya tidak terkontrol kembali
Katakan dengan suara lembut, hindari nada
yang bersifat ancaman
22
23. Buka ikatan jika pasien mengontrol
perilakunya dengan ditemani staf lain.
Melepaskan ikatan secara bertahap dimulai
dengan melepaskan satu ikatan, bila pasien
tidak berontak lepaskan ikatan lainnya dan
seterusnya
Bantu pasien menggerakkan anggota gerak
Dudukkan pasien perlahan-lahan
23
24. Ukur tanda-tanda vital
Tanya klien apakah merasa pusing atau
penglihatan berkunang-kunang.
Anjurkan klien untuk mulai berdiri dan
berjalan, bila tidak pusing atau mata
berkunang-kunang
24
31. 1. Pasien mampu menyebutkan
penyebab, tanda dan gejala PK, PK yg
biasa dilakukan dan akibat PK.
2. Pasien mampu menggunakan cara
mengontrol perilaku kekerasan secara
teratur sesuai jadual:
a. secara fisik
b. secara sosial/verbal
c. secara spiritual
d. dengan terapi psikofarmaka
31
32. Keluarga mampu
• Mencegah terjadinya PK
• Menunjukkan sikap mendukung dan
menghargai
• Memotivasi dlm mengontrol PK
• Mengidentifikasi perilaku yg hrs dilaporkan
perawat
32