1. i
PROBLEM BEHAVIOR THEORY
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK V
1. Amalia Annisa (113217080)
2. Anty Hendriyani Dahlya (113217028)
3. Natasha Fajria Rahmah (113217077)
4. Riska Apriliya (113217029)
5. Nerissa AvrianaAlamsyah (113217091)
6. Ita Aprilia (113217097)
7. Eka
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES JENDRAL AHMAD YANI
CIMAHI
2017
2. ii
KATA PENGANTAR
Pujisyukur kami panjatkankepadaAlloh SWT atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Problem Behavior Theory”.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis banyak mendapat hambatan dan
tantangan. Namun dengan dukungan dari berbagai pihak tantangan tersebut dapat
teratasi. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan terutama kepada yang terhormat Bapak Ruhyadi,
S.Pd., SKM., MKM selaku dosen PEPPK serta rekan – rekan kelompok penyusun
makalah ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan baik segi
penyusunan maupun isinya. Tidak lupa saran dan kritik yang konstruktif sangat
penulis harapkan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Cimahi, Oktober 2017
Penulis
3. iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. LatarBelakang ........................................................................................ 1
B. RumusanMasalah................................................................................... 3
C. TujuanPenulisan..................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 4
A. Problem Behavior Theory...................................................................... 4
B. Sistem Pengaruh Psikososial pada Problem Behavior Theory............... 6
1. Personality System.......................................................................... 6
2. Perceived Environment System ...................................................... 6
3. Behavior System ............................................................................. 8
C. Antecendent Variables dan Background Variables pada Problem
Behavior Theory.................................................................................... 8
D. Model Problem Behavior Theory .......................................................... 10
E. Aplikasi Problem Behavior Di Indonesia............................................... 11
BAB III PENUTUP............................................................................................ 12
A. Kesimpulan............................................................................................. 12
B. Saran....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri
yang mempuntai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan,
berbicara, tertawa, dan lain-lain. Perilaku manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia baik yang diamati langsung maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Diantara
faktor-faktor tersebut perilaku terhadap status kesehatan, baik kesehatan
individu maupun kelompok sangatlah besar. Tanpa kita sadari perilaku
kecil dapat menimbulkan efek kesehatan yang besar bagi seseorang.
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, serta lingkungan.
Berdasarkan sifatnya perilaku dapat dibagi menjadi dua yaitu
perilaku baik dan perilaku buruk. Seseorang dikatakan melakukan
perbuatan baik apabila tidakan yang dilakukan sesuai dengan tata nilai
yang dianut oleh kelompok masyarkat dimana ia berada. Sebalikya,
seseorang dikatakan melakukan perbuatan buruk apabila tindakannya tidak
sesuai dengan nilai dan pandangan masyarakat yang bersangkutan. Tolak
5. 2
ukur perilaku yang baik dan buruk ini pun dinilai dari norma-norma yang
berlaku di masyarakat.
Perilaku bermasalah adalah perilaku yang secara sosial
didefinisikan sebagai masalah, sebagai sumber perhatian, atau tidak
diinginkan oleh norma sosial dan / atau hukum masyarakat konvensional
dan institusi otoritasnya. Perilaku inilah yang biasanya memunculkan
beberapa bentuk respons kontrol sosial, seminimal mungkin, seperti
pernyataan ketidaksetujuan atau penahanan.Saat ini penerapan Teori
Perilaku Masalah digunakan dalam profesi Kesehatan Masyarakat untuk
memprediksi tindakan apa yang dapat dilakukan seseorang yang dapat
menyebabkan perubahan perilaku adiktif dan gaya hidup lainnya seperti
perilaku seksual, merokok dan makan berlebih.
Saat ini, masyarakat di Indonesia banyak yang melakukan perilaku
bermasalah dalam status kesehatannya. Salah satu contohnya adalah cuci
tangan sebelum melakukan aktifitas, kita semua tahu bahwa mencuci
tangan merupakan hal yang sederhana, tapi terkadang banyak yang
mengabaikannya. Sungguh besar efek perilaku tersebut bagi kesehatan,
begitu pula dengan kesehatan yang baik akan tercermin apabila seseorang
tersebut melakukan perilaku yang baik ataupun sebaliknya.
Dalam makalah ini akan diuraikan secara rinci konsep dan teori Problem
Behavior, serta berbagai variabel yang mempengaruhiProblem Behavior Theory
tersebut.
6. 3
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud denganProblem Behavior Theory?
2. Jenis-jenis dan definisi dari sistem pengaruh psikososial pada Problem
Behavior Theory?
3. Apa saja antecendent variables dan background variablespada Problem
Behavior Theory?
4. Bagaimana model dan aplikasi teori Problem Behavior di indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memberikan informasi tentang Problem Behavior Theory
kepada masyarakat.
2. Untuk memprediksi tindakan apa yang dapat dilakukan masyarakat
yang dapat menyebabkan perubahan perilaku adiktif dan gaya hidup
dalam status kesehatan.
7. 4
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Problem Behavior Theory
Problem Behavior Theory (PBT) adalah kerangka konseptual psikologis
yang sistematis, multivariat, sosial-awalnya berasal dari konsep dasar nilai dan
harapan dalam teori pembelajaran sosial Rotter (1954, 1982) dan dari konsep
anomali Merton (1957). Problem Behavior Theory (PBT) oleh definisi Jessor (1987)
adalahsetiap perilaku yang menyimpang dari norma dan perilaku sosial dan hukum yang
tidak disetujui secara sosial dari otoritas dan cenderung menghasilkan beberapa bentuk
respons kontrol sosial baik sedang maupun ringan, penolakan sosial atau penahanan
(Jessor, 1987).
Problem Behavior Theory (PBT) bukanlah satu-satunya teori yang
digunakan dalam Kesehatan Masyarakat untuk memprediksi perilaku. Teori
Reasoned Action (TRA) juga Theory of Planned Behavior (TPB) juga
dikembangkan untuk melihat hubungan antara sikap dan niat terhadap perilaku
(baik positif maupun negatif) (Glanz et al., 2008). Saat ini penerapan Teori
Perilaku Masalah digunakan dalam profesi Kesehatan Masyarakat untuk
memprediksi tindakan apa yang dapat dilakukan seseorang yang dapat
menyebabkan perubahan perilaku adiktif dan gaya hidup lainnya seperti perilaku
seksual, merokok dan makan berlebih.
Perilaku bermasalah adalah perilaku yang secara sosial didefinisikan
sebagai masalah, sebagai sumber perhatian, atau tidak diinginkan oleh norma
sosial dan / atau hukum masyarakat konvensional dan institusi otoritasnya.
8. 5
Perilaku inilah yang biasanya memunculkan beberapa bentuk respons kontrol
sosial, seperti pernyataan ketidaksetujuan, atau penahanan. Perumusan paling
awal dari apa yang kemudian dikenal sebagai teori perilaku-perilaku
dikembangkan di awal tahun 1960an untuk memandu studi komprehensif tentang
penyalahgunaan alkohol dan perilaku bermasalah lainnya di komunitas tri-etnis
kecil di Colorado barat daya (Jessor, Graves, Hanson , dan Jessor, 1968). Setelah
aplikasi awalnya di Tri-Ethnic Research Project, kerangka kerja tersebut direvisi
pada akhir 1960-an untuk studi longitudinal mengenai sosialisasi perilaku
bermasalah di antara siswa sekolah menengah dan mahasiswa (lihat Jessor &
Jessor, 1977), dan ini adalah versi teori yang paling banyak dikenal dan dikutip.
PBT pada awalnya dikembangkan untuk digunakan dengan studi tentang
komunitas minoritas penyalahgunaan alkohol (Jessor, 1987) dengan bertindak sebagai
model psikososial yang mencoba menjelaskan hasil perilaku seperti penyalahgunaan zat
(Zamboango et al , 2004) dengan memusatkan perhatian pada tiga sistem pengaruh
psikososial: sistem kepribadian (semua kognisi sosial, nilai pribadi, harapan, kepercayaan
dan nilai), sistem lingkungan yang dirasakan (harapan keluarga dan rekan kerja) dan
sistem perilaku (masalah dan struktur perilaku konvensional dan yang bekerja saling
bertentangan satu sama lain) (Zamboango et al., 2004).
2. 2 Sistem Pengaruh Psikososial pada Problem Behavior Theory
2.2.1 Personality System
Sistem kepribadian pada dasarnya digambarkan dengan cara yang sama
seperti pada Tri-Ethnic Study, dengan tiga struktur variabel sosial kognitif,
yaitu:
a. Struktur dorongan motivasi.
9. 6
b. Struktur kepercayaan pribadi.
c. Struktur kontrol pribadi.
Langkah-langkah yang digunakan sebagian besar disesuaikan dari yang
dirancang untuk Studi Tri-Etnis sebelumnya, kecuali beberapa hal baru seperti
ukuran kritik sosial, yang relevan dengan perhatian baru terhadap perilaku
protes militan. (semua kognisi sosial, nilai pribadi, harapan, kepercayaan dan nilai),
Konsep yang membentuk sistem kepribadian mencakup seperangkat variabel
sosial, variabel harapan, keyakinan, sikap, dan orientasi yang relatif lama dan saling
terkait, yang mencerminkan pembelajaran sosial dan pengalaman perkembangan.
2.2.2 Perceived Environment System
Seperti halnya dengan Studi Tri-Etnis, tantangan dari sistem lingkungan
yang dirasakan adalah membangun teori lingkungan sosial dengan orang yang
memiliki implikasi logis dan intensitas keterlibatan dalam perilaku bermasalah.
Lingkungan yang dirasakan adalah lingkungan sosial yang memiliki makna
bagi orang muda, lingkungan yang lebih dekat untuk bertindak daripada apa
yang disebut "objektif," lingkungan struktural sosial, dan lingkungan yang
sesuai dengan luasnya. Konsep yang digunakan sebagai "definisi situasi" dalam
sosiologi (Thomas, 1928) dan "ruang hidup" (Lewin, 1935), "lingkungan yang
berarti" (Rotter, 1954), dan "bidang fenomenal" (Rogers, 1959) dalam
psikologi.
Dalam studi ini, lingkungan struktural sosial ditangani dengan cara yang
lebih tradisional, yaitu secara demografis dan bukan secara konseptual, dengan
beberapa indikator status sosioekonomi dan struktur keluarga sebagian besar
digunakan sebagai kontrol analitik. Lingkungan yang dirasakan adalah
lingkungan tempat remaja yang ditempatkan oleh kuesioner bagaimana
merasakan tentang orang tua dan teman, teman sebaya, guru, dukungan dan
10. 7
kontrol dan pengaruhnya, dan penerimaan / penolakan mereka terhadap
masalah tingkah laku.
Lingkungan yang dirasakan dibedakan menjadi:
a. Struktur proksimal (dekat), dengan variabel yang secara langsung
berimplikasi pada perilaku bermasalah, misalnya memiliki teman yang
memodelkan perilaku masalah.Meskipun variabel proksimal
umumnya berhubungan lebih kuat dengan hasil perilaku bermasalah.
Struktur proksimal terdiri dari:
1) Parent Approval Problem Behavior
2) Friends Approval Problem Behavior
3) Friends Models Problem Behavior
b. Struktur distal (jauh), dengan variabel yang memiliki hubungan
dengan perilaku bermasalah tidak langsung dan hanya mengikuti
logika teori, misalnya dukungan orang tua.Distal Structure terdiri dari:
1) Parental Support
2) Parental Controls
3) Friends Support
4) Friends Controls
5) Parent - Friends Compatibility
6) Parent - Friends Influence
2.2.3 Behavior System
Konsep yang membentuk sistem perilaku mencakup perilaku konvensional
maupun perilaku tidak konvensional. Donovan dkk. (1991) mendefinisikan
perilaku konvensional sebagai tindakan seperti kehadiran di gereja, keterlibatan
dalam aktivitas ekstrakurikuler, perilaku sosial lainnya yang disetujui.
Sementara perilaku tidak konvensional didefinisikan sebagai sesuatu yang
menyimpang secara negatif dari norma sosial seperti minum di bawah umur,
penyalahgunaan zat dan perilaku berisiko lainnya.
11. 8
Dengan menganalisis perilaku konvensional-tidak konvensional di masing-
masing dari tiga sistem psikososial di individu, peneliti dapat membuat
prediksi tentang perilaku masa depan.
2.2.4 Antecendent Variables dan Background Variables pada Problem
Behavior Theory
Dalam problem behavior theory terdapat 2 variabel, yaitu:
a. Demography-Social Structure. Latar belakang terbentuknya variabel
ini diantaranya yaitu:
1) Father's Education (pendidikan ayah)
2) Father's Occupation (pekerjaan ayah)
3) Father's Religious Group (kelompok agama ayah)
4) Mother's Education (pendidikan ibu)
5) Mother's Religious Group (kelompok agama ibu)
6) Hollingshead Index
7) Family Structure (struktur keluarga)
b. Socialization, dibagi menjadi 4 latar belakang terbentuknya
variabeldiantaranya yaitu:
1) Parental Ideology (ideologi orang tua)
a) Maternal Traditional Beliefs (keyakinan tradisional ibu)
b) Maternal Religiosity (agama ibu)
c) Maternal Tolerance of Deviance (toleransi ibu terhadap
penyimpangan)
d) Paternal Traditional Beliefs (keyakinan tradisional ayah)
e) Paternal Religiosity (agama ayah)
2) Home Climate (suasana rumah)
a) Maternal Controls-Regulations (kontrol peraturan ibu)
b) Maternal Affectional Interaction (kasih sayang ibu)
3) Peer Influence (pengaruh teman sebaya)
a) Friends' Interests (minat teman)
12. 9
4) Media Influence (pengaruh media)
a) Involvement with television (keterlibatan dengan televisi)
F. Model Problem Behavior Theory
FIGURE 23.2 The conceptual structure of Problem Behavior Theory (R. lessor, & S.L. lessor, 1977, p. 38)
13. 10
2.2.5 Aplikasi Problem Behavior Theory Di Indonesia
Dengan berbagai teori yang sudah dipaparkan mengenai Problem Behavior
menjadi sangat jelas selama bertahun-tahun bahwa banyak masalah perilaku
remaja yang pernah dan masih dihadapi seperti, merokok, penyalahgunaan
alkohol, sex dini dan yang saat ini sedang menjadi KLB di beberapa wilayah
di Indonesia ialah penyalahgunaan obat jenis narkotika dan psikotropika. Di
masyarakat tindakan tersebut merupakan tindakan yang tidak normatif, juga
membahayakan bagi kesehatan.
Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi, seperti adanya
penyimpangan pada sistem kepribadian, sehingga individu dapat kehilangan
kontrol terhadap apa yang akan dilakukan oleh dirinya sendiri. Selain itu,
pengaruh keluarga, dalam hal ini pendidikan orang tua, dapat menjadi faktor
yang menyebabkan seseorang melakukan perilaku bermasalah tersebut. Dan
pengaruh sistem lingkungan dimana individu berada akan sangat
mempengaruhi bagaimana perilaku individu itu sendiri. Sehingga, jika
penyimpangan tersebut terus berjalan, dan tidak ada yang memotong rantai
sistem yang menjadi faktor predisposisi individu melakukan perilaku
bermasalah, maka perilaku bermasalah tersebut akan terus ada, dan tidak bisa
terselesaikan. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan perilaku bermasalah yang
terjadi, perlu dilakukan pendekatan-pendekatan pada berbagai sistem yang
menjadi faktor presipitasi dan faktor predisposisi dari perilaku bermasalah
tersebut.
14. 11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Perilaku bermasalah adalah perilaku yang secara sosial didefinisikan
sebagai masalah, sebagai sumber perhatian, atau tidak diinginkan oleh
norma sosial dan / atau hukum masyarakat konvensional dan institusi
otoritasnya.
b. Tiga sistem pengaruh psikososial: sistem kepribadian (semua kognisi sosial,
nilai pribadi, harapan, kepercayaan dan nilai), sistem lingkungan yang
dirasakan (harapan keluarga dan rekan kerja) dan sistem perilaku (masalah
dan struktur perilaku konvensional dan yang bekerja saling bertentangan satu
sama lain).
c. Dalam problem behavior theory terdapat 2 variabel, yaitu:
Demography-Social Structure (Father's Education, Father's
Occupation, Father's Religious Group, Mother's Education, Mother's
Religious Group, Hollingshead Index, Family Structure) dan
Socialization (Parental Ideology, Home Climate, Peer Influence).
B. Saran
a. Untuk menjadikan problem behavior theory sebagai acuan perilaku
dalam meningkatkan status kesehatan di masyarakat.
b. Diharapkan bagi masyarakat agar menganalisa teori perilaku
bermasalah sehingga dapat membuat prediksi tentang perilaku masa
depan.
15. 12
DAFTAR PUSTAKA
Jessor, R., Donovan, J. E., & Costa, F. M. (1991). Beyond adolescence: Problem
behavior and young adult development. New York: Cambridge University
Press.
Jessor, R. (2014). Problem Behavior Theory: A half century of research on
adolescent behavior and development. In lerner, R. M., Petersen, A. C.,
Silbereisen, R.K., & Brooks-Gunn, J.(Eds). “Thedevelopmental science of
adolescence: History through autobiography.” New York: Psychology
Press. Pp. 239-256.
Notoatmojo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Costa, Frances. 2017. Problem-Behavior Theory ~ A Brief Overview. [Online].
(https://www. Colorado.edu/ibs/jessor/pb_theory.html, diakses 11 Oktober
2017).
Moles, Stephanie. 2010. Problem Behavior Theory. [Online].(https://p500-
fall2010-wiki.wikispaces.com/Problem+Behavior+Theory, diakses 11
Oktober 2017).