Ekstrak daun sirih mengandung senyawa fenolik. Praktikum ini melakukan identifikasi senyawa fenolik pada ekstrak daun sirih dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% sebagai pelarut. Uji kualitatif menggunakan pereaksi FeCl3 menghasilkan perubahan warna biru kehitaman, menunjukkan adanya senyawa fenolik pada ekstrak daun sirih.
2. POKOK ISI !
Tujuan Hasil Pengamatan
Landasan Teori
Pembahasan
Alat & Bahan
Cara Kerja
Kesimpulan
Daftar Pustaka
3. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum skrining fitokimia memiliki tujuan:
1. Melakukan cara skrining fitokimia sesuai dengan
cara yang benar
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi senyawa
alkaloid, saponin, flavonoid dan fenolik
4. 01 LANDASAN TEORI
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan yang
dapat memberikan gambaran mengenai
kandungan senyawa tertentu dalam bahan alam
yang akan diteliti. Skrining fitokimia dapat
dilakukan, baik secara kualitatif, semi kuantitatif,
maupun kuantitatif.
Dengan tujuan pendekatan skring fitokimia dalam
untuk mensurvei tumbuhan untuk mendapatkan
kandungan bioaktif atau kandungan yang berguna
untuk pengobatan (Robinson,1995).
5. Metbolit Sekunder
a) Flavonoid
Flavonoid merupakan golongan
fenol terbesar yang senyawa yang terdiri
dari C6-C3-C6 dan sering ditemukan
diberbagai macam tumbuhan dalam
bentuk glikosida atau gugusan gula
bersenyawa pada satu atau lebih grup
hidroksil fenolik (Sirait, 2007; Bhat et
al., 2009).
b) Alkaloida
Merupakan golongan zat
tambahan sekunder yang terbesar. Pada
umumnya alkaloid mencakup senyawa
bersifat basa yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen. Alkaloid biasanya
tanpa warna, sering kali bersifat optis
aktif, kebanyakan berbentuk kristal,
tetapi hanya sedikit yang berupa cairan
(Teyler. V. E, 1988).
c) Kuinon
Adalah senyawa berwarna dan
mempunyai kromofor dasar seperti
kromor pada benzokuinon, yang terdiri
atas 2 gugus karbonil yang berkonjugasi
dengan 2 ikatan rangkap karbon-karbon.
(Harborne. J. B, 1987).
6. d) Tanin
Merupakan senyawa yang
memiliki sejumlah gugus hidroksi
fenolik yang banyak terdapat pada
tumbuh-tumbuhan. Terdapat pada daun,
buah dan batang. Tanin merupakan
senyawa yang tidak dapat dikristalkan
dan membentuk senyawa tidak larut
yang berwarna biru gelap atau hitam
kehijauan (Gunawan, 2004).
e) Saponin
Merupakan senyawa dalam bentuk
glikosida yang terbesar luas pada
tumbuhan tingkat tinggi.
Saponin membentuk larutan koloidal dalam
air dan membentuk busa yang mantap
jika dikocok dan tidak hilang dengan
penambahan asam (Leswara, 2005).
Adapun metode yang digunakan atau dipilih
untuk melakukan skriningfitokimia harus
memenuhi beberapa persyaratan antara
lain (Robinson,1995) :
1. Sederhana, Cepat
2. Dapat dilakukan dengan peralatan
minimal
3. selektif terhadap golongan senyawa
yang dipelajari
7. Fenolik
Identifikasi adanya senyawa
fenolik dalam suatu cuplikan dapat
dilakukan dengan pereaksi besi (III)
klorida 1% dalam etanol. Adanya
senyawa fenolik ditunukan dengan
timbulnya warna hijau, merah, ungu,
biru, atau hitam yang kuat. (Harbone,
1987).
Senyawa fenolik adalah senyawa
yang memiliki satu atau lebih gugus
hidroksil yang menempel di gugus
aromatik. Terdapat lebih dari 8.000 jenis
senyawa yang termasuk dalam golongan
senyawa fenolik. Anggota senyawa
fenolik mulai dari yang paling sederhana
dengan berat molekul yang kecil, hingga
senyawa kompleks dengan berat molekul
lebih dari 30.000 Da
Senyawa fenolik sebagai respons terhadap
stres lingkungan. Berfungsi pelindung
terhadap sinar UV-B dan kematian sel
untuk melindungi DNA dari dimerisasi
dan kerusakan (Lai & Lim, 2011).
Komponen senyawa ini memiliki
peranan penting sebagai agen pencegah
dan pengobatan beberapa gangguan
penyakit seperti arteriosklerosis,
disfungsi otak, diabetes dan kanker
(Garg et al, 2016).
Kelompok terbesar dari senyawa
fenolik adalah flavonoid. Setiap
tumbuhan umumnya mengandung satu
atau lebih senyawa kelompok flavonoid
dan komposisi kandungan flavonoid
yang khas (Indrawati & Razimin, 2013).
8. Tumbuhan yang
digunakan
Nama Lokal Daun Sirih
Nama Ilmiah Piper betle
Nama
Simplisia
Piperis folium
Klasifikasi
Tanaman
Kingdom Plantae
Devisi/Sub Devisi Tracheobionta/Angiosperm
ae
Kelas Dikotiledonaea
Ordo Piperales
Family piperaceae
Genus Piper
Spesies Piper betle L.
(Suwondo et al., 1991)
Daun sirih berbentuk jantung, berujung
runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai,
teksturnya agak kasar jika diraba, dan
mengeluarkan bau khasa romatis jika diremas.
Panjang daun 6-17,5 cm dan lebar 3,5-10 cm.
(Dalimarta, 2006)
Batang sirih berwarna cokelat kehijauan,
berbentuk bulat, berkerut, dan beruas yang
merupakan tempat keluarnya akar.
(Munarwaroh dan Yuzammi,2017)
Tanaman sirih memiliki akar tunggang yang
bentuknya bulat dan berwarna cokelat
kekuningan. (Naidu, 2010)
Buah berbentuk bulat, berdaging dan berwarna
kuning kehijauan - hijau keabu-abuan.
(Ningtias et al., 2016)
Sirih memiliki bunga majemuk yang berbentuk
bulir dan merunduk. (Prakash et al., 2010)
9. Tumbuhan yang
digunakan
Efek Farmakologi
Obat tradisional sebagian besar berasal dari
tumbuhan. Daun sirih hijau (Piper betle L.)
merupakan tanaman yang telah terbukti secara
ilmiah memilikiaktivitas sebagai antibakteri.
Berdasarkan penelitian ekstrak terpurifikasi pada
konsentrasi 20 mg/mL memiliki aktivitas
antibakteriterhadap bakteri Propionilbacterium
acnes yang sangat kuat (Fuadi S, 2014)
mengandung minyak astari 1-4,2%, air, protein,
lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A,
B, C, yodium, gula dan pati.
Daun sirih dimanfaatkan sebagai antisariawan,
antibatuk, astrigent, dan antiseptik. Kandungan
kimia tanaman sirih adalah saponin, flavonoid,
polifenol, dan minyak astari. Senyawa saponin
dapat bekerja sebagai antimikroba.
Senyawa flavonoid diduga memiliki mekanisme
kerja mendenaturasi protein sel bakteri.
Mekanisme fenol sebagai agen antibakteri
berperan sebagai toksin dalam protoplasma,
merusak dan menembus dinding serta
mengendapkan protein sel bakteri (Harman DA,
2013).
10. 02 ALAT BAHAN
Alat Bahan
Ekstraksi maserasi
a. Erlenmeyer & Gelas ukur
b. Waterbath
c. Rotary evaporator
d. Cawan poreslen
e. Termometer
f. Bejana maserasi
Metode ekstraksi maserasi
a. Daun sirih
b. Etanol 96 %
c. FeCl3 untuk identifikasi
fenolik
12. Penimbangan Ekstrak Daun
Sirih hasil maserasi
sebanyak 50 mg/ 0,05 gram
Ekstrak dimasukkan kedalam
tabung reaksi dan diberi
etanol 96% untuk dilarutkan
HASIL PENGAMATAN
UJI FENOLIK
13. Filtrat ditambah FeCl3 1-2 tetes
(+) hijau kehitaman atau biru
kehitaman adanya fenolik
HASIL PENGAMATAN
Dikocok dan diamati perubahan
warnanya. Hasil yang didapatkan
adalah biru kehitaman. Ini
menunjukkan POSITIF fenolik dari
daun sirih
14. PEMBAHASAN
Penelitian yang pertama proses pemisahan yang dilakukan dengan metode
ekstraksi dengan menggunakan cara dingin yaitu maserasi.
Daun sirih direndam menggunakan pelarut organik dan terjadi peristiwa
plasmolisis yang menyebabkan terjadi pemecahan dinding sel, sehingga
senyawa yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik.
yaitu etanol 96% yang dapat melarutkan kompenen yang bersifat polar, semi
polar dan nonpolar yang ada pada bahan alam dan juga pelarut etanol dapat
menembus dinding sel dan dapat masuk kedalam rongga sel yang mengandung
senyawa aktif.
Pemilihan pelarut yang digunakan untuk ekstraksi harus tepat agar dapat
menarik senyawa yang dikehendaki (Firdiyani et al., 2015). Pelarut akan
lebih mudah menarik ekstrak dengan sifat kepolaran yang sama. (Sarastani et
al., 2002). Etanol memiliki polaritas yang tinggi sehingga dapat
mengekstrak senyawa yang bersifat polar, di antaranya senyawa fenolik,
steroid, terpenoid, alkaloid dan glikosida (Dia et al., 2015). Etanol juga
memiliki titik didih yang tinggi serta tidak beracun sehingga aman
digunakan (Aziz, et al., 2014).
15. Identifikasi metabolit sekunder yang dilakukan yaitu senyawa fenolik, ciri khas
dari senyawa fenolik adalah Membentuk senyawa kompleks sehingga terjadi perubahan
warna biru hitam atau ungu. Reaksi FeCl3 dengan sampel membuat pembentukan warna
pada uji ini, yang berperan adalah ion Fe3+ yang mengalami hibridisasi (Marliana,
2005)
Uji positif terhadap golongan senyawa fenolik dikarenakan ekstrak daun sirih
berubah warna menjadi kehijauan hal ini dikarenakan gugus fenol pada senyawa
fenolik membentuk kompleks dengan ion Fe3+ dari FeCl3. Senyawa fenolik adalah
senyawa yang yang terdiri dari cincin aromatik dan gugus hidroksi (-OH) satu atau
lebih. Sebagai pembanding pada jurnal AKTIVITAS SITOTOKSIK SENYAWA GOLONGAN
FENOLIK DARI EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) menunjukan hasil yang sama bahwa
positif senyawa fenolik
16. ● Tidak hanya menguji senyawa fenolik saja, dari pengamatan beberapa jurnal
mengatakan bahwa daun sirih mengandung senyawa sebagai berikut:
● Daun sirih hijau memiliki kandungan senyawa alkaloid yang rendah. Hal ini
ditunjukkan oleh hasil negatif dari uji menggunakan reagen Meyer,
Dragendrorf, maupun reagen Bouchardat berdasaran JURNAL AKTIVITAS SITOTOKSIK
SENYAWA GOLONGAN FENOLIK DARI EKSTRAK DAUN SIRIH (PIPER BETLE L.). Sama halnya
pada jurnal Perbandingan Daya Antibakteri Ekstrak dan Minyak Piper betle L.
terhadap Bakteri Streptococcus mutans menyatakan bahwa Pada penapisan alkaloid,
prinsip dari metode analisis alkaloid adalah reaksi pengendapan yang terjadi
karena adanya penggantian ligan (Sangi, 2012). Dalam pengujian ini tidak
terbentuk endapan untuk kedua pereaksi. Diduga hal ini karena tidak adanya
kandungan senyawa alkaloid pada sampel.
17. ● Hasil uji negatif dengan aquades menunjukkan bahwa daun sirih memiliki kandungan
saponin yang juga rendah.
● Berdasarkan hasil penapisan fitokimia terlihat bahwa baik pada serbuk maupun ekstrak
air dan etanol 70% daun sirih hijau dan sirih merah terdapat senyawa golongan
alkaloid, flavonoid, tanin, steroid/triterpenoid yang merupakan metabolit sekunder dan
mempunyai aktivitas antioksidan berdasarkan JURNAL AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK AIR
DAN ETANOL 70% DAUN SIRIH HIJAU (PIPER BETLE L.) DAN SIRIH MERAH (PIPER CF. FRAGILE
BENTH.) DENGAN METODE PEREDAMAN RADIKAL BEBAS DPPH
UJI LAIN DAUN
SIRIH
18. ● Menurut Robinson (1995), ketika senyawa triterpenoid ditetesi pereaksi
Lieberman-Burchard melalui dindingnya akan memberikan reaksi terbentuknya
warna cincin kecoklatan, sedangkan steroid akan menghasilkan warna hijau
kebiruan.
● Timbulnya busa pada uji saponin menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai
kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan
senyawa lainnya.
19. KANDUNGAN
Minyak Atsiri
4,2% yang komponen utamanya
terdiri dari bethel phenol
dan turunannya. phenol dan
senyawa turunannya
Antiinflamasi
Antibiotik dari
saponin
Metabolit Sekunder
Saponin, polifenol,
flavonoid, fenolik
obat sariawan
luka, gatal
Antiseptik & obat
mimisan
Toksin dari fenol
20. ANOVA Analisis mengungkapkan bahwa tidak ada yang
signifikan perbedaan (p> 0,05) antara H2O, EtOH dan
ekstrak Hex. HC dan UE sangat tinggi aktif dalam
penghambatan xanthine oksidase karena kedua senyawa
ini dominan dalam ekstrak H2O. Ekstrak EA menunjukkan
penghambatan tertinggi meskipun mengandung lebih
sedikit jumlah HC dan UE. Ini menyiratkan bahwa yang
lain fitokimia hadir dalam daun sirih juga aktif
dalam pengujian. Ekstrak sangat aktif di LOX uji
karena persentase penghambatan lebih besar dari 70%.
Urutan meningkat aktivitas penghambatan ekstrak
adalah H2O <EA < EtOH <Hex. Analisis ANOVA
menunjukkan hal itu penghambatan ekstrak EA, EtOH dan
Hex tidak berbeda nyata (p <0,05). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hambatan lipoksigenase berkaitan
dengan konsentrasi EU. Ekstrak H2O yang mengandung
paling sedikit jumlah UE menunjukkan hambatan
terendah aktivitas. Ekstrak EtOH dan Hex relatif
kandungan UE yang lebih tinggi menunjukkan aktivitas
penghambatan yang mendekati 100%. Hasil berikut pada
JURNAL ANTIOXIDANT AND ANTI-INFLAMMATORY ACTIVITIES
OF EXTRACTS OF BETEL LEAVES (PIPER BETLE) FROM
SOLVENTS WITH DIFFERENT POLARITIES
Perlu tahu!
21. Kesimpulan
Dari praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa:
● Sampel yang digunakan yakni ekstrak etanol 96%
daun sirih.
● Dari data yang dihasilkan, uji fenolik dilakukan
dengan reagen FeCl3.
● Hasil positif fenolik dari data ditunjukan dengan
warna hijau kehitaman atau biru kehitaman.
● Dari hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa
daun sirih mengandung senyawa fenolik.
22. DAPUS
• Aziz, T., Febrizky, S., Mario, A.D., 2014, Pengaruh
Jenis Pelarut Terhadap Persen YIELD ALKALOID
dari Daun Salam India (Murayya koenigii), Teknik
Kimia 20(2), 1-6
• Bhat,S.V., B.A. Nagasampagiand S. Meenakshi.
2009. Natural Products: Chemistry and Application.
Narosa Publishing House, New Delhi. India.
• Dalimartha,S. (2006) Atlas Tumbuhan Obat
Indonesia. Jilid 5. . Jakarta : Pustaka Buana.
• Dia, S.P.S., Nurjanah & Jacoeb, A.M., 2016,
Komposisi Kimia dan Aktivitas Antioksidan Akar, Kulit
Batang dan Daun Lindur, JPHPI 2015 18(2), 209.
• Diana, S., Setyorini, S., & RN, C. (2011). Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Air dan Etanol 70% Daun Sirih
Hijau (Piper betle L.) dan Sirih Merah (Piper cf.
Fragile Benth.) dengan Metode Peredaman Radikal
Bebas DPPH. Fakultas Farmasi Universitas
Pancasila Jakarta. Jurnal Ilmu Kefarmasian
Indonesia, 143-6.
• Fuadi S, 2014. Efektivitas ekstrak daun sirih hijau
(Piper betle L.) terhadap pertumbuhan bakteri
Streptococcus pyogenes in vitro [skripsi]. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2014.
• Firdiyani, F., Agustini, Tri W., & Ma’ruf, W.F., 2015,
Ekstraksi Senyawa Bioaktif sebagai Antioksidan Aami
Spirulina platensis Segar dengan Pelarut yang
Berbeda. JPHPI 18(1).
• Garg, N., Abdel-Aziz, S.M., & Aeron, A., 2016,
Microbes in Food and Health, Springer, Switzerland 42-
45.
• Gunawan, Didik dan Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam
(Farmakognosi) jilid I. Penebar Swadaya. Jakarta.
• Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara
Modern Menganalisis Tumbuhan. Penerbit ITB.
Bandung.
• Harman DA.Efektivitas anti bakteri ekstrak daun sirih
(Piper betle L.) terhadap bakteri Enterococcus faecalis
(penelitian in vitro) [skripsi]. Makasar: Universitas
Hasanudin; 2013
• Indrawati, Ni Luh., Razimin., 2013, Bawang Dayak : Si
Umbi Ajaib Penakluk Aneka Penyakit. PT AgroMedia
Pustaka. Jakarta.
23. DAPUS
• Kristanti, A. N., N. S. Aminah, M. Tanjung, dan B.
Kurniadi. 2008. Buku Ajar Fitokimia. Surabaya:
Airlangga University Press. Hal. 23, 47.
• Lai, Y.H., Lim Y.Y., 2011, Evaluation of Antioxcidant
Activities of the Methanolic Extract of Selected Ferns in
Malaysia. IPCBEE 20
• Leswara. 2005. Buku Ajar Kimia Organik. Ari Cipta.
Jakarta.
• Malik, A., Marpaung, L., Simanjuntak, P., & Nasution,
P. (2017). AKTIVITAS SITOTOKSIK SENYAWA
GOLONGAN FENOLIK DARI EKSTRAK DAUN SIRIH
(Piper betle L.). FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah
Farmasi, 7(2), 1-6.
• Marliana,S.D.,Venty,S.,Suryono. Skrining Fitokimia
dan Analisis KLT Komponen Kimia Buah Labu Siam
(Sechum edule Jacq Swurtz) dalam Ekstrak Etanol.
Biofarmasi. 2005 : 3(1): 26-34.
• Munawaroh, E dan Yuzammi. (2017).
Keanekaragaman Piper (Piperaceae) Dan
Konservasinya Di Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan, Provinsi Lampung. Media Konservasi. Vol. 22
No. 2, 118-128.
• Mohamad. H, Andriani.Y, Kamariah.B., Siang. C.C.,
Syamsumir, D.F., Alias, A., Radzi, S.A.M., Effect of
drying method on anti-microbial , anti-oxidant activities
and isolation of bioactive coumpounds from Peperomia
pellucida (L)
• Hbk, Journal of Chemical and Pharmaceutical
Research, 2015 : 7(9): 578-584.
• Naidu, K. M., 2010, Community Health Nursing,
Gennext Publication, New Delhi, 115.
• Neldawati, Ratnawulan, & Gusnedi, 2013, Analisis Nilai
Absorbansi dalam Penentuan Kadar Flavonoid untuk
Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat, Pillar of Physics
2, 76-83.
• Ningtias A. F., Asyiah I. N., Pujiastuti.(2016)Manfaat
Daun Sirih (Piper betle L.) Sebagai Obat Tradisional
Penyakit Dalam di Kecamatan Kalianget Kabupaten
Sumenep Madura (Benefits of Betel Leaf (Piper betle
L.) As Traditional Medicine for Internal Disease in
Kalianget District Sumenep Regency Madura). Studi
Entobotani.
24. DAPUS
• Pangaribuan, Benny Bradley Pradana, 2017.
Perbandingan Daya Hambat Konsentrasi Ekstrak Etanol
Daun Sirih Hijau (Piper batle L.) terhadap Pertumbuhan
Bakteri Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus.
Bandar Lampung : Universitas Lampung.
• Pangesti, R. D., Cahyono, E., & Kusumo, E. (2017).
Perbandingan Daya Antibakteri Ekstrak dan Minyak Piper
betle L. terhadap Bakteri Streptococcus
mutans. Indonesian Journal of Chemical Science, 6(3),
270-278.
• Prakash, B., Shukla, R., Singh, P., dan Kumar, A., 2010,
Efficacy of chemically characterized Piper betle L.
essential oil against fungal and aflatoxin contamination of
some edible commodities and its antioxidant activity,
International Journal of Food Microbiology, 142, 114-119.
• Pin, K. Y., Chuah, A. L., Rashih, A. A., Mazura, M. P.,
Fadzureena, J., Vimala, S., & Rasadah, M. A. (2010).
Antioxidant and anti-inflammatory activities of extracts of
betel leaves (Piper betle) from solvents with different
polarities. Journal of Tropical Forest Science, 448-455.
• Putri ZF. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
sirih (Piper betle L.) terhadap Propionibacterium acne
dan Staphylococcus aureus multiresisten [skripsi].
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta;
2010.11. Aiello, Susan E. The Merck etinary manual.
USA: Merck Sharp & Dohme Corp; 2012.
• Robinson, T. 1995. Kandungan Senyawa Organik
Tumbuhan Tinggi. Diterjemahkan oleh Prof. Dr.
Kosasih Padmawinata. Penerbit: ITB. Bandung.
• Sastrohamidjojo, H. 1996. Sintesis Bahan Alami 140.
Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta
• Sarastani, D., Soekarto S.T., Muhchtadi T.R., Fardiaz,
D & Apriyantono, A., 2002, Aktivitas antioksidan ekstrak
dan fraksi ekstrak Biji Atung (Parinarium glaberrimum
Hassk.). Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 13(2),
149-156.
• Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
• Suwondo, S.; Sidik, S.RS. and Soelarko, RM., 1991,
Prosiding Seminar Sirih : Aktivitas Antibakteri Daun
Sirih (Piper betle L.) terhadap Bakteri Gingivitis dan
Bakteri Pembentuk Plak/Karies Gigi (Streptococcus
mutans), Yogyakarta.
• Teyler. V. E., dkk. 1988. Pharmacognosy 9th edition.
187-188. Phiadelphia: Lea & Febiger