Hadis diklasifikasikan berdasarkan kuantitas rawi dan kualitas sanadnya. Kuantitas rawi meliputi mutawatir, ahad, dan masyhur. Sedangkan kualitas sanad meliputi shahih, hasan, dhaif. Hadis shahih memiliki sanad yang bersambung, adil, dan tidak memiliki kelemahan. Hadis hasan memiliki sanad yang bersambung namun kurang dhabit.
Mengetahui kriteria suatu hadis diperlukan untuk menentukan suatu hadis dapat digunakan untuk dalil atau tidak boleh sebab itu dalam makalah kali ini akan dibahas tentang hadis dhaif meliputi, Kriteria dan Macam-macam Hadis Dhaif, Hadis-hadis daif ditinjau dari segi terputusnya sanad Hadis-hadis daif ditinjau dari segi cacat perawi, dan Hukum Meriwayatkan dan Mengamalkan Hadis dhaif
Mengetahui kriteria suatu hadis diperlukan untuk menentukan suatu hadis dapat digunakan untuk dalil atau tidak boleh sebab itu dalam makalah kali ini akan dibahas tentang hadis dhaif meliputi, Kriteria dan Macam-macam Hadis Dhaif, Hadis-hadis daif ditinjau dari segi terputusnya sanad Hadis-hadis daif ditinjau dari segi cacat perawi, dan Hukum Meriwayatkan dan Mengamalkan Hadis dhaif
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).pptFaizakbar251
Hadfits shahih ini hukumnya wajib diamalkan dan ulama ahli hadits membaginya kepada dua bagiian yaitu shahihg li dzatihi dan shahih li ghairihi. Perbedaan antara kedua bagian hadits ini terletak pada segi hafalan atau ingatan perawinya. Pada shahih li dzatihi, ingatan perwinya sempurna sedangkan pada hadits shahih li ghairihi, ingatan perawinya kurang sempurna.
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).pptFaizakbar251
Hadfits shahih ini hukumnya wajib diamalkan dan ulama ahli hadits membaginya kepada dua bagiian yaitu shahihg li dzatihi dan shahih li ghairihi. Perbedaan antara kedua bagian hadits ini terletak pada segi hafalan atau ingatan perawinya. Pada shahih li dzatihi, ingatan perwinya sempurna sedangkan pada hadits shahih li ghairihi, ingatan perawinya kurang sempurna.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
3. Hadits
Mutawatir
Mutawatir
Lafdzi
Mutawatir
Ma’nawi
Mutawatir
‘Amali
Hadis mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi
yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta dari awal sanad
sampai akhir sanad.
Para ulama membagi hadis mutawātir menjadi dua, yaitu mutawātir
lafzi dan mutawātir ma’nawi. Namun ada pula yang membaginya
menjadi tiga yaitu ditambah dengan hadis mutawātir ‘amali.
4. Hadits
Mutawatir
Mutawatir
Lafdzi
Mutawatir
Ma’nawi
Mutawatir
‘Amali
Hadis yang mutawatir periwayatannya dalam satu redaksi atau
hadis yang mutawatir lafaz dan maknanya. Contoh hadis
mutawātir lafzhi ini adalah sabda Rasulullah SAW.
نَم
ََبَذَك
َ
يَلَع
،ًادِّمَعَتُم
َ
ْأوَبَتَيْلَف
َ
ُهَدَعْقَم
ََنم
َ
الن
َ
ار
“Barang siapa berbuat dusta terhadap diriku hendaknya ia
menempati neraka”
Menurut Abu Bakar al-Sairi, bahwa hadis ini diriwayatkan secara
marfu’ oleh tujuh puluh sahabat. Tetapi mengenai jumlah orang
yang meriwayatkan hadis ini para ulama berbeda pendapat.
5. Hadits
Mutawatir
Mutawatir
Lafdzi
Mutawatir
Ma’nawi
Mutawatir
‘Amali
Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh banyak rawi yang mustahil
berbuat dusta atau karena kebetulan. Mereka meriwayatkan
berbagai peristiwa dengan berbagai ragam ungkapan, tetapi intinya
sama.
Contoh hadis Mutawātir Ma’nawi adalah hadis yang meriwayatkan
bahwa Nabi SAW. Mengangkat tangannya ketika berdoa.
وقالَابوَموسىَاألشعرىَدعاَالنبيَصلىَهللاَعلهَوسلمَثمَرفعَيديهَورأيتَبياضَابطيه
“Abu Musa al-Asy’ari berkata: Nabi SAW. Berdoa kemudian dia
mengangkat kedua tangannya dan aku melihat putih-putih kedua
ketiaknya”.
6. Hadits
Mutawatir
Mutawatir
Lafdzi
Mutawatir
Ma’nawi
Mutawatir
‘Amali
Adapun yang dimaksud dengan hadis mutawatir amali ini ialah
sesuatu yang diketahui dengan mudah, bahwa dia termasuk
urusan agama dan telah mutawatir antara umat Islam, bahwa
Nabi SAW mengerjakannya, menyuruhnya, atau selain dari itu.
Macam-macam hadis mutawatir amali ini banyak jumlahnya,
seperti hadis yang menerangkan waktu shalat, raka’at shalat,
shalat jenazah, shalat ‘id, tata cara shalat, pelaksanaan haji, kadar
zakat harta, dan lain-lain.
8. Hadits Ahad Hadits ‘Aziz Hadits Gharib
Hadits
Masyhur
Menurut bahasa kata al-ahād adalah bentuk plural dari
kata ahad yang berarti satu. Hadis wahid berarti hadis yang
diriwayatkan oleh satu perawi. Sedangkan menurut
istilah, Hadis Ahād adalah hadis yang tidak memenuhi syarat-
syarat hadis mutawatir.[7]Hadis Ahad sendiri terdiri dari tiga
macam, yaitu hadis masyhur, hadis azīz, dan hadis gharīb
9. Hadits Ahad Hadits ‘Aziz Hadits Gharib
Hadits
Masyhur
Secarabahasa ialah al-intisyār wa al-dzuyu’, yaitu sesuatu yang sudah
tersebar dan populer. Sedangkan menurut istilah adalah hadis yang
terbatas yang lebih dari dua. Dalam pengertian lain diartikan dengan
hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih dalam
setiap tingkatan sanadnya, namun belum sampai pada derajat
mutawatir.
Hukum hadis masyhur adakalanya shahih, hasan dan dla’if. Akan
tetapi hadis masyhur yang berkualitas shahih memiliki kelebihan
untuk bisa ditarjih (diunggulkan) bila ternyata bertentangan
dengan hadis aziz dan hadis gharib.
10. Hadits Ahad Hadits ‘Aziz Hadits Gharib
Hadits
Masyhur
‘Azīz menurut bahasa adalah berasal dari kata ‘azza-ya’azzu yang
artinya kuat. Sedangkan menurut istilah adalah hadis yang
perawinya tidak kurang dari dua orang pada setiap tingkatan
sanadnya.
ال
يؤمن
أحدكم
حتى
أكون
أحب
إليه
من
،والده
،وولده
والناس
أجمعين
“Tidak beriman salah seorang di antara kalian, hingga aku lebih
dicintainya dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia.”
11. Hadits Ahad Hadits ‘Aziz Hadits Gharib
Hadits
Masyhur
Menurut bahasa, Gharīb merupakan shifah musyabbahah yang
bermakna sendiri atau jauh dari kerabat. Sedangkan menurut
istilah hadis gharīb ialah hadis yang menyendiri dalam
meriwayatkannya, baik menyendiri itu imamnya atau yang lainnya
12. Gharib Mutlak
Gharib Nisbiy
Gharīb Mutlak adalah hadis yang sifat
penyendiriannya pada aslu sanad, yakni
hadis yang pada asal sanadnya hanya
diriwayatkan seorang perawi contohnya
adalah hadis:
َ
ُء َ
الَلوَا
َ
ةَمْحَل
َ
ةَمْحَلَك
َ
بِّسِّنال
ََ
ال
َ
ُعاَبُي
َ
َالَو
َُبَه ْوُي
”Kekerabatan dengan jalan memerdekakan,
sama dengan kekerabatan dengan nasab,
tidak boleh dijual dan tidak boleh
dihibahkan”.
13. Gharib Mutlak
Gharib Nisbiy
Gharīb Nisbiy adalah hadis yang sifat
penyendiriannya mengenai sifat atau keadaan
tertentu dari seorang perawi. Hal ini bisa
teradi berkaitan dengan keadilan dan
kedhabitan (tsiqah) perawi atau mengenai
tempat tinggal atau kota tertentu.
15. Hadits
Shahih
Hadits Dhaif Saqtu Al-Khafi
As-Shaqtu
Zhahir
Kualitas
Rawi
atau
Sanadnya
Shahih Hasan
Hasan Li Zatihi
Hasan Li
Ghairihi
Al - Muallaq
Al - Mursal
Al - Mu’dhal
Al - Munqathi’l
Al - Mudallas
16. Hadits
Shahih
Shahih Hasan
Hasan Li Zatihi
Hasan Li
Ghairihi
Hadis shahih secara etimologi, berasal dari kata الصحيح yang
berarti selamat dari penyakit, dan bebas dari aib.
معلال وال شذود غير من الضابطين باالعدول سنده اتصل ما هو
Hadis shahih adalah hadis yang sanadnya bersambung, adil,
dhabit, tidak ada syadz dan tidak ada ‘illat. (Imam An Nawawi)
هوَمااتصلَسندهَبنقلَالعدلَالذيَقلَضبطهَوخالَمنَالشذوذَوالعلة
Hadis Hasan adalah hadis yang bersambung sanadnya, diriwayatkan
oleh orang yang adil, kurang sedikit ke-dhabitannya, tidak ada
keganjalan (syadz), dan tidak ada ‘illat