Platyhelminthes dan Nematoda adalah dua filum yang membahas tentang cacing pipih dan cacing silinder. Platyhelminthes memiliki 4 kelas dan hidup di sungai, danau, laut atau sebagai parasit. Nematoda memiliki ukuran 1 mm hingga lebih dari 1 m, memiliki sistem pencernaan lengkap, dan bereproduksi secara seksual.
BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA PlatyhelmintesFauzan Ardana
Filum Platyhelminthes terdiri dari cacing pipih tanpa usus dan sistem pencernaan sederhana. Terbagi menjadi 3 kelas yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Beberapa spesiesnya dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan seperti skistosomiasis yang ditularkan melalui siput air oleh Schistosoma.
Platyhelminthes adalah filum cacing pipih yang meliputi kelas Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Mereka memiliki tubuh pipih tanpa rongga tubuh dan terdiri dari 3 lapisan. Turbellaria seperti Planaria bergerak dengan silia, Trematoda seperti cacing hati bersifat parasit, dan Cestoda seperti cacing pita memiliki rantai proglotid. Mereka memainkan peran penting sebagai sumber makanan dan beberapa spesies dap
Dokumen tersebut membahas tentang Platyhelminthes (Cacing Pipih) yang merupakan filum hewan triploblastik yang paling sederhana. Platyhelminthes dibagi menjadi 3 kelas, yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Platyhelminthes umumnya bersifat parasit pada manusia dan hewan.
Platyhelminthes adalah filum cacing pipih yang terdiri dari tiga kelas, yaitu Turbellaria yang memiliki bulu getar, Trematoda yang hidup sebagai parasit dengan alat hisap, dan Cestoda yang dilapisi kutikula dan terdiri dari rantai proglotid.
Platyhelminthes adalah cacing pipih tanpa rongga tubuh yang memiliki tiga lapisan tubuh. Mereka dapat hidup bebas maupun sebagai parasit di dalam tubuh inang. Ada tiga kelas utama platyhelminthes yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Trematoda adalah parasit hati dan usus, sedangkan Cestoda adalah parasit pita cacing. Mereka memiliki siklus hidup yang kompleks melibatkan inang antara dan akhir.
Cacing pipih (Platyhelminthes) memiliki tubuh pipih dan tidak bersegmen. Terdiri atas tiga lapisan jaringan. Terbagi menjadi tiga kelas yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Trematoda dan Cestoda bersifat parasit, sementara Turbellaria hidup bebas. Cacing hati dan cacing pita contoh parasit yang menginfeksi manusia.
Dokumen tersebut membahas tentang tiga filum utama cacing, yaitu Platyhelmintes, Nemathelmintes, dan Annelida. Filum Platyhelmintes mencakup cacing pipih seperti Planaria dan cacing isap hati, sedangkan Nemathelmintes berisi cacing gilig seperti Ascaris yang menginfeksi usus manusia.
BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA PlatyhelmintesFauzan Ardana
Filum Platyhelminthes terdiri dari cacing pipih tanpa usus dan sistem pencernaan sederhana. Terbagi menjadi 3 kelas yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Beberapa spesiesnya dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan seperti skistosomiasis yang ditularkan melalui siput air oleh Schistosoma.
Platyhelminthes adalah filum cacing pipih yang meliputi kelas Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Mereka memiliki tubuh pipih tanpa rongga tubuh dan terdiri dari 3 lapisan. Turbellaria seperti Planaria bergerak dengan silia, Trematoda seperti cacing hati bersifat parasit, dan Cestoda seperti cacing pita memiliki rantai proglotid. Mereka memainkan peran penting sebagai sumber makanan dan beberapa spesies dap
Dokumen tersebut membahas tentang Platyhelminthes (Cacing Pipih) yang merupakan filum hewan triploblastik yang paling sederhana. Platyhelminthes dibagi menjadi 3 kelas, yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Platyhelminthes umumnya bersifat parasit pada manusia dan hewan.
Platyhelminthes adalah filum cacing pipih yang terdiri dari tiga kelas, yaitu Turbellaria yang memiliki bulu getar, Trematoda yang hidup sebagai parasit dengan alat hisap, dan Cestoda yang dilapisi kutikula dan terdiri dari rantai proglotid.
Platyhelminthes adalah cacing pipih tanpa rongga tubuh yang memiliki tiga lapisan tubuh. Mereka dapat hidup bebas maupun sebagai parasit di dalam tubuh inang. Ada tiga kelas utama platyhelminthes yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Trematoda adalah parasit hati dan usus, sedangkan Cestoda adalah parasit pita cacing. Mereka memiliki siklus hidup yang kompleks melibatkan inang antara dan akhir.
Cacing pipih (Platyhelminthes) memiliki tubuh pipih dan tidak bersegmen. Terdiri atas tiga lapisan jaringan. Terbagi menjadi tiga kelas yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Trematoda dan Cestoda bersifat parasit, sementara Turbellaria hidup bebas. Cacing hati dan cacing pita contoh parasit yang menginfeksi manusia.
Dokumen tersebut membahas tentang tiga filum utama cacing, yaitu Platyhelmintes, Nemathelmintes, dan Annelida. Filum Platyhelmintes mencakup cacing pipih seperti Planaria dan cacing isap hati, sedangkan Nemathelmintes berisi cacing gilig seperti Ascaris yang menginfeksi usus manusia.
Dokumen tersebut membahas tentang filum Platyhelminthes (cacing pipih) yang memiliki ciri tubuh pipih dan aselomata. Terdiri dari 3 kelas yaitu Turbellaria (cacing berambut getar seperti Planaria), Trematoda (cacing hisap parasit seperti cacing hati), dan Cestoda (cacing pita parasit seperti Taenia). Setiap kelas memiliki siklus hidup dan morfologi tubuh yang khas.
1. Platyhelminthes adalah cacing pipih yang memiliki tubuh pipih, tiga lapisan embrionik, dan tidak memiliki rongga tubuh.
2. Mereka hidup bebas di air atau sebagai parasit di dalam atau di permukaan tubuh inang, dan ukuran tubuhnya bervariasi dari mikroskopis hingga besar.
3. Platyhelminthes diklasifikasikan menjadi Turbellaria, Monogenea, Trematoda, dan Cestoda, yang masing-masing
Filum Platyhelminthes adalah cacing primitif yang meliputi 9.000 spesies. Terdiri dari kelas Turbellaria (cacing bulu getar), Trematoda (parasit), dan Cestoda (cacing pita). Ciri-ciri meliputi tubuh pipih, tidak memiliki sistem peredaran darah, dan dapat bereproduksi secara aseksual atau seksual.
Filum platyhelminthes adalah cacing pipih yang hidup bebas atau sebagai parasit. Terdiri dari 3 kelas yaitu turbellaria, trematoda, dan cestoda. Kebanyakan berperan sebagai parasit yang merugikan manusia dan hewan dengan menyebabkan penyakit, meski ada juga yang hidup bebas seperti planaria.
Dokumen tersebut membahas mengenai struktur tubuh dan karakteristik empat kelas utama platyhelmintes yaitu Turbellaria, Monogenea, Trematoda, dan Cestoda. Kelas-kelas tersebut dibandingkan berdasarkan ciri-ciri fisik dan reproduksinya.
Makalah ini membahas tentang cacing pipih Planaria sp. Planaria termasuk hewan invertebrata yang hidup di air tawar dan memiliki daya regenerasi yang tinggi. Planaria bersifat hermafrodit dan berkembangbiak secara seksual maupun aseksual melalui pembelahan tubuh.
Dokumen tersebut membahas tentang kelompok hewan Vermes yang terdiri dari empat filum yaitu Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, dan Nematoda. Setiap filum memiliki ciri khas tertentu dalam bentuk tubuh, sistem organ, dan cara hidupnya.
Nemathelminthes terdiri atas 2 kelas, yaitu Nematoda dan Acantocephala. Cacing Enterobius vermicularis atau cacing kremi dapat hidup sebagai parasit pada manusia dengan daur hidup selama 2 minggu-2 bulan, dimulai dari kopulasi di caecum hingga bertelur di anus. Diagnosis enterobiasis ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopis feses atau anal swab untuk mendeteksi telur atau larva cacing.
Tubuh platyhelminthes tersusun atas tiga lapisan dan bersimetri bilateral. Hewan ini memiliki sistem pencernaan, reproduksi, dan ekskresi yang sederhana. Contohnya adalah Planaria dan Fasciola hepatica yang memiliki siklus hidup kompleks melibatkan inang.
Dokumen tersebut merangkum tentang filum Nemathelminthes yang meliputi tujuan belajar, indikator hasil belajar, morfologi, anatomi, kelas-kelas, dan contoh-contoh nemathelminthes beserta penjelasan tentang masing-masing.
Cacing pita memiliki tubuh pipih dan tersegmentasi, hidup sebagai parasit di saluran pencernaan hewan vertebrata. Cacing pita bereproduksi secara seksual di setiap segmen tubuhnya dan menyebarkan telur melalui feses inangnya. Siklus hidup cacing pita melibatkan telur, larva, dan bentuk dewasa.
Trematoda adalah filum platyhelminthes yang memiliki alat pengisap untuk menempel pada inang. Cacing ini bersifat parasit dengan daur hidup kompleks melibatkan dua inang. Contohnya adalah cacing hati Fasciola Hepatica yang hidup di hati sapi dan domba. Cacing ini memiliki tubuh tanpa sisik dengan alat isap di sekitar mulut.
Dokumen tersebut membahas tentang filum Platyhelminthes (cacing pipih) yang memiliki ciri tubuh pipih dan aselomata. Terdiri dari 3 kelas yaitu Turbellaria (cacing berambut getar seperti Planaria), Trematoda (cacing hisap parasit seperti cacing hati), dan Cestoda (cacing pita parasit seperti Taenia). Setiap kelas memiliki siklus hidup dan morfologi tubuh yang khas.
1. Platyhelminthes adalah cacing pipih yang memiliki tubuh pipih, tiga lapisan embrionik, dan tidak memiliki rongga tubuh.
2. Mereka hidup bebas di air atau sebagai parasit di dalam atau di permukaan tubuh inang, dan ukuran tubuhnya bervariasi dari mikroskopis hingga besar.
3. Platyhelminthes diklasifikasikan menjadi Turbellaria, Monogenea, Trematoda, dan Cestoda, yang masing-masing
Filum Platyhelminthes adalah cacing primitif yang meliputi 9.000 spesies. Terdiri dari kelas Turbellaria (cacing bulu getar), Trematoda (parasit), dan Cestoda (cacing pita). Ciri-ciri meliputi tubuh pipih, tidak memiliki sistem peredaran darah, dan dapat bereproduksi secara aseksual atau seksual.
Filum platyhelminthes adalah cacing pipih yang hidup bebas atau sebagai parasit. Terdiri dari 3 kelas yaitu turbellaria, trematoda, dan cestoda. Kebanyakan berperan sebagai parasit yang merugikan manusia dan hewan dengan menyebabkan penyakit, meski ada juga yang hidup bebas seperti planaria.
Dokumen tersebut membahas mengenai struktur tubuh dan karakteristik empat kelas utama platyhelmintes yaitu Turbellaria, Monogenea, Trematoda, dan Cestoda. Kelas-kelas tersebut dibandingkan berdasarkan ciri-ciri fisik dan reproduksinya.
Makalah ini membahas tentang cacing pipih Planaria sp. Planaria termasuk hewan invertebrata yang hidup di air tawar dan memiliki daya regenerasi yang tinggi. Planaria bersifat hermafrodit dan berkembangbiak secara seksual maupun aseksual melalui pembelahan tubuh.
Dokumen tersebut membahas tentang kelompok hewan Vermes yang terdiri dari empat filum yaitu Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, dan Nematoda. Setiap filum memiliki ciri khas tertentu dalam bentuk tubuh, sistem organ, dan cara hidupnya.
Nemathelminthes terdiri atas 2 kelas, yaitu Nematoda dan Acantocephala. Cacing Enterobius vermicularis atau cacing kremi dapat hidup sebagai parasit pada manusia dengan daur hidup selama 2 minggu-2 bulan, dimulai dari kopulasi di caecum hingga bertelur di anus. Diagnosis enterobiasis ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopis feses atau anal swab untuk mendeteksi telur atau larva cacing.
Tubuh platyhelminthes tersusun atas tiga lapisan dan bersimetri bilateral. Hewan ini memiliki sistem pencernaan, reproduksi, dan ekskresi yang sederhana. Contohnya adalah Planaria dan Fasciola hepatica yang memiliki siklus hidup kompleks melibatkan inang.
Dokumen tersebut merangkum tentang filum Nemathelminthes yang meliputi tujuan belajar, indikator hasil belajar, morfologi, anatomi, kelas-kelas, dan contoh-contoh nemathelminthes beserta penjelasan tentang masing-masing.
Cacing pita memiliki tubuh pipih dan tersegmentasi, hidup sebagai parasit di saluran pencernaan hewan vertebrata. Cacing pita bereproduksi secara seksual di setiap segmen tubuhnya dan menyebarkan telur melalui feses inangnya. Siklus hidup cacing pita melibatkan telur, larva, dan bentuk dewasa.
Trematoda adalah filum platyhelminthes yang memiliki alat pengisap untuk menempel pada inang. Cacing ini bersifat parasit dengan daur hidup kompleks melibatkan dua inang. Contohnya adalah cacing hati Fasciola Hepatica yang hidup di hati sapi dan domba. Cacing ini memiliki tubuh tanpa sisik dengan alat isap di sekitar mulut.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai empat jenis nematoda parasit manusia yaitu Loa loa, Trichuris trichiura, Necator americanus, dan Ascaris lumbricoides. Ketiga nematoda tersebut memiliki siklus hidup yang melibatkan manusia sebagai inang definitif dan tanah atau vektor sebagai inang perantara, serta dapat menyebabkan penyakit seperti loaiasis, trikhuriasis, necatoriasis, dan askariasis.
The document discusses the phylum Annelida, or segmented worms. It describes their characteristics, such as being hermaphroditic and having a true coelom. It then discusses different classes of annelids, including Polychaeta (marine fanworms and free-swimming worms), Oligochaeta (earthworms), and Hirudinea (leeches). For earthworms specifically, it outlines their movement, excretion, digestion, respiration, circulation, response, and reproduction systems.
Metamorfosis Kupu-kupu dan Katak
Ringkasan dokumen tersebut menjelaskan proses metamorfosis pada kupu-kupu dan katak, dimulai dari telur hingga menjadi dewasa. Pada kupu-kupu prosesnya melalui tahapan telur-ulat-kepompong-kupu-kupu dewasa, sedangkan pada katak melalui telur-berudu-katak muda-katak dewasa. Hormon-
Teks tersebut membahas tentang filum Chordata pada kingdom Animalia. Secara ringkas, Chordata memiliki ciri-ciri seperti memiliki notokorda, celah faring, dan tali saraf dorsal. Chordata terbagi menjadi beberapa subfilum seperti Hemichordata. Hemichordata memiliki bentuk tubuh silinder dan memiliki sistem organ seperti proboscis, insang, sistem pencernaan, dan sistem saraf.
Dokumen tersebut membahas tentang parasit, terutama cacing pita (Taenia). Jenis-jenis cacing yang parasit manusia dijelaskan, termasuk Taenia solium dan Taenia saginata yang menyebabkan taeniasis. Siklus hidup cacing pita juga diuraikan beserta gejala infeksi, pengobatan menggunakan niklosamid, dan cara pencegahannya.
Dokumen tersebut membahas tentang parasitologi, termasuk istilah-istilah yang digunakan dalam parasitologi seperti parasitisme, hospes, vektor, zoonosis, serta menjelaskan morfologi dan daur hidup beberapa jenis nematoda (cacing) yang menginfeksi manusia seperti Ascaris lumbricoides, cacing tambang, Enterobius vermicularis, serta Trichuris trichura.
Filum Cnidaria dan Ctenophora termasuk kelompok hewan Coelenterata yang memiliki rongga tubuh sebagai alat pencernaan. Cnidaria sebagian besar hidup di laut dan air tawar, berbentuk polip atau medusa, dan hidup secara karnivor dengan menggunakan alat sengat. Cnidaria memiliki dua lapisan sel, yaitu ektoderm dan endoderm, serta reproduksi secara aseksual melalui tunas dan secara seksual.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem saraf, mulai dari definisi neuron, jenis-jenis neuron, bagian-bagian neuron, sifat bioelektrika neuron, hingga susunan sistem saraf invertebrata dan vertebrata.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang Rotifera. Rotifera adalah hewan mikroskopis air tawar yang memiliki ciri khas berupa corona dan mastax. Tubuhnya terdiri dari berbagai organ seperti sistem pencernaan, ekskresi, saraf, dan reproduksi. Rotifera diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas seperti Seisonoida, Bdelloidea, dan Monogononta. Rotifera berperan penting dalam rantai makanan ekosistem perairan dan sebagai pakan
Platyhelminthes adalah filum cacing pipih yang meliputi kelas Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Cacing-cacing ini memiliki tubuh pipih, sistem pencernaan sederhana, dan sebagian besar hidup sebagai parasit yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai tiga filum utama dalam platyhelminthes yaitu turbellaria, trematoda, dan cestoda. Mencakup ciri-ciri umum dan contohnya, serta siklus hidup beberapa jenis parasit tertentu seperti taenia dan fasciola hepatica.
Platyhelminthes adalah filum cacing pipih yang hidup bebas maupun sebagai parasit. Mereka memiliki tubuh triploblastic tanpa rongga tubuh, dan ukurannya bervariasi dari mikroskopis hingga lebih dari 20 meter. Ada 4 kelas Platyhelminthes yaitu Turbellaria, Monogenea, Trematoda, dan Cestoda. Beberapa spesies Trematoda dan Cestoda dapat menginfeksi manusia dan hewan lain, sementara Planaria digunak
Dokumen tersebut merangkum tentang klasifikasi dan ciri-ciri hewan dalam 9 filum, yaitu Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Arthropoda, Echinodermata, dan Chordata. Masing-masing filum memiliki karakteristik struktur tubuh, cara reproduksi, dan klasifikasi berdasarkan ciri-cirinya.
Dokumen tersebut berisi daftar nama 7 mahasiswa Kelompok IV dan judul materi kuliah tentang filum Platyhelminthes yang mencakup ciri-ciri, kelas, contoh spesies, serta manfaat dan cara pencegahan infeksi cacing parasit.
Platyhelminthes adalah kelas cacing pipih yang memiliki ciri-ciri tubuh pipih tanpa tulang dan kaki. Terdiri dari 3 kelompok utama yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Turbellaria seperti Planaria bergerak menggunakan bulu getar, Trematoda seperti Fasciola adalah parasit hati, sedangkan Cestoda seperti pita berkembang biak dengan cara memisahkan proglotid yang berisi telur. Siklus hidupny
1. Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari cacing parasit.
2. Helmint dibagi menjadi 3 filum yaitu Nemathelminthes, Platyhelminthes, dan Annelida.
3. Masing-masing filum memiliki ciri khas tubuh dan cara reproduksi. Nemathelminthes bersifat silindris, Platyhelminthes bersifat pipih, dan Annelida bersifat bersegmen.
Platyhelminthes adalah filum cacing pipih yang meliputi parasit seperti cacing pita dan cacing isap. Mereka memiliki tubuh pipih tanpa rongga tubuh, sistem pencernaan sederhana, dan reproduksi secara aseksual melalui fragmentasi dan secara seksual. Beberapa spesies dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan.
Platyhelminthes adalah filum cacing pipih yang ukurannya bervariasi dari mikroskopis hingga lebih dari 2 meter. Kebanyakan hidup bebas di air atau sebagai parasit endo/ekto pada hewan dan manusia. Tubuhnya pipih tanpa rongga tubuh dan sistem organ yang sederhana. Beberapa spesies dapat merugikan manusia dengan menyebabkan penyakit seperti skistomiasis. Pencegahan melalui memutuskan
1. Dokumen tersebut membahas tentang lima filum hewan invertebrata yaitu Nemathelminthes, Annelida, Arthropoda, Mollusca, dan Echinodermata. Dokumen menjelaskan ciri-ciri umum, klasifikasi, siklus hidup, dan peran masing-masing filum secara singkat.
Filum Platyhelminthes memiliki ciri tubuh pipih tanpa rongga tubuh, bernapas melalui seluruh permukaan tubuh, dan terdiri dari tiga kelas utama yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Turbellaria seperti Planaria hidup bebas di air tawar dan memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi, sedangkan Trematoda dan Cestoda bersifat parasit pada inangnya.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis pencemaran lingkungan hidup seperti pencemaran udara, air, tanah, dan suara serta penyebab dan dampaknya. Jenis-jenis polutan udara seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, klorofluorokarbon dan gas rumah kaca dijelaskan secara rinci beserta dampaknya. Dokumen juga menjelaskan penanganan limbah cair dan padat serta pencegahan terjadinya pencemaran lingkungan.
Echinodermata dan Arthropoda adalah dua filum utama hewan laut. Echinodermata memiliki tubuh berbentuk bintang, bulat, atau silinder dengan kulit berduri. Mereka bereproduksi secara aseksual dan seksual. Arthropoda memiliki tubuh bersegmen dengan ekoskeleton keras dan kaki. Terdiri atas Crustacea, Arachnida, Myriapoda dan Insecta. Kedua filum ini penting dalam rantai makanan laut.
Alga adalah organisme eukariotik yang dapat hidup secara uniseluler atau multiseluler. Mereka memiliki klorofil dan dapat melakukan fotosintesis. Alga dapat bereproduksi secara aseksual melalui pembelahan atau pembentukan spora, dan secara seksual melalui peleburan gamet. Alga hidup di berbagai habitat perairan maupun darat dan memiliki peran penting sebagai produsen primer.
Ebola adalah virus yang menyebabkan demam berdarah yang berbahaya dengan gejala seperti demam, muntah darah, dan kematian hingga 100% di beberapa kasus. Virus ini menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh yang terinfeksi. Pencegahannya adalah menghindari kontak dengan pasien Ebola dan menangani cairan tubuhnya dengan hati-hati.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
3. Platyhelminthes
Klasifikasi Ilmiah :
Domain : Eukaryota
Kerajaan : Animalia
Kelas :
1. Turbelarria
2. Trematoda
3. Cestoda
4. Monogenea
Platyhelminthes adalah filum dalam Kerajaan Animalia (hewan).
Filum ini mencakup semua cacing pipih kecuali Nemertea, yang
dulu merupakan salah satu kelas pada Platyhelminthes, yang telah
dipisahkan.
4. Ciri-Ciri Platyhelminthes
Tubuh pipih dosoventral dan tidak
bersegmen. Umumnya, golongan cacing pipih
hidup di sungai, danau, laut, atau sebagai
parasit di dalam tubuh organisme lain. Cacing
golongan ini sangat sensitif terhadap cahaya.
Beberapa contoh Platyhelminthes adalah
Planaria yang sering ditemukan di balik
batuan, Bipalium yang hidup di balik lumut
lembap, Clonorchis sinensis, cacing hati, dan
cacing pita.
5. Struktur dan Fungsi Tubuh Platyhelminthes
Platyhelminthes merupakan cacing yang
tergolong triploblastik aselomata karena
memiliki 3 lapisan embrional yang terdiri dari
ektoderm, endoderm, dan mesoderm.
Namun, mesoderm cacing ini tidak
mengalami spesialisasi sehingga sel-selnya
tetap seragam dan tidak membentuk sel
khusus.
6. Sistem Pencernaan Platyhelminthes
Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem
gastrovaskuler, di mana peredaran makanan tidak
melalui darah tetapi oleh usus. Sistem pencernaan
cacing pipih dimulai dari mulut, faring, dan
dilanjutkan ke kerongkongan. Di belakang
kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki
cabang ke seluruh tubuh. Dengan demikian, selain
mencerna makanan, usus juga mengedarkan
makanan ke seluruh tubuh.
Selain itu, cacing pipih juga melakukan
pembuangan sisa makanan melalui mulut karena
tidak memiliki anus. Cacing pipih tidak memiliki
sistem transpor karena makanannya diedarkan
melalui sistem gastrovaskuler. Sementara itu, gas O2
dan CO2 dikeluarkan dari tubuhnya melalui proses
difusi.
7. Sistem Syaraf Platyhelminthes
Sistem syaraf tangga tali merupakan sistem
syaraf yang paling sederhana. Pada sistem
tersebut, pusat susunan saraf yang disebut
sebagai ganglion otak terdapat di bagian
kepala dan berjumlah sepasang. Dari kedua
ganglion otak tersebut keluar tali saraf sisi
yang memanjang di bagian kiri dan kanan
tubuh yang dihubungkan dengan serabut saraf
melintang.
Pada cacing pipih yang lebih tinggi
tingkatannya, sistem saraf dapat tersusun dari
sel saraf yang dibedakan menjadi sel saraf
sensorik, sel saraf motor, dan sel asosiasi.
8. Indera Platyhelminthes
Beberapa jenis cacing pipih memiliki sistem
penginderaan berupa oseli, yaitu bintik mata
yang mengandung pigmen peka terhadap
cahaya. Bintik mata tersebut biasanya berjumlah
sepasang dan terdapat di bagian anterior.
Seluruh cacing pipih memiliki indra meraba dan
sel kemoreseptor di seluruh tubuhnya. Beberapa
spesies juga memiliki indra tambahan berupa
aurikula, statosista. Umumnya, cacing pipih
memiliki sistem osmoregulasi yang disebut
protonefridia. Sistem ini terdiri dari saluran
berpembeluh yang berakhir di sel api. Lubang
pengeluaran cairan yang dimilikinya disebut
protonefridiofor yang berjumlah sepasang atau
lebih. Sedangkan, sisa metabolisme tubuhnya
dikeluarkan secara difusi melalui dinding sel.
9. Reproduksi Platyhelminthes
Cacing pipih dapat bereproduksi secara
aseksual dengan membelah diri dan secara
seksual dengan perkawinan silang, walaupun
hewan ini tergolong hermafrodit.
10. Klasifikasi Platyhelminthes
Kelas Turbellaria merupakan cacing pipih yang menggunakan
bulu getar sebagai alat geraknya, contohnya adalah Planaria.
Kelas Trematoda memiliki alat hisap yang dilengkapi dengan
kait untuk melekatkan diri pada inangnya karena golongan ini
hidup sebagai parasit pada manusia dan hewan. Beberapa
contoh Trematoda adalah Fasciola, Clonorchis, dan
Schistosoma.
Kelas Cestoda memiliki kulit yang dilapisi kitin sehingga tidak
tercemar oleh enzim di usus inang. Cacing ini merupakan
parasit pada hewan, contohnya adalah Taenia solium dan T.
saginata Spesies ini menggunakan skoleks untuk menempel pada
usus inang. Taenia bereproduksi dengan menggunakan telur
yang telah dibuahi dan di dalamnya terkandung larva yang
disebut onkosfer. Contohnya adalah Taenia solium dan T.
saginata
11. Klasifikasi Platyhelminthes
Kelas Monogenea merupakan ektoparasit dengan memakan
lendir di permukaan tubuh inangnya (ikan laut, ikan air
tawar, amfibi). Mempunyai alat pengait untuk menempel
pada inangnya. Contoh: Gyrodactylus salaris
12. Siklus Hidup Platyhelminthes
Fasciola hepatica
Telur -> larva bersilia (mirasidium) -> siput air (lymnea
auricularis atau lymnea javanica) -> sporokista ->
redia -> serkaria -> keluar dari tubuh siput ->
menempel pada rumput / tanaman air -> membentuk
kista (metaserkaria) ->dimakan domba/sapi-> usus -
> hati -> sampai dewasa
Chlornosis sinensis
Telur -> mirasidium -> siput air -> sporosista ->
menghasilkan redia -> menghasilkan serkaria -> keluar
dari tubuh siput -> ikan air tawar (menempel di
ototnya) -> membentuk kista (metaserkaria) -> ikan
dimakan -> saluran pencernaan -> hati -> sampai
dewasa
13. Siklus Hidup Platyhelminthes
Schistosoma javanicum
Telur -> mirasidium -> siput air -> sporosista ->
menghasilkan redia -> menghasilkan serkaria ->
keluar dari tubuh siput -> menembus kulit
manusia -> pembuluh darah vena
Taenia saginata / Taenia Solium
Proglotid -> mencemari makanan babi -> babi ->
usus babi (telur menetas jadi hexacan) -> aliran
darah -> otot/daging (sistiserkus) -> manusia ->
usus manusia (sistiserkus pecah -> skolex
menempel di dinding usus) -> sampai dewasa di
manusia -> keluar bersama feces
14. Penyakit yang Disebabkan Platyhelminthes
Schistosoma mansoni,
penyebab Schistosoma pada
manusia.
Salah satu di antaranya adalah genus
Schistosoma yang dapat menyebabkan
skistosomiasis, penyakit parasit yang
ditularkan melalui siput air tawar
pada manusia. Penyakit ini merupakan
salah satu penyakit endemik di
Indonesia. Pada hewan, infeksi cacing
pipih juga dapat ditemukan, misalnya
Scutariella didactyla yang menyerang
udang jenis Trogocaris dengan cara
menghisap cairan tubuh udang.
15. Nematoda
Klasifikasi Ilmiah :
Domain : Eukaryota
Kerajaan : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas :
1. Adenophorea
2. Secernentea
Nematoda (dari bahasa Yunani νῆμα (nema): "benang" + -ώδη
-ode "seperti") adalah sebuah filum. Disebut
juga Nemathelminthes. Filum ini merupakan salah
satu filum yang beranggotakan terbanyak. Contohnya adalah
cacing tambang, cacing kremi, dan cacing perut.
16. Ukuran dan Bentuk Tubuh Nematoda
Ukuran tubuh = 1 mm - > 1 m
Ukuran cacing betina lebih besar dibandingkan
tubuh jantan
Tubuhnya tidak bersegmen, bentuknya silindris
memanjang atau bulat memanjang
Bagian anterior atau daerah mulut tampak
simetris radial, dan semakin ke arah posterior
membentuk ujung yang meruncing
17. Struktur dan Fungsi Tubuh Nematoda
Memiliki tiga lapisan embrionik
Rongga tubuh semu
Permukaan tubuh ditutupi katikula yang tebal dan transparan. Biasanya, pada
Nematoda yang hidup sebagai parasit katikulanya lebih tebal dibanding cacing yang
hidup bebas
Dinding tubuh tersusun dari otot longitudinal
Memiliki sistem pencernaan yang lengkap
Tidak memiliki sistem peredaran darah dan sistem pernapasan
Memiliki alat ekskresi berupa sistem kelenjar dengan saluran maupun tanpa saluran
Memiliki sistem saraf berupa lingkaran saraf yang mengelilingi esofagus,
berhubungan dengan enam benang saraf anterior dan empat atau lebih benang
saraf posterior
18. Cara Reproduksi Nematoda
Nematoda bereproduksi secara seksual.
Pada umumnya dieses atau gonokoris.
Fertilisasi terjadi di dalam tubuh cacing betina.
Telur yang sudah dibuahi akan memiliki cangkang yang tebal
dan keras.
Telur menetas menjadi larva yang berbentuk seperti induknya.
Larva mengalami molting hingga empat kali. Sedangkan cacing
tidak mengalami pergantian kulit, akan tetapi tumbuh
membesar.
19. Kuis
1. Sebutkan 4 kelas dalam filum Platyhelminthes!
2. Sebutkan 3 ciri-ciri Platyhelminthes!
3. Sebutkan pengertian hemafrodit!
4. Sebutkan penyakit yang disebabkan oleh Platyhelminthes!
5. Seberapa besar ukuran Nematoda?
6. Apakah Nematoda memiliki sistem pencernaan yang lengkap?
7. Apa yang dimaksud dengan dieses atau gonokoris?
8. Jelaskan cara reproduksi pada nematoda!
9. Larva Nematoda mengalami molting berapa kali?
10. Apa yang dimaksud dengan aselomata?
20. Perbaikan
1. Di mana habitat Platyhelminthes?
2. Di mana habitat Nematoda?
3. Sebutkan tiga lapisan embrionik pada Nematoda!
4. Apa yang dimaksud dengan endoparasit dan ektoparasit?
5. Sebutkan tiga lapisan embrionik pada Platyhelminthes?