Dokumen tersebut membahas tentang tiga filum utama cacing, yaitu Platyhelmintes, Nemathelmintes, dan Annelida. Filum Platyhelmintes mencakup cacing pipih seperti Planaria dan cacing isap hati, sedangkan Nemathelmintes berisi cacing gilig seperti Ascaris yang menginfeksi usus manusia.
Here you are.. Lets know more about Platyhelminthes or Cacing Pipih in Indonesia. May this presentation bring benefit for all of you.
And if I made a mistake.. Let me know :)
Chondrichthyes atau ikan bertulang rawan adalah ikan berahang, mempunyai sirip berpasangan, lubang hidung berpasangan, sisik, jantung beruang dua, dan rangka yang terdiri atas tulang rawan bukan tulang sejati.
Here you are.. Lets know more about Platyhelminthes or Cacing Pipih in Indonesia. May this presentation bring benefit for all of you.
And if I made a mistake.. Let me know :)
Chondrichthyes atau ikan bertulang rawan adalah ikan berahang, mempunyai sirip berpasangan, lubang hidung berpasangan, sisik, jantung beruang dua, dan rangka yang terdiri atas tulang rawan bukan tulang sejati.
BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA PlatyhelmintesFauzan Ardana
Â
BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA
IPA | Biologi ( Animalia ) : Plantyhelminthes (cacing pipih )
Tugas presentasi biologi kelas X | Sman 16 bandung
Materi kelas 10 , matapelajaran Biologi
#semoga bermanfaat
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
Â
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Â
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
1. Kelompok 3
• Fannisa Salsabila
• Muhammad Fadhil Rachman
• Muhammad Wira Putra
• Sekar Zahtia Hastami
2. Cacing(Vermes)
Cacing diartikan sebagai hewan kecil, bertubuh
memanjang, lunak, tidak berangka, dan tidak
mempunyai kaki.
Bagian tubuhnya terdiri dari kepala(asterior),
ekor(posterior),punggung(dorsal),perut(ventral), dan
bagian samping(lateral).
Cacing dibedakan menjadi tiga Filum yaitu
Platyhelmintes, Nemathelmintes, dan Annelida.
4. 1. Filum Platyhelmintes
Ciri ciri
ï‚— Tubuhnya pipih.
ï‚— Sistem pencernaannya adalah gastrovaskuler.
ï‚— Umumnya, golongan cacing pipih hidup di sungai, danau, laut, atau sebagai
parasit di dalam tubuh organisme lain.
ï‚— Cacing golongan ini sangat sensitif terhadap cahaya.
ï‚— Platyhelmintes dibagi tiga kelas:
a. Turbellaria atau cacing berbulu getar(contohnya : Planaria).
b. Trematoda atau cacing isap (contoh: cacing hati).
c. Cestoda atau cacing pita.
5. a. Turbellaria(cacing berbulu getar)
Ciri ciri
ï‚— panjang tubuh turbellaria kurang dari 50 mm.
ï‚— Beberapa Turbellaria melakukan gerakan berombak untuk berenang di air.
Contoh Turbellaria adalah Planaria
ï‚— Kepala Planaria berbentuk segitiga, terdapat dua bintik mata hitam yang
berfungsi untuk membedakan intensitas cahaya dan belum merupakan alat
penglihatan
ï‚— Cacing ini bersifat karnivor dan dapat ditemukan di perairan, genangan air,
kolam, atau sungai. Biasanya cacing ini menempel dibatuan atau di daun
yang tergenang air.
ï‚— Epidermis di permukaan ventral ditutupi silia yang penting untuk
pergerakan.
ï‚— Dibawah epidermis terdapat otot memanjang, melingkar diagonal, dan
dorsovetral yang memungkinkan planaria bergerak dengan banyak gerakan.
ï‚— Dan Planaria mempunyai daya regenerasi yang sangat tinggi.(dapat
menggantikan bagian tubuh yang hilang dan tumbuh menjadi individu
baru)
6. Struktur tubuh
ï‚— Saluran Pencernaan
Saluran pencernaannya terdiri dari
mulut, faring, dan usus. Hewan ini tidak
mempunyai anus. Planaria mempunyai usus
yang bercabang tiga: satu cabang ke arah
anterior dan dua cabang ke arah posterior.
Tiap-tiap cabang usus tersebut bercabang
lagi ke seluruh tubuh.
ï‚— Sistem Ekskresi
Hewan ini mengekskresikan sisa-sisa
metabolisme berupa nitrogen melalui
permukaan tubuhnya.
ï‚— Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri dari ganglia yang terdapat
di kepala. Dari masing-masing ganglia ini
terdapat seberkas saraf yang memanjang ke
arah posterior pada bagian tepi/lateral tubuh.
Setiap berkas saraf bercabang-cabang secara
horisontal menghubungkan kedua berkas
saraf lateral hingga membentuk sistem saraf
tangga tali. Ganglia ini dapat dianggap
sebagai otak hewan tersebut.
7. Perkembang biakan Planaria
ï‚— Seksual
Dengan pembuahan sel telur
oleh spermatozoid. Planaria
bersifat hemaprodit namun
tidak dapat melakukan
pembuahan sendiri,
pembuannya dilakukan oleh
sepasang planaria Dan
Pembuahannya secara
internal.
• Aseksual :
fragmentasi
8. Taksonomi Turbellaria
ï‚— Kingdom : Animalia
ï‚— Filum : Platyhelmintes
ï‚— Kelas : Turbellaria
ï‚— Ordo : Polycladida
ï‚— Famili : Pseudocerotidae
ï‚— Genus : Pseudobiceros
ï‚— Spesies : Pseudobiceros
gloriosus
9. b. Trematoda(cacing isap)
Ciri-ciri
ï‚— Semua Trematoda memiliki alat isap atau sucker.
ï‚— Hidup sebagai parasit pada Vertebrata.
ï‚— Mulutnya terdapat pada ujung anterior.
ï‚— Makanannya berupa Cairan atau jaringan tubuh
hospesnya.
ï‚— Tubuhnya dilapisi oleh kutikula untuk menjaga agar
tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya.
ï‚— Susunan syarafnya menyerupai planaria
ï‚— Beberapa contoh Trematoda:
1. Cacing Hati(Fasciola hepatica)
2. Clonorchis sinensis
10. Cacing hati( Fasciola hepatica)
ï‚— Fasciola hepatica atau disebut juga Cacing hati merupakan anggota
dari Trematoda (Platyhelminthes).Cacing hati mempunyai ukuran
panjang 2,5 – 3 cm dan lebar 1 - 1,5 cm. Pada bagian depan terdapat
mulut meruncing yang dikelilingi oleh alat pengisap, dan ada sebuah
alat pengisap yang terdapat di sebelah ventral sedikit di belakang
mulut, juga terdapat alat kelamin.
ï‚— Cacing ini bersifat hemaprodit, berkembang biak dengan cara
pembuahan sendiri atau silang, jumlah telur yang dihasilkan sekitar
500.000 butir. Hati seekor domba dapat mengandung 200 ekor cacing
atau lebih
13. Taksonomi Trematoda
ï‚— Kingdom : Animalia
ï‚— Filum : Platyhelmintes
ï‚— Kelas : Trematoda
ï‚— Ordo : Echinostomida
ï‚— Famili : Fasciolidae
ï‚— Genus : Fasciola
ï‚— Spesies : Fasciola
hepatica
14. c. Cestoda(Cacing Pita)
Ciri-ciri
ï‚— Cacing pita ini mempunyai bentuk tubuh pipih panjang menyerupai
pita.
ï‚— Tubuh terdiri dari segmen-segmen yang disebut proglotid.
ï‚— Prologtid dibentuk melalui pembelahan transversal di daerah leher
cacing.
ï‚— Satu prologtid memiliki organ yang lengkap seperti satu individu.
ï‚— Makin jauh dari kepala makin besar dan makin matang proglotidnya.
ï‚— Susunan syaraf menyerupai platyhelmintes yang lain.
ï‚— Contoh dari filum ini :
1. Taenia solium
2. Taenia saginata
15. Taenia solium dan Taenia saginata
 T. Solium mempunyai Panjang berkisar antara 2,5 meter – 3,0 meter dan
teridiri dari lebih dari 1000 proglotid dengan masing-masing proglottid
gravid mengandung 60.000 telur.
ï‚— T.saginata terdiri dari 1000-2000 proglotid dengan dengan masing-masing
proglottid gravid mengandung 100.000 telur.
ï‚— T.solium hidup di saluran pencernaan dan tubuh babi sedangkan T.saginata
pada sapi. Dan keduanya juga bisa hidup di saluran pencernaan manusia.
ï‚— Pada T.solium, alat hisapnya terdapat rostelum(pengait) sedangkan
T.saginata tidak.
ï‚— Cacing dewasa menjadi parasit pada usus manusia.
ï‚— Jika telur cacing jenis T.solium masuk ke tubuh manusia telur tersebut dapat
menembus jaringan otot, mata dan otak, dan membentuk kista. Jika yang
masuk larva, larva itu akan tumbuh pada usus manusia.
20. 2. Filum Nemathelmintes
ï‚— Cacing ini gilig(bentuk tubuhnya bulat panjang), tidak bersegmen,
kulitnya halus, licin, dan dilapisi oleh kutikula yang digunakan untuk
melindungi diri dari enzim pencernaan yang berasal dari inangnya.
ï‚— termasuk golongan hewan triplobastik pseudoselomata karna
dinding tubuhnya berlapis tiga, tetapi mempunyai rongga tubuh
semu.
ï‚— Nemathelminthes yang hidup bebas terdapat di tanah becek dan di
dasar perairan, berperan untuk menguraikan sampah organik,
sedangkan yang parasit akan hidup di tubuh inangnya dan
memperoleh makanan dengan menyerap nutrisi dan darah dari
inangnya.
ï‚— Perbedaan cacing gilig dan cacing pipih(platyhelmintes) adalah pada
cacing gilig tidak mempunyai silia, dioseus dan mempunyai rongga
tubuh.
21. Contoh cacing Nemathelminthes
1. Ascaris lumbricoides (cacing perut).
ï‚— Cacing ini dapat terbawa masuk ke dalam tubuh manusia
melalui makanan yang telah tercemar.
ï‚— Telur cacing dapat keluar bersama tinja manusia. Telur
cacing yang masuk ke dalam usus akan menetas menjadi
larva, kemudian akan berkembang menjadi cacing baru.
Cacing ini akan mengambil makanan dan mengisap darah
penderita cacingan sehingga keadaan orang yang
menderita cacingan akan terlihat pucat dan perutnya
buncit.
ï‚— Ukuran tubuh cacing ini 20-30 cm. Degan diameter 2-3
mm
23. Taksonomi cacing perut
ï‚— Kingdom : Animalia
ï‚— Filum : Nematoda
ï‚— Kelas : Secernentea
ï‚— Order : Ascaridida
ï‚— Family : Ascarididae
ï‚— Genus : Ascaris
ï‚— Species : A. lumbricoides
24. 2. Ancylostoma duodenale (cacing
tambang).
 Cacing ini berukuran 1 – 1,5 cm hidup di dalam usus manusia
ï‚— mempunyai alat kait(gigi kitin) untuk mencengkeram dan
mengisap darah.
ï‚— Mulut cacing ini mengeluarkan zat anti koagulan(zat yang
mencegah penggumpalan darah).
ï‚— Daur hidupnya hampir sama dengan cacing perut, hanya
telurnya menetas di tempat yang becek. Apabila ada seseorang
yang menginjak tanah tersebut, maka larva akan menempel dan
menembus kaki kemudian masuk ke peredaran darah,
selanjutnya akan mengalami daur hidup seperti cacing perut.
ï‚— Seseorang yang menderita penyakit cacing ini bisa terserang
anemia.
26. Taksonomi cacing tambang
ï‚— Kingdom : Animalia
ï‚— Phylum : Nematoda
ï‚— Class : Secernentea
ï‚— Order : Strongylida
ï‚— Family : Ancylostomatidae
ï‚— Genus : Ancylostoma
ï‚— Species : Ancylostoma duodenale
27. 3. Oxyuris vermikularis (cacing
kremi).
ï‚— Cacing ini berwarna putih, berukuran kecil, dan hidup di
usus besar manusia, tepatnya dekat anus.
ï‚— Siklus hidupnya secara autoinfeksi (menginfeksi diri
sendiri), yaitu cacing betina bertelur di sekitar anus
yang menyebabkan rasa gatal. Pada saat digaruk akan
menempel pada jari, sehingga pada saat makan akan
terbawa ke usus halus dan menetas. Bila dewasa terjadi
perkawinan di usus besar dan bertelur di sekitar anus.
28. Taksonomi cacing kremi
ï‚— Kingdom : Animalia
ï‚— Filum : Nematoda
ï‚— Kelas : Secernentea
ï‚— Ordo : Oxyurida
ï‚— Famili : Oxyuridae
ï‚— Genus : Oxyuris
ï‚— Spesies : Oxyuris vermikularis
29. 4. Wuchereria bancrofti
ï‚— Cacing ini hidup pada pembuluh limfa di kaki. Jika terlalu banyak
jumlahnya, dapat menyumbat aliran limfa sehingga kaki menjadi
membengkak (filariasis / elephantiasis atau penyakit kaki gajah).
ï‚— Pada saat dewasa, cacing ini menghasilkan telur kemudian akan
menetas menjadi anak cacing yang disebut mikrofilaria. Selanjutnya,
mikrofilaria beredar di dalam darah. Larva ini dapat berpindah ke
peredaran darah kecil di bawah kulit. Jika pada waktu itu ada nyamuk
yang menggigit, larva ini akan masuk ke nyamuk dan mengalami
pertumbuhan, hingga larva ini akan masuk ke alat penusuk. Jika
nyamuk itu menggigit orang, maka orang itu akan tertular penyakit ini,
demikian seterusnya.
30. Taksonomi Wuchereria bancrofti
ï‚— Kingdom : Animalia
ï‚— Filum : Nematoda
ï‚— Kelas : Secernentea
ï‚— Ordo : Spirurida
ï‚— Family : Onchocercidae
ï‚— Genus : Wuchereria
ï‚— Species : Wuchereria bancrofti
31. 5.Trichinella spiralis
ï‚— Trichinella spiralis atau disebut juga Cacing Otot. Cacing
ini menyebabkan penyakit trichinosis pada manusia, babi,
atau tikus.
ï‚— Parasit masuk ke tubuh manusia melalui daging babi yang
dimasak kurang matang. Di dalam usus manusia, larva
berkembang menjadi cacing muda. Cacing muda bergerak
ke otot melalui pembuluh limfa atau darah dan selanjutnya
menjadi cacing dewasa.
32. Taksonomi Trichiella spiralis
ï‚— Kingdom : Animalia
ï‚— Phylum : Nematoda
ï‚— Class : Adenophorea
ï‚— Order : Trichurida
ï‚— Family : Trichinellidae
ï‚— Genus : Trichinella
ï‚— Spesies : Trichinella spiralis
33. 6. Cacing Loa(Cacing mata)
ï‚— Cacing ini dapat menyebabkan penyakit filariasis penyakit
mata yang disebabkan oleh cacing ini.
ï‚— Vektor perantaranya adalah lalat Chrysops(lalat bakau)
ï‚— Cacing dewasa dapat mengembara dalam jaringan
subkutan dan mikrofilaria dapat beredar dalam darah dan
seringkali tidak menimbulkan gejala.
ï‚— Cacing dewasa dapat ditemukan di seluruh tubuh dan
seringkali menimbulkan gangguan di konjungtiva mata dan
hidung dengan menimbulkan iritasi pada mata.
ï‚— Penyakit ini dapat diketahui jika ditemukan cacing dewasa
pada konjungtiva mata atau subkulit ataupun bila
ditemukan mikrofilaria(larva cacing) di darah.
34.
35. Taksonomi cacing loa
ï‚— Kingdom : Animalia
ï‚— Filum : Nematoda
ï‚— Kelas : Chromadorea
ï‚— Ordo : Spirurida
ï‚— Family : Onchocercidae
ï‚— Genus : Loa
ï‚— Species : Loa loa
37. 3. Filum Annelida
Ciri-ciri
ï‚— Tubuhnya bersegmen-segmen menyerupai cincin atau
gelang.
ï‚— Segmen- segmen ini disebut somit.
ï‚— Segmentasi ini terjadi sampai ke struktur alat dalamnya.
ï‚— Filum Annelida dibagi 3 kelas :
a. Oligochaeta atau cacing berbulu sedikit(contoh:
cacing tanah).
b. Polychaeta atau cacing berambut banyak( contoh :
cacing wawo).
c. Hirudinea atau golongan lintah dan pacet.
38. a. Oligochaeta
ï‚— Habitatnya di air tawar atau di darat.
ï‚— Memiliki segmen(somit) berjumlah 15 hingga 200 buah.
ï‚— Walaupun bersekat pada setiap somit, tetapi saluran pencernaan,
dan saraf memanjang menembus sekat itu.
ï‚— Setiap segmen(somit) memiliki alat ekskresi ,otot-otot, dan
pembuluh sendiri. Susunan tubuh semacam ini disebut metameri.
ï‚— Ada somit yang berukuran lebih besar dan berwarna lebih cerah.
Somit ini disebut klitelum. Klitelum berfungsi untuk
mengeskresikan materi-materi pembentuk kokon yang berisi telur.
ï‚— Contohnya Lummbricis terrestris dan Pheretima sp. Keduanya
merupakan cacing tanah.
ï‚— Cacing tanah merupakan hewan hermaprodit (mempunyai dua
alat kelamin dalam satu tubuh). Meskipun demikian, perkawinan
tetap dilakukan secara silang.
40. Reproduksi oligochaeta
ï‚— Dua cacing yang kawin akan saling menempelkan tubuhnya dengan ujung
kepala berlawanan. Mula-mula alat kelamin jantan mengeluarkan sperma.
ï‚— Sperma diterima oleh klitelum cacing pasangannya, setelah itu dibentuk
kokon.
ï‚— Sperma dari klitelum bergerak ke alat kelamin betina dan disimpan di seminal
reseptakel.
ï‚— Pada saat ovum keluar dari ovarium, ovum akan melewati seminal reseptakel
dan ovum akan terbuahi.
ï‚— Ovum yang telah dibuahi akan masuk ke kokon, setelah itu kokon akan lepas
dari tubuh cacing.
ï‚— Telur menetas di dalam kokon dan keluar menjadi individu baru.
41. Taksonomi Oligochaeta
ï‚— Kingdom : Animalia
ï‚— Filum : Annelida
ï‚— Kelas : Oligochaeta
ï‚— Ordo : Haplotaxida
ï‚— Famili : Lumbricidae
ï‚— Genus : Lumbricus
ï‚— Spesies : Lumbricus
terrestris
42. b. Polychaeta
Ciri-ciri
ï‚— Polychaeta adalah kelas cacing annelida yang umumnya hidup di
laut,sebagian ditemukan di air tawar.
ï‚— Seluruh permukaan tubuh polychaeta mengandung rambut-
rambut kaku atau setae yang dilapisi kutikula sehingga licin dan
kaku.
ï‚— Tubuhnya berwarna menarik, seperti ungu kemerah-merahan.
ï‚— Setiap segmen tubuh polychaeta dilengkapi dengan sepasang
alat gerak atau alat berenang yang disebut parapodia.
ï‚— Ukuran tubuh polychaeta sebagian besar berukuran 5-10 cm.
ï‚— Cacing ini tidak mempunyai sadel (klitelum)seperti pada cacing
tanah (oligochaeta).
ï‚— Contoh jenis Polychaeta antara lain cacing sorong, cacing wawo,
cacing palolo, dan cacing nipah.
44. Taksinomi polychaeta
ï‚— Kingdom : Animalia
ï‚— Phylum : Annelida
ï‚— Class : Polychaeta
ï‚— Order : Eunicida
ï‚— Family : Eunicidae
ï‚— Genus : Eunice
ï‚— Species : Eunice
aphroditois
45. c. Hirudinea
ï‚— Tubuh hirudinea pipih dan tertutup kutikula yang
diekskresikan oleh epidermis.
ï‚— Pada permukaan tubuh tidak terdapat rambut
ï‚— Pada kedua ujung tubuh terdapat alat isap yang
berfungsi untuk menempelkan tubuh pada
mangsanya dan menghisap makanan
ï‚— Makanan Hirudinea adalah darah dan cairan tubuh
mamalia( termasuk manusia)
Cairan dihisap sebanyak banyaknya sehingga
mampu bertahan hidup selama beberapa minggu
46. ï‚— Contoh dari kelas ini
adalah Hirudo
medicinialis yang mampu
menghasilkan zat
Hirudin.
ï‚— Zat hirudin digunakan
dalam dunia
medis khususnya dalam
bidang kedokteran
yaitu zat hirudin
digunakan untuk
mencegah proses
pembekuan darah untuk
membantu proses
operasi.
47. Taksonomi Hirudinea
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Clitellata
Subkelas : Hirudinea
Ordo :Hirudinida
Famili : Hirudinidae
Genus : Hirudo
Spesies : Hirudo
medicinalis
48. Peranan cacing Pada kehidupan Manusia
ï‚— Cacing tanah membantu menyuburkan tanah karena
mengurai zat sampah dan membantu aerasi di tanah
ï‚— Cacing Wawo dan Palolo menjadi sumber protein di
daerah maluku
ï‚— Hirudinea mampu menghasilkan zat antipembekuan
darah, digunakan untuk medis
ï‚— Anggota filum Platyhelminthes dan Nematelminthes
Merupakan parasit dan merugikan manusia