1. UJI KOMPETENSI
FR.IA.04. PENJELASAN SINGKAT PROYEK TERKAIT /
KEGIATAN TERSTRUKTUR LAINNYA
Skema Sertifikasi : Petugas Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Konstruksi
Kualifikasi : Operator Jenjang 3
Nama Asesi :
NIK Asesi :
Tgl. Asesmen :
TUK :
Nama Asesor :
2. DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT K3 KONSTRUKSI
• Berikut ini adalah daftar beberapa peraturan perundang-undangan terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
dalam bidang konstruksi di Indonesia. Peraturan-peraturan ini bertujuan untuk melindungi pekerja dan memastikan
kondisi kerja yang aman di sektor konstruksi :
• Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
• Menetapkan dasar hukum untuk perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja di semua sektor, termasuk
sektor konstruksi
• Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3)
• Mengatur persyaratan dan tata cara penerapan SMK3 di semua sektor, termasuk konstruksi
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 05 Tahun 2018 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Konstruksi
• Mengatur persyaratan dan tata cara pelaksanaan K3 di sektor konstruksi
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) No. 02/PRT/M/2018 tentang Keselamatan
Kerja Konstruksi Bangunan Gedung
• Mengatur persyaratan keselamatan kerja dalam konstruksi bangunan gedung
• Peraturan Menteri PUPR No. 05/PRT/M/2014 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Jalan
• Mengatur persyaratan keselamatan kerja dalam konstruksi jalan
• Peraturan Menteri PUPR No. 01/PRT/M/2016 tentang Keselamatan Kerja Konstruksi Jembatan
• Mengatur persyaratan keselamatan kerja dalam konstruksi jembatan
• Peraturan Menteri PUPR No. 04/PRT/M/2019 tentang Keselamatan Kerja Konstruksi Sipil untuk Pembangunan
Fasilitas Air
• Mengatur persyaratan keselamatan kerja dalam konstruksi sipil untuk pembangunan fasilitas air
3. PROGRAM KOMUNIKASI K3 KONSTRUKSI
• Berikut adalah contoh Program Komunikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) dalam bidang konstruksi :
• Tujuan Program:
• Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang K3 di kalangan seluruh pekerja
konstruksi.
• Mengurangi angka kecelakaan dan cedera kerja di proyek konstruksi.
• Meningkatkan penerapan praktik keselamatan kerja yang baik di lapangan.
• Sasaran Program:
• Meningkatkan partisipasi pekerja dalam pelatihan K3.
• Meningkatkan pemahaman tentang risiko dan tindakan pencegahan di tempat kerja.
• Memastikan kepatuhan terhadap prosedur keselamatan kerja yang ditetapkan.
• Mendorong budaya kerja yang aman dan saling mengingatkan antar rekan kerja.
4. PROGRAM KOMUNIKASI K3 KONSTRUKSI
• Metode Komunikasi:
• Pelatihan dan pendidikan: Mengadakan pelatihan K3 secara rutin bagi semua pekerja konstruksi dan manajemen proyek.
Termasuk di dalamnya pelatihan terkait penggunaan alat pelindung diri (APD), penggunaan peralatan dengan aman, dan
prosedur darurat.
• Pertemuan rutin: Mengadakan pertemuan mingguan atau bulanan untuk membahas isu-isu K3, memberikan pembaruan
tentang kebijakan keselamatan baru, dan membangun kesadaran akan risiko yang mungkin timbul.
• Komunikasi tertulis: Menyediakan poster, papan pengumuman, dan buletin K3 yang ditempatkan di area kerja yang
terlihat dan mudah diakses oleh seluruh pekerja. Materi ini akan menyampaikan pesan-pesan K3 yang penting dan
mengingatkan pekerja tentang praktik yang aman.
• Penggunaan teknologi: Memanfaatkan aplikasi seluler atau platform online untuk mengirimkan pengingat dan pesan K3
kepada pekerja, membagikan materi pelatihan, dan memfasilitasi pertukaran informasi terkait K3.
• Sistem pelaporan dan umpan balik: Membangun sistem yang memungkinkan pekerja melaporkan potensi bahaya atau
masalah K3. Mendorong pekerja untuk memberikan umpan balik tentang masalah K3 yang ditemui, serta mengambil
langkah-langkah yang diperlukan untuk menangani dan memberikan tanggapan yang tepat.
• Materi Komunikasi:
• Panduan K3: Membuat panduan lengkap yang mencakup prosedur keselamatan, peraturan perundang-undangan terkait,
dan instruksi kerja yang aman.
• Brosur dan Leaflet: Menyediakan materi yang mudah dibaca dan dipahami tentang risiko umum di konstruksi dan
tindakan pencegahan yang harus diambil.
• Video Instruksional: Membuat video singkat yang menjelaskan praktik K3 secara visual, seperti penggunaan APD,
pengoperasian alat berat, dan pengangkatan beban yang benar.
• Infografis: Menggunakan infografis untuk menyajikan informasi penting tentang risiko dan tindakan pencegahan dengan
cara yang jelas dan menarik.
5. PROGRAM KOMUNIKASI K3 KONSTRUKSI
• Evaluasi dan Pemantauan:
• Mengukur efektivitas program melalui survei kepuasan, pengamatan
lapangan, dan statistik kecelakaan.
• Melakukan tinjauan rutin terhadap implementasi program dan
mengidentifikasi area di mana perbaikan diperlukan.
• Menerima umpan balik dari pekerja dan memperbaiki program
berdasarkan masukan yang diterima.
• Penyuluhan dan Advokasi:
• Melakukan kampanye penyuluhan K3 di luar proyek, seperti seminar,
workshop, atau acara sosialisasi K3 di komunitas sekitar proyek konstruksi.
• Melibatkan organisasi terkait, seperti asosiasi konstruksi, pemerintah
daerah, dan lembaga keselamatan kerja, untuk meningkatkan pemahaman
K3 dan mendukung program yang ada.
6. MENYUSUN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) PEKERJAAN
KONSTRUKSI
• Berikut adalah langkah-langkah untuk menyusun Job
Safety Analysis (JSA) dalam pekerjaan konstruksi:
• Identifikasi pekerjaan yang akan dievaluasi: Pilih
pekerjaan atau tugas konstruksi tertentu yang akan
dievaluasi menggunakan JSA. Misalnya, pemasangan
struktur baja, penggalian, pemasangan pipa, dll.
• Identifikasi langkah-langkah pekerjaan: Pecah
pekerjaan menjadi serangkaian langkah-langkah yang
terlibat dalam menyelesaikan tugas tersebut.
Contohnya, langkah-langkahnya mungkin termasuk
pemeriksaan lokasi, penggalian, pemasangan fondasi,
pemasangan struktur, dan penyelesaian akhir.
7. MENYUSUN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) PEKERJAAN
KONSTRUKSI
• Identifikasi potensi bahaya: Untuk setiap langkah
pekerjaan, identifikasi dan catat semua potensi
bahaya yang mungkin terjadi. Bahaya ini dapat
meliputi jatuh dari ketinggian, terjepit, terpapar
bahan kimia berbahaya, dll.
• Evaluasi risiko: Tinjau setiap bahaya yang
diidentifikasi dan tentukan sejauh mana risikonya.
Pertimbangkan kemungkinan terjadinya bahaya dan
potensi dampak pada pekerja dan lingkungan kerja.
• Tentukan tindakan pencegahan: Identifikasi dan
catat tindakan pencegahan yang perlu diambil untuk
mengurangi risiko dan mengendalikan bahaya. Ini
bisa mencakup penggunaan alat pelindung diri
(APD), pelatihan khusus, pengawasan yang ketat,
dan prosedur operasional standar yang jelas.
8. MENYUSUN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) PEKERJAAN
KONSTRUKSI
• Dokumentasikan JSA: Buat dokumen JSA yang mencakup
langkah-langkah pekerjaan, potensi bahaya, risiko yang
dinilai, dan tindakan pencegahan yang diusulkan. Dokumen
ini harus disusun secara terperinci dan mudah dibaca oleh
semua pekerja yang terlibat dalam pekerjaan tersebut.
• Bagikan informasi: Bagikan JSA kepada semua pihak yang
terlibat dalam pekerjaan konstruksi, termasuk manajemen
proyek, pengawas, dan pekerja. Pastikan semua pihak
memahami konten JSA dan tindakan pencegahan yang
diusulkan.
• Terapkan JSA: Pastikan bahwa langkah-langkah pencegahan
yang dicatat dalam JSA diimplementasikan secara konsisten
selama pekerjaan dilakukan. Jalin komunikasi terbuka
dengan pekerja untuk memastikan pemahaman yang jelas
tentang JSA dan memastikan bahwa tindakan pencegahan
diikuti dengan benar.
9. MENYUSUN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) PEKERJAAN
KONSTRUKSI
• Evaluasi ulang dan perbarui: Secara rutin,
tinjau dan evaluasi JSA untuk memastikan
keefektifan tindakan pencegahan yang
diusulkan. Perbarui JSA sesuai dengan
perubahan lingkungan kerja, pekerjaan baru,
atau perubahan prosedur kerja.
• JSA adalah alat yang penting untuk
mengidentifikasi bahaya dan mengambil
tindakan pencegahan yang tepat dalam
pekerjaan konstruksi. Dengan mengikuti
langkah-langkah di atas dan melibatkan semua
pihak terkait, dapat meningkatkan keselamatan
kerja dan mengurangi risiko cedera di
lingkungan konstruksi.
10. MENYUSUN SAFETY INDUCTION
• Safety induction adalah sebuah latihan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja yang
diberikan kepada pekerja baru, kontraktor baru
ataupun para tamu yang baru pertama kali
datang di lokasi perusahaan tersebut. Tujuan
safety induction ini adalah untuk
mengkomunikasikan bahaya-bahaya
keselamatan dan kesehatan kerja umum yang
terdapat selama pekerjaan/kunjungan mereka
sehingga mereka bisa sadar serta bisa
melakukan tindakan pengendalian terhadap
bahaya tersebut.