1. UJI KOMPETENSI
FR.IA.04. PENJELASAN SINGKAT PROYEK TERKAIT /
KEGIATAN TERSTRUKTUR LAINNYA
FOTO ASESI
Skema Sertifikasi : Personil Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Kualifikasi : Teknisi Jenjang 4
Nama Asesi :
NIK Asesi :
Tgl. Asesmen :
TUK : P3SM BEKASI
Nama Asesor :
2. Peraturan Perundang-undangan terkait K3
• UUD 1945
• UU No. 14/1969 Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
• UU No. 1/1970 Tentang Keselamatan Kerja
• UU No. 23/1992 Tentang Kesehatan
• UU No. 3/1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
• UU No. 18/1999 Tentang Jasa Konstruksi
• UU No. 28/2002 Tentang Bangunan Gedung
• UU No. 13/2003 Tentang Ketenagakerjaan
3. KOMUNIKASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
Komunikasi K3 adalah suatu kegiatan yang dilakukan pada suatu
perusahaan untuk membangun tingkat kesadaran keselamatan dan
kesehatan kerja untuk karyawan/pekerja. Kegiatan tersebut dapat
dilakukan dengan membuat rencana dan program yang berkelanjutan.
Ada beberapa contoh program komunikasi K3 yang dapat dilakukan
agar terciptanya Manajemen K3 yang baik. Program tersebut antara
lain seperti safety induction, materi safety talk, brifing, pemasangan
spanduk, papan informasi maupun alternatif lain.
4. Tujuan dan Manfaat Komunikasi K3
• Komunikasi K3 untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman
• Memberitahukan kepada seluruh pekerja mengenai potensi bahaya yang ada di
Perusahaan
• Membangun kesadaran karyawan tentang keselamatan kerja
• Mengajarkan keperdulian terhadap lingkungan
• Refresh informasi terbaru perihal keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
• Dapat mengenal unsafe action dan unsafe condition
• Mengingatkan seluruh karyawan agar selalu bekerja dengan aman
• Menciptakan pekerjaan yang bebas dari kecelakaan kerja (zero accident)
• Mematuhi peraturan perundangan terkait K3 yang berlaku di Indonesia
• Merubah tingkah dan prilaku karyawan untuk bekerja secara aman
• Nilai jual Perusahaan.
5. Komunikasi K3 Meliputi
• Menyampaikan peraturan K3 perusahaan
• Identifikasi bahaya dan penilaian risiko
• Cara atau metode dalam melakukan pengendalian dari risiko yang ada
• Sosialisasi prosedur, instruksi kerja dan sop lainnya
• Pelaporan kecelakaan kerja
• Perubahan dalam penerapan sistem manajemen K3 Perusahaan
• Kinerja perusahaan maupun kontraktor dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
• Alat pelindung diri yang diwajibkan
• Sistem izin kerja atau permit to work
• Persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja untuk visitor yang akan memasuki lingkungan kerja
• Rambu keselamatan
• Hasil dari inspeksi K3 dan pemantauan.
• Tindak lanjut dari temuan yang terdapat dilapangan
• Motivasi.
9. JSA - Job Safety Analysis
JSA ( Job Safety Analysis) adalah teknik manajemen keselamatan yang fokusnya
pada identifikasi bahaya yang berhubungan dengan rangkaian pekerjaan atau
tugas yang dilakukan. JSA berfokus pada hubungan antar pekerja,
tugas/pekerjaan, lingkungan kerja dan peralatan.
Pelaksanaan JSA dapat melibatkan berbagai pihak. Dalam perusahaan, pihak yang
dapat terlibat antara lain :
• Personil Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
• Manajer di lokasi dibuatnya JSA
• Operator
• Teknisi yang mendesain peralatan
• Personil Maintenance
• Konsultan K3
10. Langkah-langkah Pembuatan JSA
1. Menentukan aktivitas pekerjaan untuk pelaksanaan JSA
Sebelum melaksanakan JSA, diperlukan penentuan aktivitas pekerjaan dengan membuat daftar
aktivitas pekerjaan yang dirasa memerlukan penilaian bahaya. Dalam penentuan aktivitas
pekerjaan ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan aktivitas pekerjaan yang memiliki
risiko terjepit, kontak dengan bahan berbahaya, potensi terkena paparan bahan/benda
bergerak, terjatuh, maupun terpeleset. Pekerjaan-pekerjaan ini dapat berupa :
• Bekerja di ketinggian
• Pengangkatan, angkat-angkut, mendorong, menarik, dan pekerjaan manual handling lainnya.
• Bekerja dekat dengan peralatan yang dekat dengan sumber energi.
• Penggunaan cranes, alat bantu pengangkatan atau peralatan mesin lainnya.
• Bekerja sendiri atau bekerja di area yang terisolasi.
• Pekerjaan lainnya yang mengharuskan pekerja naik ke atas maupun di bawah area kerja, seperti
penggalian.
11. Dalam menentukan aktivitas pekerjaan untuk melaksanakan JSA, diperlukan pula
data tambahan dengan mengkaji ulang data-data sebagai berikut :
• Riwayat cedera/penyakit akibat kerja
• Laporan Insiden – Nearmiss
• Data statistik kejadian First Aid
• Safety Data Sheet (SDS)
• Notulen rapat K3
• Laporan Inspeksi K3
• JSA sebelumnya
• Prosedur kerja yang ada
• Manual dari peralatan
• Data preventive maintenance
• Regulasi pemerintah
12. 2. Menentukan dan mencatat langkah-langkah dari aktivitas pekerjaan
tersebut
Setelah kita menentukan aktivitas pekerjaan yang akan dilaksanakan JSA,
maka selanjutnya kita catat langkah-langkah aktivitas pekerjaan tersebut.
Mencatat langkah kerja adalah dengan :
• Mengobservasi aktivitas pekerjaan.
• Mencatat informasi untuk mendeskripsikan secara benar langkah yang
dilakukan. Dalam pencatatan ini perlu menghindari langkah pekerjaan yang
terlalu detail maupun deskripsi yang terlalu panjang serta hindari langkah
yang terlalu umum sehingga banyak langkah yang tidak tercatat.
• Ambil gambar atau video di masing-masing langkah pekerjaan.
• Setelah itu, review langkah-langkah tersebut dengan karyawan.
• Libatkan karyawan dalam seluruh aktivitas analisis.
13. 3. Mengidentifikasi bahaya dari masing-masing langkah pekerjaan
Dalam tahap ini diperlukan analisis dengan pertanyaan-pertanyaan
seperti :
• Apa yang terjadi jika terdapat kesalahan?
• Apa konsekuensi dari aktivitas pekerjaan ini?
• Bagaimana bahaya dapat muncul?
• Apa saja faktor yang berkontribusi?
• Seberapa sering bahaya dan risiko dapat terjadi?
14. 4. Mendeskripsikan cedera/injury yang mungkin terjadi dari bahaya tersebut
Pada langkah ini pengamat memerlukan informasi mengenai jenis bahaya apa saja yang dapat terjadi dan
potensi cedera apa saja yang didapatkan. Informasi mengenai hal tersebut dijelaskan dalam tabel di bawah ini:
Jenis Bahaya Potensi Cedera
Terjepit, Terpotong Luka memar, luka tergores, amputasi, fatality
Bahan Kimia Berbahaya Terbakar, kebutaan, penyakit akut dan kronis, fatality.
Bahaya Listrik
Tersengat listrik, terbakar, amputasi,
kebutaan, fatality
Bahan Mudah Terbakar Terbakar, amputasi
Bising dan Getaran Muntah, kerusakan syaraf, penurunan pendengaran
Manual Handling (Mengangkat, Menarik,
Mendorong)
Strain, Sprain, dan Musculoskeletal Disorders lainnya
Tertabrak/Terkena
Luka memar, luka tergores, amputasi, fraktur
tulang, fatality
Terpeleset, Terjatuh, Tersandung Luka memar, fraktur tulang, fatality
Suhu Heat/Cold stress, terbakar, stroke, fatality
Gas beracun, fumes, vapor atau debu Penyakit akut.kronis, asfiksia, terbakar, fatality
15. 5. Mengidentifikasikan cara untuk mengeliminasi atau
mengendalikan bahaya
Setelah bahaya dan risiko teridentifikasi, selanjutnya adalah
mengetahui pengendalian apa yang sesuai. Jika terdapat potensi
bahaya, langkah awal adalah menentukan pengendalian
teknis (engineering control), administratif (administrative) dan
membuat prosedur. Penyediaan alat pelindung diri yang tepat dan
efektif merupakan pengendalian terakhir.
17. Safety Induction
Safety Induction adalah sebuah penjelasan dan pengarahan tentang K3
yang berkaitan dengan potensi bahaya, pengendalian bahaya, alat
pelindung diri (APD) yang diwajibkan, tanggap darurat, dan tata cara
penyelamatan pada suatu Pekerjaan.
Safety Induction dilakukan pada tempat tertentu sesuai dengan jumlah
peserta dan materi yang disampaikan pun alangkah baiknya
menggunakan alat bantu untuk memudahkan transfer materi yang
disampaikan
18. Poin yang disampaikan pada Safety Induction :
a. Kebijakan Perusahaan terkait K3.
b. Potensi bahaya yang terdapat di lingkungan Proyek.
c. Sosialisasi fasilitas yang ada di lingkungan Proyek.
d. Jalur evakuasi dan tempat berkumpul / muster point pada keadaan
darurat.
e. Team dan struktur tanggap darurat.
f. Prosedur ketika terjadi tanggap darurat
19. Penyampaian Safety Induction dapat melalui beberapa media seperti :
a. Poster K3
b. Power Point
c. Video
d. Audio Visual
e. Lisan
20. Menyusun Safety Induction
Hal-hal yang disampaikan pada saat safety induction
• Profil Perusahaan / Proyek.
• HSE Perusahaan / Proyek (Commitment, Policy, Safety commitee).
• Definisi Safety.
• Standard APD yang harus digunakan.
• Safety Sign yang ada di proyek.
• Sanksi pelanggaran jika melanggar aturan yang telah ditetapkan.
• Tanggap darurat yang meliputi jalur evakuasi, informasi pelaksanaan
keadaan darurat, tanda-tanda darurat, peralatan keadaan darurat, dan
nomor-nomor yang dapat dihubngi jika terjadi keadaan darurat.
• Contoh bahaya dan risiko di lokasi kerja setempat serta Kecelakaan Kerja
yang mungkin terjadi.
• Video Safety Induction ( jika ada ).