Memastikan Perguruan Tinggi bukan menara gading yang enggan advokasi pada masalah kerakyatan dan penindasan. Perlindungan anak dan perguruan tinggi adalah komunitas aktif membangun dunia Ramah anak. Bagaimana memulainya? Yuk simaaak...
1. SEMINAR NASIONAL
Kolaborasi Perguruan Tinggi
Untuk Meningkatkan Kualitas Perlindungan Anak
Ai Maryati Solihah, M.Si
Ketua KPAI
Papua, 05 Desember 2023
Jl. Teuku Umar No. 10-12 Menteng, Jakarta Pusat 10350
Telp. 021-31901446, 31901556. Fax. 021-3900833
Website : www.kpai.go.id
2. • AKTIVITAS SOSIAL :
1. Ketua Umum PB Korps PMII Putri (KOPRI) Tahun 2005-2007
2. Founder Lembaga Pertiwi Bangsa-Jakarta, 2008 sd sekarang
3. Wasekjend PP Fatayat NU Tahun 2015-sekarang
4. Wasekjend PB Ikatan Alumni PMII
5. Sekjend Lembaga kemaslahatan Keluarga PBNU (LKKPBNU)
6. Menjadi Kolomnis, Fasilitator, Instruktur dan Nara Sumber di
berbagai media dan konferensi tingkat Nasional dan Internasional
• MENULIS BUKU, MODUL, DAN ARTIKEL:
1. Modul GELATIK (Gerakan Perlindungan Anak Dari Tindak Kekerasan) tahun 2016-2018
2. Modul Gerakan CETING (Cegah Trafficking) tahun 2018
3. Buku Taman Perlindungan Anak Indonesia (2019 ISBN)
4. Buku Anak Dalam Pusaran Perdagangan Orang Dan Eksploitasi (2020); ISBN
5. Buku Pengasuhan Tanpa Kekerasan dari Rumah (ISBN, 2021)
6. Buku Perlindungan Anak Dalam Dunia Daring di Masa Pandemi (ISBN, 2021)
7. Buku Jerat Prostitusi pada Anak; Hasil Pengawasan dan Tantangan (Tahun 2020)
8. Buku Pengawasan Pekerja Anak di Masa Pandemi (Tahun 2020)
9. Kolom Otokritik Perlindungan Anak; Detik.Com, 2018
10. Kolom Trend Perdagangan Anak Dan Eksploitasi; Detik.com, 2019
11. Kolom Anak Isis Dipulangkan?; Detik.Com, 2020
12. Kolom hari-santri-dan-bonus-demografi-di-Indonesia; Detik.Com 2022
13. Kolom lindungi-korban-catatan-awal-tahun-kekerasan-seksual-terhadap-anak;
Detik.com 2023
14. dll…
Curiculum
Vitae
Ai Maryati
Solihah
Cianjur, 17 Desember 1980
Desari Residence
Jl. Mandor Samin-Kalibaru, Cilodong-Depok
PENDIDIKAN :
• SI PAI/Tarbiyah/ UIN SGD Bandung Lulus Tahun 2003
• S2 Ilmu Politik/Fisipol/ UNAS Jakarta Lulus Tahun 2014
• S3 Ilmu Politik/Fisipol/UNAS Jakarta-sedang berlangsung
PEKERJAAN :
• Presidium GPPBM (Gerakan Perlindungan Perempuan Untuk Buruh
Migran) Bersama Komnas Perempuan Tahun 2007 sd 2010
• Tim Staf Khusus Menteri Agama RI Tahun 2009-2013
• PNS GURU KEMENAG RI JAKARTA PUSAT
• KOMISIONER KPAI 2017-2022
• KETUA KPAI 2022-2027
3. Pembahasan
I. Urgensi Perlindungan Anak
II. Data Pelaporan Pelanggaran Hak Anak
III. Dampak Kekerasan terhadap anak
IV. Peran Perguruan Tinggi
V. Kolaborasi dan Agenda
4. Sumber : BPS, 2020
1
Penduduk
270.3 Juta
Sumber : Susenas,
2020
2
Keluarga
91.2 Juta
Sumber :BPS, 2020
3
Anak
84.4 Juta (31,6%)
Sumber : BPS, 2020
4
Perempuan
133.54 Juta (49.4 %)
JUMLAH PENDUDUK DI
INDONESIA
4
Anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 tahun termasuk anak yang
masih dalam kandungan psl 1(1) UU No
35/2014 tentang Perlindungan Anak
Revisi atas UU No 23/2022 tentang
Perlindungan Anak
5. Anak subjek dan ujung tombak
bonus demografi generasi emas
Tahun 2045
Dalam Al-Quran
Hak Hidup
QS al-Isra’ (17) ayat 31
Hak pendidikan dalam keluarga
(QS al-Tahrim (6): 66)
Dan seluruh nilai-nilai agama memuliakan anak
SECARA TEOLOGIS
Amanah dari Tuhan
YME
SECARA SOSIOLOGIS
Penerus keluarga, dan
peradaban bangsa
SECARA YURIDIS
Merupakan bagian dari
HAM, dan menjadi mandate
UUD 1945
Pentingnya Perlindungan Anak
1. Mandat ratifikasi
Konvensi Hak Anak (KHA)
dalam Kepres 36/1990
2. Pasal 28B ayat (2) UUD 1945
yang berbunyi: “Setiap anak berhak
atas kelangsungan hidup, tumbuh,
dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi”
3. UU No 35 Tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak
6. UNTUK
• Bermain
• Berekreasi
• Berpartisipasi
• Berhubungan dengan
orang tua bila
terpisahkan
• Beragama
• Berkumpul
• Berserikat
• Diasuh oleh orang tua
• Kelangsungan hidup,
tumbuh dan
berkembang
UNTUK MENDAPAT
• Nama
• Identitas
• Kewarganegaraan
• Pendidikan
• Informasi
• Kesehatan
• Jaminan Sosial
PERLINDUNGAN KHUSUS
Anak dalam situasi
darurat;
Anak yang berhadapan
dengan hukum;
Anak dari kelompok
minoritas dan terisolasi;
Anak yang dieksploitasi
secara ekonomi dan/atau
seksual;
Anak yang menjadi
korban penyalahgunaan
narkotika, alkohol,
psikotropika, dan zat
adiktif lainnya;
Anak yang menjadi
korban pornografi;
Anak dengan HIV/AIDS;
Anak korban penculikan,
penjualan, dan/atau
perdagangan;
PERLINDUNGAN KHUSUS
• Anak korban Kekerasan
fisik dan/atau psikis;
• Anak korban kejahatan
seksual;
• Anak korban jaringan
terorisme;
• Anak Penyandang
Disabilitas;
• Anak korban perlakuan
salah dan penelantaran;
• Anak dengan perilaku
sosial menyimpang; dan
• Anak yang menjadi
korban stigmatisasi dari
pelabelan terkait dengan
kondisi Orang Tuanya.”
7. PRINSIP PERLINDUNGAN ANAK
HAK HIDUP DAN TUMBUH KEMBANG
NON DISKRIMINASI
KEPENTINGAN TERBAIK BAGI ANAK
PARTISIPASI ANAK
8. Regulasi Perlindungan Anak Upaya Menghapus Kekerasan :
UU No 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
UU No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
UU No.13/2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban
UU No.21/2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang
UU No. 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi
UU No 12/2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual
Peraturan Pemerintah No. 59/2019 tentang Koordinasi perlindungan Anak
Peraturan Pemerintah No 78/2021 tentang Perlindungan Khusus Anak
PERPRES No 101 tahun 2022 tentang Strategi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak
Peraturan Menteri Agama RI No 73 /2022 Tentang Pencegahan Dan Penanganan Kekerasan Seksual Di Satuan pendidikan Pada Kementerian
Agama
Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021 Tentang Pencegahan Dan Penanganan Kekerasan Seksual Di Lingkungan Perguruan Tinggi
Permendikbudriatek Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan Dan Penanganan Kekerasan Di Satuan Pendidikan
SK Dirjen Pendis Kemenag RI No. 5494 Tahun 2019 tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Kekerasan Seksual di PTKI
11. 1. Peningkatan pemberdayaan
perempuan dalam
kewirausahaan
2. Peningkatan peran ibu dan
keluarga dalam Pendidikan
atau pengasuhan anak;
3. Penurunan kekerasan
terhadap perempuan dan
anak;
4. Penurunan pekerja
anak;
5. Pencegahan perkawinan
anak.
ARAHAN PRESIDEN UNTUK PEMBANGUNAN PPPA PERIODE 2020-2024
11
12. Data KPAI
Pemenuhan Hak Anak Tahun 2017 - 2022
HAK SIPIL DAN
KEBEBASAN
LINKUNGAN KELUARGA
DAN PENGASUHAN
ALTERNATIF
KESEJATAN DASAR DAN
KESEJAHTERAAN
PENDIDIKAN,
PEMANFAATAN WAKTU
LUANG, DAN KEGIATAN
BUDAYA
61
773
247
447
55
906
282
471
47
927
168
305
68
1650
89
1658
81
2281
197
412
41
1960
120
429
2017 2018 2019 2020 2021 2022
13. Data KPAI
Perlindungan Khusus Anak Tahun 2017 - 2022
ANAK BERHADAPAN
DENGAN HUKUM
(Sebagai Pelaku)
ANAK KORBAN
KEKERASAN FISIK
DAN/ATAU PSIKIS
ANAK KORBAN
KEJAHATAN
SEKSUAL
ANAK KORBAN
PORNOGRAFI DAN
CYBER CRIME
ANAK DIEKSPLOITASI
SECARA EKONOMI
DAN/ATAU SEKSUAL
1028
356
211
323 305
1099
336
207
359
281
1003
304
203
352
204
623
389
439
240
112
126
1138
859
345
147
184
502
834
87 85
2017 2018 2019 2020 2021 2022
18. Jenis Kekerasan Pada Anak
www.kpai.go.id
1. KEKERASAN FISIK
Dalam UU No 23/2004
tentang KDRT
Serangkaian perbuatan
kontak fisik yang
mengakibatkan rasa
sakit, jatuh sakit atau
luka
2. KEKERASAN SEKSUAL
Setiap perbuatan merendahkan, menghina,
menyerang, dan/atau perbuatan lainnya
terhadap tubuh, hasrat seksual seseorang,
dan/atau fungsi reproduksi, secara paksa,
bertentangan dengan kehendak seseorang,
yang menyebabkan seseorang itu tidak
mampu memberikan persetujuan dalam
keadaan bebas, karena ketimpangan relasi
kuasa dan/atau relasi gender, yang berakibat
atau dapat berakibat penderitaan atau
kesengsaraan secara fisik, psikis, seksual,
kerugian secara ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau politik
3. KEKERASAN
PSIKIS
Perbuatan yang dapat
mengakibatkan
ketakutan, hilangnya
rasa percaya diri,
hilangnya
kemampuan untuk
bertindak, rasa tidak
berdaya dan /atau
penderitaan psikis
berat pada seseorang
4. PENELANTARAN
perbuatan orang dewasa atau
orang tua atau wali yang secara
hukum bertanggungjawab akan
kesejahteraan si anak selama
pengasuhannya) yang tidak
memberi atau menyediakan
kebutuhan dasar anak
meskipun sebenarnya sumber
untuk memenuhi kebutuhan
tersebut tersedia
Bentuk kehilangan Asah Asih
Asuh
5. BULLYING
Tekanan serta
intimidasi secara
terus menerus
yang dilakukan
untuk menyakiti
seseorang secara
fisik maupun
emosional
19. Kekerasan Seksual Perempuan Dan Anak
• Definisi :
Setiap perbuatan merendahkan, menghina,
menyerang, dan/atau perbuatan lainnya
terhadap tubuh, hasrat seksual seseorang,
dan/atau fungsi reproduksi, secara paksa,
bertentangan dengan kehendak seseorang, yang
menyebabkan seseorang itu tidak mampu
memberikan persetujuan dalam keadaan bebas,
karena ketimpangan relasi kuasa dan/atau relasi
gender, yang berakibat atau dapat berakibat
penderitaan atau kesengsaraan secara fisik,
psikis, seksual, kerugian secara ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau politik
• Jenis kekerasan :
(1) Tindak Pidana Kekerasan
Seksual terdiri atas:
a.pelecehan seksual nonfisik;
b.pelecehan seksual fisik;
c.pemaksaan kontrasepsi;
d.pemaksaan sterilisasi;
e.pemaksaan perkawinan;
f. penyiksaan seksual;
g.eksploitasi seksual;
h.perbudakan seksual; dan
i. kekerasan seksual berbasis
elektronik.
20. Jenis TPKS
(2) Selain Tindak Pidana Kekerasan Seksual sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Tindak Pidana Kekerasan Seksual juga meliputi:
a.perkosaan;
b.perbuatan cabul;
c.persetubuhan terhadap Anak, perbuatan cabul terhadap Anak, dan/
atau eksploitasi seksual terhadap Anak;
d.perbuatan melanggar kesusilaan yang bertentangan dengan
kehendak Korban;
e.pornografi yang melibatkan Anak atau pornografi yang secara
eksplisit memuat kekerasan dan eksploitasi seksual;
f. pemaksaan pelacuran;
g.tindak pidana perdagangan orang yang ditujukan untuk eksploitasi
seksual;
h.kekerasan seksual dalam lingkup rumah tangga;
i. tindak pidana pencucian uang yang tindak pidana asalnya merupakan
Tindak Pidana Kekerasan Seksual; dan
j. tindak pidana lain yang dinyatakan secara tegas sebagai Tindak
Pidana Kekerasan Seksual sebagaimana diatur dalam ketentuan
21. Kekerasan Seksual Berbasis Elektronik (Ps.14) Dan
Pengecualian Bagi Anak & Disabilitas
(1) Setiap Orang yang tanpa hak:
a. melakukan perekaman dan/ataumengambil gambar atautangkapanlayaryang
bermuatan seksualdi luar kehendak atau tanpa persetqjuan orang yang menjadi
objek perekaman atau gambar atau tangkapan layar;
b. mentransmisikan informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang
bermuatan seksual diluar kehendak penerima yang ditujukan terhadap
keinginan seksual;dan/atau
c. melakukan penguntitan dan/ atau pelacakan menggunakan sistem elektronik
terhadap orang yang menjadi obyek dalam informasi/dokumen elektronik untuk
tujuan seksual, dipidana karena melakukan kekerasan seksual berbasis
elektronik, dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau denda
paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).(
2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
maksud: a. untuk melakukan pemerasan atau pengancaman, memaksa; atau b.
menyesatkan dan/atau memperdaya, seseorang supaya melakukan, membiarkan
dilakukan, atau tidak melakukan sesuatu, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp30O.0OO.00O,0O (tiga ratus
juta rupiah).
22. Lanjutan ...
• (3) Kekerasan seksual berbasis elektronik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan delik aduan, kecuali
Korban adalahAnak atau Penyandang Disabilitas.
• (4) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dan huruf b dilakukandemi kepentinganumum atau
untukpembelaan atas dirinyasendiridari Tindak Pidana
Kekerasan Seksual, tidak dapatdipidana.
• (5)Dalamhal Korbankekerasanseksualberbasiselektronik
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b
merupakan Anak atau Penyandang Disabilitas, adanya
kehendak atau persetujuan Korban tidak menghapuskan
tuntutan pidana.
23. www.kpai.go.id
Bentuk-Bentuk Eksploitasi Seksual Anak Online
Materi yang menampilkan kekerasan
seksual/eksploitasi seksual terhadap anak
Pengertian Bujuk Rayu (Grooming)
untuk tujuan seksual online
Sexting (chat/obrolan untuk
pemuasan seksual kepada anak
Sextorting (pemerasan seksual)
Siaran langsung kekerasan
seksual pada anak
24. Dampak KEKERASAN SEKSUAL dan
Eksploitasi Ekonomi Dan Atau
Seksual Terhadap Anak
Terganggu
Fisik Dan
Psikis/
Tumbuh
Kembang
Putus Sekolah
Kehamilan
Tidak
Diinginkan
Perkawinan
Anak
Disorientasi
Minder
Mengajak/Me
rekrut Teman
Sebaya Tanpa
Kompetensi
Money
Oriented
Stigma Buruk
Di Masyarakat
Menjadi
Korban
Kembali;
Bullying Dan
Kekerasan
Ketergantunga
n Pada
Kesenangan
Penyakit
Kelamin
Ringan - Berat
Rentan risiko
Terpapar
HIV/AIDS
Dikucilkan Di
Masyarakat
Mata Rantai
Kemiskinan
Tidak Ada
Keahlian
Berpotensi
menjadi
Pelaku Tindak
Pidana
Rentan
Dengan
Kriminalitas
Addicted
Hilang
Kepercayaan
Pada Orang-
orang
Terdekat
Mengalami
Kekerasan
Hingga Cacat
Masa Bodoh
Pada
Keselamatan
Fatal/Kematia
n
o Trauma, sesuai kondisi korban
o Merasa Kotor
o Tidak percaya diri
o Sulit percaya kepada orang lain
o Bisa jadi lebih liar
o Addicted
o Masa depan terancam
o Dianggap lumrah atau kalau
tidak melakukan dianggap aneh
25. Penyebab anak menjadi korban
kekerasan Fisik dan/psikis
pengaruh negatif teknologi dan informasi
permitivitas lingkungan sosial-budaya
lemahnya kualitas pengasuhan
kemiskinan keluarga
tingginya angka pengangguran
kondisi perumahan atau tempat tinggal yang tidak ramah anak
26. HASIL SURVEY KPAI TAHUN 2020
APAKAH ORANG TUA MENGIKUTI PELATIHAN ATAU MEMPEROLEH INFORMASI
TENTANG PENGASUHAN ANAK ?
Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti pelatihan
atau memperoleh informasi tentang
pengasuhan anak?
Jika Ya, dimana Bapak/Ibu mendapatkan informasi atau
pelatihan pengasuhan anak tersebut?
Ya, 33.8
Tidak,
66.2
PKK/arisan
Media Cetak
Posyandu
Sekolah
Acara agama
Media Online
Media Televisi
Media Sosial
10.8%
17.5%
22.0%
33.3%
34.4%
35.1%
37.9%
56.2%
Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian kecil orang tua pernah mengikuti pelatihan atau memperoleh
informasi tentang pengasuhan anak, hanya 33,8%.
Orang tua mendapatkan informasi atau pelatihan pengasuhan anak dari media sosial 56,2%, media televisi
37,9%,media online 35,1%,acara agama 34,4%,sekolah 33,3% dll.
27. Perguruan Tinggi
• UU 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi,
Pasal 4 ayat (2), pendidikan tinggi berfungsi;
mengembangkan Sivitas Akademika yang
inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya
saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan
Tridharma; dan
• UU 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi,
Pasal 51 (1) Pendidikan Tinggi yang bermutu
merupakan Pendidikan Tinggi yang
menghasilkan lulusan yang mampu secara
aktif mengembangkan potensinya dan
menghasilkan Ilmu Pengetahuan dan/atau
Teknologi yang berguna bagi Masyarakat,
bangsa, dan negara.
Pengembangan Perkuliahan
yang responsif terhadap
kasus2 anak terkini;
kebutuhan mendesak
“Berguna bagi masyarakat”
diantaranya; perguruan tinggi
berperan dalam
pengembangan budaya
ramah anak di sekolah,
pesantren, lingkungan sosial,
dll.
28. PETA MASALAH ANAK DAN TANTANGAN
KAMPUS
Perguruan tinggi memiliki Integrasi perspektif
perlindungan anak dalam tridharma perguruan
tinggi merupakan momentum mainstreaming,
mencetak alumni, sebagai pelopor perlindungan
anak;
peran strategis untuk
peningkatan kualitas
perlindungan anak
Perkembangan era digital,
menimbulkan tantangan baru
bagi perlindungan anak
Kasus dan pola kejahatan
terhadap anak, semakin dinamis;
semakin eskalatif
29. Peran Apa yang Perlu dilakukan oleh
Perguruan Tinggi?
Mengintegrasikan
perlindungan anak
dalam perkuliahan;
Mengintegrasikan
dalam program
penelitian;
Mengintegrasikan
dalam program
pengadian
masyarakat;
30. Harapan Integrasi
Perlindungan Anak dalam Perkuliahan
Peningkatan
perspektif
perlindungan anak di
kalangan mahasiswa.
Pembentukan sikap
dan peningkatan skill
mahasiswa yang
ramah anak;
Penyiapan
kepeloporan alumni
yang ramah anak.
31. Peta Mata Kuliah
(1) Mata kuliah nasional;
(2) Mata kuliah perguruan tinggi/universitas;
(3) Mata kuliah fakultas;
(4) Mata kuliah program studi.
32. Program Penelitian
Terkait Perlindungan Anak
Integrasi perspektif perlindungan anak dalam metodologi riset
dan isu yang menjadi obyek riset;
Isu
• Riset terkait problematika kasus pelanggaran hak anak terkini;
• Riset terkait kualitas layanan perlindungan anak;
• Riset terkait penanganan anak berhadapan dengan hukum;
• Riset terkait rehabilitasi anak korban dan pelaku;
• Riset evaluasi implementasi model-model kebijakan dan program yang ramah anak;
• dan lain-lain.
33. Integrasi Perlindungan Anak
Dalam Pengabdian Masyarakat
Pemilihan
wilayah/lokasi/daer
ah pengabdian;
contoh; area kasus
kekerasan tinggi
Pemilihan fokus
program
pengabdian terkait
anak;
Pengembangan
model2 inovasi
program ramah
anak;
Dan lain-lain;
Tujun:
Meningkatkan Kualitas
Perlindungan Anak di
masyarakat
34. REGULASI
Pencegahan Dan Penanganan Kekerasan Seksual DI PERGURUAN TINGGI:
Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021 Tentang Pencegahan Dan
Penanganan Kekerasan Seksual Di Lingkungan Perguruan Tinggi
• Setiap manusia berhak mendapat perlindungan dari tindakan KS
• Peningkatan peristiwa KS di komunitas termasuk PT menurunkan
kualitas tri dharma (pendidikan, penelitian dan pengabdian)
perguruan tinggi
• Pengaturan ini Pencegahan dan penanganan KS di PT menjamin
kepastian hukum
Pencegahan
Pencegahan melalui : pembelajaran, penguatan tata kelola,
penguatan budaya komunitas mahasiswa, pendidik dan tenaga
kependidikan
• Pembentukan satuan tugas
• Mekanisme pelaporan
• Berperan aktif dalam pencegahan KS
Penanganan:
• Pendampingan (konseling, layanan kesehatan, bantuan hukum, advokasi,
bimbingan soisal/rohani)
• Pelindungan (keberlanjutan hak pendidikan/pekerjaan, identitas, dll)
• Pengenaan Sanksi administratif (apabila terbukti melakukan KS)
• Pemulihan (tindakan medis, terapi fisik, terapi psikologis, bimbingan sosial
dan rohani)
Satuan Tugas
Tim Seleksi yang membentuk dan merumuskan SOP
Keanggotaan yang menjalankan mandat perlindungan dari TPKS (menerima
laporan, pemeriksaan, penyususnan kesimpulan dan rekomendasi, pemulihan,
tindakan pencegahan keberulangan)
Pemantauan dan evaluasi
Dimanakah Rujukkan dan Koordinasi?
Pasal 22-24 : mengatur pelibatan lembaga lain yang memiliki peran pelindungan
dan pemulihan
Tentang pembentukan satuan tugas pencegahan dan penanganan Kekerasan
seksual
35. Kolaborasi Perlindungan Anak Menekan Kekerasan
Rekomendasi :
1
Pemerintah pusat dan
pemerintah daerah
termasuk DPR dan
DPRD menjadikan
perlindungan anak
sebagai mainstream
pembangunan,
melalui perbaikan
(kualitas regulasi,
kelembagaan,
program dan
pendanaan untuk
peningkatan
pengawasan, layanan,
dan kualitas anak-
anak indonesia.)
2
Memastikan anak
berada dalam
pengasuhan positif di
keluarga serta
pemerintah
memampukan
keluarga dalam
menjalankan fungsi
pengasuhan dalam
pemenuhan hak dan
menghindarkan anak
dari kekerasan dan
diskriminasi
3
Mengoptimalkan
perlindungan anak
berbasis siber dan
kejahatan
transnasional baik
melalui pencegahan
maupun penanganan,
dan mengoptimalkan
edukasi literasi digital
dengan melibatkan
sekolah, keluarga,
masyarakat, media,
dan pihak terkait.
4
Meningkatkan
kualitas layanan
rehabilitasi sosial
anak melalui UPTD
PPA, Balai
Rehabsos, Rumah
Aman maupun
shelter yang
diinisiasi
masyarakat
5
Aparat penegak
hukum, kepolisian,
kejaksaan dan
hakim pengadilan
perlu
meningkatkan
kualitas hukum
yang perspektif
perlindungan anak,
baik dalam proses
hukum maupun
pemenuhan hak
restitusi anak
korban pidana
6
Meningkatkan
kualitas forum
anak sebagai
pelopor dan
pelapor (2P)
perlindungan anak
serta partisipasi
anak yang
bermakna dalam
musyawarah
perencanaan
pembangunan
(musrenbang) di
berbagai tingkatan.