Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya peran fasilitator dalam pendampingan masyarakat untuk membangun kemandirian masyarakat.
2. Fasilitator harus mampu menggali potensi dan kebutuhan masyarakat serta membantu masyarakat dalam memecahkan masalahnya.
3. Pemerintah sebagai fasilitator berperan mendorong kemampuan masyarakat untuk
1. Disajikan pada Pelatihan Pembekalan PELD oleh Direktorat Perkotaan
dan Perdesaan, BAPPENAS di Yogyakarta, tanggal 29 Mei-1 Juni 2013
DR. IR. SUGENG BUDIHARSONO
2. Fasilitasi seringkali digunakan secara bersamaan dengan
pendampingan yang merujuk pada bentuk dukungan tenaga
dan instrumen dalam berbagai program pembangunan.
Fasilitasi menjadi inti dari kegiatan pendampingan yang
dilakukan oleh tenaga khusus untuk membantu masyarakat
dalam berbagai sektor pembangunan. Kegiatan pendampingan
dilakukan dalam upaya mendorong partisipasi dan
kemandirian masyarakat.
Dalam pendampingan dibutuhkan tenaga yang memiliki
kemampuan untuk mentransfer pengetahuan. Sikap dan
perilaku tertentu kepada masyarakat.
Fasilitasi adalah suatu proses yang secara sadar dilakukan
untuk membantu satu kelompok agar sukses mencapai tujuan
dan fungsinya sesuai dengan apa yang dicita-citakan atau
diperjuangkan.
4. Partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan dipahami sebagai upaya
membangun ikatan atau hubungan yang menekankan pada tiga aspek:
Pertama, partisipasi diarahkan pada fungsi. Kemandirian, termasuk
sumber-sumber, tenaga serta manajemen lokal.
Kedua, penekanan pada penyatuan masyarakat sebagai suatu kesatuan;
terlihat dari adanya pembentukan organisasi lokal termasuk di
dalamnya lembaga adat yang bertanggungjawab atas masalah sosial
kemasyarakatan.
Ketiga, keyakinan umum mengenai situasi dan arah perubahan sosial
serta masalah-masalah yang ditimbulkannya. Aspek khusus dalam
perubahan sosial yang menjadi pemikiran pokok berbagai program
pembangunan masyarakat, yaitu adanya ketimpangan baik di dalam
maupun di antara komunitas tersebut.
Pendampingan sosial tidak saja berkaitan dengan terpenuhinya
kebutuhan dasar atau penguatan kelembagaan saja tetapi juga
berkaitan dengan pengembangan kapasitas masyarakat untuk
melepaskan diri dari kesenjangan antar kelompok masyarakat dan
kemiskinan.
5. Pendampingan tidak hanya dipandang sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan dasar hidup yang bersifat material
seperti penyediaan lapangan kerja, pemenuhan pangan,
pendapatan, infrastruktur dan fasilitas sosial lainnya.
Pendampingan harus dipandang sebagai upaya meningkatkan
kapasitas intelektual, keterampilan dan “sikap” atau nilai yang
dijunjung tinggi.
Pendampingan dilakukan melalui pendekatan “manusiawi” dan
beradab untuk mencapai tujuan pembangunan. Artinya, dapat
saja sekelompok orang telah terbangun dalam arti berada pada
standar hidup layak, tetapi dengan cara-cara yang “tak pantas”
dilihat dari perspektif peningkatan kapasitas masyarakat. Jadi
jelas bahwa pemberdayaan merupakan cara-cara yang beradab
dalam membangun masyarakat.
6. Dalam konteks pendampingan sosial, aspirasi dan partisipasi masyarakat dapat diperkuat
melalui interaksi dan komunikasi saling menguntungkan dalam bentuk jejaring
(networking). Peningkatan kapasitas suatu kelompok sulit berhasil jika tidak melibatkan
komunitas lain yang memiliki kepentingan dan hubungan yang sama. Pengembangan
jejaring perlu dilandasi pada pemahaman terhadap sistem relasi antar pelaku berbasis
komunitas dan lokalitas dengan asumsi bahwa pelaku memiliki pemahaman yang sama
tentang pengembangan jejaring. Dengan kata lain, perlu dibangun pemahaman bersama
antarpelaku seperti LSM, Perguruaan Tinggi, Ormas, Bank, Lembaga Sosial, Pemerintah
dan Lembaga Internasional untuk membangun jejaring sosial.
Proses penguatan jejaring membutuhkan implementasi prinsip-prinsip kesetaraan,
bersifat informal, partisipatif, komitmen yang kuat, sinergisitas dan upaya membangun
kekuatan untuk membantu masyarakat memecahkan permasalahan dan menemukan
solusi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan.
Kegiatan usaha produktif berbasis komunitas dan lokalitas diharapkan dapat melibatkan
pelaku atau lembaga lain, seperti organisasi pemerintah. Keberhasilan jejaring sebagai
media untuk perumusan kebijakan menjadi sangat penting tetapi ini semua tergantung
kepada komitmen semua pelaku dalam jejaring tersebut.
Peranan pemerintah lokal lebih bersifat sebagai fasilitator bukan hanya sebagai
donatur. Pemerintah lokal perlu mengalokasikan dana untuk masyarakat lapisan bawah
atau pengusaha kecil di kawasan ini. Dalam hal ini penguatan kelembagaan merupakan
hal penting dalam pemberdayaan masyarakat.
7. Peran dan fungsi pemerintah dalam konsep pendampingan
sosial berubah tidak sekedar sebagai institusi pelayanan
masyarakat tetapi dalam masyarakat yang demokratis memiliki
peran pokok sebagai fasilitator.
Pemerintah tidak hanya bertugas memberikan pelayanan
umum saja tetapi lebih ditekankan pada upaya mendorong
kemampuan masyarakat untuk memutuskan dan bertindak
didasarkan pada pertimbangan lingkungan, kebutuhan dan
tantangan ke depan.
Fasilitator tidak sekedar dituntut untuk menguasai teknik
tertentu untuk memfasilitasi tetapi juga harus mampu
membangun kemampuan pelaku lainnya mengenai program
secara keseluruhan.
8. Menggali potensi dan kebutuhan
Memecahkan Masalah
Memposisikan Peran dan Tindakan
Mengajak masyarakat untuk berfikir
Memberikan kepercayaan
Kemandirian dan Pengambilan Keputusan
Membangun Jaringan Kerja
*) Wahyudin Sumpeno. Fasilitator Genius.
9. Menggali potensi dan kebutuhan. Fasilitator akan banyak
melibatkan berbagai elemen masyarakat dalam menyusun rencana,
menetapkan instrumen dan langkah-langkah pengumpulan data.
Kegiatan ini dilakukan agar masyarakat secara mandiri mengenal
potensi dan kebutuhan nyata yang dihadapinya. Menggali potensi
baik sumber daya manusia dan sumber daya alam dapat dilakukan
melalui observasi langsung atau berdialog dengan masyarakat
setempat serta pemanfaatan data sekunder seperti demografi desa,
statistik, status kesehatan dan rencana tata ruang.
Memecahkan Masalah. Masyarakat diposisikan sebagai subjek
sekaligus objek dari proses penyelesaian masalah. Fasilitator
berperan memberikan kesempatan yang luas agar masyarakat secara
mandiri menentukan keputusan. Hindari dominasi fasilitator dalam
mengambil solusi, melainkan sebagai penyeimbang dan pengarah
saja, agar solusi yang diambil efektif.
10. Memposisikan Peran dan Tindakan. Masyarakat
membutuhkan instruksi, arahan, aturan dan bimbingan secara
langsung. Namun demikian, fasilitator tetap memberikan peran
yang cukup kepada masyarakat untuk menentukan keputusan
penting dan pola tindak yang diperlukan. Pada saat masyarakat
mulai menunjukan peningkatan kapasitas dan mampu
mengelolanya, maka fasilitator akan mengambil posisi sebagai
mitra atau pendamping untuk mempermudah kerja
masyarakat.
Mengajak Masyarakat untuk Berfikir. Fasilitasi dilakukan
untuk membantu individu, kelompok atau organisasi agar
menggunakan daya nalar dalam mencapai tujuan. Mengajak
masyarakat berfikir tentang potensi, kebutuhan dan masalah
yang dihadapinya merupakan agenda penting dalam kegiatan
fasilitasi.
11. Memberikan Kepercayaan. Kepercayaan merupakan salah satu kunci keberhasilan
fasilitasi dan menjadi indikator penting dalam proses pemberdayaan. Tranparansi pelaku
pembangunan dan distribusi kewenangan antar pemerintah, legislatif, dan grassroot harus
jelas dan terbuka. Fasilitator hendaknya memberikan kepercayaan kepada masyarakat
untuk mengambil peran dan melaksanakan program sesuai dengan kemampuannya.
Kemandirian dan Pengambilan Keputusan. Salah satu indikator keberhasilan dari
kegiatan fasilitasi yaitu menumbuhkan kemandirian masyarakat. Masyarakat diberikan
ruang cukup untuk menentukan pilihan atas sejumlah alternatif dan menetapkan visi
dirinya ke depan. Keputusan sepenuhnya di tangan masyarakat sendiri sebagai perencana,
pelaksana, pengawas dan evaluator. Kemampuan masyarakat dalam mengambil keputusan
harus terus dikembangkan. Fasilitasi harus mampu mengurangi bentuk intervensi yang
tidak perlu yang dapat menghambat kemandirian masyarakat, sehingga masyarakat benar-
benar tahu dan ikut menentukan jenis kebijakan yang dianggap tepat tentang dirinya
sendiri.
Membangun Jaringan Kerja. Fasilitasi yang dilakukan oleh pendamping baik dikalangan
pemerintah, LSM atau institusi lain harus menyentuh aspek penguatan jaringan dari tingkat
institusi internasional, nasional hingga masyarakat. Penguatan jaringan sangat penting
dalam membangun kebersamaan, keberlanjutan dan kesiapan masyarakat mengantisipasi
perubahan. Tugas pengembangan jaringan bukan saja menjadi tanggung jawab fasilitator
melainkan masyarakat sendiri. Jaringan yang dibangun oleh masyarakat sendiri akan lebih
optimal dan memiliki nilai strategis dalam proses pemberdayaan.
12. Menghayati kebutuhan masyarakat
Menyadari kekuatan diri
Bekerja dengan penuh tanggung jawab
Menikmati tugas
Kebanggaan atas kinerja
Menyesuaikan diri
Menetapkan prioritas
Berkolaborasi
Positive believing
Belajar
*) Wahyudin Sumpeno. Fasilitator Genius
13. Penghayatan terhadap kebutuhan dan masalah yang dihadapi masyarakat
merupakan kunci kesuksesan dalam proses pendampingan. Ketajaman
menganalisis dan menetapkan aspek penting yang menjadi kebutuhan
masyarakat sangat menentukan corak bantuan, bimbingan dan pola
pengembangan program yang akan dilakukan.
Beberapa LSM, konsultan dan lembaga internasional telah mengembangkan
beberapa model pelatihan bagi calon pendamping untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan personal dalam menghadapi situasi kritis
melalui studi lapang, life in, outbound training, achivement motivation, dan
lateral thinking. Bekal pengetahuan ini diberikan untuk meningkatkan
kepekaan terhadap situasi yang dihadapi dan menentukan jenis keputusan
yang dibutuhkan secara cepat dan tepat.
Model ini, diadaptasikan dalam berbagai perlatihan berbasis masyarakat
melalui identifikasi, analisis kebutuhan, dan formulasi tindakan. Fasilitator
harus benar-benar menghayati apa yang menjadi harapan masyarakat dan
empati terhadap apa yang menjadi kebutuhannya.
14. Sebelum terjun secara langsung dalam proses pendampingan,
langkah yang perlu dilakukan yaitu, mengenali jatidiri, karakter dan
kemampuan diri. Hal-hal positif apa yang dimiliki yang dapat
memberikan kontribusi terhadap tugas-tugas sebagai seorang
fasilitator, seperti pengetahuan tentang masyarakat, metode dan
pendekatan, motivasi, komunikasi, perencanaan dan pengembangan
program. Kapasitas yang ditampilkan dalam bekerja menjadi modal
dasar dalam berinteraksi dengan orang lain.
Kelemahan yang dirasakan dijadikan rambu-rambu yang harus
dihindari, bahkan sebagai cambuk untuk meningkatkan apa saja yang
perlu di tingkatkan. Mulailah bertindak dari apa yang dimiliki. Jangan
bertindak atas dasar intuisi dan sesuatu yang sulit diprediksi.
Bekerja dengan masyarakat, sangat tergantung dari apa yang Anda
tetapkan dalam rencana awal, masyarakat cenderung lebih mudah
memahami informasi secara sederhana dan menyentuh kebutuhan
langsung dirinya.
15. Setiap tugas yang dibebankan harus dilaksanakan dengan penuh
tanggungjawab. Mendampingi masyarakat harus didasarkan
pada kapasitas personal yang memadai baik pengetahuan dan
keterampilan serta dedikasi yang cukup agar setiap menghadapi
berbagai kendala dalam mendampingi masyarakat situasi batin
tetap menyenangkan.
Tanggung jawab yang diterima merupakan kepercayaan yang
diberikan masyarakat untuk membangun kredibilitas. Seorang
fasilitator yang bertanggung jawab akan mampu mengambil
keputusan dan menetapkan tujuan secara tepat. Bekerja sesuai
dengan kerangka visi dan misi yang jelas dengan
memperhatikan etika sebagai pendamping masyarakat.
Menerima tanggung jawab berarti berani menanggung resiko.
Ciri individu yang bertanggung jawab mau menerima dan
belajar dari kesalahan yang pernah dilakukannya.
16. Melakukan tugas atau pekerjaan sebagai fasilitator harus dilakukan dengan
sepenuh hati. Dalam mendampingi masyarakat ada dua hal yang perlu
dihayati ketika bekerja bersama masyarakat, yaitu: profesionalisme dan
sukarela.
Kedua hal itu berjalan seiring dan saling menguatkan. Ketika diminta untuk
menjadi pembicara utama dalam beberapa sesi pelatihan, maka pada saat
seperti itu bertindak secara profesional dengan menunjukan kepiawaian
dalam bekerja sesuai dengan latar belakang atau keahlian khusus. Namun
dalam beberapa hal sikap sukarela tanpa pamrih, akan lebih menonjol,
manakala dituntut untuk membantu masyarakat dalam kondisi krisis
layaknya seorang pekerja sosial. Dengan kata lain, dalam diri fasilitator
melekat dua karakter atau kepribadian sebagai seorang ahli—profesional
sekaligus relawan.
Kenikmatan dalam menjalankan tugas akan terasa pada saat dirinya mampu
memberikan sesuatu yang terbaik kepada orang lain, di dalam dirinya lebih
menonjol nilai kemanusiaan dengan memadukan aspek ilmu sebagai dasar
pijakan. Buatlah situasi menyenangkan dalam bekerja, berkomunikasi
dengan masyarakat, fasilitator lain dan siapapun yang terlibat dalam
pekerjaan yang dihadapi.
17. Pekerjaan mendampingi masyarakat merupakan tugas mulia.
Kebanggaan atas kinerja tidak menggambarkan "keakuan"
tetapi lebih menggambarkan kesenangan dengan penuh
kerendahan hati. Setiap fasilitator harus memiliki potret diri
terhadap pekerjaannya. Setiap langkah yang dilakukan oleh
Anda harus didasarkan pada standar kinerja yang hendak
dicapai. Kinerja berarti standar capaian atau upaya
peningkatan kualitas dalam bekerja bersama masyarakat.
Lakukan tugas pendampingan dengan baik dan benar.
Kinerja dalam fasilitasi dapat dikenali dari tingkat
kemandirian masyarakat yang dapat dicapai dalam
memecahkan masalah. Disamping itu, bagaimana visi Anda
dapat menyatu dengan harapan dan tujuan masyarakat yang
didampingi akan memberikan makna tersendiri terhadap
prestasi yang dicapai.
18. Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan merupakan
prasyarat yang harus dimiliki fasilitator. Apapun ide kreatif atau
gagasan brilian yang digulirkan tetapi tidak disertai dengan
kemampuan untuk mengkomunikasikan ide atau gagasan itu
kepada masyarakat, sama saja dengan menebar garam di lautan-
-akan sia-sia, bahkan dalam titik tertentu akan menjadi
pendulum yang akan menghancurkan karir sebagai seorang
aktivis sosial.
Kemampuan menyesuaikan diri merupakan modal utama
sekaligus kunci sukses seorang fasilitator. Kemampuan adaptasi
atau menyesuaikan diri dalam segala situasi secara nyata akan
berpengaruh terhadap penerimaan masyarakat terhadap
fasilitator. Jadilah diri fasilitator sebagai bagian dari masyarakat
secara keseluruhan. Posisikan diri, sikap, perilaku dan tindakan
sesuai dengan nilai, norma dan kebiasaan yang berlaku dalam
19. Kemampuan fasilitator menyusun urutan kerja atau prioritas program
sangat membantu dalam menentukan pilihan strategi atau intervensi
yang dibutuhkan sesuai dengan sumber daya yang tersedia.
Menetapkan prioritas berarti, mendahulukan apa yang seharusnya
dan menangguhkan sesuatu yang belum dapat direalisasikan.
Susunlah skala prioritas kegiatan pendampingan sesuai dengan
tingkat dan bobot masalah yang dihadapi oleh warga desa dan
fasilitator sendiri. Tetapkan aspek mana saja yang penting dan harus
dilakukan segera.
Kemampuan dalam menyusun dan menetapkan skala prioritas akan
menghemat waktu, biaya dan tenaga. Penerapan skala prioritas harus
memperhatikan dua hal. Pertama, apakah rencana kegiatan yang
ditetapkan sesuai dengan tujuan dan bernilai bagi masyarakat, Kedua,
berapa lama waktu dan biaya yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
20. Fasilitasi juga berarti upaya menjalin hubungan antarindividu,
antarainstitusi dan antarkelompok yang berbeda. Fasilitator selalu berupaya
untuk membangun relasi agar mempermudah kerja masyarakat dalam
mengakses berbagai sumber informasi dan teknologi yang bermanfaat
untuk kehidupan mereka.
Jalinlah hubungan, kedekatan dan kerjasama saling menguntungkan dengan
organisasi lokal, pemerintah daerah, tokoh dan pemuka masyarakat,
perusahaan dan pihak lain.
Hubungan yang terbangun diarahkan untuk mengembangkan jejaring sosial
yang secara langsung berdampak pada perubahan masyarakat yang
didampingi.
Tanpa kerangka kemitraan yang benar, upaya yang Anda lakukan tidak akan
mencapai sasaran secara optimal. Demikian pula, besarnya dukungan
masyarakat atau pemerintah, dan program sebaik apapun tidak akan berarti
sulit berjalan sesuai yang diharapkan. Gunakan peta hubungan (networking)
dalam setiap kegiatan.
21. Berfikirlah secara positif (positive thinking) dalam
menjalankan pekerjaan, karena yang dihadapi dalam
masyarakat bukan rumus matematis yang pasti, tetapi
manusia dengan beragam karakter.
Berfikir positif sangat membantu kemampuan dalam
bekerja terutama menyangkut pola pembelajaran dan
sistematika dalam mengembangkan suatu kegiatan.
Berkeyakinan positif (positive believing) merupakan
keyakinan bahwa positive thinking dapat bekerja.
Artinya segala sesuatu akan terwujud apabila
dilakukan dengan keyakinan dan persiapan yang
matang.
22. Seorang fasilitator adalah manusia pembelajar yang dari waktu ke waktu
akan terus meningkatkan kapasitas pengetahuan dan tanggung jawab
profesionalnya. Artinya menjadi seorang fasilitator dituntut untuk belajar
dan terus berubah. Belajar merupakan kunci kesuksesan sebagai seorang
fasilitator.
Bagi seorang fasilitator, belajar sudah menjadi bagian dari tugas hidup dan
profesinya. Tuntutan penguasaan terhadap berbagai model dan pendekatan
dalam pemberdayaan serta kemampuan kreatif untuk menemukan cara
efektif untuk mencapai tujuan menjadi perhatian utama dari seorang
fasilitator. Informasi yang terus berkembang dari waktu ke waktu
mendorong fasilitator terus mengembangkan akses dan meningkatkan
wawasan serta kompetensi yang diperlukan dalam kegiatan fasilitasi.
Pelatihan, kursus, seminar, lokakarya yang dijalani sangat membantu
peningkatan profesionalisme terhadap bidang tugas yang ditekuni.
Ketajaman dalam melihat perubahan dan perilaku yang terjadi dalam
masyarakat merupakan proses belajar langsung yang berimplikasi terhadap
cara dan strategi yang digunakan untuk memberdayakan masyarakat ‹
23.
24. TAHAP 1
TAHAP 2
Analisis
Stakeholder
Penguatan
Kelembagaan
Analisis Pengembangan
Komoditi Unggulan
Analisis Pengembangan
Kawasan
Analisis Resiko
Pengumpulan
data dan
informasi
partisipatif
RTRW
Kab/Kota
RPJMD/
RENSTRA
Rencana Induk
Rencana Bisnis
Rencana Aksi
RKP/RKPD
Organisasi
Masyarakat
MadaniDONOR
Pelaksanaan
Pengembangan PEL
Dunia
Usaha
APBN/APBD
Monitoring dan Evaluasi
TAHAP 3
TAHAP 4
TAHAP 5
25. Review stakeholder yang sudah tercantum dalam
SK Bupati.
Menambahkan stakeholder yang diperlukan
khususnya dari dunia usaha
Membangun jejaring dengan anggota forum
Memfasilitasi pertemuan/rapat-rapat forum
stakeholder
?
26. Memfasilitasi untuk mereview master plan, khususnya
Program Financial Matrix yang ada dalam Master Plan
masing-masing daerah, apakah seluruh program/kegiatan
sudah tercantum dalam Master Plan? Apakah sudah
disusun prioritasnya? Apakah dalam Program Financial
Matrix sudah mencantumkan sumber-sumber dana
seperti: K/L. Pemerintah Provinsi, Dunia Usaha, CSR, dan
donor, termasuk pagu indikatifnya?
Memfasilitasi penyusunan proposal singkat yang akan
diajukan ke K/L atau donor
Memfasilitasi pembuatan IKU, mekanisme dan prosedur
monitoring dan evaluasi.
Membuat program quick wins
27. Fasilitasi:
Pelatihan
Mengubah mind set masyarakat
Pengembangan dan peningkatan produktifitas produk dari
hulu ke hilir (produksi, pasca panen, industri pengolahan,
pemasaran) dan sektor pendukungnya.
Pengembangan/inovasi teknologi produksi
Pengintegrasian produk komoditi unggulan dengan sektor
lainnya (misalnya dengan sektor wisata)
Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur.
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia
Penguatan kapasitas kelembagaan: KUB, Koperasi, Forum
Stakeholder dan kerjasama antar daerah
Penguatan branding, baik product branding maupun region
branding.
Pendampingan baik di tingkat pemerintah daerah maupun
di aras masyarakat.
28. Apa yang sudah dilakukan oleh TAR dalam
kaitannya dengan tahapan PELD?
Apakah rencana aksi TAR sudah sesuai dengan
tahapan PELD?
Diskusikan dan susun kembali rencana aksi
TAR agar sesuai dengan tahapan PELD.
29.
30. 1. Nama : Dr. Ir. Sugeng Budiharsono
2. Tempat Tgl Lahir : Cirebon, 13 Juli 1960
3. Pendidikan : Sarjana Pertanian, IPB, 1983
Doktor Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Perdesaan, IPB, 1995
Short course on Local Economic Development, ITC ILO,
Turin, Italia, 2009
Short course on Local governance and rural development,
Wageningen, Belanda, 2010
4. Pekerjaan : Ketua Tim Ahli Pengembangan Ekonomi Lokal, Dit
Perkotaan dan Perdesaan, BAPPENAS, 2006 – sekarang
Staf Ahli Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia,
2008 - sekarang
Dosen pasca sarjana Universitas Indonesia, 2008 – sekarang
Dosen pasca sarjana Institut Pertanian Bogor, 2001 –
sekarang