SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Download to read offline
1
PRA-PRAKTIKUM
(Pengetahuan Dasar Sebelum Praktikum)
A. Pengukuran
Pengukuran adalah bagian dari keterampilan Proses Sains yang merupakan pengumpulan
informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Dengan melakukan pengukuran, dapat
diperoleh besarnya atau nilai suatu besaran atau bukti kualitatif. Bila seseorang melakukan pengukuran
panjang sebuah balok dengan menggunakan meteran, maka yang diperoleh adalah besarnya panjang
balok itu. Bila dua buah balok didekatkan maka hasil yang diperoleh mungkin balok yang satu lebih
panjang dari balok yang lain, atau mungkin balok yang satu sama panjang dengan balok yang lain.
Kegiatan pertama menghasilkan informasi kuantitatif, sedangkan kegiatan kedua menghasilkan
informasi kualitatif. Demikian pula halnya bila seseorang menimbang dengan menggunakan neraca
dapat pula memperoleh informasi kuantitatif maupun informasi kualitatif.
B. Cara Menuliskan Hasil Pengukuran
Gambar 1 berikut menunjukkan pengukuran panjang suatu benda dengan menggunakan mistar
biasa dengan NST 1 mm atau 0,1 cm.
Hasil pengukuran yang ditunjukkan alat ukur adalah 62,0 mm atau 6,20 cm.
Pada contoh di atas, angka terakhir merupakan angka taksiran. Oleh karena itu tidak masuk akal jika di
belakang angka terakhir masih ditambah angka lagi. Ketiga angka yang dapat ditulis dari hasil
pengukuran tersebut disebut angka penting. dua dari angka tersebut pasti, karena ada bagian skala
yang menunjuk angka itu. Dari hasil pengukuran di atas dapat dilihat bahwa makin kecil NST alat makin
banyak angka penting yang dapat dituliskan dari hasil pengukuran. Bilangan yang menyatakan nilai hasil
pengukuran tidak eksak atau tidak pasti. Jadi hasil pengkuran selalu dihinggapi ketidakpastian.
Penulisan hasil pengukuran mempunyai arti jika ditulis dengan jumlah angka penting yang tepat.
Apabila di antara skala 62 dan 63 terdapat lagi 10 skala-skala kecil, maka NST alat menjadi 0,1 mm.
Maka hasil pengukuran yang diperoleh mungkin 62,4 mm atau 62,5 mm. Berarti angka 4 atau 5 bukan
lagi merupakan angka taksiran melainkan angka pasti, sehingga angka pentingnya bertambah. Kalau
hasil pengukuran menunjukkan 62,4 mm maka dengan NST 0,1 mm, hasil tersebut harus ditulis 62,40
mm. Jadi 62,4 mm tidak sama artinya dengan 62,40 mm.
C. Aturan-aturan Penulisan Hasil Pengukuran.
1. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting.
Contoh : 265,4 m (mengandung 4 angka penting), 25,7 s (mengandung 3 angka penting).
2. Angka nol yang terletak di antara angka bukan nol termasuk angka penting.
Contoh : 25,04 A (mengandung 4 angka penting), 10,3 cm (mengandung 3 angka penting).
3. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka penting, kecuali kalau ada penjelasan
lain, misalnya berupa garis di bawah angka terakhir yang masih dianggap penting.
5 6 7
2
Contoh : 22,30 m mengandung 4 angka penting.
22,300 m mengandung 4 angka penting.
1250 mA mengandung 3 angka penting.
4. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik di sebelah kanan maupun di sebelah
kiri koma desimal tidak termasuk angka penting.
Contoh : 0,47 cm (mengandung 2 angka penting), 0,025 g (mengandung 2 angka penting).
D. Ketidakpastian Pengukuran.
1. Pengukuran Tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali saja. Keterbatasan
skala alat ukur dan keterbatasan kemampuan serta banyak sumber kesalahan lain,
mengakibatkan :
”HASIL PENGUKURAN SELALU DIHINGGAPI KETIDAKPASTIAN”
Nilai x sampai goresan terakhir dapat diketahui dengan pasti, namun bacaan selebihnya adalah
terkaan atau dugaan belaka sehingga patut diragukan. Inilah ketidakpastian yang dimaksud dan
diberi lambing x. Untuk pengukuran tunggal diambil kebijaksanaan :
AlatNSTx
2
1

Dimana x adalah ketidakpastian pengukuran tunggal. Hasil pengukuran dilaporkan dengan
cara yang sudah dibakukan seperti berikut.
X = (x  x) [X]
Dimana :
X = simbol besaran yang diukur
(x  x) = hasil pengukuran beserta ketidakpastiannya
[X] = satuan besaran x (dalam satuan SI)
Contoh 1:
Misalkan arus dalam rangkaian diukur dengan skala miliamperemeter dari jarum penunjuk
tampak pada gambar berikut.
Nilai arus yang terbaca lebih dari 3,6 mA tetapi kurang dari 3,7 mA. Maka yang dilaporkan
adalah :
I = (3,60  0,05) mA
2 3 4 mA
3
Penulisan yang dilaporkan ini menunjukkan bahwa nilai sebenarnya kuat arus itu tidak
diketahui. Kita hanya menduga bahwa arus itu sekitar 3,55 dan 3,65 mA. Berapa tepatnya ?
dengan satu kali pengukuran saja kita tidak tahu. Arus itu mungkin 3,58 mA, mungkin 3,63
mA, bahkan mungkin 3,565 mA. Tidak seorangpun yang tahu nilai sebenarnya.
Dengan cara menulis demikian pengamat hanya ingin menyatakan arus itu dipercaya
tidak kurang dari 3,55 mA ataupun lebih dari 3,65 mA. Pernyataan demikian memang tidak
tegas, namun apa yang diharapkan dari pengukuran satu kali saja ?
Dapat disimpulkan :
Hal lain yang tersirat dalam penulisan di atas ialah tentang mutu skala alat ukur yang
digunakan. Untuk contoh di atas, miliammeter yang digunakan hanya mampu mengukur paling
kecil sampai 0,1 mA saja. Jadi NST-nya 0,1 mA.
Contoh 2 :
Arus listrik diukur dengan ammeter yang ujung jarum penunjuknya cukup halus dan goresan
skalanya cukup tajam (tipis) seperti pada gambar berikut.
Nilai arus listrik yang ditunjukkan adalah ;
I = (3,64  0,03) mA
Atau I = (3,64  0,02) mA
Dengan demikian, arus yang terukur diduga bernilai sekitar 3,64 mA. Ketidakpastian yang
ditunjukkan alat ditaksir lebih kecil dari ½ NST, oleh karena jarak pisah antara dua goresan yang
berdekatan tampak jelas dengan ujung jarum penunjuk yang cukup halus. Ini memberikan
alasan untk menaksir ketidakpastiannya kurang dari ½ NST misalnya 1/3 NST (0,03 mA) atau
1/5 NST (0,02 mA).
Jadi laporannya mungkin arus bernilai 3,61 mA dan 3,67 mA atau antara 3,63 mA dan
3,66 mA. Perhatikan bahwa kedua pernyataan ini berarti kuat arus listrik yang terukur adalah
sekitar 3,64 mA.
Pengukuran tunggal patut diragukan, karenanya harus
dilaporkan dengan ketidakpastian yang cukup besar yaitu :
½ NST
2 3 4 mA
4
a. Ketidakpastian Mutlak dan Ketepatan Pengukuran
x disebut ketidakpastian mutlak pada nilai {x} dan memberi gambaran tentang mutu alat
ukur yang digunakan.
Dari kedua contoh yang telah diberikan di atas, dapat disimpulkan bahwa meteran (alat
ukur) kedua lebih baik dari alat ukur pertama.
Dengan menggunakan alat ukur yang lebih bermutu, maka diharapkan pula hasil yang
diperoleh lebih tepat, oleh karena itu ketidakpastian mutlak menyatakan ketepatan hasil
pengukuran.
Jadi kuat arus listrik I = 3,64 mA adalah lebih tepat daripada i = 3,6 mA.
Artinya i = 3,64 mA lebih mendekati kuat arus yang sebenarnya (Io) yang tidak diketahui.
b. Ketidakpastian Relatif dan Ketelitian Pengukuran
Perbandingan antara ketidakpastian mutlak dengan hasil pengukuran 




 
x
x
disebut
ketidakpastian relatif pada nilai {x}, sering dinyatakan dalam % (tentunya harus dikalikan
dengan 100 %). Pada contoh – 1 di atas, ketidakpastian relatifnya adalah :
%4,1%100
6,3
05,0


x
mA
mA
I
I
Sedangkan pada contoh – 2 ketidakpastian relatifnya adalah :
%5,0%100
64,3
02,0


x
mA
mA
I
I
Ketidakpastian relatif menyatakan tingkat ketelitian hasil pengukuran.
Pada contoh di atas, kuat arus listrik kedua telah berhasil diukur dengan tingkat ketelitian
sekitar tiga kali lebih baik daripada pengukuran kuat arus listrik pertama. Perhatikan bahwa
ketidakpastian relatif akan menjadi kecil jika yang diukur itu nilainya besar. Sebagai contoh,
Semakin baik mutu alat ukur, semakin kecil x yang diperoleh
Semakin kecil ketidakpastian mutlak, semakin tepat hasil pengukuran
Makin kecil ketidakpastian relatif, makin tinggi ketelitian yang dicapai
pada pengukuran.
5
ammeter yang sama (I = 0,05 A) digunakan untuk mengukur kuat arus sebesar 5,0 A dan
kuat arus kedua 10,0 A. %1%100
0,5
05,0


x
A
A
I
I
Dibandingkan dengan :
%5,0%100
0,10
05,0


x
A
A
I
I
Dikatakan bahwa kuat arus kedua telah berhasil diketahui dengan ketelitian yang lebih baik
daripada arus pertama oleh karena ketidakpastian relatifnya lebih kecil.
Makna dari ketidakpastian mutlak dari ketidakpastian relatif ialah bahwa dalam usaha
untuk mengetahui nilai sebenarnya (Xo) suatu besaran fisis dengan melakukan pengukuran,
terbentur pada keterbatasan alat ukur mapupun orang yang melakukan pengukuran hingga
hasilnya selalu meragukan. Dalam teori pengukuran (Measurement Theory), tidak ada
harapan mengetahui Xo lewat pengukuran, kecuali jika pengukuran diulang sampai tak
berhingga kali. Jadi yang dapat diusahakan adalah mendekati Xo. Sebaik-baiknya, yakni
dengan melakukan pengukuran berulang sebanyak-banyaknya.
2. Pengukuran Berulang (Berganda)
Dengan mengadakan pengulangan, pengetahuan kita tentang nilai sebenarnya (Xo)
menjadi semakin baik. Pengulangan seharusnya diadakan sesering mungkin, makin sering
makin baik, namun perlu dibedakan antara pengulangan beberapa kali (2 atau 3 kali saja) dan
pengulangan yang cukup sering (10 kali atau lebih). Pada modul ini, kita hanya akan membahas
pengukuran yang berulang 2 atau 3 kali saja.
Jika pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dengan hasil x1, x2, dan x3 atau 2 kali saja
misalnya pada awal percobaan dan pada akhir percobaan, maka {x} dan x dapat ditentukan
sebagai berikut.
Nilai rata-rata pengukuran dilaporkan sebagai { x } sedangkan deviasi (penyimpangan)
mutlak terbesar atau deviasi mutlak rata-rata dilaporkan sebagai x. Jadi :
Dengan :
3
321 xxx
x


xx  11
xx  22
xx  33
{x} = x , rata-rata pengkuran
x =  maksimum,
=  rata-rata
Deviasi adalah selisih selisih antara tiap hasil pengukuran dari nilai
rata-ratanya
6
x adalah yang terbesar di antara 1, 2, dan 3.
Atau :
3
321  
x
Disarankan agar maks diambil sebagai x oleh karena ketiga nilai x1, x2, dan x3 akan
tercakup dalam interval : (x - x) dan (x + x).
Contoh :
Diperoleh hasil pengukuran :
X1 = 12,1 cm
X2 = 11,7 cm
X3 = 12,2 cm
Berapa (X  X) yang harus dilaporkan ?
Jawab :
cm
cm
X 0,12
3
)2,127,111,12(



1 =  12,1 – 12,0 | = 0,1 cm
2 =  11,7 – 12,0 | = 0,3 cm
3 =  12,2 – 12,0 | = 0,2 cm
X = maks = 0,3 cm
Jadi, {X} = [ X  X ] = [12,0  0,3] cm
Perhatikan bahwa ketiga nilai X yaitu X1, X2, dan X3 tercakup dalam interval [12,0 + 0,3] =
12,3 cm sampai dengan [12,0 – 0,3] = 11,7 cm.
Jika X = rata-rata, maka ;
cm
cm
X 2,0
3
)2,03,01,0(



Jadi, {X} = [ X  X ] = [12,0  0,2] cm
Ternyata bahwa dengan cara kedua ini tidak sema nilai X dari hasil pengukuran tercakup
dalam interval (x - x) dan (x + x).
Jika kita ingin bersikap hati-hati dan adil terhadap semua hasil pengukuran yang
diperoleh, maka cara pertama yang paling tepat meskipun cara kedua tidak dapat
dikatakan salah.
Yang menjadi persoalan sekarang adalah bagaimana cara menentukan jumlah angka
berarti yang harus digunakan dalam melaporkan hasil suatu pengukuran. Jumlah ini harus tepat
sesuai dengan ketepatan yang tercapai dalam pengukurannya agar orang lain yang membaca
laporan itu tidak mendapat kesan yang keliru tentang ketelitian pengukuran itu.
Jumlah angka berarti ditentukan oleh ketidakpastian relatifnya. Dalam hal ini orang
sering menggunakan suatu aturan praktis sebagai berikut.
x
x
sekitar 10 %, menggunakan 2 angka berarti.
x
x
sekitar 1 %, menggunakan 3 angka berarti.
x
x
sekitar 0,1 %, menggunakan 4 angka berarti.
7
Atau dengan persamaan :
Angka Berarti (AB) =
x
x
 log1
Contoh - 1:
Ketidakpastian relatif pada X1 adalah :
%8,2%100
18
5,0
1
1


x
x
x
Berhak atas 3 angka berarti.
Contoh – 2 :
Ketidakpastian relatif pada X1 adalah :
%2,0%100
18
04,0
2
2


x
x
x
Berhak atas 4 angka berarti.
3. Ketidakpastian Pada Hasil Percobaan
a. Pendahuluan
Di atas telah dijelaskan tentang bagaimana cara menentukan dan menuliskan hasil
pengukuran langsung baik untuk pengukuran tunggal maupun untuk pengukuran berulang.
Namun demikian, ada sesuatu hasil pengukuran yang diperoleh dengan melalui suatu
perhitungan. Misalnya suatu zat cair, hendak diukur massa jenisnya, maka yang dilakukan
adalah mengukur volumenya dengan menggunakan gelas ukur kemudian ditimbang dengan
menggunakan neraca. Andaikan diperoleh hasil pengukuran sebagai berikut.
Massa zat cair (m) = 20,10 gram
Volme zat cair (V) = 21,0 ml
Maka massa jenis () zat cair tersebut adalah :
mlg
ml
g
V
m
/957,0
0,21
10,20

Hasil ini tentunya akan dilaporkan dalam bentuk [  ], tetapi untuk menentukan , tidak
dapat dilakukan dengan menggunakan ½ x NST, karena  tidak diukur dengan alat kur secara
langsung, tetapi  diperoleh melalui hasil perhitungan. Penentuan  ini (hasil perhitungan)
dilakkan dengan menggunakan teori ralat.
b. Rambat Ralat pengukuran Tunggal
Misalkan suatu fungsi y = f (a, b, c, .....) adalah hasil perhitungan langsung dari besaran
terukur a, b, dan c, maka jika a, b, c, ..... diukur satu kali (pengukuran tunggal), maka besaranya
Dy = Df (a, b, c, ....) dirumuskan ;
8
.....,...),,(  c
c
y
b
b
y
a
a
y
cbafy






(4)
Dimana .....,,,
c
y
b
y
a
y






merupakan harga mutlak.
a, b, c, .... diperoleh dari ½ x NST alat ukur atau sesuai aturan yang telah dijelaskan
sebelumnya.
1. Operasi rambat Ralat Pada Pengukuran Tunggal
(a) Rambatan Ralat Penjumlahan dan pengurangan.
Misalkan hasil perhitungan pengukuran y = a  b, dimana a dan b hasil pengukuran
langsung, maka ;
y = a  b
1
a
y


dan 1
b
y


Maka berdasarkan aturan differensial :
y = |1| a + |1| b = a  b
(b). Rambatan Ralat Perkalian dan Pembagian
Misalkan hasil perhitungan y = a / b, atau y = a  b-1
, dimana a dan b hasil
pengukuran langsung tunggal, maka :
1
 ba
b
a
y
11 
 b
ba
y


dan
2
2
1 
 ba
b
a
b
y


Maka berdasarkan aturan differensial :
b
b
a
a
b
b
b
a
a
b
y  22
11
Jika dibagi dengan 1
 ba
b
a
y , maka diperoleh :
b
b
a
a
b
a
b
b
a
a
b
y
y 





 2
1
9
Contoh :
Dari hasil percobaan diperoleh data sebagai berikut.
Massa zat cair (m) = 25,10 g
Volume zat cair (V) = 10,0 ml
Dengan NST neraca = 0,1 g
NST gelas ukur = 1 ml
Maka massa jenis () zat cair tersebut adalah :
mlg
ml
g
V
m
/510,2
0,10
10,25
 (hasil perhitungan)
= 2,51 g / ml (3 angka penting)
Selanjutnya, akan dicari ketidakpastian mutlak pengukuran massa jenis, , dengan
menggunakan teori rambatan ralat, yaitu :
V
V
m
m






Dimana :
dan 2
V
m
V



V
V
m
m
V
 2
1

Dengan menggunakan X = ½ x NST (untuk pengukuran tunggal), maka :
m = ½ x 0,1 g = 0,05 g dan V = ½ x 1 ml = 0,5 ml
Sehingga :
)5,0(
00,100
10,25
)05,0(
0,10
1
ml
g
ml
 
 = 0,1305 g/ml (perhitungan)
 = 0,1 g/ml (1 angka penting)
Jadi, besarnya massa jenis zat cair yang dilaporkan adalah :
 = | 2,5  0,1 | g/ml
Vm
1



10
c. Rambatan Ralat pada Pengukuran Berulang
Misalkan suatu fungsi y = f (a, b, c, .....) adalah hasil perhitungan langsung dari besaran
terukur a, b, dan c, maka jika a, b, c, ..... diukur berulang kali (pengukuran berganda), maka
besaranya y = f (a, b, c, ....) dirumuskan ;
.....,....),,( 2
2
2
2
2
2
 c
c
y
b
b
y
a
a
y
cbafy






Dimana .....,,,
c
y
b
y
a
y






merupakan harga mutlak.
a, b, c, ....dapat ditentukan :
(1) Untuk pengukuran sebanyak 3 kali, dapat diambil deviasi maksimum.
(2) Untuk pengukuran sebanyak 10 kali atau lebih, dapat diambil dengan
menggunakan standar deviasi.
1. Operasi rambat Ralat Pada Pengukuran Berulang
(a) Rambatan Ralat Penjumlahan dan pengurangan.
Misalkan hasil perhitungan pengukuran y = a  b, dimana a dan b hasil pengukuran
langsung, maka ;
y = a  b
1
a
y


dan 1
b
y


Maka berdasarkan aturan differensial :
y = |1| a + |1| b = a  b
(b). Rambatan Ralat Perkalian dan Pembagian
Misalkan hasil perhitungan y = a / b, atau y = a  b-1
, dimana a dan b hasil
pengukuran langsung tunggal, maka :
1
 ba
b
a
y
11 
 b
ba
y


dan
2
2
1 
 ba
b
a
b
y


Untuk pengukuran berulang :
2
2
2
2
2
2
2
2 11








 b
b
a
a
b
b
b
a
a
b
y
11
2
2
1






 b
b
a
a
b
y
Jika dibagi dengan 1
 ba
b
a
y , maka diperoleh :
2





 




b
b
a
a
y
y
Contoh :
Misalkan suatu percobaan untuk menentukan kecepatan troley pada suatu jarak
tertentu. Dari tiga orang anak diperoleh data sebagai berikut.
No. Jarak tempuh (cm) Waktu tempuh (s)
1.
2.
3.
120,50
120,35
120,00
21,5
22,0
22,5
Dengan : NST alat ukur panjang = 0,1 cm
NST alat ukur waktu = 1 s
Kecepatan Troley tersebut adalah :
Rumus kecepatan :
t
x
v 
Maka :
3
)00,12035,12050,120(
3
321 cmxxx
x




= 120,283333 cm(perhitungan)
= 120,28 cm (5 angka penting)
3
)5,220,225,21(
3
321 sttt
t




= 22 s (perhitungan)
= 22,0 s (3 angka penting)
Jadi,
12
scm
s
cm
t
x
v /467272727,5
0,20
28,120

= 5,47 cm/s (3 angka penting)
Selanjutnya, akan dicari V, yaitu dengan menggunakan teori ralat, yaitu :
Tentukan terlebih dahulu x dan t dengan metode deviasi.
(1) Untuk x adalah :
cmxxx 22,028,12050,12011 
cmxxx 07,028,12035,12022 
cmxxx 28,028,12000,12033 
Jadi x yang dipilih adalah x = maks = 0,28 cm = 0,3 cm
(2) Untuk t adalah :
sttt 5,00,225,2111 
sttt 00,220,2222 
sttt 5,00,225,2233 
Jadi t yang dipilih adalah t = maks = 0,5 s
2
2
2
2 1
t
t
x
x
t
v  (cari sendiri !)
22
2
)5,0(
00,484
28,120
)3,0(
0,22
1 cm
s
v 
v = 0,014481775 cm/s (perhitungan)
v = 0,01 cm/s (1 angka penting)
Jadi, kecepatan troley yang dilaporkan adalah :
V = | 5,47  ,0,01 | cm/s
Selanjutnya untuk pengukuran di atas 3 kali, penentuan x dilakukan dengan menggunakan
persamaan standar deviasi atau dengan menggunakan kalkulator, dan perambatan ralatnya serupa
dengan contoh terakhir di atas.
13
KEGIATAN PRAKTIKUM
Kegiatan 1
PENGUKURAN PANJANG
A. Tujuan
1. Menentukan nilai skala terkecil (NST) dari alat pengukuran besaran panjang yakni
mistar, mistar geser dan micrometer skrup.
2. Melakukan pengukuran panjang benda dengan mistar, mistar geser dan micrometer
skrup.
3. Menentukan nilai besaran panjang benda dengan mistar, mistar geser dan
micrometer skrup.
B. Dasar Teori
Tugas Pendahuluan (Dikumpul saat pelaksanaan praktikum)
1. Jelaskan pengertian dari pengukuran.
2. Jelaskan prinsip kerja dari mistar, mistar geser dan micrometer skrup.
3. Carilah nilai skala terkecil (NST) dari mistar, mistar geser dan micrometer skrup.
C. Alat dan Bahan
1. Mistar
2. Mistar geser
3. Micrometer skrup
4. Berbagai benda dengan panjang bervariasi.
5. Berbagai benda dengan ketebalan bervariasi.
D. Prosedur Kerja
1. Pengukuran panjang benda dengan mistar dan mistar geser.
a. Ambil benda 1 dan ukur panjang benda tersebut menggunakan mistar dan
mistar geser.
b. Catat hasil pengukuran.
c. Ulangi langkah a dan b dengan menggantikan dengan benda lain.
2. Pengukuran tebal benda dengan micrometer skrup.
a. Ambil benda 1 dan ukur tebal benda tersebut menggunakan micrometer skrup.
b. Catat hasil pengukuran.
c. Ulangi langkah a dan b dengan menggantikan dengan benda lain.
E. Data dan Hasil Perhitungan
1. Mistar
Benda 1 = [............... (Hasil Pengukuran) ± .............(NST Alat)] cm
Maka estimasi panjang benda 1 adalah antara ......... cm (Hasil
pengukuran dikurangi dengan nilai NST alat) sampai dengan ..........
cm (Hasil pengukuran ditambah dengan nilai NST alat).
14
Benda 2 = ( ............... ± ..................) cm
Maka estimasi panjang benda 2 adalah antara ........ cm sampai
dengan ......... cm.
Benda 3 = ( ............... ± ..................) cm
Maka estimasi panjang benda 3 adalah antara ........ cm sampai
dengan ......... cm.
2. Mistar Geser
Benda 1 = ( ............... ± ..................) cm
Maka estimasi panjang benda 1 adalah antara ........ cm sampai
dengan ......... cm.
Benda 2 = ( ............... ± ..................) cm
Maka estimasi panjang benda 2 adalah antara ........ cm sampai
dengan ......... cm.
Benda 3 = ( ............... ± ..................) cm
Maka estimasi panjang benda 3 adalah antara ........ cm sampai
dengan ......... cm.
3. Micrometer skrup
Benda 1 = ( ............... ± ..................) mm
Maka estimasi tebal benda 1 adalah antara ........ mm sampai dengan
......... mm.
Benda 2 = ( ............... ± ..................) mm
Maka estimasi tebal benda 2 adalah antara ........ mm sampai dengan
......... mm.
Benda 3 = ( ............... ± ..................) mm
Maka estimasi tebal benda 3 adalah antara ........ mm sampai dengan
......... mm.
F. Pembahasan
Tuliskan pembahasan yang mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan pengukuran,
besaran panjang, alat ukur yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini dan NST alat
yang kemudian dikaitkan dengan data dan hasil perhitungan.
G. Kesimpulan
Tuliskan kesimpulan. Kesimpulan disesuaikan dengan tujuan kegiatan praktikum ini.
15
Kegiatan 2
GERAK JATUH BEBAS
A. Tujuan
1. Menemukan hubungan antara percepatan gravitasi bumi (g) dengan posisi /
ketinggian benda (h) dan waktu jatuh benda (t).
2. Menghitung kecepatan benda yang mengalami gerak jatuh bebas (GJB)
3. Menghitung percepatan gravitasi bumi (g).
B. Dasar Teori
Diketahui rumus gerak lurus berubah beraturan sebagai berikut ;
𝑉𝑡 = 𝑉𝑜 ± 𝑎. 𝑡 ................. persamaan 1
𝑆 = 𝑉𝑜 𝑡 ±
1
2
𝑎 𝑡2
.......... persamaan 2
Dimana t adalah waktu tempuh benda yang bergerak, S adalah jarak yang ditempuh
benda, Vo adalah Kecepatan awal benda sebelum bergerak, Vt adalah kecepatan benda
setalah menempuh waktu t, dan a adalah percepatan benda.
Pada Gerak Jatuh Bebas, ada beberapa yang diperhatikan, yakni simbol jarak (S) yang
menggunakan simbol high (h) dan percepatan benda yang dipengaruhi lansung oleh
percepatan gravitasi bumi, sehingga simbol percepatan a diganti menjadi g. Untuk gerak
jatuh bebas sendiri tidak memiliki kecepatan awal, sehingga vo = 0 m/s. Sehingga
persamaan 1 dan 2 berubah menjadi ;
𝑉𝑡 = 𝑔. 𝑡 ................. persamaan 3
ℎ =
1
2
𝑔 𝑡2
............. persamaan 4
Tugas Pendahuluan (Dikumpul saat pelaksanaan praktikum)
1. Jelaskan pengertian dari Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah
Beraturan (GLBB).
2. Jelaskan perbedaan antara Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB), Gerak Jatuh Bebas
(GJB) dan Gerak Vertikal ke Atas (GVA).
3. Jelaskan yang dimaksud dengan Percepatan.
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Percepatan Gravitasi Bumi (g).
C. Alat dan Bahan
1. Bola bekel
2. Meteran roll (*masing-masing kelompok wajib membawa)
3. Stopwatch
16
D. Prosedur Kerja
1. Lakukan langkah sesuai ilustrasi gambar ;
2. Ukur ketinggian bola dari lantai.
3. Jatuhkan bola tanpa kecepatan awal (tanpa dorongan).
4. Catat waktu yang dibutuhkan bola hingga menyentuh lantai.
5. Ulangi langkah 1 hingga 4 dengan megubah ketinggian awal bola hingga diperoleh
data hingga 5 ketinggian.
E. Data dan Hasil Perhitungan
No Ketinggian Waktu
1 (............± ............) m (.............. ± ............) s
2
3
4
5
Melalui data diatas, hitunglah ;
1. Nilai kecepatan bola saat menyentuh lantai dengan persamaan 3.
2. Nilai percepatan gravitasi dengan menggunakan persamaan 4.
*) Semua hasil perhitungan mempertimbangkan nilai ralat dari NST alat dan ralat
(ketidakpastian) dari rumus yang digunakan.
F. Pembahasan
G. Kesimpulan
lantai
Ketinggian (m)
bola
17
Kegiatan 3
BANDUL SEDERHANA
A. Tujuan
1. Menentukan periode suatu getaran.
2. Membuktikan nilai percepatan gravitasi bumi.
B. Dasar Teori
Tugas Pendahuluan (Dikumpul saat pelaksanaan praktikum)
1. Apa yang dimaksud dengan Periode dan Frekuensi.
2. Jelaskan pengertian dari bandul sederhana.
3. Jelaskan prinsip kerja bandul sederhana.
4. Tuliskan rumus mencari periode getaran pada bandul sederhana.
5. Tuliskan rumus mencari percepatan gravitasi pada bandul sederhana.
C. Alat dan Bahan
1. Mistar*
2. Benang jahit*
3. Beban penggantung (bermassa antara 1 gram sampai dengan 500 gram)*
4. Statip dan Klem
5. Stopwatch
6. Busur derajat*
7. Meja tumpuan
D. Prosedur Kerja
1. Susun alat seperti pada gambar dibawah ini :
2. Mengukur panjang tali. pengukuran tali untuk percobaan berbeda dengan urutan 15
cm, 30 cm, 45 cm.
3. Menyimpangkan bola(beban) lebih kecil dari 12
4. Mencatat waktu yang diperlukan bola (beban) untuk berayun 10 kali dan 20 kali.
5. Lakukan 3 kali untuk masing-masing ukuran tali.
6. Hitung Periode dan percepatan gravitasi
Ө
18
7. Pembahasan
Silahkan bahas mengenai sifat getaran dan hubungannya dengan pembuktian mengenai
percepatan gravitasi
8. Kesimpulan
19
Kegiatan 4
PENGUKURAN MASSA
A. Tujuan
1. Menentukan nilai skala terkecil (NST) dari alat pengukuran besaran massa yakni
neraca ohauss 2610, neraca digital dan neraca pegas.
2. Melakukan pengukuran massa benda dengan neraca ohauss 2610, neraca digital dan
neraca pegas.
3. Menentukan nilai besaran massa benda dengan neraca ohauss 2610, neraca digital
dan neraca pegas.
B. Dasar Teori
Tugas Pendahuluan (Dikumpul saat pelaksanaan praktikum)
1. Jelaskan pengertian dari pengukuran.
2. Jelaskan perbedaan antara massa dan berat.
3. Jelaskan prinsip kerja dari neraca ohauss 2610, neraca digital dan neraca pegas.
4. Carilah nilai skala terkecil (NST) dari mistar, mistar geser dan micrometer skrup.
C. Alat dan Bahan
1. Neraca ohauss 2610
2. Neraca digital
3. Neraca pegas
4. Berbagai benda dengan massa bervariasi.
D. Prosedur Kerja
1. Pengukuran panjang benda dengan neraca ohauss 2610 dan neraca digital.
a. Ambil benda 1 dan ukur massa benda tersebut menggunakan neraca ohauss
2610 dan neraca digital.
b. Catat hasil pengukuran.
c. Ulangi langkah a dan b dengan menggantikan dengan benda lain.
3. Pengukuran berat benda dengan neraca pegas.
a. Ambil benda 1 dan ukur berat benda tersebut menggunakan neraca pegas.
b. Catat hasil pengukuran.
c. Ulangi langkah a dan b dengan menggantikan dengan benda lain.
E. Data dan Hasil Perhitungan
1. Neraca Ohauss 2610
Benda 1 = [............... (Hasil Pengukuran) ± .............(NST Alat)] cm
Maka estimasi massa benda 1 adalah antara ......... gr (Hasil
pengukuran dikurangi dengan nilai NST alat) sampai dengan .......... gr
(Hasil pengukuran ditambah dengan nilai NST alat).
Benda 2 = ( ............... ± ..................) gr
Maka estimasi massa benda 2 adalah antara ........ gr sampai dengan
......... gr.
20
Benda 3 = ( ............... ± ..................) gr
Maka estimasi massa benda 3 adalah antara ........ gr sampai dengan
......... gr.
2. Neraca Digital
Benda 1 = ( ............... ± ..................) gr
Maka estimasi massa benda 1 adalah antara ........ gr sampai dengan
......... gr.
Benda 2 = ( ............... ± ..................) gr
Maka estimasi massa benda 2 adalah antara ........ gr sampai dengan
......... gr.
Benda 3 = ( ............... ± ..................) gr
Maka estimasi massa benda 3 adalah antara ........ gr sampai dengan
......... gr.
3. Neraca Pegas
Benda 1 = ( ............... ± ..................) N
Maka estimasi berat benda 1 adalah antara ........ N sampai dengan
......... N.
Benda 2 = ( ............... ± ..................) N
Maka estimasi berat benda 2 adalah antara ........ N sampai dengan
......... N.
Benda 3 = ( ............... ± ..................) N
Maka estimasi berat benda 3 adalah antara ........ N sampai dengan
......... N.
H. Pembahasan
Tuliskan pembahasan yang mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan pengukuran,
besaran panjang, alat ukur yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini dan NST alat
yang kemudian dikaitkan dengan data dan hasil perhitungan.
I. Kesimpulan
Tuliskan kesimpulan. Kesimpulan disesuaikan dengan tujuan kegiatan praktikum ini.
21
Kegiatan 5
MASSA JENIS ZAT CAIR
A. Tujuan
1. Mengetahui makna dari massa jenis.
2. Menghitung berbagai macam massa jenis zat cair
B. Dasar Teori
Tugas Pendahuluan (Dikumpul saat pelaksanaan praktikum)
1. Jelaskan pengertian dari massa jenis.
2. Jelaskan cara menghitung massa jenis zat benda.
3. Carilah massa jenis air dan minyak goreng.
4. Apa yang dimaksud dengan piknometer.
C. Alat dan Bahan
1. Piknometer
2. Neraca digital
3. Air
4. Minyak goreng (*masing-masing kelompok membawa minyak goreng 100 ml)
5. Sabun cuci piring sunlight (*masing-masing kelompok wajib membawa)
D. Prosedur Kerja
1. Ambil pikometer dan catat volumenya.
2. Timbang piknometer kosong dengan menggunakan neraca digital.
3. Isi piknometer dengan air hingga seluruh piknometer dipenuhi air.
4. Timbang piknometer yang telah terisi air menggunkan neraca digital.
5. Ulangi langkah 1 sampai 4 dengan mengganti dengan minyak goreng.
E. Data dan Hasil Perhitungan
N
o
Jenis Zat
Cair
Volume
piknometer (ml)
Massa piknometer
Kosong (gr)
Massa piknometer
Kosong + zat cair (gr)
1 Air .......... ± ........... .......... ± ........... .......... ± ...........
2 Minyak goreng .......... ± ........... .......... ± ........... .......... ± ...........
Masukan data pada rumus berikut ;
𝜌 =
𝑚
𝑉
Hitung dalam satuan internasional (SI) dan tentukan pula nilai ketidakpastian (ralat)
berdasarkan NST alat dan ketidakpastian (ralat) rumus yang digunakan
F. Pembahasan
G. Kesimpulan
22
Kegiatan 6
HUKUM ARCHIMEDES
A. Tujuan
1. Menghitung besarnya gaya ke atas benda yang berada dalam zat cair
2. Menjelaskan hubungan antara massa jenis dengan gaya ke atas.
3. Menghitung volume benda yang tercelup ke dalam zat cair.
B. Dasar Teori
Tugas Pendahuluan (Dikumpul saat pelaksanaan praktikum)
1. Jelaskan mengenai hukum Archimedes.
2. Jelaskan mengenai fenomena mengapung, melayang dan tenggelam
Bila sebuah benda dimasukan kedalam zat cair, maka pada benda tersebut akan
bekerja gaya ke atas sebesar berat volume zat cair yang dindahkan. Dapat dirumuskan
sebagai berikut ;
𝐹𝑎 = 𝜌𝑐𝑎𝑖𝑟 . 𝑉𝑏 . 𝑔 ......... (pers. 1)
Dimana ;
𝐹𝑎 = gaya keatas
𝜌𝑐𝑎𝑖𝑟 = massa jenis zat cair
Vb = Volume benda
g = percepatan gravitasi
Bila sebuah benda diukur beratnya diudara (Wu) dengan neraca pegas, kemudian
dimasukan kedalam zat cair maka penunjukan neraca pegas tersebut akan mengalami
pengurangan nilai berat menjadi Wa akibat adanya gaya keatas yang bekerja pada benda
tersebut. Sehingga ;
𝐹𝑎 = 𝑊𝑢 − 𝑊𝑎 ........... (pers.2)
C. Alat dan Bahan
1. Neraca pegas
2. Wadah air
3. Beban pemberat dengan variasi massa
4. Statif
D. Prosedur Kerja
1. Hitung berat beban benda di udara dengan neraca pegas
2. Selupkan beban kedalam wadah berisi air dan catat penunjukan neraca pegas
3. Ulangi langkah 1 sampai dengan 2 dengan mengganti beban lain hingga diperoleh 3
variasi beban.
23
E. Hasil dan Perhitungan
Beban Fa Fu
1 (.......... ± ..........) N (........... ± ..........) N
2
3
Dengan menggunakan persamaan 1 dan 2, hitunglah ;
a) Gaya ke atas yang dialami benda saat dicelupkan dalam zat cair
b) Volume benda yang dicelupkan kedalam zat cair
*) Setiap perhitungan memperhatikan ralat alat / ralat rumus yang digunakan.
F. Pembahasan
G. Kesimpulan

More Related Content

What's hot

Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)Rezki Amaliah
 
Laporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohm
Laporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohmLaporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohm
Laporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohmNurul Hanifah
 
Laporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwoodLaporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwoodWidya arsy
 
Laporan modulus puntir
Laporan modulus puntirLaporan modulus puntir
Laporan modulus puntirdedeknurhuda
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhana
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhana2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhana
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhanaumammuhammad27
 
Laporan Fisdas Resonansi
Laporan Fisdas ResonansiLaporan Fisdas Resonansi
Laporan Fisdas ResonansiWidya arsy
 
Laporan fisika dasar (tekanan hidrostatik)
Laporan fisika dasar (tekanan hidrostatik)Laporan fisika dasar (tekanan hidrostatik)
Laporan fisika dasar (tekanan hidrostatik)Rezki Amaliah
 
kekentalan zat cair
kekentalan zat cair kekentalan zat cair
kekentalan zat cair Widya arsy
 
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)umammuhammad27
 
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Rezki Amaliah
 
FISIKA DASAR_02 pengukuran dan-angka-penting
FISIKA DASAR_02 pengukuran dan-angka-pentingFISIKA DASAR_02 pengukuran dan-angka-penting
FISIKA DASAR_02 pengukuran dan-angka-pentingEko Efendi
 
Fisika Dasar I Pertemuan 2 Gerak satu dimensi
Fisika Dasar I Pertemuan 2 Gerak satu dimensiFisika Dasar I Pertemuan 2 Gerak satu dimensi
Fisika Dasar I Pertemuan 2 Gerak satu dimensiwww.kuTatangkoteteng.com
 
Laporan praktikum gerak bandul sederhana
Laporan praktikum gerak bandul sederhanaLaporan praktikum gerak bandul sederhana
Laporan praktikum gerak bandul sederhanaDian Agatha
 
Jurnal fisika konstanta pegas
Jurnal fisika konstanta pegasJurnal fisika konstanta pegas
Jurnal fisika konstanta pegasDedew Wijayanti
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstoneumammuhammad27
 

What's hot (20)

Massa jenis zat cair
Massa jenis zat cairMassa jenis zat cair
Massa jenis zat cair
 
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
 
Jurnal termokimia
Jurnal termokimiaJurnal termokimia
Jurnal termokimia
 
Laporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohm
Laporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohmLaporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohm
Laporan praktikum fisika dasar multimeter dan hukum ohm
 
Ketidakpastian Pengukuran.ppt
Ketidakpastian Pengukuran.pptKetidakpastian Pengukuran.ppt
Ketidakpastian Pengukuran.ppt
 
Laporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwoodLaporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwood
 
Laporan modulus puntir
Laporan modulus puntirLaporan modulus puntir
Laporan modulus puntir
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhana
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhana2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhana
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhana
 
Laporan Fisdas Resonansi
Laporan Fisdas ResonansiLaporan Fisdas Resonansi
Laporan Fisdas Resonansi
 
Laporan fisika dasar (tekanan hidrostatik)
Laporan fisika dasar (tekanan hidrostatik)Laporan fisika dasar (tekanan hidrostatik)
Laporan fisika dasar (tekanan hidrostatik)
 
kekentalan zat cair
kekentalan zat cair kekentalan zat cair
kekentalan zat cair
 
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)
 
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
 
FISIKA DASAR_02 pengukuran dan-angka-penting
FISIKA DASAR_02 pengukuran dan-angka-pentingFISIKA DASAR_02 pengukuran dan-angka-penting
FISIKA DASAR_02 pengukuran dan-angka-penting
 
Fisika Dasar I Pertemuan 2 Gerak satu dimensi
Fisika Dasar I Pertemuan 2 Gerak satu dimensiFisika Dasar I Pertemuan 2 Gerak satu dimensi
Fisika Dasar I Pertemuan 2 Gerak satu dimensi
 
Laporan praktikum gerak bandul sederhana
Laporan praktikum gerak bandul sederhanaLaporan praktikum gerak bandul sederhana
Laporan praktikum gerak bandul sederhana
 
Jurnal fisika konstanta pegas
Jurnal fisika konstanta pegasJurnal fisika konstanta pegas
Jurnal fisika konstanta pegas
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone
 
Persamaan Schrodinger
Persamaan SchrodingerPersamaan Schrodinger
Persamaan Schrodinger
 
Analisis vektor
Analisis vektorAnalisis vektor
Analisis vektor
 

Viewers also liked

Collaboration tools and Digital presence
Collaboration tools and Digital presenceCollaboration tools and Digital presence
Collaboration tools and Digital presenceluis14718
 
Resonancia y respuesta en frecuencia de circuitos rlc
Resonancia y respuesta en frecuencia de circuitos rlcResonancia y respuesta en frecuencia de circuitos rlc
Resonancia y respuesta en frecuencia de circuitos rlcLexandro Suarez Zambrano
 
Frases de educacion
Frases de educacionFrases de educacion
Frases de educacionosmoncoz
 
Diputados y Senadores de la Patagonia.
Diputados y  Senadores de la Patagonia.Diputados y  Senadores de la Patagonia.
Diputados y Senadores de la Patagonia.TrinidadInesPorretti
 
Modul kuliah pancasila dikti 2013
Modul kuliah pancasila dikti 2013Modul kuliah pancasila dikti 2013
Modul kuliah pancasila dikti 2013HelvyEffendi
 
Ensayo metodologia peti electiva v
Ensayo metodologia peti electiva vEnsayo metodologia peti electiva v
Ensayo metodologia peti electiva vcampos394
 
Pasos para el proceso de selección Daniel Garcia
Pasos para el proceso de selección Daniel GarciaPasos para el proceso de selección Daniel Garcia
Pasos para el proceso de selección Daniel GarciaDaniel_ACG21
 
Act 8. tallerpractico10 (2)
Act 8. tallerpractico10 (2)Act 8. tallerpractico10 (2)
Act 8. tallerpractico10 (2)YENNY MURIEL
 
11 areas donde opera el quiromasaje[1]
11 areas donde opera el quiromasaje[1]11 areas donde opera el quiromasaje[1]
11 areas donde opera el quiromasaje[1]luzdary123
 
Παραγωγικό Μοντέλο για την Ελλάδα (Ερευνα)
Παραγωγικό Μοντέλο για την Ελλάδα (Ερευνα)Παραγωγικό Μοντέλο για την Ελλάδα (Ερευνα)
Παραγωγικό Μοντέλο για την Ελλάδα (Ερευνα)d tampouris
 
Jornal mural aedes aegypti
Jornal mural aedes aegyptiJornal mural aedes aegypti
Jornal mural aedes aegyptiSilvanete Gomes
 

Viewers also liked (20)

Collaboration tools and Digital presence
Collaboration tools and Digital presenceCollaboration tools and Digital presence
Collaboration tools and Digital presence
 
Resonancia y respuesta en frecuencia de circuitos rlc
Resonancia y respuesta en frecuencia de circuitos rlcResonancia y respuesta en frecuencia de circuitos rlc
Resonancia y respuesta en frecuencia de circuitos rlc
 
Frases de educacion
Frases de educacionFrases de educacion
Frases de educacion
 
Suicidios Esclarecimentos
Suicidios EsclarecimentosSuicidios Esclarecimentos
Suicidios Esclarecimentos
 
Diputados y Senadores de la Patagonia.
Diputados y  Senadores de la Patagonia.Diputados y  Senadores de la Patagonia.
Diputados y Senadores de la Patagonia.
 
Modul kuliah pancasila dikti 2013
Modul kuliah pancasila dikti 2013Modul kuliah pancasila dikti 2013
Modul kuliah pancasila dikti 2013
 
Ensayo metodologia peti electiva v
Ensayo metodologia peti electiva vEnsayo metodologia peti electiva v
Ensayo metodologia peti electiva v
 
Practica 3
Practica  3Practica  3
Practica 3
 
Κάθοδος Δωριέων
Κάθοδος ΔωριέωνΚάθοδος Δωριέων
Κάθοδος Δωριέων
 
Pasos para el proceso de selección Daniel Garcia
Pasos para el proceso de selección Daniel GarciaPasos para el proceso de selección Daniel Garcia
Pasos para el proceso de selección Daniel Garcia
 
Unemployment
UnemploymentUnemployment
Unemployment
 
export &import 2
export &import 2export &import 2
export &import 2
 
export & import 3
export & import 3export & import 3
export & import 3
 
Act 8. tallerpractico10 (2)
Act 8. tallerpractico10 (2)Act 8. tallerpractico10 (2)
Act 8. tallerpractico10 (2)
 
11 areas donde opera el quiromasaje[1]
11 areas donde opera el quiromasaje[1]11 areas donde opera el quiromasaje[1]
11 areas donde opera el quiromasaje[1]
 
Παραγωγικό Μοντέλο για την Ελλάδα (Ερευνα)
Παραγωγικό Μοντέλο για την Ελλάδα (Ερευνα)Παραγωγικό Μοντέλο για την Ελλάδα (Ερευνα)
Παραγωγικό Μοντέλο για την Ελλάδα (Ερευνα)
 
March 3 mtb line graph
March 3 mtb line graphMarch 3 mtb line graph
March 3 mtb line graph
 
Infarto Miocardio
Infarto MiocardioInfarto Miocardio
Infarto Miocardio
 
Jornal mural aedes aegypti
Jornal mural aedes aegyptiJornal mural aedes aegypti
Jornal mural aedes aegypti
 
Didácticas contemporáneas
Didácticas contemporáneasDidácticas contemporáneas
Didácticas contemporáneas
 

Similar to PENGUKURAN

Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptxBab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptxKranaSanz1
 
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptxBab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptxHjMuliati
 
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)Jeremi Mitchell
 
slide pengukuran besaran fisis (1).ppt
slide pengukuran besaran fisis (1).pptslide pengukuran besaran fisis (1).ppt
slide pengukuran besaran fisis (1).pptZAHRAH ARRA
 
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdfUNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdfAgathaHaselvin
 
01 PENGUKURAN DAN BESARAN.pptx
01 PENGUKURAN DAN BESARAN.pptx01 PENGUKURAN DAN BESARAN.pptx
01 PENGUKURAN DAN BESARAN.pptxKusmadi17
 
Pengukuran-dan-Angka-Penting.ppt
Pengukuran-dan-Angka-Penting.pptPengukuran-dan-Angka-Penting.ppt
Pengukuran-dan-Angka-Penting.pptPPG20221
 
Angka penting dan pengukuran`.ppt
Angka penting dan pengukuran`.pptAngka penting dan pengukuran`.ppt
Angka penting dan pengukuran`.pptssusereb02e6
 
Pengukuran..pdf
Pengukuran..pdfPengukuran..pdf
Pengukuran..pdfSalmonRen1
 
Fisika-besaran-dan-satuan.pptx
Fisika-besaran-dan-satuan.pptxFisika-besaran-dan-satuan.pptx
Fisika-besaran-dan-satuan.pptxriski197593
 
2. Pengukuran-dan-Angka-Penting.pdf
2. Pengukuran-dan-Angka-Penting.pdf2. Pengukuran-dan-Angka-Penting.pdf
2. Pengukuran-dan-Angka-Penting.pdfSalmonRen1
 
Pengukuran dan angka penting
Pengukuran dan angka pentingPengukuran dan angka penting
Pengukuran dan angka pentingLhiya XiaoLing
 
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptxPPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptxkurniafebrianti3
 
Master mr.mawie
Master mr.mawieMaster mr.mawie
Master mr.mawiesu Herman
 

Similar to PENGUKURAN (20)

Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptxBab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptx
 
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptxBab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptx
 
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)
 
slide pengukuran besaran fisis (1).ppt
slide pengukuran besaran fisis (1).pptslide pengukuran besaran fisis (1).ppt
slide pengukuran besaran fisis (1).ppt
 
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdfUNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
 
01 PENGUKURAN DAN BESARAN.pptx
01 PENGUKURAN DAN BESARAN.pptx01 PENGUKURAN DAN BESARAN.pptx
01 PENGUKURAN DAN BESARAN.pptx
 
fisika
 fisika fisika
fisika
 
Pengukuran-dan-Angka-Penting.ppt
Pengukuran-dan-Angka-Penting.pptPengukuran-dan-Angka-Penting.ppt
Pengukuran-dan-Angka-Penting.ppt
 
Angka penting dan pengukuran`.ppt
Angka penting dan pengukuran`.pptAngka penting dan pengukuran`.ppt
Angka penting dan pengukuran`.ppt
 
Pengukuran-dan-Angka-Penting.ppt
Pengukuran-dan-Angka-Penting.pptPengukuran-dan-Angka-Penting.ppt
Pengukuran-dan-Angka-Penting.ppt
 
Pengukuran..pdf
Pengukuran..pdfPengukuran..pdf
Pengukuran..pdf
 
Fisika-besaran-dan-satuan.pptx
Fisika-besaran-dan-satuan.pptxFisika-besaran-dan-satuan.pptx
Fisika-besaran-dan-satuan.pptx
 
2. Pengukuran-dan-Angka-Penting.pdf
2. Pengukuran-dan-Angka-Penting.pdf2. Pengukuran-dan-Angka-Penting.pdf
2. Pengukuran-dan-Angka-Penting.pdf
 
Pengukuran dan angka penting
Pengukuran dan angka pentingPengukuran dan angka penting
Pengukuran dan angka penting
 
PERTEMUAN 1.pptx
PERTEMUAN 1.pptxPERTEMUAN 1.pptx
PERTEMUAN 1.pptx
 
Bab1 klsx
Bab1 klsxBab1 klsx
Bab1 klsx
 
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptxPPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
 
Master mr.mawie
Master mr.mawieMaster mr.mawie
Master mr.mawie
 
pengukuran
pengukuranpengukuran
pengukuran
 
@ Kd 3.2 kls x pengukuran
@ Kd 3.2 kls x pengukuran@ Kd 3.2 kls x pengukuran
@ Kd 3.2 kls x pengukuran
 

More from HelvyEffendi

Observasi Sekolah - Manajemen Keuangan
Observasi Sekolah - Manajemen KeuanganObservasi Sekolah - Manajemen Keuangan
Observasi Sekolah - Manajemen KeuanganHelvyEffendi
 
Potensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan Lokal
Potensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan LokalPotensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan Lokal
Potensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan LokalHelvyEffendi
 
Media Pembelajaran
Media PembelajaranMedia Pembelajaran
Media PembelajaranHelvyEffendi
 
Jenis dan pengembangan media pembelajaran
Jenis dan pengembangan media pembelajaranJenis dan pengembangan media pembelajaran
Jenis dan pengembangan media pembelajaranHelvyEffendi
 
Metode Simplek - Laporan Mini Riset
Metode Simplek - Laporan Mini RisetMetode Simplek - Laporan Mini Riset
Metode Simplek - Laporan Mini RisetHelvyEffendi
 
Dualitas- Program Linear
Dualitas- Program LinearDualitas- Program Linear
Dualitas- Program LinearHelvyEffendi
 
Identitas Trigonometri
Identitas TrigonometriIdentitas Trigonometri
Identitas TrigonometriHelvyEffendi
 
Prinsip Belajar dan Pembelajaran ISBM
Prinsip Belajar dan Pembelajaran ISBMPrinsip Belajar dan Pembelajaran ISBM
Prinsip Belajar dan Pembelajaran ISBMHelvyEffendi
 
Distribution Law Mathematics
Distribution Law MathematicsDistribution Law Mathematics
Distribution Law MathematicsHelvyEffendi
 
1. makhluk budaya ISBD
1. makhluk budaya ISBD1. makhluk budaya ISBD
1. makhluk budaya ISBDHelvyEffendi
 
Sejarah perkembangan kalkulus dan konsep konsep keterkaitan
Sejarah perkembangan kalkulus dan konsep konsep keterkaitanSejarah perkembangan kalkulus dan konsep konsep keterkaitan
Sejarah perkembangan kalkulus dan konsep konsep keterkaitanHelvyEffendi
 
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptxGeometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptxHelvyEffendi
 
Geometri netral / absolut
Geometri netral / absolutGeometri netral / absolut
Geometri netral / absolutHelvyEffendi
 
Geometri hiperbolik bisa.pptx copy11
Geometri hiperbolik bisa.pptx   copy11Geometri hiperbolik bisa.pptx   copy11
Geometri hiperbolik bisa.pptx copy11HelvyEffendi
 
Hak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan Kewajiban Warga NegaraHak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan Kewajiban Warga NegaraHelvyEffendi
 
Bahasa inggris interchange intro s.b.
Bahasa inggris interchange intro s.b.Bahasa inggris interchange intro s.b.
Bahasa inggris interchange intro s.b.HelvyEffendi
 

More from HelvyEffendi (20)

Observasi Sekolah - Manajemen Keuangan
Observasi Sekolah - Manajemen KeuanganObservasi Sekolah - Manajemen Keuangan
Observasi Sekolah - Manajemen Keuangan
 
Potensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan Lokal
Potensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan LokalPotensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan Lokal
Potensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan Lokal
 
Media Pembelajaran
Media PembelajaranMedia Pembelajaran
Media Pembelajaran
 
Jenis dan pengembangan media pembelajaran
Jenis dan pengembangan media pembelajaranJenis dan pengembangan media pembelajaran
Jenis dan pengembangan media pembelajaran
 
Metode Simplek - Laporan Mini Riset
Metode Simplek - Laporan Mini RisetMetode Simplek - Laporan Mini Riset
Metode Simplek - Laporan Mini Riset
 
Dualitas- Program Linear
Dualitas- Program LinearDualitas- Program Linear
Dualitas- Program Linear
 
Identitas Trigonometri
Identitas TrigonometriIdentitas Trigonometri
Identitas Trigonometri
 
Prinsip Belajar dan Pembelajaran ISBM
Prinsip Belajar dan Pembelajaran ISBMPrinsip Belajar dan Pembelajaran ISBM
Prinsip Belajar dan Pembelajaran ISBM
 
HIMPUNAN
HIMPUNANHIMPUNAN
HIMPUNAN
 
Distribution Law Mathematics
Distribution Law MathematicsDistribution Law Mathematics
Distribution Law Mathematics
 
1. makhluk budaya ISBD
1. makhluk budaya ISBD1. makhluk budaya ISBD
1. makhluk budaya ISBD
 
Sejarah perkembangan kalkulus dan konsep konsep keterkaitan
Sejarah perkembangan kalkulus dan konsep konsep keterkaitanSejarah perkembangan kalkulus dan konsep konsep keterkaitan
Sejarah perkembangan kalkulus dan konsep konsep keterkaitan
 
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptxGeometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
 
Geometri netral / absolut
Geometri netral / absolutGeometri netral / absolut
Geometri netral / absolut
 
Geometri hiperbolik bisa.pptx copy11
Geometri hiperbolik bisa.pptx   copy11Geometri hiperbolik bisa.pptx   copy11
Geometri hiperbolik bisa.pptx copy11
 
Geometri Affine
Geometri Affine Geometri Affine
Geometri Affine
 
Sistem numerasi
Sistem numerasi Sistem numerasi
Sistem numerasi
 
Hak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan Kewajiban Warga NegaraHak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan Kewajiban Warga Negara
 
Bahasa inggris interchange intro s.b.
Bahasa inggris interchange intro s.b.Bahasa inggris interchange intro s.b.
Bahasa inggris interchange intro s.b.
 
Modul PKN 2012
Modul PKN 2012Modul PKN 2012
Modul PKN 2012
 

Recently uploaded

Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 

PENGUKURAN

  • 1.
  • 2.
  • 3. 1 PRA-PRAKTIKUM (Pengetahuan Dasar Sebelum Praktikum) A. Pengukuran Pengukuran adalah bagian dari keterampilan Proses Sains yang merupakan pengumpulan informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Dengan melakukan pengukuran, dapat diperoleh besarnya atau nilai suatu besaran atau bukti kualitatif. Bila seseorang melakukan pengukuran panjang sebuah balok dengan menggunakan meteran, maka yang diperoleh adalah besarnya panjang balok itu. Bila dua buah balok didekatkan maka hasil yang diperoleh mungkin balok yang satu lebih panjang dari balok yang lain, atau mungkin balok yang satu sama panjang dengan balok yang lain. Kegiatan pertama menghasilkan informasi kuantitatif, sedangkan kegiatan kedua menghasilkan informasi kualitatif. Demikian pula halnya bila seseorang menimbang dengan menggunakan neraca dapat pula memperoleh informasi kuantitatif maupun informasi kualitatif. B. Cara Menuliskan Hasil Pengukuran Gambar 1 berikut menunjukkan pengukuran panjang suatu benda dengan menggunakan mistar biasa dengan NST 1 mm atau 0,1 cm. Hasil pengukuran yang ditunjukkan alat ukur adalah 62,0 mm atau 6,20 cm. Pada contoh di atas, angka terakhir merupakan angka taksiran. Oleh karena itu tidak masuk akal jika di belakang angka terakhir masih ditambah angka lagi. Ketiga angka yang dapat ditulis dari hasil pengukuran tersebut disebut angka penting. dua dari angka tersebut pasti, karena ada bagian skala yang menunjuk angka itu. Dari hasil pengukuran di atas dapat dilihat bahwa makin kecil NST alat makin banyak angka penting yang dapat dituliskan dari hasil pengukuran. Bilangan yang menyatakan nilai hasil pengukuran tidak eksak atau tidak pasti. Jadi hasil pengkuran selalu dihinggapi ketidakpastian. Penulisan hasil pengukuran mempunyai arti jika ditulis dengan jumlah angka penting yang tepat. Apabila di antara skala 62 dan 63 terdapat lagi 10 skala-skala kecil, maka NST alat menjadi 0,1 mm. Maka hasil pengukuran yang diperoleh mungkin 62,4 mm atau 62,5 mm. Berarti angka 4 atau 5 bukan lagi merupakan angka taksiran melainkan angka pasti, sehingga angka pentingnya bertambah. Kalau hasil pengukuran menunjukkan 62,4 mm maka dengan NST 0,1 mm, hasil tersebut harus ditulis 62,40 mm. Jadi 62,4 mm tidak sama artinya dengan 62,40 mm. C. Aturan-aturan Penulisan Hasil Pengukuran. 1. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting. Contoh : 265,4 m (mengandung 4 angka penting), 25,7 s (mengandung 3 angka penting). 2. Angka nol yang terletak di antara angka bukan nol termasuk angka penting. Contoh : 25,04 A (mengandung 4 angka penting), 10,3 cm (mengandung 3 angka penting). 3. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka penting, kecuali kalau ada penjelasan lain, misalnya berupa garis di bawah angka terakhir yang masih dianggap penting. 5 6 7
  • 4. 2 Contoh : 22,30 m mengandung 4 angka penting. 22,300 m mengandung 4 angka penting. 1250 mA mengandung 3 angka penting. 4. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik di sebelah kanan maupun di sebelah kiri koma desimal tidak termasuk angka penting. Contoh : 0,47 cm (mengandung 2 angka penting), 0,025 g (mengandung 2 angka penting). D. Ketidakpastian Pengukuran. 1. Pengukuran Tunggal Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali saja. Keterbatasan skala alat ukur dan keterbatasan kemampuan serta banyak sumber kesalahan lain, mengakibatkan : ”HASIL PENGUKURAN SELALU DIHINGGAPI KETIDAKPASTIAN” Nilai x sampai goresan terakhir dapat diketahui dengan pasti, namun bacaan selebihnya adalah terkaan atau dugaan belaka sehingga patut diragukan. Inilah ketidakpastian yang dimaksud dan diberi lambing x. Untuk pengukuran tunggal diambil kebijaksanaan : AlatNSTx 2 1  Dimana x adalah ketidakpastian pengukuran tunggal. Hasil pengukuran dilaporkan dengan cara yang sudah dibakukan seperti berikut. X = (x  x) [X] Dimana : X = simbol besaran yang diukur (x  x) = hasil pengukuran beserta ketidakpastiannya [X] = satuan besaran x (dalam satuan SI) Contoh 1: Misalkan arus dalam rangkaian diukur dengan skala miliamperemeter dari jarum penunjuk tampak pada gambar berikut. Nilai arus yang terbaca lebih dari 3,6 mA tetapi kurang dari 3,7 mA. Maka yang dilaporkan adalah : I = (3,60  0,05) mA 2 3 4 mA
  • 5. 3 Penulisan yang dilaporkan ini menunjukkan bahwa nilai sebenarnya kuat arus itu tidak diketahui. Kita hanya menduga bahwa arus itu sekitar 3,55 dan 3,65 mA. Berapa tepatnya ? dengan satu kali pengukuran saja kita tidak tahu. Arus itu mungkin 3,58 mA, mungkin 3,63 mA, bahkan mungkin 3,565 mA. Tidak seorangpun yang tahu nilai sebenarnya. Dengan cara menulis demikian pengamat hanya ingin menyatakan arus itu dipercaya tidak kurang dari 3,55 mA ataupun lebih dari 3,65 mA. Pernyataan demikian memang tidak tegas, namun apa yang diharapkan dari pengukuran satu kali saja ? Dapat disimpulkan : Hal lain yang tersirat dalam penulisan di atas ialah tentang mutu skala alat ukur yang digunakan. Untuk contoh di atas, miliammeter yang digunakan hanya mampu mengukur paling kecil sampai 0,1 mA saja. Jadi NST-nya 0,1 mA. Contoh 2 : Arus listrik diukur dengan ammeter yang ujung jarum penunjuknya cukup halus dan goresan skalanya cukup tajam (tipis) seperti pada gambar berikut. Nilai arus listrik yang ditunjukkan adalah ; I = (3,64  0,03) mA Atau I = (3,64  0,02) mA Dengan demikian, arus yang terukur diduga bernilai sekitar 3,64 mA. Ketidakpastian yang ditunjukkan alat ditaksir lebih kecil dari ½ NST, oleh karena jarak pisah antara dua goresan yang berdekatan tampak jelas dengan ujung jarum penunjuk yang cukup halus. Ini memberikan alasan untk menaksir ketidakpastiannya kurang dari ½ NST misalnya 1/3 NST (0,03 mA) atau 1/5 NST (0,02 mA). Jadi laporannya mungkin arus bernilai 3,61 mA dan 3,67 mA atau antara 3,63 mA dan 3,66 mA. Perhatikan bahwa kedua pernyataan ini berarti kuat arus listrik yang terukur adalah sekitar 3,64 mA. Pengukuran tunggal patut diragukan, karenanya harus dilaporkan dengan ketidakpastian yang cukup besar yaitu : ½ NST 2 3 4 mA
  • 6. 4 a. Ketidakpastian Mutlak dan Ketepatan Pengukuran x disebut ketidakpastian mutlak pada nilai {x} dan memberi gambaran tentang mutu alat ukur yang digunakan. Dari kedua contoh yang telah diberikan di atas, dapat disimpulkan bahwa meteran (alat ukur) kedua lebih baik dari alat ukur pertama. Dengan menggunakan alat ukur yang lebih bermutu, maka diharapkan pula hasil yang diperoleh lebih tepat, oleh karena itu ketidakpastian mutlak menyatakan ketepatan hasil pengukuran. Jadi kuat arus listrik I = 3,64 mA adalah lebih tepat daripada i = 3,6 mA. Artinya i = 3,64 mA lebih mendekati kuat arus yang sebenarnya (Io) yang tidak diketahui. b. Ketidakpastian Relatif dan Ketelitian Pengukuran Perbandingan antara ketidakpastian mutlak dengan hasil pengukuran        x x disebut ketidakpastian relatif pada nilai {x}, sering dinyatakan dalam % (tentunya harus dikalikan dengan 100 %). Pada contoh – 1 di atas, ketidakpastian relatifnya adalah : %4,1%100 6,3 05,0   x mA mA I I Sedangkan pada contoh – 2 ketidakpastian relatifnya adalah : %5,0%100 64,3 02,0   x mA mA I I Ketidakpastian relatif menyatakan tingkat ketelitian hasil pengukuran. Pada contoh di atas, kuat arus listrik kedua telah berhasil diukur dengan tingkat ketelitian sekitar tiga kali lebih baik daripada pengukuran kuat arus listrik pertama. Perhatikan bahwa ketidakpastian relatif akan menjadi kecil jika yang diukur itu nilainya besar. Sebagai contoh, Semakin baik mutu alat ukur, semakin kecil x yang diperoleh Semakin kecil ketidakpastian mutlak, semakin tepat hasil pengukuran Makin kecil ketidakpastian relatif, makin tinggi ketelitian yang dicapai pada pengukuran.
  • 7. 5 ammeter yang sama (I = 0,05 A) digunakan untuk mengukur kuat arus sebesar 5,0 A dan kuat arus kedua 10,0 A. %1%100 0,5 05,0   x A A I I Dibandingkan dengan : %5,0%100 0,10 05,0   x A A I I Dikatakan bahwa kuat arus kedua telah berhasil diketahui dengan ketelitian yang lebih baik daripada arus pertama oleh karena ketidakpastian relatifnya lebih kecil. Makna dari ketidakpastian mutlak dari ketidakpastian relatif ialah bahwa dalam usaha untuk mengetahui nilai sebenarnya (Xo) suatu besaran fisis dengan melakukan pengukuran, terbentur pada keterbatasan alat ukur mapupun orang yang melakukan pengukuran hingga hasilnya selalu meragukan. Dalam teori pengukuran (Measurement Theory), tidak ada harapan mengetahui Xo lewat pengukuran, kecuali jika pengukuran diulang sampai tak berhingga kali. Jadi yang dapat diusahakan adalah mendekati Xo. Sebaik-baiknya, yakni dengan melakukan pengukuran berulang sebanyak-banyaknya. 2. Pengukuran Berulang (Berganda) Dengan mengadakan pengulangan, pengetahuan kita tentang nilai sebenarnya (Xo) menjadi semakin baik. Pengulangan seharusnya diadakan sesering mungkin, makin sering makin baik, namun perlu dibedakan antara pengulangan beberapa kali (2 atau 3 kali saja) dan pengulangan yang cukup sering (10 kali atau lebih). Pada modul ini, kita hanya akan membahas pengukuran yang berulang 2 atau 3 kali saja. Jika pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dengan hasil x1, x2, dan x3 atau 2 kali saja misalnya pada awal percobaan dan pada akhir percobaan, maka {x} dan x dapat ditentukan sebagai berikut. Nilai rata-rata pengukuran dilaporkan sebagai { x } sedangkan deviasi (penyimpangan) mutlak terbesar atau deviasi mutlak rata-rata dilaporkan sebagai x. Jadi : Dengan : 3 321 xxx x   xx  11 xx  22 xx  33 {x} = x , rata-rata pengkuran x =  maksimum, =  rata-rata Deviasi adalah selisih selisih antara tiap hasil pengukuran dari nilai rata-ratanya
  • 8. 6 x adalah yang terbesar di antara 1, 2, dan 3. Atau : 3 321   x Disarankan agar maks diambil sebagai x oleh karena ketiga nilai x1, x2, dan x3 akan tercakup dalam interval : (x - x) dan (x + x). Contoh : Diperoleh hasil pengukuran : X1 = 12,1 cm X2 = 11,7 cm X3 = 12,2 cm Berapa (X  X) yang harus dilaporkan ? Jawab : cm cm X 0,12 3 )2,127,111,12(    1 =  12,1 – 12,0 | = 0,1 cm 2 =  11,7 – 12,0 | = 0,3 cm 3 =  12,2 – 12,0 | = 0,2 cm X = maks = 0,3 cm Jadi, {X} = [ X  X ] = [12,0  0,3] cm Perhatikan bahwa ketiga nilai X yaitu X1, X2, dan X3 tercakup dalam interval [12,0 + 0,3] = 12,3 cm sampai dengan [12,0 – 0,3] = 11,7 cm. Jika X = rata-rata, maka ; cm cm X 2,0 3 )2,03,01,0(    Jadi, {X} = [ X  X ] = [12,0  0,2] cm Ternyata bahwa dengan cara kedua ini tidak sema nilai X dari hasil pengukuran tercakup dalam interval (x - x) dan (x + x). Jika kita ingin bersikap hati-hati dan adil terhadap semua hasil pengukuran yang diperoleh, maka cara pertama yang paling tepat meskipun cara kedua tidak dapat dikatakan salah. Yang menjadi persoalan sekarang adalah bagaimana cara menentukan jumlah angka berarti yang harus digunakan dalam melaporkan hasil suatu pengukuran. Jumlah ini harus tepat sesuai dengan ketepatan yang tercapai dalam pengukurannya agar orang lain yang membaca laporan itu tidak mendapat kesan yang keliru tentang ketelitian pengukuran itu. Jumlah angka berarti ditentukan oleh ketidakpastian relatifnya. Dalam hal ini orang sering menggunakan suatu aturan praktis sebagai berikut. x x sekitar 10 %, menggunakan 2 angka berarti. x x sekitar 1 %, menggunakan 3 angka berarti. x x sekitar 0,1 %, menggunakan 4 angka berarti.
  • 9. 7 Atau dengan persamaan : Angka Berarti (AB) = x x  log1 Contoh - 1: Ketidakpastian relatif pada X1 adalah : %8,2%100 18 5,0 1 1   x x x Berhak atas 3 angka berarti. Contoh – 2 : Ketidakpastian relatif pada X1 adalah : %2,0%100 18 04,0 2 2   x x x Berhak atas 4 angka berarti. 3. Ketidakpastian Pada Hasil Percobaan a. Pendahuluan Di atas telah dijelaskan tentang bagaimana cara menentukan dan menuliskan hasil pengukuran langsung baik untuk pengukuran tunggal maupun untuk pengukuran berulang. Namun demikian, ada sesuatu hasil pengukuran yang diperoleh dengan melalui suatu perhitungan. Misalnya suatu zat cair, hendak diukur massa jenisnya, maka yang dilakukan adalah mengukur volumenya dengan menggunakan gelas ukur kemudian ditimbang dengan menggunakan neraca. Andaikan diperoleh hasil pengukuran sebagai berikut. Massa zat cair (m) = 20,10 gram Volme zat cair (V) = 21,0 ml Maka massa jenis () zat cair tersebut adalah : mlg ml g V m /957,0 0,21 10,20  Hasil ini tentunya akan dilaporkan dalam bentuk [  ], tetapi untuk menentukan , tidak dapat dilakukan dengan menggunakan ½ x NST, karena  tidak diukur dengan alat kur secara langsung, tetapi  diperoleh melalui hasil perhitungan. Penentuan  ini (hasil perhitungan) dilakkan dengan menggunakan teori ralat. b. Rambat Ralat pengukuran Tunggal Misalkan suatu fungsi y = f (a, b, c, .....) adalah hasil perhitungan langsung dari besaran terukur a, b, dan c, maka jika a, b, c, ..... diukur satu kali (pengukuran tunggal), maka besaranya Dy = Df (a, b, c, ....) dirumuskan ;
  • 10. 8 .....,...),,(  c c y b b y a a y cbafy       (4) Dimana .....,,, c y b y a y       merupakan harga mutlak. a, b, c, .... diperoleh dari ½ x NST alat ukur atau sesuai aturan yang telah dijelaskan sebelumnya. 1. Operasi rambat Ralat Pada Pengukuran Tunggal (a) Rambatan Ralat Penjumlahan dan pengurangan. Misalkan hasil perhitungan pengukuran y = a  b, dimana a dan b hasil pengukuran langsung, maka ; y = a  b 1 a y   dan 1 b y   Maka berdasarkan aturan differensial : y = |1| a + |1| b = a  b (b). Rambatan Ralat Perkalian dan Pembagian Misalkan hasil perhitungan y = a / b, atau y = a  b-1 , dimana a dan b hasil pengukuran langsung tunggal, maka : 1  ba b a y 11   b ba y   dan 2 2 1   ba b a b y   Maka berdasarkan aturan differensial : b b a a b b b a a b y  22 11 Jika dibagi dengan 1  ba b a y , maka diperoleh : b b a a b a b b a a b y y        2 1
  • 11. 9 Contoh : Dari hasil percobaan diperoleh data sebagai berikut. Massa zat cair (m) = 25,10 g Volume zat cair (V) = 10,0 ml Dengan NST neraca = 0,1 g NST gelas ukur = 1 ml Maka massa jenis () zat cair tersebut adalah : mlg ml g V m /510,2 0,10 10,25  (hasil perhitungan) = 2,51 g / ml (3 angka penting) Selanjutnya, akan dicari ketidakpastian mutlak pengukuran massa jenis, , dengan menggunakan teori rambatan ralat, yaitu : V V m m       Dimana : dan 2 V m V    V V m m V  2 1  Dengan menggunakan X = ½ x NST (untuk pengukuran tunggal), maka : m = ½ x 0,1 g = 0,05 g dan V = ½ x 1 ml = 0,5 ml Sehingga : )5,0( 00,100 10,25 )05,0( 0,10 1 ml g ml    = 0,1305 g/ml (perhitungan)  = 0,1 g/ml (1 angka penting) Jadi, besarnya massa jenis zat cair yang dilaporkan adalah :  = | 2,5  0,1 | g/ml Vm 1   
  • 12. 10 c. Rambatan Ralat pada Pengukuran Berulang Misalkan suatu fungsi y = f (a, b, c, .....) adalah hasil perhitungan langsung dari besaran terukur a, b, dan c, maka jika a, b, c, ..... diukur berulang kali (pengukuran berganda), maka besaranya y = f (a, b, c, ....) dirumuskan ; .....,....),,( 2 2 2 2 2 2  c c y b b y a a y cbafy       Dimana .....,,, c y b y a y       merupakan harga mutlak. a, b, c, ....dapat ditentukan : (1) Untuk pengukuran sebanyak 3 kali, dapat diambil deviasi maksimum. (2) Untuk pengukuran sebanyak 10 kali atau lebih, dapat diambil dengan menggunakan standar deviasi. 1. Operasi rambat Ralat Pada Pengukuran Berulang (a) Rambatan Ralat Penjumlahan dan pengurangan. Misalkan hasil perhitungan pengukuran y = a  b, dimana a dan b hasil pengukuran langsung, maka ; y = a  b 1 a y   dan 1 b y   Maka berdasarkan aturan differensial : y = |1| a + |1| b = a  b (b). Rambatan Ralat Perkalian dan Pembagian Misalkan hasil perhitungan y = a / b, atau y = a  b-1 , dimana a dan b hasil pengukuran langsung tunggal, maka : 1  ba b a y 11   b ba y   dan 2 2 1   ba b a b y   Untuk pengukuran berulang : 2 2 2 2 2 2 2 2 11          b b a a b b b a a b y
  • 13. 11 2 2 1        b b a a b y Jika dibagi dengan 1  ba b a y , maka diperoleh : 2            b b a a y y Contoh : Misalkan suatu percobaan untuk menentukan kecepatan troley pada suatu jarak tertentu. Dari tiga orang anak diperoleh data sebagai berikut. No. Jarak tempuh (cm) Waktu tempuh (s) 1. 2. 3. 120,50 120,35 120,00 21,5 22,0 22,5 Dengan : NST alat ukur panjang = 0,1 cm NST alat ukur waktu = 1 s Kecepatan Troley tersebut adalah : Rumus kecepatan : t x v  Maka : 3 )00,12035,12050,120( 3 321 cmxxx x     = 120,283333 cm(perhitungan) = 120,28 cm (5 angka penting) 3 )5,220,225,21( 3 321 sttt t     = 22 s (perhitungan) = 22,0 s (3 angka penting) Jadi,
  • 14. 12 scm s cm t x v /467272727,5 0,20 28,120  = 5,47 cm/s (3 angka penting) Selanjutnya, akan dicari V, yaitu dengan menggunakan teori ralat, yaitu : Tentukan terlebih dahulu x dan t dengan metode deviasi. (1) Untuk x adalah : cmxxx 22,028,12050,12011  cmxxx 07,028,12035,12022  cmxxx 28,028,12000,12033  Jadi x yang dipilih adalah x = maks = 0,28 cm = 0,3 cm (2) Untuk t adalah : sttt 5,00,225,2111  sttt 00,220,2222  sttt 5,00,225,2233  Jadi t yang dipilih adalah t = maks = 0,5 s 2 2 2 2 1 t t x x t v  (cari sendiri !) 22 2 )5,0( 00,484 28,120 )3,0( 0,22 1 cm s v  v = 0,014481775 cm/s (perhitungan) v = 0,01 cm/s (1 angka penting) Jadi, kecepatan troley yang dilaporkan adalah : V = | 5,47  ,0,01 | cm/s Selanjutnya untuk pengukuran di atas 3 kali, penentuan x dilakukan dengan menggunakan persamaan standar deviasi atau dengan menggunakan kalkulator, dan perambatan ralatnya serupa dengan contoh terakhir di atas.
  • 15. 13 KEGIATAN PRAKTIKUM Kegiatan 1 PENGUKURAN PANJANG A. Tujuan 1. Menentukan nilai skala terkecil (NST) dari alat pengukuran besaran panjang yakni mistar, mistar geser dan micrometer skrup. 2. Melakukan pengukuran panjang benda dengan mistar, mistar geser dan micrometer skrup. 3. Menentukan nilai besaran panjang benda dengan mistar, mistar geser dan micrometer skrup. B. Dasar Teori Tugas Pendahuluan (Dikumpul saat pelaksanaan praktikum) 1. Jelaskan pengertian dari pengukuran. 2. Jelaskan prinsip kerja dari mistar, mistar geser dan micrometer skrup. 3. Carilah nilai skala terkecil (NST) dari mistar, mistar geser dan micrometer skrup. C. Alat dan Bahan 1. Mistar 2. Mistar geser 3. Micrometer skrup 4. Berbagai benda dengan panjang bervariasi. 5. Berbagai benda dengan ketebalan bervariasi. D. Prosedur Kerja 1. Pengukuran panjang benda dengan mistar dan mistar geser. a. Ambil benda 1 dan ukur panjang benda tersebut menggunakan mistar dan mistar geser. b. Catat hasil pengukuran. c. Ulangi langkah a dan b dengan menggantikan dengan benda lain. 2. Pengukuran tebal benda dengan micrometer skrup. a. Ambil benda 1 dan ukur tebal benda tersebut menggunakan micrometer skrup. b. Catat hasil pengukuran. c. Ulangi langkah a dan b dengan menggantikan dengan benda lain. E. Data dan Hasil Perhitungan 1. Mistar Benda 1 = [............... (Hasil Pengukuran) ± .............(NST Alat)] cm Maka estimasi panjang benda 1 adalah antara ......... cm (Hasil pengukuran dikurangi dengan nilai NST alat) sampai dengan .......... cm (Hasil pengukuran ditambah dengan nilai NST alat).
  • 16. 14 Benda 2 = ( ............... ± ..................) cm Maka estimasi panjang benda 2 adalah antara ........ cm sampai dengan ......... cm. Benda 3 = ( ............... ± ..................) cm Maka estimasi panjang benda 3 adalah antara ........ cm sampai dengan ......... cm. 2. Mistar Geser Benda 1 = ( ............... ± ..................) cm Maka estimasi panjang benda 1 adalah antara ........ cm sampai dengan ......... cm. Benda 2 = ( ............... ± ..................) cm Maka estimasi panjang benda 2 adalah antara ........ cm sampai dengan ......... cm. Benda 3 = ( ............... ± ..................) cm Maka estimasi panjang benda 3 adalah antara ........ cm sampai dengan ......... cm. 3. Micrometer skrup Benda 1 = ( ............... ± ..................) mm Maka estimasi tebal benda 1 adalah antara ........ mm sampai dengan ......... mm. Benda 2 = ( ............... ± ..................) mm Maka estimasi tebal benda 2 adalah antara ........ mm sampai dengan ......... mm. Benda 3 = ( ............... ± ..................) mm Maka estimasi tebal benda 3 adalah antara ........ mm sampai dengan ......... mm. F. Pembahasan Tuliskan pembahasan yang mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan pengukuran, besaran panjang, alat ukur yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini dan NST alat yang kemudian dikaitkan dengan data dan hasil perhitungan. G. Kesimpulan Tuliskan kesimpulan. Kesimpulan disesuaikan dengan tujuan kegiatan praktikum ini.
  • 17. 15 Kegiatan 2 GERAK JATUH BEBAS A. Tujuan 1. Menemukan hubungan antara percepatan gravitasi bumi (g) dengan posisi / ketinggian benda (h) dan waktu jatuh benda (t). 2. Menghitung kecepatan benda yang mengalami gerak jatuh bebas (GJB) 3. Menghitung percepatan gravitasi bumi (g). B. Dasar Teori Diketahui rumus gerak lurus berubah beraturan sebagai berikut ; 𝑉𝑡 = 𝑉𝑜 ± 𝑎. 𝑡 ................. persamaan 1 𝑆 = 𝑉𝑜 𝑡 ± 1 2 𝑎 𝑡2 .......... persamaan 2 Dimana t adalah waktu tempuh benda yang bergerak, S adalah jarak yang ditempuh benda, Vo adalah Kecepatan awal benda sebelum bergerak, Vt adalah kecepatan benda setalah menempuh waktu t, dan a adalah percepatan benda. Pada Gerak Jatuh Bebas, ada beberapa yang diperhatikan, yakni simbol jarak (S) yang menggunakan simbol high (h) dan percepatan benda yang dipengaruhi lansung oleh percepatan gravitasi bumi, sehingga simbol percepatan a diganti menjadi g. Untuk gerak jatuh bebas sendiri tidak memiliki kecepatan awal, sehingga vo = 0 m/s. Sehingga persamaan 1 dan 2 berubah menjadi ; 𝑉𝑡 = 𝑔. 𝑡 ................. persamaan 3 ℎ = 1 2 𝑔 𝑡2 ............. persamaan 4 Tugas Pendahuluan (Dikumpul saat pelaksanaan praktikum) 1. Jelaskan pengertian dari Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). 2. Jelaskan perbedaan antara Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB), Gerak Jatuh Bebas (GJB) dan Gerak Vertikal ke Atas (GVA). 3. Jelaskan yang dimaksud dengan Percepatan. 4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Percepatan Gravitasi Bumi (g). C. Alat dan Bahan 1. Bola bekel 2. Meteran roll (*masing-masing kelompok wajib membawa) 3. Stopwatch
  • 18. 16 D. Prosedur Kerja 1. Lakukan langkah sesuai ilustrasi gambar ; 2. Ukur ketinggian bola dari lantai. 3. Jatuhkan bola tanpa kecepatan awal (tanpa dorongan). 4. Catat waktu yang dibutuhkan bola hingga menyentuh lantai. 5. Ulangi langkah 1 hingga 4 dengan megubah ketinggian awal bola hingga diperoleh data hingga 5 ketinggian. E. Data dan Hasil Perhitungan No Ketinggian Waktu 1 (............± ............) m (.............. ± ............) s 2 3 4 5 Melalui data diatas, hitunglah ; 1. Nilai kecepatan bola saat menyentuh lantai dengan persamaan 3. 2. Nilai percepatan gravitasi dengan menggunakan persamaan 4. *) Semua hasil perhitungan mempertimbangkan nilai ralat dari NST alat dan ralat (ketidakpastian) dari rumus yang digunakan. F. Pembahasan G. Kesimpulan lantai Ketinggian (m) bola
  • 19. 17 Kegiatan 3 BANDUL SEDERHANA A. Tujuan 1. Menentukan periode suatu getaran. 2. Membuktikan nilai percepatan gravitasi bumi. B. Dasar Teori Tugas Pendahuluan (Dikumpul saat pelaksanaan praktikum) 1. Apa yang dimaksud dengan Periode dan Frekuensi. 2. Jelaskan pengertian dari bandul sederhana. 3. Jelaskan prinsip kerja bandul sederhana. 4. Tuliskan rumus mencari periode getaran pada bandul sederhana. 5. Tuliskan rumus mencari percepatan gravitasi pada bandul sederhana. C. Alat dan Bahan 1. Mistar* 2. Benang jahit* 3. Beban penggantung (bermassa antara 1 gram sampai dengan 500 gram)* 4. Statip dan Klem 5. Stopwatch 6. Busur derajat* 7. Meja tumpuan D. Prosedur Kerja 1. Susun alat seperti pada gambar dibawah ini : 2. Mengukur panjang tali. pengukuran tali untuk percobaan berbeda dengan urutan 15 cm, 30 cm, 45 cm. 3. Menyimpangkan bola(beban) lebih kecil dari 12 4. Mencatat waktu yang diperlukan bola (beban) untuk berayun 10 kali dan 20 kali. 5. Lakukan 3 kali untuk masing-masing ukuran tali. 6. Hitung Periode dan percepatan gravitasi Ө
  • 20. 18 7. Pembahasan Silahkan bahas mengenai sifat getaran dan hubungannya dengan pembuktian mengenai percepatan gravitasi 8. Kesimpulan
  • 21. 19 Kegiatan 4 PENGUKURAN MASSA A. Tujuan 1. Menentukan nilai skala terkecil (NST) dari alat pengukuran besaran massa yakni neraca ohauss 2610, neraca digital dan neraca pegas. 2. Melakukan pengukuran massa benda dengan neraca ohauss 2610, neraca digital dan neraca pegas. 3. Menentukan nilai besaran massa benda dengan neraca ohauss 2610, neraca digital dan neraca pegas. B. Dasar Teori Tugas Pendahuluan (Dikumpul saat pelaksanaan praktikum) 1. Jelaskan pengertian dari pengukuran. 2. Jelaskan perbedaan antara massa dan berat. 3. Jelaskan prinsip kerja dari neraca ohauss 2610, neraca digital dan neraca pegas. 4. Carilah nilai skala terkecil (NST) dari mistar, mistar geser dan micrometer skrup. C. Alat dan Bahan 1. Neraca ohauss 2610 2. Neraca digital 3. Neraca pegas 4. Berbagai benda dengan massa bervariasi. D. Prosedur Kerja 1. Pengukuran panjang benda dengan neraca ohauss 2610 dan neraca digital. a. Ambil benda 1 dan ukur massa benda tersebut menggunakan neraca ohauss 2610 dan neraca digital. b. Catat hasil pengukuran. c. Ulangi langkah a dan b dengan menggantikan dengan benda lain. 3. Pengukuran berat benda dengan neraca pegas. a. Ambil benda 1 dan ukur berat benda tersebut menggunakan neraca pegas. b. Catat hasil pengukuran. c. Ulangi langkah a dan b dengan menggantikan dengan benda lain. E. Data dan Hasil Perhitungan 1. Neraca Ohauss 2610 Benda 1 = [............... (Hasil Pengukuran) ± .............(NST Alat)] cm Maka estimasi massa benda 1 adalah antara ......... gr (Hasil pengukuran dikurangi dengan nilai NST alat) sampai dengan .......... gr (Hasil pengukuran ditambah dengan nilai NST alat). Benda 2 = ( ............... ± ..................) gr Maka estimasi massa benda 2 adalah antara ........ gr sampai dengan ......... gr.
  • 22. 20 Benda 3 = ( ............... ± ..................) gr Maka estimasi massa benda 3 adalah antara ........ gr sampai dengan ......... gr. 2. Neraca Digital Benda 1 = ( ............... ± ..................) gr Maka estimasi massa benda 1 adalah antara ........ gr sampai dengan ......... gr. Benda 2 = ( ............... ± ..................) gr Maka estimasi massa benda 2 adalah antara ........ gr sampai dengan ......... gr. Benda 3 = ( ............... ± ..................) gr Maka estimasi massa benda 3 adalah antara ........ gr sampai dengan ......... gr. 3. Neraca Pegas Benda 1 = ( ............... ± ..................) N Maka estimasi berat benda 1 adalah antara ........ N sampai dengan ......... N. Benda 2 = ( ............... ± ..................) N Maka estimasi berat benda 2 adalah antara ........ N sampai dengan ......... N. Benda 3 = ( ............... ± ..................) N Maka estimasi berat benda 3 adalah antara ........ N sampai dengan ......... N. H. Pembahasan Tuliskan pembahasan yang mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan pengukuran, besaran panjang, alat ukur yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini dan NST alat yang kemudian dikaitkan dengan data dan hasil perhitungan. I. Kesimpulan Tuliskan kesimpulan. Kesimpulan disesuaikan dengan tujuan kegiatan praktikum ini.
  • 23. 21 Kegiatan 5 MASSA JENIS ZAT CAIR A. Tujuan 1. Mengetahui makna dari massa jenis. 2. Menghitung berbagai macam massa jenis zat cair B. Dasar Teori Tugas Pendahuluan (Dikumpul saat pelaksanaan praktikum) 1. Jelaskan pengertian dari massa jenis. 2. Jelaskan cara menghitung massa jenis zat benda. 3. Carilah massa jenis air dan minyak goreng. 4. Apa yang dimaksud dengan piknometer. C. Alat dan Bahan 1. Piknometer 2. Neraca digital 3. Air 4. Minyak goreng (*masing-masing kelompok membawa minyak goreng 100 ml) 5. Sabun cuci piring sunlight (*masing-masing kelompok wajib membawa) D. Prosedur Kerja 1. Ambil pikometer dan catat volumenya. 2. Timbang piknometer kosong dengan menggunakan neraca digital. 3. Isi piknometer dengan air hingga seluruh piknometer dipenuhi air. 4. Timbang piknometer yang telah terisi air menggunkan neraca digital. 5. Ulangi langkah 1 sampai 4 dengan mengganti dengan minyak goreng. E. Data dan Hasil Perhitungan N o Jenis Zat Cair Volume piknometer (ml) Massa piknometer Kosong (gr) Massa piknometer Kosong + zat cair (gr) 1 Air .......... ± ........... .......... ± ........... .......... ± ........... 2 Minyak goreng .......... ± ........... .......... ± ........... .......... ± ........... Masukan data pada rumus berikut ; 𝜌 = 𝑚 𝑉 Hitung dalam satuan internasional (SI) dan tentukan pula nilai ketidakpastian (ralat) berdasarkan NST alat dan ketidakpastian (ralat) rumus yang digunakan F. Pembahasan G. Kesimpulan
  • 24. 22 Kegiatan 6 HUKUM ARCHIMEDES A. Tujuan 1. Menghitung besarnya gaya ke atas benda yang berada dalam zat cair 2. Menjelaskan hubungan antara massa jenis dengan gaya ke atas. 3. Menghitung volume benda yang tercelup ke dalam zat cair. B. Dasar Teori Tugas Pendahuluan (Dikumpul saat pelaksanaan praktikum) 1. Jelaskan mengenai hukum Archimedes. 2. Jelaskan mengenai fenomena mengapung, melayang dan tenggelam Bila sebuah benda dimasukan kedalam zat cair, maka pada benda tersebut akan bekerja gaya ke atas sebesar berat volume zat cair yang dindahkan. Dapat dirumuskan sebagai berikut ; 𝐹𝑎 = 𝜌𝑐𝑎𝑖𝑟 . 𝑉𝑏 . 𝑔 ......... (pers. 1) Dimana ; 𝐹𝑎 = gaya keatas 𝜌𝑐𝑎𝑖𝑟 = massa jenis zat cair Vb = Volume benda g = percepatan gravitasi Bila sebuah benda diukur beratnya diudara (Wu) dengan neraca pegas, kemudian dimasukan kedalam zat cair maka penunjukan neraca pegas tersebut akan mengalami pengurangan nilai berat menjadi Wa akibat adanya gaya keatas yang bekerja pada benda tersebut. Sehingga ; 𝐹𝑎 = 𝑊𝑢 − 𝑊𝑎 ........... (pers.2) C. Alat dan Bahan 1. Neraca pegas 2. Wadah air 3. Beban pemberat dengan variasi massa 4. Statif D. Prosedur Kerja 1. Hitung berat beban benda di udara dengan neraca pegas 2. Selupkan beban kedalam wadah berisi air dan catat penunjukan neraca pegas 3. Ulangi langkah 1 sampai dengan 2 dengan mengganti beban lain hingga diperoleh 3 variasi beban.
  • 25. 23 E. Hasil dan Perhitungan Beban Fa Fu 1 (.......... ± ..........) N (........... ± ..........) N 2 3 Dengan menggunakan persamaan 1 dan 2, hitunglah ; a) Gaya ke atas yang dialami benda saat dicelupkan dalam zat cair b) Volume benda yang dicelupkan kedalam zat cair *) Setiap perhitungan memperhatikan ralat alat / ralat rumus yang digunakan. F. Pembahasan G. Kesimpulan