Potensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan Lokal
1. MAKALAH
POTENSI WILAYAH PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN MEDIA
DAN KEARIFAN LOKAL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pengembangan Media Pembelajaran
Matematika
Dosen Pengampu:
MAHARANI IZZATIN, M.Pd
Disusun Oleh Kelompok : 6
LOKAL A1 2016
1. CICI HERNAWATI PUTRI NPM. 16.406040.07
2. SRI DEWI HERNITA NPM. 16.406040.09
3. SULIS TYASNINGSIH NPM. 16.406040.23
4. ALFRET LIMBAN PARANNA NPM. 16.406040.31
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2018
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Tak
lupa kami ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak
yang terlibat dalam penyusunan makalah Analisis Kurikulum Matematika:
1. Kepada Ibu Maharani Izzatin, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah.
2. Orang tua kami yang telah membantu dalam hal materiil sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
3. Teman-teman yang saling membantu dalam menyelesaikan penyusunan
makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Tarakan, 23 Maret 2018
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1. 1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1. 2 Rumusan Masalah................................................................................... 2
1. 3 Tujuan Makalah...................................................................................... 2
BAB II ISI .......................................................................................................... 3
2.1 Potensi Wilayah Pesisir di Provinsi Kalimantan Utara............................. 3
2.1.1 Potensi Wilayah Pesisir.................................................................. 3
2.1.2 Contoh Potensi Wilayah Pesisir di Provinsi Kalimantan Utara ....... 4
2.1.3 Contoh Potensi yang Dapat Dikembangkan untuk Media
Pembelajaran................................................................................... 6
2.2 Kearifan Lokal di Wilayah Kalimantan Utara.......................................... 8
2.3 Contoh Pengembangan Media Pembelajaran Yang Memanfaatkan Potensi
Pesisir ................................................................................................... 13
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 21
3.1 Saran.................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 23
4. 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses pembelajaran (matematika) di kelas kurang meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kurang berkait langsung dengan
kehidupan nyata sehari-hari (kurang penerapan, kurang membumi, kurang
realistik, ataupun kurang kontekstual). Penekanan pembelajaran di Indonesia
lebih banyak pada penguasaan keterampilan dasar, namun sedikit atau sama
sekali tidak ada penekanan untuk penerapan matematika dalam konteks
kehidupan sehari-hari, berkomunikasi matematik, dan bernalar secara
matematik. Pembelajaran matematika yang kurang kontekstual menjadi
bagian yang menarik untuk dikaji karena konteks masyarakat Indonesia yang
sangat beragam dan secara umum siswa bertempat tinggal di daerah pesisir.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dan memiliki
kekayaan sumberdaya pesisir yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk
kesejahteraan hidup masyarakat pesisir. SDM pesisir yang berkualitas
mestinya memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik. Kemampuan
ini dapat dilatihkan dalam pembelajaran matematika dengan merancang suatu
proses pembelajaran yang dapat memanfaatkan segala potensi pesisir dan
permasalahannya. Potensi dan permasalahan pesisir tersebut dapat digunakan
sebagai titik awal pembelajaran matematika. Pembelajaran seperti ini, di
samping untuk menanamkan nilai-nilai matematika kepada siswa, juga agar
siswa menjadi good problem solver untuk mencapai kesejahteraan hidup.
Informasi tentang berbagai potensi dan permasalahan pesisir yang
tertuang dalam soal-soal matematika selama ini masih sangat rendah. Potensi
dan permasalahan pembangunan wilayah pesisir dapat berupa dan jasa-jasa
lingkungan (Dahuri et al., 2001). Sumberdaya dapat pulih berupa kerang, lidi
dari kelapa, pohon kelapa dll.
Kearifan lokal berarti kearifan setempat (local wisdom) yang dapat
dipahami sebagai gagasan-gagasan lokal yang bersifat bijaksana, penuh
kearifan, bernilai yang tertanam dan diikuti oleh warga masyarakatnya.
5. 2
Dalam konsep antropologi, kearifan lokal dikenal pula sebagai pengetahuan
setempat (indigenous or local knowledge), atau kecerdasan setempat (local
genius), yang menjadi dasar identitas kebudayaan (cultural identity). Kearifan
lokal merupakan perwujudan dari daya tahan dan daya tumbuh yang
dimanifestasikan melalui pandangan hidup, pengetahuan, dan pelbagai
strategi kehidupan yang berupa aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat
lokal untuk menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan
hidupnya, sekaligus memelihara kebudayaannya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana potensi wilayah pesisir di Provinsi Kalimantan Utara?
2. Bagaimana kearifan lokal di wilayah Kalimantan Utara?
3. Bagaimana contoh pengembangan media pembelajaran yang
memanfaatkan potensi pesisir?
1.3 Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui potensi wilayah pesisir di Provinsi Kalimantan Utara.
2. Mengetahui kearifan lokal di wilayah Kalimantan Utara
3. Mengetahui contoh pengembangan media pembelajaran yang
memanfaatkan potensi pesisir.
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Potensi Wilayah Pesisir di Provinsi Kalimantan Utara
Wilayah Provinsi Kalimantan Utara yang sangat luas menyebabkan
semua karakteristik wilayah terdapat di daerah ini, mulai kawasan perbatasan
Kalimantan Utara pedalaman, terpencil, pegunungan, pesisir, dan kepulauan.
Wilayah Kalimantan Utara yang memiliki pantai sepanjang 1.185 KM
mempunyai kawasan pesisir yang sangat luas, merupakan kota yang terletak
di pesisir pantai Kalimantan Utara. Wilayah pesisir secara ekologis
merupakan daerah pertemuan antara ekosistem darat dan laut. Bagi orang-
orang pesisir, laut adalah lahan kehidupan. Dia telah membesarkan berbagai
jenis ikan, kerang. Rahimnya menyimpan sejuta kekayaan (Lelaona. 2016: 9).
2.1.1 Pengertian Potensi Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir didefinisikan sebagai daerah pertemuan antara
darat dan laut, ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan baik
kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut
seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin, sedangkan ke
arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi
oleh proses-proses alami yang terjadi di darat, seperti sedimentasi dan
aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat
seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Dalam UU No. 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Wilayah, pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut
yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut. Sedangkan,
deifinisi perairan pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat
dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut. Perairan
pesisir adalah laut yang berbatasan dengan daratan meliputi perairan
sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang
menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk, perairan dangkal,
rawa payau, dan laguna (Bidayani, 2014: 1-2).
7. 4
Sehingga, wilayah pesisir dapat diartikan sebagai kawasan yang
berbatasan antara darat dan laut yang memiliki ekosistem di dalamnya.
Sepanjang garis pantai ini terdapat wilayah pesisir yang relatif sempit,
tetapi memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat banyak seperti
ekosistem mangrove, terumbu karang, dan padang lamun yang sangat
luas dan beragam. Selain itu pula terdapat berbagai kekayaan pesisir
lainnya seperti pasir, kerang, jenis-jenis ikan pelagis, ikan dumersal,
kepiting, udang, teripang, air laut, kerikil, kelapa, dan ketapang.
Dalam UU RI No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil disebutkan bahwa potensi di kawasan pesisir
sangatlah besar, baik potensi sumberdaya alam maupun potensi buatan.
Potensi sumberdaya kawasan pesisir menurut UU ini yaitu sumberdaya
hayati (ikan, terumbu karang, padang lamun, mangrove, dan biota laut
lain), sumberdaya nonhayati (pasir, air laut, mineral dasar laut),
sumberdaya buatan (infrastruktur laut yang terkait dengan kelautan dan
perikanan, dan jasa-jasa lingkungan berupa keindahan alam, permukaan
dasar laut tempat instalasi bawah air yang terkait dengan kelautan dan
perikanan serta energi gelombang laut yang terdapat di wilayah pesisir).
Secara ekologi, wilayah pesisir dan laut merupakan tempat hidup
beberapa ekosistem, yang unik dan saling terkait, dinamis, dan
produktif (Bidayani, 2014: 5).
2.1.2 Contoh Potensi Wilayah Pesisir di Provinsi Kalimantan Utara
Berikut ini beberapa contoh potensi wilayah pesisir di wilayah
Kalimantan Utara:
1. Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan salah satu eksositem pesisir
utama di daerah tropis dan sub tropis yang sangat sensitive dan
rentan terhadap perubahan lingkungan tumbuh. Hutan mangrove bisa
dimanfaatkan untuk sumber abhan makanan, kayu bakar, kayu
bangunan dan produk lainnya. Hutan mangrove berkaitan erat
dengan ekosistem lainnya dan mempunyai fungsi sebagai pelengkap
sedimen, penyaring alairan permukaan, pelindung pantai dari
8. 5
pukulan ombak, habitat untuk berbagagi organisme dan tempat
berkembang biaknya organisme air. Hutan mangrove terdapat di
sejumlah kota/kabupaten di Kalimantan Utara, seperti di Kota
Tarakan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.
2. Terumbu Karang
Terumbu karang adalah struktur ekosistem di bawah laut
yang dibangun dari kalsium karbonat (CaCO3). Terumbu karang
mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota
perairan, pelindung fisik, tempat pemijahan, tempat bermain dan
asuhan berbagai biota, terumbu karang juga menghasilkan berbagai
produk yang mempunyai nilai ekonomi penting seperti berbagai
jenis hasil perikanan, batu karang untuk konstruksi. Terumbu karang
diabngun oleh hewan karang (Tjandra dkk, 2011: 2).
3. Rumput Laut
Rumput laut adalah sejenis ganggang atau alga yang yang
berukuran besar dan memiliki berbagai macam bentuk yang warna
yang beraneka ragam. Rumput laut tumbuh di perairan yang
memiliki subtract jkeras dan kokoh yang berfungsi sebagi tempat
melekat (Puspitaningasih, 2012: 38). Rumput laut terdapat di
Tarakan, Nunukan dan Bulungan.
4. Padang Lamun
Padang lamun merupakan tumbuhan berbunga yang hidup di
dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta
berbiak dengan biji dan tunas. Tumbuhan tersebut terdapat
diperairan dekat pantai yang dangkal, baik di daerah tropis maupun
di daerah temperatur. Padang lamun dapat berbentuk tumbuhan
tunggal yang utmbuh membentuk padang lebat (Puspitaningasih,
2012: 32). Padang lamun dapat ditemui di Tarakan.
5. Kerang
Kerang merupakan hewan bertubuh lunak (moluska).
Pengertian kerang bersifat umum dan tidak memiliki arti secara
biologi namun penggunaannya luas dan dipakai dalam kegiatan
9. 6
ekonomi. Dalam pengertian paling luas, kerang berarti semua
moluska dengan sepasang cangkang. Dalam pengertian paling
sempit, yang dimaksud sebagai sebagai kerang adalah kerang darah,
sejenis kerang budidaya yang umum dijumpai di wilayah Indo-
Pasifik dan banyak dijual di warung atau rumah makan yang menjual
hasil laut. Kerang banyak dibudidayakan karena memilliki nilai
ekonomi yang baik. Kita sering melihat cangkang kerang di laut.
Cangkang ini berasal dari kerang dan siput laut yang telah mati.
Kemudian terbawa arus sampai ke tepi pantai (Tjandra, 2011:22).
Potensi kerang ini, dapat ditemui di Tarakan, Nunukan dan
Bulungan.
6. Jasa-jasa Lingkungan
Jasa-jasa lingkungan yang dimaksud meliputi fungsi kawasan
pesisir dan lautan sebagai tempat rekreasi dan pariwisata, media
transportasi dan komunikasi, sumber energi, sarana pendidikan dan
penelitian, pertahanan keamanan, penampungan limbah, pengatur
iklim, kawasan lindung, dan sistem penunjang kehidupan serta
fungsi fisiologis lainnya
2.1.3 Contoh Potensi Wilayah Pesisir yang Dapat Dikembangkan untuk
Media Pembelajaran
Potensi yang dimiliki di daerah pesisir dan sekitarnya perlu
dipilah untuk dikembangkan sebagai media pembelajaran, karena dari
seluruh potensi tersebut harus dilihat dari segi keamanan dan
kenyamanan peserta didik. Selain itu, potensi wilayah pesisir yang dapat
dikembangkan menjadi media pembelajaran juga murah dalam hal
ekonomis agar mudah dijangkau.
Berikut merupakan potensi wilayah pesisir yang dapat
dikembangkan untuk media pembelajaran, diantaranya adalah:
1. Pasir
Pasir adalah salah satu jenis material yang terhampar
sepanjang pesisir pantai dan mudah dijangkau oleh siapapun. Pasir
10. 7
sebagai media pembelajaran dapat mengembangkan kreatifitas dan
imajinasi peserta didik tentang karya yang ia buat dengan media
pasir. Tentu saja media pasir yang digunakan harus dipastikan bersih
dan aman digunakan. Contoh media pembelajaran dari pasir adalah
pasir warna-warni. Pasir yang diwarnai dapat menjadi media
pembelajaran dalam melukis dengan pasir, mengenal warna, selain
itu pasir yang dibasahi dengan air dapat dibentuk sesuai dengan yang
kita inginkan, seperti bola, kubus, balok, segitiga, piramida, dan
sebagainya.
2. Kerang
Kerang adalah jenis hewan laut yang mempunyai beragam
ukuran, jenis, dan warnanya. Ada yang berukuran besar atau kecil,
memiliki tekstur kasar dan ada juga yang teksturnya halus, serta
memiliki warna putih, cokelat, hitam-bertotol.
3. Tumbuhan Kelapa
Tumbuhan kelapa adalah salah satu jenis tumbuhan yang
tumbuh subur di pesisir pantai. Jenis tumbuhan pesisir ini memiliki
banyak manfaat mulai dari akar, batang, daun, dan buah.
4. Kerikil
Kerikil adalah salah satu jenis material seperti pasir yang
terdapat di pesisir pantai dan mudah dijangkau oleh siapapun.
Potensi kerikil untuk media pembelajaran sama dengan potensi
kerang. ontoh media pembelajaran dari kerikil adalah berhitung
menggunakan kerikil.
Selain potensi wilayah pesisir yang telah dijelaskan sebelumnya,
sebenarnya ekosistem yang ada pada wilayah pesisir tersebut juga dapat
dimanfaatkan sebagai media pembelajaran langsung di luar kelas seperti
ekosistem hutan mangrove. Ekosistem hutan mangrove dapat
dimanfaatkan sebagai tempat pariwisata untuk pembelajaran biologi.
Karena dalam ekosistem hutan mangrove terdapat banyak makhluk hidup
yang hidup berdampingan dalam ekosistem tersebut seperti, pohon
bakau, kepiting, ikan, dan bekantan.
11. 8
2.2 Kearifan Lokal di Wilayah Kalimantan Utara
Dalam pengertian kebahasaan, kearifan lokal berarti kearifan setempat
(local wisdom) yang dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan lokal yang
bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai yang tertanam dan diikuti oleh
warga masyarakatnya. Dalam konsep antropologi, kearifan lokal dikenal pula
sebagai pengetahuan setempat (indigenous or local knowledge), atau
kecerdasan setempat (local genius), yang menjadi dasar identitas kebudayaan
(cultural identity). Kearifan lokal merupakan perwujudan dari daya tahan dan
daya tumbuh yang dimanifestasikan melalui pandangan hidup, pengetahuan,
dan pelbagai strategi kehidupan yang berupa aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat lokal untuk menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan
kebutuhan hidupnya, sekaligus memelihara kebudayaannya.
Kearifan lokal khas Bulungan yaitu tari Jugit dan pekan budaya birau.
Sedangkan di Malinau terdapat perayaan tahun baru dengan mengadakan
acara kumpul bersama di Balai Adat dengan makan bersama dan saling
membaur serta ada pesta adat panen raya.
Contoh kearifan lokal di wialyah Kalimantan Utara lainnya yaitu
(BPS dan BAPPEDA. 2010: 28) :
1. Upacara Adat Iraw Tengkayu
Upacara adat Iraw Tengkayu merupakan upacara ritual
penyerahan sesaji ke laut sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat atas
hasil yang didapat dari laut, karena masyarakat pada umumnya hidup
sebagai nelayan. Upacara adat ini sering dikonotasikan sebagai pesta laut.
Upacara adat ini disebut juga pakan, yang berarti menghaturkan sesaji
berupa makanan dan lainlain.
Acara inti pada upacara adat Iraw Tengkayu adalah penurunan
Padaw Tuju Dulung. Padaw Tuju Dulung adalah sebuah perahu dengan
bentuk yang khas. Bagian atasnya merupakan tempat untuk sesaji yang
dihaturkan. Bentuk haluan perahu bercabang tiga. Haluan bagian tengah
bersusun tiga, haluan kanan dan kiri masing-masing bersusun dua,
sehingga jika dijumlahkan, terdapat tujuh haluan yang menunjukkan
12. 9
jumlah hari dalam seminggu di mana kehidupan manusia berlangsung
dari hari ke hari dan seterusnya.
Warna perahu terdiri atas kuning, hijau, dun merah. Halunn
perahu teratas (di tengah) dan perlengkapan lainnya di atas perahu
berwarna kuning. Warna kuning menurut tradisi budaya Suku Tidung
adalah perlambang suatu kehormatan atau suatu yang ditinggikan dan
dimuliakan. Kemudian di atas perahu terdapat lima buah tiang yang
melambangkan shalat lima waktu yang merupukan tiang agama Islam
Guna tiang-tiang tersebut adalah tempat mengikat atap dari kain
berwarna kuning yang disebut Pari-Pari. Pada tiang kanan depan
terpasang kain kuning ke haluan kanan, demikian pula pada tiang kiri
depan terpasang kain kuning memanjang turun ke haluan kiri.
Di atas Padaw Tuju Dulung dibuat bentuk sepeqrti rumah dengan
atap bersusun tiga yang disebut meligay, yang pada keempat dindingnya
masing-masing terdapat satu pintu. Di dalum meligay tersebutlah
diletakkan sesaji berupa makanan. Makanan yang dijadikan sesaji antara
lain nasi ketan bersantan empat warna (kuning, merah, putih, hitam),
ayam panggang, telur ayam, pisang hijau satu sisir (berjumlah ganjil),
dan lain-lain.
2. Tari-Tarian
a. Tari Jepen/Japen/Zapin/Jepin
Jepen merupakan seni tari rakyat yang benafaskan Islam.
Penari tarian ini adalah muda-mudi yang menggerakkan kedua
anggota badan dengan gerakan saling-silang dan gerakannya lebih
banyak menggunakan kaki. Jepen berasal dari Timur Tengah (Arab)
yang dibawa oleh para penyebar Agama Islam sehingga lagu-lagu
pengiring dan syair-syairnya lebih bernuansa islami.
Penari Jepen pria bercelana panjang, berbaju teluk belanga
(lengan panjang), dan bersarung. Sedangkan penari wanitanya
bersarung dan berkebaya dengan model/ciri khas daerah masing-
masing. Alat pengiringnya berupa gambus, ketipung, biola, dan syair
pantun.
13. 10
Tarian Jepen ini dipopulerkan pada 1960 di Desa Tanjung
Redeb Ilir, Kecamatan Tanjung Redeb, Kabupaten Berau.
Penciptanya seorang tokoh masyarakat dan ditarikan secara bersama-
sama antara 10 hingga 15 orang dengan berpakaian seragam
menyala. Biasanya tarian ini di tampilkan dalam rangka mema
peringati hari-hari besar.
b. Tari Embaul
Tari Embaul dipopulerkan pada 1950 di Desa Sembakung,
Kecamatan Sembakung, Kabupaten Bulungan. Pencipta tarian ini
adalah seorang tokoh masyarakat dari Suku Tidung. Tari Embaul
ditarikan secara berpasangan, sebanyak 3 pasangan dengan
berpakaian seragam yang dibedakan antara pria dan wanita. Dalam
menarikan tari embaul biasanya diiringi dengan lagu syair/pantun.
c. Tari Jingga-jingga
Tari Jingga-jingga dipopulerkan pada 1950 di Desa Sesayap,
Kecamatan Sesayap, Kabupaten Bulungan. Pencipta tarian ini adalah
seorang tokoh masyarakat Suku Tidung. Tari Jingga-jingga ditarikan
oleh 7 orang putri dengan berpakaian warna kuning dengan gerak
tangan yang lemah gemulai dengan diiringi lagu-lagu syair yang
isinya merayu seorang pria.
d. Tari Dendang Taka
Tari Dendeng Taka dipopulerkan pada 1950 di Desa
Nunukan, Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan. Tarian ini
diciptakan oleh seorang tokoh masyarakat Suku Tidung. Tarian ini
ditarikan oleh gadis-gadjs yang berjumlah 6 hingga 12 orang dengan
berpakajan seragam kuning dengan gerak tari secara lemah gemulai.
3. Tradisi Acara Pernikahan
Tradisi yang berlaku dalam pelaksanaan pernikahan adalah
bedulug (antar jujuran), tukar pupur, mengarak pengantin, bebantang
(bersanding), naik pelaminan, menjiu (mandimandi), dan besembalei
(silaturahim).
14. 11
4. Tradisi dalam Acara Selamatan
Yang merupakan acara selamatan di suku tidung adalah berua
(tahlilan), haul, naik ayun, betimbang untuk bayi yang lahir pada bulan
safar, acara tolak bala, membaca kitab berjanji, selamatan khitanan,
betamet (khataman).
5. Permainan
Di Tarakan terdapat ragam permainan, di antaranya adalah asin
naga, gasing, kaki tunjang, marak (layang-layang), dan lugu (logo).
Berikut adalah penjelasan dari tiga permainan.
a. Asin Naga
Asin Naga adalah permainan yang dilakukan secara
berkelompok, setiap kelompok terdiri atas 3 sampai 6 orang. Apabila
dilakukan oleh 3 orang, dibuatlah 3 kotak di atas tanah. Setiap kotak
diberi batas dengan sebuah garis. Kelompok yang kalah berjaga-jaga
di setiap garis, sementara lawannya berusaha masuk ke setiap kotak
hingga sampai pada kotak (penjaga terakhir) untuk selanjutnya
kembali lagi keluar kotak di garis panama. Apabila kelompok yang
mcndapatkan giliran bermain salah seorang anggotanya tertangkap
oleh lawannya yang berjnga, kclompok tersebut dinyatakan kalah.
Kelompnk yang kalah kembali berjaga-jaga menggantikan kclompok
yang menang.
b. Gasing
Gasing adalah sebuah alat yang digunakan dalam pcrmainan
yang biasanya dimainkan oleh anak laki-laki berusia 7-15 tahun. Ia
berbentuk lancet menyerupai kerucut. Gasing yang baik terbuat dari
kayu Ulin atau kayu Benggeris. Pemain mengikat (menggulung) tali
di pentil gasing dan memutarnya ke permukaan tanah. Pemain yang
berhasil memutar gasing paling lama dinyatakan sebagai
pemenangnya. Sementara pemain yang kalah memutar gasingnya
untuk dihantam oleh gasing pemenang. Apabila gasing yang
dihantam oleh gasing pemenang dapat berputar lebih lama, maka ia
akan menjadi pemenang baru.
15. 12
c. Belugu
Permainan anak laki-laki ini menggunakan alat yang terdiri
atas beberapa buah tempurung yang dibentuk menyerupai segi tiga.
Pada bagian bawah lancip dan membesar di bagian atasnya.
Tingginya sekitar 10 cm dan lebar 6-8 cm. Dapat dimainkan oleh
beberapa orang secara bergantian. Setiap pemain membawa 3 sampai
4 buah belugu yang ditancapkan di tanah. Antara belugu satu dan
belugu lainnya berjarak 2 sampai 3 meter. Pemain yang menang
menggunakan sebuah kayu kecil untuk mendorong belugunya ke
arah belugu lawan yang tertancap.
d. Lagu Daerah
Banyak terdapat lagu daerah yang pada umumnya
menggunakan bahasa Tidung. Di antaranya adalah:
1) Jamila, ciptaan H. Ismail &Amir Ahim;
2) Suara Siam, ciptaanTahir Ilyas;
3) Pamusian, ciptaan Abdul Latief;
4) Yaki Bentawol, ciptaan Abdul Latief;
5) Pantun PR1, ciptaan Tahir Ilyas;
6) Berlayar Kunun, ciptaan Abdul Latief;
7) Dindang Tidung, ciptaan Tahir Ilyas;
8) Jauh Malam, ciptaan Abdul Latief;
9) Saidah Semandak Pagun, ciptaan Allen; dan
10) Bebalon, ciptaan Datu N oerbeck.
e. Seni Bela Diri Kuntau
Kuntau merupakan seni silat mempertahankan diri yang
diwarisi turun temurun sejak zaman penjajahan Belanda. Seni bela
diri yang bernafaskan Islam dan bernuansa Melayu ini secara prinsip
lebih mementingkan pertahanan diri.
16. 13
2.3 Contoh Pengembangan Media Pembelajaran Yang Memanfaatkan
Potensi Pesisir
Potensi yang dimiliki di daerah pesisir dan sekitarnya perlu dipilah
untuk dikembangkan sebagai media pembelajaran, karena dari seluruh potensi
tersebut harus dilihat dari segi keamanan dan kenyamanan peserta didik.
Selain itu, potensi wilayah pesisir yang dapat dikembangkan menjadi media
pembelajaran juga murah dalam hal ekonomis agar mudah dijangkau. Potensi
wilayah pesisir yang dapat dikembangkan untuk media pembelajaran,
diantaranya adalah kerang, pasir, tumbuhan kelapa, dan kerikil.
Berikut contoh pengembangan media pembelajaran yang
memanfaatkan potensi pesisir, yaitu:
1. Corong Berhitung
Media ini digunakan untuk memudahkan siswa memahami
operasi pernjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Potensi
pesisir yang digunakan adalah kerang yang dimisalkan sebagai bilangan
yang dioperasikan. Berikut adalah langkah penggunaan media ini.
a. Langkah-langkah dalam penjumlahan
1) Tentukan soal yang akan dijumlahkan.
2) Misal 2 + 4
3) Ambil 2 keong pertama
4) Masukkan ke dalam corong yang ada (satu keong tiap corong)
5) Ambil 4 keong berikutnya sebagai bilangan kedua yang akan
dijumlahkan.
6) Masukkan ke dalam corong yang ada (satu keong tiap corong)
Gambar 1 Corong Berhitung
17. 14
7) Tarik laci yang ada untuk melihat hasil penjumlahan
b. Langkah-langkah dalam pengurangan
1) Tentukan soal yang akan dilakukan operasi pengurangan.
2) Misal 5-3
3) Ambil 5 keong dan masukkan ke dalam corong yang ada (satu
keong tiap corong)
4) Ambil 3 keong dengan warna yang lain
5) Masukkan ke dalam corong yang ada (satu keong tiap corong)
6) Tarik laci untuk melihat hasil ( keong yang tidak mempunyai
pasangan itulah hasilnya)
c. Langkah dalam Konsep Perkalian Sebagai Penjumlahan Berulang
1) Tentukan soal yang akan dilakukan operasi perkalian.
2) Misal 4 x 3.
3) Ambil 4 keong pertama lalu masukkan ke corong pertama
4) Ambil 4 keong lagi dan masukkan ke corong kedua
5) Ambil 4 keong lagi dan masukkan ke corong ketiga
6) Tarik laci untuk melihat hasil, jumlahkan setiap keong yang ada
di laci.
d. Langkah-langkah dalam operasi pembagian
1) Tentukan soal yang akan dilakukan operasi pembagian.
2) Misal 12 : 4.
3) Ambil 12 keong.
4) 4 keong pertama dimasukkan ke corong pertama
5) 4 keong selanjutnya masukkan ke corong kedua.
6) Begitu seterusnya, sampai keong habis.
7) Tarik laci untuk melihat hasil, Hasilnya adalah nomor laci yang
ditempati oleh keong terahir.
2. Lidi dari Pohon Kelapa
Daun kelapa dapat dimanfaatkan untuk pembuatan lidi. Lidi dapat
digunakan sebagai alat hitung dan dapat dibentuk bangun datar seperti
layang-layang, persegi panjang, segiempat, dan lain-lain.
18. 15
Untuk Penjumlahan dengan lidi:
5 + 9 = 14
1) Ambil 5 batang lidi.
2) Ambil 9 batang lidi lagi.
3) Gabungkan lidi-lidi yang
diambil tadi.
4) Hitung Jumlah lidi
seluruhnya.
Untuk Pengurangan dengan lidi:
20 - 8= 12
1) Ambil 20 batang lidi.
2) Karena kurang, maka ambil
8 lidi dari 20 lidi tadi.
3) Hitung lidi yang tesisa
3. Daun Kelapa
Gambar 2 Lidi dari Pohon Kelapa
Gambar 3 Kreasi dari daun kelapa
19. 16
Daun kelapa dapat dianyam membentuk suatu bangun ruang
seperti kubus, bola, belah ketupat, dan lain-lain. Sehingga hal ini dapat
memudahkan siswa dalam mempelajari bentuk bangun ruang.
4. Dakon KPK dan FPB
Potensi pesisir yang dimanfaatkan dalam media ini yaitu kerang,
yang digunakan sebagai kecik/batu dakon. Papan dakonnya juga dapat
dibuat dari batok kelapa yang dibuat menjadi beberapa baris sesuai
kebutuhan.
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam media dakon ini
terhadap konsep KPK dan FPB, yaitu :
a. Menentukan KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil)
1) Menentukan bilangan yang akan dicarikan KPK nya. Berikan
soal yang mudah terlebih dahulu, misalnya mencari KPK dari 2
dan 3.
2) Masukkan biji untuk kelipatan dari 2 yakni letakkan pada lubang
dakon yang bernomor 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24, ...
3) Lalu masukkan biji yang berwarna lain untuk kelipatan dari 3
yakni letakkan pada lubang yang bernomor 3, 6, 9, 12, 15, 18,
21, 24,… Maka dalam lubang yang akan berisi 2 biji yaitu
lubang bernomor 6, 12, 18, 24, … .
4) Kemudian dijelaskan bahwa 6, 12, 18, 24, … adalah kelipatan
persekutuan dari 2 dan 3. Dari kelipatan persekutuan tersebut,
bilangan yang terkecil adalah 6. Jadi KPK dari 2 dan 3 adalah 6
Gambar 4 Dakon KPK dan FPB dari
Kerang
20. 17
b. Menentukan FPB (Faktor Persekutuan Terbesar)
1) Menentukan bilangan yang hendak dicari FPB nya. Berikan soal
yang mudah terlebih dahulu. Misalkan 6 dan 8.
2) Berarti masukkan biji pada dakon untuk faktor dari 6 kedalam
lubang yang bernomor 1, 2, 3, dan 6.
3) Kemudian masukkan biji berwarna lain untuk faktor dari 8 yaitu
1, 2, 4, dan 8. Perhatikan lubang yang berisi 2 biji pada dakon
yaitu lubang bernomor 1 dan 2.
4) Kemudian dijelaskan bahwa 1 dan 2 merupakan faktor
persekutuan dari 6 dan 8. Dari Faktor persekutuan tersebut,
bilangan yang terbesar adalah 2. Jadi FPB dari 6 dan 8 adalah 2.
5. Box Pasir
Anak Kelas Kecil dan Kelas Tengah sangat menggemari peragaan
yang menggunakan boks pasir. Boks pasir dapat dipakai untuk
menciptakan "peta" bagi mereka khususnya bagi Kelas Tengah. Melalui
boks pasir dapat dibentuk gunung dan lembah danau (memakai cetakan),
sungai yang mengalir, orang-orangan, pohon dan tumbuhan (gunakan
daun, tumbuhan kecil sebagai pendukung).
Selain itu, Pasir yang diwarnai dapat menjadi media pembelajaran
dalam melukis dengan pasir, mengenal warna, selain itu pasir yang
dibasahi dengan air dapat dibentuk sesuai dengan yang kita inginkan,
seperti bola, kubus, balok, segitiga, piramida, dan sebagainya.
Gambar 5 Box Pasir
21. 18
6. Media untuk menghitung mean, modus, dan median
Potensi pesisir yang dimanfaatkan dalam media ini yaitu pasir
untuk membuat tusuk batang tetap berdiri dan kerang sebagai penghias
media. Cara penggunaan media ini yaitu :
a. Siapkan data yang akan dicari nilain mean, median dan modusnya
b. Sesuaikan jumlah batang dengan jumlah data yang akan dihitung
c. Sesuaikan masing masing nilai data yaitu dengan meletakkan jumlah
tutup botol pada batang yang telah disiapkan. Satu batang mewakili
satu data, sedangkan banyaknya tutup botol pada setiap batang
mewakili besar data tersebut.
d. Jika akan menghitung mean, maka ratakan jumlah tutup botol pada
batang dengan memberikan setiap batang jumlah botol yang sama
(sehingga jumlah tutup botol sama banyak disetiap batang). Hitung
jumlah tutup botol pada salah satu batang, itulah nilai mean nya.
e. Jika akan menghitung median, urutkan nilai data dari yang terkecil /
terbesar pada batang yang tersedia, kemudian perhatikan batang yang
berada ditengah. Hitung jumlah tutup botol pada batang tersebut,
itulah nilai mediannya.
f. Jika akan menghitung modus, perhatikan batang yang memiliki
jumlah tutup botol yang paling banyak. Nilai modusnya adalah jumlah
tutul botol yang paling banyak dari batang yang lain.
Gambar 6 media untuk menghitung
mean, modus, dan median
22. 19
7. Jam Sudut
Potensi pesisir yang dimanfaatkan dalam media ini yaitu kerang,
sebagai penjelas angka (1 – 12) yang terdapat pada jam. Cara penggunaan
media ini yaitu :
a. Tentukan pukul berapa waktu yang ingin diukur sudutnya.
b. Letakkan (putar) jarum jam sesuai dengan waktu yang ingin diukur
sudutnya.
c. Perhatikan 2 nilai sudut yang ditunjuk oleh jarum panjang dan jarum
pendek.
d. Dari 2 nilai tersebut, nilai yang lebih besar dikurangi dengan nilai yang
lebih kecil.
e. Itulah besar sudut dari jam yang ingin diukur sudutnya.
8. Ekosistem Pesisir Pantai
Gambar 7 Jam Sudut
Gambar 8 Ekosistem Pesisir Pantai
23. 20
Ekosistem yang ada pada wilayah pesisir tersebut juga dapat
dimanfaatkan sebagai media pembelajaran langsung di luar kelas seperti
ekosistem hutan mangrove dan pantai. Ekosistem hutan mangrove dapat
dimanfaatkan sebagai tempat pariwisata untuk pembelajaran biologi.
Karena dalam ekosistem hutan mangrove terdapat banyak makhluk hidup
yang hidup berdampingan dalam ekosistem tersebut seperti, pohon
bakau, kepiting, ikan, dan bekantan.
24. 21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Wilayah pesisir dapat diartikan sebagai kawasan yang berbatasan
antara darat dan laut yang memiliki ekosistem di dalamnya. Sepanjang garis
pantai ini terdapat wilayah pesisir yang relatif sempit, tetapi memiliki potensi
sumberdaya alam yang sangat banyak seperti ekosistem mangrove, terumbu
karang, dan padang lamun yang sangat luas dan beragam.
Potensi sumberdaya kawasan pesisir yaitu sumberdaya hayati (ikan,
terumbu karang, padang lamun, mangrove, dan biota laut lain), sumberdaya
nonhayati (pasir, air laut, mineral dasar laut), sumberdaya buatan
(infrastruktur laut yang terkait dengan kelautan dan perikanan, dan jasa-jasa
lingkungan berupa keindahan alam. Beberapa contoh potensi wilayah pesisir
di wilayah Kalimantan Utara: Hutan Mangrove, Terumbu Karang, Rumpu
Laut, Padang Lamun, dan Kerang.
Kearifan lokal merupakan perwujudan dari daya tahan dan daya
tumbuh yang dimanifestasikan melalui pandangan hidup, pengetahuan, dan
pelbagai strategi kehidupan yang berupa aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat lokal untuk menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan
kebutuhan hidupnya, sekaligus memelihara kebudayaannya.
Contoh kearifan lokal di wilayah Kalimantan Utara lainnya yaitu:
Upacara adat Iraw Tengkayu, Tari-Tarian (Jepen, Tari Embaul, Tari Jingga-
jingga, Tari Dendeng Taka), Tradisi Acara Pernikahan, Tradisi dalam Acara
Selamatan, Permainan (Asin Naga, Gasing, Belugu), Lagu Daerah, dan Seni
Bela Diri.
Potensi yang dimiliki di daerah pesisir dan sekitarnya perlu dipilah
untuk dikembangkan sebagai media pembelajaran, karena dari seluruh potensi
tersebut harus dilihat dari segi keamanan dan kenyamanan peserta didik.
Selain itu, potensi wilayah pesisir yang dapat dikembangkan menjadi media
pembelajaran juga murah dalam hal ekonomis agar mudah dijangkau. Potensi
25. 22
wilayah pesisir yang dapat dikembangkan untuk media pembelajaran,
diantaranya adalah kerang, pasir, tumbuhan kelapa, dan kerikil.
3.2 Saran
Adanya bermacam-macam potensi wilayah pesisir untuk
mengembangkan media ajar terkhusus pembelajaran matematika, maka
diharapkan seorang pendidik (guru) dapat memahami hal ini dan
mengimplementasikannya dalam proses belajar mengajar yang berlangsung
sehingga pembelajaran yang berlangsung dapat bervariasi dan menarik untuk
peserta didik.
26. 23
DAFTAR PUSTAKA
Bidayani, Endang. 2014. Ekonomi Sumber Daya Pesisir Yang Tercemar. Malang:
UB Press.
BPS dan BAPPEDA Kota Tarakan. 2010. Profil seni budaya kota Tarakan.
Tarakan: Badan Pusat statistik kota tarakan dan badan perencanaan daerah
kota tarakan
Lelaona, Antonius. 2016. Dari Lautan Menuju Tuhan. Sleman: PT. Kanisius.
Puspitaningasih. 2012. Mengenal Ekosistem Laut dan Pesisir. Bogor. Pustaka
Sains
Tjandra, Ellen. 2011. Mengenal Pantai. Bogor: Cita Insan Maddani (CIM).
Tjandra, Ellen dan Siagian, Yosua R. 2011. Mengenal Terumbu Karang. Bogor:
Cita Insan Maddani (CIM).