SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
Download to read offline
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
FISIKA DASAR 1
β€œMOMEN INERSIA”
TANGGAL PENGUMPULAN : 16 OKTOBER 2017
TANGGAL PRAKTIKUM : 18 OKTOBER 2017
WAKTU PRAKTIKUM : 13.30-selesai WIB
NAMA : UTUT MUHAMMAD
NIM : 11170163000059
KELOMPOK / KLOTER : -/ 1 (SATU)
NAMA :
1. UTUT MUHAMMAD (11170163000059)
2. BELLA NURHALIZA (11170163000056)
KELAS : PENDIDIKAN FISIKA 1B
LABORATORIUM FISIKA DASAR
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
β€œMOMEN INERSIA”
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Dapat menentukan periode benda pada momen inersia.
2. Dapat menetukan momen inersia benda.
3. Dapat menentukan simpangan pada momen inersia.
4. Dapat menentukan periode piringan.
5. Dapat menentukan periode diri.
6. Dapat menentukan konstanta pegas pada momen inersia.
7. Dapat mengatahui aplikasi momen inersia dalam kehidupan sehari -hari.
8. Menghitung momen inersia dari berbagai macam bentuk dan ukuran benda
melalui praktikum.
B. DASAR TEORI
Momen inersia adalah analog dengan massa, tetapi untuk benda yang berputar.
Secara sistematis dituliskan :
Dengan r adalah jarak benda. Satuan momen inersia adalah kg.m2
.(Rully.2012 :
206).Sebagian besar kasus melingkar sejauh ini kita telah memperlakukan tubuh
sebagai "partikel" sehingga semuanya, pada dasarnya, berputar dalam lingkaran
dengan jari-jari yang sama. Bila ini tidak realistis, kita harus menganggap tubuh
berputar sebagai sistem partikel "yang terhubung" yang bergerak dalam lingkaran
radius yang berbeda. Cara di mana massa tubuh didistribusikan kemudian
mempengaruhi perilakunya. (Duncan, 1973: 136)
Massa tubuh adalah ukuran oposisi bawaannya terhadap perubahan gerak linier.
ukuran massa inersia Properti yang sesuai untuk gerak rotasi disebut momen
ineritia. semakin sulit untuk mengubah kecepatan sudut tubuh yang berputar pada
sumbu tertentu, eksperimen menunjukkan bahwa roda dengan sebagian besar
massanya di pelek lebih sulit untuk dimulainya dan berhenti daripada disk unifrom
dengan massa yang sama yang berputar pada sumbu yang sama. , yang pertama
memiliki momen inersia yang lebih besar. Begitu pula, saat inersia orang di bangku
berputar lebih besar saat lengannya diperpanjang. Perlu dicatat bahwa momen
inersia adalah milik tubuh yang berputar pada sumbu tertentu. Jika sumbu berubah
begitu juga momen inersia. (Duncan, 1973:137)
Benda tegar yang berotasi terdiri dari massa yang bergerak, sehingga memiliki
energi kinetik. Kita dapat menyatakan energi kinetik ini dalam bentuk kecepatan
sudut benda dan sebuah besaran baru yang disebut dengan momen inertia yang kita
𝐼 = βˆ‘π‘š. π‘Ÿ2
definisika. Untuk mengembangkan hubungan ini, kita bayangkan sebuah benda
yang terdiri dari sejumlah besar partikel dengan massa π‘š1, π‘š2, π‘š3, … …, pada jarak
π‘Ÿ1 π‘Ÿ2 π‘Ÿ3,…., dari sumbu putar. Kita beri nama masing-masing partikel dengan subkrip
𝑖, massa partikel ke-𝑖 adalah π‘š1, dan jaraknya dari sumbu putar adalah π‘Ÿ1. Partikel
tidak harus seluruhnya berada pada satu bidang, sehingga kita dapat menunjukkan
bahwa π‘Ÿ1 adalah jarak tegak lurus dari sumbu terhadap partikel ke-𝑖.(
Zemansky.2002:273)
Kita dapat menyimpulkan disini bahwa momen inertia, yang merupakan ukuran
bagi kelembaman (inersia) sebuah benda yang berotasi, memainkan peran yang
sama dengan massa dalam gerak translasi. Inertia rotasi pada sebuah benda
bergantung tak hanya pada massanya saja, namun juga pada bagaimana massa
tersebut terdistribusi terhadap posisi sumbu rotasinya. Sebagai contoh, sebuah
silinder berdiameter lebih besar akan memiliki inersia rotasi yang lebih besar dari
pada silinder lainnya yang bermassa sama namun berdiameter lebih kecil. Silinder
yang disebutkan pertama kali akan lebih sulit untuk mulai dirotasikan dari keadaan
diam, dan lebih sulit dihentikan dari keadaan berotasi. Bila massa terkonsentrasi
pada lokasi yang lebih jauh dari sumbu rotasi, inertia rotasi akan lebih besar. Untuk
gerak rotasi, massa sebuah benda tidak dapat dianggap konsentrasinya di pusat
massanya. Berikut ini adalah macam-macam benda pada momen inertia :
No Benda Lokasi Sumbu Momen Inersia
1 Batang Silinder Melewati titik poros
1
12
𝑀𝐿2
2 Cincin tipis Melalui pusatnya 𝑀𝑅2
3
Silinder
berongga
-
1
2
𝑀(𝑅1
2
+ 𝑅2
2
)
4 Silinder perjal -
1
2
𝑀𝑅2
5 Silinder pejal Melalui diameter
1
4
𝑀𝑅2
+
1
12
𝑀𝐿2
6 Batang silinder Melalui ujung
1
3
𝑀𝐿2
7 Bola pejal Salah satu diameter
2
5
𝑀𝑅2
8
Bola tipis
berongga
-
2
3
𝑀𝑅2
9 Cincin tipis Salah satu diameternya
1
12
𝑀(𝑙2
+ 𝑀2
)
Untuk sebagian besar benda yang bisa kita jumpai, massa terdistribusi secara
kontinu, dan karenanya perhitungan momen inertia, βˆ‘π‘šπ‘Ÿ2
, dapat menjadi amat
sukar. Tetapi, persamaan-persamaan dapat diturunkan (dengan menggunakan
kalkulus) untuk momen inertia bagi benda-benda yang memiliki bentuk beraturan
dalam suku-suku dimensi-dimensi objek. Diantara persamaan-persamaan ini bagi
beberapa bentuk benda pejal yang diputar pada sumbu yang disebutkan dalam tabel
diatas. Diantara persamaan-persamaan ini, satu-satunya yang tampak dapat kita
turunkan dengan cukup mudah disini adalah persamaan untuk gelang atau cincin
tipis yang diputar pada sebuah sumbu yang melewati titik pusatnya secara tegak-
lurus terhadap bidang dimana gelang atau cincin tipis yang diputar pada sebuah
sumbu yang melewati titik pusatnya secara tegak lurus terhadap bidang dimana
gelang atau cincin berada. Untuk benda maka, , βˆ‘π‘šπ‘Ÿ2
= (βˆ‘π‘š)𝑅2
= 𝑀𝑅2
, dimana
M adalah massa total gelang atau cincin dimaksud.
Bila perhitungan sulit dilakukan, 𝐼 dapat pula ditentukan melalui eksperimen
dengan cara mengukur percepatan 𝛼 sudut mengelilingi suatu sumbu tetap akibat
bekerjanya suatu torque , βˆ‘πœ yang diketahui, dan kemudia menerapkan hukum
Newton kedua. (Giancoli. 2014 : 262-263)
C. ALAT DAN BAHAN
NO. GAMBAR NAMA ALAT DAN BAHAN
1. Neraca Digital
2. Alat Momen Inertia
3. Jangka Sorong
4. Bola Pejal
5. Silinder Pejal
6. Silinder Berongga
7. Perangkat Beban
8. Piringan 213
9. Piringan 714
10. Penggaris
11. Kerucut Pejal
12. Benang Nilon
13. Stopwatch
D. LANGKAH PERCOBAAN (MENGHITUNG BENDA)
NO. GAMBAR LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan untuk
praktikum momen inertia
2. Ukurlah semua benda
momen inertia dengan neraca
digital
3. Hitunglah masing-masing
diameter luar semua benda
momen inertia.
4. Hotunglah diameter dalam
benda momen inertia (khusus
untuk diameter dalam
5. Hitunglah tinggi semua
benda pada momen inertia
6. Jika telah selesai mengukur
massa, diameter dalam dan
luar, dan tinggi. Catalah
untuk sebagai laporan
sementara.
LANGKAH PERCOBAAN (MENCARI SIMPANGAN)
NO. GAMBAR LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan untuk
praktikum momen inertia
2. Ukurlah simpangan tersebut
dengan menggunakan beban
yang disediakan untuk
mendapatkan simpangan
derajat pada momen inertia.
3. Untuk mendapatkan
simapangan disyaratkan
posisi benda dalam keadaan
tenaang agar mendapatkan
data yang valid.
4. Jika sudah dilakukan catatlah
hasil data tersebut untuk
sebagai laporan sementara
pada alat momen inertia.
LANGKAH PERCOBAAN (MENCARI PERIODE DIRI)
NO. GAMBAR LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan untuk
praktikum momen inertia
2. Masukinlah batang sebagai
sarana untuk mengukur
periode diri pada momen
inertia.
3. Putar sudut sebesar 270Β°,
lakukan sebenya tiga kali dan
catatlah waktu dari putaran
dengan stopwatch yang telah
disediakan.
4. Jika sudah dilakukan catatlah
hasil data tersebut untuk
sebagai laporan sementara
pada alat momen inertia.
LANGKAH PERCOBAAN (MENCARI PERIODE PIRINGAN)
NO. GAMBAR LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan untuk
praktikum momen inertia
2. Tarulah piringan momen
inertia diatas alat momen
inertia sebagai mengukur
pirngan pada momen inertia.
3. Putar sudut sebesar 270Β°,
lakukan sebanya tiga kali dan
catatlah waktu dari putaran
dengan stopwatch yang telah
disediakan.
4. Jika sudah dilakukan catatlah
hasil data tersebut untuk
sebagai laporan sementara
pada alat momen inertia.
LANGKAH PERCOBAAN (MENCARI PERIODE BENDA)
NO. GAMBAR LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan untuk
praktikum momen inertia
2. Tarulah benda momen inertia
diatas alat momen inertia
sebagai mengukur benda
pada momen inertia.
3. Putar sudut sebesar 270Β°,
lakukan sebanyak tiga kali
dari masing-masing benda
dan catatlah waktu dari
putaran dengan stopwatch
yang telah disediakan.
4. Jika sudah dilakukan catatlah
hasil data tersebut untuk
sebagai laporan sementara
pada alat momen inertia.
E. DATA PERCOBAAN
A. MOMEN INERTIA MENGUKUR BENDA
Gambar 1. Hasil data pengukuran benda pada momen inertia
No Nama benda
Massa
(g)
Diameter
Luar
(cm)
Diameter
Dalam
(cm)
Tinggi
(cm)
1 Bola pejal 483 g 6,5 cm - -
2 Silinder Pejal 485 g 8,1 cm -
14,1
cm
3
Silinder
Berongga
450 g 7,35 cm 6,25 cm 5,4 cm
4 Piringan 213 510 g 21,6 cm - 1,9 cm
5 Piringan 714 476 g 17,3 cm - 2,9 cm
6 Kerucut 483 g 14,1 cm - 12,2 cm
B. MOMEN INERTIA MENGUKUR SIMPANGAN
Gambar 2. Hasil data pada pengukuran simpangan pada momen inertia
C. MOMEN INERTIA MENGUKUR PERIODE DIRI
M (g)
Simpangan
πœƒ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ (Β°)
1 2 3 πœƒ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ (Β°)
50 29Β° 29Β° 29Β° 29Β°
100 41Β° 41Β° 38Β° 40Β°
150 45Β° 44Β° 43Β° 44Β°
200 47Β° 48Β° 50Β° 48,33Β°
250 54Β° 54Β° 55Β° 54,33Β°
Gambar 3. Hasil data pengukuran periode diri pada momen inertia
D. MOMEN INERTIA MENGUKUR PERIODE BENDA
Gambar 4. Hasil data pengukuran periode benda pada momen inertia
Waktu 3 getaran
T (s)
t t t
16,8 s 16,6 s 16,8 s 5,58 s
No Nama Benda
Waktu 3 Getaran
T (s)
t t t
1 Bola Pejal 4 s 4,2 s 4,2 s 1,43 s
2 Silinder pejal 3,2 s 3,4 s 3,4 s 1,11 s
3
Silinder
Berongga
3,6 s 3,8 s 3,8 s 1,23 s
4 Piringan 213 8,0 s 8,0 s 8,2 s 2,69 s
5 Piringan 714 6,0 s 6,2 s 6,2 s 2,04 s
6 Kerucut 4,0 s 3,8 s 4,2 s 1,32 s
E. MOMEN INERTIA MENGUKUR PERIODE PIRINGAN
Gambar 5. Hasil data pengukuran periode piringan pada momen inertia
1 (cm)
Waktu 3 Getaran
T (s)
t t t
0 6,8 s 6,8 s 7,0 s 2,29 s
2,5 7,0 s 7,0 s 7,0 s 7,00 s
5 8,0 s 8,0 s 7,8 s 1,23 s
7,5 8,8 s 9,0 s 9,0 s 2,98 s
10 10,2 s 10,2 s 10,0 s 3,38 s
F. DATA PERCOBAAN
A. Pada benda momen inertia menurut teori
1. Bola Pejal
Jawab :
Dik: π‘š = 483 𝑔 = 0,483 π‘˜π‘”
π‘Ÿπ‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ = 6,5 π‘π‘š = 0,065 π‘š
Dit : 𝐼
𝐼 =
2
5
π‘šπ‘…2
𝐼 =
2
5
. 0,483. (0,065)2
𝐼 =
2
5
. 0,483. (0,004225)
𝐼 = 0,0008 π‘˜π‘” π‘š2
2. Silinder Pejal
Jawab :
Dik: π‘š = 485 𝑔 = 0,485 π‘˜π‘”
π‘Ÿπ‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ = 8,1 π‘π‘š = 0,081 π‘š
Dit : 𝐼
𝐼 =
1
2
π‘šπ‘…2
𝐼 =
1
2
. 0,485. (0,081)2
𝐼 =
1
2
. 0,485. (0,006561)
𝐼 = 0,0016 π‘˜π‘” π‘š2
3. Silinder berongga
Jawab :
Dik: π‘š = 450 𝑔 = 0,450 π‘˜π‘”
π‘Ÿπ‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ = 7,35 π‘π‘š = 0,0735 π‘š
π‘Ÿπ‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ = 6,25 π‘π‘š = 0,0625 π‘š
Dit : 𝐼
𝐼 =
1
2
π‘š(𝑅1
2
+ 𝑅2
2
)
𝐼 =
1
2
. 0,450 + (0,0735)2
+ 0,0625)2
𝐼 =
1
2
. 0,450. (0,0054 + 0,0039)
𝐼 = 0,0021 π‘˜π‘” π‘š2
4. Piringan 213
Jawab :
Dik: π‘š = 510 𝑔 = 0,51 π‘˜π‘”
π‘Ÿπ‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ = 21,6 π‘π‘š = 0,216 π‘š
Dit : 𝐼
𝐼 =
1
2
π‘šπ‘…2
𝐼 =
1
2
. 0,510. (0,216)2
𝐼 =
1
2
. 0,510. (0,047)
𝐼 = 0,012 π‘˜π‘” π‘š2
5. Piringan 714
Jawab :
Dik: π‘š = 476 𝑔 = 0,476 π‘˜π‘”
π‘Ÿπ‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ = 17,3 π‘π‘š = 0,173 π‘š
Dit : 𝐼
𝐼 =
1
2
π‘šπ‘…2
𝐼 =
1
2
. 0,485. (0,173)2
𝐼 =
1
2
. 0,485. (0,03)
𝐼 = 0,007 π‘˜π‘” π‘š2
6. Kerucut
Jawab :
Dik: π‘š = 483 𝑔 = 0,485 π‘˜π‘”
π‘Ÿπ‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ = 14,1 π‘π‘š = 0,141 π‘š
Dit : 𝐼
𝐼 =
3
10
π‘šπ‘…2
𝐼 =
3
10
. 0,483. (0,141)2
𝐼 =
3
10
. 0,483. (0,02)
𝐼 = 0,003 π‘˜π‘” π‘š2
B. Menghitung simpangan pada moment inertia
1. π‘š = 50 𝑔 = 0,05 π‘˜π‘”
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (πœƒ1 + πœƒ2 + πœƒ3): 3
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (29Β° + 29Β° + 29Β°): 3
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 29Β°
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 29Β° = 29 π‘₯
πœ‹
180
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 29 π‘₯
3,14
180
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 0,506 πœ‹ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘Žπ‘›
2. π‘š = 100 𝑔 = 0,1 π‘˜π‘”
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (πœƒ1 + πœƒ2 + πœƒ3): 3
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (41Β° + 41Β° + 38Β°): 3
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 40Β°
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 40Β° = 40 π‘₯
πœ‹
180
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 40 π‘₯
3,14
180
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 0,7 πœ‹ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘Žπ‘›
3. π‘š = 150 𝑔 = 0,15 π‘˜π‘”
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (πœƒ1 + πœƒ2 + πœƒ3): 3
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (45Β° + 44Β° + 43Β°): 3
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 44Β°
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 44Β° = 44 π‘₯
πœ‹
180
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 44 π‘₯
3,14
180
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 0,7675 πœ‹ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘Žπ‘›
4. π‘š = 200 𝑔 = 0,2 π‘˜π‘”
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (πœƒ1 + πœƒ2 + πœƒ3): 3
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (47Β° + 48Β° + 50Β°): 3
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 48,33Β°
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 48,33Β° = 48,33 π‘₯
πœ‹
180
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 48,33 π‘₯
3,14
180
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 0,8431 πœ‹ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘Žπ‘›
5. π‘š = 250 𝑔 = 0,25 π‘˜π‘”
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (πœƒ1 + πœƒ2 + πœƒ3): 3
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (54Β° + 54Β° + 55Β°): 3
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 54,33Β°
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 54,33Β° = 54,33 π‘₯
πœ‹
180
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 54,33 π‘₯
3,14
180
πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 0,9478 πœ‹ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘Žπ‘›
Menentukan moment inertia diri alat momen inertia (g=10 m/s2)
1. π‘š1 = 50 𝑔 = 0,05 π‘˜π‘”
𝐹1 = π‘š1. 𝑔
𝐹1 = 0,05 π‘₯ 10 π‘š/𝑠2
𝐹1 = 0,5 𝑁
2. π‘š1 = 100 𝑔 = 0,1 π‘˜π‘”
𝐹1 = π‘š1. 𝑔
𝐹1 = 0,1 π‘₯ 10 π‘š/𝑠2
𝐹1 = 1 𝑁
3. π‘š1 = 150 𝑔 = 0,15 π‘˜π‘”
𝐹1 = π‘š1. 𝑔
𝐹1 = 0,15 π‘₯ 10 π‘š/𝑠2
𝐹1 = 1,5 𝑁
4. π‘š1 = 200 𝑔 = 0,2 π‘˜π‘”
𝐹1 = π‘š1. 𝑔
𝐹1 = 0,2 π‘₯ 10 π‘š/𝑠2
𝐹1 = 2 𝑁
5. π‘š1 = 250 𝑔 = 0,25 π‘˜π‘”
𝐹1 = π‘š1. 𝑔
𝐹1 = 0,25 π‘₯ 10 π‘š/𝑠2
𝐹1 = 2,5 𝑁
C. Menghitung periode diri lima getaran pada moment inertia
D. Menghitung periode benda lima getaran pada moment inertia
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (16,8 𝑠 + 16,6 𝑠 + 16,8 𝑠 ): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 16,73
1
3
𝑠
𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
5
𝑇˳ = 5,58
1
5
𝑇˳ = 1,116 𝑠
1. Bola Pejal :
Jawab :
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (4 𝑠 + 4,2 𝑠 + 4,2 𝑠 ): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 4,13
1
3
𝑠
𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
5
𝑇˳ = 1,43
1
5
𝑇˳ = 0,286 𝑠
2. Silinder pejal ? Jawab :
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (3,2 𝑠 + 3,4 𝑠 + 3,4 𝑠 ): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 3,33
1
3
𝑠
𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
5
𝑇˳ = 1,11
1
5
𝑇˳ = 0,222 𝑠
3. Silinder Berongga :
Jawab :
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (3,6 𝑠 + 3,8 𝑠 + 3,8 𝑠 ): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 3,7
1
3
𝑠
𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
5
𝑇 =Λ³ 1,23
1
5
𝑇˳ = 0,246 𝑠
4. Piringan 213 :
Jawab :
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (8 𝑠 + 8 𝑠 + 8,2 𝑠 ): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 8,06
1
3
𝑠
𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
5
𝑇˳ = 2,69
1
5
𝑇˳ = 0,538 𝑠
5. Piringan 714 :
Jawab :
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (6 𝑠 + 6,2 𝑠 + 6,2 𝑠 ): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 6,13
1
3
𝑠
𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
5
𝑇˳ = 2,04
1
5
𝑇˳ = 0,408 𝑠
E. Menghitung periode pergesaran piringan lima getaran pada moment
inertia
6. Kerucut :
Jawab :
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (4 𝑠 + 3,8 𝑠 + 4,2 𝑠 ): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 4,0
1
3
𝑠
𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
5
𝑇 =Λ³ 1,32
1
5
𝑇˳ = 0,264 𝑠
1. Dik:
Jawab :
Dik: π‘π‘š = 0 = 0,0 π‘š
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (6,8 𝑠 + 6,8 𝑠 + 7 𝑠 ): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 6,86
1
3
𝑠
𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
5
𝑇 =Λ³ 2,29
1
5
𝑇˳ = 0,458 𝑠
2. Dik:
Jawab :
Dik: π‘π‘š = 2,5 = 0,025 π‘š
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (7,0 𝑠 + 7 𝑠 + 7 𝑠 ): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 7,00
1
3
𝑠
𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
5
𝑇 =Λ³ 2,33
1
5
𝑇˳ = 0,466 𝑠
3. Dik:
Jawab :
Dik: π‘π‘š = 5 = 0,05 π‘š
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (8,0 𝑠 + 7,8 𝑠 + 7,8 𝑠 ): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 7,86
1
3
𝑠
𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
5
𝑇 =Λ³ 2,62
1
5
𝑇˳ = 0,5234 𝑠
4. Dik:
Jawab :
Dik: π‘π‘š = 7,5 = 0,075 π‘š
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (8,8 𝑠 + 9,0 𝑠 + 9,0 𝑠 ): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 8,93
1
3
𝑠
𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
5
𝑇 =Λ³ 2,98
1
5
𝑇˳ = 0,596 𝑠
5. Dik:
Jawab :
Dik: π‘π‘š = 10 = 0,1 π‘š
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (10,2 𝑠 + 10,2 𝑠 + 10,0 𝑠 ): 3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
3
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 10,13 𝑠
𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘
1
5
𝑇 =Λ³ 3,38
1
5
𝑇˳ = 0,676 𝑠
G. PEMBAHASAN
Pada percobaan moment inertia ini bahwasannya besarnya momen inersia
bergantung pada berbagai macam seperti bentuk bendanya, jari-jarinya, dan massa
bendanya, ada penentuan bahwasannya momen inertia tertentu seperti bola pejal,
bentuk segiempat atau bentuk yang lain itu cenderung lebih mudah ketimbang pada
momen inertia benda yang memiliki bentuk tidak sempurna atau beraturan. bentuk
yang tidak beraturan dalam hal ini tidaklah bisa dihitung jari-jarinya sehingga
muncul istilah jari-jari dalam bentuk benda tersebut.
Benda tegar yang akan dicari pada moment kelembaman dalam praktikum moment
inertia ini yang kami lakukan adalah bola pejal, silinder pejal, silinder berongga,
piringan 213, piringan 714, dan kerucut. Jari-jari pada benda tegar tersebut antara
lain adalah pad abola pejal 0,065 cm, pada silinder pejal 0,081 cm, pada silinder
berongga 0,0735 cm untuk diameter luar, dan diameter dalam 0,0625, pada piringan
213 mempunyai jari-jari 0,216 cm, pada piringan 714 mempunyai jari-jari 0,173
cm, dan yang terakhir pada jari-jari kerucut 0,141 cm, sedangkan untuk massa
benda tegar adalah pada bola pejal 0,483 kg, untuk silinder pejal 0,485 kg, untuk
silinder berongga 0,45 kg, untuk piringan 213 adalah 0,51 kg, untuk piringan 714
adalah 0,476 kg, dan pada kerucut sebesar 0,483 kg, dan besar sudut
menyimpangnya adalah 270Β°.untuk menentukan benda tegar moment inertia
dibutuhkan alat dengan momen inertia dan kemudian diberi simpangan 270Β°. Benda
tegar diletakkan diatas alat momen inertia dan diberi simpanagan sebesar 270Β°, lalu
melepaskannya dan membiarkanya berhenti berotasi kemudian catatlah waktu
selama berotasi dengan stopwatch.
Waktu yang dibutuhkan masing-masing benda tegar untuk berhenti berotasi adalah
untuk bola pejal 4,3 s, silinder pejal 3,33 s, silinder berongga, 3,7 s, piringan 213
adalah 8,06 s, piringan 714 adalah 6,13 s, dan pada kerucut adalah 4,0 s, dalamuji
coba pada praktikum momen inertia adalah untuk mengatahu simpangan digunakan
alat bantu yaitu alat momen inertia ditengkurapkan serta beban digantung pada alat
momen inertia agar mengatahui simpangan pada praktikum momen inertia ini, pada
beban 50 g mendapatkan hasil rata-rata simpangannya adalah 29Β°, pada beban 100
g mendapatkan 40Β°, pada beban 150 g mendapatkan simpangan yaitu 44Β°, pada
beban 200 g mendapatkan simpangan sembesar 48,33Β°, dan pada massa benda 250
g mendapatkan beban sebesar 54,33Β°.
Waktu periode pada mencari periode dalam lima getaran adalah dengan menjumlah
kan hasil waktu yang kemudian dibagi dari banyaknya jumalah tersebut baru dibagi
dengan lima getaran seperti data yang didapatkan hasil rata-rata adalah 16,73 dibagi
3 yaitu 5,58 ini adalah baru mendapatkan hasil jumlah dibagi dengan banyak nya
jumlaj, seperti yang disebutkan untuk mendapatkan periode lima getaran adalah
5,58 akan dibagi 5 yang hasilnya adalah 1,116 s, ini adalah periode diri dalam lima
getaran, seterusnya pun sama untuk menentukan periode getaran menggunakan cara
yang sama.
Dalalm hal menentukan periode benda tegar adalah waktu getaran yang dibutuhkan
adalah pada bola pejal 1,43 s, untuk silinder pejal 1,11 s, untuk silinder berongga
1,23 s, untuk piringan 213 getaran yang dibutuhkan adalah 2,69, pada piringan 714
sebesar 2,04 s, dan yang terakhir pada kerucut waktu lima getaran yang dibutuhkan
adalah 1,32 s.
Begitupun sama dengan mencari periode piringan yang pertama pada di titik pusat
0 cm, mendapatkan periode lima getaran sebesar 2,29 s, pada jarak 2,5 cm yaitu
2,32 s, pada jarak 5 cm, yaitu 2,62 cm, pada jarak 7,5 cm yaitu 2,98 cm, dan yang
terakhir pada jarak 10 cm waktu getaran yang dibutuhkan adalah 3,38 cm.
Dari data tersebut kita memperoleh hasil moment inertia benda menurut teori,
secara moment inertia pada bola pejal adalah 0,0008 π‘˜π‘” π‘š2
silinder pejal adalah
0,0016 kg m2
, pada silinder berongga 0,0021 kg m2
, pada piringan 213 dengan
inersia 0,0012 kg m2
, pada piringan 714 inersiannya adalah 0,007 kg m2
, dan pada
kerucut dengan inertia sebesar 0,003 kgm2
. nilai-nilai yang diperoleh secara teori,
menunjukkan bahwa besarnya nilai momen inersia berbanding lurus dengan jari-
jari benda tegar.artinya, makin besar jari-jarinya, maka makin besar pula nilai
momen inersianya karena setiap benda yang mengalami gerak rotasi maka sebuah
benda yang mengalaminya akan menyimpan energi pada benda tersebut artinya jika
contoh kecilnya adalah gangsing, kitabandingkan ada dua buah gangsing yang satu
lebih kecil dan yang satunya lagi lebih besar ketika diputar secara bersamaan maka
yang akan habis duluan energinya adalah ganggsing yang lebih kecil karena pada
ganggsing yang lebih kecil ia hanya sedikit menyimpan energi dan akan cepat habis
energinya pula, beda halnya jika pada ganggsing yang lebih besar ia akan
menyimpan lebih banayak energi sehingga bisa berputar sesuai dengan energi yang
dimiliki pada ganggsing yang lebih besar itu sendiri. Namun hal ini sejalan dengan
nilai yang diperoleh secara teori. nilai momen inersia yang paling besar adalah
momen inersia pada kerucut sedangkan benda tegar yangmemiliki jari-jari terbesar
adalah piringan 213.
Namun kami tetap dapat memahami bahwa yang mempengaruhi besarnya momen
inersia suatu benda tegar yaitu massa benda, jari-jari rotasi, besar simpangan, dan
waktu rotasinya.ketidak sesuaian antara nilai momen inersia yang diperoleh secara
teori disebabkan karena beberapa faktor diantaranya pengukuran pada silinder
berongga dengan menggunakan jangka sorong, mengukur simpangan yang kurang
tepat, memutar sudut simpangan 270Β°, dan praktikan kurangteliti saat menggunakan
alat tersebut ataupun saat membaca nilai yang ada pada momen inersia.
.
H. TUGAS PASCA PRAKTIKUM
Apa yang dimaksud dengan :
1. Pusat gravitasi
Jawab :
Pusat gravitasi adalah pusat gravitasi disebut juga pusat berat
merupakan titik dimana gaya berat suatu benda tegar bekerja. Dengan
kata lain, pusat dari seluruh gaya berat (gaya gravitasi) dari benda
tersebut serta titik yang dilalui oleh garis kerja dari resultan gayaberat
sistem benda.
2. Pusat massa
Jawab :
Pusat massa adalah pusat massa menunjukkan rata rata-rata letak massa
sistem danjuga juga menunjuk posisi tempat seolah-olah olah massa
sistem terkumpul. letak pusat massa tetap dalam hubungannya dengan
tubuh benda. titik tangkap dari resultan gaya berat pada setiap anggota
sistem dari pusat massa yang nilainya sama dengan nol.
3. Pusat perkusi (pusat osilasi)
Jawab :
Pusat perkusi adalah titik di mana suatu impak (pukulan, tumbukan)
tegak lurus di titik itu membuat satu titik lain tidak bergerak. titik yang
mempunyaiarah kecepatan rotasi yang sama/searah dan
menyebebkan kecepatan titik tersebut adalah 0 dan titik ini mempunyai
kecepatan rotasi disamping kecepatan translasi.
4. Pusat isolasi
Jawab :
sistem ayunan sederhana yang merupakan titik pada benda batangan
yang tidak mempunyai poros.
5. Bagaimana menentukan nilai jangka sorong dengan menggunakan
rahang atas ?
Jawab :
Misal pada jangka sorong A. Hasil pengukuran suatu benda kerja
dengan menggunakan jangka sorong ketelitian 1/128 inch adalah
sebagai berikut :
Gamabar . nilai jangka sorong dengan menggunakan rahang atas.
Seperti gambar diatas 1 inchi = 16 bagian skala utama, so maka : 1
Skala Utama = 1/16 Inchi dan dalam 1 Skala utama terdapat 8 skala
nonius, oleh karena itu dibagi 8 skala Nonius. Maka = 1/16 : 8 = 1/128.
A. Posisi skala utama (bawah), sebelum titik nol skala nonius : pada
strip ke-7, Maka : 1/16 x 7 = 7/16.
b. Posisi skala nonius (atas) pada strip ke-7, Maka : 1/128 x 7 = 7/128.
Jadi hasil pengukuran benda kerja adalah = 7/16 + 7/128 = 56/128 +
7/128 = 63/128 inch.
Jadi hasilnya dari pengukuran jangka sorong dengan rahang atas adalah
63/128 inch.
6. Bagaimana mencari konstanta berdasarkan massa dan periode ?
Jawab :
Pada dasarnya, gerak harmonik merupakan gerak melingkar beraturan
pada salah satu sumbu utama.artinya gerak harmonik juga sebagai
salah satu dari bagian momen inertia, Oleh karena itu, periode dan
frekuensi pada pegas dapat dihitung dengan menyamakan antara gaya
pemulih (F = -kX) dan gaya sentripetal (F = -4Ο€2
mf2
X).
-4Ο€2
mf2
X = -kX
4Ο€2
mf2
= k
So, 𝑓 =
1
2πœ‹
√
π‘˜
π‘š
atau 𝑇 = 2πœ‹βˆš
π‘š
π‘˜
Periode dan frekuensi sistem beban pegas hanya bergantung pada massa
dan konstanta gaya pegas.
I. KESIMPULAN.
Berdasarkan hasil percobaan momen inersia yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Benda tegar bergantung pada bentuk benda tersebut, massa benda dan juga
pada letak sumbu putar tersebut.
2. Rumus-rumus untuk menghitung benda yang satu dan yang lainnya pun
berbeda.
3. Rumus-rumus yang berbeda tersebut hanya digunakan saat kita menentukan
momen inersia suatu benda secara matematis.
4. bahwa yang mempengaruhi besarnya momen inersia suatu benda tegar yaitu
massa benda, jari-jari rotasi, besar simpangan, dan waktu rotasinya.
5. ketidak sesuaian antara nilai momen inersia yang diperoleh secara teori
disebabkan karena beberapa faktor diantaranya pengukuran pada silinder
berongga dengan menggunakan jangka sorong, mengukur simpangan yang
kurang tepat, memutar sudut simpangan 270Β°, dan praktikan kurangteliti
saat menggunakan alat tersebut ataupun saat membaca nilai yang ada pada
momen inersia.
J. SARAN DAN KOMENTAR
1. Saat melakukan praktikum momen inersia, dalam percobaan menentukan
momen kelembaman (inersia) benda tegar ini terdapat kesalahan-kesalahan
tertentu yang menyebabkan ketidakcocokan antara mengayun benda
mencocokkan/menghitung waktu benda saat diayun menggunakan
stopwatch.
2. Saat melakukan praktikum momen inersia kesalahan juga dapat terjadi saat
kita menentukan/mengukur besaran-besaran pada benda tersebut
menggunakan penggaris.
3. Saat melakukan praktikum momen inersia, praktikan diperlukan tingkat
ketelitian dan keseriusan yang tinggi.
4. Saat melakukan praktikum momen inersia, praktikan diperlukan kekerja
samaan dalam mengambil data mentah saat praktikum momen inersia
sedang berlangsung.
K. DAFTAR PUSTAKA
β€’ file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR.../6._momentum_linier_dan_tumbuka
n.pdf.
β€’ http://meylaniarifmuhaimah.blogspot.co.id/2014/11/m3-momen-
kelembaman.html.
β€’ Bramasti, Rully. 2012. Kamus Fisika. Surakarta : Aksarra Sinergi Media.
β€’ Duncan, Tom. 1973. Advance Physics. London : By Hodder Education.
β€’ Sears dan Zemansky. 2001. Fisika Universitas. Hugh D. Young & Roger
A. Freedman. Erlangga. Jl. H. Baping raya no. 100 : Jakarta.
β€’ Giancoli, Douglas C. Fisika Eidisi Ketujuh Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Lampiran :
Berikut data bola pejal pada momen inertia menurut teori:- Nama benda: Bola pejal- Massa (m): 0,483 kg- Diameter luar (D): 6,5 cm - Momen inersia (I): 2/5 x m x r^2   = 2/5 x 0,483 kg x (3,25 cm)^2   = 0,483 x 10,5 cm^4   = 5,07 x 10^-2 kg.cm^22. Silinder Pejal Jawab:Dik: m = 485 g = 0,485 kgrl
Berikut data bola pejal pada momen inertia menurut teori:- Nama benda: Bola pejal- Massa (m): 0,483 kg- Diameter luar (D): 6,5 cm - Momen inersia (I): 2/5 x m x r^2   = 2/5 x 0,483 kg x (3,25 cm)^2   = 0,483 x 10,5 cm^4   = 5,07 x 10^-2 kg.cm^22. Silinder Pejal Jawab:Dik: m = 485 g = 0,485 kgrl
Berikut data bola pejal pada momen inertia menurut teori:- Nama benda: Bola pejal- Massa (m): 0,483 kg- Diameter luar (D): 6,5 cm - Momen inersia (I): 2/5 x m x r^2   = 2/5 x 0,483 kg x (3,25 cm)^2   = 0,483 x 10,5 cm^4   = 5,07 x 10^-2 kg.cm^22. Silinder Pejal Jawab:Dik: m = 485 g = 0,485 kgrl

More Related Content

What's hot

2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoff
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoff2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoff
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoffumammuhammad27
Β 
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhana
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhana2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhana
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhanaumammuhammad27
Β 
1 b 11170163000059_laporan_gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis.
1 b 11170163000059_laporan_gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis.1 b 11170163000059_laporan_gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis.
1 b 11170163000059_laporan_gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis.umammuhammad27
Β 
Laporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padat
Laporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padatLaporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padat
Laporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padatNurul Hanifah
Β 
Laporan praktikum ghs bandul sederhana
Laporan praktikum ghs bandul sederhanaLaporan praktikum ghs bandul sederhana
Laporan praktikum ghs bandul sederhanaAnnisa Icha
Β 
laporan praktikum viskositas
laporan praktikum viskositaslaporan praktikum viskositas
laporan praktikum viskositaswd_amaliah
Β 
Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Rezki Amaliah
Β 
Massa jenis zat cair
Massa jenis zat cairMassa jenis zat cair
Massa jenis zat cairKLOTILDAJENIRITA
Β 
Jurnal termokimia
Jurnal termokimiaJurnal termokimia
Jurnal termokimianurul limsun
Β 
Laporan praktikum fisika Hukum Hooke
Laporan praktikum fisika Hukum HookeLaporan praktikum fisika Hukum Hooke
Laporan praktikum fisika Hukum HookeYunan Malifah
Β 
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnetumammuhammad27
Β 
Kelompok 2 ggl induksi elektromagnetik dan gaya lorentz
Kelompok 2 ggl induksi elektromagnetik dan gaya lorentzKelompok 2 ggl induksi elektromagnetik dan gaya lorentz
Kelompok 2 ggl induksi elektromagnetik dan gaya lorentzMuhammad Ridlo
Β 
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstoneumammuhammad27
Β 
Jurnal fisika konstanta pegas
Jurnal fisika konstanta pegasJurnal fisika konstanta pegas
Jurnal fisika konstanta pegasDedew Wijayanti
Β 
Laporan kimia dasar ia termokimia
Laporan kimia dasar ia termokimiaLaporan kimia dasar ia termokimia
Laporan kimia dasar ia termokimiaIndah Fitri Hapsari
Β 
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Rezki Amaliah
Β 
Laporan fisika gaya archimedes
Laporan fisika gaya archimedesLaporan fisika gaya archimedes
Laporan fisika gaya archimedesNandz Iu
Β 
Percobaan gerak lurus beraturan
Percobaan gerak lurus beraturanPercobaan gerak lurus beraturan
Percobaan gerak lurus beraturanKLOTILDAJENIRITA
Β 
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibel
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibel2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibel
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibelumammuhammad27
Β 

What's hot (20)

2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoff
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoff2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoff
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoff
Β 
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhana
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhana2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhana
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhana
Β 
1 b 11170163000059_laporan_gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis.
1 b 11170163000059_laporan_gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis.1 b 11170163000059_laporan_gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis.
1 b 11170163000059_laporan_gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis.
Β 
Laporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padat
Laporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padatLaporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padat
Laporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padat
Β 
Laporan praktikum ghs bandul sederhana
Laporan praktikum ghs bandul sederhanaLaporan praktikum ghs bandul sederhana
Laporan praktikum ghs bandul sederhana
Β 
laporan praktikum viskositas
laporan praktikum viskositaslaporan praktikum viskositas
laporan praktikum viskositas
Β 
Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)
Β 
Massa jenis zat cair
Massa jenis zat cairMassa jenis zat cair
Massa jenis zat cair
Β 
Jurnal termokimia
Jurnal termokimiaJurnal termokimia
Jurnal termokimia
Β 
Fluida Statis (PPT)
Fluida Statis (PPT)Fluida Statis (PPT)
Fluida Statis (PPT)
Β 
Laporan praktikum fisika Hukum Hooke
Laporan praktikum fisika Hukum HookeLaporan praktikum fisika Hukum Hooke
Laporan praktikum fisika Hukum Hooke
Β 
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
Β 
Kelompok 2 ggl induksi elektromagnetik dan gaya lorentz
Kelompok 2 ggl induksi elektromagnetik dan gaya lorentzKelompok 2 ggl induksi elektromagnetik dan gaya lorentz
Kelompok 2 ggl induksi elektromagnetik dan gaya lorentz
Β 
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone
Β 
Jurnal fisika konstanta pegas
Jurnal fisika konstanta pegasJurnal fisika konstanta pegas
Jurnal fisika konstanta pegas
Β 
Laporan kimia dasar ia termokimia
Laporan kimia dasar ia termokimiaLaporan kimia dasar ia termokimia
Laporan kimia dasar ia termokimia
Β 
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Β 
Laporan fisika gaya archimedes
Laporan fisika gaya archimedesLaporan fisika gaya archimedes
Laporan fisika gaya archimedes
Β 
Percobaan gerak lurus beraturan
Percobaan gerak lurus beraturanPercobaan gerak lurus beraturan
Percobaan gerak lurus beraturan
Β 
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibel
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibel2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibel
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibel
Β 

Similar to Berikut data bola pejal pada momen inertia menurut teori:- Nama benda: Bola pejal- Massa (m): 0,483 kg- Diameter luar (D): 6,5 cm - Momen inersia (I): 2/5 x m x r^2 = 2/5 x 0,483 kg x (3,25 cm)^2 = 0,483 x 10,5 cm^4 = 5,07 x 10^-2 kg.cm^22. Silinder Pejal Jawab:Dik: m = 485 g = 0,485 kgrl

1 b 11170163000059_laporan_momentum dan impuls
1 b 11170163000059_laporan_momentum dan impuls1 b 11170163000059_laporan_momentum dan impuls
1 b 11170163000059_laporan_momentum dan impulsumammuhammad27
Β 
Laporan praktikum fisika ( titik berat )
Laporan praktikum fisika ( titik berat )Laporan praktikum fisika ( titik berat )
Laporan praktikum fisika ( titik berat )nurfauziaahh
Β 
PPT praktikum mesin adwoot fi kelompok 3
PPT praktikum mesin adwoot fi kelompok 3PPT praktikum mesin adwoot fi kelompok 3
PPT praktikum mesin adwoot fi kelompok 3CiciPujawati1
Β 
LKS ALat Peraga Bandul Fisis
LKS ALat Peraga Bandul FisisLKS ALat Peraga Bandul Fisis
LKS ALat Peraga Bandul FisisMukhsinah PuDasya
Β 
Tugas fisika dasar 1 ( rangkuman mekanika benda tegar )
Tugas fisika dasar 1 ( rangkuman mekanika benda tegar )Tugas fisika dasar 1 ( rangkuman mekanika benda tegar )
Tugas fisika dasar 1 ( rangkuman mekanika benda tegar )Sylvester Saragih
Β 
UN Pengayaan IPA 2013/2014
UN Pengayaan IPA 2013/2014UN Pengayaan IPA 2013/2014
UN Pengayaan IPA 2013/2014syailendra081
Β 
Soal Pengayaan IPA 2013 2014 Direktorat PSMP Kemendikbud
Soal Pengayaan IPA 2013 2014 Direktorat PSMP KemendikbudSoal Pengayaan IPA 2013 2014 Direktorat PSMP Kemendikbud
Soal Pengayaan IPA 2013 2014 Direktorat PSMP KemendikbudAbdul Jamil
Β 
Laporan ayunan sederhana
Laporan ayunan sederhanaLaporan ayunan sederhana
Laporan ayunan sederhanaAdhi Susanto
Β 
Laporan menentukan gaya gravitasi dengan bandul sederhana
Laporan menentukan gaya gravitasi dengan bandul sederhanaLaporan menentukan gaya gravitasi dengan bandul sederhana
Laporan menentukan gaya gravitasi dengan bandul sederhanaSahrul Sindriana
Β 
Peta konsep benda tegar
Peta konsep benda tegarPeta konsep benda tegar
Peta konsep benda tegarDzikri Fauzi
Β 
1 b 11170163000059_laporan akhir ha (hukum archimedes)
1 b 11170163000059_laporan akhir ha (hukum archimedes)1 b 11170163000059_laporan akhir ha (hukum archimedes)
1 b 11170163000059_laporan akhir ha (hukum archimedes)umammuhammad27
Β 
FISIKA- Gerak melingkar BERATURAN
FISIKA- Gerak melingkar BERATURANFISIKA- Gerak melingkar BERATURAN
FISIKA- Gerak melingkar BERATURANMOSES HADUN
Β 
Laporan Fisika - ayunan sederhana
Laporan Fisika - ayunan sederhanaLaporan Fisika - ayunan sederhana
Laporan Fisika - ayunan sederhanaDayana Florencia
Β 
momen gaya dan momen inersia
momen gaya dan momen inersiamomen gaya dan momen inersia
momen gaya dan momen inersiaFikri Irfandi
Β 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Tetapan Pegas
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Tetapan PegasLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Tetapan Pegas
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Tetapan Pegasyudhodanto
Β 
Handout getaran harmonis
Handout getaran harmonisHandout getaran harmonis
Handout getaran harmonissyifa tunnisa
Β 
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegar
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegarBab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegar
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegarEmanuel Manek
Β 
percepatan gravitasi
percepatan gravitasipercepatan gravitasi
percepatan gravitasiDewiSintiaN
Β 
Ayunan Fisis
Ayunan FisisAyunan Fisis
Ayunan Fisissrytatik
Β 

Similar to Berikut data bola pejal pada momen inertia menurut teori:- Nama benda: Bola pejal- Massa (m): 0,483 kg- Diameter luar (D): 6,5 cm - Momen inersia (I): 2/5 x m x r^2 = 2/5 x 0,483 kg x (3,25 cm)^2 = 0,483 x 10,5 cm^4 = 5,07 x 10^-2 kg.cm^22. Silinder Pejal Jawab:Dik: m = 485 g = 0,485 kgrl (20)

1 b 11170163000059_laporan_momentum dan impuls
1 b 11170163000059_laporan_momentum dan impuls1 b 11170163000059_laporan_momentum dan impuls
1 b 11170163000059_laporan_momentum dan impuls
Β 
Laporan praktikum fisika ( titik berat )
Laporan praktikum fisika ( titik berat )Laporan praktikum fisika ( titik berat )
Laporan praktikum fisika ( titik berat )
Β 
PPT praktikum mesin adwoot fi kelompok 3
PPT praktikum mesin adwoot fi kelompok 3PPT praktikum mesin adwoot fi kelompok 3
PPT praktikum mesin adwoot fi kelompok 3
Β 
LKS ALat Peraga Bandul Fisis
LKS ALat Peraga Bandul FisisLKS ALat Peraga Bandul Fisis
LKS ALat Peraga Bandul Fisis
Β 
Tugas fisika dasar 1 ( rangkuman mekanika benda tegar )
Tugas fisika dasar 1 ( rangkuman mekanika benda tegar )Tugas fisika dasar 1 ( rangkuman mekanika benda tegar )
Tugas fisika dasar 1 ( rangkuman mekanika benda tegar )
Β 
UN Pengayaan IPA 2013/2014
UN Pengayaan IPA 2013/2014UN Pengayaan IPA 2013/2014
UN Pengayaan IPA 2013/2014
Β 
Soal Pengayaan IPA 2013 2014 Direktorat PSMP Kemendikbud
Soal Pengayaan IPA 2013 2014 Direktorat PSMP KemendikbudSoal Pengayaan IPA 2013 2014 Direktorat PSMP Kemendikbud
Soal Pengayaan IPA 2013 2014 Direktorat PSMP Kemendikbud
Β 
Laporan ayunan sederhana
Laporan ayunan sederhanaLaporan ayunan sederhana
Laporan ayunan sederhana
Β 
Laporan menentukan gaya gravitasi dengan bandul sederhana
Laporan menentukan gaya gravitasi dengan bandul sederhanaLaporan menentukan gaya gravitasi dengan bandul sederhana
Laporan menentukan gaya gravitasi dengan bandul sederhana
Β 
Peta konsep benda tegar
Peta konsep benda tegarPeta konsep benda tegar
Peta konsep benda tegar
Β 
1 b 11170163000059_laporan akhir ha (hukum archimedes)
1 b 11170163000059_laporan akhir ha (hukum archimedes)1 b 11170163000059_laporan akhir ha (hukum archimedes)
1 b 11170163000059_laporan akhir ha (hukum archimedes)
Β 
FISIKA- Gerak melingkar BERATURAN
FISIKA- Gerak melingkar BERATURANFISIKA- Gerak melingkar BERATURAN
FISIKA- Gerak melingkar BERATURAN
Β 
Laporan Fisika - ayunan sederhana
Laporan Fisika - ayunan sederhanaLaporan Fisika - ayunan sederhana
Laporan Fisika - ayunan sederhana
Β 
momen gaya dan momen inersia
momen gaya dan momen inersiamomen gaya dan momen inersia
momen gaya dan momen inersia
Β 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Tetapan Pegas
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Tetapan PegasLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Tetapan Pegas
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Tetapan Pegas
Β 
Handout getaran harmonis
Handout getaran harmonisHandout getaran harmonis
Handout getaran harmonis
Β 
Torsi
TorsiTorsi
Torsi
Β 
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegar
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegarBab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegar
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegar
Β 
percepatan gravitasi
percepatan gravitasipercepatan gravitasi
percepatan gravitasi
Β 
Ayunan Fisis
Ayunan FisisAyunan Fisis
Ayunan Fisis
Β 

More from umammuhammad27

Space and astronomy science resume
Space and astronomy science resumeSpace and astronomy science resume
Space and astronomy science resumeumammuhammad27
Β 
Simple harmonic movement in bandul
Simple harmonic movement in bandulSimple harmonic movement in bandul
Simple harmonic movement in bandulumammuhammad27
Β 
Rc range (resistor with capacitor)
Rc range (resistor with capacitor)Rc range (resistor with capacitor)
Rc range (resistor with capacitor)umammuhammad27
Β 
Modulus young and ayunan puntir
Modulus young and ayunan puntirModulus young and ayunan puntir
Modulus young and ayunan puntirumammuhammad27
Β 
Cinetic and static friction styles
Cinetic and static friction stylesCinetic and static friction styles
Cinetic and static friction stylesumammuhammad27
Β 
Basic measurement
Basic measurementBasic measurement
Basic measurementumammuhammad27
Β 
Wheatstone bridge
Wheatstone bridgeWheatstone bridge
Wheatstone bridgeumammuhammad27
Β 
Simple harmonic movement in bandul reversibel
Simple harmonic movement in bandul reversibelSimple harmonic movement in bandul reversibel
Simple harmonic movement in bandul reversibelumammuhammad27
Β 
Light emitting diode
Light emitting diodeLight emitting diode
Light emitting diodeumammuhammad27
Β 

More from umammuhammad27 (20)

Space and astronomy science resume
Space and astronomy science resumeSpace and astronomy science resume
Space and astronomy science resume
Β 
Simple harmonic movement in bandul
Simple harmonic movement in bandulSimple harmonic movement in bandul
Simple harmonic movement in bandul
Β 
Resistor
ResistorResistor
Resistor
Β 
Rc range (resistor with capacitor)
Rc range (resistor with capacitor)Rc range (resistor with capacitor)
Rc range (resistor with capacitor)
Β 
Ohm law i
Ohm law iOhm law i
Ohm law i
Β 
Modulus young and ayunan puntir
Modulus young and ayunan puntirModulus young and ayunan puntir
Modulus young and ayunan puntir
Β 
Magnetic field
Magnetic fieldMagnetic field
Magnetic field
Β 
Cinetic and static friction styles
Cinetic and static friction stylesCinetic and static friction styles
Cinetic and static friction styles
Β 
Capacitors
CapacitorsCapacitors
Capacitors
Β 
Calorimeter
CalorimeterCalorimeter
Calorimeter
Β 
Basic measurement
Basic measurementBasic measurement
Basic measurement
Β 
Atwood aircraft
Atwood aircraftAtwood aircraft
Atwood aircraft
Β 
Wheatstone bridge
Wheatstone bridgeWheatstone bridge
Wheatstone bridge
Β 
Simple harmonic movement in bandul reversibel
Simple harmonic movement in bandul reversibelSimple harmonic movement in bandul reversibel
Simple harmonic movement in bandul reversibel
Β 
Project board
Project boardProject board
Project board
Β 
Power supply
Power supplyPower supply
Power supply
Β 
Ohm law ii
Ohm law iiOhm law ii
Ohm law ii
Β 
Multimeter
MultimeterMultimeter
Multimeter
Β 
Moment inertia
Moment inertiaMoment inertia
Moment inertia
Β 
Light emitting diode
Light emitting diodeLight emitting diode
Light emitting diode
Β 

Recently uploaded

Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
Β 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
Β 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
Β 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
Β 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
Β 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
Β 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
Β 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
Β 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
Β 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
Β 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
Β 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
Β 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
Β 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
Β 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
Β 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
Β 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
Β 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
Β 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
Β 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
Β 

Recently uploaded (20)

Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Β 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
Β 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
Β 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
Β 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
Β 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
Β 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Β 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Β 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
Β 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
Β 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
Β 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Β 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Β 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
Β 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
Β 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
Β 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
Β 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Β 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Β 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
Β 

Berikut data bola pejal pada momen inertia menurut teori:- Nama benda: Bola pejal- Massa (m): 0,483 kg- Diameter luar (D): 6,5 cm - Momen inersia (I): 2/5 x m x r^2 = 2/5 x 0,483 kg x (3,25 cm)^2 = 0,483 x 10,5 cm^4 = 5,07 x 10^-2 kg.cm^22. Silinder Pejal Jawab:Dik: m = 485 g = 0,485 kgrl

  • 1. LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1 β€œMOMEN INERSIA” TANGGAL PENGUMPULAN : 16 OKTOBER 2017 TANGGAL PRAKTIKUM : 18 OKTOBER 2017 WAKTU PRAKTIKUM : 13.30-selesai WIB NAMA : UTUT MUHAMMAD NIM : 11170163000059 KELOMPOK / KLOTER : -/ 1 (SATU) NAMA : 1. UTUT MUHAMMAD (11170163000059) 2. BELLA NURHALIZA (11170163000056) KELAS : PENDIDIKAN FISIKA 1B LABORATORIUM FISIKA DASAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
  • 2. β€œMOMEN INERSIA” A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Dapat menentukan periode benda pada momen inersia. 2. Dapat menetukan momen inersia benda. 3. Dapat menentukan simpangan pada momen inersia. 4. Dapat menentukan periode piringan. 5. Dapat menentukan periode diri. 6. Dapat menentukan konstanta pegas pada momen inersia. 7. Dapat mengatahui aplikasi momen inersia dalam kehidupan sehari -hari. 8. Menghitung momen inersia dari berbagai macam bentuk dan ukuran benda melalui praktikum. B. DASAR TEORI Momen inersia adalah analog dengan massa, tetapi untuk benda yang berputar. Secara sistematis dituliskan : Dengan r adalah jarak benda. Satuan momen inersia adalah kg.m2 .(Rully.2012 : 206).Sebagian besar kasus melingkar sejauh ini kita telah memperlakukan tubuh sebagai "partikel" sehingga semuanya, pada dasarnya, berputar dalam lingkaran dengan jari-jari yang sama. Bila ini tidak realistis, kita harus menganggap tubuh berputar sebagai sistem partikel "yang terhubung" yang bergerak dalam lingkaran radius yang berbeda. Cara di mana massa tubuh didistribusikan kemudian mempengaruhi perilakunya. (Duncan, 1973: 136) Massa tubuh adalah ukuran oposisi bawaannya terhadap perubahan gerak linier. ukuran massa inersia Properti yang sesuai untuk gerak rotasi disebut momen ineritia. semakin sulit untuk mengubah kecepatan sudut tubuh yang berputar pada sumbu tertentu, eksperimen menunjukkan bahwa roda dengan sebagian besar massanya di pelek lebih sulit untuk dimulainya dan berhenti daripada disk unifrom dengan massa yang sama yang berputar pada sumbu yang sama. , yang pertama memiliki momen inersia yang lebih besar. Begitu pula, saat inersia orang di bangku berputar lebih besar saat lengannya diperpanjang. Perlu dicatat bahwa momen inersia adalah milik tubuh yang berputar pada sumbu tertentu. Jika sumbu berubah begitu juga momen inersia. (Duncan, 1973:137) Benda tegar yang berotasi terdiri dari massa yang bergerak, sehingga memiliki energi kinetik. Kita dapat menyatakan energi kinetik ini dalam bentuk kecepatan sudut benda dan sebuah besaran baru yang disebut dengan momen inertia yang kita 𝐼 = βˆ‘π‘š. π‘Ÿ2
  • 3. definisika. Untuk mengembangkan hubungan ini, kita bayangkan sebuah benda yang terdiri dari sejumlah besar partikel dengan massa π‘š1, π‘š2, π‘š3, … …, pada jarak π‘Ÿ1 π‘Ÿ2 π‘Ÿ3,…., dari sumbu putar. Kita beri nama masing-masing partikel dengan subkrip 𝑖, massa partikel ke-𝑖 adalah π‘š1, dan jaraknya dari sumbu putar adalah π‘Ÿ1. Partikel tidak harus seluruhnya berada pada satu bidang, sehingga kita dapat menunjukkan bahwa π‘Ÿ1 adalah jarak tegak lurus dari sumbu terhadap partikel ke-𝑖.( Zemansky.2002:273) Kita dapat menyimpulkan disini bahwa momen inertia, yang merupakan ukuran bagi kelembaman (inersia) sebuah benda yang berotasi, memainkan peran yang sama dengan massa dalam gerak translasi. Inertia rotasi pada sebuah benda bergantung tak hanya pada massanya saja, namun juga pada bagaimana massa tersebut terdistribusi terhadap posisi sumbu rotasinya. Sebagai contoh, sebuah silinder berdiameter lebih besar akan memiliki inersia rotasi yang lebih besar dari pada silinder lainnya yang bermassa sama namun berdiameter lebih kecil. Silinder yang disebutkan pertama kali akan lebih sulit untuk mulai dirotasikan dari keadaan diam, dan lebih sulit dihentikan dari keadaan berotasi. Bila massa terkonsentrasi pada lokasi yang lebih jauh dari sumbu rotasi, inertia rotasi akan lebih besar. Untuk gerak rotasi, massa sebuah benda tidak dapat dianggap konsentrasinya di pusat massanya. Berikut ini adalah macam-macam benda pada momen inertia : No Benda Lokasi Sumbu Momen Inersia 1 Batang Silinder Melewati titik poros 1 12 𝑀𝐿2 2 Cincin tipis Melalui pusatnya 𝑀𝑅2 3 Silinder berongga - 1 2 𝑀(𝑅1 2 + 𝑅2 2 ) 4 Silinder perjal - 1 2 𝑀𝑅2 5 Silinder pejal Melalui diameter 1 4 𝑀𝑅2 + 1 12 𝑀𝐿2 6 Batang silinder Melalui ujung 1 3 𝑀𝐿2 7 Bola pejal Salah satu diameter 2 5 𝑀𝑅2 8 Bola tipis berongga - 2 3 𝑀𝑅2 9 Cincin tipis Salah satu diameternya 1 12 𝑀(𝑙2 + 𝑀2 )
  • 4. Untuk sebagian besar benda yang bisa kita jumpai, massa terdistribusi secara kontinu, dan karenanya perhitungan momen inertia, βˆ‘π‘šπ‘Ÿ2 , dapat menjadi amat sukar. Tetapi, persamaan-persamaan dapat diturunkan (dengan menggunakan kalkulus) untuk momen inertia bagi benda-benda yang memiliki bentuk beraturan dalam suku-suku dimensi-dimensi objek. Diantara persamaan-persamaan ini bagi beberapa bentuk benda pejal yang diputar pada sumbu yang disebutkan dalam tabel diatas. Diantara persamaan-persamaan ini, satu-satunya yang tampak dapat kita turunkan dengan cukup mudah disini adalah persamaan untuk gelang atau cincin tipis yang diputar pada sebuah sumbu yang melewati titik pusatnya secara tegak- lurus terhadap bidang dimana gelang atau cincin tipis yang diputar pada sebuah sumbu yang melewati titik pusatnya secara tegak lurus terhadap bidang dimana gelang atau cincin berada. Untuk benda maka, , βˆ‘π‘šπ‘Ÿ2 = (βˆ‘π‘š)𝑅2 = 𝑀𝑅2 , dimana M adalah massa total gelang atau cincin dimaksud. Bila perhitungan sulit dilakukan, 𝐼 dapat pula ditentukan melalui eksperimen dengan cara mengukur percepatan 𝛼 sudut mengelilingi suatu sumbu tetap akibat bekerjanya suatu torque , βˆ‘πœ yang diketahui, dan kemudia menerapkan hukum Newton kedua. (Giancoli. 2014 : 262-263)
  • 5. C. ALAT DAN BAHAN NO. GAMBAR NAMA ALAT DAN BAHAN 1. Neraca Digital 2. Alat Momen Inertia 3. Jangka Sorong 4. Bola Pejal 5. Silinder Pejal 6. Silinder Berongga
  • 6. 7. Perangkat Beban 8. Piringan 213 9. Piringan 714 10. Penggaris 11. Kerucut Pejal 12. Benang Nilon
  • 7. 13. Stopwatch D. LANGKAH PERCOBAAN (MENGHITUNG BENDA) NO. GAMBAR LANGKAH KERJA 1. Siapkan alat dan bahan untuk praktikum momen inertia 2. Ukurlah semua benda momen inertia dengan neraca digital 3. Hitunglah masing-masing diameter luar semua benda momen inertia. 4. Hotunglah diameter dalam benda momen inertia (khusus untuk diameter dalam
  • 8. 5. Hitunglah tinggi semua benda pada momen inertia 6. Jika telah selesai mengukur massa, diameter dalam dan luar, dan tinggi. Catalah untuk sebagai laporan sementara. LANGKAH PERCOBAAN (MENCARI SIMPANGAN) NO. GAMBAR LANGKAH KERJA 1. Siapkan alat dan bahan untuk praktikum momen inertia 2. Ukurlah simpangan tersebut dengan menggunakan beban yang disediakan untuk mendapatkan simpangan derajat pada momen inertia. 3. Untuk mendapatkan simapangan disyaratkan posisi benda dalam keadaan tenaang agar mendapatkan data yang valid.
  • 9. 4. Jika sudah dilakukan catatlah hasil data tersebut untuk sebagai laporan sementara pada alat momen inertia. LANGKAH PERCOBAAN (MENCARI PERIODE DIRI) NO. GAMBAR LANGKAH KERJA 1. Siapkan alat dan bahan untuk praktikum momen inertia 2. Masukinlah batang sebagai sarana untuk mengukur periode diri pada momen inertia. 3. Putar sudut sebesar 270Β°, lakukan sebenya tiga kali dan catatlah waktu dari putaran dengan stopwatch yang telah disediakan. 4. Jika sudah dilakukan catatlah hasil data tersebut untuk sebagai laporan sementara pada alat momen inertia.
  • 10. LANGKAH PERCOBAAN (MENCARI PERIODE PIRINGAN) NO. GAMBAR LANGKAH KERJA 1. Siapkan alat dan bahan untuk praktikum momen inertia 2. Tarulah piringan momen inertia diatas alat momen inertia sebagai mengukur pirngan pada momen inertia. 3. Putar sudut sebesar 270Β°, lakukan sebanya tiga kali dan catatlah waktu dari putaran dengan stopwatch yang telah disediakan. 4. Jika sudah dilakukan catatlah hasil data tersebut untuk sebagai laporan sementara pada alat momen inertia.
  • 11. LANGKAH PERCOBAAN (MENCARI PERIODE BENDA) NO. GAMBAR LANGKAH KERJA 1. Siapkan alat dan bahan untuk praktikum momen inertia 2. Tarulah benda momen inertia diatas alat momen inertia sebagai mengukur benda pada momen inertia. 3. Putar sudut sebesar 270Β°, lakukan sebanyak tiga kali dari masing-masing benda dan catatlah waktu dari putaran dengan stopwatch yang telah disediakan. 4. Jika sudah dilakukan catatlah hasil data tersebut untuk sebagai laporan sementara pada alat momen inertia.
  • 12. E. DATA PERCOBAAN A. MOMEN INERTIA MENGUKUR BENDA Gambar 1. Hasil data pengukuran benda pada momen inertia No Nama benda Massa (g) Diameter Luar (cm) Diameter Dalam (cm) Tinggi (cm) 1 Bola pejal 483 g 6,5 cm - - 2 Silinder Pejal 485 g 8,1 cm - 14,1 cm 3 Silinder Berongga 450 g 7,35 cm 6,25 cm 5,4 cm 4 Piringan 213 510 g 21,6 cm - 1,9 cm 5 Piringan 714 476 g 17,3 cm - 2,9 cm 6 Kerucut 483 g 14,1 cm - 12,2 cm
  • 13. B. MOMEN INERTIA MENGUKUR SIMPANGAN Gambar 2. Hasil data pada pengukuran simpangan pada momen inertia C. MOMEN INERTIA MENGUKUR PERIODE DIRI M (g) Simpangan πœƒ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ (Β°) 1 2 3 πœƒ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ (Β°) 50 29Β° 29Β° 29Β° 29Β° 100 41Β° 41Β° 38Β° 40Β° 150 45Β° 44Β° 43Β° 44Β° 200 47Β° 48Β° 50Β° 48,33Β° 250 54Β° 54Β° 55Β° 54,33Β°
  • 14. Gambar 3. Hasil data pengukuran periode diri pada momen inertia D. MOMEN INERTIA MENGUKUR PERIODE BENDA Gambar 4. Hasil data pengukuran periode benda pada momen inertia Waktu 3 getaran T (s) t t t 16,8 s 16,6 s 16,8 s 5,58 s No Nama Benda Waktu 3 Getaran T (s) t t t 1 Bola Pejal 4 s 4,2 s 4,2 s 1,43 s 2 Silinder pejal 3,2 s 3,4 s 3,4 s 1,11 s 3 Silinder Berongga 3,6 s 3,8 s 3,8 s 1,23 s 4 Piringan 213 8,0 s 8,0 s 8,2 s 2,69 s 5 Piringan 714 6,0 s 6,2 s 6,2 s 2,04 s 6 Kerucut 4,0 s 3,8 s 4,2 s 1,32 s
  • 15. E. MOMEN INERTIA MENGUKUR PERIODE PIRINGAN Gambar 5. Hasil data pengukuran periode piringan pada momen inertia 1 (cm) Waktu 3 Getaran T (s) t t t 0 6,8 s 6,8 s 7,0 s 2,29 s 2,5 7,0 s 7,0 s 7,0 s 7,00 s 5 8,0 s 8,0 s 7,8 s 1,23 s 7,5 8,8 s 9,0 s 9,0 s 2,98 s 10 10,2 s 10,2 s 10,0 s 3,38 s
  • 16. F. DATA PERCOBAAN A. Pada benda momen inertia menurut teori 1. Bola Pejal Jawab : Dik: π‘š = 483 𝑔 = 0,483 π‘˜π‘” π‘Ÿπ‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ = 6,5 π‘π‘š = 0,065 π‘š Dit : 𝐼 𝐼 = 2 5 π‘šπ‘…2 𝐼 = 2 5 . 0,483. (0,065)2 𝐼 = 2 5 . 0,483. (0,004225) 𝐼 = 0,0008 π‘˜π‘” π‘š2 2. Silinder Pejal Jawab : Dik: π‘š = 485 𝑔 = 0,485 π‘˜π‘” π‘Ÿπ‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ = 8,1 π‘π‘š = 0,081 π‘š Dit : 𝐼 𝐼 = 1 2 π‘šπ‘…2 𝐼 = 1 2 . 0,485. (0,081)2 𝐼 = 1 2 . 0,485. (0,006561) 𝐼 = 0,0016 π‘˜π‘” π‘š2 3. Silinder berongga Jawab : Dik: π‘š = 450 𝑔 = 0,450 π‘˜π‘” π‘Ÿπ‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ = 7,35 π‘π‘š = 0,0735 π‘š π‘Ÿπ‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ = 6,25 π‘π‘š = 0,0625 π‘š Dit : 𝐼 𝐼 = 1 2 π‘š(𝑅1 2 + 𝑅2 2 ) 𝐼 = 1 2 . 0,450 + (0,0735)2 + 0,0625)2 𝐼 = 1 2 . 0,450. (0,0054 + 0,0039) 𝐼 = 0,0021 π‘˜π‘” π‘š2
  • 17. 4. Piringan 213 Jawab : Dik: π‘š = 510 𝑔 = 0,51 π‘˜π‘” π‘Ÿπ‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ = 21,6 π‘π‘š = 0,216 π‘š Dit : 𝐼 𝐼 = 1 2 π‘šπ‘…2 𝐼 = 1 2 . 0,510. (0,216)2 𝐼 = 1 2 . 0,510. (0,047) 𝐼 = 0,012 π‘˜π‘” π‘š2 5. Piringan 714 Jawab : Dik: π‘š = 476 𝑔 = 0,476 π‘˜π‘” π‘Ÿπ‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ = 17,3 π‘π‘š = 0,173 π‘š Dit : 𝐼 𝐼 = 1 2 π‘šπ‘…2 𝐼 = 1 2 . 0,485. (0,173)2 𝐼 = 1 2 . 0,485. (0,03) 𝐼 = 0,007 π‘˜π‘” π‘š2 6. Kerucut Jawab : Dik: π‘š = 483 𝑔 = 0,485 π‘˜π‘” π‘Ÿπ‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ = 14,1 π‘π‘š = 0,141 π‘š Dit : 𝐼 𝐼 = 3 10 π‘šπ‘…2 𝐼 = 3 10 . 0,483. (0,141)2 𝐼 = 3 10 . 0,483. (0,02) 𝐼 = 0,003 π‘˜π‘” π‘š2
  • 18. B. Menghitung simpangan pada moment inertia 1. π‘š = 50 𝑔 = 0,05 π‘˜π‘” πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (πœƒ1 + πœƒ2 + πœƒ3): 3 πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (29Β° + 29Β° + 29Β°): 3 πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 29Β° πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 29Β° = 29 π‘₯ πœ‹ 180 πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 29 π‘₯ 3,14 180 πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 0,506 πœ‹ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘Žπ‘› 2. π‘š = 100 𝑔 = 0,1 π‘˜π‘” πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (πœƒ1 + πœƒ2 + πœƒ3): 3 πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (41Β° + 41Β° + 38Β°): 3 πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 40Β° πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 40Β° = 40 π‘₯ πœ‹ 180 πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 40 π‘₯ 3,14 180 πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 0,7 πœ‹ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘Žπ‘› 3. π‘š = 150 𝑔 = 0,15 π‘˜π‘” πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (πœƒ1 + πœƒ2 + πœƒ3): 3 πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (45Β° + 44Β° + 43Β°): 3 πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 44Β° πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 44Β° = 44 π‘₯ πœ‹ 180 πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 44 π‘₯ 3,14 180 πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 0,7675 πœ‹ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘Žπ‘›
  • 19. 4. π‘š = 200 𝑔 = 0,2 π‘˜π‘” πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (πœƒ1 + πœƒ2 + πœƒ3): 3 πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (47Β° + 48Β° + 50Β°): 3 πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 48,33Β° πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 48,33Β° = 48,33 π‘₯ πœ‹ 180 πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 48,33 π‘₯ 3,14 180 πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 0,8431 πœ‹ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘Žπ‘› 5. π‘š = 250 𝑔 = 0,25 π‘˜π‘” πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (πœƒ1 + πœƒ2 + πœƒ3): 3 πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (54Β° + 54Β° + 55Β°): 3 πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 54,33Β° πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 54,33Β° = 54,33 π‘₯ πœ‹ 180 πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 54,33 π‘₯ 3,14 180 πœƒπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 0,9478 πœ‹ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘Žπ‘›
  • 20. Menentukan moment inertia diri alat momen inertia (g=10 m/s2) 1. π‘š1 = 50 𝑔 = 0,05 π‘˜π‘” 𝐹1 = π‘š1. 𝑔 𝐹1 = 0,05 π‘₯ 10 π‘š/𝑠2 𝐹1 = 0,5 𝑁 2. π‘š1 = 100 𝑔 = 0,1 π‘˜π‘” 𝐹1 = π‘š1. 𝑔 𝐹1 = 0,1 π‘₯ 10 π‘š/𝑠2 𝐹1 = 1 𝑁 3. π‘š1 = 150 𝑔 = 0,15 π‘˜π‘” 𝐹1 = π‘š1. 𝑔 𝐹1 = 0,15 π‘₯ 10 π‘š/𝑠2 𝐹1 = 1,5 𝑁 4. π‘š1 = 200 𝑔 = 0,2 π‘˜π‘” 𝐹1 = π‘š1. 𝑔 𝐹1 = 0,2 π‘₯ 10 π‘š/𝑠2 𝐹1 = 2 𝑁 5. π‘š1 = 250 𝑔 = 0,25 π‘˜π‘” 𝐹1 = π‘š1. 𝑔 𝐹1 = 0,25 π‘₯ 10 π‘š/𝑠2 𝐹1 = 2,5 𝑁
  • 21. C. Menghitung periode diri lima getaran pada moment inertia D. Menghitung periode benda lima getaran pada moment inertia π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (16,8 𝑠 + 16,6 𝑠 + 16,8 𝑠 ): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 16,73 1 3 𝑠 𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 5 𝑇˳ = 5,58 1 5 𝑇˳ = 1,116 𝑠 1. Bola Pejal : Jawab : π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (4 𝑠 + 4,2 𝑠 + 4,2 𝑠 ): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 4,13 1 3 𝑠 𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 5 𝑇˳ = 1,43 1 5 𝑇˳ = 0,286 𝑠 2. Silinder pejal ? Jawab : π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (3,2 𝑠 + 3,4 𝑠 + 3,4 𝑠 ): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 3,33 1 3 𝑠 𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 5 𝑇˳ = 1,11 1 5 𝑇˳ = 0,222 𝑠
  • 22. 3. Silinder Berongga : Jawab : π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (3,6 𝑠 + 3,8 𝑠 + 3,8 𝑠 ): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 3,7 1 3 𝑠 𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 5 𝑇 =Λ³ 1,23 1 5 𝑇˳ = 0,246 𝑠 4. Piringan 213 : Jawab : π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (8 𝑠 + 8 𝑠 + 8,2 𝑠 ): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 8,06 1 3 𝑠 𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 5 𝑇˳ = 2,69 1 5 𝑇˳ = 0,538 𝑠 5. Piringan 714 : Jawab : π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (6 𝑠 + 6,2 𝑠 + 6,2 𝑠 ): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 6,13 1 3 𝑠 𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 5 𝑇˳ = 2,04 1 5 𝑇˳ = 0,408 𝑠
  • 23. E. Menghitung periode pergesaran piringan lima getaran pada moment inertia 6. Kerucut : Jawab : π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (4 𝑠 + 3,8 𝑠 + 4,2 𝑠 ): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 4,0 1 3 𝑠 𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 5 𝑇 =Λ³ 1,32 1 5 𝑇˳ = 0,264 𝑠 1. Dik: Jawab : Dik: π‘π‘š = 0 = 0,0 π‘š π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (6,8 𝑠 + 6,8 𝑠 + 7 𝑠 ): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 6,86 1 3 𝑠 𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 5 𝑇 =Λ³ 2,29 1 5 𝑇˳ = 0,458 𝑠 2. Dik: Jawab : Dik: π‘π‘š = 2,5 = 0,025 π‘š π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (7,0 𝑠 + 7 𝑠 + 7 𝑠 ): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 7,00 1 3 𝑠 𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 5 𝑇 =Λ³ 2,33 1 5 𝑇˳ = 0,466 𝑠
  • 24. 3. Dik: Jawab : Dik: π‘π‘š = 5 = 0,05 π‘š π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (8,0 𝑠 + 7,8 𝑠 + 7,8 𝑠 ): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 7,86 1 3 𝑠 𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 5 𝑇 =Λ³ 2,62 1 5 𝑇˳ = 0,5234 𝑠 4. Dik: Jawab : Dik: π‘π‘š = 7,5 = 0,075 π‘š π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (8,8 𝑠 + 9,0 𝑠 + 9,0 𝑠 ): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 8,93 1 3 𝑠 𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 5 𝑇 =Λ³ 2,98 1 5 𝑇˳ = 0,596 𝑠 5. Dik: Jawab : Dik: π‘π‘š = 10 = 0,1 π‘š π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = (10,2 𝑠 + 10,2 𝑠 + 10,0 𝑠 ): 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 3 π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ = 10,13 𝑠 𝑇˳ = π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ 1 5 𝑇 =Λ³ 3,38 1 5 𝑇˳ = 0,676 𝑠
  • 25. G. PEMBAHASAN Pada percobaan moment inertia ini bahwasannya besarnya momen inersia bergantung pada berbagai macam seperti bentuk bendanya, jari-jarinya, dan massa bendanya, ada penentuan bahwasannya momen inertia tertentu seperti bola pejal, bentuk segiempat atau bentuk yang lain itu cenderung lebih mudah ketimbang pada momen inertia benda yang memiliki bentuk tidak sempurna atau beraturan. bentuk yang tidak beraturan dalam hal ini tidaklah bisa dihitung jari-jarinya sehingga muncul istilah jari-jari dalam bentuk benda tersebut. Benda tegar yang akan dicari pada moment kelembaman dalam praktikum moment inertia ini yang kami lakukan adalah bola pejal, silinder pejal, silinder berongga, piringan 213, piringan 714, dan kerucut. Jari-jari pada benda tegar tersebut antara lain adalah pad abola pejal 0,065 cm, pada silinder pejal 0,081 cm, pada silinder berongga 0,0735 cm untuk diameter luar, dan diameter dalam 0,0625, pada piringan 213 mempunyai jari-jari 0,216 cm, pada piringan 714 mempunyai jari-jari 0,173 cm, dan yang terakhir pada jari-jari kerucut 0,141 cm, sedangkan untuk massa benda tegar adalah pada bola pejal 0,483 kg, untuk silinder pejal 0,485 kg, untuk silinder berongga 0,45 kg, untuk piringan 213 adalah 0,51 kg, untuk piringan 714 adalah 0,476 kg, dan pada kerucut sebesar 0,483 kg, dan besar sudut menyimpangnya adalah 270Β°.untuk menentukan benda tegar moment inertia dibutuhkan alat dengan momen inertia dan kemudian diberi simpangan 270Β°. Benda tegar diletakkan diatas alat momen inertia dan diberi simpanagan sebesar 270Β°, lalu melepaskannya dan membiarkanya berhenti berotasi kemudian catatlah waktu selama berotasi dengan stopwatch. Waktu yang dibutuhkan masing-masing benda tegar untuk berhenti berotasi adalah untuk bola pejal 4,3 s, silinder pejal 3,33 s, silinder berongga, 3,7 s, piringan 213 adalah 8,06 s, piringan 714 adalah 6,13 s, dan pada kerucut adalah 4,0 s, dalamuji coba pada praktikum momen inertia adalah untuk mengatahu simpangan digunakan alat bantu yaitu alat momen inertia ditengkurapkan serta beban digantung pada alat momen inertia agar mengatahui simpangan pada praktikum momen inertia ini, pada beban 50 g mendapatkan hasil rata-rata simpangannya adalah 29Β°, pada beban 100 g mendapatkan 40Β°, pada beban 150 g mendapatkan simpangan yaitu 44Β°, pada beban 200 g mendapatkan simpangan sembesar 48,33Β°, dan pada massa benda 250 g mendapatkan beban sebesar 54,33Β°. Waktu periode pada mencari periode dalam lima getaran adalah dengan menjumlah kan hasil waktu yang kemudian dibagi dari banyaknya jumalah tersebut baru dibagi dengan lima getaran seperti data yang didapatkan hasil rata-rata adalah 16,73 dibagi 3 yaitu 5,58 ini adalah baru mendapatkan hasil jumlah dibagi dengan banyak nya jumlaj, seperti yang disebutkan untuk mendapatkan periode lima getaran adalah 5,58 akan dibagi 5 yang hasilnya adalah 1,116 s, ini adalah periode diri dalam lima
  • 26. getaran, seterusnya pun sama untuk menentukan periode getaran menggunakan cara yang sama. Dalalm hal menentukan periode benda tegar adalah waktu getaran yang dibutuhkan adalah pada bola pejal 1,43 s, untuk silinder pejal 1,11 s, untuk silinder berongga 1,23 s, untuk piringan 213 getaran yang dibutuhkan adalah 2,69, pada piringan 714 sebesar 2,04 s, dan yang terakhir pada kerucut waktu lima getaran yang dibutuhkan adalah 1,32 s. Begitupun sama dengan mencari periode piringan yang pertama pada di titik pusat 0 cm, mendapatkan periode lima getaran sebesar 2,29 s, pada jarak 2,5 cm yaitu 2,32 s, pada jarak 5 cm, yaitu 2,62 cm, pada jarak 7,5 cm yaitu 2,98 cm, dan yang terakhir pada jarak 10 cm waktu getaran yang dibutuhkan adalah 3,38 cm. Dari data tersebut kita memperoleh hasil moment inertia benda menurut teori, secara moment inertia pada bola pejal adalah 0,0008 π‘˜π‘” π‘š2 silinder pejal adalah 0,0016 kg m2 , pada silinder berongga 0,0021 kg m2 , pada piringan 213 dengan inersia 0,0012 kg m2 , pada piringan 714 inersiannya adalah 0,007 kg m2 , dan pada kerucut dengan inertia sebesar 0,003 kgm2 . nilai-nilai yang diperoleh secara teori, menunjukkan bahwa besarnya nilai momen inersia berbanding lurus dengan jari- jari benda tegar.artinya, makin besar jari-jarinya, maka makin besar pula nilai momen inersianya karena setiap benda yang mengalami gerak rotasi maka sebuah benda yang mengalaminya akan menyimpan energi pada benda tersebut artinya jika contoh kecilnya adalah gangsing, kitabandingkan ada dua buah gangsing yang satu lebih kecil dan yang satunya lagi lebih besar ketika diputar secara bersamaan maka yang akan habis duluan energinya adalah ganggsing yang lebih kecil karena pada ganggsing yang lebih kecil ia hanya sedikit menyimpan energi dan akan cepat habis energinya pula, beda halnya jika pada ganggsing yang lebih besar ia akan menyimpan lebih banayak energi sehingga bisa berputar sesuai dengan energi yang dimiliki pada ganggsing yang lebih besar itu sendiri. Namun hal ini sejalan dengan nilai yang diperoleh secara teori. nilai momen inersia yang paling besar adalah momen inersia pada kerucut sedangkan benda tegar yangmemiliki jari-jari terbesar adalah piringan 213. Namun kami tetap dapat memahami bahwa yang mempengaruhi besarnya momen inersia suatu benda tegar yaitu massa benda, jari-jari rotasi, besar simpangan, dan waktu rotasinya.ketidak sesuaian antara nilai momen inersia yang diperoleh secara teori disebabkan karena beberapa faktor diantaranya pengukuran pada silinder berongga dengan menggunakan jangka sorong, mengukur simpangan yang kurang tepat, memutar sudut simpangan 270Β°, dan praktikan kurangteliti saat menggunakan alat tersebut ataupun saat membaca nilai yang ada pada momen inersia. .
  • 27. H. TUGAS PASCA PRAKTIKUM Apa yang dimaksud dengan : 1. Pusat gravitasi Jawab : Pusat gravitasi adalah pusat gravitasi disebut juga pusat berat merupakan titik dimana gaya berat suatu benda tegar bekerja. Dengan kata lain, pusat dari seluruh gaya berat (gaya gravitasi) dari benda tersebut serta titik yang dilalui oleh garis kerja dari resultan gayaberat sistem benda. 2. Pusat massa Jawab : Pusat massa adalah pusat massa menunjukkan rata rata-rata letak massa sistem danjuga juga menunjuk posisi tempat seolah-olah olah massa sistem terkumpul. letak pusat massa tetap dalam hubungannya dengan tubuh benda. titik tangkap dari resultan gaya berat pada setiap anggota sistem dari pusat massa yang nilainya sama dengan nol. 3. Pusat perkusi (pusat osilasi) Jawab : Pusat perkusi adalah titik di mana suatu impak (pukulan, tumbukan) tegak lurus di titik itu membuat satu titik lain tidak bergerak. titik yang mempunyaiarah kecepatan rotasi yang sama/searah dan menyebebkan kecepatan titik tersebut adalah 0 dan titik ini mempunyai kecepatan rotasi disamping kecepatan translasi. 4. Pusat isolasi Jawab : sistem ayunan sederhana yang merupakan titik pada benda batangan yang tidak mempunyai poros. 5. Bagaimana menentukan nilai jangka sorong dengan menggunakan rahang atas ? Jawab : Misal pada jangka sorong A. Hasil pengukuran suatu benda kerja dengan menggunakan jangka sorong ketelitian 1/128 inch adalah sebagai berikut :
  • 28. Gamabar . nilai jangka sorong dengan menggunakan rahang atas. Seperti gambar diatas 1 inchi = 16 bagian skala utama, so maka : 1 Skala Utama = 1/16 Inchi dan dalam 1 Skala utama terdapat 8 skala nonius, oleh karena itu dibagi 8 skala Nonius. Maka = 1/16 : 8 = 1/128. A. Posisi skala utama (bawah), sebelum titik nol skala nonius : pada strip ke-7, Maka : 1/16 x 7 = 7/16. b. Posisi skala nonius (atas) pada strip ke-7, Maka : 1/128 x 7 = 7/128. Jadi hasil pengukuran benda kerja adalah = 7/16 + 7/128 = 56/128 + 7/128 = 63/128 inch. Jadi hasilnya dari pengukuran jangka sorong dengan rahang atas adalah 63/128 inch. 6. Bagaimana mencari konstanta berdasarkan massa dan periode ? Jawab : Pada dasarnya, gerak harmonik merupakan gerak melingkar beraturan pada salah satu sumbu utama.artinya gerak harmonik juga sebagai salah satu dari bagian momen inertia, Oleh karena itu, periode dan frekuensi pada pegas dapat dihitung dengan menyamakan antara gaya pemulih (F = -kX) dan gaya sentripetal (F = -4Ο€2 mf2 X). -4Ο€2 mf2 X = -kX 4Ο€2 mf2 = k So, 𝑓 = 1 2πœ‹ √ π‘˜ π‘š atau 𝑇 = 2πœ‹βˆš π‘š π‘˜ Periode dan frekuensi sistem beban pegas hanya bergantung pada massa dan konstanta gaya pegas.
  • 29. I. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil percobaan momen inersia yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Benda tegar bergantung pada bentuk benda tersebut, massa benda dan juga pada letak sumbu putar tersebut. 2. Rumus-rumus untuk menghitung benda yang satu dan yang lainnya pun berbeda. 3. Rumus-rumus yang berbeda tersebut hanya digunakan saat kita menentukan momen inersia suatu benda secara matematis. 4. bahwa yang mempengaruhi besarnya momen inersia suatu benda tegar yaitu massa benda, jari-jari rotasi, besar simpangan, dan waktu rotasinya. 5. ketidak sesuaian antara nilai momen inersia yang diperoleh secara teori disebabkan karena beberapa faktor diantaranya pengukuran pada silinder berongga dengan menggunakan jangka sorong, mengukur simpangan yang kurang tepat, memutar sudut simpangan 270Β°, dan praktikan kurangteliti saat menggunakan alat tersebut ataupun saat membaca nilai yang ada pada momen inersia. J. SARAN DAN KOMENTAR 1. Saat melakukan praktikum momen inersia, dalam percobaan menentukan momen kelembaman (inersia) benda tegar ini terdapat kesalahan-kesalahan tertentu yang menyebabkan ketidakcocokan antara mengayun benda mencocokkan/menghitung waktu benda saat diayun menggunakan stopwatch. 2. Saat melakukan praktikum momen inersia kesalahan juga dapat terjadi saat kita menentukan/mengukur besaran-besaran pada benda tersebut menggunakan penggaris. 3. Saat melakukan praktikum momen inersia, praktikan diperlukan tingkat ketelitian dan keseriusan yang tinggi. 4. Saat melakukan praktikum momen inersia, praktikan diperlukan kekerja samaan dalam mengambil data mentah saat praktikum momen inersia sedang berlangsung.
  • 30. K. DAFTAR PUSTAKA β€’ file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR.../6._momentum_linier_dan_tumbuka n.pdf. β€’ http://meylaniarifmuhaimah.blogspot.co.id/2014/11/m3-momen- kelembaman.html. β€’ Bramasti, Rully. 2012. Kamus Fisika. Surakarta : Aksarra Sinergi Media. β€’ Duncan, Tom. 1973. Advance Physics. London : By Hodder Education. β€’ Sears dan Zemansky. 2001. Fisika Universitas. Hugh D. Young & Roger A. Freedman. Erlangga. Jl. H. Baping raya no. 100 : Jakarta. β€’ Giancoli, Douglas C. Fisika Eidisi Ketujuh Jilid 1. Jakarta : Erlangga Lampiran :