2. 1
a. Memahami Ruang Lingkup
kriminologi
2
Hubungan Kriminologi dengan Ilmu-
Ilmu Sosial
3
Hubungan Kriminologi dengan
Kriminalistik
TopikdiPertemuan Ke-4
3. 1|Ruang Lingkup Kriminologi
Kriminologi harus dapat menjelaskan
faktor atau aspek yang terkait dengan
kehadiran kejahatan dan menjawab sebab-
sebab seseorang melakukan kejahatan.
Menurut Para Ahli :
Sutherland
Manheimm (1965)
• Bidang kriminologi adalah proses dari
pembuatan undang-undang,
pelanggaran terhadap undang-undang
tersebut dan reaksi terhadap
pelanggaran undang-undang.
• Merujuk penapat tersebut, kriminologi
dibagi menjadi tiga bidang ilmu yaitu
sebagai berikut :
a. Sosiologi Kriminal, mencari
penjelasan tentang kondisi-kondisi
terjadinya/ terbentuknya hukum
pidana melalui analisis ilmiah.
b. Etiologi Kriminal, mencari penjelasan
tentang sebab-sebab terjadinya
kejahatan secara analisis ilmiah.
c. Penologi, ilmu pengetahuan tentang
terjadinya atau berkembangnya
hukuman dan manfaatnya yang
berhubungan dengan upaya
pengendalian kejahatan (control of
crime).
• Secara luas: kriminologi mempelajari penology dan metode-metode yang
berkaitan dengan kejahatan dan masalah pencegahan kejahatan dengan
tindakan yang bersifat nonpunit.
• Arti Sempit : kriminologi mempelajari kejahatan. Kajian terhadap tingkah
laku jahat terdiri atas tiga bentuk dasar :
a. Pendekatan Deskriptif : pengamatan dan pengumpulan fakta tentang
pelaku kejahatan seperti bentuk tingkah laku criminal, bagaimana
kejahatan dilakukan, frekuensi kejahatan pada waktu dan tempat yang
berbeda, ciri-ciri khas pelaku kejahatan dan perkembangan karir seorang
pelaku kejahatan.
b. Pendekatan Kausal : penafsiran terhadap fakta yang diamati yang dapat
dipergunakan untuk mengetahui penyebab kejahatan, baik secara umum
maupun yang terjadi pada seorang individu. Jika dalam hukum pidana
agar suatu perkara dapat dilakukan penuntutan harus dapat dibuktikan
adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan dengan akibat yang
dilarang, maka dalam kriminologi hubungan sebab akibat dicari setelah
hubungan sebab akibat dalam hukum pidana terbukti.
c. Pendekatan Normatif : bertujuan untuk mencapai dalil-dalil ilmiah yang
valid dan berlaku secara umum ataupun persamaan serta kecenderungan
kejahatan.
= mempelajari kriminologi jelas mempelajari Kejahatan, dan mempelajari
kejahatan tentu secara tidak langsung mempelajari tentang pelaku kejahatan ,
mempelajari kejahatan tanpa mengetahui ciri-ciri kejahatan serta faktor
penyebab tidak akan berguna untuk memberikan gambaran tentang
pencegahan kejahatan.
= Obyek penelitian kriminologi tentang pelaku ialah tentang mereka yang
telah melakukan kejahatan dengan penelitian tersbeut diharapkan dapata
mengukur tingkat kesadaran masyarakat terhadap hukum yang berlaku
dengan muaranya ialah kebijakan hukum pidana baru.
Haskell dan Yablonsky (1974)
Menekankan definisi kriminologi pada
muatan penelitiannya dengan
mengatakan bahwa kriminologi secara
khusus adalah disiplin ilmiah tentang
pelaku kejahatan dan tindakan kejahatan
yang meliputi :
a. Sifat dan tingkat kejahatan
b. Sebab musabab kejahatan dan
kriminlaitas
c. Perkembangan hukum pidana dan
sistem peradilan pidana;
d. Ciri-ciri kejahatan;
e. Pembinaan pelaku kejahatan;
f. Pola-pola kriminalitas;
g. Dampak kejahatan terhadap
perubahan sosial
Van Bemmelen
Kriminologi layaknya “The King Without
Countries., sebab daerah kekuasaannya
tidak pernah ditetapkan. Kriminologi
NOTES : Ruang lingkup kajian ilmu kriminologi mencakup tiga hal pokok yakni :
1. Proses Pembuatan hukum pidana dan acara pidana (making laws), proses ini meliputu :
definisi kejahatan; unsur-unsur kejahatan; relativitas pengertian kejahatan; penggolongan
kejahatan;statistic kejahatan.
2. Etiologi Kriminal, yang membahas teori-teori yang menyebabkan terjadinya kejahatan
(breaking of laws), yang meliputi : aliran-aliran Kriminologi, teori-teori kriminologi dan
berbagai perspektif kriminologi.
3. Reaksi terhadap pelanggaran hukum. Reaksi dalam hal ini bukan hanya ditujukan kepada
pelanggar hukum berupa tindakan represif tetapi juga reaksi terhadap “calon” pelanggar
hukum berupa upaya-upaya pencegahan kejahatan. Pembahasan terhadap ini ialah
perlakuan terhadap pelanggar-pelanggar hukum terdiri dari teori-teori penghukuman dan
upaya-upaya penanggulangan/ pencegahan kejahtan baik berupa tindakan pre-emptif,
preventif, represif dan rehabilitasi.
Abdulsyani
Ruang lingkup kajian kriminologi
mencakup tiga bagian pokok, yaitu :
1. Upaya merumuskan gejala-gejala
kriminalitas;
2. Upaya menggali sebab-sebab
kriminalitas
3. Konsep Penanggulangan
kriminalitas;
4. 1|Ruang Lingkup Kriminologi
Prof .Noach
Kriminologi adalah ilmu pengetahuan
tentang kejahatan dan tingkah laku
tercela. Menurut Noach ruang lingkup
kriminologi meliputi :
a. Gejala-gejala kejahatan b. Sebab-sebab kejahatan c. Akibat Kejahatan d. Tingkah laku tercela
• Noach berpendapat suatu pelanggaran
akan menjadi obyek kriminologi
sepanjang berhubungan dengan
manusia.
• Delik kelalaian dapat dijadikan obyek
kriminologi, karena kelalaian yang
disebabkan karena ulah manusia
merupakan perilaku yang
menyimpang.
• Obyek dari kriminologi, menurut Noach
memiliki kejahtaand ari tiga aspek yakni :
1. Melihat kejahatan waktu sekarang/saat
in, dalam hal ini melihat kejahatan dari
aspek gejala-gejalanya;
2. Kejahatan waktu lampau, dalam hal ini
mempelajari kejahatan dilihat dari latar
belakang terjadinya kejahatan itu
sendiri;
3. Kejahatan waktu yang akan datang,
mempelajari kejahatan dari aspek akibat
yang terjadi setelah terjadinya kejahatan
itu.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh apra ahli
tersebut diatas, atas dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi ruang lingkup kriminologi meliputi: masalah
kejahatterhadap kejahatan, penology/penghukuman,
termasuk korban kejahatan.
Misalnya pencurian diatur
pasal 362 KUHP, dibahas
didalamnya mengenai
berapa kali terjadi
pencurian, barang apa yang
menjadi obyek pencurian,
modus operandi dilakukan
seperti apa , dll
Dilihat dari faktor individu
sebagai pelaku dan faktor
lingkungan sosial atau
hubungan diantara
keduanya. Individu diartikan
lebih luas karena tidak
hanya melihat individu dari
segi fisik/ biologi
sebagaimana pandangan
Lambrosso, dalam arti tidak
hanya melihat dari aspek
fisik belaka
Hal ini meliputi akibat yang
diderita oleh korban, oleh
masyarkaat termasuk bagi
pelakunya. Dalam hal ini
meliputi kerugian baik
secara materiil maupun
immaterial, bahkkan bagi si
pelaku kerugian yang
diderita akan cukup besar
apabila ia harus
menanggung penderitaan
untuk menjalani proses
peradilan dan pemidanaan.
Dalam menentukan suatu
tingkah laku tercela atau
bukan sangatlah tergantung
kepada penilaian masyarakat
setempat, apa yang menjadi
ruang lingkup kriminologi
sebagaimana dikemukakan
Noach
5. 2| Hubungan Kriminologi dengan ilmu-ilmu sosial
• Kriminologi sebagai ilmu yang mempelajari masalah kejahatan serta gejala
kejahatan dalam masyarakat, karena masalah kejahatan yang menyangkut
orang yang ebrbuat serta lingkungannya, maka kriminologi dalam
mengungkapkan masalah kejahatan memerlukan hasil-hasil penemuan ilmu-
ilmu pengetahuan lainnya.
• Ex: antropologi, sosiologi,, psikologi, ekonomi, kedokteran, statistik, dll.
Edwin Sutherland
• Seorang kriminologi Amerika
Serikat mengemukakan bahwa
dalam mempelajari
kriminologi memerlukan
bantuan berbagai disiplin ilmu
pengetahuan, dengan kata lain
kriminologi merupakan
disiplin ilmu yang bersifat
interdisipliner.
Wolfgang
• Kriminologi harus dipandang
sebagai pengetahuan yang
berdiri sendiri, terpisah oleh
karena kriminologi telah
mempunyai data-data yang
teratur secara baik dan konsep
teoritis yang menggunakan
metode-metode ilmiah.
Stephan Hurwits
• Walaupun kriminologi tidak dapat dipisahkan
dari ilmu-ilmu lain yang ada disekitarnya.
Stephan menggambarkan kedudukan
kriminologi sebagai berikut
Criminal Science
Normative
Criminal Law
Criminal Procedure
in The Science of
Criminal
Investigation
CRIMINOLOGY PENOLOGY PENAL POLICY
Criminal
Biology
Methodol
ogy
Criminal
Sociology
Social
Psychology
Phenomen
ology
Classificat
ion
Prognostic
ation
Biology of
Hereadity
Criminal
Statistics Constitution
al Research
Criminal
Psychiaty
Criminal
Psychology
• NOTES :
• Criminal Biology, yang menyelidiki dalam
diri orang itu sendiri akan sebab-sebab
dari perbuatannya, baik dalam jasmani
maupun rohaninya.
• Criminal Sosiology, yang mencoba mencari
sebab-sebab dalam lingkungan masyarakat
dimana penjahat itu berada.
• Criminal Policy, yaitu tindakan-tindakan
apa yang sekiranya harus dijalankan
supaya orang lain tidak berbuat demikian
6. • Dengan demikian, kriminologi dapat dikatakan
sebagai ilmu pengetahuan yang interdisipliner. Ia
memanfaatkan dan mengintegrasikan hasil-hasil
penemuan dari berbagai disiplin di bidang
kemasyarakatan dan perilaku roang tersebut.
• Jika digambarkan dengan sekma maka bentuknya
sebagai berikut :
2| Hubungan Kriminologi dengan ilmu-ilmu sosial
Ilmu Pengetahuan
Penunjang
Kriminologi
a, aspek bio-
psikologi
b. Aspek sosial
c. Aspek Normatif
Psikologi
Psikiatri
Endokrinologi
Sosiologi
Antropologi
Psikologi sosial
Ilmu politik
Ilmu ekonomi,dll
Ilmu hukum
Ilmu etika
Ilmu agama, dll
Ilmu Pengetahuan
Bagian dari
Kriminologi
Sosiologi Kriminal
Psikologi Kriminal
Antropologi Kriminal
Statistik Kriminal
• Kriminologi merupakan ilmu sosial yang tempat dan
kedudukannya sebagai ilmu pengetahuan dapat
digambarkan dalam skema sebagai berikut :
Skema Noach
Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang
membahas kejahatan dan penyelewengan tingkah
laku manusia baik sebagai gejala sosial maupun
psikologi sehingga dibutuhkan ilmu sosiologi,
psikologi, psikiatri,hukum pidana, dan kriminologi
sebagai pusat berbatasan dengan Ilmu tersebut
Skema Sauer 1. Ilmu pengetahuan alamiah
2. Ilmu Pengetahuan sosial
3. Ilmu Pengetahuan normative
4. Kriminologi
Keterangan :
1. Kriminologi
2. Psikologi
3. Sosiologi
4. Psikiatri
5.Hukum Pidana
7. 3|Hubungan Kriminologi dan Kriminalistik
Sebagai suatu “applied science” yang mempelajari kejahatan
sebagai masalah teknis, maka kriminalistik dapat memberi
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan; apa yang terjadi, bilamana
terjadinya, dengan alat apa dilakukan dan siapa yang melakukan
tindak pidana tersebut.
Apabila pada suatu hari dipinggir jalan yang sepi diketemukan
mayat manusia, maka dari peristiwa itu akan timbul beberapa
kemungkinan seperti :
- Orang tersebut mati secara wajar karena sakit, misalnya
karena serangan jantung yang mendadak atau darah tinggi
- Orang itu mati karena kecelakanaan, misalnya terjatuh dan
kepalanya membentur batu dan terjadi gegar otak
- Mati karena bunuh diri
- Mati karena dibunuh orang lain
Untuk menetapkan mana yang benar dari keempat alternatif
diatas diperlukan bantuan kriminalistik khususnya Ilmu
Kedokteran Kehakiman.
• Apabila kematian disebabkan karena racun, maka untuk
menetapkan jenis dan kadar racundiperlukan bantuan Ilmu
Kimia Forensik khususnya “toksiologi”.
• Apabila diduga karena tembakan maka untuk menetapkan
jenis dan ukuran senjata serta peluru yang mengakibatkan
kematian tersebut diperlukan bantuan Ilmu Alam Forensik-
khususnya ilmu “balistik”.
• Ilmu kedokteran forensic sebagai salah satu komponen dari
kriminlaistik mempelajari hal ihkwan manusia atau organ
tubuhnya dalam kaitannya dengan peristiwa kejahatan.
• Khusus psikiatri kehakiman memang menyelidiki penyakit
yang mungkin diderita tertuduh yakni sebagai bagian dari
ilmu kedokteran forensic yang memperhatikan dan
mempelajari segala aspek mental manusia casu quo tertuduh
baik di dalam keadaan sakit maupun keadaan sehat.
Hal ini berkaitan dengan Pasal 44 KUHP yang dapat menjadi
pegangan dalam menentukan “pertanggungjawaban” tertuduh
dalam perbuatannya.
8. 3|Hubungan Kriminologi dan Kriminalistik
• Secara medis, sebab musabab kematian seseorang baru dapat
ditentukan secara pasti setelah diadakan pemeriksaan luar
maupun dalam terhadap mayat tersebut yakni dengan
membuka rongga tengkorak, dada, perut dan panggul.
• Urgensi dari visum et repertum ini baik terhadap visum
korban matu (sebab-sebab kematian, dientifikasi mayat, post
mortem) maupun visum korban hidup (klasifikasi luka,
abortus, perzinahan, perkosaan, penentuan golongan darah)
ialah untuk menggantikan “corpus delicti”
• Komponen kedua dari kriminalistik ialah Ilmu Kimia
Forensik khususnya “toksikologi”yang mempelajari masalah-
masalah ilmu kiam-racun dalam hubungannya dengan suatu
tindak pidana. Ilmu kimia forensic terhadap penyelesaian
tindak pidana adalah melakukan pemeriksaan kimiawi
terhadap berbagai benda mati, seperti isi lambung yang
diduga berisi racun, apa jenis racun tersebut dan berapa akdar
racun yang menyebabkan korban mati.
• Komponen ketiga dari kriminalistik adalah Ilmu Alam
Forensik yang mempelajari masalah-masalah ilmu
penegtahuan alam yang timbul dari suatu tindak pidana. Hal
ini meliputi daktiloskopi balistik, document examinations
dan lain-lain. Oleh karena ini memerlukan rumus-rumus,
perhitungan serta cara-cara menurut ilmu pasti dan ilmu
alam.
Oleh dapat itu dapat diklasifikasikan jenis-jenis
tindak pidana yang membutuhkan bantuan ilmu
alam forensic sebagai berikut :
• Peristiwa kebakaran
• Peristiwa tabrakan kendaraan bermotor
• Peristiwa penembakan
• Peristuwa yang meninggalkan sidik jari
• Kebenaran materiil tiada
mungkin tercapai apabila
barang-barang bukti yang
dipergunakan dalam
proses perkalra pidana
adalah alat-alat bukti
palsu.
• Kriminalistik tentu dapat
mengungkapkan setiap alat
bukti baik mati maupun hidup
dalam setiap kasus pidana
menjadi alat bukti yang benar-
benar mempunyai daya bukti
yang dapat membuka tabir
perkara poidana, sehingga
kebenaran materiil akan benar-
benar terbukti di dalam setiap
amar putusan Hakim
pengadilan yang mengadili
perkara itu.
• Menurut Noach, kriminalistik ialah penyelidikan dan
pemeriksaan dari perspektif ilmu alam dari segala sesuatu
yang berhubungan dan dapat dipergunakan sebagai bukti dari
perbuatan pidana . Kriminalistik dibagi dalam :
1. Pengetahuan lacak, yaitu bekas-bekas yang ditinggalkan
penjahat mulai bekas persiapan hingga pelaksanaan serta
oerbuatannya yang meliputi penyelidikan tentang :
2. Ilmu Keodkteran forensic, yang meliputi pemeriksaan
sebab-sebab kematian misalnya, luka-luka, pemeriksaan
darah, golongan sperma dan lain sebagainya.
3. Toksikologi forensic, yaitu penyelidikan mengenai
peracunan dan benda beracun.
• Wolfgang, Savitz dan Johnston dalam The
sociology of Crime and delinquency
memberikan definisi kriminologi sebagai
“kumpulan ilmu penngetahuan tentang
kejahtatan yang bertujuan untuk memperoleh
pengetahuan dan pengertian tentang gejala
kejahatan dengan jalan mempelajari dan
menganalisa secara ilmiah keterangan-
keterangan, keseragaman-keseragaman, pola-
pola dan faktor-faktor kausal yang
berhubungan dnegan kejahatan, pelaku
kejahtaan serta reaksi masyarkaat terhadap
keduanya.” Dengan demikian obyek studi
kriminologi meliputi :
1. Perbuatan yang disebut dengan kejahatan
2. Pelaku kejahatan
3. Rekasi masyarakat yang ditujukan baik
terhadap perbuatan maupun terhadap
pelakunya.
9. Kejahatan……?
Kejahatan dalam masyarakat
merupakan fenomena yang selalu
menjadi topik pembicaraan
karena senantiasa melingkupi
kehidupan bermasyarakat
Sue Titus reid menyatakan
kejahatan adalah suatu
perbuatan yang disengaja
(intentional act) maupun
kelalaian (oomission) yang
melanggar hukum pidana
tertulis maupunputusan
hakim yang dilakukan oleh
seorang yang bukan
pembelaan atau pembenaran
dan diancam dengan sanksi
oleh Negara sebagai
kejahatan maupun
pelanggaran,
Ciri-ciri kejahatan sebagai
berikut :
a. Kejahatan adalah suatu
tindakan yang dialkukan secara
sengaja dalam pengertian ini
seseorang tidak dapat dihukum
hanya karena pikirannya,
melainkan harus ada suatu
tindakan atau kealpaan dalam
bertindak. Kegagalan untuk
bertindak dapat juga merupakan
kejahatan, jika terdapat suatu
kewajiban hukum untuk
bertindak dalam keadaan tertentu,
disamping itu juga harus ada niat
jahat.
b. Merupakan pelanggaran
hukum pidana.
c. Dilakukan tanpa adanya suatu
pembelaan atau pembenaran
yang diakui secara hukum.
d. Diberi sanksi oleh Negara
sebagai suatu kejahatan atau
pelanggaran.
(M.Ali Zaidan, 2016, “Kebijakan
Kriminal”, Sinar Grafika, Jakarta,
11-12)
10. Beberapa pakar hukum mendefinikan kejahatan sebagai berikut:
a. Wirjono Projo, kejahatan merupakan pelanggaran dari norma-
norma sebagai unsur pokok kesatu dari hukum pidana.
b. Paul Mudigdo Moeliono, kejahatan merupakan perbuatan
manusia, yang merupakan pelanggaran norma, yang dirasakan
merugikan, menjengkelkan, sehingga tidak boleh diabiarkan.
c. Richard Quinney, tindak kejahatan merupakan perilaku manusia
yang diciptakan oleh para pelaku yang berwenang dalam
masyarakat yang terorganisasi secara politik, atau kualifikasi atas
perilaku yang melanggar hukum dirumuskan oleh warga atau
masyarakat yang mempunyai kekuasaan.
d. Menurut Durkheim, mengartikan kejahatan sebagai gejala yang
normal pada masyarakat, apabila tingkat keberadaannya tidak
melampaui tingkat yang dapat dikendalikan lagi berdasarkan
hukum yang berlaku.
e. Bonger mengatakan kejahatan adalah perbuatan antisosial yang
secara sadar mendapat reaksi dari negara berupa pemberian derita
dan kemudian sebagai reaksi terhadap rumusan hukum (legal
definition) mengenai kejahatan
David M. Gordon dan Paul Mudigdo Moeliono yang
dikutip oleh Ninik Widiyanti dan Yulius Waskita (1987:
27-29) memberikan batasan tentang kejahatan sebagai
berikut:
1) David M. Gordon mendefinisikan kejahatan
merupakan usaha pelanggar untuk hidup dalam suatu
situasi ekonomi tidak menentu yang terbentuk dalam
tatanan sosial tertentu.
2) Paul Mudigdo Moeliono mendefinisikan kejahatan
adalah perbuatan manusia yang merupakan pelanggaran
norma, yang dirasakan merugikan, menjengkelkan,
sehingga tidak boleh dibiarkan berkembang dalam
masyarakat dengan menuangkannya dalam norma
hukum pidana yang disertai ancaman-ancaman
hukuman.
kejahatan adalah suatu perbuatan yang melanggar peraturan/hukum
yang berlaku di mana masyarakat itu tinggal serta merugikan
masyarakat lainnya. Kejahatan termasuk dalam semua jenis
pelanggaran publik. Atas pelanggaran yang dilakukan tersebut
membawa konsekuensi berupa sanksi hukuman atau tindakan dari
aparat yang berwenang. Ditambahkan pula bahwa tidak jarang suatu
kejahatan diakibatkan oleh situasi ekonomi yang tidak menentu dalam
19 masyarakat. Akibatnya seseorang nekat melakukan tindak
kejahatan agar tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup.
11. Kejahatan dari
segi hukum
Kejahatan adalah perbuatan manusia yang
melanggar atau bertentangan dengan apa yang
ditentukan dalam kaidah hukum, tegasnya
perbuatan yang melanggar larangan yang
ditetapkan dalam kaidah hukum, dan tidak
memenuhi atau melawan perintah-perintah yang
telah ditetapkan dalam kaidah hukum yang
berlaku dalam masyarakat dimana yang
bersangkutan bertempat tinggal.
Kejahatan adalah perbuatan atau tingkah laku
yang selain merugikan si penderita juga
merugikan masyarakat, yaitu berupa hilangnya
keseimbangan, ketentraman dan ketertiban.
Secara sosiologis, kejahatan adalah semua
bentuk ucapan, perbuatan, dan tingkah laku
yang secara ekonomis, politis, dan sosial
psikologis sangat merugikan masyarakat,
melanggar norma-norma susila, dan menyerang
keselamatan warga masyarakat (baik yang telah
tercakup dalam undangundang, maupun yang
belum tercantum dalam undang-undang pidana)
Kejahatan dari
segi sosiologis
Kejahatan dari
segi psikologis
Kejahatan dari aspek psikologis
merupakan manifestasi kejiwaan yang
terungkap pada tingkah laku manusia
yang bertentangan dengan norma -
norma yang berlaku dalam suatu
masyarakat. Perbuatan yang
bertentangan dengan norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat
tersebut merupakan kelakuan yang
menyimpang (abnormal) yang sangat
erat kaitannnya dengan kejiwaan
individu
12. Abdulsyani menjelaskan bahwa kejahatan dapat dilihat dalam berbagai aspek, yaitu : aspek
yuridis, aspek sosial, dan aspek ekonomi.
Aspek yuridis artinya seseorang dianggap berbuat kejahatan jika ia melanggar
peraturan atau undang-undang pidana dan dinyatakan bersalah oleh
pengadilan serta dijatuhi hukuman.
Aspek sosial artinya bahwa sesorang dianggap berbuat kejahatan jika ia
mengalami kegagalan dalam menyesuaikan diri atau berbuat menyimpang
dengan sadar atau tidak sadar dari norma-norma yang berlaku di masyarakat
sehingga perbuatannya tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat yang
bersangkutan.
Aspek ekonomi berarti seseorang dianggap berbuat kejahatan jika ia
merugikan orang lain dengan membebankan kepentingan ekonominya kepada
masyarakat sekelilingnya sehingga ia dianggap sebagai penghambat atas
kebahagiaan orang lain
13. Menurut R. Soesilo
Ditinjau dari segi
yuridis, kejahatan
adalah suatu
perbuatan
tingkah laku yang
bertentangan
dengan undang-
undang
dari segi sosiologis,
maka yang dimaksud
dengan kejahatan
adalah perbuatan atau
tingkah laku yang
selain merugikan si
penderita, juga sangat
merugikan masyarakat
yaitu berupa hilangnya
keseimbangan,
ketentramandan
ketertiban
Sebuah perilaku yang dapat
disebut sebagai kejahatan hanya
jika memiliki 2 (dua) faktor yaitu :
1) Mens Rea ( adanya niatan dari
pelaku ), dan
2) 2) Actus Reus ( perilaku
terpaksa tanpa paksaan dari
orang lain )
Jika pelaku ternyata memiliki
gangguan mental yang menyebabkan
niatnya terjadi diluar kesadaran, maka
faktor mens rea-nya dianggap tidak
utuh, atau tidak bisa dinyatakan
sebagai kejahatan, karena orang
dengan gangguan mental tidak dapat
dimintai pertanggungjawaban atas
perilakunya.
Bagaimanapun juga kejahatan
dalam arti hukum adalah yaitu
perbuatan manusia yang dapat
dipidana oleh hukum pidana.
Tetapi kejahatan bukan hanya
semata – mata merupakan
batasan undang – undang, artinya
ada perbuatan tertentu yang oleh
masyarakat dipandang sebagai
jahat, tetapi oleh undang –
undang tidak menyatakan
sebagai kejahatan begitu pula
sebaliknya
14. Tipe-Tipe Penjahat ?
Menurut Capelli , tipe penjahat dibagi menjadi :
a. Penjahat yang melakukan kejahatan didorong oleh faktor psikopatologis,
dengan pelaku-pelakunya: 1) Orang yang sakit jiwa 2) Berjiwa abnormal,
namun tidak sakit jiwa
b. Penjahat yang melakukan tindak pidana oleh cacad badani rohani, dan
kemunduran jiwa raganya: 1) Orang-orang dengan gangguan jasmani-rohani
sejak lahir dan pada usia muda, sehingga sukar dididik, dan tidak mampu
menyesuaikan diri terhadap pola hidup masyarakat umum. 2) Orang-orang
dengan gangguan badani-rohani pada usia lanjut (dementia senilitas),
cacad/invalid oleh suatu kecelakaan, dll
c. Penjahat karena faktor-faktor sosial, yaitu: 1) Penjahat kebiasaan 2)
Penjahat kesempatan oleh kesulitan ekonomi atau kesulitan fisik. 3) Penjahat
kebetulan. 4) Penjahat-penjahat berkelompok.
15. Cecaro Lombroso membagi tipe penjahat
1. Penjahat sejak lahir dengan sifat-
sifat herediter (born criminals)
dengan kelainan-kelainan bentuk
jasmani, bagian-bagian badan yang
abnormal, stigmata atau noda fisik,
anomali atau cacat dan kekurangan
jasmaniah. Misalnya bentuk
tengkorak yang luar biasa, dengan
keadaan susunan otak mirip dengan
binatang. Wajah yang sangat buruk,
rahang melebar, hidung yang miring,
tulang dahi yang masuk melengking
ke belakang, dan lain-lain.
2. Penjahat dengan
kelainan jiwa; misalnya :
gila, setengah gila, idiot,
debil, imbesil; dihinggapi
histeria, melankoli,
epilepsi atau ayan,
dementia yaitu lemah
pikiran, dementia praecox
atau lemah pikiran yang
sangat dini, dan lain-lain.
3. Penjahat
dirangsang oleh
dorongan libido
seksualis atau
nafsu-nafsu seks.
4. Penjahat karena
kesempatan. Misalnya
terpaksa melakukan
kejahatan karena keadaan
yang luar biasa, dalam
bentuk pelanggaran-
pelanggaran kecil. Dia
membaginya dalam : pseudo-
criminals (pura-pura) dan
criminaloids.
5. Penjahat dengan organ-organ
jasmani yang normal, namun
mempunyai pola kebiasaan yang buruk,
asosiasi social yang abnormal atau
menyimpang dari pola kelakuan umum,
sehingga sering melanggar undang-
undang dan norma sosial, lalu banyak
melakukan kejahatan.
16. Aschaffenburg membagi tipe
penjahat sebagai berikut :
1.Penjahat profesional : kejahatan sebagai
penggaotan atau pekerjaan sehari-hari, karena
sikap hidup yang keliru.
2. Penjahat oleh kebiasaan, disebabkan
oleh mental yang lemah, sikap yang
pasif, pikiran yang tumpul, dan
adaptisme.
3.Penjahat tanpa atau kurang
memiliki disiplin kemasyarakatan.
Misalnya para pengemudi mobil
dan sepeda motor yang tidak
bertanggung jawab, tidak
menghiraukan etik lalu lintas dan
peraturan-peraturan keamanan lalu
lintas.
4. Penjahat-penjahat yang mengalami krisis
jiwa. Misalnya kejahatan yang dilakukan oleh
anak-anak puber, membakar rumah sendiri
karena ingin mendapatkan uang asuransi;
membunuh pacar sendiri karena sudah
dihamili, atau karena cintanya tidak terbalas.
Ibu muda yang membunuh bayinya karena
tidak kawin; membunuh orang lain atau
melakukan bunuh diri, karena tidak mampu
menguasai krisis jiwanya, dan lain-lain.
5. Penjahat yang melakukan kejahatan
oleh dorongan-dorongan seks yang
abnormal. Misalnya homoseks,
sadisme, sadomasokhisme,pedofilia,
lesbianisme, perkosaan, dan lain-lain.
6. Penjahat yang sangat agresif dan memiliki
mental sangat labil, yang sering melakukan
penyerangan, penganiayaan dan pembunuhan.
Juga selalu melontarkan pernyataan-pernyataan
ofensif atau penyerangan, melalui ucapan atau
tulisan-tulisan penghinaan dan fitnahan.
7.Penjahat karena kelemahan batin dan dikejar-kejar
oleh nafsu materiil yang berlebih-lebihan. Mereka itu
pada umumnya adalah warga negara baik-baik, yang
melakukan tugas pekerjaannya dengan normal, pandai,
dan rajin. Akan tetapi tidak memiliki harta benda dan
kekayaan materiil. Sehingga melakukan tindak korup,
penggelapan uang, atau memiliki dengan sengaja
kekayaan negara. Kejahatan mereka itu tergantung
pada jenis pekerjaannya. Misalnya tindak pidana yang
dilakukan oleh pembantu rumah tangga, buruh
perusahaan, pegawai negeri, menteri cabinet, kepala
negara, pilot-pilot pesawat terbang, nakhoda kapal,
dan lain-lain.
8. Penjahat dengan indolensi psikis
dan segan bekerja keras. Daripada
susahsusah bekerja mencari nafkah,
mereka itu lebih suka menempuh
jalan memintas dan menggunakan
cara yang mudah, dengan berbuat
jahat. Mereka itu ingin hidup santai
dan bermewah-mewah, namun tidak
mau bekerja keras atau berusaha
9.Penjahat campuran (kombinasi
dari motif-motif satu sampai
dengan delapan). Mereka itu
adalah penjahat-penjahat yang
didorong oleh multi-faktor
melakukan tindak durjana.
17. Seelig membagi tipe penjahat atas dasar struktur kepribadian pelaku,atau
atas dasar konstitusi jiwani/psikis pelakunya, yaitu:
1. Penjahat yang didorong oleh sentiment-sentimen yang sangat kuat dan
pikiran yang naïf primitive. Misalnya membunuh anak isteri karena
membayangkan mereka akan sengsara di duniayang kotor ini, sehingga lebih
baik mereka mati.
2. Penjahat yang melakukan tindak pidana didorong oleh satu ideology dan
keyakinan kuat, baik yang fanatic kanan (golongan agama), maupun yang
fanatic kiri (golongan sosialis dan komunis. Misalnya gerakan “jihad”. Menurut
objek hukum yang diserangnya, kejahatan dapat dibagi dalam:
a) Kejahatan ekonomi
b) Kejahatan politik dan pertahanan-keamanan
c) Kejahatan kesusilaan
d) Kejahatan terhadap jiwa orang dan harta benda
18. Penggolongan kejahatan menurut Bonger :
a. Kejahatan didasarkan pada motif pelaku yakni :
- Kejahatan ekonomi, (economic crimes) misalnya penyelundupan
- Kejahatan Seksual, misalnya perbuatan zina
- Kejahatan politik, misalnya pemberontakan partai komunis Indonesia
- Kejahatan diri, misalnya penganiayaan yang motif mendalam
b. Kejahatan didasarkan berat ringannya suatu ancaman pidana :
- Kejahatan, yakni semua Pasal - Pasal yang tersebut di dalam buku KUHP, seperti
pembunuhan, pencurian dan lain-lain.
- Pelanggaran, yakni semua Pasal - Pasal yang di sebut dalam buku III KUHP, misalnya
saksi didepan persidangan memakai jimat pada waktu ia harus memberikan
keterangan dengan sumpah, dihukum dengan hukuman kurung selama-lamanya
sepuluh hari hari dan denda tujuh ratus lima puluh rupiah
c. Penggolongan kejahtaan untuk kepentingan statistic, sebagai berikut :
- Kejahatan terhadap orang (crimes against person) misalnya pembunuhan,
penganiayaan dan lain - lain.
- Kejahatan terhadap harta benda (crimes against property) misalnya pencurian,
perampokan dan lain – lain.
- Kejatan terhadap kesusilaan umum (crime against public decency) misalnya
perbuatan cabul.
19. Penggolongan Kejahatan untuk membentuk
teori. Penggolongan didasarkan akan adanya
kelas - kelas kejahatan dan beberapa
menurut proses penyebab kejahatan itu, yaitu
cara melakukan kejahatan teknik - teknik
dan organisasinya dan timbul kelompok -
kelompok yang mempunyai nilai tertentu.
a. Profesional crimes, yaitu suatu kejahatan
yang dilakukan sebagai mata pencaharian
tetapnya dan mempunyai keahlian tertentu
untuk profesi itu, misalnya pemalsuan uang.
b. Organized crimes, yaitu suatu kejahatan
yang terorganisir, misalnya pemerasan,
perdagangan narkotika dan obat-obatan
terlarang.
c. Occasional crimes, yaitu suatu kejahatan
karena adanya suatu kesepakatan, misalnya
pencurian di rumah secara bersama.
(A.S Alam. 1985, Kejahatan dan Sistem
Pemidanaan. Ujung Pandang. Fakultas Hukum.
UNHAS, hlm 13)
Penggolongan kejahatan yang dilakukan oleh nilai-nilai
sosiologi yang dikemukakan oleh sebagai beikut :
a. Violent personal criems, yaitu kejahatan kekerasan
terhadap orang, misalnya pembunuhan (murder),
pemerkosaan (rape), dan penganiayaan (assault).
b. Occasio property crimes, yaitu kejahatan harta
benda karena kesepakatan, misalnya pencurian
kendaraan bermotor, pencurian di toko - toko besar.
c. Occupational crimes, yaitu kejahatan karena
kedudukan atau jabatan, misalnya korupsi.
d. Politic crime, yaitu kejahatan politik, misalnya
pemberontakan, sabotase, perang gerilya dan lain –
lain
e. Public order crime, yaitu kejahatan terhadap
ketertiban umum yang biasa disebut dengan
kejahatan tanpa korban, misalnya pemabukan,
wanita melacurkan diri.
f. Convensional crime, yaitu kejahatan konvensional,
misalnya perampokan (robbery) pencurian kecil -
kecilan (larceny) dan lain – lain.
g. Organized crime, yaitu kejahatan yang terorganisir,
misalkan perdagangan wanita untuk pelacuran,
perdangangan obat bius.
h. Provesional crime, yaitu kejahatan yang dilakukan
sebagai profesinya, misalkan pemalsuan uang,
pencopet dan lain - lain.
20. Teori-Teori Sebab Kejahatan yang dikutip oleh A.S.Alam,
Teori Differential Association (Sutherland)
Teori Anomie : Emile Durkheim,
Teori Kontrol Sosial
Teori Labeling (Howard Beckers)