Viktimologi adalah studi tentang korban, penyebab timbulnya korban, dan akibat yang ditimbulkan. Korban didefinisikan secara luas dan tidak terbatas pada individu yang menderita kerugian secara langsung, tetapi juga kelompok, korporasi, dan lingkungan. Tujuan viktimologi antara lain mempelajari peran korban dalam terjadinya kejahatan dan perlindungan yang harus diberikan kepada korban.
2. Konsep “korban” telah terdapat
sejak jaman Hebrew kuno.
Pengertian aslinya berasal dari ide
‘pengorbanan’ atau
‘pengkambing-hitaman’
mengeksekusi atau membuang
orang atau binatang guna
memuaskan dewa dewi atau‐
penguasa bumi untuk
persembahan
3. Victimologi berasal dari bahasa latin
“Victima” yang berarti korban dan “Logos”
yang berarti ilmu.
Secara terminologi Victimologi berarti suatu
studi yang mempelajari tentang korban,
penyebab timbulnya korban dan akibat-
akibat penimbulan korban yang
merupakan masalah manusia sebagai
kenyataan social.
4. korban dalam lingkup Victimologi
mempunyai arti yang luas sebab
tidak hanya terbatas pada individu
yang nyata menderita kerugian,
tapi juga kelompok, korporasi,
swasta maupun pemerintah
5. Menurut Kamus Chrime Dictionary yang
orang ahli dikutip seorang ahli (Abdussalam,
2010: 5) bahwa
victim adalah “orang yang telah mendapat
penderitaan fisik atau penderitaan mental,
kerugian harta benda atau mengakibatkan
mati atas perbuatan atau usaha
pelanggaran ringan dilakukan oleh pelaku
tindak pidana dan lainya.
6. Dalam kamus ilmu pengetahuan
social disebutkan bahwa
victimologi adalah studi tentang
tingkah laku victim sebagai salah
satu penentu kejahatan. (Hugo
Reading, Kamus Ilmu-ilmu social,
Jakarta, Rajawali, 1986, hlm.457).
7. PELOPOR VIKTOMOLOGY
Mendelshon (1937) – Mempelajari kasus kasus‐
pembunuhan – Umumnya korban memiliki
semacam kondisi ketidaksadaran bahwa sedang
diviktimisasi – “the innocents” – Korban umumnya
menyumbang pada derita yang dideritanya
terkait adanya situasi victim precipitation.
Von Hentig (1948) – Mempelajari kasus kasus‐
pembunuhan – Tipe tipe korban: • Depressive •‐
Greedy • Wanton • Tormentor
8. PEMIKIRAN VIKTOMOLOGY
Wolfgang (1958): – Banyak pembunuhan yang
dikontribusikan oleh korban sebenarnya
disebabkan oleh keinginan tak sadar dari sang
korban sendiri untuk bunuh diri, setidak tidaknya‐
mencelakakan diri sendiri
Schafer (1968): – Melihat pada bagimana korban
secara disadari atau tidak menyumbang pada
viktimisasi yang dideritanya, bahkan juga
pembagian tanggungjawab dengan pelaku
(dalam kasus kasus tertentu)‐
9. korban dlm arti sempit disebut
korban kejahatan, seperti:
pembunuhan, penganiayaan, dll
Sedangkan Korban dlm arti luas, meliputi
korban dr berbagai bidang al. korban
pncemaran LH, korban perang, korban
kesewenang2an, abuse of power
(penyalahgunaan kekuasaan) dalam
penegakan hukum, lahgun bid ekonomi yg
bersifat illegal dan penyalahgunaan
kekuasaan publik yg bersifat illegal.
10. Permasalahan korban;
Ø Masalah korban ini sebenarnya bukanlah
masalah yang baru, hanya karena hal-hal
tertentu kurang diperhatikan, bahkan
diabaikan.
Ø apabila kita mengamati masalah
kejahatan menurut proporsi yang
sebenarnya secara dimensional, maka mau
tidak mau kita harus memperhatikan
peranan si korban dalam timbulnya suatu
kejahatan.
14. Ø Realitanya tidak mungkin timbul suatu
kejahatan kalau tidak ada si korban
kejahatan, yang merupakan peserta
utama dari si penjahat dalam hal
terjadinya suatu kejahatan
Ø Dapat dikatakan bahwa si korban
mempunyai tanggung jawab
fungsional dalam terjadinya kejahatan.
15. Arif Gosita
pengertian victimologi ini sangat luas, yang dimaksud
korban disini adalah mereka yang menderita
jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan
orang lain yang mencari pemenuhan diri sendiri dalam
konteks kerakusan individu dalam memperoleh apa
yang diingingkan secara tidak baik dan sanggat
melanggar ataupun bertentangan dengan
kepentingan dan hak asasi yang menderita, Sebab
dan kenyataan sosial yang dapat disebut sebagai
korban tidak hanya korban perbuatan pidana
(kejahatan) saja tetapi dapat korban bencana alam,
korban kebijakan pemerintah dan lain-lain.
16. Muladi
Korban (Victim) adalah orang-orang yang
baik secara individu maupunkolektif telah
menderita kerugian termasuk kerugian fisik
atau mental, emosional, ekonomi atau
gangguan subtansial terhadap hak-
haknya yang fundamental, melalui
perbuatan atau komisi yang melanggar
hukum pidana di masing-masing negara,
termasuk penyalahgunaan kekuasaan.
17. Z.P. Separovic
Korban (victim) adalah “…the person who are threatened, injured
or destroyed by an actor or omission of another (mean, structure,
organization, or institution) and consequently, a victim would be
anyone who has suffered from or been threatened by a punishabel
act (not only criminal act but also other punishable acts as
misdemeanors, economic offences, non fulfillment of work duties) or
an accidents. Suffering may be caused by another man or another
structure, where people are also involved.
orang yang terancam, terluka atau dihancurkan oleh seorang aktor
/pelaku atau akibat kelalaian lain (berarti, struktur, organisasi, atau
lembaga) dan akibatnya, korban akan siapa saja yang telah
menderita atau diancam oleh tindakan punishabel (tidak hanya
tindak pidana tetapi juga tindak pidana lainnya sebagai
pelanggaran ringan, pelanggaran ekonomi, pemenuhan non tugas
kerja) atau kecelakaan. Penderitaan mungkin disebabkan oleh laki-
laki lain atau struktur lain, di mana banyak orang yang terlibat.
18. Ralph de Sola
korban (victim) adalah “…person who has injured
mental or physical suffering, loss of property or
death resulting from an actual or attempted
criminal offense committed by another….”.
"... Orang yang telah terluka penderitaan mental
atau fisik, kerugian harta benda atau kematian
akibat suatu pelanggaran pidana yang
sebenarnya atau percobaan yang dilakukan oleh
yang lain ....".
19. Cohen
kobar (victim) adalah “ …whose pain and suffering
have been neglected by the state while is spends
immense resources to hunt down and punish the
offender who responsible for that pain and
suffering.”
"... Yang sakit dan penderitaan telah diabaikan
oleh negara sementara yaitu menghabiskan
sumber daya besar untuk memburu dan
menghukum pelaku yang bertanggung jawab
untuk itu rasa sakit dan penderitaan."
20. Pengertian Viktimologi scr
yuridis
Korban dalam pengertian yuridis yang
termaktub dalam perundang-
undangan No.13 Tahun 2006 tentang
perlindungan saksi dan korban adalah
seseorang yang mengalami
penderitaan fisik, mental, dan/atau
kerugian ekonomi yang diakibatkan
oleh suatu tindak pidana”
21. Peraturan pemerintah No.2 Tahun 2002
tentang tata cara perlindungan terhadap
saksi-saksi dalam pelanggaran HAM yang
berat, Korban adalah orang perseorangan
atau kelompok orang yang mengalami
penderitaan sebagai akibat pelanggaran
hak asasi manusia yang berat yang
memerlukan perlindungan fisik dan mental
dari ancaman gangguan, terror, dan
kekerasan pihak manapun
22. Undang-undang No.23 tahun
2004 tentang penghapusan
kekerasan dalam rumah
tangga
Korban adalah “orang yang
mengalami kekerasan atau
ancaman kekerasan dalam ruang
lingkup rumah tangga”
23. Pengertian korban dalam Pasal 1
(3) angka 5 Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 3 Tahun 2002 , adalah:
“orang perorangan atau kelompok yang
mengalami penderitaan, baik fisik, mental,
maupun emosional, kerugian ekonomi, atau
mengalami pengabaian, pengurangan atau
perampasan hak-hak dasarnya, sebagai
akibat pelanggaran hak asasi manusia yang
berat, termasuk korban dan ahli warisnya”
24. Undang-undang No.27 Tahun
2004 tentang komisi
kebenaran dan rekonsiliasi
Korban adalah orang perseorangan atau
kelompok orang yang mengalami
penderitaan, baik fisik, mental maupun
emosional, kerugian ekonomi atau
mengalami pengabaian pengurangan
atau perampasan hak-hak dasarnya
sebagai akibat pelanggaran hak asasi
manusia yang berat termasuk korban atau
ahli warisnya.”
25. Pengertian korban dalam pembahasan
disini adalah untuk sekedar membantu
dalam menentukan secara jelas batas
yang dimaksud oleh pengertian tersebut
sehingga diperoleh kesamaan cara
pandang. secara luas, pengertian
korban Yang dimaksud korban tidak
langsung di sini seperti, istri kehilangan
suami, anak yang kehilangan bapak,
orang tua yang kehilangan anaknya, dan
lainnya
26. Korban diartikan bukan hanya sekedar
korban yang menderita langsung,
akan tetapi korban tidak langsung
pun juga mengalami penderitaan
yang dpt diklarifikasikan sebagai
korban suatu kejahatan tidaklah harus
berupa individu atau perorangan,
tetapi bisa berupa kelompok orang,
masyarakat atau juga badan hukum.
27. Bahkan pada kejahatan tertentu,
korbannya bisa juga berasal dari bentuk
kehidupan lainnya. Seperti tumbuhan,
hewan atau ekosistem.
Korban semacam ini lazimnya kita temui
dalam kejahatan terhadap lingkungan.
Namun, dalam pembahasan ini korban
sebagaimana dimaksud terkahir tidak
termasuk didalamnya
28. Menurut Mendelsohn,
berdasarkan derajat
kesalahannya korban dibedakan
menjadi lima macam, yaitu
a. Yang sama sekali tidak bersalah;
b. Yang jadi korban karena kelalaiannya;
c. Yang sama salahnya dengan pelaku;
d. Yang lebih bersalah dari pelaku;
e. Yang korban adalah satu-satunya yang
bersalah (dalam hal ini pelaku dibebaskan).
30. TUJUAN VIKTIMOLOGI SECARA
KESELURUHAN ;
1. UNTUK MENGANALISA PELBAGAI ASPEK
YANG BERKAITAN DGN KORBAN;
2. BERUSAHA UNTUK MEMBERIKAN
PENJELASAN SEBAB MUSABAB
TERJADINYA VIKTIMISASI;
3. MENGEMBANGKAN SISTEM TINDAKAN
GUNA MENGURANGI PENDERITAAN
MANUSIA.
31. Melalui viktimologi diharapkan semua
permasalahan hidup dan kehidupan yang
berkaitan dengan kebobrokan dan
bermacam macam “penyakit” masyarakat‐
yang dapat menimbulkan korban,
diangkat, dibedah, dianalisis, dan
kemudian disajikan demi kepentingan
masyarakat sendiri.
32. FUNGSI VIKTIMOLOGI
Viktimologi mempunyai fungsi untuk mempelajari
sejauh mana peran dari seorang korban dalam
terjadinya tindak pidana, serta bagaimana
perlindungan yang harus diberikan oleh
pemeritah terhadap seseorang yang telah
menjadi korban kejahatan.
Disini dapat terlihat bahwa korban sebenarnya
juga berperan dalam terjadinya tindak pidana
pencurian, walaupun peran korban disini bersifat
pasif tapi korban juga memiliki andil yang
fungsional dalam terjadinya kejahatan.
33. Pada kenyataanya dapat dikatakan bahwa
tidak mungkin timbul suatu kejahatan kalau tidak
ada si korban kejahatan, yang merupakan
peserta utama dan si penjahat atau pelaku
dalam hal terjadinya suatu kejahatan dan hal
pemenuhan kepentingan si pelaku yang
berakibat pada penderitaan si korban.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
korban mempunyai tanggung jawab fungsional
dalam terjadinya kejahatan
35. MANFAAT VIKTIMOLOGI Menurut Arif
Gosita dari studi mengenai korban
antara lain:
1. Viktimologi mempelajari hakikat siapa itu korban
dan yang menimbulkan korban, apa artinya
viktimisasi dan proses viktimisasi bagi mereka
yang terlibat dalam proses viktimisasi.
2. Akibat dari pemahaman itu, maka akan
diciptakan pengertian-pengertian, etiologi
kriminal dan konsepsi-konsepsi mengenai usaha-
usaha yang preventif, represif dan tindak lanjut
dalam menghadapi dan menanggulangi
permasalahan viktimisasi kriminal di berbagai
bidang kehidupan dan penghidupan;
36. 3. Viktimologi memberikan sumbangan dalam
mengerti lebih baik tentang korban akibat
tindakan manusia yang menimbulkan
penderitaan mental, fisik dan sosial.
4. Tujuannya, tidaklah untuk menyanjung (eulogize)
korban, tetapi hanya untuk memberikan
beberapa penjelasan mengenai kedudukan dan
peran korban serta hubungannya dengan pihak
pelaku serta pihak lain.
5. Kejelasan ini sangat penting dalam upaya
pencegahan terhadap berbagai macam
viktimisasi, demi menegakkan keadilan dan
meningkatkan kesejahteraan mereka yang
terlihat langsung atau tidak langsung dalam
eksistensi suatu viktimisasi.
37. Viktimologi memberikan keyakinan, bahwa setiap
individu mempunyai hak dan kewajiban untuk
mengetahui mengenai bahaya yang dihadapinya
berkaitan dengan kehidupan, pekerjaan mereka.
Terutama dalam bidang penyuluhan dan
pembinaan untuk tidak menjadi korban struktural
atau non struktural.
Tujuannya, bukan untuk menakut-nakuti, tetapi
untuk memberikan pengetian yang baik dan agar
waspada.
Mengusahakan keamanan atau hidup aman
seseorang meliputi pengetahuan yang seluas-
luasnya mengenai bagaimana menghadapi
bahaya dan juga bagaimana menghindarinya.
38. Viktimologi juga memperhatikan permasalahan
viktimisasi yang tidak langsung, misalnya: efek politik
pada penduduk “dunia ketiga” akibat penyuapan
oleh suatu korporasi internasional, akibat-akibat
sosial pada setiap orang akibat polusi industri,
terjadinya viktimisasi ekonomi, politik dan sosial
setiap kali seorang pejabat menyalahgunakan
jabatan dalam pemerintahan untuk keuntungan
sendiri.
Dengan demikian dimungkinkan menentukan asal
mula viktimisasi, mencari sarana menghadapi suatu
kasus, mengetahui terlebih dahulu kasus-kasus
(antisipasi), mengatasi akibat-akibat merusak, dan
mencegah pelanggaran, kejahatan lebih lanjut
(diagnosa viktimologis);
39. Viktimologi memberikan dasar pemikiran untuk
masalah penyelesaian viktimisasi kriminal,
pendapat-pendapat viktimologi dipergunakan
dalam keputusan-keputusan peradilan kriminal
dan reaksi pengadilan terhadap pelaku
kriminal.
Mempelajari korban dari dan dalam proses
peradilan kriminal, merupakan juga studi
mengenai hak dan kewajiban asasi manusia.
40. Dikdik M. Mansur dan Elisatris Gultom
memberikan gambaran manfaat Viktimologi
bagi pihak penegak hukum,;
Bagi aparat kepolisian,
viktimologi sangat membantu dalam
upaya penanggulangan kejahatan.
Melalui viktimologi akan mudah diketahui
latar belakang yang mendorong terjadinya
kejahatan,
Mengetahui seberapa besar peranan
korban pada terjadinya kejahatan,
Bagaimana modus operandi yang
biasanya dilakukan oleh pelaku dalam
menjalankan aksinya serta aspek aspek
lainnya yang terkait.
41. Bagi Kejaksaan
Dalam proses penuntutan perkara
pidana di pengadilan, viktimologi
dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan
berat ringannya tuntutan yang akan
diajukan kepada terdakwa;
mengingat dalam praktiknya sering
dijumpai korban kejahatan turut
menjadi pemicu terjadinya kejahatan.
42. Bagi hakim
Hakim tidak hanya menempatkan korban
sebagai saksi dalam persidangan suatu perkara
pidana,
Hakim juga harus memahami kepentingan dan
penderitaan korban akibat dari sebuah
kejahatan atau tindak pidana,
Agar tercapai harapan dari korban terhadap
pelaku, terkonkritisasi dalam putusan hakim
43. manfaat dan tujuan viktimologi
Penderitaan dlm arti menjadi korban
jangka pendek dan jangka panjang yg
berupa:
1.kerugian fisik,
2.mental atau moral,
3.sosial,
4.ekonomis,
5.kerugian yg hampir sama sekali dilupakan,
diabaikan oleh kontrol sosial yg
melembaga sep penegak hukum, penuntut
umum, pengadilan, pembina
pemasyarakatan.
44. Manfaat viktimologi bagi
hukum pidana:
1. Membela hak-hak korban dalam
perlindungan hukum;
2. Manfaat yg berkenaan dengan
penjelasan peran korban dalam suatu
tindak pidana;
3. Manfaat yang berkenaan dengan usaha
mencegah terjadinya korban
45. MANFAAT VIKTIMOLOGI :
1. Viktimologi mempelajari hakikat siapa korban, yg menimbulkan
korban, arti viktimisasi dan proses viktimisasi dan konsep2 usaha
represif dan preventif.
2. Memberikan pemahaman ttg kedudukan dan peran korban
dan hubnya dgn plaku., serta hak dan kewajibannya utk
mengetahui , mengenali bahaya yg dihdapinya berkaitan dgn
pekerjaan mereka.
3. Viktimologi jg memperhatikan permasalahan viktimisasi yg tdk
langsung mis; efek politik pada penduduk “dunia ketiga” akibat
penyuapan oleh korporasi transnasional, akibat sosial akibat
polusi industri, viktimisasi ekonomi, politik dan sosial krn
penyalahgunaan jabatan, dgn demikian menentukan asal mula
viktimisasi.
4. Memberikan dasar pemikiran untuk mengatasi masalah
kompensasi pd korban, pedapat2 viktimologis dipergunakan
dlm keputusan peradilan kriminal dan reaksi pengadilan thd
perilaku kriminal.
46. Menurut: Arif Ghosita
Viktimologi mempelajari hakikat siapa itu
korban dan yang menimbulkan korban, apa
artinya viktimisasi dan proses viktimisasi bagi
mereka yang terlibat dalam proses viktimisasi.
Akibat dari pemahaman itu, maka akan
diciptakan pengertian-pengertian, etiologi
kriminal dan konsepsi-konsepsi mengenai
usaha-usaha yang preventif, represif dan
tindak lanjut dalam menghadapi dan
menanggulangi permasalahan viktimisasi
kriminal di berbagai bidang kehidupan dan
penghidupan;
47. Viktimologi memberikan sumbangan dalam
mengerti lebih baik tentang korban akibat
tindakan manusia yang menimbulkan
penderitaan mental, fisik dan sosial.
Tujuannya, tidaklah untuk menyanjung (eulogize)
korban, tetapi hanya untuk memberikan
beberapa penjelasan mengenai kedudukan dan
peran korban serta hubungannya dengan pihak
pelaku serta pihak lain.
Kejelasan ini sangat penting dalam upaya
pencegahan terhadap berbagai macam
viktimisasi, demi menegakkan keadilan dan
meningkatkan kesejahteraan mereka yang
terlihat langsung atau tidak langsung dalam
eksistensi suatu viktimisasi
48. Viktimologi memberikan keyakinan, bahwa
setiap individu mempunyai hak dan
kewajiban untuk mengetahui mengenai
bahaya yang dihadapinya berkaitan
dengan kehidupan, pekerjaan mereka.
Terutama dalam bidang penyuluhan dan
pembinaan untuk tidak menjadi korban
struktural atau non struktural. Tujuannya,
bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk
memberikan pengetian yang baik dan agar
waspada. Mengusahakan keamanan atau
hidup aman seseorang meliputi
pengetahuan yang seluas-luasnya mengenai
bagaimana menghadapi bahaya dan juga
bagaimana menghindarinya.