Power point ini dibuat untuk memeuhi tugas mata pelajaran geografi. Materi ini memuat tentang ketahanan pangan, ketersediaan pangan, akses pangan, pemanfaatan pangan, dan fator faktor yang memengaruhi ketahanan pangan
Otonomi Daerah dan Permasalahan Ketahanan PanganTriando Triando
OTONOMI DAERAH DAN PERMASALAHAN KETAHANAN PANGAN
Oleh: Harmiati
Dosen FISIPOL
Universitas Prof. DR. Hazairin, SH
Jln. Jend A.Yani Kota Bengkulu
Abstrak
Pembangunan ketahanan pangan tidak dapat dilepaskan dari otonomi daerah, untuk menunjang keberadaan pangan sampai ke tingkat rumah tangga. Permasalahan fundamental yang dihadapi pemerintah daerah dalam peningkatan ketahanan pangan a) kebijakan dan pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan, b) penataan dan pemanfaatan lahan pertanian, c) lumbung pangan, dan d) pemanfaatan pangan lokal. Dalam pembuatan kebijakan ketahanan pangan perlu memperhatikan berbagai pertimbangan teknis, ekonomis, dan sosial, baik dalam hal penataan lahan pertanian, program diversifikasi pangan lokal, dan pemanfaatan lumbung pangan, guna peningkatan ketahanan pangan dalam era otonomi daerah.
Power point ini dibuat untuk memeuhi tugas mata pelajaran geografi. Materi ini memuat tentang ketahanan pangan, ketersediaan pangan, akses pangan, pemanfaatan pangan, dan fator faktor yang memengaruhi ketahanan pangan
Otonomi Daerah dan Permasalahan Ketahanan PanganTriando Triando
OTONOMI DAERAH DAN PERMASALAHAN KETAHANAN PANGAN
Oleh: Harmiati
Dosen FISIPOL
Universitas Prof. DR. Hazairin, SH
Jln. Jend A.Yani Kota Bengkulu
Abstrak
Pembangunan ketahanan pangan tidak dapat dilepaskan dari otonomi daerah, untuk menunjang keberadaan pangan sampai ke tingkat rumah tangga. Permasalahan fundamental yang dihadapi pemerintah daerah dalam peningkatan ketahanan pangan a) kebijakan dan pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan, b) penataan dan pemanfaatan lahan pertanian, c) lumbung pangan, dan d) pemanfaatan pangan lokal. Dalam pembuatan kebijakan ketahanan pangan perlu memperhatikan berbagai pertimbangan teknis, ekonomis, dan sosial, baik dalam hal penataan lahan pertanian, program diversifikasi pangan lokal, dan pemanfaatan lumbung pangan, guna peningkatan ketahanan pangan dalam era otonomi daerah.
Antisipasi perubahan iklim_untuk_ketahan-pangan-fixNurdinUng
Pertanian merupakan sektor penyedia pangan yang tidak
pernah lepas dari berbagai persoalan, baik persoalan ekologi, ekonomi, sosial dan budaya, bahkan persoalan kebijakan politik. Hal ini tidak berlebihan karena pangan adalah
kebutuhan pokok penduduk, terutama di Indonesia. Laporan BPS tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,641,326 jiwa atau meningkat sebesar 15,21% dari tahun sebelumnya. Kondisi ini membutuhkan ketersediaan pangan yang cukup agar tidak menjadi salah satu penyebab instabilitas pangan nasional. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan terutama mempertahankan sekaligus meningkatkan produksi pangan, pada level lapangan masih banyak hambatan dan kendala yang dijumpai. Dari sekian banyak hambatan dan kendala tersebut, ada yang dapat ditangani melalui introduksi teknologi dan upaya strategis lainnya, tetapi ada pula yang sukar untuk ditangani terutama yang berkaitan dengan fenomena alam.
Antisipasi perubahan iklim_untuk_ketahan-pangan-fixNurdinUng
Pertanian merupakan sektor penyedia pangan yang tidak
pernah lepas dari berbagai persoalan, baik persoalan ekologi, ekonomi, sosial dan budaya, bahkan persoalan kebijakan politik. Hal ini tidak berlebihan karena pangan adalah
kebutuhan pokok penduduk, terutama di Indonesia. Laporan BPS tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,641,326 jiwa atau meningkat sebesar 15,21% dari tahun sebelumnya. Kondisi ini membutuhkan ketersediaan pangan yang cukup agar tidak menjadi salah satu penyebab instabilitas pangan nasional. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan terutama mempertahankan sekaligus meningkatkan produksi pangan, pada level lapangan masih banyak hambatan dan kendala yang dijumpai. Dari sekian banyak hambatan dan kendala tersebut, ada yang dapat ditangani melalui introduksi teknologi dan upaya strategis lainnya, tetapi ada pula yang sukar untuk ditangani terutama yang berkaitan dengan fenomena alam.
Dipresentasikan pada:
“Diskusi Ketahanan Pangan”
Oleh LISUMA (Lingkar Studi Mahasiswa)
Kamis, 27 September 2012, Pukul 18.00-20.00
Jln Wijaya Timur Jakarta
Dipresentasikan pada:Simposium Pangan dalam Rangka Ulang Tahun Provinsi Banten, Gebyar Kampus ITI, dan kegiatan PATPI Jakarta 10 Oktober 2012, Pukul 13.15-15.15 WIB Gedung G Kampus Institut Teknologi Indonesia Serpong
biar jangan lupa sama ilmu yang pernah didapat, walaupun mungkin tidak atau belum bisa diaplikasikan dalam pekerjaan karena satu dan lain hal ;)
yang penting ilmu itu dibagikan, mudah2an bisa bermanfaat.
demikian juga presentasi ini, saya buat dari diktat salah satu materi yang diikuti dalam Pelatihan dan Apresiasi Ketahanan Pangan, di Bandung Agustus 2007
Waktu itu disampaikan dengan sangat menarik dan berkesan oleh: Dr.Ir.Yayuk Farida Baliwati, MS (GMSK – IPB)
Diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Prov. Jawa Barat
Materi ini disampaikan Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA. dalam Kuliah Kedaulatan Pangan yang diselenggarakan Yayasan Abdurrahman Baswedan, di sekretariat yayasan, Perumahan Timoho Asri IV, Yogyakarta.
Edukasi Budidaya Lele Dan Kangkung Hidroponik Melalui Media Ember Sebagai Sol...Luhur Moekti Prayogo
The purpose of this community service is to educate the public
about the importance of healthy food and how to obtain it by utilizing
household objects through the cultivation of catfish in buckets and
hydroponic kale. Catfish is a freshwater fish that easily lives even in
extreme water conditions, making it easier for people to raise it. Meanwhile,
kale is one of the vegetables commonly consumed by people in Indonesia,
which has high nutritional value and is easy to care for. Kale vegetables are
able to live in juicy areas and still grow even without fertilization. The
method used in this program is to educate the public through the process of
preparing the media used in catfish cultivation and hydroponic kale which
can be placed on a bucket. The process of raising catfish from seed to age
ready for consumption takes about 3-4 months, while for kale, it can be
harvested within a period of 3 weeks.
Mata Kuliah Ekologi Gizi dan Kesehatan : Kebijakan Pangan dan Gizi
Jurusan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Pengembangan lingkungan terhadap Ketahanan Pangan
1. KELOMPOK :
1. Edi Setiawan Bustomi 125030107111088
2. Imtichanul Faricha 125030107111090
3. Maharani Widya R. 125030100111175
4. Randy Prasetyo 125030100111183
5.
2. LATAR BELAKANG
• Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan 18.110
pulau dengan garis pantai sepanjang 108.000 km
• Modal tersebut harus dimanfaatkan secara optimal melalui
penyelenggaraan ketahanan pangan yang secara umum bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
• Ketahanan pangan merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu
negara. Dengan adanya program dari suatu negara atau lebih khusus lagi
pemerintah daerah tempat obyek agroteknologi itu berada mendapat
pemasukan dari pendapatan setiap obyek ketahanan pangan.
• Pengembangan lingkungan di suatu negara akan menarik sektor lain untuk
berkembang
• Produk-produknya diperlukan untuk menunjang industri pariwisata,
seperti sektor pertanian, peternakan, perkebunan, kerajinan rakyat,
peningkatan kesempatan kerja, dan lain sebagainya
3. DASAR HUKUM
• UUD 1945 pasal 34 disebutkan, bahwa negara bertanggung jawab
di dalam memenuhi kebutuhan dasar, termasuk pangan
• Undang-Undang Pangan Nomor 7 tahun 1996 pasal 1 ayat 17
dikatakan bahwa ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya
pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan
yang cukup baik dalam jumlah, mutu, aman serta merata dan
terjangkau.
• Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis
Sumberdaya Lokal;
• Peraturan Menteri Pertanian No. 65 Tahun 2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
4. • Dengan adanya dasr hukum yang kuat sebagai legalitas program
tersebut maka haruslha adanya tindakan konservatif lingkungan
dalam menggalakan ketahanan pangan guna memenuhi
kebutuhanindividu dan gizi untuk mensejahterakan masyarakat.
• Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang
mengartikan ketahanan pangan sebagai “kondisi terpenuhinya
pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,
halal, merata, dan terjangkau”.
• Undang-undang tersebut juga dijelaskan bahwa untuk ketahanan
pangan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah
dan masyarakat.
5. • Tiga Hal yang menjadi masalah :
1. Pangan Adalah Hak Azasi Manusia
2. Kondisi Obyektif Indonesia Masih Berkutat Pada
Masalah Gizi
3. Perubahan Kondisi Global Yang Menuntut Kemandirian
6. KONSUMSI DAN PRODUKSI
BERKELANJUTAN DI INDONESIA
OUTLINE
• Ecological Footprint, Biocapacity
• Analisis Domestic Material Consumption
• Penerapan Sustainable Consumption and Production (SCP) di
Indonesia
KLH sebagai “focal point” penerapan SCP di Indonesia;
Decision-aiding - Memberdayakan proses pengambilan
keputusan dalam perencanaan program atau kebijakan
pembangunan dengan penilaian implikasinya yang penting
terhadap lingkungan hidup
Mempertimbangkan aspek lintas sektoral dan kumulatif antar
proyek besar, kecil dan kegiatan pembangunan lainnya
Dapat diterapkan lama sebelum proyek pembangunan mulai -
dengan begitu memberikan kesempatan untuk wacana tentang
implikasi lingkungan serta pendekatan realisis untuk mitigasi
masalahnya
7. Melibatkan persepsi pihak-pihak yang berkepentingan
(stakeholder)
Memanfaatkan informasi secara transparan ~ oleh karena 4
dan 5, KLS punya legitimasi sosial, manfaat politik
Mulai sederhana dengan data yg ada supaya ada hasil yg
bermanfaat dalam waktu relatif singkat ~ iterative (berpikir
luas, bertindak awal sederhana)
“Dapur” Daerah
Dapat menjadi basis evaluasi hasil dari KRP
8. • Terwujudnya pembangunan (Pengelolaan
Sumber Daya Alam) yang berkelanjutan dan
akrab lingkungan
• Keberlanjutan ekologis;
• Keberlanjutan ekonomi; dan
• Keberlanjutan sistem sosial.
9.
10. Faktor Penghambat
• Lahan
• Infrastruktur
• Teknologi dan wawasan
• Energi
• Dana
• Iklim
• Ketersediaan Input Lainnya
11. Strategi dan Pengembangan
Ketahanan Pangan
A. Pemantapan ketersediaan pangan berbasis kemandirian
1. Kapasitas produksi domestik
2. Kelestarian sumberdaya lahan dan air
3. Cadangan pangan.
B. Peningkatan kemudahan dan kemampuan mengakses
pangan
1. Pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi
masyarakat
2. Kelancaran distribusi dan akses pangan.
3. Penjaminan Stabilitas Harga Pangan
12. KESIMPULAN
• Kapasitas produksi pangan nasional relatif lambat bahkan mengalami
stagnasi yang disebabkan oleh adanya kompetisi dalam pemanfaatan
sumberdaya lahan dan air serta stagnannya pertumbuhan produktivitas
lahan dan berkurangnya jumlah tenaga kerja pertanian.
• Kondisi ketidakseimbangan inilah yang mendorong kebijakan impor
pangan guna mempertahankan dan meningkatkan penyediaan pangan
nasional.
• Adapun strategi dalam pengembangan ketahanan pangan terkait
keberlanjutan lingkungannya yakni :
1) Pemantapan ketersediaan pangan berbasis kemandirian
a) Kapasitas produksi domestik
b) Kelestarian sumberdaya lahan dan air
c) Cadangan pangan
13. 1) Peningkatan kemudahan dan kemampuan mengakses
pangan
a) Pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi
masyarakat
b) Kelancaran distribusi dan akses pangan.
c) Penjaminan Stabilitas Harga Pangan.
14. HARAPAN
a. Pengembangan produksi pangan sesuai dengan potensi daerah
berlandaskan PANCASILA sebagai IDEOLOGI BANGSA,
b. Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pangan dengan
teknologi spesifik lokasi,
c. Pengembangan dan menyediakan benih/bibit unggul dan jasa alsintan,
d. Peningkatan pelayanan dan pengawasan pengadaan sarana produksi,
e. Peningkatan layanan kredit yang mudah diakses petani
f. Pengendalian alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian untuk
mewujudkan lahan abadi,
g. Sertifikasi lahan petani,
h. Konservasi dan rehabilitasi sumberdaya lahan dan air pada Daerah
Aliran Sungai (DAS),
15. • pemantapan kelompok pemakai air untuk peningkatan
pemeliharaan saluran irigasi,
• penataan penggunaan air untuk pertanian, pemukiman dan
industri,
• Pengembangan sistem informasi bencana alam dalam rangka
early warning system
• Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya alam,
• Perbaikan dan peningkatan jaringan pengairan.