Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kecerdasan emosional, kemampuan manajerial, kepemimpinan dengan efektivitas kerja kepala sekolah. Hipotesis penelitian adalah bahwa kecerdasan emosional, kemampuan manajerial dan kepemimpinan berpengaruh positif terhadap efektivitas kerja kepala sekolah. Variabel diukur menggunakan kuesioner dan tes, kemudian dianalisis menggunakan
3. Kata “korelasi” berasal dari bahasa Inggris correlation. Dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan dengan: “hubungan”, atau “saling hubungan”,
atau “hubungan timbal balik”. Dalam ilmu statistik istilah “korelasi”
diberi pengertian sebagai “hubungan antar dua variabel atau
lebih”(Sudijono, 2008)
Peter (2009) mengemukakan bahwa hubungan antar dua variabel dikenal
dengan istilah “Bivariate Correlation”, sedangkan hubungan antar lebih
dari dua variabel disebut “Multivariate Correlation.
Penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk
menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam
suatu populasi. Sifat-sifat perbedaan kritis adalah usaha untuk menaksir
hubungan (Fox,2008).
Sementara Sutrisno (2007:167), Penelitian korelasional melibatkan
pengumpulan data untuk menentukan apakah, dan untuk tingkatan apa,
terdapat hubungan antara dua atau lebih variabel yang dikuantitatifkan.
Tingkatan hubungan diungkapkan sebagai suatu koefesien korelasi -
yaitu alat statistik untuk menerangkan keeratan hubungan antara dua
variabel atau lebih
4. Penelitian korelasional menggambarkan suatu pendekatan umum untuk
penelitian yang berfokus pada penaksiran pada kovariasi di antara variabel
yang muncul secara alami. Tujuan penelitian korelasional adalah untuk
mengidentifikasi hubungan prediktif dengan menggunakan teknik korelasi
atau teknik statistik. Hasil penelitian korelasional juga mempunyai implikasi
untuk pengambilan keputusan (Zechmester, 2009:1)
Sementara Sutrisno (2009:167), Penelitian korelasional melibatkan
pengumpulan data untuk menentukan apakah, dan untuk tingkatan apa,
terdapat hubungan antara dua atau lebih variabel yang dikuantitatifkan.
Tingkatan hubungan diungkapkan sebagai suatu koefesien korelasi - yaitu
alat statistik untuk menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel
atau lebih.
5. 1.Arah Korelasi
Hubungan antar variabel itu jika ditilik dari segi arahnya, dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu: hubungan yang sifatnya satu
arah, dan hubungan yang sifatnya berlawanan arah. Hubungan yang
bersifat searah diberi nama korelasi positif, sedangan hubungan
yang sifatnya berlawanan arah disebut korelasi negatif .
korelasi positif adalah jika dua variabel atau lebih yang berkorelasi
berjalan parallel; artinya bahwa hubungan tersebut menunjukkan
arah yang sama. Misalnya, apabila variabel X mengalami kenaikan
atau pertambahan, akan diikuti pula dengan kenaikan atau
pertambahan pada variabel Y, atau sebaliknya. Contohnya, kenaikan
harga BBM diikuti dengan kenaikan ognkos angkutan; sebaliknya jika
harga BBM rendah, maka ongkos angkutan pun murah (rendah).
:
6. korelasi negatif adalah jika dua variabel atau lebih yang
berkorelasi itu berjalan dengan arah yang berlawanan,
bertentangan atau berbalikan. Hal ini berarti bahwa
kenaikan atau pertambahan pada variabel X akan diikuti
dengan penurunan atau pengurangan pada variabel Y.
misalnya, makin meningkatnya kesadaran hukum di
kalangan masyarakat diikuti dengan makin menurunnya
angka kejahatan atau angka pelanggaran; makin giat
berlatih makin sedikit kesalahan yang diperbuat oleh
seseorang; makin kurang dihayati ajaran agama oleh
para remaja akan diikuti oleh makin meningkatnya
frekwensi kenakalan remaja.
7. 2.Peta Korelasi
Arah hubungan variabel yang dicari korelasinya, dapat diamati
melalui sebuah peta atau diagram yang dikenal dengan istilah
Peta Korelasi. Dalam peta korelasi itu dapat dilihat pencaran titik
atau moment dari variabel yang sedang dicari korelasinya.
Karena itu peta korelasi juga disebut Scatter Diagram (Diagram
Pencaran Titik)
3.Angka Korelasi
Tinggi rendah, kuat lemah atau besar kecilnya suatu korelasi
dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya suatu angka
(koefesien) yang disebut Angka Indeks Korelasi atau Coeffesient
of Correlation.
Jadi Angka Indeks Korelasi adalah sebuah angka yang dapat
dijadikan petunjuk untuk mengetahui seberapa besar kekuatan
korelasi di antara variabel yang sedang diselidiki korelasinya.
8. studi hubungan dan studi prediksi mempunyai karakteristik unik yang membedakan
keduanya, proses dasar keduanya sama. Lebih lanjut ia menjelaskan prosedur dasar
penelitian korelasional yang meliputi: Pemilihan Masalah, sampel dan pemilihan
instrument, desain dan prosedur, dan teknik analisa data serta interpretasi.
Kesemuanya dijelaskan sebagai berikut:
1.Pemilihan Masalah
Contoh masalah penelitian korelasional
Judul penelitian:
Kualitas pelayanan Karyawan Administrasi Akademik di PT “A”
Masalah Penelitian:
Apakah terdapat hubungan pengetahuan administrasi akademik dengan kualitas
pelayanan karyawan?
Apakah terdapat hubungan komunikasi interpersonal dengan kualitas pelayanan
karyawan?
Apakah terdapat hubungan pengetahuan administrasi akademik, komunikasi
interpersonal, dan kemampuan berfikir mekanik dengan kualitas pelayanan
karyawan?
Dari beberapa contoh pertanyaan diatas jelaslah bahwa pemilihan masalah dalam
penelitian korelasional harus menggambarkan hubungan antara satu atau lebih
variabel (Variabel Independen) dengan variabel yang lain (Variabel Dependen)
9. 2.Sampel dan Pemilihan Instrumen
Sampel untuk studi korelasional dipilih dengan menggunakan metode
sampling yang dapat diterima, dan 30 subjek dipandang sebagai ukuran
sampel minimal yang dapat diterima. Sebagaimana suatu studi, adalah
penting untuk memilih dan mengembangkan pengukuran yang valid dan
reliable terhadap variabel yang akan diteliti. Jika variabel yang tidak
memadai dikumpulkan, koefesien korelasi yang dihasilkan akan mewakili
estimasi tingkat korelasi yang tidak akurat. Selanjutnya, jika pengukuran
yang digunakan tidak secara nyata mengukur variabel yang diinginkan,
koefesien yag dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan yang
diinginkan.
contoh; Seorang peneliti ingin menentukan hubungan antara hasil belajar
matematika dengan hasil belajar fisika. Jika dia memilih dan menggunakan
tes keterampilan berhitung yang valid dan reliable serta tes hasil belajar
fisika yang juga valid dan reliabel, koefesien korelasi yang dihasilkan tidak
akan menjadi estimasi akurat dari hubungan yang diinginkan. Hal ini
dikarenakan keterampilan berhitung hanya merupakan satu jenis hasil
belajar matematika; koefesien korelasi yang dihasilkan akan
mengindikasikan hubungan antara hasil belajar fisika dan satu jenis dari
hasil belajar matematika yaitu keterampilan berhitung. Oleh karena itu,
pemilihan dan penggunaan instrument yang valid dan reliable harus
diperhitungan dengan hati-hati untuk tujuan penelitian tersebut.
10. 3.Desain dan Prosedur
Ada dua atau lebih skor yang diperoleh dari setiap jumlah sampel yang dipilih, satu
skor untuk setiap variabel yang diteliti, dan skor berpasangan kemudian
dikorelasikan. Koefesien korelasi yang dihasilkan mengindikasikan tingkatan/derajat
hubungan antara kedua variabel tersebut.
4.Teknik Analisis Korelasional
Teknik analisa korelasional ialah teknik analisa statistik mengenai hubungan antar
dua variabel atau lebih. Adapun tujuan analisis adalah:
a.Ingin mencari bukti (berlandaskan pada data yang ada), apakah memang
benarr antara variabel yang satu dengan variabel yang lain terdapat
hubungan atau korelasi.
b.Ingin menjawab pertanyaan apakah hubungan antar variabel itu (jika memang ada
hubungannya), termasuk hubungan yang kuat, cukupan ataukah lemah
c.Ingin memperoleh kejelasan dan kepastian (secara matematis), apakah
hubuungan antar variabel itu perupakan hubungan yang berarti atau meyakinkan
(signifikan) ataukah hubungan yang tidak berarti atau tidak meyakinkan.
11. 5.Proses Analisis Data dan Interpretasi
Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefesien
korelasi. Suatu koefesien korelasi disimbolkan dengan angka
decimal, antara 0,00 dan +1,00, atau –0,00 dan –1,00, yang
mengindikasikan derajat hubungan dua variabel. Jika koefesien
mendekati +1,00; kedua variabel tersebut mempunyai
hubungan positif. Hal ini berarti bahwa seseorang dengan
skor yang tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang
tinggi pada variabel lain. Dan seseorang dengan skor rendah
pada satu variabel akan memiliki skor yang rendah pada suatu
variabel yang lain. Suatu peningkatan pada suatu variabel
berhubungan /diasosiasikan dengan peningkatan pada variabel
lain. Jika koefesien korelasi tersebut mendekati 0,00, kedua
variabel tidak berhubungan. Hal ini berarti bahwa skor
seseorang pada suatu variabel tidak mengindikasikan skor
orang tersebut pada variabel lain.
12. Di atas telah disinggung sedikit mengenai beberapa teknik analisa
korelasional baik yang berupa bivariat maupun yang multivariate. Dalam
pembahasan di sub bab ini hanya akan diKorelasi product moment,Tata
Jenjang, dan Korelasi Point Biserial.
1.Korelasi Product Moment
Product Moment Correlation atau Product of the Moment Correlation adalah
salah satu teknik untuk mencari korelasi antar dua variabel yang kerap kali
digunakan. Teknik korelasi ini dikembangkan oleh Karl Pearson, yang
karenanya sering disebut dengan istilah Teknik Korelasi Pearson.
Sedangkan disebut Product Moment Correlation karena koefesien
korelasinya diperoleh dengan cara mencari hasil perkalian dari moment-
moment variabel yang dikorelasikan (Product of the moment).
13. Sementara untuk memberikan interpretasi terhadap Angka Indeks
korelsi “r” Product Moment ini adalah 1) dengan cara sederhana.
Dengan cara sederhana dapat digunakan pedoman sebagai
berikut:
Besarnya “r” product Moment dan Interpretasi
Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan
tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga
korelasi itu diabaikan ,dianggap tidak ada korelasi (0,00 – 0,20).
Antara Variabel X dan Y memang terdapat korelasi yang lemah
atau rendah (0,20 – 0,40).
Antara Variabel X dan Y memang terdapat korelasi yang sedang
atau cukup (0,40 – 0,70).
Antara Variabel X dan Y memang terdapat korelasi yang kuat atau
tinggi (0,70 – 0,90).
Antara Variabel X dan Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau
sangat tinggi (0,90 – 1,00).
14. 2.Korelasi Tata jenjang
Korelasi tata jenjang yang disebut dalam istilah bahasa inggris Rank
Difference Correlation atau Rank-Order Correlation, digunakan untuk
menentukan hubungan dua gejala yang kedua-duanya merupakan gejala
ordinal atau tata jenjang.
3.Point Bisereal Correlation
Point Bisereal Correlation atau korelasi point biserial digunakan apabila
kita hendak mengetahui korelasi antara dua variabel, yang satu berbentuk
variabel kontinu, sedang yang lain variabel diskrit murni.
15. CONTOH KORELASI
1.Judul Penelitian
Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kemampuan Manajerial, dan Kepemimpinan
terhadap Efektifitas Kerja Kepala Sekolah SMA Negeri Se-Provinsi Banten
2.Masalah Penelitian
Apakah kecerdasan emosional berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja
kepala sekolah?
Apakah Kecerdasan emosional berpengaruh langsung terhadap
kepemimpinan?
Apakah kemampuan manajerial berpengaruh langsung terhadap efektifitas
kerja kepala sekolah?
Apakah kemampuan manajerial berpengaruh langsung terhadap
kepemimpinan?
Apakah kepemimpinan berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja kepala
sekolah?
3.Kajian Teoritis
Teori-teori yang dikemukakan dalam penelitian ini menyangkut variabel
penelitian yang meliputi: efektitas kerja kepala sekolah, kecerdasan emosional,
kemampuan manajerial, dan kepemimpinan
16. 4.Pengajuan Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berfikir yang telah didiskripsikan,
peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
*Kecerdasan emosional berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja
kepala sekolah?
*Kecerdasan emosional berpengaruh langsung terhadap kepemimpinan?
*Kemampuan manajerial berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja
kepala sekolah?
*Kemampuan manajerial berpengaruh langsung terhadap kepemimpinan?
*Kepemimpinan berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja kepala
sekolah?
5.Metodologi Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah a) mengkaji pengaruh kecerdasan emosional,
kemampuan manajerial, dan kepemimpinan terhadap efektifitas kerja kepala
sekolah dan b) mengkaji tingkat pengaruh kecerdasan emosional,
kemampuan manajerial, dan kepemimpinan terhadap efektifitas kerja kepala
sekolah
17.
18. Untuk mengukur variabel, peneliti menggunakan kuesioner untuk
efektifitas kerja kepala sekolah dan kepemimpinan. Untuk kecerdasan
emosional dan kemampuan manajerial digunakan tes.
Hipotesis statistic
H0 : 41 = 0
H1 : 41 > 0
H0 : 31 = 0
H1 : 31 > 0
H0 : 42 = 0
H1 : 42 > 0
H0 : 32 = 0
H1 : 32 > 0
H0 : 43 = 0
H1 : 43 > 0
19. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyatakan
bahwa variabel eksogenus kecerdasan emosional dan
kemampuan manjerial berpengaruh langsung terhadap
variabel kepemimpinan sebagai variabel endogenus
pertama dan menjadi variabel eksogenus ketiga terhadap
variabel endogenus efektifitas kerja kepala sekolah.
Dilihat dari kekuatan pengaruh, ternyata persentase
pengaruh variabel kecerdasan emosional lebih besar dari
pada persentase pengaruh variabel kemampuan
manajerial terhadap variabel endogenus kepemimpinan
dan efektifitas kerja kepala sekolah. Dengan demikian,
peneliti menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional lebih
dominan memengaruhi efektifitas kerja kepala sekolah
dibandingkan kemampuan manajerial dan kepemimpinan.
20. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
Kecerdasan emosional (X1) berpengaruh langsung terhadap
efektifitas kerja kepala sekolah (X4) sebesar 2, 28% dengan
nilai koefesien jalur 0,1511.
Kecerdasan emosional (X1) berpengaruh langsung terhadap
kepemimpinan (X3) sebesar 30,36% dengan nilai koefesien
jalur 0,2730.
Kemampuan manajerial (X2) berpengaruh langsung terhadap
efektifitas kerja kepala sekolah (X4) sebesar 1,59% dengan
nilai koefesien 0,1260.
Kemampuan manajerial (X2) berpengaruh langsung terhadap
kepemimpinan (X3) sebesar 7,5% dengan nilai koefesien jalur
sebesar 0,2730.
Kepemimpinan (X3) berpengaruh langsung terhadap
efektifitas kerja kepala sekolah (X4) sebesar 1,80% dengan
nilai koefesien jalur sebesar 0,1343.
21. · Kelebihan dari penelitian korelasi yakni sangat berguna Hal
itu karena penelitidimungkinkan untuk mengukur beberapa
variabel dan hubungannya secara simultan
(Sukardi, 2003).
• Kelemahan penelitian korelasi
kelemahan dari penelitian korelasional yang perlu
diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa dengan
penelitian korelasi hanya mengidentifikasi apa yang terjadi
tanpa melakukan manipulasi dan mengontrol variable.
Disamping itu penelitian tersebut tidak dapat membangun
hubungan sebab akibat.
22. KESIMPULAN
Penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk
menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda
dalam suatu populasi.
Hubungan antar variabel itu jika dilihat dari segi arahnya, dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu: . Hubungan yang bersifat
searah diberi nama korelasi positif, sedangan hubungan yang
sifatnya berlawanan arah disebut korelasi negative. Arah
hubungan variabel yang dicari korelasinya, dapat diamati melalui
sebuah peta atau diagram yang dikenal dengan istilah Peta
Korelasi.
Prosedur dasar penelitian korelasional meliputi: Pemilihan Masalah,
sampel dan pemilihan instrument, desain dan prosedur, dan teknik
analisa data serta interpretasi.
Macam-macam penelitian korelasional terbagi menjadi dua
golongan, yaitu Teknik Analisa Korelasional Bivariat dan Teknik
Analisa Multivariat.