SlideShare a Scribd company logo
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia yang baik adalah manusia yang mampu keluar dari setiap
permasalahan hidupnya. Manusia yang mampu menyesuaikan diri dengan
realitas yang ada dan memiliki identitas adalah manusia yang dapat
berkembang dengan baik dan sehat. Untuk membantu manusia keluar dari
masalahnya dan memperoleh identitas diperlukan suatu terapi.Di balik semua
itu, banyak manusia yang masih belum mencapai identitas keberhasilannya.
Mereka masih belum dapat mencapai kebutuhan dasar psikologisnya, yaitu
kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk merasakan
bahwa Ia berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.Pada dewasa ini, banyak
sekali pendekatan-pendekatan terapi yang dipelajari oleh konselor.
Pendekatan-pendekatan tersebut antara lain : Pendekatan Client-Centered,
Terapi Gestalt, Terapi Tingkah Laku, Terapi Rasional-Emotif, Terapi Realitas,
dan lain-lain. Diantara berbagai pendekatan-pendekatan dan terapi tersebut,
pendekatan dengan Terapi Realitas menunjukkan perbedaan yang besar dengan
sebagian besar pendekatan konseling dan psikoterapi yang ada. Terapi Realitas
juga telah meraih popularitas di kalangan konselor sekolah, para guru dan
pimpinan sekolah dasar dan sekolah menengah, dan para pekerja rehabilitasi.
Selain itu, Terapi Realitas menyajikan banyak masalah dasar dalam
konseling yang menjadi dasar pernyataan-pernyataan seperti: Apa kenyataan
itu? Haruskah terapis mengajar pasiennya? Apa yang harus diajarkan? Dan
sebagainya. Sistem Terapi Realitas difokuskan pada tingkah laku sekarang.
Oleh karena itu, seorang konselor maupun calon konselor wajib mempelajari
Terapi Realita.
2
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian konseling realita dan tujuan konseling realita
2. Konsep dasar manusia
3. Asumsi Bermasalah
4. Bagaimana hubungan antara konselor dengan klien
5. Teknik–teknik dan tahap–tahap dalam konseling realita
6. Hakekat konseling realita dan perkembangan perilaku
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian konseling realita
2. Mengetahui hubungan konselor dan klien
3. Mengetahui teknik-teknik konseling
4. Mengetahui tahap-tahap konseling realita
5. Mengetahui hakekat dan perkembangan perilaku
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konseling Realita
Terapi realitas adalah suatu sistem yang difokuskan kepada tingkah laku
sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta mengkonfrontasikan
klien dengan cara-cara yang bisa membantu menghadapi kenyataan dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan dirinya sendiri
ataupun orang lain. Inti terapi realitas adalah penerimaan tanggung jawab
pribadi, yang dipersamakan dengan kesehatan mental. Terapi realitas yang
menguraikan prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur yang dirancang untuk
membantu orang-orang dalam mencapai sua tu “identitas keberhasilan” dapat
diterapkan pada psikoterapi, konseling, pengajaran, kerja kelompok, konseling
perkawinan, pengelolaan lembaga dan perkembangan masyarakat. Terapi
realitas meraih popularitas di kalangan konselor sekolah, para guru dan
pimpinan sekolah dasar dan menengah, dan para pekerja rehabilitasi.
Sedangkan menurut Paul D. Meier, dkk., terapi realitas yang
diperkenalkan oleh William Glasser memusatkan perhatiannya terhadap
kelakuan yang bertanggung jawab, dengan memperhatikan tiga hal (3-R):
realitas (reality), melakukan hal yang baik (do right), dan tanggungjawab
(responsiblility).
B. TUJUAN KONSELING
Konseling Realita bertujuan membantu individu untuk mencapai otonomi,
dengan identitas berhasil sebagai tujuan khususnya. Konselor dalam prosedur
konseling berusaha membantu klien menemukan pemenuhan kebutuhan
dasarnya dengan Right, Responsibility dan Reality. Dalam hal ini Klien belajar
ketrampilan umum, ketrampilan kognitif/ intelektual, dan ketrampilan
menghadapi masalah kehidupannya.
Pengalaman klien yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu adalah
pengalaman memusatkan pada tingkah laku, membuat rencana, mengevaluasi
4
tingkah laku sendiri, belajar kecanduan positif (positive addiction) sebagai
puncak pengalaman.
Tujuan umum konseling realita dan sudut pandang konselor menurut
Burks (1979) menekankan bahwa konseling realita merupakan bentuk
mengajar dan latihan individual secara khusus. Secara luas, konseling ini
membantu konseli dalam mengembangkan sistem atau cara hidup yang kaya
akan keberhasilan.
C. Tujuan terapi
1. Menolong individu agar mampu mengurus dirinya sendiri, supaya dapat
menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.
2. Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala
resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam
perkembangan dan pertumbuhannya.
3. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
4. Periaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian
yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya
keinginan individu untuk mengubahnya sendiri.
5. Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran
sendiri.
D. Konsep Dasar
William Glasser dalam mengembangkan teori dan pendekatan reality
therapy ini, berpijak pada filsfat yang hampir sama dengan RET oleh Albert
Ellis.Filsafat Glasser mengenai manusia,yang lebih cocok dinyatakan dengan
pandangannya terhadap hakekat manusia,adalah sebagai berikut :
1. Bahwa manusia mempunyai kebutuhan psikologis yang tunggal,yang hadir
diseluruh hidupnya.Oleh karena adanya kebutuhan psikologis yang tunggal
tersebut,menyebabkan individu atau seseorang tadi menjadi seseorang yang
merasa dirinya mempunyai keunikan ,berbeda dengan yang lain.
5
2. Ciri kepribadian yang khas itu,menimbulkan dinamika tingkah laku yang
menjelma menjadi pola – pola yang tersendiri dari setiap individu.Secara
universal ciri-ciri kepribadian individu tersebut ada pada seluruh
kebudayaan manusia.
3. Tiap orang mempunyai kemampuan potensial untuk tumbuh dan
berkembang sesuai dengan pola-polanya tertentu.kemampuan untuk
tumbuh dan berkembang tersebut dapat menjadi aktual,atas sebagian besar
menurut usahanya yang dinyatakan melalui tingkah lakunya yang nyata.
4. Reality therapy tidak bersandar pada hakekat itu sendiri,artinya individu itu
tak bisa mendambakan potensi-potensi yang telah dimililki dan dibawa
sejak lahirnya untuk berkembang dengan sendirinya.Potensi-potensi
tersebut harus diusahakan untuk berkembang melalui tingkah laku yang
nyata .Reality therapy membangun anggapan bahwa tiap-tiap orang
akhirnya menentukan nasibnya sendiri
 William glaser mengemukakan ciri-ciri Reality therapy :
1. Menolak konsep adanya sakit mental pada setiap individu,tetapi yang ada
individu yang bertingkah laku tak bertanggung jawab,tetapi tingkah laku
tersebut masih dalam taraf mental yang sehat.
2. Berfokus pada tingkah laku yang nyata ,guna mencapai tujuan yang akan
datang penuh optimisme.Jadi tingkah laku yang nyata dilakukan pada
masakini adalah merupakan refleksi harapan nyata untuk mewujudkan
masa datang
3. Berorientasi pada keadaan yang akan datang ,dengan fokus pada tingkah
laku sekarang yang dapat diubah,diperbaiaki,dianalisis dan ditafsirkan.
4. Menekankan betapa pentingnya nilai.Kualitas nilai sangat penting dalam
peranan seseorang untuk meningkatkan kemampuannya dalam
perjuangannya menghadapi kegagalan.
5. Tidak menegaskan transfer dalam rangka mencari usaha untuk mencapai
kesuksesan.
6
6. Menekankan aspek kesadaran dari klien yang harus dinyatakan dalam
tingkah laku tentang apa yang harus dikerjakan oleh klien,apa yang
diinginkan klien.
7. Menghapuskan adanya hukuman yang diberikan kepada individu yang
mengalami kegagalan,tetapi yang ada sebagai ganti hukuman adalah
menanamkan disiplin yang disadarinya maknanya dan dapat diwujudkan
dalam tingkah laku yang nyata.
8. Menekankan konsep tanggung jawab,agar klien dapat berguna bagi dirinya
dan bagi orang lain melalui perwujudan dari tingkah lakunya yang nyata.
E. Asumsi Perilaku Bermasalah
Reality therapy pada dasarnya tidak mengatakan bahwa perilaku individu
itu sebagai perilaku yang abnormal. Konsep perilaku menurut konseling
realitas lebih dihubungkan dengan berperilaku yang tepat atau berperilaku
yang tidak tepat. Menurut Glasser, bentuk dari perilaku yang tidak tepat
tersebut disebabkan karena ketidak mampuannya dalam memuaskan
kebutuhannya, akibatnya kehilangan ”sentuhan” dengan realitas objektif, dia
tidak dapat melihat sesuatu sesuai dengan realitasnya, tidak dapat melihat
sesuatu sesuai dengan realitasnya, tidak dapat melakukan atas dasar
kebenaran, tangguang jawab dan realitas.
Meskipun konseling realitas tidak menghubungkan perilaku manusia
dengan gejala abnormalitas, perilaku bermasalah dapat disepadankan dengan
istilah ”identitas kegagalan”. Identitas kegagalan ditandai dengan
keterasingan, penolakan diri dan irrasionalitas, perilakunya kaku, tidak
objektif, lemah, tidak bertanggung jawab, kurang percaya diri dan menolak
kenyataan.
Menurut Glasser (1965, hlm.9), basis dari terapi realitas adalah membantu
para klien dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar psikologisnya, yang
mencangkup “kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kkebutuhan untuk
merasakan bahwa kita berguna baik bagi diri kita sendiri maupun bagi oaring
lain”.
Pandangan tentang sifat manusia mencakup pernyataan bahwa suatu
“kekuatan pertumbuhan” mendorong kita untuk berusaha mencapai suatu
7
identitas keberhasilan. Penderitaan pribadi bisa diubah hanya dengan
perubahan identitas. Pandangan terapi realitas menyatakan bahwa, karena
individu-individu bisa mengubaha cara hidup, perasaan, dan tingkah lakunya,
maka merekapun bisa mengubah identitasnya. Perubahan identitas tergantung
pada perubahan tingkah laku.
Maka jelaslah bahwa terapi realitas yidak berpijak pada filsafat
deterministik tentang manusia, tetapi dibangun diatas asumsi bahwa manusia
adalah agen yang menentukan dirinya sendiri. Perinsip ini menyiratkan
bahwa masing-masing orang memilkiki tanggung jawab untuk menerima
konsekuensi-konsekuensi dari tingkah lakunya sendiri. Tampaknya, orang
menjadi apa yang ditetapkannya.
F. Hubungan Konselor dan Klien
1. Konselor
Tugas utama konselor adalah menjadi terlibat dengan konselinya dan
kemudian menghadapi konseli dengan mengusahakan agar konseli
mengambil keputusan. Konselor bertuas melayani sebagai pembimbing
untuk membantu konseli menaksir tingkahlaku mereka secara realistis.
Konselor diharapkan memberi hadiah bila konseli berbuat dalam cara yang
bertanggungjawab dan tidak menerima setiap penghindaran atas kenyataan
atau tidak mengarahkan konseli menyalahkan setiap hal atau setiap orang.
Beberapa kualitas pribadi yang harus dimiliki konselor adalah kemampuan
untuk sensitif, untuk mencapai kebutuhan mereka secara terbuka, tidak
untuk menerima ampunan, menunjukkan dukungan yang terus menerus
dalam membantu konseli, untuk memahami dan mengempati konseli, dan
untuk terlibat dengan tulus hati.
2. Konseli
Dalam konseling realita, pengalaman yang perlu dimiliki oleh
konseli adalah peran konseli memusatkan pada tingkah laku dalam proses
konseling (konseli diharapkan memusatkan pada tingkah laku mereka
sebagai ganti dari perasaan dan sikap-sikapnya), konseli membuat dan
menyepakati rencana (ketika konseli memutuskan untuk bagaimana
8
mereka ingin berubah, mereka diharapkan untuk mengembangkan rencana
khusus untuk mengubah tingkah laku gagal ke tingkahlaku berhasil),
konseli mengevaluasi tingkah lakunya sendiri, dan konseli belajar
kecanduan positif (dalam hal ini Glasser mengungkapkan pentingnya
belajar tanpa kritik dari orang lain dalam setiap usaha kita.
1. Situasi Hubungan
Konseling realita didasarkan pada hubungan pribadi dan
keterlibatan antara konseli dan konselor. Konselor dengan kehangatan,
pengertian, penerimaan dan kepercayaan pda kapasitas orang untuk
mengembangkan identitas berhasil, harus mengkomunikasikan dirinya
kepada konseli bahwa dirinya membantu. Melalui keterlibatan ini, konseli
belajar mengenai hidup daripada memusatkan pada mengungkap
kegagalan dan tingkah laku yang tidak bertanggungjawab. Kunci
konseling realita adanya kesepakatan/komitmen dalam membuat rencana
dan melaksanakannya. Perencanaan yang telah dilakukan oleh konseli
dinilai positif jika ditulis dalam kontrak. Dalam konseling realita
ditekankan tidak adanya ampunan ketika konseli tidak melaksanakan
rencananya.
2. Teknik Konseling
Pelaksanaan Konseling realita, menurut Corey (1982) ada beberapa
teknik yang dapat dilaksanakan yaitu :
1. Melakukan main peran dengan klien.
2. Menggunakan humor
3. Mengkonfrontasi klien dengan tidak memberikan ampunan / tidak
menerima Dalih
4. Membantu klien merumuskan rencana perubahan
5. Melayani klien sebagai model peranan dan guru.
6. Menentukan batas-batas dan struktur konseling yang tepat dan jelas.
7. Menggunakan verbal shock atau sarkasme yang tepat untuk
menentang klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis
8. Terlibat dengan klien dalam mencari hidup yang lebih efektif.
9
G. Teknik-teknik yang digunakan dalam proses konseling realita adalah:
1. Memperkuat tingkah laku
 shaping adalah metode mengajarkan tingkahlaku dengan terus-
menerus melakukan aproksimasi dan membuat rantai hubungan.
 Behavioral contract, syarat mutlak untuk memantapkan kontrak
behavioral adalah batasan yang cermat mengenai masalah konseli,
situasi dimana hal itu diekspresikan dan kesediaan konseli untuk
mencoba prosedur itu.
 Assertive training, dapat diterapkan pada situasi-situasi interpersonal
dimana individu yang mempunyai kesulitan perasaan sesuai atau tepat
untuk menyatakannya.
2. Modeling
Modeling digunakan untuk tujuan: mempelajari tingkahlaku baru,
memperlemah atau memperkuat tingkahlaku yang siap dipelajari, dan
memperlancar respon.
 Proses mediasi, proses mediasi melibatkan atensi, retensi, reproduksi
motorik dan insentif.
 Live model dan symbolic model, Live model artinya model hidup,
dansymbolic model artinya tingkah laku model ditunjukkan melalui
film, video dan media rekaman lain.
 Behavior rehearsal, dilakukan dalam suasana yang mirip dengan
lingkungan nyata konseli.
 Cognitive restructuring. Proses menemukan dan menilai kognisi
seseorang, memahami dampak negative pemikiran tertentu terhadap
tingkah laku dan belajar mengganti kognisi tersebut dengan pemikiran
yang lebih realistic dan cocok.
 Covert reinforcement, yaitu memakai imaji untuk menghadiahi diri
sendiri.
10
3. Metapor
Konselor menggunakan taknik ini seperti senyuman, imej, analogi,
dan anekdot untuk memberi konseli suatu pesan penting dalam ccara yang
efekitif. Konselor juga mendengarkan dan menggunakan metapor yang
ditampilkan diri konseli
4. Hubungan
Menggunakan hubungan sebagai bagian yang asensial dalam
proses terapoutik. Hubungan ini harus memperlihatkan upaya menuju
perubahan, menyenagkan, positif, tidak menilai, dan mendorong kesadaran
konseli.
5. Pertanyaan
Konselor menekankan evaluasi dalam perilaku total, asesmen harus
berasal dari konseli sendiri. Konselor tidak mengatakan apa yang harus
dilakukan koseli, tetapi menggunakan pertanyaan yang terstruktur dengan
baik untuk membantu konseli menilai hidupnya dan kemudian
merumuskan perilaku-perilaku yang perlu dan tidak perlu di ubah.
6. Intervebsi paradoks
Terinspirasi oleh Frankl (pendiri konselng Gestalt), Glasser
menggunakan paradoks untuk mendorong konseli menerima tanggung
jawab bagi perilakunya sendiri. Intetrvensi paradoksikal ini memiliki dua
bentuk rerabel atau reframe dan paradoxical pressciption.
7. Pengembangan ketrampilan
Konselor perlu membantu konseli mengembangkan ketrampilan
untuk memnuhi kebutuhan dan keinginan-keinginannya dalam cara yang
bertanggung jawab. Koselor dapat mengajar konseli tentang berbagai
ketrampilan seperti perilaku asertif, berfikir rasional, dan membuat
rencana.
8. Adiksi positif
Menurut Glasser, merupakan teknik yang digunakan untuk
menurunkan barbagai bentuk perilaku negatif dengancara memberikan
kesiapan atau kekuatan mental, kreatifitas, energi dan keyakinan. Contoh :
11
mendorong olahraga yang teratur, menulis jurnal, bermain musik, yoga,
dan meditasi.
9. Penggunakan kata kerja
Dimaksudkan untuk membantu jonseli agar mampu mengendalikan
hidup mereka sendiri dan membuat pilihan perilaku total yang positif.
Daripada mendeskripsikan koseli dengan kata-kata: marah, depresi, fobia,
atau cemas konselor perlu menggunakan kata memarahi, mendepresikan,
memfobiakan, atau mencemaskan. Ini mengimplikasikan bahwa emosi-
emosi tersebut bukan merupakan keadaan yang mati tetapi bentuk
tindakan yang dapat diubah.
H. TAHAP – TAHAP KONSELING REALITA
1) Keterlibatan
kehangatan hubungan, perhatian, pemahaman, penghayatan dll.
Penggunaan topik netral pada awal pertemuan yakni yang berhubungan
dengan keberhasilan seorang konseli
2) Pemusatan pada tingkah laku sekarang, bukan perasaan
penekanan terhadap apa yang dilakukan dan apa yang dipikirkan daripada
apa yang dirasakan dan yang dialami secara fisiologis
3) Pertimbangan nilai
Konseli perlu dibantu menilai kualitas apa yang dilakukannya dan
menentukan apakah tingkah laku tersebut bertanggung jawab atau tidak.
Tanpa adanya kesadaran konseli mengenai ketidak efekti-fan tingkah
lakunya dalam mencapai tujuan hidupnya, maka tidak mungkin ada
perubahan pada diri konseli tersebut
4) Perencanaan tingkah laku bertanggung jawab
Rencana perubahan tingkah tidak bertanggung jawab menjadi tingkah
laku bertanggung jawab. Rencana tindakan yang efektif berupa rencana
yang sederhana, dapat dicapai , terukur, segera dan terkendalikan oleh
klien
12
5) Pembuatan komitmen
Rencana akan bermanfaat jika konseli membuat suatu komitmen untuk
melaksanakannya. Komitmen dapat secara lisan atau tertulis
6) Tidak menerima alasan kegagalan
Konselor tidak boleh mengeksplorasi alasan-alasan mengapa konseli
gagal dalam melaksanakan rencana. Konselor memusatkan perhatian
kembali pada rencana baru yang lebih cocok
7) Peniadaan hukuman
Pemberian hukuman pada konseli yang gagal melaksanakan rencana
sebetulnya akan memperkuat identitas gagal konseli
8) Pantang menyerah
Konselor berkeyakinan bahwa konseli memiliki kemampuan untuk beruba
I. PERKEMBANGAN PERILAKU
1. Struktur Kepribadian
Kepribadian disusun sebagai usaha-usaha individu untuk
menemukan kebutuhan fisiologis dan psikologis. Kebutuhan yang paling
penting adalah untuk mencintai dari dicintai dari merasa dirinya berharga
serta orang lainpun berharga. Setiap orang belajar untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, yang selanjutnya akan mengembangkan tingkahlaku
yang normal yaitu bertanggungjawab dan berorientasi pada realita serta
mengidentifikasi diri sebagai individu yang behasil atau sukses. Glasser
berpandangan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar (cinta dan harga diri)
merupakan peristiwa belajar. Dalam kaitan dengan ini, Glasser
menekankan peristiwa belajar pada usia 2 sapai 5 tahun dan 5 sampai 6
tahun (Corey, 1982 dalam Fauzan 1994:30). Individu melalui
kehidupannya menggunakan prinsip 3 R (Right,merujuk pada ukuran atau
norma yang diterima secara umum dimana tingkah laku dapat
diperbandingkan, Responsibility, merupakan kemampuan untuk mencapai
suatu kebutuhan dan untuk berbuat dalam cara yang tidak merampas
keinginan orang lain dalam memenuhi kebutuhan mereka (terkait konteks
sosial budaya), Reality, merujuk pada pemahaman individu pada ada dunia
13
nyata bahwa individu harus memenuhi kebutuhannya dalam kernagka
kerja tertentu).
2. Pribadi Sehat dan Bermasalah
1. Pribadi sehat/ identitas berhasil
Individu disimpulkan memperoleh identitas berhasil adalah individu
yang telah terpenuhi kebutuhannya sehingga dapat memerintah
kehidupannya sendiri menggunakan prinsip 3 R (Right, Responsilibity,
Reality I). Artinya individu dalam memenuhi kebutuhan fisiologis dan
psikolois harus mempelajari yang benar, bertingkahlaku secara
bertanggungjawab, dan memahami serta menghadapi kenyataan.
2. Pribadi bermasalah/ tingkah laku salah/tidak tepat
Individu disimpulkan memperoleh identitas gagal ketika individu
gagal memenuhi salah satu atau semua kebutuhan dasar dan gagal
terlibat dengan orang lain sebagai prasyarat biologis memuaskan
kebutuhan dasar.
J. HAKIKAT KONSELING
Hakekat konseling realita adalah membantu individu mencapai otonomi.
Otonomi merupakan keadaan yang menyebabkan orang mampu melepaskan
dukungan lingkungan dan menggantikannya dengan dukungan pribadi atau diri
sendiri (internal). Kriteria konseling yang sukses bergantung pada tujuan yang
ditentukan oleh konseli.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
` Hasil penelitian mengenai pengondisian mempengaruhi kepribadian,
yang dalam hal ini dikemukakan stimulant tertentu meningkatkan sejumlah
aktivtas tertentu. Sebuah ekperimen dilakukan untuk menguji apakah stimulant
secara spesifik meningkatkan efek-efek penguat nikotin dan stimulant
psikomotorik dapat meningkatkan aktivitas secara umum, merokok salah
satunya. Setelah melakukan eksperimen pada beberapa orang dengan
memberikan uang dan diminta untuk merokok. Kesimpulan dari eksperimen ini
adalah penguatan dapat mengubah nilai perilaku sepanjang waktu dan dalam
kombinasi dengan stimulant lain. Dalam hal ini, nikotin dapat menjadi lebih
menguatkan dalam kasis nikotin ketimbang hadirnya stimulan psikomotorik.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. DR. Sayekti Pujo Suwarno M.Pd.Berbagai Pendekatan Dalam
Konseling.IKIP Yogyakarta
2. Fauzan, Lutfi. 1994. Pendekatan-pendekatan Konseling
Individual. Malang: Elang Mas
3. Feist, Jess dan Gregory J. Feist. 2008. Theories of
Personality. Yogyakarta: Pustaka belajar.
4. Corey,Gerald. 2009. Theory and Practice of Counseling and
Psychotherapy. Belmont,CA:Brooks/Cole

More Related Content

What's hot

Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)mncgita
 
Konseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikKonseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikAyu W. Shepty
 
AUM PTSDL
AUM PTSDLAUM PTSDL
AUM PTSDL
Adri Hermawan
 
Pendekatan konseling trait and factor
Pendekatan konseling trait and factorPendekatan konseling trait and factor
Pendekatan konseling trait and factor
Winda Lukitasari
 
Pendekatan client centered
Pendekatan client centeredPendekatan client centered
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)
Nur Arifaizal Basri
 
konsep dasar asesmen
konsep dasar asesmenkonsep dasar asesmen
konsep dasar asesmen
BINTI ISROFIN
 
contoh RPL BIMBINGAN KELOMPOK.pdf
contoh RPL  BIMBINGAN KELOMPOK.pdfcontoh RPL  BIMBINGAN KELOMPOK.pdf
contoh RPL BIMBINGAN KELOMPOK.pdf
Nur Arifaizal Basri
 
Pendekatan konseling trait and factor
Pendekatan konseling trait and factorPendekatan konseling trait and factor
Pendekatan konseling trait and factor
winarsih_enar
 
Ppt pendekatan realitas
Ppt pendekatan realitasPpt pendekatan realitas
Ppt pendekatan realitas
bkupstegal
 
Teori pendekatan gestalt
Teori pendekatan gestaltTeori pendekatan gestalt
Teori pendekatan gestalt
Tri_Endah_Sulistiani
 
Prosedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Prosedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikalProsedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Prosedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Sunawan Sunawan
 
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIF
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIFVERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIF
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIF
Nur Arifaizal Basri
 
Pendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisisPendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisis
safutri nurhidayah
 
KONSEP DASAR ASESMENT BK
KONSEP DASAR ASESMENT BKKONSEP DASAR ASESMENT BK
KONSEP DASAR ASESMENT BK
Nur Arifaizal Basri
 
Psikologi Konseling Realitas
Psikologi Konseling RealitasPsikologi Konseling Realitas
Psikologi Konseling Realitas
Wulandari Rima Kumari
 
CONTOH RPL K13 + LAMPIRAN
CONTOH RPL K13 + LAMPIRANCONTOH RPL K13 + LAMPIRAN
CONTOH RPL K13 + LAMPIRAN
Nur Arifaizal Basri
 
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
Nur Arifaizal Basri
 
Ppt eksistensial humanistik
Ppt eksistensial humanistikPpt eksistensial humanistik
Ppt eksistensial humanistik
Langgeng Prayogo
 

What's hot (20)

Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
 
Konseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikKonseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistik
 
AUM PTSDL
AUM PTSDLAUM PTSDL
AUM PTSDL
 
Pendekatan konseling trait and factor
Pendekatan konseling trait and factorPendekatan konseling trait and factor
Pendekatan konseling trait and factor
 
Pendekatan client centered
Pendekatan client centeredPendekatan client centered
Pendekatan client centered
 
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)
 
konsep dasar asesmen
konsep dasar asesmenkonsep dasar asesmen
konsep dasar asesmen
 
contoh RPL BIMBINGAN KELOMPOK.pdf
contoh RPL  BIMBINGAN KELOMPOK.pdfcontoh RPL  BIMBINGAN KELOMPOK.pdf
contoh RPL BIMBINGAN KELOMPOK.pdf
 
Pendekatan konseling trait and factor
Pendekatan konseling trait and factorPendekatan konseling trait and factor
Pendekatan konseling trait and factor
 
Ppt pendekatan realitas
Ppt pendekatan realitasPpt pendekatan realitas
Ppt pendekatan realitas
 
Teori pendekatan gestalt
Teori pendekatan gestaltTeori pendekatan gestalt
Teori pendekatan gestalt
 
Prosedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Prosedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikalProsedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Prosedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
 
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIF
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIFVERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIF
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIF
 
Pendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisisPendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisis
 
KONSEP DASAR ASESMENT BK
KONSEP DASAR ASESMENT BKKONSEP DASAR ASESMENT BK
KONSEP DASAR ASESMENT BK
 
Psikologi Konseling Realitas
Psikologi Konseling RealitasPsikologi Konseling Realitas
Psikologi Konseling Realitas
 
CONTOH RPL K13 + LAMPIRAN
CONTOH RPL K13 + LAMPIRANCONTOH RPL K13 + LAMPIRAN
CONTOH RPL K13 + LAMPIRAN
 
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
 
Kekuatan dan kelemahan konselor sbg personal dan profesional
Kekuatan dan kelemahan konselor sbg personal dan profesionalKekuatan dan kelemahan konselor sbg personal dan profesional
Kekuatan dan kelemahan konselor sbg personal dan profesional
 
Ppt eksistensial humanistik
Ppt eksistensial humanistikPpt eksistensial humanistik
Ppt eksistensial humanistik
 

Viewers also liked

Pendekatak konseling realita
Pendekatak konseling realitaPendekatak konseling realita
Pendekatak konseling realitavarizalamir
 
Pendekatan konseling rebt
Pendekatan konseling rebtPendekatan konseling rebt
Pendekatan konseling rebtvarizalamir
 
Henry murray
Henry murrayHenry murray
Henry murray
IMonstersI
 
Makalah atribusi sosial
Makalah atribusi sosialMakalah atribusi sosial
Makalah atribusi sosial
istiyuliawati
 
Terapi realitas
Terapi realitasTerapi realitas
Terapi realitas
mey mustikaningsih
 
konseling realitas
konseling realitaskonseling realitas
konseling realitas
mohamad apriyadi
 
Pendekatan konseling psykoanalisis
Pendekatan konseling psykoanalisisPendekatan konseling psykoanalisis
Pendekatan konseling psykoanalisisvarizalamir
 
Rangkuman Pendekatan Konseling
Rangkuman Pendekatan KonselingRangkuman Pendekatan Konseling
Rangkuman Pendekatan Konselingvarizalamir
 
Keterampilan dalam konseling traumatik
Keterampilan dalam konseling traumatikKeterampilan dalam konseling traumatik
Keterampilan dalam konseling traumatikesperokajaya
 
Bimbingan konseling
Bimbingan konselingBimbingan konseling
Bimbingan konseling
Pendidikan Matematika
 
9 pedoman observasi
9 pedoman observasi9 pedoman observasi
9 pedoman observasi
MTs Nurul Huda Sukaraja
 
Pendekatan konseling sfbt
Pendekatan konseling sfbtPendekatan konseling sfbt
Pendekatan konseling sfbtvarizalamir
 
Pendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioralPendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioralvarizalamir
 
Contoh verbatim (REFRENSI)
Contoh verbatim (REFRENSI)Contoh verbatim (REFRENSI)
Contoh verbatim (REFRENSI)
Nur Arifaizal Basri
 
peran pendidik dalam bimbingan konseling
peran pendidik dalam bimbingan konselingperan pendidik dalam bimbingan konseling
peran pendidik dalam bimbingan konseling
Pujiati Puu
 
5.prinsip dan fungsi bk
5.prinsip dan fungsi bk5.prinsip dan fungsi bk
5.prinsip dan fungsi bk
Siti Mentia Karimah
 
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)Ayu W. Shepty
 
Penilaian sikap
Penilaian sikapPenilaian sikap

Viewers also liked (20)

Pendekatak konseling realita
Pendekatak konseling realitaPendekatak konseling realita
Pendekatak konseling realita
 
Pendekatan konseling rebt
Pendekatan konseling rebtPendekatan konseling rebt
Pendekatan konseling rebt
 
Henry murray
Henry murrayHenry murray
Henry murray
 
Makalah atribusi sosial
Makalah atribusi sosialMakalah atribusi sosial
Makalah atribusi sosial
 
Terapi realitas
Terapi realitasTerapi realitas
Terapi realitas
 
konseling realitas
konseling realitaskonseling realitas
konseling realitas
 
Makalah kelompok manajemen krisis
Makalah kelompok manajemen krisisMakalah kelompok manajemen krisis
Makalah kelompok manajemen krisis
 
Pendekatan konseling psykoanalisis
Pendekatan konseling psykoanalisisPendekatan konseling psykoanalisis
Pendekatan konseling psykoanalisis
 
Rangkuman Pendekatan Konseling
Rangkuman Pendekatan KonselingRangkuman Pendekatan Konseling
Rangkuman Pendekatan Konseling
 
VERBATIM
VERBATIMVERBATIM
VERBATIM
 
Keterampilan dalam konseling traumatik
Keterampilan dalam konseling traumatikKeterampilan dalam konseling traumatik
Keterampilan dalam konseling traumatik
 
Bimbingan konseling
Bimbingan konselingBimbingan konseling
Bimbingan konseling
 
9 pedoman observasi
9 pedoman observasi9 pedoman observasi
9 pedoman observasi
 
Pendekatan konseling sfbt
Pendekatan konseling sfbtPendekatan konseling sfbt
Pendekatan konseling sfbt
 
Pendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioralPendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioral
 
Contoh verbatim (REFRENSI)
Contoh verbatim (REFRENSI)Contoh verbatim (REFRENSI)
Contoh verbatim (REFRENSI)
 
peran pendidik dalam bimbingan konseling
peran pendidik dalam bimbingan konselingperan pendidik dalam bimbingan konseling
peran pendidik dalam bimbingan konseling
 
5.prinsip dan fungsi bk
5.prinsip dan fungsi bk5.prinsip dan fungsi bk
5.prinsip dan fungsi bk
 
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)
 
Penilaian sikap
Penilaian sikapPenilaian sikap
Penilaian sikap
 

Similar to Pendekatan konseling realitas 2

Presentation1 pendekatan realita
Presentation1 pendekatan realitaPresentation1 pendekatan realita
Presentation1 pendekatan realitaRiZqii AmaLyaa
 
Terapi Realitas
Terapi RealitasTerapi Realitas
Terapi Realitas
Furqoni Aziz
 
Terapi Realitas
Terapi RealitasTerapi Realitas
Terapi Realitas
mohammadgufron
 
Bimbingan Konseling
Bimbingan KonselingBimbingan Konseling
Bimbingan Konseling
singgiharyanova
 
Pendekatan realitas
Pendekatan realitasPendekatan realitas
Pendekatan realitas
novi damayanti
 
ps4156_07_061814.ppt
ps4156_07_061814.pptps4156_07_061814.ppt
ps4156_07_061814.ppt
hein30
 
kelompok 7.pptx
kelompok 7.pptxkelompok 7.pptx
kelompok 7.pptx
hein30
 
PPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptx
PPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptxPPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptx
PPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptx
IyenElviraz
 
Terapi realiti
Terapi realitiTerapi realiti
Terapi realitionnel_91
 
Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa
Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwaKonsep dasar keperawatan kesehatan jiwa
Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwaZha Sarimurni
 
Pendekatan konseling trait n factors
Pendekatan konseling trait n factors Pendekatan konseling trait n factors
Pendekatan konseling trait n factors varizalamir
 
Ppt. trait and factor
Ppt. trait and factorPpt. trait and factor
Ppt. trait and factorayri_kosu
 
ADLERIAN THERAPY.pptx
ADLERIAN THERAPY.pptxADLERIAN THERAPY.pptx
ADLERIAN THERAPY.pptx
AnakNakal9
 
TEORI REALITI
TEORI REALITITEORI REALITI
TEORI REALITI
Sigmund Fai
 
Layanan traumatik
Layanan traumatikLayanan traumatik
Layanan traumatik
wicildewikecil
 
10 terapi realitas
10 terapi realitas10 terapi realitas
10 terapi realitasIchwan Muis
 
Teori realiti (bentang)
Teori realiti (bentang)Teori realiti (bentang)
Teori realiti (bentang)ridzuangrik
 
PRINSIP KONSELING.pptx
PRINSIP KONSELING.pptxPRINSIP KONSELING.pptx
PRINSIP KONSELING.pptx
ShofiyahKhoirunnisa
 
TEORI HUMANISTIK
TEORI HUMANISTIKTEORI HUMANISTIK
TEORI HUMANISTIK
zakwan azhar
 

Similar to Pendekatan konseling realitas 2 (20)

Presentation1 pendekatan realita
Presentation1 pendekatan realitaPresentation1 pendekatan realita
Presentation1 pendekatan realita
 
Terapi Realitas
Terapi RealitasTerapi Realitas
Terapi Realitas
 
Terapi Realitas
Terapi RealitasTerapi Realitas
Terapi Realitas
 
Bimbingan Konseling
Bimbingan KonselingBimbingan Konseling
Bimbingan Konseling
 
Pendekatan realitas
Pendekatan realitasPendekatan realitas
Pendekatan realitas
 
TERAPI REALITI
TERAPI REALITITERAPI REALITI
TERAPI REALITI
 
ps4156_07_061814.ppt
ps4156_07_061814.pptps4156_07_061814.ppt
ps4156_07_061814.ppt
 
kelompok 7.pptx
kelompok 7.pptxkelompok 7.pptx
kelompok 7.pptx
 
PPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptx
PPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptxPPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptx
PPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptx
 
Terapi realiti
Terapi realitiTerapi realiti
Terapi realiti
 
Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa
Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwaKonsep dasar keperawatan kesehatan jiwa
Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa
 
Pendekatan konseling trait n factors
Pendekatan konseling trait n factors Pendekatan konseling trait n factors
Pendekatan konseling trait n factors
 
Ppt. trait and factor
Ppt. trait and factorPpt. trait and factor
Ppt. trait and factor
 
ADLERIAN THERAPY.pptx
ADLERIAN THERAPY.pptxADLERIAN THERAPY.pptx
ADLERIAN THERAPY.pptx
 
TEORI REALITI
TEORI REALITITEORI REALITI
TEORI REALITI
 
Layanan traumatik
Layanan traumatikLayanan traumatik
Layanan traumatik
 
10 terapi realitas
10 terapi realitas10 terapi realitas
10 terapi realitas
 
Teori realiti (bentang)
Teori realiti (bentang)Teori realiti (bentang)
Teori realiti (bentang)
 
PRINSIP KONSELING.pptx
PRINSIP KONSELING.pptxPRINSIP KONSELING.pptx
PRINSIP KONSELING.pptx
 
TEORI HUMANISTIK
TEORI HUMANISTIKTEORI HUMANISTIK
TEORI HUMANISTIK
 

Recently uploaded

RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Modul ajar logaritma matematika kelas X SMK
Modul ajar logaritma matematika kelas X SMKModul ajar logaritma matematika kelas X SMK
Modul ajar logaritma matematika kelas X SMK
WinaldiSatria
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
arianferdana
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdfObservasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
andikuswandi67
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahanAKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
PutuRatihSiswinarti1
 
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.pptPERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
EkaPuspita67
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
SdyokoSusanto1
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
asepridwan50
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
denunugraha
 
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala SekolahVisi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
kusnen59
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 

Recently uploaded (20)

RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Modul ajar logaritma matematika kelas X SMK
Modul ajar logaritma matematika kelas X SMKModul ajar logaritma matematika kelas X SMK
Modul ajar logaritma matematika kelas X SMK
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdfObservasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahanAKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
 
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.pptPERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
 
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala SekolahVisi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 

Pendekatan konseling realitas 2

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang baik adalah manusia yang mampu keluar dari setiap permasalahan hidupnya. Manusia yang mampu menyesuaikan diri dengan realitas yang ada dan memiliki identitas adalah manusia yang dapat berkembang dengan baik dan sehat. Untuk membantu manusia keluar dari masalahnya dan memperoleh identitas diperlukan suatu terapi.Di balik semua itu, banyak manusia yang masih belum mencapai identitas keberhasilannya. Mereka masih belum dapat mencapai kebutuhan dasar psikologisnya, yaitu kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk merasakan bahwa Ia berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.Pada dewasa ini, banyak sekali pendekatan-pendekatan terapi yang dipelajari oleh konselor. Pendekatan-pendekatan tersebut antara lain : Pendekatan Client-Centered, Terapi Gestalt, Terapi Tingkah Laku, Terapi Rasional-Emotif, Terapi Realitas, dan lain-lain. Diantara berbagai pendekatan-pendekatan dan terapi tersebut, pendekatan dengan Terapi Realitas menunjukkan perbedaan yang besar dengan sebagian besar pendekatan konseling dan psikoterapi yang ada. Terapi Realitas juga telah meraih popularitas di kalangan konselor sekolah, para guru dan pimpinan sekolah dasar dan sekolah menengah, dan para pekerja rehabilitasi. Selain itu, Terapi Realitas menyajikan banyak masalah dasar dalam konseling yang menjadi dasar pernyataan-pernyataan seperti: Apa kenyataan itu? Haruskah terapis mengajar pasiennya? Apa yang harus diajarkan? Dan sebagainya. Sistem Terapi Realitas difokuskan pada tingkah laku sekarang. Oleh karena itu, seorang konselor maupun calon konselor wajib mempelajari Terapi Realita.
  • 2. 2 B. Rumusan Masalah 1. Pengertian konseling realita dan tujuan konseling realita 2. Konsep dasar manusia 3. Asumsi Bermasalah 4. Bagaimana hubungan antara konselor dengan klien 5. Teknik–teknik dan tahap–tahap dalam konseling realita 6. Hakekat konseling realita dan perkembangan perilaku C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian konseling realita 2. Mengetahui hubungan konselor dan klien 3. Mengetahui teknik-teknik konseling 4. Mengetahui tahap-tahap konseling realita 5. Mengetahui hakekat dan perkembangan perilaku
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Konseling Realita Terapi realitas adalah suatu sistem yang difokuskan kepada tingkah laku sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta mengkonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Inti terapi realitas adalah penerimaan tanggung jawab pribadi, yang dipersamakan dengan kesehatan mental. Terapi realitas yang menguraikan prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur yang dirancang untuk membantu orang-orang dalam mencapai sua tu “identitas keberhasilan” dapat diterapkan pada psikoterapi, konseling, pengajaran, kerja kelompok, konseling perkawinan, pengelolaan lembaga dan perkembangan masyarakat. Terapi realitas meraih popularitas di kalangan konselor sekolah, para guru dan pimpinan sekolah dasar dan menengah, dan para pekerja rehabilitasi. Sedangkan menurut Paul D. Meier, dkk., terapi realitas yang diperkenalkan oleh William Glasser memusatkan perhatiannya terhadap kelakuan yang bertanggung jawab, dengan memperhatikan tiga hal (3-R): realitas (reality), melakukan hal yang baik (do right), dan tanggungjawab (responsiblility). B. TUJUAN KONSELING Konseling Realita bertujuan membantu individu untuk mencapai otonomi, dengan identitas berhasil sebagai tujuan khususnya. Konselor dalam prosedur konseling berusaha membantu klien menemukan pemenuhan kebutuhan dasarnya dengan Right, Responsibility dan Reality. Dalam hal ini Klien belajar ketrampilan umum, ketrampilan kognitif/ intelektual, dan ketrampilan menghadapi masalah kehidupannya. Pengalaman klien yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu adalah pengalaman memusatkan pada tingkah laku, membuat rencana, mengevaluasi
  • 4. 4 tingkah laku sendiri, belajar kecanduan positif (positive addiction) sebagai puncak pengalaman. Tujuan umum konseling realita dan sudut pandang konselor menurut Burks (1979) menekankan bahwa konseling realita merupakan bentuk mengajar dan latihan individual secara khusus. Secara luas, konseling ini membantu konseli dalam mengembangkan sistem atau cara hidup yang kaya akan keberhasilan. C. Tujuan terapi 1. Menolong individu agar mampu mengurus dirinya sendiri, supaya dapat menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata. 2. Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya. 3. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 4. Periaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya sendiri. 5. Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri. D. Konsep Dasar William Glasser dalam mengembangkan teori dan pendekatan reality therapy ini, berpijak pada filsfat yang hampir sama dengan RET oleh Albert Ellis.Filsafat Glasser mengenai manusia,yang lebih cocok dinyatakan dengan pandangannya terhadap hakekat manusia,adalah sebagai berikut : 1. Bahwa manusia mempunyai kebutuhan psikologis yang tunggal,yang hadir diseluruh hidupnya.Oleh karena adanya kebutuhan psikologis yang tunggal tersebut,menyebabkan individu atau seseorang tadi menjadi seseorang yang merasa dirinya mempunyai keunikan ,berbeda dengan yang lain.
  • 5. 5 2. Ciri kepribadian yang khas itu,menimbulkan dinamika tingkah laku yang menjelma menjadi pola – pola yang tersendiri dari setiap individu.Secara universal ciri-ciri kepribadian individu tersebut ada pada seluruh kebudayaan manusia. 3. Tiap orang mempunyai kemampuan potensial untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan pola-polanya tertentu.kemampuan untuk tumbuh dan berkembang tersebut dapat menjadi aktual,atas sebagian besar menurut usahanya yang dinyatakan melalui tingkah lakunya yang nyata. 4. Reality therapy tidak bersandar pada hakekat itu sendiri,artinya individu itu tak bisa mendambakan potensi-potensi yang telah dimililki dan dibawa sejak lahirnya untuk berkembang dengan sendirinya.Potensi-potensi tersebut harus diusahakan untuk berkembang melalui tingkah laku yang nyata .Reality therapy membangun anggapan bahwa tiap-tiap orang akhirnya menentukan nasibnya sendiri  William glaser mengemukakan ciri-ciri Reality therapy : 1. Menolak konsep adanya sakit mental pada setiap individu,tetapi yang ada individu yang bertingkah laku tak bertanggung jawab,tetapi tingkah laku tersebut masih dalam taraf mental yang sehat. 2. Berfokus pada tingkah laku yang nyata ,guna mencapai tujuan yang akan datang penuh optimisme.Jadi tingkah laku yang nyata dilakukan pada masakini adalah merupakan refleksi harapan nyata untuk mewujudkan masa datang 3. Berorientasi pada keadaan yang akan datang ,dengan fokus pada tingkah laku sekarang yang dapat diubah,diperbaiaki,dianalisis dan ditafsirkan. 4. Menekankan betapa pentingnya nilai.Kualitas nilai sangat penting dalam peranan seseorang untuk meningkatkan kemampuannya dalam perjuangannya menghadapi kegagalan. 5. Tidak menegaskan transfer dalam rangka mencari usaha untuk mencapai kesuksesan.
  • 6. 6 6. Menekankan aspek kesadaran dari klien yang harus dinyatakan dalam tingkah laku tentang apa yang harus dikerjakan oleh klien,apa yang diinginkan klien. 7. Menghapuskan adanya hukuman yang diberikan kepada individu yang mengalami kegagalan,tetapi yang ada sebagai ganti hukuman adalah menanamkan disiplin yang disadarinya maknanya dan dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang nyata. 8. Menekankan konsep tanggung jawab,agar klien dapat berguna bagi dirinya dan bagi orang lain melalui perwujudan dari tingkah lakunya yang nyata. E. Asumsi Perilaku Bermasalah Reality therapy pada dasarnya tidak mengatakan bahwa perilaku individu itu sebagai perilaku yang abnormal. Konsep perilaku menurut konseling realitas lebih dihubungkan dengan berperilaku yang tepat atau berperilaku yang tidak tepat. Menurut Glasser, bentuk dari perilaku yang tidak tepat tersebut disebabkan karena ketidak mampuannya dalam memuaskan kebutuhannya, akibatnya kehilangan ”sentuhan” dengan realitas objektif, dia tidak dapat melihat sesuatu sesuai dengan realitasnya, tidak dapat melihat sesuatu sesuai dengan realitasnya, tidak dapat melakukan atas dasar kebenaran, tangguang jawab dan realitas. Meskipun konseling realitas tidak menghubungkan perilaku manusia dengan gejala abnormalitas, perilaku bermasalah dapat disepadankan dengan istilah ”identitas kegagalan”. Identitas kegagalan ditandai dengan keterasingan, penolakan diri dan irrasionalitas, perilakunya kaku, tidak objektif, lemah, tidak bertanggung jawab, kurang percaya diri dan menolak kenyataan. Menurut Glasser (1965, hlm.9), basis dari terapi realitas adalah membantu para klien dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar psikologisnya, yang mencangkup “kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kkebutuhan untuk merasakan bahwa kita berguna baik bagi diri kita sendiri maupun bagi oaring lain”. Pandangan tentang sifat manusia mencakup pernyataan bahwa suatu “kekuatan pertumbuhan” mendorong kita untuk berusaha mencapai suatu
  • 7. 7 identitas keberhasilan. Penderitaan pribadi bisa diubah hanya dengan perubahan identitas. Pandangan terapi realitas menyatakan bahwa, karena individu-individu bisa mengubaha cara hidup, perasaan, dan tingkah lakunya, maka merekapun bisa mengubah identitasnya. Perubahan identitas tergantung pada perubahan tingkah laku. Maka jelaslah bahwa terapi realitas yidak berpijak pada filsafat deterministik tentang manusia, tetapi dibangun diatas asumsi bahwa manusia adalah agen yang menentukan dirinya sendiri. Perinsip ini menyiratkan bahwa masing-masing orang memilkiki tanggung jawab untuk menerima konsekuensi-konsekuensi dari tingkah lakunya sendiri. Tampaknya, orang menjadi apa yang ditetapkannya. F. Hubungan Konselor dan Klien 1. Konselor Tugas utama konselor adalah menjadi terlibat dengan konselinya dan kemudian menghadapi konseli dengan mengusahakan agar konseli mengambil keputusan. Konselor bertuas melayani sebagai pembimbing untuk membantu konseli menaksir tingkahlaku mereka secara realistis. Konselor diharapkan memberi hadiah bila konseli berbuat dalam cara yang bertanggungjawab dan tidak menerima setiap penghindaran atas kenyataan atau tidak mengarahkan konseli menyalahkan setiap hal atau setiap orang. Beberapa kualitas pribadi yang harus dimiliki konselor adalah kemampuan untuk sensitif, untuk mencapai kebutuhan mereka secara terbuka, tidak untuk menerima ampunan, menunjukkan dukungan yang terus menerus dalam membantu konseli, untuk memahami dan mengempati konseli, dan untuk terlibat dengan tulus hati. 2. Konseli Dalam konseling realita, pengalaman yang perlu dimiliki oleh konseli adalah peran konseli memusatkan pada tingkah laku dalam proses konseling (konseli diharapkan memusatkan pada tingkah laku mereka sebagai ganti dari perasaan dan sikap-sikapnya), konseli membuat dan menyepakati rencana (ketika konseli memutuskan untuk bagaimana
  • 8. 8 mereka ingin berubah, mereka diharapkan untuk mengembangkan rencana khusus untuk mengubah tingkah laku gagal ke tingkahlaku berhasil), konseli mengevaluasi tingkah lakunya sendiri, dan konseli belajar kecanduan positif (dalam hal ini Glasser mengungkapkan pentingnya belajar tanpa kritik dari orang lain dalam setiap usaha kita. 1. Situasi Hubungan Konseling realita didasarkan pada hubungan pribadi dan keterlibatan antara konseli dan konselor. Konselor dengan kehangatan, pengertian, penerimaan dan kepercayaan pda kapasitas orang untuk mengembangkan identitas berhasil, harus mengkomunikasikan dirinya kepada konseli bahwa dirinya membantu. Melalui keterlibatan ini, konseli belajar mengenai hidup daripada memusatkan pada mengungkap kegagalan dan tingkah laku yang tidak bertanggungjawab. Kunci konseling realita adanya kesepakatan/komitmen dalam membuat rencana dan melaksanakannya. Perencanaan yang telah dilakukan oleh konseli dinilai positif jika ditulis dalam kontrak. Dalam konseling realita ditekankan tidak adanya ampunan ketika konseli tidak melaksanakan rencananya. 2. Teknik Konseling Pelaksanaan Konseling realita, menurut Corey (1982) ada beberapa teknik yang dapat dilaksanakan yaitu : 1. Melakukan main peran dengan klien. 2. Menggunakan humor 3. Mengkonfrontasi klien dengan tidak memberikan ampunan / tidak menerima Dalih 4. Membantu klien merumuskan rencana perubahan 5. Melayani klien sebagai model peranan dan guru. 6. Menentukan batas-batas dan struktur konseling yang tepat dan jelas. 7. Menggunakan verbal shock atau sarkasme yang tepat untuk menentang klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis 8. Terlibat dengan klien dalam mencari hidup yang lebih efektif.
  • 9. 9 G. Teknik-teknik yang digunakan dalam proses konseling realita adalah: 1. Memperkuat tingkah laku  shaping adalah metode mengajarkan tingkahlaku dengan terus- menerus melakukan aproksimasi dan membuat rantai hubungan.  Behavioral contract, syarat mutlak untuk memantapkan kontrak behavioral adalah batasan yang cermat mengenai masalah konseli, situasi dimana hal itu diekspresikan dan kesediaan konseli untuk mencoba prosedur itu.  Assertive training, dapat diterapkan pada situasi-situasi interpersonal dimana individu yang mempunyai kesulitan perasaan sesuai atau tepat untuk menyatakannya. 2. Modeling Modeling digunakan untuk tujuan: mempelajari tingkahlaku baru, memperlemah atau memperkuat tingkahlaku yang siap dipelajari, dan memperlancar respon.  Proses mediasi, proses mediasi melibatkan atensi, retensi, reproduksi motorik dan insentif.  Live model dan symbolic model, Live model artinya model hidup, dansymbolic model artinya tingkah laku model ditunjukkan melalui film, video dan media rekaman lain.  Behavior rehearsal, dilakukan dalam suasana yang mirip dengan lingkungan nyata konseli.  Cognitive restructuring. Proses menemukan dan menilai kognisi seseorang, memahami dampak negative pemikiran tertentu terhadap tingkah laku dan belajar mengganti kognisi tersebut dengan pemikiran yang lebih realistic dan cocok.  Covert reinforcement, yaitu memakai imaji untuk menghadiahi diri sendiri.
  • 10. 10 3. Metapor Konselor menggunakan taknik ini seperti senyuman, imej, analogi, dan anekdot untuk memberi konseli suatu pesan penting dalam ccara yang efekitif. Konselor juga mendengarkan dan menggunakan metapor yang ditampilkan diri konseli 4. Hubungan Menggunakan hubungan sebagai bagian yang asensial dalam proses terapoutik. Hubungan ini harus memperlihatkan upaya menuju perubahan, menyenagkan, positif, tidak menilai, dan mendorong kesadaran konseli. 5. Pertanyaan Konselor menekankan evaluasi dalam perilaku total, asesmen harus berasal dari konseli sendiri. Konselor tidak mengatakan apa yang harus dilakukan koseli, tetapi menggunakan pertanyaan yang terstruktur dengan baik untuk membantu konseli menilai hidupnya dan kemudian merumuskan perilaku-perilaku yang perlu dan tidak perlu di ubah. 6. Intervebsi paradoks Terinspirasi oleh Frankl (pendiri konselng Gestalt), Glasser menggunakan paradoks untuk mendorong konseli menerima tanggung jawab bagi perilakunya sendiri. Intetrvensi paradoksikal ini memiliki dua bentuk rerabel atau reframe dan paradoxical pressciption. 7. Pengembangan ketrampilan Konselor perlu membantu konseli mengembangkan ketrampilan untuk memnuhi kebutuhan dan keinginan-keinginannya dalam cara yang bertanggung jawab. Koselor dapat mengajar konseli tentang berbagai ketrampilan seperti perilaku asertif, berfikir rasional, dan membuat rencana. 8. Adiksi positif Menurut Glasser, merupakan teknik yang digunakan untuk menurunkan barbagai bentuk perilaku negatif dengancara memberikan kesiapan atau kekuatan mental, kreatifitas, energi dan keyakinan. Contoh :
  • 11. 11 mendorong olahraga yang teratur, menulis jurnal, bermain musik, yoga, dan meditasi. 9. Penggunakan kata kerja Dimaksudkan untuk membantu jonseli agar mampu mengendalikan hidup mereka sendiri dan membuat pilihan perilaku total yang positif. Daripada mendeskripsikan koseli dengan kata-kata: marah, depresi, fobia, atau cemas konselor perlu menggunakan kata memarahi, mendepresikan, memfobiakan, atau mencemaskan. Ini mengimplikasikan bahwa emosi- emosi tersebut bukan merupakan keadaan yang mati tetapi bentuk tindakan yang dapat diubah. H. TAHAP – TAHAP KONSELING REALITA 1) Keterlibatan kehangatan hubungan, perhatian, pemahaman, penghayatan dll. Penggunaan topik netral pada awal pertemuan yakni yang berhubungan dengan keberhasilan seorang konseli 2) Pemusatan pada tingkah laku sekarang, bukan perasaan penekanan terhadap apa yang dilakukan dan apa yang dipikirkan daripada apa yang dirasakan dan yang dialami secara fisiologis 3) Pertimbangan nilai Konseli perlu dibantu menilai kualitas apa yang dilakukannya dan menentukan apakah tingkah laku tersebut bertanggung jawab atau tidak. Tanpa adanya kesadaran konseli mengenai ketidak efekti-fan tingkah lakunya dalam mencapai tujuan hidupnya, maka tidak mungkin ada perubahan pada diri konseli tersebut 4) Perencanaan tingkah laku bertanggung jawab Rencana perubahan tingkah tidak bertanggung jawab menjadi tingkah laku bertanggung jawab. Rencana tindakan yang efektif berupa rencana yang sederhana, dapat dicapai , terukur, segera dan terkendalikan oleh klien
  • 12. 12 5) Pembuatan komitmen Rencana akan bermanfaat jika konseli membuat suatu komitmen untuk melaksanakannya. Komitmen dapat secara lisan atau tertulis 6) Tidak menerima alasan kegagalan Konselor tidak boleh mengeksplorasi alasan-alasan mengapa konseli gagal dalam melaksanakan rencana. Konselor memusatkan perhatian kembali pada rencana baru yang lebih cocok 7) Peniadaan hukuman Pemberian hukuman pada konseli yang gagal melaksanakan rencana sebetulnya akan memperkuat identitas gagal konseli 8) Pantang menyerah Konselor berkeyakinan bahwa konseli memiliki kemampuan untuk beruba I. PERKEMBANGAN PERILAKU 1. Struktur Kepribadian Kepribadian disusun sebagai usaha-usaha individu untuk menemukan kebutuhan fisiologis dan psikologis. Kebutuhan yang paling penting adalah untuk mencintai dari dicintai dari merasa dirinya berharga serta orang lainpun berharga. Setiap orang belajar untuk memenuhi kebutuhan tersebut, yang selanjutnya akan mengembangkan tingkahlaku yang normal yaitu bertanggungjawab dan berorientasi pada realita serta mengidentifikasi diri sebagai individu yang behasil atau sukses. Glasser berpandangan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar (cinta dan harga diri) merupakan peristiwa belajar. Dalam kaitan dengan ini, Glasser menekankan peristiwa belajar pada usia 2 sapai 5 tahun dan 5 sampai 6 tahun (Corey, 1982 dalam Fauzan 1994:30). Individu melalui kehidupannya menggunakan prinsip 3 R (Right,merujuk pada ukuran atau norma yang diterima secara umum dimana tingkah laku dapat diperbandingkan, Responsibility, merupakan kemampuan untuk mencapai suatu kebutuhan dan untuk berbuat dalam cara yang tidak merampas keinginan orang lain dalam memenuhi kebutuhan mereka (terkait konteks sosial budaya), Reality, merujuk pada pemahaman individu pada ada dunia
  • 13. 13 nyata bahwa individu harus memenuhi kebutuhannya dalam kernagka kerja tertentu). 2. Pribadi Sehat dan Bermasalah 1. Pribadi sehat/ identitas berhasil Individu disimpulkan memperoleh identitas berhasil adalah individu yang telah terpenuhi kebutuhannya sehingga dapat memerintah kehidupannya sendiri menggunakan prinsip 3 R (Right, Responsilibity, Reality I). Artinya individu dalam memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikolois harus mempelajari yang benar, bertingkahlaku secara bertanggungjawab, dan memahami serta menghadapi kenyataan. 2. Pribadi bermasalah/ tingkah laku salah/tidak tepat Individu disimpulkan memperoleh identitas gagal ketika individu gagal memenuhi salah satu atau semua kebutuhan dasar dan gagal terlibat dengan orang lain sebagai prasyarat biologis memuaskan kebutuhan dasar. J. HAKIKAT KONSELING Hakekat konseling realita adalah membantu individu mencapai otonomi. Otonomi merupakan keadaan yang menyebabkan orang mampu melepaskan dukungan lingkungan dan menggantikannya dengan dukungan pribadi atau diri sendiri (internal). Kriteria konseling yang sukses bergantung pada tujuan yang ditentukan oleh konseli.
  • 14. 14 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN ` Hasil penelitian mengenai pengondisian mempengaruhi kepribadian, yang dalam hal ini dikemukakan stimulant tertentu meningkatkan sejumlah aktivtas tertentu. Sebuah ekperimen dilakukan untuk menguji apakah stimulant secara spesifik meningkatkan efek-efek penguat nikotin dan stimulant psikomotorik dapat meningkatkan aktivitas secara umum, merokok salah satunya. Setelah melakukan eksperimen pada beberapa orang dengan memberikan uang dan diminta untuk merokok. Kesimpulan dari eksperimen ini adalah penguatan dapat mengubah nilai perilaku sepanjang waktu dan dalam kombinasi dengan stimulant lain. Dalam hal ini, nikotin dapat menjadi lebih menguatkan dalam kasis nikotin ketimbang hadirnya stimulan psikomotorik.
  • 15. 15 DAFTAR PUSTAKA 1. DR. Sayekti Pujo Suwarno M.Pd.Berbagai Pendekatan Dalam Konseling.IKIP Yogyakarta 2. Fauzan, Lutfi. 1994. Pendekatan-pendekatan Konseling Individual. Malang: Elang Mas 3. Feist, Jess dan Gregory J. Feist. 2008. Theories of Personality. Yogyakarta: Pustaka belajar. 4. Corey,Gerald. 2009. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Belmont,CA:Brooks/Cole