SlideShare a Scribd company logo
TEORI REALITA (WILLIAM GLASSER)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendekatan dan Teori Konseling
Dosen Pengampuh: Dr. Eko Darminto, M. Si
Disusun Oleh:
Nur Arifaizal Basri (19071355001)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa adanya suatu halangan
apapun. Makalah ini disusun berdasarkan kebutuhan mahasiswa sebagai penunjang.
Makalah yang berjudul “Teori Realita (William Glasser)”, makalah ini disusun
secara sederhana dan sedemikian rupa dengan kesederhanaan diharapkan untuk
membantu pengetahuan. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.
Surabaya, 22 Oktober 2019
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Terapi Realita..............................................................................2
B. Proses Konseling Pendekatan Realita ................................................................4
C. Tujuan Konseling Realita...................................................................................6
D. Teknik Konseling Realita...................................................................................7
E. Hubungan Konselor dan Konseli........................................................................8
F. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Realita..................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................10
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konseling realitas dicetuskan oleh William Glasser, yang merupakan suatu bentuk
hubungan pertolongan yang praktis, relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung pada klien.
Konsep terapi realitas dimana seorang klien ditolong agar dia mampu menghadapi realita di
masa depan dengan penuh optimis. Konseling realitas berprinsip bahwa seseorang dapat dengan
penuh optimis menerima bantuan dan terapi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya
dan mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan siapapun.
Konseling realitas lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan alternatif
bantuan tidak usah melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang dipentingkan
bagaimana klien dapat sukses. Setiap orang akan belajar memenuhi kebutuhannya dengan
bertingkah laku normal, yaitu 3 R (Right, Responsibility, dan Reality) dimana masa yang
penting dalam penanaman adalah usia 2-5 tahun dengan peranan orang tua dan sekolah sebagai
faktor yang menentukan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar terapi realita?
2. Bagaimana proses konseling pendekatan realita?
3. Apa itu tujuan konseling realita?
4. Apa saja teknik konseling realita?
5. Bagaimana hubungan konselor dan konseli?
6. Apa saja kelebihan dan kelemahan pendekatan realita?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar terapi realita.
2. Untuk mengetahui proses konseling pendekatan realita.
3. Untuk mengetahui tujuan konseling realita.
4. Untuk mengetahui Teknik konseling realita.
5. Untuk mengetahui hubungan konselor dan konseli.
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pendekatan realita.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Terapi Realita
William Glasser lahir pada tahun 1925 di Cleveland. Glasser belajar teknik kimia di Case
Western Reserve University di Cleveland, kemudian Glasser beralih ke Psikologi (MA,
Psikologi Klinis, 1948) dan kemudian ke psikiatri. Glasser kemudian menyelesaikan pelatihan
psikiatri di Veterans Administration dan UCLA Los Angeles. Glasser mengembangkan terapi
realitas dari keyakinannya bahwa psikiatri konvensional sebagian besar berlandaskan asumsi-
asumsi yang keliru. Terapi realitas, yang menguraikan prinsip-prinsip dan prosedur yang
dirancang untuk membantu orang dalam mencapai suatu “identitas keberhasilan”.
Menurut Corey (2009) Terapi Realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah
laku sekarang. Terapi realitas didasarkan pada teori pilihan seperti yang dijelaskan dalam buku-
buku terbaru Glasser (1998, 2001, 2003). Teori pilihan menjelaskan mengapa dan bagaimana
kita berfungsi, dan terapi realitas menyediakan sistem pengiriman untuk membantu individu
mengambil kontrol yang lebih efektif terhadap kehidupan mereka. Terapi mengajarkan klien
untuk membuat pilihan yang lebih efektif karena mereka berurusan dengan orang yang mereka
butuhkan dalam hidup mereka.
Banyak masalah klien disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk terhubung, untuk
menjadi dekat dengan orang lain, atau untuk memiliki hubungan yang memuaskan atau sukses
dengan setidaknya satu orang penting dalam kehidupan mereka. Terapis membimbing klien
menuju hubungan yang memuaskan dan mengajarkan mereka untuk berperilaku dengan cara
yang lebih efektif daripada yang mereka lakukan saat ini. Semakin banyak klien dapat
terhubung dengan orang-orang, semakin besar peluang mereka untuk mengalami kebahagiaan.
Pendekatan realita berlaku untuk konseling, pekerjaan sosial, pendidikan, intervensi
krisis, koreksi dan rehabilitasi, manajemen kelembagaan, dan pengembangan masyarakat.
Terapi reality populer di sekolah, lembaga pemasyarakatan, rumah sakit umum, rumah sakit
jiwa negara, rumah singgah, dan pusat penyalahgunaan zat. Banyak klinik militer yang
mengobati penyalahguna narkoba dan alkohol menggunakan terapi realitas sebagai pendekatan
terapi pilihan mereka. Menurut Glasser (dalam Gibson 2011) terapi realita memiliki 5
kebutuhan dasar yaitu:
3
1. Kebutuhan untuk hidup
yakni termasuk didalamnya memperoleh kesehatan, makanan, udara, perlindungan, rasa
aman dan kenyamanan fisik.
2. Cinta
Salah satu kebutuhan psikologis manusia adalah kebutuhanya untu meresa memiliki atau
terlibat diri dengan orang lain.kebutuhan ini di sebut dengan identity society, yang menekankan
pentingnya hubungan personal. Contohnya persahabatan, acara perkumpulan tertentu, dan
keterlibatan dalam organisasi kemahasiswaan.
3. Kekuasaan
Kebutuhan akan kekuasaan (power) meliputi kebutuhan untuk berprestasi merasa
berharga dan mendapatkan pengakuan.kebutuhan ini biasanya di ekspresikan melalui kompetisi
dengan orang-orang di sekitar kita, memimpin, mengorganisir, menyelesaikan pekerjaan sebaik
mungkin, meminta pendapat bagi orang lain, melontarkan ide dll.
4. Kesenangan
Merupakan kebutuhan untuk merasa senang,bahagia.pada kanak-kanak terlihat dalam
aktifitas bermain. kebutuhan ini muncul sejak dini, kemudian terus berkembang
hingga kepenatan, bersantai, melucu, humor, dsb.
5. Kebebasan
Kebebasan merupakan kebutuhan untuk merasakan kebebasan atau kemerdekaan dan
tidak bergantung dengan orang lain.misalnya membuat pilihan (aktif pada organisasi
kemahasiswaan), bergerak berpindah dari satu tempat ketempat lain, kebutuhan tersebut
berbentuk universal, tetapi di penuhi dengan cara yang unik oleh masing-masing
manusia.tingkah laku yang bertanggung jawab merupakan upaya manusia mengontrol
ligkungan untuk memenuhi kebutuhan dan menghadapi realita yang di alami oleh
kehidupannya.dalam proses pembentukan identitas individu mengembangkan keterlibatan
secara emosional dengan orang lain.individu perlu merasakan keterlibatan orang lain,
kedekatan, kehangatan psikologis, dan ikatan emosional. Jika kebutuhan psikologisnya sejak
awal tidak terpenuhi, maka seseorang tidak mendapatkan pengalaman belajar bagaimana
memenuhi kebutuhan psikologis dirinya atau orang lain.
4
B. Proses Konseling Pendekatan Realita
Menurut Corey (2009) Konseling Realita berpijak pada apa yang dibangun “do” atas
asumsi bahwa manusia adalah individu yang menentukan dirinya sendiri. Masing-masing orang
memikul tanggung jawab untuk menerima konsekuensi dari tingkah lakunya sendiri dalam
artian Individu akan menjadi apa yang ditetapkannya.
Praktik terapi realitas dapat dikonseptualisasikan sebagai siklus konseling, yang terdiri
dari dua komponen utama: (1) menciptakan lingkungan konseling dan (2) menerapkan prosedur
khusus yang mengarah pada perubahan perilaku. Seni konseling adalah menentukan
komponen-komponen ini bersama-sama dengan cara yang mengarahkan klien untuk
mengevaluasi kehidupan mereka dan memutuskan untuk bergerak ke arah yang lebih efektif.
Menurut Glasser (dalam Corey, 2009) prosedur yang mengarah pada perubahan
didasarkan pada asumsi bahwa manusia termotivasi untuk berubah (1) ketika mereka yakin
bahwa perilaku mereka saat ini tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan dan (2) ketika
mereka percaya mereka dapat memilih perilaku lain yang akan membuat mereka lebih dekat
dengan apa yang mereka inginkan. Untuk melakukan proses konseling itu, ada prosedur yang
harus diperhatikan oleh konselor realitas, yaitu:
1. Berfokus pada personal
Prosedur utama adalah mengkomunikasikan perhatian konselor kepada klien. Perhatian
itu ditandai oleh hubungan hangat dan pemahamannya ini merupakan kunci keberhasilan
konseling. Keterlibatan yang dicapai konselor dapat menjadi fungsi kebebasan, bertanggung
jawab dan otonomi pada klien.
2. Berfokus pada perilaku
Konseling realitas berfokus pada perilaku tidak pada perasaan dan sikap. Konselor dapat
meminta klien untuk “melakukan sesuatu menjadi lebih baik” dan bukan memita klien
“merasakan yang lebih baik”. Antara perasaan dengan perilaku pada dasarnya memiliki
hubungan.
3. Berfokus pada saat ini
Konseling realitas memandang tidak perlu melihat masa lalu klien. Konselor tidak perlu
melakukan eksplorasi terhadap pengalaman-pengalaman yang irrasional di masa lalunya, hal
ini sejalan dengan tujuan konseling menurut Glasser ada 3 tahap, yaitu:
a) Melihat perilakunya (yang terakhir) adalah yang tidak realistic
b) Menolak perilaku klien yang tidak bertanggung jawab
5
c) Mengajarkan cara yang terbaik menemukan kebutuhannya dalam dunia nyata.
4. Pertimbangan nilai
Konseling realitas menganggap pentingnya melakukan pertimbangan nilai. Klien perlu
menilai kualitas perilakunya sendiri apakah perilakumya itu bertanggung jawab, rasional,
realistik dan benar atau sebaliknya. Penilaian perilakunya oleh diri klien akan membantu
kesadarannya tentang dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif atau mencapai identitas
keberhasilan.
5. Pentingnya perencanaan
Kesadaran klien tentang perilakunyayang tidak brertanggung jawab harus dilanjutkan
dengan perencanaan untuk mengubahnya menjadi perilaku yang bertanggung jawab. Konseling
realitas beranggapan konseling harrus mampu menyusun rencana-rencana yang realistik
sehingga tingkah lainnya menjadi lebih baik, menjadi orang yang memiliki identitas
keberhasilan. Untuk mencapai hal ini konselor bertugas membantu klien untuk memperoleh
pengalaman berhasil pada tingkat-tingkat yang sulit secara progresif.
6. Komitmen
Klien harus memiliki komitmen atau keterikatan untuk melaksanakan rencana itu.
Komitmen ditunjukkan dengan kesediaan klien sekaligus secara riil melaksanakan apa yang
direncanakan. Konselor terus menyakinkan klien bahwa kepuasan atau kebahagiaanya sangat
ditentukan oleh komitmen pelaksanaan rencana-rencananya.
7. Tidak menerima alasan
Ketika klien melaporkan alasan-alasan kegagalan ini, sebaliknya konselor menolak
menerima dalih/ alasan-alasan yang dikememukakan klien. Justru saat itu konselor perlu
membuat reencana dan membuat komitmen baru untuk melaksanakan upaya lebih lanjut. Yang
lebih penting bagi konselor adalah menanyakan apa rencana lebih lanjut dan kapan mulai
melaksanakannya.
8. Menghilangkan hukuman
Konseling realitas tidak memperlakukan hukuman sebagai teknik pengubahan perilaku.
Hukuman yang biasanya dilakukan dengan kata-kata yang mencela dan menyakitkan hati klien
harus dihilangkan, setidaknya dalam hubungan konseling. Glesser menganjurkan agar klien
tidak dihikum dalam bentuk apa pun dibiarkan belajar mendapatkan konsekuensi secara wajar
dari perilakunya sendiri.
6
Wubbolding (dalam Corey, 2009) sebagai seorang juru bicara terkemuka konseling
realita mengemukakan prosedur konseling realita dengan sistem WDEP. Sistem tersebut terdiri
atas empat tahap yaitu:
1. What (keinginan)
W berarti keinginan, kebutuhan, dan perserpsi konseli. Pada tahap W, konselor
mengidentifikasi apa yang diinginkan konseli dalam kehidupan dengan mengajukan pertanyaan
seperti “Apa yang kamu inginkan?”(dari belajar, keluarga, teman-teman, dan lain-lain).
2. Doing (melakukan)
D berarti apa yang dilakukan konseli dan arah yang dipilih dalam hidupnya. Pada tahap
tersebut, konselor membantu konseli mengidentifikaasi apa yang dilakukannya dalam
mencapai tujuan yang diharapkan dengan mengajukan pertanyaan antara lain ”Apa yang kamu
lakukan?” dan mengidentifikasi arah hidupnya dengan mengajukan pertanyaan “Jika kamu
terus menerus melakukan apa yang kamu lakukan sekarang, akan kemana kira-kira arah
hidupmu?”
3. Evaluating (penilaian)
E berarti melakukan evaluasi terhadap apa yang dilakukan akhir-akhir ini. Pada tahap ini,
konselor membantu konseli melakukan penilaian diri untuk menentukan keefektivan apa yang
dilakukan bagi pencapaian kebutuhannya. Untuk itu, konselor dapat menggunakan pertanyaan
antara lain “Apakah yang kamu lakukan akhir-akhir ini dapat membantumu memenuhi
keinginanmu?”
4. Planning (merencanakan)
P berarti membuat rencana perubahan perilaku. Pada tahap ini, konselor membantu
konseli merencanakan pengubahan tingkah laku yang lebih bertanggung jawab bagi pencapaian
kebutuhannya. Perencanaan dibuat berdasarkan hasil evaluasi perilaku pada tahap sebelumnya.
Dalam tahap tersebut, konselor dapat mengajukan pertanyaan misalnya, “Apa yang akan kamu
lakukan agar dapat memenuhi keinginanmu?”. Agar rencana tersebut efektif maka perencanaan
tindakan yang dibuat berupa rencana yang sederhana, dapat dicapai, terukur, segera, dan
terkendali oleh konseli.
C. Tujuan Konseling Realita
Pada dasarnya tujuan dari konseling realita adalah sama dengan tujuan dari kehidupan
manusia yaitu membantu individu untuk mencapai success identity. Untuk mencapai success
7
identity diperlukan suatu rasa tanggung jawab dari individu, untuk mencapainya individu harus
mencapai kepuasan terhadap kebutuhan personal. Untuk memenuhi kepuasan terhadap
kebutuhan tersebut perlu diperhatikan 3R yaitu reality (kenyataan), right (hal yang
baik), responsible (tangung jawab). Secara garis besar, tujuan konseling realita adalah:
1. Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan dan
melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.
2. Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada,
sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
3. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
4. Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang
dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya
sendiri.
5. Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.
D. Teknik Konseling Realita
Menurut Corey (2013) Terapi realita ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal.
Prosedur-prosedurnya difokuskan pada tingkah lakunya sekarang dan usahanya untuk
mencapai keberhasilan dalam hidupnya. Terapis bisa menggunakan beberapa Teknik sebagai
berikut:
1. Terlibat dalam permainan peran dengan konseli
2. Menggunakan humor
3. Mengkonfrontasikan tingkah laku konseli yang tidak relistis
4. Membantu konseli dalam merumuskan rencana-rencana perubahan yang spesifik bagi
tindakan
5. Bertindak sebagai model dan guru
6. Menentukan batas-batas dan struktur konseling yang pas
7. Menggunakan “verbal shock”/terapi kejutan verbal atau sarkasme yang tepat untuk
menentang konseli dengan tingkahlakunya yang tidak realistis
8. Melibatkan diri dengan konseli dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih efektif
9. Tidak menerima alasan-alasan tingak laku yang tidak bertangung jawab
8
E. Hubungan Konselor dan Konseli
Hubungan antara konselor dan klien dapat berjalan sebagai berikut : (Gerald Corey, 2009)
1. Terapi realitas berlandaskan hubungan untuk keterlibatan pribadi antara terapis dan klien.
Terapis, dengan kehangatan, pengertian, penerimaan, dan kepercayaannya atas
kesanggupan klien untuk mengembangkan suatu identitas keberhasilan, harus
mengomunikasikan bahwa dia menaruh perhatian.
2. Perencanaan adalah hal yang esensial dalam terapi realitas. Situasi terapeutik tidak terbatas
pada diskusi-diskusi antara terapis dan klien.
3. Komitmen adalah kunci utama terapi realitas. Setelah para klien membuat pertimbangan-
pertimbangan nilai mengenai tingkah laku mereka sendiri dan memutuskan rencana-
rencana tindakan, terapis membantu mereka dalam membuat suatu komitmen untuk
melaksanakan rencana-rencana itu dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pernyataan-
pernyataan dan rencana-rencana tidak ada artinya sebelum ada keputusan untuk
melaksanakannya.
4. Terapi realitas tidak menerima dalih. Jelas bahwa tidak semua komitmen klien bisa
terlaksana. Rencana-rencana bisa gagal. Akan tetapi, jika rencana-rencana gagal, terapis
realitas tidak menerima dalih. Arinya dalam pendekatan realitas, seorang terapis tidak
pernah memaklumi atau memaafkan tingkah laku klien yang tidak bertanggung jawab.
F. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Realita
1. Kelebihan
a) Jangka waktu terapi relatif pendek
b) Klien diharuskan dapat mengevaluasi tingkah lakunya sendiri
c) Pemahaman dan kesadaran tidak cukup, tetapi klien ditunutut untuk melakukan
tindakan atas komitmen yang telah ia buat
2. Kekurangan
a) Tidak memperhatikan dinamika alam bawah sadar manusia
b) Di satu sisi terapi ini juga memandang peristiwa masa lalu sebagai penyebab dari
peristiwa sekarang
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya konseling realitas adalah membantu individu mencapai keperilaku yang
bertanggungjawab. Kriteria konseling yang sukses bergantung pada tujuan yang ditentukan
oleh konseli. Dalam konseling realitas, pengalaman yang perlu dimiliki oleh konseli adalah
peran konseli memusatkan pada tingkah laku dalam proses konseling (konseli diharapkan
memusatkan pada tingkah laku mereka sebagai ganti dari perasaan dan sikap-sikapnya), konseli
membuat dan menyepakati rencana (ketika konseli memutuskn untuk bagaimana mereka ingin
berubah, mereka diharapkan untuk mengembangkan rencana khusus untuk mengubah tingkah
laku gagal ke tingkahlaku berhasil), konseli mengevaluasi tingkah lakunya sendiri, dan konseli
belajar kecanduan positif (dalam hal ini Glasser mengungkapkan pentingnya belajar tanpa kritik
dari orang lain dalam setiap usaha kita.
10
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 2009. Theory and Practice of Counseling and psychotherapy. USA: Thomson
Higher Education
Corey, Gerald. 2013. Teori dan Praktek konseling & psikoterapi. Bandung: Refika Aditama
Gibson, L, Robert. Marianne, H. Mitchell. 2011. Bimbingan dan konseling. Yogyakrta: Pustaka
Pelajar.

More Related Content

What's hot

Pendekatan konseling sfbt
Pendekatan konseling sfbtPendekatan konseling sfbt
Pendekatan konseling sfbtvarizalamir
 
Pendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredPendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredmisbakhulfirdaus
 
Pendekatan client centered
Pendekatan client centeredPendekatan client centered
PETA KONSEP TEKNIK KONSELING
PETA KONSEP TEKNIK KONSELINGPETA KONSEP TEKNIK KONSELING
PETA KONSEP TEKNIK KONSELING
Nur Arifaizal Basri
 
Konseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikKonseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikAyu W. Shepty
 
Teori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersTeori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersAi Nurhasanah
 
TABEL TEORI PENDEKATAN KONSELING DALAM BK
TABEL TEORI PENDEKATAN KONSELING DALAM BKTABEL TEORI PENDEKATAN KONSELING DALAM BK
TABEL TEORI PENDEKATAN KONSELING DALAM BKrina_nurjanah96
 
CONTOH RPL POP
CONTOH RPL POPCONTOH RPL POP
CONTOH RPL POP
Nur Arifaizal Basri
 
Contoh RPL konseling kelompok
Contoh RPL konseling kelompokContoh RPL konseling kelompok
Contoh RPL konseling kelompok
Nur Arifaizal Basri
 
pendekatan Humanistik ppt
pendekatan Humanistik pptpendekatan Humanistik ppt
pendekatan Humanistik ppt
mohamad apriyadi
 
Pendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioralPendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioralmisbakhulfirdaus
 
AUM PTSDL
AUM PTSDLAUM PTSDL
AUM PTSDL
Adri Hermawan
 
21. rpl perencanaan karir masa depan (genap)
21. rpl perencanaan karir masa depan (genap)21. rpl perencanaan karir masa depan (genap)
21. rpl perencanaan karir masa depan (genap)
aji ali mabruri
 
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
Nur Arifaizal Basri
 
Ppt pendekatan realitas
Ppt pendekatan realitasPpt pendekatan realitas
Ppt pendekatan realitas
bkupstegal
 
Teori pendekatan gestalt
Teori pendekatan gestaltTeori pendekatan gestalt
Teori pendekatan gestalt
Tri_Endah_Sulistiani
 
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
Nur Arifaizal Basri
 
Menangani sikap menutup diri
Menangani sikap menutup diriMenangani sikap menutup diri
Menangani sikap menutup diriKirenius Wadu
 
Peta kognitif
Peta kognitifPeta kognitif
Peta kognitif
Fikri Muqaffa
 
Modifikasi perilaku
Modifikasi perilakuModifikasi perilaku
Modifikasi perilakuAfra Balqis
 

What's hot (20)

Pendekatan konseling sfbt
Pendekatan konseling sfbtPendekatan konseling sfbt
Pendekatan konseling sfbt
 
Pendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredPendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centered
 
Pendekatan client centered
Pendekatan client centeredPendekatan client centered
Pendekatan client centered
 
PETA KONSEP TEKNIK KONSELING
PETA KONSEP TEKNIK KONSELINGPETA KONSEP TEKNIK KONSELING
PETA KONSEP TEKNIK KONSELING
 
Konseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikKonseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistik
 
Teori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersTeori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. Rogers
 
TABEL TEORI PENDEKATAN KONSELING DALAM BK
TABEL TEORI PENDEKATAN KONSELING DALAM BKTABEL TEORI PENDEKATAN KONSELING DALAM BK
TABEL TEORI PENDEKATAN KONSELING DALAM BK
 
CONTOH RPL POP
CONTOH RPL POPCONTOH RPL POP
CONTOH RPL POP
 
Contoh RPL konseling kelompok
Contoh RPL konseling kelompokContoh RPL konseling kelompok
Contoh RPL konseling kelompok
 
pendekatan Humanistik ppt
pendekatan Humanistik pptpendekatan Humanistik ppt
pendekatan Humanistik ppt
 
Pendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioralPendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioral
 
AUM PTSDL
AUM PTSDLAUM PTSDL
AUM PTSDL
 
21. rpl perencanaan karir masa depan (genap)
21. rpl perencanaan karir masa depan (genap)21. rpl perencanaan karir masa depan (genap)
21. rpl perencanaan karir masa depan (genap)
 
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
 
Ppt pendekatan realitas
Ppt pendekatan realitasPpt pendekatan realitas
Ppt pendekatan realitas
 
Teori pendekatan gestalt
Teori pendekatan gestaltTeori pendekatan gestalt
Teori pendekatan gestalt
 
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
 
Menangani sikap menutup diri
Menangani sikap menutup diriMenangani sikap menutup diri
Menangani sikap menutup diri
 
Peta kognitif
Peta kognitifPeta kognitif
Peta kognitif
 
Modifikasi perilaku
Modifikasi perilakuModifikasi perilaku
Modifikasi perilaku
 

Similar to PENDEKATAN TEORI REALITA

Pendekatan konseling realitas 2
Pendekatan konseling realitas 2Pendekatan konseling realitas 2
Pendekatan konseling realitas 2
RiZqii AmaLyaa
 
Pendekatak konseling realita
Pendekatak konseling realitaPendekatak konseling realita
Pendekatak konseling realitavarizalamir
 
Pendekatan realitas
Pendekatan realitasPendekatan realitas
Pendekatan realitas
novi damayanti
 
Psikologi Konseling Realitas
Psikologi Konseling RealitasPsikologi Konseling Realitas
Psikologi Konseling Realitas
Wulandari Rima Kumari
 
PPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptx
PPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptxPPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptx
PPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptx
IyenElviraz
 
Terapi realiti
Terapi realitiTerapi realiti
Terapi realitionnel_91
 
Makalah teori model keperawatan
Makalah teori model keperawatanMakalah teori model keperawatan
Makalah teori model keperawatan
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Terapi realitas
Terapi realitasTerapi realitas
Terapi realitas
mey mustikaningsih
 
Pendekatan konseling trait n factors
Pendekatan konseling trait n factors Pendekatan konseling trait n factors
Pendekatan konseling trait n factors varizalamir
 
Presentation1 pendekatan realita
Presentation1 pendekatan realitaPresentation1 pendekatan realita
Presentation1 pendekatan realitaRiZqii AmaLyaa
 
TEORI HUMANISTIK
TEORI HUMANISTIKTEORI HUMANISTIK
TEORI HUMANISTIK
zakwan azhar
 
teori tumpuan insan
teori tumpuan insanteori tumpuan insan
teori tumpuan insan
zakwan azhar
 
TEORI-TEORI KONSELING KELOMPOK pada mata kuliah psikologi konseling
TEORI-TEORI  KONSELING KELOMPOK pada mata kuliah psikologi konselingTEORI-TEORI  KONSELING KELOMPOK pada mata kuliah psikologi konseling
TEORI-TEORI KONSELING KELOMPOK pada mata kuliah psikologi konseling
SitiSara33
 
Hubungan Antarpribadi dalam Psikologi Sosial
Hubungan Antarpribadi dalam Psikologi SosialHubungan Antarpribadi dalam Psikologi Sosial
Hubungan Antarpribadi dalam Psikologi Sosial
aisy12
 
Peta Kognitif
Peta Kognitif Peta Kognitif
Peta Kognitif
Komara Yusuf
 
Hubungan Antar Manusia
Hubungan Antar ManusiaHubungan Antar Manusia
Hubungan Antar Manusia
pjj_kemenkes
 
Kb 1 komunikasi modul 3
Kb 1 komunikasi modul 3Kb 1 komunikasi modul 3
Kb 1 komunikasi modul 3Uwes Chaeruman
 

Similar to PENDEKATAN TEORI REALITA (20)

Pendekatan konseling realitas 2
Pendekatan konseling realitas 2Pendekatan konseling realitas 2
Pendekatan konseling realitas 2
 
Pendekatak konseling realita
Pendekatak konseling realitaPendekatak konseling realita
Pendekatak konseling realita
 
Pendekatan realitas
Pendekatan realitasPendekatan realitas
Pendekatan realitas
 
TERAPI REALITI
TERAPI REALITITERAPI REALITI
TERAPI REALITI
 
Psikologi Konseling Realitas
Psikologi Konseling RealitasPsikologi Konseling Realitas
Psikologi Konseling Realitas
 
PPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptx
PPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptxPPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptx
PPT Kelompok 1_Konseling Realitas_Pendekatan dan Teknik dalam Konseling.pptx
 
Terapi realiti
Terapi realitiTerapi realiti
Terapi realiti
 
Makalah teori model keperawatan
Makalah teori model keperawatanMakalah teori model keperawatan
Makalah teori model keperawatan
 
Terapi realitas
Terapi realitasTerapi realitas
Terapi realitas
 
Pendekatan konseling trait n factors
Pendekatan konseling trait n factors Pendekatan konseling trait n factors
Pendekatan konseling trait n factors
 
Presentation1 pendekatan realita
Presentation1 pendekatan realitaPresentation1 pendekatan realita
Presentation1 pendekatan realita
 
TEORI HUMANISTIK
TEORI HUMANISTIKTEORI HUMANISTIK
TEORI HUMANISTIK
 
teori tumpuan insan
teori tumpuan insanteori tumpuan insan
teori tumpuan insan
 
TEORI-TEORI KONSELING KELOMPOK pada mata kuliah psikologi konseling
TEORI-TEORI  KONSELING KELOMPOK pada mata kuliah psikologi konselingTEORI-TEORI  KONSELING KELOMPOK pada mata kuliah psikologi konseling
TEORI-TEORI KONSELING KELOMPOK pada mata kuliah psikologi konseling
 
Hubungan Antarpribadi dalam Psikologi Sosial
Hubungan Antarpribadi dalam Psikologi SosialHubungan Antarpribadi dalam Psikologi Sosial
Hubungan Antarpribadi dalam Psikologi Sosial
 
Eseimen kaunseling
Eseimen kaunselingEseimen kaunseling
Eseimen kaunseling
 
Moral AKPER PEMKAB MUNA
Moral AKPER PEMKAB MUNA Moral AKPER PEMKAB MUNA
Moral AKPER PEMKAB MUNA
 
Peta Kognitif
Peta Kognitif Peta Kognitif
Peta Kognitif
 
Hubungan Antar Manusia
Hubungan Antar ManusiaHubungan Antar Manusia
Hubungan Antar Manusia
 
Kb 1 komunikasi modul 3
Kb 1 komunikasi modul 3Kb 1 komunikasi modul 3
Kb 1 komunikasi modul 3
 

More from Nur Arifaizal Basri

CONTOH RPL KLASIKAL
CONTOH RPL KLASIKALCONTOH RPL KLASIKAL
CONTOH RPL KLASIKAL
Nur Arifaizal Basri
 
contoh RPL BIMBINGAN KELOMPOK.pdf
contoh RPL  BIMBINGAN KELOMPOK.pdfcontoh RPL  BIMBINGAN KELOMPOK.pdf
contoh RPL BIMBINGAN KELOMPOK.pdf
Nur Arifaizal Basri
 
contoh RPL konseling individu.pdf
contoh RPL konseling individu.pdfcontoh RPL konseling individu.pdf
contoh RPL konseling individu.pdf
Nur Arifaizal Basri
 
Permendikbud No 15 Tahun 2018.pdf
Permendikbud No 15 Tahun 2018.pdfPermendikbud No 15 Tahun 2018.pdf
Permendikbud No 15 Tahun 2018.pdf
Nur Arifaizal Basri
 
UU ASN NO. 5 TH. 2014
UU ASN NO. 5 TH. 2014UU ASN NO. 5 TH. 2014
UU ASN NO. 5 TH. 2014
Nur Arifaizal Basri
 
program kerja BK 2022-2023.pdf
program kerja BK 2022-2023.pdfprogram kerja BK 2022-2023.pdf
program kerja BK 2022-2023.pdf
Nur Arifaizal Basri
 
MODEL LAYANAN BK SMA guru penggerak kurikulum meredeka belajar
MODEL LAYANAN BK SMA guru penggerak kurikulum meredeka belajarMODEL LAYANAN BK SMA guru penggerak kurikulum meredeka belajar
MODEL LAYANAN BK SMA guru penggerak kurikulum meredeka belajar
Nur Arifaizal Basri
 
FORMAT LAPORAN ALAT PERAGA BK DENGAN PANDUAN BIMBINGAN KARIER.docx
FORMAT LAPORAN ALAT PERAGA BK DENGAN PANDUAN BIMBINGAN KARIER.docxFORMAT LAPORAN ALAT PERAGA BK DENGAN PANDUAN BIMBINGAN KARIER.docx
FORMAT LAPORAN ALAT PERAGA BK DENGAN PANDUAN BIMBINGAN KARIER.docx
Nur Arifaizal Basri
 
Pengembangan Buku Panduan Bimbingan Karier Berdasarkan Teori Trait and factor
Pengembangan Buku Panduan Bimbingan Karier Berdasarkan Teori Trait and factorPengembangan Buku Panduan Bimbingan Karier Berdasarkan Teori Trait and factor
Pengembangan Buku Panduan Bimbingan Karier Berdasarkan Teori Trait and factor
Nur Arifaizal Basri
 
Laporan hasil tindak lanjut analisis pelaksanaan program bk
Laporan hasil tindak lanjut analisis pelaksanaan program bkLaporan hasil tindak lanjut analisis pelaksanaan program bk
Laporan hasil tindak lanjut analisis pelaksanaan program bk
Nur Arifaizal Basri
 
self control
self controlself control
self control
Nur Arifaizal Basri
 
Carl gustav jung psychology and the occult
Carl gustav jung psychology and the occultCarl gustav jung psychology and the occult
Carl gustav jung psychology and the occult
Nur Arifaizal Basri
 
kepercayan diri
kepercayan dirikepercayan diri
kepercayan diri
Nur Arifaizal Basri
 
self-efficacy, and self-esteem
self-efficacy, and self-esteemself-efficacy, and self-esteem
self-efficacy, and self-esteem
Nur Arifaizal Basri
 
mengenal kecemasan komunikasi
mengenal kecemasan komunikasimengenal kecemasan komunikasi
mengenal kecemasan komunikasi
Nur Arifaizal Basri
 
KECEMASAN KOMUNIKASI
KECEMASAN KOMUNIKASIKECEMASAN KOMUNIKASI
KECEMASAN KOMUNIKASI
Nur Arifaizal Basri
 
cognitive behavioral therapy for social anxiety disorder (CBT)
 cognitive behavioral therapy for social anxiety disorder (CBT) cognitive behavioral therapy for social anxiety disorder (CBT)
cognitive behavioral therapy for social anxiety disorder (CBT)
Nur Arifaizal Basri
 
EXPLORING CAREERS WITH TYPOLOGY (JOHN HOLLAND)
EXPLORING CAREERS WITH TYPOLOGY (JOHN HOLLAND)EXPLORING CAREERS WITH TYPOLOGY (JOHN HOLLAND)
EXPLORING CAREERS WITH TYPOLOGY (JOHN HOLLAND)
Nur Arifaizal Basri
 
VOCATIONAL INDECISION (JOHN HOLLAND)
VOCATIONAL INDECISION (JOHN HOLLAND)VOCATIONAL INDECISION (JOHN HOLLAND)
VOCATIONAL INDECISION (JOHN HOLLAND)
Nur Arifaizal Basri
 
PERSONALITY AND VOCATIONAL John holland 1993
PERSONALITY AND VOCATIONAL John holland 1993PERSONALITY AND VOCATIONAL John holland 1993
PERSONALITY AND VOCATIONAL John holland 1993
Nur Arifaizal Basri
 

More from Nur Arifaizal Basri (20)

CONTOH RPL KLASIKAL
CONTOH RPL KLASIKALCONTOH RPL KLASIKAL
CONTOH RPL KLASIKAL
 
contoh RPL BIMBINGAN KELOMPOK.pdf
contoh RPL  BIMBINGAN KELOMPOK.pdfcontoh RPL  BIMBINGAN KELOMPOK.pdf
contoh RPL BIMBINGAN KELOMPOK.pdf
 
contoh RPL konseling individu.pdf
contoh RPL konseling individu.pdfcontoh RPL konseling individu.pdf
contoh RPL konseling individu.pdf
 
Permendikbud No 15 Tahun 2018.pdf
Permendikbud No 15 Tahun 2018.pdfPermendikbud No 15 Tahun 2018.pdf
Permendikbud No 15 Tahun 2018.pdf
 
UU ASN NO. 5 TH. 2014
UU ASN NO. 5 TH. 2014UU ASN NO. 5 TH. 2014
UU ASN NO. 5 TH. 2014
 
program kerja BK 2022-2023.pdf
program kerja BK 2022-2023.pdfprogram kerja BK 2022-2023.pdf
program kerja BK 2022-2023.pdf
 
MODEL LAYANAN BK SMA guru penggerak kurikulum meredeka belajar
MODEL LAYANAN BK SMA guru penggerak kurikulum meredeka belajarMODEL LAYANAN BK SMA guru penggerak kurikulum meredeka belajar
MODEL LAYANAN BK SMA guru penggerak kurikulum meredeka belajar
 
FORMAT LAPORAN ALAT PERAGA BK DENGAN PANDUAN BIMBINGAN KARIER.docx
FORMAT LAPORAN ALAT PERAGA BK DENGAN PANDUAN BIMBINGAN KARIER.docxFORMAT LAPORAN ALAT PERAGA BK DENGAN PANDUAN BIMBINGAN KARIER.docx
FORMAT LAPORAN ALAT PERAGA BK DENGAN PANDUAN BIMBINGAN KARIER.docx
 
Pengembangan Buku Panduan Bimbingan Karier Berdasarkan Teori Trait and factor
Pengembangan Buku Panduan Bimbingan Karier Berdasarkan Teori Trait and factorPengembangan Buku Panduan Bimbingan Karier Berdasarkan Teori Trait and factor
Pengembangan Buku Panduan Bimbingan Karier Berdasarkan Teori Trait and factor
 
Laporan hasil tindak lanjut analisis pelaksanaan program bk
Laporan hasil tindak lanjut analisis pelaksanaan program bkLaporan hasil tindak lanjut analisis pelaksanaan program bk
Laporan hasil tindak lanjut analisis pelaksanaan program bk
 
self control
self controlself control
self control
 
Carl gustav jung psychology and the occult
Carl gustav jung psychology and the occultCarl gustav jung psychology and the occult
Carl gustav jung psychology and the occult
 
kepercayan diri
kepercayan dirikepercayan diri
kepercayan diri
 
self-efficacy, and self-esteem
self-efficacy, and self-esteemself-efficacy, and self-esteem
self-efficacy, and self-esteem
 
mengenal kecemasan komunikasi
mengenal kecemasan komunikasimengenal kecemasan komunikasi
mengenal kecemasan komunikasi
 
KECEMASAN KOMUNIKASI
KECEMASAN KOMUNIKASIKECEMASAN KOMUNIKASI
KECEMASAN KOMUNIKASI
 
cognitive behavioral therapy for social anxiety disorder (CBT)
 cognitive behavioral therapy for social anxiety disorder (CBT) cognitive behavioral therapy for social anxiety disorder (CBT)
cognitive behavioral therapy for social anxiety disorder (CBT)
 
EXPLORING CAREERS WITH TYPOLOGY (JOHN HOLLAND)
EXPLORING CAREERS WITH TYPOLOGY (JOHN HOLLAND)EXPLORING CAREERS WITH TYPOLOGY (JOHN HOLLAND)
EXPLORING CAREERS WITH TYPOLOGY (JOHN HOLLAND)
 
VOCATIONAL INDECISION (JOHN HOLLAND)
VOCATIONAL INDECISION (JOHN HOLLAND)VOCATIONAL INDECISION (JOHN HOLLAND)
VOCATIONAL INDECISION (JOHN HOLLAND)
 
PERSONALITY AND VOCATIONAL John holland 1993
PERSONALITY AND VOCATIONAL John holland 1993PERSONALITY AND VOCATIONAL John holland 1993
PERSONALITY AND VOCATIONAL John holland 1993
 

Recently uploaded

INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
suprihatin1885
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
heridawesty4
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 

Recently uploaded (20)

INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 

PENDEKATAN TEORI REALITA

  • 1. TEORI REALITA (WILLIAM GLASSER) Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendekatan dan Teori Konseling Dosen Pengampuh: Dr. Eko Darminto, M. Si Disusun Oleh: Nur Arifaizal Basri (19071355001) UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING 2019
  • 2. ii KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa adanya suatu halangan apapun. Makalah ini disusun berdasarkan kebutuhan mahasiswa sebagai penunjang. Makalah yang berjudul “Teori Realita (William Glasser)”, makalah ini disusun secara sederhana dan sedemikian rupa dengan kesederhanaan diharapkan untuk membantu pengetahuan. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Surabaya, 22 Oktober 2019 Penyusun
  • 3. iii DAFTAR ISI COVER...........................................................................................................................i KATA PENGANTAR....................................................................................................ii DAFTAR ISI ..................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang....................................................................................................1 B. Rumusan Masalah ..............................................................................................1 C. Tujuan.................................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Terapi Realita..............................................................................2 B. Proses Konseling Pendekatan Realita ................................................................4 C. Tujuan Konseling Realita...................................................................................6 D. Teknik Konseling Realita...................................................................................7 E. Hubungan Konselor dan Konseli........................................................................8 F. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Realita..................................................8 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan.........................................................................................................9 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................10
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konseling realitas dicetuskan oleh William Glasser, yang merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung pada klien. Konsep terapi realitas dimana seorang klien ditolong agar dia mampu menghadapi realita di masa depan dengan penuh optimis. Konseling realitas berprinsip bahwa seseorang dapat dengan penuh optimis menerima bantuan dan terapi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan siapapun. Konseling realitas lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan alternatif bantuan tidak usah melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang dipentingkan bagaimana klien dapat sukses. Setiap orang akan belajar memenuhi kebutuhannya dengan bertingkah laku normal, yaitu 3 R (Right, Responsibility, dan Reality) dimana masa yang penting dalam penanaman adalah usia 2-5 tahun dengan peranan orang tua dan sekolah sebagai faktor yang menentukan. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep dasar terapi realita? 2. Bagaimana proses konseling pendekatan realita? 3. Apa itu tujuan konseling realita? 4. Apa saja teknik konseling realita? 5. Bagaimana hubungan konselor dan konseli? 6. Apa saja kelebihan dan kelemahan pendekatan realita? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui konsep dasar terapi realita. 2. Untuk mengetahui proses konseling pendekatan realita. 3. Untuk mengetahui tujuan konseling realita. 4. Untuk mengetahui Teknik konseling realita. 5. Untuk mengetahui hubungan konselor dan konseli. 6. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pendekatan realita.
  • 5. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Terapi Realita William Glasser lahir pada tahun 1925 di Cleveland. Glasser belajar teknik kimia di Case Western Reserve University di Cleveland, kemudian Glasser beralih ke Psikologi (MA, Psikologi Klinis, 1948) dan kemudian ke psikiatri. Glasser kemudian menyelesaikan pelatihan psikiatri di Veterans Administration dan UCLA Los Angeles. Glasser mengembangkan terapi realitas dari keyakinannya bahwa psikiatri konvensional sebagian besar berlandaskan asumsi- asumsi yang keliru. Terapi realitas, yang menguraikan prinsip-prinsip dan prosedur yang dirancang untuk membantu orang dalam mencapai suatu “identitas keberhasilan”. Menurut Corey (2009) Terapi Realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah laku sekarang. Terapi realitas didasarkan pada teori pilihan seperti yang dijelaskan dalam buku- buku terbaru Glasser (1998, 2001, 2003). Teori pilihan menjelaskan mengapa dan bagaimana kita berfungsi, dan terapi realitas menyediakan sistem pengiriman untuk membantu individu mengambil kontrol yang lebih efektif terhadap kehidupan mereka. Terapi mengajarkan klien untuk membuat pilihan yang lebih efektif karena mereka berurusan dengan orang yang mereka butuhkan dalam hidup mereka. Banyak masalah klien disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk terhubung, untuk menjadi dekat dengan orang lain, atau untuk memiliki hubungan yang memuaskan atau sukses dengan setidaknya satu orang penting dalam kehidupan mereka. Terapis membimbing klien menuju hubungan yang memuaskan dan mengajarkan mereka untuk berperilaku dengan cara yang lebih efektif daripada yang mereka lakukan saat ini. Semakin banyak klien dapat terhubung dengan orang-orang, semakin besar peluang mereka untuk mengalami kebahagiaan. Pendekatan realita berlaku untuk konseling, pekerjaan sosial, pendidikan, intervensi krisis, koreksi dan rehabilitasi, manajemen kelembagaan, dan pengembangan masyarakat. Terapi reality populer di sekolah, lembaga pemasyarakatan, rumah sakit umum, rumah sakit jiwa negara, rumah singgah, dan pusat penyalahgunaan zat. Banyak klinik militer yang mengobati penyalahguna narkoba dan alkohol menggunakan terapi realitas sebagai pendekatan terapi pilihan mereka. Menurut Glasser (dalam Gibson 2011) terapi realita memiliki 5 kebutuhan dasar yaitu:
  • 6. 3 1. Kebutuhan untuk hidup yakni termasuk didalamnya memperoleh kesehatan, makanan, udara, perlindungan, rasa aman dan kenyamanan fisik. 2. Cinta Salah satu kebutuhan psikologis manusia adalah kebutuhanya untu meresa memiliki atau terlibat diri dengan orang lain.kebutuhan ini di sebut dengan identity society, yang menekankan pentingnya hubungan personal. Contohnya persahabatan, acara perkumpulan tertentu, dan keterlibatan dalam organisasi kemahasiswaan. 3. Kekuasaan Kebutuhan akan kekuasaan (power) meliputi kebutuhan untuk berprestasi merasa berharga dan mendapatkan pengakuan.kebutuhan ini biasanya di ekspresikan melalui kompetisi dengan orang-orang di sekitar kita, memimpin, mengorganisir, menyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin, meminta pendapat bagi orang lain, melontarkan ide dll. 4. Kesenangan Merupakan kebutuhan untuk merasa senang,bahagia.pada kanak-kanak terlihat dalam aktifitas bermain. kebutuhan ini muncul sejak dini, kemudian terus berkembang hingga kepenatan, bersantai, melucu, humor, dsb. 5. Kebebasan Kebebasan merupakan kebutuhan untuk merasakan kebebasan atau kemerdekaan dan tidak bergantung dengan orang lain.misalnya membuat pilihan (aktif pada organisasi kemahasiswaan), bergerak berpindah dari satu tempat ketempat lain, kebutuhan tersebut berbentuk universal, tetapi di penuhi dengan cara yang unik oleh masing-masing manusia.tingkah laku yang bertanggung jawab merupakan upaya manusia mengontrol ligkungan untuk memenuhi kebutuhan dan menghadapi realita yang di alami oleh kehidupannya.dalam proses pembentukan identitas individu mengembangkan keterlibatan secara emosional dengan orang lain.individu perlu merasakan keterlibatan orang lain, kedekatan, kehangatan psikologis, dan ikatan emosional. Jika kebutuhan psikologisnya sejak awal tidak terpenuhi, maka seseorang tidak mendapatkan pengalaman belajar bagaimana memenuhi kebutuhan psikologis dirinya atau orang lain.
  • 7. 4 B. Proses Konseling Pendekatan Realita Menurut Corey (2009) Konseling Realita berpijak pada apa yang dibangun “do” atas asumsi bahwa manusia adalah individu yang menentukan dirinya sendiri. Masing-masing orang memikul tanggung jawab untuk menerima konsekuensi dari tingkah lakunya sendiri dalam artian Individu akan menjadi apa yang ditetapkannya. Praktik terapi realitas dapat dikonseptualisasikan sebagai siklus konseling, yang terdiri dari dua komponen utama: (1) menciptakan lingkungan konseling dan (2) menerapkan prosedur khusus yang mengarah pada perubahan perilaku. Seni konseling adalah menentukan komponen-komponen ini bersama-sama dengan cara yang mengarahkan klien untuk mengevaluasi kehidupan mereka dan memutuskan untuk bergerak ke arah yang lebih efektif. Menurut Glasser (dalam Corey, 2009) prosedur yang mengarah pada perubahan didasarkan pada asumsi bahwa manusia termotivasi untuk berubah (1) ketika mereka yakin bahwa perilaku mereka saat ini tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan dan (2) ketika mereka percaya mereka dapat memilih perilaku lain yang akan membuat mereka lebih dekat dengan apa yang mereka inginkan. Untuk melakukan proses konseling itu, ada prosedur yang harus diperhatikan oleh konselor realitas, yaitu: 1. Berfokus pada personal Prosedur utama adalah mengkomunikasikan perhatian konselor kepada klien. Perhatian itu ditandai oleh hubungan hangat dan pemahamannya ini merupakan kunci keberhasilan konseling. Keterlibatan yang dicapai konselor dapat menjadi fungsi kebebasan, bertanggung jawab dan otonomi pada klien. 2. Berfokus pada perilaku Konseling realitas berfokus pada perilaku tidak pada perasaan dan sikap. Konselor dapat meminta klien untuk “melakukan sesuatu menjadi lebih baik” dan bukan memita klien “merasakan yang lebih baik”. Antara perasaan dengan perilaku pada dasarnya memiliki hubungan. 3. Berfokus pada saat ini Konseling realitas memandang tidak perlu melihat masa lalu klien. Konselor tidak perlu melakukan eksplorasi terhadap pengalaman-pengalaman yang irrasional di masa lalunya, hal ini sejalan dengan tujuan konseling menurut Glasser ada 3 tahap, yaitu: a) Melihat perilakunya (yang terakhir) adalah yang tidak realistic b) Menolak perilaku klien yang tidak bertanggung jawab
  • 8. 5 c) Mengajarkan cara yang terbaik menemukan kebutuhannya dalam dunia nyata. 4. Pertimbangan nilai Konseling realitas menganggap pentingnya melakukan pertimbangan nilai. Klien perlu menilai kualitas perilakunya sendiri apakah perilakumya itu bertanggung jawab, rasional, realistik dan benar atau sebaliknya. Penilaian perilakunya oleh diri klien akan membantu kesadarannya tentang dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif atau mencapai identitas keberhasilan. 5. Pentingnya perencanaan Kesadaran klien tentang perilakunyayang tidak brertanggung jawab harus dilanjutkan dengan perencanaan untuk mengubahnya menjadi perilaku yang bertanggung jawab. Konseling realitas beranggapan konseling harrus mampu menyusun rencana-rencana yang realistik sehingga tingkah lainnya menjadi lebih baik, menjadi orang yang memiliki identitas keberhasilan. Untuk mencapai hal ini konselor bertugas membantu klien untuk memperoleh pengalaman berhasil pada tingkat-tingkat yang sulit secara progresif. 6. Komitmen Klien harus memiliki komitmen atau keterikatan untuk melaksanakan rencana itu. Komitmen ditunjukkan dengan kesediaan klien sekaligus secara riil melaksanakan apa yang direncanakan. Konselor terus menyakinkan klien bahwa kepuasan atau kebahagiaanya sangat ditentukan oleh komitmen pelaksanaan rencana-rencananya. 7. Tidak menerima alasan Ketika klien melaporkan alasan-alasan kegagalan ini, sebaliknya konselor menolak menerima dalih/ alasan-alasan yang dikememukakan klien. Justru saat itu konselor perlu membuat reencana dan membuat komitmen baru untuk melaksanakan upaya lebih lanjut. Yang lebih penting bagi konselor adalah menanyakan apa rencana lebih lanjut dan kapan mulai melaksanakannya. 8. Menghilangkan hukuman Konseling realitas tidak memperlakukan hukuman sebagai teknik pengubahan perilaku. Hukuman yang biasanya dilakukan dengan kata-kata yang mencela dan menyakitkan hati klien harus dihilangkan, setidaknya dalam hubungan konseling. Glesser menganjurkan agar klien tidak dihikum dalam bentuk apa pun dibiarkan belajar mendapatkan konsekuensi secara wajar dari perilakunya sendiri.
  • 9. 6 Wubbolding (dalam Corey, 2009) sebagai seorang juru bicara terkemuka konseling realita mengemukakan prosedur konseling realita dengan sistem WDEP. Sistem tersebut terdiri atas empat tahap yaitu: 1. What (keinginan) W berarti keinginan, kebutuhan, dan perserpsi konseli. Pada tahap W, konselor mengidentifikasi apa yang diinginkan konseli dalam kehidupan dengan mengajukan pertanyaan seperti “Apa yang kamu inginkan?”(dari belajar, keluarga, teman-teman, dan lain-lain). 2. Doing (melakukan) D berarti apa yang dilakukan konseli dan arah yang dipilih dalam hidupnya. Pada tahap tersebut, konselor membantu konseli mengidentifikaasi apa yang dilakukannya dalam mencapai tujuan yang diharapkan dengan mengajukan pertanyaan antara lain ”Apa yang kamu lakukan?” dan mengidentifikasi arah hidupnya dengan mengajukan pertanyaan “Jika kamu terus menerus melakukan apa yang kamu lakukan sekarang, akan kemana kira-kira arah hidupmu?” 3. Evaluating (penilaian) E berarti melakukan evaluasi terhadap apa yang dilakukan akhir-akhir ini. Pada tahap ini, konselor membantu konseli melakukan penilaian diri untuk menentukan keefektivan apa yang dilakukan bagi pencapaian kebutuhannya. Untuk itu, konselor dapat menggunakan pertanyaan antara lain “Apakah yang kamu lakukan akhir-akhir ini dapat membantumu memenuhi keinginanmu?” 4. Planning (merencanakan) P berarti membuat rencana perubahan perilaku. Pada tahap ini, konselor membantu konseli merencanakan pengubahan tingkah laku yang lebih bertanggung jawab bagi pencapaian kebutuhannya. Perencanaan dibuat berdasarkan hasil evaluasi perilaku pada tahap sebelumnya. Dalam tahap tersebut, konselor dapat mengajukan pertanyaan misalnya, “Apa yang akan kamu lakukan agar dapat memenuhi keinginanmu?”. Agar rencana tersebut efektif maka perencanaan tindakan yang dibuat berupa rencana yang sederhana, dapat dicapai, terukur, segera, dan terkendali oleh konseli. C. Tujuan Konseling Realita Pada dasarnya tujuan dari konseling realita adalah sama dengan tujuan dari kehidupan manusia yaitu membantu individu untuk mencapai success identity. Untuk mencapai success
  • 10. 7 identity diperlukan suatu rasa tanggung jawab dari individu, untuk mencapainya individu harus mencapai kepuasan terhadap kebutuhan personal. Untuk memenuhi kepuasan terhadap kebutuhan tersebut perlu diperhatikan 3R yaitu reality (kenyataan), right (hal yang baik), responsible (tangung jawab). Secara garis besar, tujuan konseling realita adalah: 1. Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata. 2. Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya. 3. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 4. Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya sendiri. 5. Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri. D. Teknik Konseling Realita Menurut Corey (2013) Terapi realita ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal. Prosedur-prosedurnya difokuskan pada tingkah lakunya sekarang dan usahanya untuk mencapai keberhasilan dalam hidupnya. Terapis bisa menggunakan beberapa Teknik sebagai berikut: 1. Terlibat dalam permainan peran dengan konseli 2. Menggunakan humor 3. Mengkonfrontasikan tingkah laku konseli yang tidak relistis 4. Membantu konseli dalam merumuskan rencana-rencana perubahan yang spesifik bagi tindakan 5. Bertindak sebagai model dan guru 6. Menentukan batas-batas dan struktur konseling yang pas 7. Menggunakan “verbal shock”/terapi kejutan verbal atau sarkasme yang tepat untuk menentang konseli dengan tingkahlakunya yang tidak realistis 8. Melibatkan diri dengan konseli dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih efektif 9. Tidak menerima alasan-alasan tingak laku yang tidak bertangung jawab
  • 11. 8 E. Hubungan Konselor dan Konseli Hubungan antara konselor dan klien dapat berjalan sebagai berikut : (Gerald Corey, 2009) 1. Terapi realitas berlandaskan hubungan untuk keterlibatan pribadi antara terapis dan klien. Terapis, dengan kehangatan, pengertian, penerimaan, dan kepercayaannya atas kesanggupan klien untuk mengembangkan suatu identitas keberhasilan, harus mengomunikasikan bahwa dia menaruh perhatian. 2. Perencanaan adalah hal yang esensial dalam terapi realitas. Situasi terapeutik tidak terbatas pada diskusi-diskusi antara terapis dan klien. 3. Komitmen adalah kunci utama terapi realitas. Setelah para klien membuat pertimbangan- pertimbangan nilai mengenai tingkah laku mereka sendiri dan memutuskan rencana- rencana tindakan, terapis membantu mereka dalam membuat suatu komitmen untuk melaksanakan rencana-rencana itu dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pernyataan- pernyataan dan rencana-rencana tidak ada artinya sebelum ada keputusan untuk melaksanakannya. 4. Terapi realitas tidak menerima dalih. Jelas bahwa tidak semua komitmen klien bisa terlaksana. Rencana-rencana bisa gagal. Akan tetapi, jika rencana-rencana gagal, terapis realitas tidak menerima dalih. Arinya dalam pendekatan realitas, seorang terapis tidak pernah memaklumi atau memaafkan tingkah laku klien yang tidak bertanggung jawab. F. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Realita 1. Kelebihan a) Jangka waktu terapi relatif pendek b) Klien diharuskan dapat mengevaluasi tingkah lakunya sendiri c) Pemahaman dan kesadaran tidak cukup, tetapi klien ditunutut untuk melakukan tindakan atas komitmen yang telah ia buat 2. Kekurangan a) Tidak memperhatikan dinamika alam bawah sadar manusia b) Di satu sisi terapi ini juga memandang peristiwa masa lalu sebagai penyebab dari peristiwa sekarang
  • 12. 9 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pada dasarnya konseling realitas adalah membantu individu mencapai keperilaku yang bertanggungjawab. Kriteria konseling yang sukses bergantung pada tujuan yang ditentukan oleh konseli. Dalam konseling realitas, pengalaman yang perlu dimiliki oleh konseli adalah peran konseli memusatkan pada tingkah laku dalam proses konseling (konseli diharapkan memusatkan pada tingkah laku mereka sebagai ganti dari perasaan dan sikap-sikapnya), konseli membuat dan menyepakati rencana (ketika konseli memutuskn untuk bagaimana mereka ingin berubah, mereka diharapkan untuk mengembangkan rencana khusus untuk mengubah tingkah laku gagal ke tingkahlaku berhasil), konseli mengevaluasi tingkah lakunya sendiri, dan konseli belajar kecanduan positif (dalam hal ini Glasser mengungkapkan pentingnya belajar tanpa kritik dari orang lain dalam setiap usaha kita.
  • 13. 10 DAFTAR PUSTAKA Corey, Gerald. 2009. Theory and Practice of Counseling and psychotherapy. USA: Thomson Higher Education Corey, Gerald. 2013. Teori dan Praktek konseling & psikoterapi. Bandung: Refika Aditama Gibson, L, Robert. Marianne, H. Mitchell. 2011. Bimbingan dan konseling. Yogyakrta: Pustaka Pelajar.