sekedar penjelasan singkat untuk yang pingin tau, apa sih, bagaimana sih, dan gimana caranya sih cara menggunakan dan mengaplikasikan AUM PTSDL... yang dikenal sebagai salah satu instrumen non tes dalam bimbingan dan konseling...
sekedar penjelasan singkat untuk yang pingin tau, apa sih, bagaimana sih, dan gimana caranya sih cara menggunakan dan mengaplikasikan AUM PTSDL... yang dikenal sebagai salah satu instrumen non tes dalam bimbingan dan konseling...
Hubungan Antarpribadi dalam Psikologi Sosialaisy12
hubungan antapribadi menjelaskan berbagai macam bentuk hubungan yang terjadi pada seorang individu dengan individu lainnya.
dalam makalah ini, juga dijelaskan apa saja yang dapat menyebabkan hubungan yang sudah terjadi berakhir.
dalam hal ini dilihat dari sudut pandang psikologi sosial.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
PENDEKATAN TEORI REALITA
1. TEORI REALITA (WILLIAM GLASSER)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendekatan dan Teori Konseling
Dosen Pengampuh: Dr. Eko Darminto, M. Si
Disusun Oleh:
Nur Arifaizal Basri (19071355001)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
2019
2. ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa adanya suatu halangan
apapun. Makalah ini disusun berdasarkan kebutuhan mahasiswa sebagai penunjang.
Makalah yang berjudul “Teori Realita (William Glasser)”, makalah ini disusun
secara sederhana dan sedemikian rupa dengan kesederhanaan diharapkan untuk
membantu pengetahuan. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.
Surabaya, 22 Oktober 2019
Penyusun
3. iii
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Terapi Realita..............................................................................2
B. Proses Konseling Pendekatan Realita ................................................................4
C. Tujuan Konseling Realita...................................................................................6
D. Teknik Konseling Realita...................................................................................7
E. Hubungan Konselor dan Konseli........................................................................8
F. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Realita..................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................10
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konseling realitas dicetuskan oleh William Glasser, yang merupakan suatu bentuk
hubungan pertolongan yang praktis, relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung pada klien.
Konsep terapi realitas dimana seorang klien ditolong agar dia mampu menghadapi realita di
masa depan dengan penuh optimis. Konseling realitas berprinsip bahwa seseorang dapat dengan
penuh optimis menerima bantuan dan terapi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya
dan mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan siapapun.
Konseling realitas lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan alternatif
bantuan tidak usah melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang dipentingkan
bagaimana klien dapat sukses. Setiap orang akan belajar memenuhi kebutuhannya dengan
bertingkah laku normal, yaitu 3 R (Right, Responsibility, dan Reality) dimana masa yang
penting dalam penanaman adalah usia 2-5 tahun dengan peranan orang tua dan sekolah sebagai
faktor yang menentukan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar terapi realita?
2. Bagaimana proses konseling pendekatan realita?
3. Apa itu tujuan konseling realita?
4. Apa saja teknik konseling realita?
5. Bagaimana hubungan konselor dan konseli?
6. Apa saja kelebihan dan kelemahan pendekatan realita?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar terapi realita.
2. Untuk mengetahui proses konseling pendekatan realita.
3. Untuk mengetahui tujuan konseling realita.
4. Untuk mengetahui Teknik konseling realita.
5. Untuk mengetahui hubungan konselor dan konseli.
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pendekatan realita.
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Terapi Realita
William Glasser lahir pada tahun 1925 di Cleveland. Glasser belajar teknik kimia di Case
Western Reserve University di Cleveland, kemudian Glasser beralih ke Psikologi (MA,
Psikologi Klinis, 1948) dan kemudian ke psikiatri. Glasser kemudian menyelesaikan pelatihan
psikiatri di Veterans Administration dan UCLA Los Angeles. Glasser mengembangkan terapi
realitas dari keyakinannya bahwa psikiatri konvensional sebagian besar berlandaskan asumsi-
asumsi yang keliru. Terapi realitas, yang menguraikan prinsip-prinsip dan prosedur yang
dirancang untuk membantu orang dalam mencapai suatu “identitas keberhasilan”.
Menurut Corey (2009) Terapi Realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah
laku sekarang. Terapi realitas didasarkan pada teori pilihan seperti yang dijelaskan dalam buku-
buku terbaru Glasser (1998, 2001, 2003). Teori pilihan menjelaskan mengapa dan bagaimana
kita berfungsi, dan terapi realitas menyediakan sistem pengiriman untuk membantu individu
mengambil kontrol yang lebih efektif terhadap kehidupan mereka. Terapi mengajarkan klien
untuk membuat pilihan yang lebih efektif karena mereka berurusan dengan orang yang mereka
butuhkan dalam hidup mereka.
Banyak masalah klien disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk terhubung, untuk
menjadi dekat dengan orang lain, atau untuk memiliki hubungan yang memuaskan atau sukses
dengan setidaknya satu orang penting dalam kehidupan mereka. Terapis membimbing klien
menuju hubungan yang memuaskan dan mengajarkan mereka untuk berperilaku dengan cara
yang lebih efektif daripada yang mereka lakukan saat ini. Semakin banyak klien dapat
terhubung dengan orang-orang, semakin besar peluang mereka untuk mengalami kebahagiaan.
Pendekatan realita berlaku untuk konseling, pekerjaan sosial, pendidikan, intervensi
krisis, koreksi dan rehabilitasi, manajemen kelembagaan, dan pengembangan masyarakat.
Terapi reality populer di sekolah, lembaga pemasyarakatan, rumah sakit umum, rumah sakit
jiwa negara, rumah singgah, dan pusat penyalahgunaan zat. Banyak klinik militer yang
mengobati penyalahguna narkoba dan alkohol menggunakan terapi realitas sebagai pendekatan
terapi pilihan mereka. Menurut Glasser (dalam Gibson 2011) terapi realita memiliki 5
kebutuhan dasar yaitu:
6. 3
1. Kebutuhan untuk hidup
yakni termasuk didalamnya memperoleh kesehatan, makanan, udara, perlindungan, rasa
aman dan kenyamanan fisik.
2. Cinta
Salah satu kebutuhan psikologis manusia adalah kebutuhanya untu meresa memiliki atau
terlibat diri dengan orang lain.kebutuhan ini di sebut dengan identity society, yang menekankan
pentingnya hubungan personal. Contohnya persahabatan, acara perkumpulan tertentu, dan
keterlibatan dalam organisasi kemahasiswaan.
3. Kekuasaan
Kebutuhan akan kekuasaan (power) meliputi kebutuhan untuk berprestasi merasa
berharga dan mendapatkan pengakuan.kebutuhan ini biasanya di ekspresikan melalui kompetisi
dengan orang-orang di sekitar kita, memimpin, mengorganisir, menyelesaikan pekerjaan sebaik
mungkin, meminta pendapat bagi orang lain, melontarkan ide dll.
4. Kesenangan
Merupakan kebutuhan untuk merasa senang,bahagia.pada kanak-kanak terlihat dalam
aktifitas bermain. kebutuhan ini muncul sejak dini, kemudian terus berkembang
hingga kepenatan, bersantai, melucu, humor, dsb.
5. Kebebasan
Kebebasan merupakan kebutuhan untuk merasakan kebebasan atau kemerdekaan dan
tidak bergantung dengan orang lain.misalnya membuat pilihan (aktif pada organisasi
kemahasiswaan), bergerak berpindah dari satu tempat ketempat lain, kebutuhan tersebut
berbentuk universal, tetapi di penuhi dengan cara yang unik oleh masing-masing
manusia.tingkah laku yang bertanggung jawab merupakan upaya manusia mengontrol
ligkungan untuk memenuhi kebutuhan dan menghadapi realita yang di alami oleh
kehidupannya.dalam proses pembentukan identitas individu mengembangkan keterlibatan
secara emosional dengan orang lain.individu perlu merasakan keterlibatan orang lain,
kedekatan, kehangatan psikologis, dan ikatan emosional. Jika kebutuhan psikologisnya sejak
awal tidak terpenuhi, maka seseorang tidak mendapatkan pengalaman belajar bagaimana
memenuhi kebutuhan psikologis dirinya atau orang lain.
7. 4
B. Proses Konseling Pendekatan Realita
Menurut Corey (2009) Konseling Realita berpijak pada apa yang dibangun “do” atas
asumsi bahwa manusia adalah individu yang menentukan dirinya sendiri. Masing-masing orang
memikul tanggung jawab untuk menerima konsekuensi dari tingkah lakunya sendiri dalam
artian Individu akan menjadi apa yang ditetapkannya.
Praktik terapi realitas dapat dikonseptualisasikan sebagai siklus konseling, yang terdiri
dari dua komponen utama: (1) menciptakan lingkungan konseling dan (2) menerapkan prosedur
khusus yang mengarah pada perubahan perilaku. Seni konseling adalah menentukan
komponen-komponen ini bersama-sama dengan cara yang mengarahkan klien untuk
mengevaluasi kehidupan mereka dan memutuskan untuk bergerak ke arah yang lebih efektif.
Menurut Glasser (dalam Corey, 2009) prosedur yang mengarah pada perubahan
didasarkan pada asumsi bahwa manusia termotivasi untuk berubah (1) ketika mereka yakin
bahwa perilaku mereka saat ini tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan dan (2) ketika
mereka percaya mereka dapat memilih perilaku lain yang akan membuat mereka lebih dekat
dengan apa yang mereka inginkan. Untuk melakukan proses konseling itu, ada prosedur yang
harus diperhatikan oleh konselor realitas, yaitu:
1. Berfokus pada personal
Prosedur utama adalah mengkomunikasikan perhatian konselor kepada klien. Perhatian
itu ditandai oleh hubungan hangat dan pemahamannya ini merupakan kunci keberhasilan
konseling. Keterlibatan yang dicapai konselor dapat menjadi fungsi kebebasan, bertanggung
jawab dan otonomi pada klien.
2. Berfokus pada perilaku
Konseling realitas berfokus pada perilaku tidak pada perasaan dan sikap. Konselor dapat
meminta klien untuk “melakukan sesuatu menjadi lebih baik” dan bukan memita klien
“merasakan yang lebih baik”. Antara perasaan dengan perilaku pada dasarnya memiliki
hubungan.
3. Berfokus pada saat ini
Konseling realitas memandang tidak perlu melihat masa lalu klien. Konselor tidak perlu
melakukan eksplorasi terhadap pengalaman-pengalaman yang irrasional di masa lalunya, hal
ini sejalan dengan tujuan konseling menurut Glasser ada 3 tahap, yaitu:
a) Melihat perilakunya (yang terakhir) adalah yang tidak realistic
b) Menolak perilaku klien yang tidak bertanggung jawab
8. 5
c) Mengajarkan cara yang terbaik menemukan kebutuhannya dalam dunia nyata.
4. Pertimbangan nilai
Konseling realitas menganggap pentingnya melakukan pertimbangan nilai. Klien perlu
menilai kualitas perilakunya sendiri apakah perilakumya itu bertanggung jawab, rasional,
realistik dan benar atau sebaliknya. Penilaian perilakunya oleh diri klien akan membantu
kesadarannya tentang dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif atau mencapai identitas
keberhasilan.
5. Pentingnya perencanaan
Kesadaran klien tentang perilakunyayang tidak brertanggung jawab harus dilanjutkan
dengan perencanaan untuk mengubahnya menjadi perilaku yang bertanggung jawab. Konseling
realitas beranggapan konseling harrus mampu menyusun rencana-rencana yang realistik
sehingga tingkah lainnya menjadi lebih baik, menjadi orang yang memiliki identitas
keberhasilan. Untuk mencapai hal ini konselor bertugas membantu klien untuk memperoleh
pengalaman berhasil pada tingkat-tingkat yang sulit secara progresif.
6. Komitmen
Klien harus memiliki komitmen atau keterikatan untuk melaksanakan rencana itu.
Komitmen ditunjukkan dengan kesediaan klien sekaligus secara riil melaksanakan apa yang
direncanakan. Konselor terus menyakinkan klien bahwa kepuasan atau kebahagiaanya sangat
ditentukan oleh komitmen pelaksanaan rencana-rencananya.
7. Tidak menerima alasan
Ketika klien melaporkan alasan-alasan kegagalan ini, sebaliknya konselor menolak
menerima dalih/ alasan-alasan yang dikememukakan klien. Justru saat itu konselor perlu
membuat reencana dan membuat komitmen baru untuk melaksanakan upaya lebih lanjut. Yang
lebih penting bagi konselor adalah menanyakan apa rencana lebih lanjut dan kapan mulai
melaksanakannya.
8. Menghilangkan hukuman
Konseling realitas tidak memperlakukan hukuman sebagai teknik pengubahan perilaku.
Hukuman yang biasanya dilakukan dengan kata-kata yang mencela dan menyakitkan hati klien
harus dihilangkan, setidaknya dalam hubungan konseling. Glesser menganjurkan agar klien
tidak dihikum dalam bentuk apa pun dibiarkan belajar mendapatkan konsekuensi secara wajar
dari perilakunya sendiri.
9. 6
Wubbolding (dalam Corey, 2009) sebagai seorang juru bicara terkemuka konseling
realita mengemukakan prosedur konseling realita dengan sistem WDEP. Sistem tersebut terdiri
atas empat tahap yaitu:
1. What (keinginan)
W berarti keinginan, kebutuhan, dan perserpsi konseli. Pada tahap W, konselor
mengidentifikasi apa yang diinginkan konseli dalam kehidupan dengan mengajukan pertanyaan
seperti “Apa yang kamu inginkan?”(dari belajar, keluarga, teman-teman, dan lain-lain).
2. Doing (melakukan)
D berarti apa yang dilakukan konseli dan arah yang dipilih dalam hidupnya. Pada tahap
tersebut, konselor membantu konseli mengidentifikaasi apa yang dilakukannya dalam
mencapai tujuan yang diharapkan dengan mengajukan pertanyaan antara lain ”Apa yang kamu
lakukan?” dan mengidentifikasi arah hidupnya dengan mengajukan pertanyaan “Jika kamu
terus menerus melakukan apa yang kamu lakukan sekarang, akan kemana kira-kira arah
hidupmu?”
3. Evaluating (penilaian)
E berarti melakukan evaluasi terhadap apa yang dilakukan akhir-akhir ini. Pada tahap ini,
konselor membantu konseli melakukan penilaian diri untuk menentukan keefektivan apa yang
dilakukan bagi pencapaian kebutuhannya. Untuk itu, konselor dapat menggunakan pertanyaan
antara lain “Apakah yang kamu lakukan akhir-akhir ini dapat membantumu memenuhi
keinginanmu?”
4. Planning (merencanakan)
P berarti membuat rencana perubahan perilaku. Pada tahap ini, konselor membantu
konseli merencanakan pengubahan tingkah laku yang lebih bertanggung jawab bagi pencapaian
kebutuhannya. Perencanaan dibuat berdasarkan hasil evaluasi perilaku pada tahap sebelumnya.
Dalam tahap tersebut, konselor dapat mengajukan pertanyaan misalnya, “Apa yang akan kamu
lakukan agar dapat memenuhi keinginanmu?”. Agar rencana tersebut efektif maka perencanaan
tindakan yang dibuat berupa rencana yang sederhana, dapat dicapai, terukur, segera, dan
terkendali oleh konseli.
C. Tujuan Konseling Realita
Pada dasarnya tujuan dari konseling realita adalah sama dengan tujuan dari kehidupan
manusia yaitu membantu individu untuk mencapai success identity. Untuk mencapai success
10. 7
identity diperlukan suatu rasa tanggung jawab dari individu, untuk mencapainya individu harus
mencapai kepuasan terhadap kebutuhan personal. Untuk memenuhi kepuasan terhadap
kebutuhan tersebut perlu diperhatikan 3R yaitu reality (kenyataan), right (hal yang
baik), responsible (tangung jawab). Secara garis besar, tujuan konseling realita adalah:
1. Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan dan
melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.
2. Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada,
sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
3. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
4. Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang
dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya
sendiri.
5. Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.
D. Teknik Konseling Realita
Menurut Corey (2013) Terapi realita ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal.
Prosedur-prosedurnya difokuskan pada tingkah lakunya sekarang dan usahanya untuk
mencapai keberhasilan dalam hidupnya. Terapis bisa menggunakan beberapa Teknik sebagai
berikut:
1. Terlibat dalam permainan peran dengan konseli
2. Menggunakan humor
3. Mengkonfrontasikan tingkah laku konseli yang tidak relistis
4. Membantu konseli dalam merumuskan rencana-rencana perubahan yang spesifik bagi
tindakan
5. Bertindak sebagai model dan guru
6. Menentukan batas-batas dan struktur konseling yang pas
7. Menggunakan “verbal shock”/terapi kejutan verbal atau sarkasme yang tepat untuk
menentang konseli dengan tingkahlakunya yang tidak realistis
8. Melibatkan diri dengan konseli dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih efektif
9. Tidak menerima alasan-alasan tingak laku yang tidak bertangung jawab
11. 8
E. Hubungan Konselor dan Konseli
Hubungan antara konselor dan klien dapat berjalan sebagai berikut : (Gerald Corey, 2009)
1. Terapi realitas berlandaskan hubungan untuk keterlibatan pribadi antara terapis dan klien.
Terapis, dengan kehangatan, pengertian, penerimaan, dan kepercayaannya atas
kesanggupan klien untuk mengembangkan suatu identitas keberhasilan, harus
mengomunikasikan bahwa dia menaruh perhatian.
2. Perencanaan adalah hal yang esensial dalam terapi realitas. Situasi terapeutik tidak terbatas
pada diskusi-diskusi antara terapis dan klien.
3. Komitmen adalah kunci utama terapi realitas. Setelah para klien membuat pertimbangan-
pertimbangan nilai mengenai tingkah laku mereka sendiri dan memutuskan rencana-
rencana tindakan, terapis membantu mereka dalam membuat suatu komitmen untuk
melaksanakan rencana-rencana itu dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pernyataan-
pernyataan dan rencana-rencana tidak ada artinya sebelum ada keputusan untuk
melaksanakannya.
4. Terapi realitas tidak menerima dalih. Jelas bahwa tidak semua komitmen klien bisa
terlaksana. Rencana-rencana bisa gagal. Akan tetapi, jika rencana-rencana gagal, terapis
realitas tidak menerima dalih. Arinya dalam pendekatan realitas, seorang terapis tidak
pernah memaklumi atau memaafkan tingkah laku klien yang tidak bertanggung jawab.
F. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Realita
1. Kelebihan
a) Jangka waktu terapi relatif pendek
b) Klien diharuskan dapat mengevaluasi tingkah lakunya sendiri
c) Pemahaman dan kesadaran tidak cukup, tetapi klien ditunutut untuk melakukan
tindakan atas komitmen yang telah ia buat
2. Kekurangan
a) Tidak memperhatikan dinamika alam bawah sadar manusia
b) Di satu sisi terapi ini juga memandang peristiwa masa lalu sebagai penyebab dari
peristiwa sekarang
12. 9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya konseling realitas adalah membantu individu mencapai keperilaku yang
bertanggungjawab. Kriteria konseling yang sukses bergantung pada tujuan yang ditentukan
oleh konseli. Dalam konseling realitas, pengalaman yang perlu dimiliki oleh konseli adalah
peran konseli memusatkan pada tingkah laku dalam proses konseling (konseli diharapkan
memusatkan pada tingkah laku mereka sebagai ganti dari perasaan dan sikap-sikapnya), konseli
membuat dan menyepakati rencana (ketika konseli memutuskn untuk bagaimana mereka ingin
berubah, mereka diharapkan untuk mengembangkan rencana khusus untuk mengubah tingkah
laku gagal ke tingkahlaku berhasil), konseli mengevaluasi tingkah lakunya sendiri, dan konseli
belajar kecanduan positif (dalam hal ini Glasser mengungkapkan pentingnya belajar tanpa kritik
dari orang lain dalam setiap usaha kita.
13. 10
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 2009. Theory and Practice of Counseling and psychotherapy. USA: Thomson
Higher Education
Corey, Gerald. 2013. Teori dan Praktek konseling & psikoterapi. Bandung: Refika Aditama
Gibson, L, Robert. Marianne, H. Mitchell. 2011. Bimbingan dan konseling. Yogyakrta: Pustaka
Pelajar.