Konseling menurut pendekatan humanistikAyu W. Shepty
Konseling Menurat Pendekatan Humanistik memberikan fokus pada potensi individu untuk memilih dan membuat keputusan sendiri serta menerima diri apa adanya. Pendekatan ini menggunakan teknik client-centered counseling dan memberikan penerimaan, penghargaan, serta pemahaman tanpa syarat untuk membantu klien menemukan solusi masalahnya sendiri.
Presentasi ini menyajikan pendekatan konseling melalui pendekatan client centred
Penggunaan presentasi ini sebagai referensi dalam penulisan ilmiah (seperti makalah, skripsi) dan populer (majalah, blog), mohon dicantumkan dalam daftar pustaka / referensi sebagai berikut :
Wiyadnya, I Gde. dkk. 2012. "Pendekatan Konseling Client Centred", Presentasi tidak dipublikasikan, Jakarta: STAH Dharma Nusantara.
Terapi client-centered berlandaskan pandangan bahwa manusia memiliki dorongan untuk aktualisasi diri. Menurut Rogers, manusia menyusun diri berdasarkan persepsinya sendiri tentang kenyataan. Klien memiliki kemampuan untuk memahami penyebab ketidakbahagiaan dan melakukan perubahan diri. Perubahan akan terjadi jika terapis membangun hubungan yang ditandai kehangatan, penerimaan, dan empati.
Kelompok tersebut menjelaskan pendekatan terapi berpusat pada klien (client-centered) yang dikembangkan oleh Carl Rogers, termasuk asumsi dasarnya bahwa setiap individu memiliki kapasitas untuk mengatur dirinya sendiri dan menemukan solusi atas masalahnya, serta peran konselor untuk menciptakan suasana yang kondusif agar klien dapat bergerak ke arah pemahaman diri.
Konseling menurut pendekatan humanistikAyu W. Shepty
Konseling Menurat Pendekatan Humanistik memberikan fokus pada potensi individu untuk memilih dan membuat keputusan sendiri serta menerima diri apa adanya. Pendekatan ini menggunakan teknik client-centered counseling dan memberikan penerimaan, penghargaan, serta pemahaman tanpa syarat untuk membantu klien menemukan solusi masalahnya sendiri.
Presentasi ini menyajikan pendekatan konseling melalui pendekatan client centred
Penggunaan presentasi ini sebagai referensi dalam penulisan ilmiah (seperti makalah, skripsi) dan populer (majalah, blog), mohon dicantumkan dalam daftar pustaka / referensi sebagai berikut :
Wiyadnya, I Gde. dkk. 2012. "Pendekatan Konseling Client Centred", Presentasi tidak dipublikasikan, Jakarta: STAH Dharma Nusantara.
Terapi client-centered berlandaskan pandangan bahwa manusia memiliki dorongan untuk aktualisasi diri. Menurut Rogers, manusia menyusun diri berdasarkan persepsinya sendiri tentang kenyataan. Klien memiliki kemampuan untuk memahami penyebab ketidakbahagiaan dan melakukan perubahan diri. Perubahan akan terjadi jika terapis membangun hubungan yang ditandai kehangatan, penerimaan, dan empati.
Kelompok tersebut menjelaskan pendekatan terapi berpusat pada klien (client-centered) yang dikembangkan oleh Carl Rogers, termasuk asumsi dasarnya bahwa setiap individu memiliki kapasitas untuk mengatur dirinya sendiri dan menemukan solusi atas masalahnya, serta peran konselor untuk menciptakan suasana yang kondusif agar klien dapat bergerak ke arah pemahaman diri.
Terapi realitas berfokus pada perilaku saat ini dan tanggung jawab individu untuk mengubah perilakunya, bukan masa lalu. Terapi ini menolak konsep gangguan mental dan lebih menekankan perilaku tidak bertanggung jawab. Tujuannya adalah membantu individu mengambil tanggung jawab atas diri mereka sendiri dan merencanakan perubahan perilaku nyata.
Terapi realitas berfokus pada perilaku saat ini dan tanggung jawab individu untuk mengubah perilakunya, bukan masa lalu. Terapi ini menolak konsep gangguan mental dan lebih menekankan nilai serta tanggung jawab individu atas tindakannya. Prosesnya melibatkan evaluasi perilaku, perencanaan perubahan, dan komitmen untuk melakukan tindakan nyata.
Dokumen ini membahas tentang Suportif Therapy. Terapi suportif bertujuan untuk menguatkan daya tahan mental pasien, mengembangkan mekanisme baru untuk mengontrol diri, dan meningkatkan adaptasi. Terapi suportif meliputi ventilasi, persuasi, reassurance, sugesti, bimbingan, dan konseling. Metode-metode ini diterapkan untuk berbagai gangguan seperti psikotik, somatisasi, penyesuaian diri, kepercayaan diri, hipokond
POWER POINT TERAPI GESTALT DARI PEMAHAMAN BUKU COREYtopanegy
power point terapi gestal ini berisi tentang tokoh pembuatnya, konsep kunci, proses terapi gestalt, aplikasi yang dipakai, dan gestalt terapi dari multikultural perspektif, terapi gestalt pada kasus stan, kontribusi dari terapi gestalt, dan keterbatasannya.
Dokumen tersebut membahas tentang konseling dan swamedikasi pemberian obat melalui mulut, mata, dan telinga. Secara ringkas, dokumen menjelaskan tujuan konseling untuk memastikan keamanan dan efektivitas pengobatan serta memberikan edukasi kepada pasien, manfaat konseling bagi pasien dan farmasis, tahapan proses konseling, aspek-aspek yang perlu disampaikan, serta kendala dalam memberikan konseling dan obat.
Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang dapat berupa positif maupun negatif. Respon konsep diri yang positif adalah aktualisasi diri dengan pengalaman yang sukses, sedangkan yang negatif adalah gangguan identitas dan depersonalisasi yang dapat menimbulkan kecemasan. Faktor yang mempengaruhi konsep diri antara lain pengalaman masa lalu, tekanan, dan perubahan peran sosial seseorang.
Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwaZha Sarimurni
Dokumen tersebut membahas konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Terdiri dari pengertian kesehatan jiwa, kriteria sehat jiwa, pengertian keperawatan kesehatan jiwa, perkembangan keperawatan kesehatan jiwa, peran perawat kesehatan jiwa, dan konseptual model-model keperawatan kesehatan jiwa seperti psikoanalitis, interpersonal, sosial, eksistensial, dan medis.
Dokumen tersebut membahas kunci menuju konselor yang efektif, meliputi kualitas personal seperti kesadaran diri, keyakinan, dan pandangan yang tepat terhadap peranannya. Juga dibahas keterampilan dasar konseling seperti keterampilan antar pribadi dan verbal yang mencakup tanggapan, pertanyaan, dan pengamatan terhadap klien.
Terapi realitas berfokus pada perilaku saat ini dan tanggung jawab individu untuk mengubah perilakunya, bukan masa lalu. Terapi ini menolak konsep gangguan mental dan lebih menekankan perilaku tidak bertanggung jawab. Tujuannya adalah membantu individu mengambil tanggung jawab atas diri mereka sendiri dan merencanakan perubahan perilaku nyata.
Terapi realitas berfokus pada perilaku saat ini dan tanggung jawab individu untuk mengubah perilakunya, bukan masa lalu. Terapi ini menolak konsep gangguan mental dan lebih menekankan nilai serta tanggung jawab individu atas tindakannya. Prosesnya melibatkan evaluasi perilaku, perencanaan perubahan, dan komitmen untuk melakukan tindakan nyata.
Dokumen ini membahas tentang Suportif Therapy. Terapi suportif bertujuan untuk menguatkan daya tahan mental pasien, mengembangkan mekanisme baru untuk mengontrol diri, dan meningkatkan adaptasi. Terapi suportif meliputi ventilasi, persuasi, reassurance, sugesti, bimbingan, dan konseling. Metode-metode ini diterapkan untuk berbagai gangguan seperti psikotik, somatisasi, penyesuaian diri, kepercayaan diri, hipokond
POWER POINT TERAPI GESTALT DARI PEMAHAMAN BUKU COREYtopanegy
power point terapi gestal ini berisi tentang tokoh pembuatnya, konsep kunci, proses terapi gestalt, aplikasi yang dipakai, dan gestalt terapi dari multikultural perspektif, terapi gestalt pada kasus stan, kontribusi dari terapi gestalt, dan keterbatasannya.
Dokumen tersebut membahas tentang konseling dan swamedikasi pemberian obat melalui mulut, mata, dan telinga. Secara ringkas, dokumen menjelaskan tujuan konseling untuk memastikan keamanan dan efektivitas pengobatan serta memberikan edukasi kepada pasien, manfaat konseling bagi pasien dan farmasis, tahapan proses konseling, aspek-aspek yang perlu disampaikan, serta kendala dalam memberikan konseling dan obat.
Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang dapat berupa positif maupun negatif. Respon konsep diri yang positif adalah aktualisasi diri dengan pengalaman yang sukses, sedangkan yang negatif adalah gangguan identitas dan depersonalisasi yang dapat menimbulkan kecemasan. Faktor yang mempengaruhi konsep diri antara lain pengalaman masa lalu, tekanan, dan perubahan peran sosial seseorang.
Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwaZha Sarimurni
Dokumen tersebut membahas konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Terdiri dari pengertian kesehatan jiwa, kriteria sehat jiwa, pengertian keperawatan kesehatan jiwa, perkembangan keperawatan kesehatan jiwa, peran perawat kesehatan jiwa, dan konseptual model-model keperawatan kesehatan jiwa seperti psikoanalitis, interpersonal, sosial, eksistensial, dan medis.
Dokumen tersebut membahas kunci menuju konselor yang efektif, meliputi kualitas personal seperti kesadaran diri, keyakinan, dan pandangan yang tepat terhadap peranannya. Juga dibahas keterampilan dasar konseling seperti keterampilan antar pribadi dan verbal yang mencakup tanggapan, pertanyaan, dan pengamatan terhadap klien.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan manusia mulai dari masa prakelahiran hingga lanjut usia, meliputi tokoh-tokoh perintis psikologi perkembangan, pengertian psikologi perkembangan, objeknya, serta tugas-tugas yang harus diselesaikan pada setiap masa perkembangan termasuk faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Teks tersebut membahas konsep perkembangan manusia menurut beberapa ahli. Prinsip-prinsip perkembangan meliputi proses yang progresif, teratur, koheren, dan berkesinambungan antara satu tahap dengan tahap berikutnya. Perkembangan juga menuju diferensiasi dan integrasi, dimulai dari respons umum menuju respons khusus, dan berlangsung melalui tahapan-tahapan universal meskipun setiap individu memiliki tempo yang berbeda-bed
This document summarizes the Lubang Buaya Morella tourist spot in Maluku, Indonesia. It provides details about the location in Morella Village, which is a 2-3 hour drive from the city, and lists amenities like lodging for 150,000-250,000 rupiah and activities like snorkeling, sailing, swimming, and photography. The spot charges 5,000 rupiah entrance fee and is described as one of the best tourist attractions in Maluku for its facilities and natural beauty accessible to visitors.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
2. Pendekatan Konseling Client Centred
Prinsip Dasar
Pandangan Tentang Sifat Manusia
Manusia dalam pandangan Rogers adalah bersifat positif. Ia
mempercayai bahwa manusia memiliki dorongan untuk selalu bergerak
ke muka, berjuang untuk berfungsi, kooperatif, konstrukstif dan
memiliki kebaikan pada inti terdalam tanpa perlu mengendalikan
dorongan-dorongan agresifnya.
Filosofi tentang manusia ini berimplikasi dalam praktek terapi client
centered dimana terapis meletakan tanggung jawab proses terapi pada
client, bukan terapis yang memiliki otoritas.
Client diposisikan untuk memiliki kesanggupan-kesangguapan dalam
membuat keputusan.
3. Pendekatan konseling client centered menekankan pada kecakapan
klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan
masalah dirinya.
Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut konsep-
konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian,dan
hakekat kecemasan.
Menurut Roger konsep inti konseling berpusat pada klien adalah
konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan
perwujudan diri.
Terapi berpusat pada klien (Client Centered Teraphy) merupakan salah
satu teknik alternatif dalam praktik pekerjaan sosial, terutama bagi
terapis yang tidak begitu menguasai secara baik beberapa teori dan
praktik pekerjaan sosial, walaupun begitu bukan berarti tanpa tantangan
dan keahlian yang spesific.
4. Latar Belakang Historis Terapi Client Centered
Terapi Client Centered dipelopori oleh Carl R . Rogers sebagai reaksi
terhadap apa yang disebutnya sebagai keterbatasan-keterbatasan
mendasart dari psikoanalisis
Pada hakikatnya pendekatan Client Centered merupakan cabang khusus
dari terapi Humanistik yang menggaris bawahi tindakan mengalami
klien berikut duni subjektif dan fenomenalnya
5. Beberapa Asumsi Dasar Terapi Client Centered
Individu memiliki kapasitas untuk membimbing, mengatur,
mengarahkan, dan mengendalikan dirinya sendiri apabila ia
diberikan kondisi tertentu yang mendukung
Individu memiliki potensi untuk memahami apa yang terjadi
dalam hidupnya yang terkait dengan tekanan dan kecemasan
yang ia rasakan.
Individu memiliki potensi untuk mengatur ulang dirinya
sedemikian rupa sehingga tidak hanya untuk menghilangkan
tekanan dan kecemasan yang ia rasakan, tetapi juga untuk
memenuhi kebutuhan diri dan mencapai kebahagiaan.
6. Prinsip-Prinsip dalam Terapi Client Centered
Kita berperilaku sesuai dengan persepsi kita terhadap realitas. Berkaitan
dengan hal ini, untuk memahami masalah klien, maka kita harus benar-
benar memahami bagaimana ia mempersepsikannya.
Kita termotivasi oleh dorongan primer bawaan lahir yang berupa
dorongan untuk mengaktualisasikan diri. Secara otomatis individu akan
mengembangkan potensinya dalam kondisi-kondisi yang mendukung.
Kondisi-kondisi ini dapat diciptakan dalam terapi dan oleh karena itu,
terapis harus bersikap nondirektif.
Individu memiliki kebutuhan dasar akan cinta dan penerimaan. Dalam
terapi, hal ini diterjemahkan sebagai adanya kebutuhan untuk fokus
pada hubungan (antara terapis dan klien-red) dan pengkomunikasian
empati, sikap menghargai, dan ketulusan dari terapis.
Konsep diri individu bergantung pada penerimaan dan penghargaan
yang ia terima dari orang lain. Konsep diri klien dapat ia ubah apabila
ia mengalami penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive
regard) dalam terapi.
7. KONSEP DASAR
Pandangan Menurut Rogers
CLIENT CENTERED (KONSELING BERPUSAT KLIEN) – Model
konseling berpusat pribadi dikembangkan oleh Carl R. Rogers. Sebagai
hampiran keilmuan merupakan cabang dari psikologi humanistik yang
menekankan model fenomenologis. Konseling person-centered mula-
mula dikembangkan pada 1940 an sebagai reaksi terhadap konseling
psychoanalytic. Semula dikenal sebagai model nondirektif, kemudian
diubah menjadi client-centered.
Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi
terhadap apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari
psikoanalisis. Terapis berfugsi terutama sebagai penunjang
pertumbuhan pribadi seseorang dengan jalan membantunya dalam
menemukan kesanggupan-kesanggupan untuk memecahkan masalah-
masalah. Pendekatan client centered ini menaruh kepercayaan yang
besar pada kesanggupan seseorang untuk mengikuti jalan terapi dan
menemukan arahnya sendiri.
8. Ciri-Ciri Pendekatan Client Centered
Berikut ini uraian ciri-ciri pendektan Client Centered dari Rogers :
Client dapat bertanggungjawab, memiliki kesanggupan dalam memecahkan
masalah dan memilih perliku yang dianggap pantas bagi dirinya.
Menekankan dunia fenomenal client. Dengan empati dan pemahaman terhadap
client, terapis memfokuskan pada persepsi diri client dan persepsi client terhadap
dunia.
Prinsip-prinsip psikoterapi berdasarkana bahwa hasrat kematangan psikologis
manusia itu berakar pada manusia sendiri. Maka psikoterapi itu bersifat
konstrukstif dimana dampak psikoteraputik terjadi karena hubungan konselor dan
client. Karena hal ini tidak dapat dilakukan sendirian (client).
Efektifitas teraputik didasarkan pada sifat-sifat ketulusan, kehangatan,
penerimaan nonposesif dan empati yang akurat.
Pendekatan ini bukanlah suatu sekumpulan teknik ataupun dogma. Tetapi berakar
pada sekumpulan sikap dan kepercayaan dimana dalam proses terapi, terapis dan
client memperlihatkan kemanusiawiannya dan partisipasi dalam pengalaman
pertumbunhan.
9. TUJUAN PENDEKATAN TERAPI
Terdapat beberapa tujuan pendekatan terapi Client Centered yaitu sebagai berikut :
Keterbukaan pada Pengalaman
Sebagai lawan dari kebertahanan, keterbukaan pada pengalamam menyiratkan
menjadi lebih sadar terhadap kenyataan sebagaimana kenyataan itu hadir di luar
dirinya.
Kepercayaan pada Organisme Sendiri
Salah satu tujuan terapi adalah membantu klien dalam membangun rasa percaya
terhadap diri sendiri. Dengan meningknya keterbukaan klien terhadap pengalaman-
pengalamannya sendiri, kepercayaan kilen kepada dirinya sendiri pun mulai timbul.
Tempat Evaluasi Internal
Tempat evaluasi internal ini berkaitan dengan kepercayaan diri, yang berarti lebih
banyak mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi masalah-masalah
keberadaannya. Orang semakin menaruh perhatian pada pusat dirinya dari pada
mencari pengesahan bagi kepribadiannya dari luar. Dia mengganti persetujuan
universal dari orang lain dengan persetujuan dari dirinya sendiri. Dia menetapkan
standar-standar tingkah laku dan melihat ke dalam dirinya sendiri dalam membuat
putusan-putusan dan pilihan-pilihan bagi hidupnya.
10. Kesediaan untuk menjadi Satu Proses.
Konsep tentang diri dalam proses pemenjadian merupakan lawan dari konsep diri sebagai
produk. Walaupun klien boleh jadi menjalani terapi untuk mencari sejenis formula guna
membangun keadaan berhasil dan berbahagia, tapi mereka menjadi sadar bahwa
peretumbuhan adalah suatu proses yang berkesinambungan. Para klien dalam terapi berada
dalam proses pengujian persepsi-persepsi dan kepercayaan-kepercayaannya serta membuka
diri bagi pengalaman-pengalaman baru, bahkan beberapa revisi.
Tujuan Konseling
Tujuan Konseling dengan pendekatan Client Centered adalah sebagai berikut :
Menciptakan suasana yang kondusif bagi klien untuk mengeksplorasi diri sehingga dapat
mengenal hambatan pertumbuhannya .
Membantu klien agar dapat bergerak ke arah keterbukaan, kepercayaanyang lebih besar
kepada dirinya,keinginan untuk menjadi pribadi yang mandiri dan meningkatkan
spontanitas hidupnya.
menyediakan iklim yang aman dan percaya dalam pengaturan konseling sedemikian
sehingga konseli, dengan menggunakan hubungan konseling untuk self-exploration,
menjadi sadar akan blok/hambatan ke pertumbuhan.
Konseli cenderung untuk bergerak ke arah lebih terbuka, kepercayaan diri lebih besar,
lebih sedia untuk meningkatkan diri sebagai lawan menjadi mandeg, dan lebih hidup dari
standard internal sebagai lawan mengambil ukuran eksternal untuk apa ia perlu menjadi.
11. HUBUNGAN KONSELOR DENGAN KLIEN
Konsep hubungan antara terapis dan client dalam pendekatan ini ditegaskan oleh
pernyataan Rogers (1961) “jika saya bisa menyajikan suatu tipe hubungan, maka
orang lain akan menemukan dalam dirinya sendiri kesanggupan menggunakan
hubungan itu untuk pertumbuhan dan perubahan, sehingga perkembangan
peribadipun akan terjadi.
Ada enam kondisi yang diperlukan dan memadahi bagi perubahan kepribadian :
Dua orang berada dalam hubungan psikologis.
Orang pertama disebut client, ada dalam keadaan tidak selaras, peka dan cemas.
Orang kedua disebut terapis, ada dalam keadaan selaras atau terintegrasi dalam
berhubungan.
Terapis merasakan perhatian positif tak bersyarat terhadap client.
terapis merasakan pengertian yang empatikterhadap kerangka acuan internal
client dan berusaha mengkomunikasikan perasaannya ini kepad terapis.
Komunikasi pengertian empatik dan rasa hormat yang positif tak bersyarat dari
terapis kepada client setidak-tidaknya dapat dicapai.
12. 3 ciri atau sikap terapis yang membentuk bagian tengan hubungan teraputik :
Pertama, Keselarasana/kesejatian. Konsep kesejatian yang dimaksud Rogers
adalah bagaimana terapis tampil nyata, utuh, otentik dan tidak palsu serta
terintegrasi selama pertemuan terapi. Terapis bersikap secara spontan dan terbuka
menyatakan sikap-sikap yang ada pada dirinya baik yang positif maupun negatif.
Terapis tidak diperkenankan terlibat secara emosional dan berbagi perasaan-
perasaan secara impulsive terhadap client. Hal ini dapat menghambat proses
terapi. Jelas bahwa pendekatan client centered berasumsi bahwa jika terapi
selaras/menunjukkan kesejatiannya dalam berhubungan dengan client maka
proses teraputic bisa berlangsung.
Kedua, Perhatian positif tak bersayarat. Perhatian tak bersayarat itu tidak
dicampuri oleh evaluasi atau penilaian terhadap pemikiran-pemikiran dan tingkah
laku client sebagai hal yang buruk atau baik. Perhatian tak bersyarat bukan sikap
“Saya mau menerima asalkan… melainkan “Saya menerima anda apa adanya”.
Perhatian tak bersyarat itu seperti continuum. Semakin besar derajat kesukaan,
perhatian dan penerimaan hangat terhadap client, maka semakin besar pula
peluang untuk menunjung perubahan pada client.
13. Ketiga, Pengertian empatik yang akurat. Pada bagian ini merupakan hal
yang sangat krusial, dimana terapis benar-benar dituntut untuk
menggunakan kemampuan inderanya dalam berempati guna mengenali
dan menjelajahi pengalaman subjektif dari client. Konsep ini
menyiratkan terapis memahami perasaan-perasaan client yang seakan-
akan perasaanya sendiri. Tugas yang makin rumit adalah memahami
perasaan client yang samar dan memberikan makna yang makin jelas.
Tugas terapis adalah membantu kesadaran client terhadap perasaan-
perasaan yang dialami. Regers percaya bahwa apabila terapis mampu
menjangkau dunia pribadi client sebagaimana dunia pribadi itu diamati
dan dirasakan oleh client, tanpa kehilangan identitas dirinya yang
terpisah dari client, maka perubahan yang konstruktif akan terjadi.
14. PROSES KONSELING
Proses-proses yang terjadi dalam konseling dengan menggunakan pendekatan Client
Centered adalah sebagai berikut :
Konseling memusatkan pada pengalaman individual.
Konseling berupaya meminimalisir rasa diri terancam, dan memaksimalkan dan
serta menopang eksplorasi diri. Perubahan perilaku datang melalui pemanfaatan
potensi individu untuk menilai pengalamannya, membuatnya untuk memperjelas
dan mendapat tilikan pearasaan yang mengarah pada pertumbuhan.
Melalui penerimaan terhadap klien, konselor membantu untuk menyatakan,
mengkaji dan memadukan pengalaman-pengalaman sebelunya ke dalam konsep
diri.
Dengan redefinisi, pengalaman, individu mencapai penerimaan diri dan
menerima orang lain dan menjadi orang yang berkembang penuh.
Wawancara merupakan alat utama dalam konseling untuk menumbuhkan
hubungan timbal balik.