2. Konsep dan Terminologi dalam Logika Hukum
Logika adalah bahasa Latin berasal dari kata “logos” yang berarti
perkataan atau sabda”. Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar
ungkapan serupa “alasannya tidak logis, argumentasinya logis, kabar itu
tidak logis”. Yang dimaksud dengan “logis” adalah masuk akal dan tidak
logis adalah tidak masuk akal.
Logika berkaitan dengan aktivitas berpikir dan Psikologi juga berkaitan
dengan aktivitas berpikir. Oleh karena itu, kita hendaknya berhati-hati
melihat persimpangannya dari kedua konsep ini. Psikologi mempelajari
pikiran dan kerjanya tanpa menyinggung sama sekali urusan benar-salah.
Sebaliknya urusan benar-salah menjadi masalah pokok dalam logika.
3. Prinsip Dasar Logika
Dalam aktivitas berpikir kita
tidak boleh melalaikan
patokan pokok yang oleh
logika disebut “asas
berpikir”. Asas sebagaimana
kita ketahui adalah
“pangkal atau asasl dari
mana sesuatu itu muncul
dan dimengerti”.
Maka asas pemikiran
adalah pengetahuan di
mana pengetahuan lain
muncul dan dimengerti.
Kapasitas asas ini bagi
kelurusan berpikir adalah
mutlak dan salah-benarnya
suatu pemikiran tergantung
terlaksana tidaknya asas-
asas ini. Ia adalah dasar dari
pengetahuan dan ilmu.
4. Asas pemikiran ini dapat dibedakan menjadi:
Asas identitas atau principium identitatis atau
law of identity.
Asas kontradiksi atau principium contradictoris
atau law of contradiction.
Asas penolakan kemungkinan ketiga atau
principium exclusi tertii atau law of excluded
middle.
Principium rationis sufficientis atau law of
sufficient reason.
6. Induksi adalah cara berpikir untuk menarik
kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-
kasus yang bersifat individual. Penalaran ini
dimulai dari kenyataan-kenyataan yang bersifat
khusus dan terbatas dan diakhiri dengan
pernyataan yang bersifat umum. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa “Proses berpikir induksi
adalah berdasarkan proposisi khusus ke
proposisi umum”.
7. Logika deduktif adalah suatu ragam logika yang
mempelajari asas-asas penalaran yang bersifat
deduktif, yakni suatu penalaran yang
menurunkan suatu kesimpulan sebagai
kemestian dari pangkal pikirnya sehingga
bersifat betul menurut bentuk saja. Penarikan
kesimpulan secara deduktif biasanya
mempergunakan pola pikir yang dinamakan
silogismus.
8. Konsep dan Simbol dalam
Penalaran
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak,
untuk mewujudkannya diperlukan simbol.
Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran
berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan
berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak
dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi
simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan
penalaran menggunakan simbol berupa argumen.
9. Syarat-syarat Kebenaran dalam Penalaran: Jika
seseorang melakukan penalaran, maksudnya
tentu adalah untuk menemukan kebenaran.
Kebenaran dapat dicapai jika syarat-syarat
dalam menalar dapat dipenuhi. Suatu penalaran
bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki
seseorang akan sesuatu yang memang benar
atau sesuatu yang memang salah.
10. BAHAN PUSTAKA
1. Atmadja,I Dewa Gede, 2006, Penalaran Hukum (Legal Reasoning), Pengertian,
Jenis, Dan Penerapannya, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar.
2. -------, 2009, Pengantar Penalaran Hukum dan Argumentasi Hukum , Bali Age,
Denpasar.
3. Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, 2005.
4. Shidarta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Keindonesiaan, CV.
Utomo, Bandung, 2006.