SlideShare a Scribd company logo
DEFINISI DAN PENALARAN 
RYAN AHDILAN 
MPI III
SESAT PIKIR 
SILOGISME 
MAJEMUK & 
DILEMA 
DEFINISI 
PROPOSISI 
MAJEMUK 
PENALARAN 
SILOGISME 
KATEGORIS
Definisi berasal dari bahasa Latin 
definire artinya menandai batas – batas pada 
sesuatu, menentukan batas, memberi 
ketentuan atau batasan arti. 
Macam – 
macam 
Definisi 
Syarat Definisi
Definisi Nominalis 
Definisi Realis 
Definis Praktis
Adalah menjelaskan sebuah kata denga kata 
yang lain yang lebih umum dipakai. Dibagi pada 6 
macam: 
 Definisi sinonim, menjelaskan dengan persamaan 
katanya. 
 Definisi simbolis, dengan memberikan simbol. 
 Definis etimologis, dengan menggunakan asalah 
usul kata secara kebahasaan. 
 Definisi semantis, penjelasan tandan dengan 
suatu arti yang telah terkenal. 
 Definisi stifulatif, pemberian atas kesepakatan 
bersama. 
 Definisi denotatif, menunjukan atau memberi 
contoh suatu benda.
Adalah penjelasan hal yang ditandai oleh sutu 
term. Dibagi pada dua bagian: 
 Definisi esensial, menjelaskan dengan unsur-unsur 
yang membentuknya. Dibagi atas 2 bagian: 
 Definisi analitis, menunjukan bagian-bagian 
suatu dengan mewujudkan esensinya. 
 Definisi konotatif, menunjukan isi dari suatu 
term yang terdiri atas genus dan diferensiasi. 
 Definisi deskriptif, menunjukan sifat yang 
dimilikinya, dibagi dua bagian: 
 Definisi aksidental, menunjukan jenis dengan 
sifat-sifat khusus yang menyertai hal tersebut. 
 Definisi kausal, menyatakan proses terwujudnya 
suatu term.
Adalah ditinjau dari kegunaann dan 
tujuannya yang sederhana. Dibagi atas tiga 
macam: 
 Definisi operasional, menggunakan langkah-langka 
khusus yang harus dilaksanakan serta 
menunjukan hasil yang dapat diamati. 
 Definisi persuasif, merumuskan suatu 
pernyataan yang dapat mempengaruhi orang 
lain. 
 Definisi fungsional, berdasarkan guna atau 
tujuan.
 Sebuah definisi (definiens) harus menyatakan 
ciri – ciri hakiki dari apa yang didefinisikan 
(definiendum). 
 Definiens harus merupakan suatu kesetaraan 
arti dengan definiendum. 
 Definiens harus menghindarkan pernyataan 
yang memuat term definiendum. 
 Definiens harus dinyatakan dalam rumusan 
yang positif. 
 Definiens harus dinyatakan dengan singkat.
Penalaran adalah suatu proses penarikan 
kesimpulan dari satu atau lebih proposisi. Dibagi pada 
dua bagian: 
 Penalaran langsung adalah penalaran yang 
didasarkan pada sebuah proposisi kemudian disusul 
proposisi lain sebagai kesimpulan dengan 
menggunakan term yang sama. 
 Penalaran tidak langsung adalah, penalaran yang 
didasarkan pada dua proposisi atau lebih kemudian 
disimpulkan. 
Prinsip – prinsip 
Penalaran 
Prinsip Proposisi 
Kategoris
 Prinsip identitas, “suatu hal adalah sama 
dengan halnya sendiri”. 
 Prinsip kontradiksi, “sesuatu yang tidak dapt 
sekaligus merupakan hal itu dan hal itu pada 
waktu yang bersamaan”. 
 Prinsip eksklusi tertii, “sesuatu jika 
dinyatakan sebagai hal tertentu atau bukan 
hal tertentu maka tidak ada kemungkinan 
ketiga yang merupakan jalan tengah”.
Proposisi kategois adalah suatu 
pernyataan yang terdiri atas hubungan dua 
term sebagai subjek dan predikat serta dapat 
dinilai benar atau salah. Unsur – unsur dalam 
proposisi kategoris adalah: 
 Term sebagai subjek 
 Term sebagai predikat 
 Kopula 
 Kuantor
Jenis proposisi kualitas dan kuantitas digabung 
dan membentuk empat proposisi kategoris, yakni 
sebagai berikut: 
 Proposisi Universal Alfirmatif, proposisi yang 
kuantitasnya universal dan kualitasnya afirmatif. 
 Proposisi Universal Negatif, proposisi yang 
kuantitasnya universal dan kualitasnya negatif. 
 Proposisi Partikular Afirmatif, proposisi yang 
kuantitiasnya partikular dan kualitasnya afirmatif. 
 Proposisi Partikular Negatif, proposisi yang 
kuantitasnya partikular dan kualitasnya negatif.
Penalaran Langsung 
Perlawanan 
(Oposisi) 
Penalaran Tidak 
Langsung 
Eduksi Induksi Deduksi 
Adalah sebuah 
kegiatan 
menyimpulkan 
secara langsung 
dengan 
membandingkan 
antara proposisi yang 
satu dengan proosisi 
yang lainnya dalam 
term yang sama, 
tetapi bisa berbeda 
kuantitas dan 
kualitasnya untuk 
menentukan 
keshahihan proposisi. 
Adalah mengambil 
kesimpulan yang 
hakikatnya sudah 
tercakup dalam 
suatu proposisi atau 
lebih 
yaitu proses 
peningkatan dari hal-hal 
yang bersifat 
individual kepada 
yang bersifat 
universal. 
Ada tiga bentuk, 
menukar kedudukan 
term, menegasikan 
term, dan bisa 
menukar dan 
menegasikan term 
dalam proposisi
Proses menggabungkan tiga proposisi, 
dua menjadi dasar penyimpulan, satu menjadi 
kesimpulan. 
Silogisme yang tidak mengikuti kaidah 
silogisme kategoris adalah silogisme tidak 
beraturan atau tidak standar. Yaitu: 
 Entimema 
 Epikheirema 
 Sorites 
 Polisilogisme 
Pola Silogisme 
Kaidah Silogisme 
Kategoris
 Silogisme Sub-Pre, silogisme yang term 
pembandingnya (M) menjadi subjek dalam premis 
mayor dan menjadi predikat dalam premis minor. 
 Silogisme Bis-Pre, Silogisme yang term 
pembandingnya (M) menjadi predikat dalam premis 
mayor dan premis minor. 
 Silogisme Bis-Sub, silogisme yang term 
pembandingnya (M) menjadi predikat dalam premis 
mayor dan premis minor. 
 Silogisme Pre-Sub, silogisme yang term 
pembandingnya (M) menjadi predikat dalam premis 
mayor dan menjadi subjek dalam prems minor.
Term Proposisi 
 Silogisme tidak boleh 
mengandung kurang atau kebih 
dari 3 (minor, mayor, antara) 
 Term antara tidak boleh masuk 
dalam kesimpulan 
 Term subjek dan predikat 
dalam kesimpulan tidak boleh 
labih luas dari term dalam 
premis 
 Term antara harus sekurang-kurangnya 
satu kali muncul 
sebagai term/pengertian 
universal 
 Apabila kedua premis positif maka 
kesimpulannya harus positif 
 Kedua premis tidak boleh negatif 
 Kedua premis tidak boleh partikular 
 Kesimpulan harus mengikuti premis 
yang paling lemah 
o Jika salah satu premis negatif maka 
kesimpulannya harusa negatif 
o Jika salah satu premis negatif atau 
partikular, maka kesimpulannya negatif 
dan partikular 
o Jika salah satu premis partikular maka 
kesimpulan harus partikular
Adalah pernyataan terdiri atas dua 
bagian yang dapat dinilai benar atau salah. 
Proposisi 
Hipotetik 
Proposisi 
Disjungtif 
Proposisi 
Konjungtif
Adalah pernyataan yang terdiri atas dua 
bagian yang hubungan kedu bagian itu adala 
ketergantungan yang satu sebagai antiseden 
(premis) yang satu sabagai konsekuen 
(kesimpulan). 
 Proposisi Hipotetik Kondisional/Implikasi 
 Proposisi Hipotetis Bikondisional/Ekuivalen
 Eksklusif, ditandai dengan “atau”. Dua bagian 
merupakan pilihan, tidak dapat menyatu dan ada 
kemungkinan ketiga. 
Diagram simbolnya: p ˅ q 
 Inklusif, ditandai dengan “dan atau” salah 
satu/keduanya dapat benar, tidak bisa keduanya 
salah. 
Diagram simbolnya: p ˅ q 
 Alternatif, ditandai dengan “atau” tetapi dua 
bagian itu tidak dapat menyatu dan tidak ada 
kemungkinan ketiga. 
Diagram simbolnya: p ˅ q
Proposisi majemuk yang menegaskan 
bahwa 2 predikat dihubungkan dengan subjek 
yang sama. Proposisi ini ditandai dengan “.... 
dan .....” 
Diagram simbolnya: p ˄ q 
Dalam penalaran proposisi majemuk, 
hasil akhirnya ada tiga kemungkinan yaotu bisa 
terjadi tautologi, kontradiksi dan kontigensi.
Dilema adalah suatu silogisme yang 
terdiri atas dua pilihan yang seraba salah. 
Dilema selalu ada dua proposisi hipotetik 
sebagai premis mayor. 
 Silogisme Disjungtif Inklusif 
 Silogisme Disjungtif Eksklusif 
 Silogisme Disjungtif Alternatif 
 Silogisme Hipotetis Kondisiona 
 Silogisme Hipotetis Bikondisional
Sesat pikir dapat terjadi karena 
menyimpulkan sesuatu lebih luas daripada 
dasarnya (latius hos). Sesat pikir juga dapat 
terjadi karena bentuknya tidak tepat atau 
tidak shahih. 
Sesat Pikir dibedakan atas dua, kesesatan 
karena bahasa dan kesesatan karena relevansi.
 Kesesatan karena aksen atau tekanan 
 Kesesatan karen term atau ekuivok 
 Kesesatan karena arti kiasan (metaphora) 
 Kesesatan karena amfiboli
 Argumentum ad hominem 
 Argumentum ad verecundiam atau 
argumentum auctoritatis 
 Argumentum ad baculum 
 Argumentum ad misericodian 
 Argumentum ad populum 
 Kesesatan non causa pro causa 
 Ignoratio elenchi 
 Argumentum ad ignorantiam 
 Kesesatan aksidensi 
 Kesesatan karena komposisi dan divisi

More Related Content

What's hot

Pengertian komunikasi kelompok menurut para ahli
Pengertian komunikasi kelompok menurut para ahliPengertian komunikasi kelompok menurut para ahli
Pengertian komunikasi kelompok menurut para ahli
mufid Fakhrudin
 
Opinion leader (pemimpin opini)
Opinion leader (pemimpin opini)Opinion leader (pemimpin opini)
Opinion leader (pemimpin opini)
Rezka Judittya
 
Sistematika filsafat (4)
Sistematika filsafat (4)Sistematika filsafat (4)
Sistematika filsafat (4)
Allo Martins
 
Silogisme hipotesis
Silogisme hipotesisSilogisme hipotesis
Silogisme hipotesis
Fuji Lestari
 
Teori Disonansi kognitif
Teori Disonansi kognitifTeori Disonansi kognitif
Teori Disonansi kognitif
mankoma2012
 

What's hot (20)

TUGAS ARTIKEL INDIVIDU
TUGAS ARTIKEL INDIVIDUTUGAS ARTIKEL INDIVIDU
TUGAS ARTIKEL INDIVIDU
 
Google hacking 2015
Google hacking 2015Google hacking 2015
Google hacking 2015
 
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat LogikaPengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
 
Makalah bahasa indonesia paragraf
Makalah bahasa indonesia paragrafMakalah bahasa indonesia paragraf
Makalah bahasa indonesia paragraf
 
Kb3 dasar logika
Kb3 dasar logikaKb3 dasar logika
Kb3 dasar logika
 
Pengertian komunikasi kelompok menurut para ahli
Pengertian komunikasi kelompok menurut para ahliPengertian komunikasi kelompok menurut para ahli
Pengertian komunikasi kelompok menurut para ahli
 
Proposisi
ProposisiProposisi
Proposisi
 
Opinion leader (pemimpin opini)
Opinion leader (pemimpin opini)Opinion leader (pemimpin opini)
Opinion leader (pemimpin opini)
 
Sistematika filsafat (4)
Sistematika filsafat (4)Sistematika filsafat (4)
Sistematika filsafat (4)
 
Iii Representasi Pengetahuan
Iii   Representasi PengetahuanIii   Representasi Pengetahuan
Iii Representasi Pengetahuan
 
Silogisme kategoris (9)
Silogisme kategoris (9)Silogisme kategoris (9)
Silogisme kategoris (9)
 
Silogisme hipotesis
Silogisme hipotesisSilogisme hipotesis
Silogisme hipotesis
 
Ppt plagiat
Ppt plagiatPpt plagiat
Ppt plagiat
 
Teori Disonansi kognitif
Teori Disonansi kognitifTeori Disonansi kognitif
Teori Disonansi kognitif
 
Macam-macam Penalaran Deduktif
Macam-macam Penalaran DeduktifMacam-macam Penalaran Deduktif
Macam-macam Penalaran Deduktif
 
IMK - Strategi Banyak Window
IMK - Strategi Banyak WindowIMK - Strategi Banyak Window
IMK - Strategi Banyak Window
 
Representasi Pengetahuan
Representasi PengetahuanRepresentasi Pengetahuan
Representasi Pengetahuan
 
Putusan/Proposisi/Pendapat Logika
Putusan/Proposisi/Pendapat LogikaPutusan/Proposisi/Pendapat Logika
Putusan/Proposisi/Pendapat Logika
 
Kelompok 8 logika proposisi
Kelompok 8 logika proposisiKelompok 8 logika proposisi
Kelompok 8 logika proposisi
 
Pengertian/Konsep/Term Logika
Pengertian/Konsep/Term LogikaPengertian/Konsep/Term Logika
Pengertian/Konsep/Term Logika
 

Similar to Filsafat ilmu - Definisi dan Penalaran

Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...
Universitas Muhammadiyah Tangerang
 
Makalah logika matematika
Makalah logika matematikaMakalah logika matematika
Makalah logika matematika
Nasifah LasMana
 
Makalah logika matematika
Makalah logika matematikaMakalah logika matematika
Makalah logika matematika
Nasifah LasMana
 
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomenaPengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
M fazrul
 
Makalah logika matematika
Makalah logika matematikaMakalah logika matematika
Makalah logika matematika
Nasifah LasMana
 
Makalah logika matematika
Makalah logika matematikaMakalah logika matematika
Makalah logika matematika
Nasifah LasMana
 

Similar to Filsafat ilmu - Definisi dan Penalaran (20)

Penalaran Deduktif
Penalaran DeduktifPenalaran Deduktif
Penalaran Deduktif
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
materi perkuliahan Logika hukum proposisi
materi perkuliahan Logika hukum proposisimateri perkuliahan Logika hukum proposisi
materi perkuliahan Logika hukum proposisi
 
Definisi & penalaran
Definisi & penalaranDefinisi & penalaran
Definisi & penalaran
 
Penalaran deduktif 27/12/13
Penalaran deduktif 27/12/13Penalaran deduktif 27/12/13
Penalaran deduktif 27/12/13
 
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...
 
Makalah logika matematika
Makalah logika matematikaMakalah logika matematika
Makalah logika matematika
 
Makalah logika matematika
Makalah logika matematikaMakalah logika matematika
Makalah logika matematika
 
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomenaPengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
 
Makalah logika matematika
Makalah logika matematikaMakalah logika matematika
Makalah logika matematika
 
Makalah logika matematika
Makalah logika matematikaMakalah logika matematika
Makalah logika matematika
 
Logika5
Logika5Logika5
Logika5
 
Pertemuan 6 metode penelotian sosial ekonomi.pptx
Pertemuan 6 metode penelotian sosial ekonomi.pptxPertemuan 6 metode penelotian sosial ekonomi.pptx
Pertemuan 6 metode penelotian sosial ekonomi.pptx
 
Chapter 5_Veronika Irma dan Yulia Febronia Moi.pptx
Chapter 5_Veronika Irma dan Yulia Febronia Moi.pptxChapter 5_Veronika Irma dan Yulia Febronia Moi.pptx
Chapter 5_Veronika Irma dan Yulia Febronia Moi.pptx
 
FILSAFAT 1.docx
FILSAFAT 1.docxFILSAFAT 1.docx
FILSAFAT 1.docx
 
Metode+penelitian+06
Metode+penelitian+06Metode+penelitian+06
Metode+penelitian+06
 
Unsur unsur penelitian ilmiah
Unsur unsur penelitian ilmiahUnsur unsur penelitian ilmiah
Unsur unsur penelitian ilmiah
 
Unsur unsur penelitian ilmiah
Unsur unsur penelitian ilmiahUnsur unsur penelitian ilmiah
Unsur unsur penelitian ilmiah
 
Ppt singkat penalaran dalam matematika
Ppt singkat penalaran dalam matematikaPpt singkat penalaran dalam matematika
Ppt singkat penalaran dalam matematika
 
Silogisme - ILMU MANTIQ
Silogisme - ILMU MANTIQSilogisme - ILMU MANTIQ
Silogisme - ILMU MANTIQ
 

Recently uploaded

813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 

Recently uploaded (20)

RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.pptperumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
 
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptxSejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxCONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptxSolusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
 
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptxPresentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
 
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docxDokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 

Filsafat ilmu - Definisi dan Penalaran

  • 1. DEFINISI DAN PENALARAN RYAN AHDILAN MPI III
  • 2. SESAT PIKIR SILOGISME MAJEMUK & DILEMA DEFINISI PROPOSISI MAJEMUK PENALARAN SILOGISME KATEGORIS
  • 3. Definisi berasal dari bahasa Latin definire artinya menandai batas – batas pada sesuatu, menentukan batas, memberi ketentuan atau batasan arti. Macam – macam Definisi Syarat Definisi
  • 4. Definisi Nominalis Definisi Realis Definis Praktis
  • 5. Adalah menjelaskan sebuah kata denga kata yang lain yang lebih umum dipakai. Dibagi pada 6 macam:  Definisi sinonim, menjelaskan dengan persamaan katanya.  Definisi simbolis, dengan memberikan simbol.  Definis etimologis, dengan menggunakan asalah usul kata secara kebahasaan.  Definisi semantis, penjelasan tandan dengan suatu arti yang telah terkenal.  Definisi stifulatif, pemberian atas kesepakatan bersama.  Definisi denotatif, menunjukan atau memberi contoh suatu benda.
  • 6. Adalah penjelasan hal yang ditandai oleh sutu term. Dibagi pada dua bagian:  Definisi esensial, menjelaskan dengan unsur-unsur yang membentuknya. Dibagi atas 2 bagian:  Definisi analitis, menunjukan bagian-bagian suatu dengan mewujudkan esensinya.  Definisi konotatif, menunjukan isi dari suatu term yang terdiri atas genus dan diferensiasi.  Definisi deskriptif, menunjukan sifat yang dimilikinya, dibagi dua bagian:  Definisi aksidental, menunjukan jenis dengan sifat-sifat khusus yang menyertai hal tersebut.  Definisi kausal, menyatakan proses terwujudnya suatu term.
  • 7. Adalah ditinjau dari kegunaann dan tujuannya yang sederhana. Dibagi atas tiga macam:  Definisi operasional, menggunakan langkah-langka khusus yang harus dilaksanakan serta menunjukan hasil yang dapat diamati.  Definisi persuasif, merumuskan suatu pernyataan yang dapat mempengaruhi orang lain.  Definisi fungsional, berdasarkan guna atau tujuan.
  • 8.  Sebuah definisi (definiens) harus menyatakan ciri – ciri hakiki dari apa yang didefinisikan (definiendum).  Definiens harus merupakan suatu kesetaraan arti dengan definiendum.  Definiens harus menghindarkan pernyataan yang memuat term definiendum.  Definiens harus dinyatakan dalam rumusan yang positif.  Definiens harus dinyatakan dengan singkat.
  • 9. Penalaran adalah suatu proses penarikan kesimpulan dari satu atau lebih proposisi. Dibagi pada dua bagian:  Penalaran langsung adalah penalaran yang didasarkan pada sebuah proposisi kemudian disusul proposisi lain sebagai kesimpulan dengan menggunakan term yang sama.  Penalaran tidak langsung adalah, penalaran yang didasarkan pada dua proposisi atau lebih kemudian disimpulkan. Prinsip – prinsip Penalaran Prinsip Proposisi Kategoris
  • 10.  Prinsip identitas, “suatu hal adalah sama dengan halnya sendiri”.  Prinsip kontradiksi, “sesuatu yang tidak dapt sekaligus merupakan hal itu dan hal itu pada waktu yang bersamaan”.  Prinsip eksklusi tertii, “sesuatu jika dinyatakan sebagai hal tertentu atau bukan hal tertentu maka tidak ada kemungkinan ketiga yang merupakan jalan tengah”.
  • 11. Proposisi kategois adalah suatu pernyataan yang terdiri atas hubungan dua term sebagai subjek dan predikat serta dapat dinilai benar atau salah. Unsur – unsur dalam proposisi kategoris adalah:  Term sebagai subjek  Term sebagai predikat  Kopula  Kuantor
  • 12. Jenis proposisi kualitas dan kuantitas digabung dan membentuk empat proposisi kategoris, yakni sebagai berikut:  Proposisi Universal Alfirmatif, proposisi yang kuantitasnya universal dan kualitasnya afirmatif.  Proposisi Universal Negatif, proposisi yang kuantitasnya universal dan kualitasnya negatif.  Proposisi Partikular Afirmatif, proposisi yang kuantitiasnya partikular dan kualitasnya afirmatif.  Proposisi Partikular Negatif, proposisi yang kuantitasnya partikular dan kualitasnya negatif.
  • 13. Penalaran Langsung Perlawanan (Oposisi) Penalaran Tidak Langsung Eduksi Induksi Deduksi Adalah sebuah kegiatan menyimpulkan secara langsung dengan membandingkan antara proposisi yang satu dengan proosisi yang lainnya dalam term yang sama, tetapi bisa berbeda kuantitas dan kualitasnya untuk menentukan keshahihan proposisi. Adalah mengambil kesimpulan yang hakikatnya sudah tercakup dalam suatu proposisi atau lebih yaitu proses peningkatan dari hal-hal yang bersifat individual kepada yang bersifat universal. Ada tiga bentuk, menukar kedudukan term, menegasikan term, dan bisa menukar dan menegasikan term dalam proposisi
  • 14. Proses menggabungkan tiga proposisi, dua menjadi dasar penyimpulan, satu menjadi kesimpulan. Silogisme yang tidak mengikuti kaidah silogisme kategoris adalah silogisme tidak beraturan atau tidak standar. Yaitu:  Entimema  Epikheirema  Sorites  Polisilogisme Pola Silogisme Kaidah Silogisme Kategoris
  • 15.  Silogisme Sub-Pre, silogisme yang term pembandingnya (M) menjadi subjek dalam premis mayor dan menjadi predikat dalam premis minor.  Silogisme Bis-Pre, Silogisme yang term pembandingnya (M) menjadi predikat dalam premis mayor dan premis minor.  Silogisme Bis-Sub, silogisme yang term pembandingnya (M) menjadi predikat dalam premis mayor dan premis minor.  Silogisme Pre-Sub, silogisme yang term pembandingnya (M) menjadi predikat dalam premis mayor dan menjadi subjek dalam prems minor.
  • 16. Term Proposisi  Silogisme tidak boleh mengandung kurang atau kebih dari 3 (minor, mayor, antara)  Term antara tidak boleh masuk dalam kesimpulan  Term subjek dan predikat dalam kesimpulan tidak boleh labih luas dari term dalam premis  Term antara harus sekurang-kurangnya satu kali muncul sebagai term/pengertian universal  Apabila kedua premis positif maka kesimpulannya harus positif  Kedua premis tidak boleh negatif  Kedua premis tidak boleh partikular  Kesimpulan harus mengikuti premis yang paling lemah o Jika salah satu premis negatif maka kesimpulannya harusa negatif o Jika salah satu premis negatif atau partikular, maka kesimpulannya negatif dan partikular o Jika salah satu premis partikular maka kesimpulan harus partikular
  • 17. Adalah pernyataan terdiri atas dua bagian yang dapat dinilai benar atau salah. Proposisi Hipotetik Proposisi Disjungtif Proposisi Konjungtif
  • 18. Adalah pernyataan yang terdiri atas dua bagian yang hubungan kedu bagian itu adala ketergantungan yang satu sebagai antiseden (premis) yang satu sabagai konsekuen (kesimpulan).  Proposisi Hipotetik Kondisional/Implikasi  Proposisi Hipotetis Bikondisional/Ekuivalen
  • 19.  Eksklusif, ditandai dengan “atau”. Dua bagian merupakan pilihan, tidak dapat menyatu dan ada kemungkinan ketiga. Diagram simbolnya: p ˅ q  Inklusif, ditandai dengan “dan atau” salah satu/keduanya dapat benar, tidak bisa keduanya salah. Diagram simbolnya: p ˅ q  Alternatif, ditandai dengan “atau” tetapi dua bagian itu tidak dapat menyatu dan tidak ada kemungkinan ketiga. Diagram simbolnya: p ˅ q
  • 20. Proposisi majemuk yang menegaskan bahwa 2 predikat dihubungkan dengan subjek yang sama. Proposisi ini ditandai dengan “.... dan .....” Diagram simbolnya: p ˄ q Dalam penalaran proposisi majemuk, hasil akhirnya ada tiga kemungkinan yaotu bisa terjadi tautologi, kontradiksi dan kontigensi.
  • 21. Dilema adalah suatu silogisme yang terdiri atas dua pilihan yang seraba salah. Dilema selalu ada dua proposisi hipotetik sebagai premis mayor.  Silogisme Disjungtif Inklusif  Silogisme Disjungtif Eksklusif  Silogisme Disjungtif Alternatif  Silogisme Hipotetis Kondisiona  Silogisme Hipotetis Bikondisional
  • 22. Sesat pikir dapat terjadi karena menyimpulkan sesuatu lebih luas daripada dasarnya (latius hos). Sesat pikir juga dapat terjadi karena bentuknya tidak tepat atau tidak shahih. Sesat Pikir dibedakan atas dua, kesesatan karena bahasa dan kesesatan karena relevansi.
  • 23.  Kesesatan karena aksen atau tekanan  Kesesatan karen term atau ekuivok  Kesesatan karena arti kiasan (metaphora)  Kesesatan karena amfiboli
  • 24.  Argumentum ad hominem  Argumentum ad verecundiam atau argumentum auctoritatis  Argumentum ad baculum  Argumentum ad misericodian  Argumentum ad populum  Kesesatan non causa pro causa  Ignoratio elenchi  Argumentum ad ignorantiam  Kesesatan aksidensi  Kesesatan karena komposisi dan divisi