LAKIP adalah satau komponen dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Lakip merupakan laporan yang harus disampaikan, baik mengenai laporan kinerja maupun keuangan
Draft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan AdministratorArdi Susanto
Berdasarkan analisis masalah dalam organisasi saat ini, dan mengingat pentingnya saluran komunikasi yang sesuai dengan perkembangan jaman. Dengan mempertimbangkan banyaknya produk kehumasan maka melalui pemanfaatan teknologi informasi kami mengajukan terobosan inovatif dengan membangun aplikasi yang bertujuan sebagai media informasi dan komunikasi publik dan berbasis pada aplikasi android yang dapat di download pada play store.
Terobosan inovatif dimaksud adalah membangun sebuah aplikasi android dengan nama Aplikasi #BarruBaik sebagai upaya untuk membangun saluran informasi secara mudah dan massif.
Dalam aplikasi ini nantinya, diharapkan semua stakeholder pemerintahan dan masyarakat dapat berkolaborasi menyampaikan informasi public termasuk sebagai sumber untuk mengetahui informasi terbaru secara up to date serta dapat mendownload ragam informasi yang tersimpan di dalamnya termasuk menyimpan beberapa produk komunikasi publik. Produk komunikasi publik dimaksud dapat berupa foto, video, konten grafis, rilis berita serta lainnya.
Selain itu, Aplikasi ini akan me-link-kan publik dengan beberapa Web milik Pemerintah Daerah semisal Barrukab.go.id maupun aplikasi yang bisa diakses publik lainnya. Kemudian, didalamnya diharapkan ada ruang diskusi publik terhadap issue terkini yang dapat terdokumentasi untuk di print out dan dilaporkan ke Pimpinan sebagai bahan pengambilan kebijakan selanjutnya.
Perlunya ruang komunikasi publik melakukan diskusi dengan memberi masukan berupa diskusi ide, saran dan ruang bersama antara pemerintah daerah dan publik yang nantinya dapat dihimpun kemudian dikelola untuk di jadikan sebagai bahan pertimbangan selanjutnya. Kemudian, saat ini diperlukan pertukaran informasi antara masayarakat khususnya bagi yang memiliki kompetensi maupun keahlian yang dapat ditawarkan ke public melalui aplikasi #BarruBaik pada fitur yang didesain untuk di isi dan dimanfaatkan sendiri dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Memberikan ruang bagi warga Barru untuk menawarkan diri kepada Publik untuk layanan jasa dan kompetensi yang ia miliki untuk dapat diketahui dan dimanfaatkan bagi pihak lainnya yang membutuhkan.
Paparan Reformasi Birokrasi disampaikan oleh Wakil Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi, Prof Eko Prasojo dalam Acara Lecture Series di Gedung Dikti, 22 November 2012.
Peran apip inspektorat jenderal dalam redesign sistem penganggaranDr. Zar Rdj
STRATEGIC PARTNER DAN TRUSTED ADVISOR INEPEKTORAT JENDERAL/APIP
1. Pemahaman Penganggaran Berbasis Kinerja dan Medium Term Expenditure Framework: Arah audit kinerja (Value For Money) tanpa meninggalkan compliance
2. Pemanfaatan TIK dalamPengawasan (TABK mengarah ke CACM)
3. Pemahaman Penganggaran Berbasis Kinerja dan Medium Term Expenditure Framework:
• Program Prioritas
• Arsitektur Kinerja
• Indikator Kinerja Program Unggulan & Prioritas Nasional
•
KEBIJAKAN PENGAWASAN APIP DALAM MENDUKUNG REDESIGN PENGANGGARAN
1. Memastikan Renstra K/L selaras dengan kebijakan dan program prioritas nasional RPJMN 2020-2024
2. Mengawal Program Strategis K/L tidak hanya fokus pada yang sifatnya operasional Unit Eselon I
3. Memastikan perencanaan dan penganggaran K/L konsisten mencapai sasaran jangka menengah termasuk Proyek Unggulan & Prioritas Nasional
4. Memastikan kebijakan pengawasan Itjen selaras dengan Redesign Penganggaran
Reformasi Birokrasi perlu dilakukan penilaian dengan lat yang sama dan seragam sehingga keberhasilan atau ketidakberhasilan instansi pemerintah dalam melaksanakan reformasi birokrasi dapat diukur, bukan sekedar klaim sepihak.
LAKIP adalah satau komponen dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Lakip merupakan laporan yang harus disampaikan, baik mengenai laporan kinerja maupun keuangan
Draft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan AdministratorArdi Susanto
Berdasarkan analisis masalah dalam organisasi saat ini, dan mengingat pentingnya saluran komunikasi yang sesuai dengan perkembangan jaman. Dengan mempertimbangkan banyaknya produk kehumasan maka melalui pemanfaatan teknologi informasi kami mengajukan terobosan inovatif dengan membangun aplikasi yang bertujuan sebagai media informasi dan komunikasi publik dan berbasis pada aplikasi android yang dapat di download pada play store.
Terobosan inovatif dimaksud adalah membangun sebuah aplikasi android dengan nama Aplikasi #BarruBaik sebagai upaya untuk membangun saluran informasi secara mudah dan massif.
Dalam aplikasi ini nantinya, diharapkan semua stakeholder pemerintahan dan masyarakat dapat berkolaborasi menyampaikan informasi public termasuk sebagai sumber untuk mengetahui informasi terbaru secara up to date serta dapat mendownload ragam informasi yang tersimpan di dalamnya termasuk menyimpan beberapa produk komunikasi publik. Produk komunikasi publik dimaksud dapat berupa foto, video, konten grafis, rilis berita serta lainnya.
Selain itu, Aplikasi ini akan me-link-kan publik dengan beberapa Web milik Pemerintah Daerah semisal Barrukab.go.id maupun aplikasi yang bisa diakses publik lainnya. Kemudian, didalamnya diharapkan ada ruang diskusi publik terhadap issue terkini yang dapat terdokumentasi untuk di print out dan dilaporkan ke Pimpinan sebagai bahan pengambilan kebijakan selanjutnya.
Perlunya ruang komunikasi publik melakukan diskusi dengan memberi masukan berupa diskusi ide, saran dan ruang bersama antara pemerintah daerah dan publik yang nantinya dapat dihimpun kemudian dikelola untuk di jadikan sebagai bahan pertimbangan selanjutnya. Kemudian, saat ini diperlukan pertukaran informasi antara masayarakat khususnya bagi yang memiliki kompetensi maupun keahlian yang dapat ditawarkan ke public melalui aplikasi #BarruBaik pada fitur yang didesain untuk di isi dan dimanfaatkan sendiri dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Memberikan ruang bagi warga Barru untuk menawarkan diri kepada Publik untuk layanan jasa dan kompetensi yang ia miliki untuk dapat diketahui dan dimanfaatkan bagi pihak lainnya yang membutuhkan.
Paparan Reformasi Birokrasi disampaikan oleh Wakil Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi, Prof Eko Prasojo dalam Acara Lecture Series di Gedung Dikti, 22 November 2012.
Peran apip inspektorat jenderal dalam redesign sistem penganggaranDr. Zar Rdj
STRATEGIC PARTNER DAN TRUSTED ADVISOR INEPEKTORAT JENDERAL/APIP
1. Pemahaman Penganggaran Berbasis Kinerja dan Medium Term Expenditure Framework: Arah audit kinerja (Value For Money) tanpa meninggalkan compliance
2. Pemanfaatan TIK dalamPengawasan (TABK mengarah ke CACM)
3. Pemahaman Penganggaran Berbasis Kinerja dan Medium Term Expenditure Framework:
• Program Prioritas
• Arsitektur Kinerja
• Indikator Kinerja Program Unggulan & Prioritas Nasional
•
KEBIJAKAN PENGAWASAN APIP DALAM MENDUKUNG REDESIGN PENGANGGARAN
1. Memastikan Renstra K/L selaras dengan kebijakan dan program prioritas nasional RPJMN 2020-2024
2. Mengawal Program Strategis K/L tidak hanya fokus pada yang sifatnya operasional Unit Eselon I
3. Memastikan perencanaan dan penganggaran K/L konsisten mencapai sasaran jangka menengah termasuk Proyek Unggulan & Prioritas Nasional
4. Memastikan kebijakan pengawasan Itjen selaras dengan Redesign Penganggaran
Reformasi Birokrasi perlu dilakukan penilaian dengan lat yang sama dan seragam sehingga keberhasilan atau ketidakberhasilan instansi pemerintah dalam melaksanakan reformasi birokrasi dapat diukur, bukan sekedar klaim sepihak.
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
Paparan deputi sakip
1. DEPUTI BIDANG REFORMASI BIROKRASI,
AKUNTABILITAS APARATUR DAN PENGAWASAN
MENINGKATKAN
EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI BIROKRASI
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
2. SASARAN REFORMASI BIROKRASI
Evaluasi
Reformasi Birokrasi,
Akuntabilitas Kinerja dan
Zona Integritas
Pemerintah belum
bersih, kurang akuntabel
dan berkinerja rendah
Pemerintah belum
efektif dan efisien
Pelayanan publik masih
buruk
Pemerintah yang bersih,
akuntabel, dan berkinerja
tinggi
Pemerintah yang efektif
dan efisien
Pelayanan publik yang baik
dan berkualitas
3. MANAJEMEN BERBASIS KINERJA
Good
Governance
Pemerintah yang
berorientasi hasil
Menetapkan Tujuan Prioritas yang Jelas (Outcomes)
Mengukur Pencapaian Tujuan (performance indicators)
Menetapkan Target
Mengaitkan Tujuan dengan Program dan Kegiatan (Program follow Result)
4. INTEGRASI PERENCANAAN, PENGANGGARAN DAN MANAJEMEN KINERJA
Public Management Reform: A Comparative Analysis – Christopher Pollit, Geert Bouckaert
Belanja publik perlu
ditekan, karena
keterbatasan
sumberdaya
Publik menuntut
peningkatan kualitas
pelayanan
LATAR BELAKANG
Budget Reform:
Dari sekedar alokasi tahunan yang didistribusikan
antar instansi dan dilaporkan realisasinya kepada
Dewan
Menjadi anggaran yang sinkron dengan
perencanaan, operasional, dan pengukuran kinerja
(Super Budgeting)
Budget
Savings
Integrasi perencanaan, penganggaran, dan manajemen kinerja merupakan syarat perubahan pola pikir dan sistem
yang mengarah kepada penghematan anggaran
5. RPJMN
Laporan Keuangan Laporan Kinerja
Reviu oleh APIP
Laporan Keuangan
Reviewed
Laporan Kinerja
Reviewed
Audit Keuangan Audit Kinerja
Rencana Kerja dan Anggaran Rencana Kinerja Tahunan
Daftar Penetapan Anggaran Perjanjian Kinerja
Rencana Strategis
6. ARAHAN PRESIDEN TERKAIT MASALAH EFISIENSI BIROKRASI
Money Follow
Program
Alokasi anggaran harus
digunakan untuk program
pembangunan yang
bermanfaat bagi masyarakat,
misalnya infrastruktur,
pengentasan kemiskinan,
pendidikan, dan kesehatan.
(pemerintahan berorientasi
hasil)
e-Government
Dalam sistem pemerintahan
elektronik, rakyat bisa mengakses
dokumen-dokumen pemerintah dan
semua hal dapat dilihat secara
transparan, termasuk soal anggaran
publik.
Stop
Pemborosan
Anggaran
Seberapapun anggaran yang
diberikan kepada K/L/Pemda
pasti habis, tetapi tujuan
(hasil) tidak tercapai.
Fokus
Kinerja,
bukan SPJ
ASN jangan terlalu
banyak menghabiskan
waktu dan tenaga hanya
untuk mengurusi SPJ.
Menghemat jumlah
anggaran yang
dibelanjakan dari kegiatan-
kegiatan yang tidak
penting.
Anggaran digunakan hanya
untuk membiayai
program/kegiatan prioritas
yang mendukung
pencapaian tujuan
pembangunan.
Anggaran yang digunakan
menghasilkan manfaat
besar untuk masyarakat.
EFISIENSI
7. PERAN SAKIP DALAM EFISIENSI BIROKRASI
RENCANA
STRATEGIS
SISTEM
AKUNTABIITAS
KINERJA
INSTANSI
PEMERINTAH
MEMASTIKAN SASARAN K/L DAN
PEMDA SESUAI DENGAN SASARAN
PEMBANGUNAN NASIONAL
PERJANJIAN
KINERJA
MEMASTIKAN UPAYA
PENCAPAIAN TARGET-TARGET
DIPERJANJIKAN KEPADA
PEJABAT YANG BERKOMPETEN
PENGUKURAN
KINERJA
MEMASTIKAN KEMAJUAN
PENCAPAIAN TARGET
DIUKUR DENGAN TEPAT
PENGELOLAAN
DATA KINERJA
MEMASTIKAN DATA
KINERJA DIKELOLA
DENGAN BAIK UNTUK
MENGETAHUI
PENCAPAIAN DARI
TAHUN KE TAHUN
PELAPORAN
KINERJA MEMASTIKAN PENCAPAIAN
KINERJA DILAPORKAN KEPADA
PEMBERI AMANAH SECARA
JUJUR
REVIU DAN
EVALUASI KINERJA
MEMASTIKAN
PENCAPAIAN KINERJA
TELAH DIREVIU DAN
DIEVALUASI
MEMASTIKAN TERDAPAT
PERBAIKAN BERKELANJUTAN
UNTUK PENINGKATAN
KINERJA
UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas
dari KKN
Azas akuntabilitas dalam penyelenggaraan
negara
PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah
Kewajiban melaporkan akuntabilitas keuangan
dan akuntabilitas kinerja pemerintah
UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara
• Asas pengelolaan keuangan negara adalah
akuntabilitas berorientasi hasil
• Penerapan anggaran berbasis prestasi kinerja
Perpres Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
SAKIP diperlukan untuk meningkatkan efektivitas
penggunaan anggaran berorientasi pada hasil
8. EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA
Dilakukan evaluasi tiap tahun
untuk mengukur perkembangan
efektivitas implementasi SAKIP di
instansi pemerintah (pusat &
daerah)
Efektivitas & Efisiensi Penggunaan Anggaran
pada Instansi Pemerintah
9. HASIL EVALUASI SAKIP 2015-2016
Skala nilai
Kementerian/
Lembaga
Pemerintah
Provinsi
Kabupaten /
Kota
Kategori Range
Nilai
2015 2016 2015 2016 2015 2016
AA 90-100 0 0 0 0 0 0
A 80-90 4 4 2 3 1 2
BB 70-80 21 27 7 7 7 10
B 60-70 36 37 8 12 31 57
CC 50-60 16 11 13 10 174 199
C 30-50 0 3 3 2 239 193
D 0-30 0 0 1 0 14 14
INSTANSI
PEMERINTAH
DENGAN NILAI
AKUNTABILITAS
KINERJA DI
BAWAH 70 (50K/L,
24 PROV, 456
KAB/KOTA)
BERPOTENSI
TERJADI
INEFISIENSI
> 30% DARI
APBN/APBD di luar
Belanja Pegawai
± 392,87 T
Semakin tinggi
nilai
akuntabilitas
kinerja,
semakin tinggi
tingkat
efisiensi
penggunaan
anggaran
Efisien
Inefisiensi
1. Tidak jelas hasil yang akan dicapai
(tujuan/sasaran tidak berorientasi hasil)
2. Ukuran kinerja tidak jelas
3. Tidak ada keterkaitan antara Program/Kegiatan dengan
Sasaran
4. Rincian kegiatan tidak sesuai dengan maksud kegiatan
INEFISIENSI TERJADI KARENA :
11. RATA-RATA NILAI AKIP 2013 - 2016
11
“nilai ini
menunjukkan ada
potensi untuk
melakukan
efisiensi lebih dari
30% untuk K/L dan
provinsi serta lebih
dari 50% untuk
kabupaten/kota”
62.14
64.7 65.58 65.58
57.04
59.22 59.44
63.21
43.73 44.94
46.34
49.11
0
10
20
30
40
50
60
70
2013 2014 2015 2016
TREN RATA-RATA NILAI AKIP TAHUN 2013-2016
KL PROVINSI KABUPATEN/KOTA
12. POHON KINERJA
12
PEMERINTAH DAERAH
SASARAN STRATEGIS SKPD
(outcome - impact)
SKPD
SASARAN PROGRAM
(outcome)
SASARAN PROGRAM
(outcome)
SASARAN KEGIATAN
(output)
SASARAN KEGIATAN
(output)
SASARAN KEGIATAN
(output)
SASARAN KEGIATAN
(output)
Proses Proses Proses Proses Proses Proses Proses Proses
i
n
p
u
t
i
n
p
u
t
i
n
p
u
t
i
n
p
u
t
i
n
p
u
t
i
n
p
u
t
i
n
p
u
t
i
n
p
u
t
i
n
p
u
t
i
n
p
u
t
i
n
p
u
t
i
n
p
u
t
i
n
p
u
t
i
n
p
u
t
i
n
p
u
t
i
n
p
u
t
SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
(Impact)
Proses
Pencapaian
Output
Sumberdaya
Yang
Digunakan
KEPALA
DAERAH
SKPD
ESELON III
ESELON IV
13. PENYELARASAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH
13
13
Sasaran : Meningkatnya sektor Pertanian dalam mendukung pertumbuhan ekonomi
Indikator Kinerja : Pertumbuhan PDRB sektor pertanian
Sasaran:
Terjaganya fungsi lahan
sesuai peruntukannya.
Sasaran:
Meningkatnya produksi
pertanian.
Sasaran:
Meningkatnya kualitas
dan Kuantitas Sarana
dan prasarana
Sasaran:
Meningkatnya Usaha
Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah
Indikator Kinerja:
% Lahan pertanian
terhadap luas wilayah
Target: 20%
Indikator Kinerja:
Jumlah produksi
pertanian
Target: 100.000 ton
Indikator Kinerja:
Panjang jalan dengan
kualitas baik.
Target: 95%
Indikator Kinerja:
Jumlah koperasi aktif
bidang pertanian.
Target: 100 Koperasi
Kegiatan:
Menetapkan lahan
pertanian agar
digunakan sesuai
dengan fungsinya.
Kegiatan:
•Menerapkan teknologi
pertanian.
•Penggunaan bibit
unggul.
Kegiatan:
•Membangun jalan
akses ke sentra
pertanian
Kegiatan:
Penyaluran kredit
usaha mikro bidang
pertanian.
RPJMD
Anggaran:
Rp. 150.000.000
Anggaran:
Rp. 2.000.000.000
Anggaran:
Rp. 4.000.000.0000
Anggaran:
Rp. 1.500.000.000
BAPPEDA DINAS PERTANIAN DINAS PU DINAS KOPERASI DAN UKM
14. CONTOH PERENCANAAN TERINTEGRASI Meningkatkan
Industri Pariwisata
Pengembangan
Usaha
Pengembangan
sarana dan
prasarana
Pengembangan
Aksesbilitas
Pemasaran dan
Promosi
Pengembangan
Produk Wisata
Peningkatan
manajemen
pengelolaan
pariwisata secara
lebih profesional
Pengelola dan
pelaku usaha wisata
perlu melakukan
diversifikasi atau
pengembangan
usaha produk wisata
secara beragam yang
inovatif dan kreatif
Peningkatan
pemasaran dan
promosi melalui
penyebaran
informasi di
berbagai media,
baik media cetak
maupun elektronik
Perlu diadakan
upaya pemberian
insentif untuk
memotivasi
pengelola obyek
wisata dalam
meningkatkan
pengelolaan obyek
wisata.
Peningkatan
kemudahan akses
angkutan umum/
kendaraan
pribadi untuk
mencapai obyek
wisata
Peningkatan
kemudahan akses
informasi agar obyek
wisata dapat diakses
dengan mudah dari
berbagai macam
sumber
Perbaikan dan
peningkatan
sarana dan
prasarana yang
ada di obyek
wisata.
Peningkatan
kualitas
pelayanan
kepada
pengunjung
obyek wisata
Pengembangan
obyek wisata yang
masih berupa
potensi menjadi
obyek wisata yang
riil dalam
mendukung PAD.
Meningkatkan
Rasa Aman
Wisatawan
Peningkatan
keamanan
khusus daerah
wisata
Sumber Daya
yang
dibutuhkan
Sumber Daya
yang dibutuhkan
1. SDM
2. Anggaran
1. SDM
2. Anggaran
Sumber Daya
yang dibutuhkan
1. SDM
2. Anggaran
Sumber Daya
yang dibutuhkan
1. SDM
2. Anggaran
Sumber Daya
yang dibutuhkan
1. SDM
2. Anggaran
Sumber Daya
yang dibutuhkan
1. SDM
2. Anggaran
SATPOL PP
Koperasi dan
UKM
Pariwisata
Perhubungan dan
Informatika
Dinas PU Dinas Pariwisata
19. e-Performance Based Budgeting
e-Performance Based Budgeting
PRIORITAS
DAERAH
PROGRAM
KEGIATAN
ANGGARAN
Money Follow Program
Program Follow Result
mencegah program/ kegiatan
“siluman” dan mencegah
penyimpangan
meningkatkan efektifitas dan
mengurangi pemborosan
anggaran
20. e-Budgeting
Akuntabilitas Kinerja
mencegah program/
kegiatan “siluman”
dan mencegah
penyimpangan
ASN tidak disibukkan
dalam pekerjaan
dokumentatif namun
berfokus pada kinerja
yang akan diwujudkan
mencegah pemborosan
dan meningkatkan
efektifitas dan efisiensi
penggunaan anggaran
e-Performance Based Budgeting
21. Langkah – langkah perbaikan
• Memastikan Kepada SKPD memahami kinerja yang akan diwujudkan, serta
mampu merumuskan kegiatan yang benar-benar mendorong pencapaian
kinerja;
• Menyempurnakan perumusan outcome di seluruh SKPD;
• Menyempurnakan pengintegrasian aplikasi perencanaan, penganggaran
dan manajemen kinerja;
• Budget Reform, memastikan setiap anggaran memiliki kaitan langsung
dengan pencapaian kinerja;
• Kepala daerah melakukan monitoring dan evaluasi kinerja secara berkala,
atas capaian kinerja SKPD;
• Pemberian penghargaan terhadap SKPD berkinerja dan hukuman terhadap
SKPD tidak berkinerja.