[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas perencanaan, pengelolaan, dan pemantauan sumber daya manusia di bidang lingkungan hidup. Tujuannya adalah menyusun rencana master pengembangan SDM lingkungan hidup untuk mendukung pembangunan berwawasan lingkungan. Dokumen ini menjelaskan latar belakang, kerangka berpikir, pergeseran paradigma, dan tantangan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia.
1. Perencanaan, Pengelolaan
Pemantaun LH Bidang SDM
Furqaan Hamsyani
PS. Manjemen Lingkungan
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
&
PS. Teknik Lingkungan F. Teknik Universitas Mulawarman
2. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan latar belakang, tujuan, & sasaran
2. Menjelaskan tujuan Permasalahan & Ruang Lingkup
3. Menjelaskan Kerangka Berpikir Perencanaan, Pengelolaan,
Pemantauan Lingkungan
4. Memberikan penjelasan Pergeseran Paradigma Pembangunan
dan Kelembagaan LH di Daerah
5. Memberikan Penjelasan Master plan SDM dan SDA
3. Kerangka Perkuliahan
1. Kenapa kita mempelajari perencanaan, pengelolaan, dan
pemantauan lingkungan
2. Pertanyaan dalam perencanaan, pengelolaan, dan pemantauan
lingkungan :
latar belakang, tujuan, & sasaran;
tujuan Permasalahan & Ruang Lingkup;
Kerangka Berpikir Perencanaan, Pengelolaan, Pemantauan
Lingkungan;
3. Peranan Pergeseran Paradigma Pembangunan dan
Kelembagaan LH di Daerah
4. Master plan SDM dan SDA
4. Latar Belakang, Tujuan, & Sasaran
Latar Belakang
• Perubahan pengelolaan lembaga-
lembaga pemerintah dan pelayanan
publik sebagai akibat dari reformasi
birokrasi dan otda
• Tuntutan pembangunan yang mengacu
pada kebutuhan masyarakat
• Meningkatnya persoalan lingkungan
hidup di Indonesia yang semakin
kompleks yang memerlukan penanganan
yang bersifat antisipatif
• Pentingya peran pemerintah sebagai
parenting organization
• Perlunya skenario pengembangan SDM
yang memperhatikan dinamika internal
dan eksternal organisasi pemerintah
Tujuan :
Menyusun perencanaan SDM LH yang
dapat meningkatkan kualitas SDM
pengelola lingkungan hidup guna
mendukung pembanguan berwawasan
lingkungan dalam kerangka otonomi
daerah
Sasaran :
Tersusunnya Master Plan
Pengembangan SDM bidang
Pengelolaan Lingkungan Hidup
tahun 2005-2010
5. Permasalahan & Ruang Lingkup
Ruang Lingkup
1. Mengkaji arah atau tren fenomena
permasalahan lingkungan hidup di
Indonesia sampai dengan 2010
2. Mengkaji arah atau tren peran
pemerintah di antara stakeholder
pengelola lingkungan hidup di indonesia
3. Mengkaji permasalahan instansi
pemerintah pengelola LH
4. Mengkaji tuntutan kinerja instansi
pemerintah pengelola LH sampai dengan
tahun 2010
5. Mengkaji kelayakan struktur manejemen
instansi pemerintah pengelola LH sesuai
dengan tuntutan kinerja
6. Merumuskan kebutuhan dan kualifikasi
SDM pada instansi pemerintah pengelola
LH
7. Melakukan critical review terhadap
Master Plan SDM LH 2005-2010
sebelumnya
8. Merancang garis besar startegi (Master
Plan) pengembangan SDM pada instansi
pemerintah pengelola LH berdasarkan
pendekatan skenario
Permasalahan :
1. Bagaimana pemahaman kebutuhan
pelaksanaan pembangunan berwawasan
lingkungan hidup di Indonesia? Apa
peran strategis instansi pemerintah
pengelola lingkungan hidup?
2. Apakah struktur organisasi dan
manajemen yang ada saat ini telah
selaras dengan tujuan pembangunan
berwawasan lingkungan? Apakah telah
sejalan dengan rencana strategis yang
telah disusun?
3. Bagaimana kinerja SDM pengelola LH
pada instansi pemerintah saat ini baik di
pusat maupun daerah?
4. Apakah kendala pokok dalam
manajemen SDM pengelola LH?
5. Bagaimana strategi mengatasi kendala
tersebut?
6. Apakah rencana aksi dan tahapan
program bagi pengembangan SDM
pengelola LH
6. KERANGKA BERPIKIR (1)
Ciri-cirinya adalah :
1. Sebagai katalis
2. Milik masyarakat
3. Kompetitif
4. Berorientasi pada misi, hasil, dan
kebutuhan publik
5. Antisipatif
6. Terdesentralisasi
Good Governance
1. Transparansi
2. Akuntabilitas
3. Partisipatif
4. Responsivitas
5. Efektif & efesien
6. Kemitraan
7. Komitmen pada LH
8. Supremasi hukum
9. Demokratis
10. Visioner
Pendekatan Birokrasi yang berorientasi pada wirausaha.
7. KERANGKA BERPIKIR (2)
Strategic Direction Setting
Supply, demand, discrepancies
Develop Action Plan
Implementation Action Plan
Monitor, evaluate, revise
1. Perencanaan SDM harus berkaitan dengan
tujuan yang hendak dicapai
2. Perencanaan untuk mencapai tujuan yang akan
datang
3. Perencanaan selalu meliputi keputusan tentang
kegiatan atau tindakan yang akan dilakukan
4. Perencanaan harus akurat, teruji, fleksible,
dapat dipertanggungjawabkan, dan secara
periodik dapat dievaluasi
8. Kerangka Berpikir (3)
Tujuan/
Sasaran SDM
Perencanaan Anggaran
SDM
Prakiraan
kebutuhan
aktifitas SDM
Program
Kegiatan SDM
Umpan balik
Empat langkah pokok perencanaan SDM
1. Untuk kebutuhan masa depan
2. Untuk keseimbangan masa depan
3. Untuk pengadaan, seleksi, dan pemberhentian pegawai
4. Untuk pengembangan
Fokus Kajian
9. Pergeseran Paradigma Pembangunan
• Dalam proses pengambilan keputusan :
TOP DOWN BOTTOM UP
• Peran pemerintah :
DOMINAN FASILITATOR, REGULATOR, ENABLER.
• Dari sisi pendekatan perencanaan :
SEKTORAL REGIONAL (MULTISEKTORAL)
• Dari sisi kepentingan masyarakat :
KEPENTINGAN ELITE KEPENTINGAN AKAR RUMPUT
• Dari pola pemanfaatan sumberdaya alam :
KEPENTINGAN EKONOMI JANGKA PENDEK KEPENTINGAN
KESEIMBANGAN ALAM JANGKA PANJANG
10. Kelembagaan LH di Daerah
• Psl 112 ayat (1) UU No.22/1999
• PP No 8/2003
• SKB Men PAN & Mendagri No 01/SKB/M.PAN/4/2003 dan No 17/2003
• Surat edaran Mendagri kepada Gubernur dan Bupati/Walikota Nomor 660.1/1728/V/Bangda dan
Nomor 660.1/102/V/Bangda
Pertimbangan :
1. Yuridis
2. Empiris
3. Akomodatif
Kelembagaan LH di daerah adalah berupa DINAS DAERAH
1. Perumusan kebijakan teknis LH
2. Pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum
3. Pembinaan pelaksanaan tugas LH
Harapan :
Kapasitas penyelenggaraan tugas dan
fungsi LH menjadi : lebih luas, lebih
kuat, dan lebih akomodatif
11. Pembagian tugas & kewenangan
Tugas
Propinsi
Kab./Kota
Kebijakan, Pemberian Ijin,
Pelayanan Umum, dan
Pembinaan
Kebijakan, Pemberian Ijin,
Pelayanan Umum, dan
Pembinaan
Pemerintah
pusat
Pemerintahan Kedudukan
Daerah Otonom
Daerah Otonom &
Wilayah Administrasi
Kewenangan
Lintas Kab/Kota & segala
kewenangan yang belum
mampu dilaksanakan
oleh Kab/Kota
Otonomi yang luas, utuh,
dan bertanggung jawab
Bentuk Lembaga
Dinas LH
Propinsi
Dinas LH
Kab/Kota
Pembinaan dan
Pengawasan
Departemen/
Kementerian
Fasilitasi, pedoman,
arahan, bimbingan,
pelatihan, supervisi,
dan pengawasan
represif
12. Gambar 3.1 Struktur
Pemerintahan dan
Pengelolaan
Lingkungan
KECAMATAN
DESA/
KELURAHAN
PRESIDEN
Departemen
Sektoral
DEPDAGRI
BANGDA
MEN. LH
Koordinasi
GUBERNUR
Pemda Provinsi
DINAS
LH
INSTANSI
LAIN
BUPATI/WALIKOTA
Pemda Kabupaten/Kota
DINAS
Kabupaten
INSTANSI
LAIN
Masalah Lingkungan
Bimbingan dan
Supervisi
Instruksi
Instruksi
KoordinasiKoordinasi
Instruksi
InstruksiInstruksi
Potensi konflik
1. Territorial conclict
(konflik horisontal)
2. Contiguity zone
conflict (konflik
vertikal)
13. Profil Umum Indonesia dalam sistem dunia
Atribut Sumberdaya alam
dan lingkungan hidup
1. “Mega diverse dunia”
2. Negara tropis
3. Negara kepulauan
4. Lokasi strategis
5. Kaya akan bahan tambang
Atribut sosial ekonomi
1. Negara berkembang
2. Wilayah pasar
3. Produsen bahan mentah
4. Beban utang LN
5. Impor teknologi
Atribut hukum/peraturan
1. Orientasi sektoral
2. Dominasi pemerintah
3. Paradigma “atur dan
awasi”
„Aset internasional’1. Ketergantungan
eksternal
2. Eksploitasi SDA
3. Konsumtif
1. Konflik kepentingan
2. Inkonsistensi kebijakan
1. Posisi tawar rendah
2. Tidak mampu berinisiatif dan berinovasi
3. Reaktif dan defensif
Profil Eksisting Indonesia
14. Posisi Indonesia
dalam beberapa isu lingkungan internasional
Kelompok 77 Produsen
Minyak Bumi
Koalisi
“Mega Diverse”
Isu keanekaragaman hayaiti
Isu energi
terbarukan
Indonesia
Isu pendanaan &
perdagangan
15. Kecenderungan Pengelolaan SDA dan LH
di Indonesia
Green
Economy
Shallow
environment
management
Conventional
Economy
Deep
Ecology
Indonesia
1. Konsumtif
2. Hilangnya bentuk
kehidupan alamiah
1. Eksploitasi
sumberdaya alam
2. Standar kehidupan
material
1. Non Konsumtif
2. Harmonisasi
dengan alam
1. Konservasi
sumberdaya alam
2. Standar Kehidupan
Ekologis
16. Tantangan Pengelolaan LH di Indonesia
• Permasalahan lingkungan hidup di Indonesia lebih dipandang
sebagai permasalahan teknis yang dianggap akan dapat
diselesaikan dengan penerapan teknologi dan penetapan standar
baku mutu.
• Sumberdaya alam masih dipandang sebagai sumberdaya
ekonomis daripada sumberdaya ekologis. Dalam hal ini
sumberdaya alam merupakan sumber pendapatan negara, daya
tarik investasi, dan sumber kehidupan penduduk miskin.
• Berbagai ukuran yang digunakan dalam pembangunan lebih
berorientasi pada standar kehidupan material daripada kualitas
kehidupan yang lebih holistik.
• Adanya kecenderungan untuk mereduksi bentuk-bentuk
kehidupan alamiah melalui kemajuan teknologi dan industrialisasi.
17. Driving force keguncangan LH
• Pertama, laju perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) yang tinggi yang berhasil diwujudkan
oleh akal dan otak manusia;
• Kedua, ledakan penduduk yang mengganggu
keseimbangan SDA dan lingkungan;
• Ketiga kurangnya etika dan perilaku yang berpihak
pada kepentingan pelestarian lingkungan.
18. Menuju sustainable development....
• Dibentuknya instansi pemerintah yang menangani
masalah lingkungan
• Munculnya berbagai kegiatan dan ornop di bidang
lingkungan hidup
• Meningkatkan kesadaran masyarakat
• Acuan perencanaan LH : Agenda 21 Indonesia, Agenda
21 Sektoral, Agenda 21 Lokal, Konferensi Nasional
Pembangunan Berkelanjutan
Mainstreaming.....
• Layak secara ekonomi
• Diterima secara sosial
• Ramah lingkungan
• Memperkuat negara kesatuan
Paradigma....
• Keberlanjutan
• Keseimbangan
• Efisiensi lingkungan
• Harmonisasi dengan alam
19. Pembangunan Berkelanjutan.......
Kesepakatan Nasional & Rencana Tindak
Kesepakatan Nasional
1. Membangun masyarakat adil & makmur
sesuai harkat kemanusiaan
2. Mengintegrasikan prinsip pembangunan
berkelanjutan ke dalam perencanaan
pembangunan
3. Melaksanakan pembangunan berkelanjutan
4. Melanjutkan proses reformasi
5. Menyelenggarakan rencana tindak
pembangunan berkelanjutan
6. Meningkatkan kemandirian nasional
7. Menjamin kekayaan dan keanekaragaman
budaya sebagai perekat bangsa
8. Menurunkan tingkat kemiskinan, mengubah
pola konsumsi dan produksi, serta mengelola
SDA secara berkelanjutan
9. Mewujudkan SDM terdidik, cerdas, dan
bermoral
10. Mewujudkan komitmen dalam pencapaian
pelaksaan pembanguna berkelanjutan
Rencana Tindak
1. Penurunan tingkat kemiskinan
2. Kepemerintahan yang baik & masyarakat
madani
3. Pendidikan
4. Tata ruang
5. Sumberdaya air
6. Energi dan SD mineral
7. Kesehatan
8. Pertanian
9. Keanekaragaman hayati
10. Perlindungan dan pengelolaan LH
11. Pola produksi dan konsumsi
12. Pendanaan dan kelembagaan
20. Program Pembangunan (RKP 2005 –
Bappenas) Bid SDA dan LH
1. Perlindungan dan konservasi SDA
2. Rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA
3. Pengembangan kapasitas pengelolaan SDA dan LH
4. Pengendalian pencemaran lingkungan
5. Peningkatan kualitas dan akses informasi SDA dan LH
21. ‘Satu’ atau ‘Beberapa’ Masa Depan?
Saat ini Masa depan
“One official future” (?)
Scenario 1
Scenario 2
Scenario 3
Scenario 4
Kita terbiasa melihat hanya „satu‟ masa depan. Kita
perlu mengubah mindset untuk membuka mata
terhadap „beberapa‟ masa depan.
Sumber: Tony Suyantono, 2004
22. Mengapa Kita Memandang
‘Beberapa’ Masa Depan?
Tak ada yang bisa memastikan 1 masa depan
Ada beragam ketidakpastian, persepsi & judgment
Yang dilakukan sekarang mempengaruhi masa depan
Sumber: Tony Suyantono, 2004
23. Keunggulan Scenario Planning
Mempertimbangkan kepastian dan ketidakpastian
Membuka mata akan struktur fenomena dan perilaku lingkungan
Mengarahkan strategi yang tangguh untuk berbagai kemungkinan
masa depan
Mendorong upaya menciptakan atau mempengaruhi masa depan yang
lebih baik
Think the unthinkable, menyadarkan hal yang tak terpikirkan tapi
mungkin terjadi
Membentuk mindset yang antisipatif dan adaptif
Wahana pembelajaran dan strategic conversation bagi perusahaan
Sumber: Tony Suyantono, 2004
25. Analisis Struktur
Analisis struktur terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan (driving
forces) akan menunjukkan perilaku dan kemungkinan perubahan lingkungan di
masa depan.
Beberapa kemungkinan perubahan lingkungan ke depan akan ditangkap
sebagai beberapa scenario.
Perubahan lingkungan 1
= scenario 1
Kinerja
pemerintah
Penegakan
hukum
Aktivitas
ekonomi
Penjualan
produk & jasa
Lingkungan
global
Pendapatan
masyarakat
Stabilitas
politik
Perubahan lingkungan 2
= scenario 2
Perubahan lingkungan 3
= scenario 3
Sumber: Tony Suyantono, 2004
26. Skenario SDA & LH 2025
Skenario pesimis :
1. Konsumerisme tak terkendali
2. Fragmentasi kepentingan
3. Apatis thd penegakkan hukum
4. Lemahnya peranan faktor lokal
5. Kemajuan iptek demi eksploitasi
6. Tekanan penduduk perkotaan dan pesisir
7. Disorientasi otonomi daerah
8. Paradigma : pertumbuhan & profitabilitas
Skenario optimis :
1. Menguatnya Green Consumerism
2. Masyarakat madani yang mantap
3. Good environmental governance
4. Menguatnya peranan faktor lokal
5. Kemajuan iptek mendorong standarisasi
produk yang ramah lingkungan
6. Redistribusi penduduk
7. Reorientasi otonomi daerah
8. Paradigma : berkelanjutan & keseimbangan
SDA dan LH sebagai “the last resort” bagi
sumber pembiayaan ekonomi pembangunan
SDA dan LH sebagai komoditi ekologis yang
berdimensi ekonomi, politik, dan sosial budaya
Timbul 4 krisis utama : pangan, air, energi,
dan ruang
Total recovery : lebih dari 20 tahun
Optimasi pemanfaatan intangible resources,
selektif thd SDA terbarukan & SDA tak terbarukan
Total recovery : kurang dari 20 tahun
27. Nilai, visi,
tujuan dan
strategi
organisasi
Peran SDM dalam
keputusan stratejik
Pengem
bangan
Pergantian
Kultur
dan
suasana
Komunikasi
StrukturReward
Rekrutmen
Kompetensi
Kebijakan manajemen
(bidang putih)
Elemen administrative
manajemen SDM (bidang abu-abu muda)
29. Perumusan
Strategi
Hasil analisa kondisi makro
dan mikro; diarahkan oleh
adanya visi, misi,
keyakinan dasar, nilai
dasar, tujuan dan strategi
Perencanaan
Strategi
Rencana Strategic:
a. Sasaran strategic
b. Target
c. Inisiatif strategic
Penyusunan
program
Penyusunan
Anggaran
Implementasi
Pemantauan
Program Jangka
Panjang
Program jangka pendek
Pelaksanaan rencana
Pelaksanaan rencana Umpan balik
Physical
Creation
Process
Mental
Creation
Process
Sistem
Manajemen
Strategic
30. Skenario Kelembagaan LH
(by area authority – role – strategic sequence)
By Role:
• Role I : Institusi LH sebagai
katalisator dan integrator
pembangunan berkelanjutan
(multisectoral oriented)
• Role II : Institusi LH sebagai
perumus kebijakan di bidang LH
(sectoral oriented)
• Role III : Institusi LH sebagai
pelaksana kebijakan di bidang LH
(deep sectoral oriented)
By area authority:
• Nasional (pusat)
• Propinsi (regional)
• Kabupaten/kota (lokal)
By area
authority
Nas.
Prop.
Kab./ Kota.
Role 1 Role 2 Role 3
By Role
By Strategic sequence
1. Strategic
2. Tactic
3. Program
By
Strat
egic
seq.
Strategic
Tactic
Program
Kelembagaan 3
Kelembagaan 1: well set: mis. Nas.- multisectoral-strategic
Kelembagaan 2
31. Tipologi Skenario
Kelembagaan 3 Kelembagaan 2 Kelembagaan 1
Pesimis
P3
(Skenario 1) P2 P1
Optimis
O3 O2
O1
(Skenario 3)
Skenario Kelembagaan LH
SkenarioSDA&LH
Keterangan:
Kelembagaan 1: kondisi apabila semua peran kelembagaan sesuai dan tepat (managed/ optimized –
mature organization)
Kelembagaan 2: kondisi apabila sudah sekitar 50% atau lebih peran ideal kelembagaan telah terpenuhi
(defined organization)
Kelembagaan 3: kondisi apabila baru sebagian kecil peran kelembagaan terpenuhi atau masih banyak yang
tumpang tindih peran antar lembaga (vertikal dan horizontal) (Initial and Repeatable
Organization)
Skenario1 (P3): apabila kelembagaan belum matang dan belum berhasil mengatasi masalah
lingkungan hidup
Skenario 2 (P2/O2): apabila kelembagaan sudah siap sistemnya dan kondis lingkungan mengarah
membaik sesuai dengan konvensi dunia
Skenario 3 (O1): apabila kondis kelembangaan sudah matang dan kondisi lingkungan hidup di
Indonesia sudah sesuai dengan konvensi internasional
S
ke
na
ri
o
2
32. Orientasi kebijakan publik, Strategi/Master Plan dan
Garis Besar Program Pengembangan SDM
Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3
Kebija
kan
• Reinventing peran
strategis LH bagi
pembangunan
• Restrukturisasi Organisasi
dan SDM
• Kementerian
ditingkatkan menjadi
Departemen/ Menko
•Akselerasi peran
organisasi dan SDM serta
penerapan Good
Governance
• Pemantapan/ optimalisasi peran
organisasi dan SDM secara
kontinyu
• Pemantapan Good Governance
• Inovasi pengembangan
Strate
gi
• Reposisi peran KLH
• Merumuskan Kepres/ PP
kelembagaan LH (Interdep,
Pusat-Daerah)
• Rekayasa organisasi &
kompetensi SDM
• Peniingkatan kapasitas
peran KLH sebagai
“dinamisator/penggerak”
• Penerapan best practice
Good Governance (GG)
• Pemantapan posisi KLH sebagai
„gatekeeper‟ aset SDA nasional ->
fs. kendali
• KLH sbg partner stakeholder
• KLH sebagai inisiator kebijkan LH
Progra
m
• Identifikasi permasalahan
kapasitas org./lembaga
sesuai dengan perannya
• Membentuk budaya
organisasi yang baru
• Penilaian kompetensi SDM
• Restruktur kelembagaan
(right sizing) &
replacement/ recruitment
SDM
• Pelatihan intensif
• Mendapatkan
pengakuan internasional
(semacam ISO 1400)
• Peningkatan kompetensi
SDM di setiap lini dan
tingkatan lembaga
• Dibentuk unit
Compliance untuk
menjaga best practice GG
• Aktualisasi dan memperkuat
kapasitas kelembagaan dan
kompetensi SDM (melalui
pelatihan intensif) secara kontinyu
• Prog. Right sizing (adjusting
sesuai kebutuhan masalah LH)
• Best practice GG
• Peningkatan kemampuan
partnership dengan mitra lokal dan
posisi tawar dengan pihak
internasional
Skenario Kelembagaan LH
Kebijakan,Strategi/MasterPlandan
ProgramSDM
33. Skenario 1
(Business as Usual/ BAU)
Skenario 2
(LH: sektor proritas)
Skenario 3
(Deep ecology)
• LH tetap dipandang dan
diperlakukan sebagai salah
satu sektor pembangunan
semata oleh „pusat
kekuatan politik negara‟
(eksekutif dan legislatif
maupun yudikatif)
• Kontroversi dikotomi
kepentingan ekonomi vs LH
walau sama-sama berbasis
untuk kesejahteraan
masyarakat, terus berlanjut
• Dinamika perkembangan
dan kebutuhan ekternal
masalah lingkungan tidak
terantisipasi oleh
pengembangan kapasitas
lembaga (internal)
• LH telah menjadi prioritas
pembangunan
• Stakeholders telah
bounding (mis. hasil
pendekatan negative
campaign yang gencar
tentang unsustainable
development dev. ->
tercipta “histeria massal
lingkungan hidup” sehingga
timbul rasa senasib diantara
stakeholder)
• Kondisi kondusif untuk
upaya percepatan
peningkatan kapasitas
kelembagaan LH -> SDM
tertata sesuai
kebutuhan/tuntutan standar
kompetensi dan aplikasi GG
• LH telah menjadi „way
of life” dan “way of
thinking” (a new
paradigm)
• Kesejahteraan
masyarakat mencapai
minimal standar dunia
• Birokrasi telah
berubah menjadi
Enterpreneur
Government yang
berorientasi pada
kekuatan kemandirian,
keberlangsungan dan
best practice GG (untuk
kepentingan
stakeholder)
34. Berdirinya
KLH
2nd curve
(peremajaan)
Mulai
berkembang
Tahap
pengem
bangan
tumbuh
matang
Kapasitas
lembaga & SDM
Ukuran relatif
kapasitas
lembaga & SDM
Skenario
1
Skenario
2
Skenario
3
? ???
(Busin
ess As
Usual
/BAU)
(LH jadi
prioritas
Pemb.)
S1
S2
S3
S1: beban internal & eksternal terlalu
berat = kapasitas belum memadai
S2: beban internal < beban eksternal
S3: beban eksternal mulai dpt
dikendalikan
(Paradigma LH bg
seluruh sektor
Pemb.; Organisasi
& SDM optimal)
Saat ini
2004 2008 >=2010
35. Skenario 1:
Business as Usual
• Kurangi penanganan
masalah lingkungan dengan
pendekatan ad-Hoc karena
duplikatif dan inefisien
•Harus mulai ditetap sistem
operasi standar
pembangunan yang didukung
oleh kekuatan hukum (min.
Keppres/ PP) yang integratif/
komprehensif sesuai dengan
sifat sistemik keruangan LH
• Dikembangkan sistem
manajemen yang bersifat
organik (bukan mekanistik)
secara vertikal maupun
horizontal. Kegiatan Inti dan
pendukung jelas.
• Segera lakukan audit total
(SDM) seluruh lembaga LH
(pemerintah)
Skenario 2:
LH: Prioritas
Pembangunan
• Menetapkan LH menjadi
koordinasi sektor kegiatan
pembangunan
(Dept/Menko?)
•Fokus pada masalah kritis
LH (priority setting) dan
konvensi internaional
•Merancang & menerapkan
best practice Good
Governance (GG) dan
sistem kendali operasional
(bisa gunakan pendekatan
Balance Scored Card)
• Rumuskan & internalisasi
peran vertikal dan horizontal
kelembagaan LH
•Right-sizing kelembagaan
dan SDM, baik pusat,
propinsi dan daerah
Skenario 3:
LH: a new paradigm
• Pengakuan dari stakeholder
manfaat keberadaan lembaga
LH (tercipta aliansi
kelembagaan LH seluruh
Indonesia) sesuai perannya
•Penerapan kontinyu best
practice GG telah teruji untuk
seluruh lembaga pemerintah
dibid. LH (pusat, propinsi dan
daerah)
•Penerapan cost effectiveness
untuk mengukur kinerja
operasional dan terus mampu
akomodatif bahkan antisipatif
dinamika masyarakat dan LH.
• Kontinyuitas pengembangan
lembaga dan SDM sesuai
tuntuan dinamika fenomena
LH dan pemerintah Indonesia
36. 2nd
curv
e
(pere
maja
an)
Orientasi pada Skenario 1:
cenderung pesimis (BAU) dan butuh
waktu lama untuk recovery
?
Orientasi pada Skenario 2:
cenderung optimis dan dapat
diupayakan percepatan. Tergantung
dari komitmen pemerintah pusat. Pola
“Looping”.
Orientasi pada Skenario 3:
Optimis dan perlu kebijakan dan
tindakan revolusi jika ingin dimulai saat
ini. Namun dapat dicapai sebagai
bagian tahapan dari skenario 1
atau/dan skenario 2.
37. Implikasi Program 1 (jabaran skenario 1):
• Menetapkan kembali prioritas pemb. LH
•Merumuskan dan menetapkan kembali fungsi peran lembaga LH (KLH, propinsi dan daerah);
khususnya ditinjau dari aspek kekuatan hukum dan kapasitas pelaksana (manajemen). KLH
dapat dikembangkan sebagai parenting organization dari lembaga-lembaga LH lainnya
•Audit total kinerja unit-unit kerja (terutama terkait dengan SDM)
• Menata kembali sistem kelembagaan dan hukum perundang-undangannya (interdep- pusat-
propinsi-daerah)
• Menata kembali fs dan peran unit kerja berikut SDM yang ada , dilihat dari perannya:
inti/core atau pendukung/supporting per wilayah kerja (nasional, propinsi, daerah)
• Tetapkan sistem operasi yang mengacu pada best practice GG dan diukur dengan
pendekatan sistem kendali yang mengacu pada perspektif BSC (Balanced Score Card), cost
effectiveness dan Activity Based Budget/ Costing
• Beorientasi menjadi Learning Organization; fleksibel, knowledge base organization dan
terbuka serta driven by mission rather than by rule. Pelatihan intensif dan kontinyu menjadi
agenda utama.
• Kompetensi yang dipentingkan adalah kemampuan critical thinking, berfikir sistemik dan
synthesis sehingga mampu untuk menterjemahkan hal yang kompleks menjadi lebih
sederhana untuk kemudian dijadikan bahan dasar regulasi, kebijakan dan kampanye kepada
masyarakat. Dari sisi skill, diperlukan yang mampu menjalankannya instruksi secara secara
cepat, tepat dan ada inisiatif.
Dapat dikembangkan dan dilanjutkan dengan Skenario 2
38. Implikasi Program 2 (jabaran skenario 2):
• Sejalan dengan semakin sensitif dan pentingnya masalah LH bagi keberlangsungan
pembangunan maka KLH dapat mulai dipersiapkan menjadi Dept./Menko
• Penerapan best practice GG, khususnya di KLH sehingga dapat dijadikan referensi bagi
lembaga LH lainnya. Sejalan dengan itu, sistem insentif ditingkatkan untuk meningkatkan
motivasi dan vitalitas kerja. Hal ini perlu untuk peningkatan kapasitas organisasi dan SDM
• Dilakukan pemantauan dan evaluasi secara periodik dengan menggunakan pendekatan
Balanced Score Card (BSC), cost effectiveness (CE) dan activity based costing (ABC)
• Mengembangkan secara intensif dan tepat guna unit yang penting dan relevan dengan
tuntutan masa kini yaitu unit IT (guna pengembangan e-government) dan unit compliance
(yang akan secara terus menerus menjaga, mengendalikan kegiatan secara teknis agar tetap
sejalan dengan strategi pembangunan LH). KLH juga dapat dikembangkan sebagai pusat
informasi LH Indonesia (sebagai public domain). Unit kerja lain yang juga penting dan
strategis untuk upaya reposisi KLH adalah dibentuknya semacam Corporate Communication.
•Memperkuat aliansi strategis vertikal organisasi (pusat, propinsi dan daerah) dan horizontal
(dengan stakeholder lainnya: LSM, tokoh informal, PT, swasta, dll) dan jika diperlukan
dibentuk badan semacam Board of Trustee untuk fungsi kendali dan konsultatif perumusan
kebijakan (tidak lagi dilakukan secara ad-Hoc)
• Kompetensi yang perlu dikembangkan lebih lanjut adalah kemampuan sebagai
intrapreneurship dan PR (Public Relation) agar memperkuat orientasi sebagai lembaga
pelayanan pada masyarakat dan persiapan untuk menjadi Menko
Dapat dikembangkan dan dilanjutkan dengan Skenario 3
39. Implikasi Program 3 (jabaran skenario 3):
• Pelaksanaan program strategi aliansi yang lebih intensif dengan seluruh stakeholder.
• Berinisiatif dan menunjang secara riel perumusan kebijakan pembangunan berkelanjutan
berbasis kepentingan LH (tugas koordinasi interdep)
• Memberikan pembinaan yang intensif akan pentingnya cara berpikir berbasis LH bagi
pembangunan berkelanjutan. Menciptakan berbagai model praktis sistem kebijakan
pembangunan berkelanjutan lintas sektoral dan antar daerah.
• Berperan sebagai advokasi bagi kepentingan pemulihan LH yang bermasalah,
mempertahankan kualitas LH yang telah ada dan menjaga aset SDA.
• Penyelarasan manajemen/organisasi Lembaga LH dan penguatan kualifikasi SDM untuk
kebutuhan peran di atas
•Terus menerus (secara periodik) menilai performa lembaga-lembaga LH (termasuk SDM).
Dengan demikian peningkatan standar sebagai lembaga LH dapat pada akhirnya mempunyai
reputasi dan kredibilitas kelas dunia. Kualifikasi SDM semakin diarahkan untuk juga memenuhi
kualifikasi pribadi unggulan bukan semata-mata keahlian/ketrampilan keilmuan semata.
•Upaya Right Sizing organisasi harus diawasi terus menerus agar proses pengambilan
keputusan tetap dapat cepat dan tepat guna serta mencapai tingkatan tertinggi kepuasan
masyarakat.
•Kompetensi yang perlu dikembangkan lebih lanjut adalah kemampuan leadership untuk semua
pihak (pimpinan dan staf) dan juga isu/kasus/ilmu baru dari LH, Menciptakan sebanyak-banyak
proyek percontohan atau prototyping kegiatan yang melibatkan stakeholder dan sekaligus bisa
memenuhi aspek lingkungan dan ekonomi/bisnis. Hal ini diperlukan untuk terus menjaga kondisi
(conditioning) yang kondusif.
40. “Tidak ada negara terbelakang (underdeveloped country) yang ada adalah negara yang tidak
dikelaola dengan baik (undermanaged country)”, (Peter F. Drucker)
Wilayah Tugas & kewenangan Peran Proses
Perencanaan dan
Pelaksanaan
Pengembangan SDM
Nasional
/ Pusat
(KLH)
• Tugas: pembinaan dan
pengawasan
• Kewenangan: Fasilitasi,
pedoman, arahan,
bimbingan, pelatihan,
supervisi dan pengawasan
Visi, misi, strategi
nasional
Kompetensi (concept) :
perumusan konsep kebijakan, strategic
thinking, strategic management, hukum
(publik dan lingkungan), ekonomi SDA
dan LH, environment specialist ,
evaluasi; integrator
Propinsi
(Dinas)
•Tugas: Kebijakan, ijin
kelayakan (lintas wilayah),
layanan umum dan
pembinaan
• Kewenangan: Koordinasi
lintas Kab/ Kota,
kewenangan khusus yg
belum mampu dilaksanakan
oleh Kab/Kota, pelatihan
Taktik Pembangunan
daerah:
Perencanaan wilayah
(Koordinasi Wilayah/
Korwil)
•Desentralisasi
•Dekonsentrasi
Kompetensi (planner):
Perumusan perencanaan wilayah,
kebijakan publik, monitoring-evaluasi,
ekonomi SDA dan LH, sosbud,
environmentalist/environment
specialist , asset management,
evaluasi; integrator
Kab./
Kota
(Dinas)
•Tugas: Kebijakan, ijin
operasi, layanan umum dan
pembinaan
• Kewenangan: Otonomi yg
luas, utuh dan bertanggung
jawab, pelatihan
Program dan
pelaksanaan
pembangunan
•Dekonsentrasi
Kompetensi (designer & operator):
Perumusan perencanaan daerah (s/d
site plan), ekonomi - bisnis SDA-LH,
Hukum Lingkungan, finance/akuntan,
sipil engineer, social engineer,
monitoring-evaluasi (laboran),
environmentalist , asset management
Masalah Lingkungan Hidup
41.
42. Tanggapan Utama
• misi, tujuan pembangunan LH tidak terdefinisi dengan baik sehingga ada
kesulitan untuk dapat memberikan arah bagi perumusan master plan dan
strategi pengembangan SDM bagi pengelolaan LH
• lebih dari itu cascading (atau operasionalisasi) sampai dengan tingkat
program menjadi lemah, kurang konsisten dan kurang terstruktur dengan
baik. Dapat dikaji dalam rumusan kebijakan antar pusat dan daerah atau
antar sektoral
• Dengan demikian ada kesulitan untuk menggunakan Master Plan 2001-
2005 sebagai satu rangkaian Master Plan sampai tahun 2010.
Tanggapan tambahan
• program lebih terkesan empiris dan normatif berdasar laporan resmi yang
ada
• rekomendasi menjadi kurang operasional untuk dapat dijadikan program
pengembangan pengelolaan SDM yang terukur
43. Apakah Kelembagaan LH kuat?
Berperan sebagai katalisator & integrator
pembangunan berkelanjutan
Bagaimanakah kondisi
LH & SDA
Skenario 1
Apakah kebijakan
pembangunan berorientasi
jangka panjang
Skenario 2
Skenario 3
Skenario 4
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
45. Orientasi pengembangan SDM
Skenario 1
(multisectoral)
Skenario 2
(sectoral)
Skenario 3
(deep sectoral)
Skenario
pesimis
Leverage,
Propietry
Leverage Comodity,
Leverage
Skenario
optimis
Leverage,
Propietry
Leverage Comodity,
Leverage
Skenario Kelembagaan LHSkenarioSDA&LH
1. Comodity : kemampuan yang mudah dilatih dan sifatnya hampir sama untuk
setiap lembaga. Pekerjaan bersifat rutin, repetitif, dan terikat pada SOP. Mudah
diganti, sulit ditingkatkan. Strategi umum : otomatisasi
2. Leverage : kemampuan yang cenderung spesifik. Pekerjaan bersifat non rutin
dan analitikal. Mudah digantikan, mudah ditingkatkan. Strategi umum :
diferensiasi dan kapitalisasi
3. Propietry : kemampuan yang sangat spesifik. Pekerjaan bersifat menyusun
strategi dengan mengkombinasikan “faktor-faktor”. Sulit digantikan, mudah
ditingkatkan. Strategi umum : kapitalisasi atau outsourcing
46. Daftar Pustaka
Anonim, 2005, Master Plan Sumberdaya Manusia Bidang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Kementrian Lingkungan Hidup, Jakarta